BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang - Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses politik dibawah Orde Baru bukanlah demokrasi, terbukti dengan

  pelaksanaan beberapa pemilihan umum sebelumnya yang kerap sekali terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga azas langsung, bebas dan rahasia (luber) tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga boleh disebut tidak memenuhi syarat

  

  demokrasi. Bergulirnya Era Reformasi yang menggantikan rezim otoriter Orde Baru telah menjadi sebuah batu lompatan bagi perjalanan demokrasi di Indonesia. Terbukti pasca memasuki era Reformasi praktek-praktek demokrasi yang sebelumnya menghadapi jalan buntu di Orde Baru secara perlahan mulai dijalankan. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan Pemilu yang lebih demokratis.

  Salah satu produk reformasi yang dapat dilihat sebagai peningkatan kualitas demokrasi adalah Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Pemilukada mempunyai tujuan agar setiap warga daerah dapat memilih kepala pemerintahan daerah secara langsung tanpa proses perwakilan. Pemilihan kepala daerah yang dimaksud adalah pemilihan kepala daerah tingkat satu (Gubernur) dan kepala daerah tingkat dua (Bupati/ Walikota). Azas langsung yang terdapat dalam Pemilukada merupakan semangat baru dalam demokrasi di Indonesia. Karena dalam pelaksanaan Pemilu sebelumnya warga daerah tidak dapat memilih kepala daerah secara langsung melainkan melalui wakil-wakil rakyat di tingkat daerah (DPRD).

1 Adman Nursal, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 78.

  Dalam sebuah pelaksanaan pemilu partai politik menjadi salah satu instrumen yang paling penting. Partai politik berperan sebagi peserta pemilu yang saling berkompetisi untuk memenangkan pemilu tersebut. Berbeda halnya dengan pemilu presiden, pemilu Kepala Daerah tidak hanya diikuti oleh calon dari wakil partai politik melainkan juga calon dari perseorangan (Independen). Diperbolehkannya calon perseorangan dalam Pemilukada membuat kompetisi Pemilu semakin menarik.

  Karena dengan demikian calon kepala daerah tidak hanya berasal dari partai politik melainkan juga dapat berasal dari perorangan yang berada diluar partai politik.

  Namun walaupun jalur perorangan di Pemilukada telah dibuka, kemenangan dalam Pemilukada selalu didominasi oleh calon-calon dari partai politik.Hal ini membuktikan bahwa partai politik menjadi faktor yang sangat penting dalam memenangkan sebuah pemilukada.

  Sekalipun faktor partai politik merupakan faktor penting dalam memenangkan sebuah pemilukada, faktor individu juga menjadi faktor yang tidak kalah pentingnya.

  Yang dimaksud dengan faktor partai politik adalah meliputi faktor ideologi partai hingga mesin politik partai/ tim pemenangan pemilu. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor individu adalah karakteristik ataupun kepribadian calon yang diusung oleh partai politik tersebut. Jadi adalah sebuah hal penting bagaimana sebuah partai politik mengambil sebuah kebijakan yang tepat dalam menentukan calon yang akan diusung dalam Pemilukada. Rekrutmen politik dalam menentukan calon yang akan diusung tentunya harus menentukan faktor kesamaan visi- misi terhadap partai politik hingga faktor kepribadian calon dimata masyarakat. Namun dalam era politik modern seperti sekarang ini faktor perorangan lebih dominan dibandingkan dengan faktor partai politik. Dengan kata lain masyarakat lebih melihat faktor perorangan daripada faktor partai politik yang mengusungnya sebagai bahan pertimbangannya dalam menentukan pilihan. Dengan demikian calon yang lebih familiar dimata masyarakat memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan pemilukada. Inilah yang terkadang membuat partai politik lebih memilih calon yang berada diluar partainya/bukan kader untuk diusung dalam pemilukada dan memilih calon lain yang bukan kader yang dianggap lebih familiar dan dianggap lebih menjual secara politisi dimata masyarakat.

  Setiap partai politik tentunya memiliki cara yang berbeda dalam mengambil kebijakan untuk menentukan calon yang diusung dalam pemilukada. Namun pada umumnya setiap partai politik memiliki rekrutmen politik dengan tahapan yang sama yaitu dengan membuka pendaftaran secara umum bagi kandidat-kandidat yang mau bertarung dalam Pemilukada. Selanjutnya nama- nama yang mendaftar tersebut digodok/ dikelola di jajaran pengurus partai untuk kemudian ditentukan siapa kandidat yang dinilai paling layak dan mempunyai peluang paling besar untuk mendapat respon positif dari masyarakat pemilih. Tentunya setiap partai politik mempunyai indikator tersendiri dalam proses penggodokan nama-nama calon yang mendaftar. Untuk menguji tingkat kelayakan para calon, setiap partai politik pada dasarnyakan melakukan evaluasi terhadap nama-nama calon tersebut.

  Pentingnya sosok calon dalam menarik perhatian masyarakat/pemilih membuat partai politik menjadi sangat selektif dalam menentukan calon yang akan diusungnya. Sehingga tidak heran apabila nama kandidat calon yang akan diusung oleh partai politik baru diumumkan menjelang batas akhir pendaftaran yang diselenggarakan oleh lembaga penyelenggara Pemilu (KPU). Ini menunjukan bahwa penentuan calon yang akan diusung memiliki serangkaian kebijakan politik yang kompleks yang sebelumnya telah dielaborasi di tingkat jajaran pengurus partai politik. Kebijakan penentuan calon yang akan diusung adalah sebuah hal serius bagi partai politik. Karena apabila calon yang diusung telah terbukti familiar dimata masyarakat dan mendapat respon positif dari pemilih maka kemungkinan untuk memenangkan pemilu menjadi lebih terbuka.

  Menjadi pemenang dalam setiap Pemilukada merupakan salah satu tujuan utama setiap partai politik. Hal ini tentu berkaitan tentang keinginan setiap partai politik yang ingin berkuasa dalam pemerintahan. Persaingan dalam merebut kekuasaan inilah kemudian yang menjelma menjadi sebuah kompetisi.Kemenangan dalam Pemilukada berarti membuka peluang untuk meraih kekuasaan di tingkat pusat. Karena kekuasaan di tingkat pusat sangat ditentukan oleh akumulasi dari kekuasaan yang dipegang disetiap daerah. Oleh sebab itu ajang Pemilukada selalu mendapat perhatian serius bagi setiap partai politik. Bahkan hampir setiap calon yang diusung oleh partai poltik dalam pemilukada tidak hanya sekedar melibatkan pengurus partai ditingkat daerah melainkan juga melibatkan kebijakan pengurus partai dtingkat pusat.

  Pada tahun 2013 Sumatera Utara (Sumut) sebagai salah satu daerah tingkat I (Provinsi) di Indonesia akan melaksanakan Pemilukada. Seperti halnya dalam pemilukada-pemilukada terdahulu setiap partai politik telah sibuk menjaring calon- calon yang layak diusung untuk bertarung dalam Pemilukada tersebut. Tujuannya jelas untuk mencari calon terbaik yang dianggap mempunyai nilai yang paling menjual dalam kesempatan memenangkan Pemilukada. Indikator yang biasanya digunakan mulai dari tingkat popularitas calon, tingkat kapasitas dan kapabilitas calon, hingga mengikutsertakan faktor finansial yang dimiliki oleh calon tersebut. Faktor-faktor tersebut jelas sangat berhubungan dalam mendukung strategi yang akan digunakan partai politik dalam memenangkan Pemilukada.

  Partai Demokrat sebenarnya dapat dikategorikan sebagai partai baru dalam sejarah perpolitikan di Indonesia. Partai bernuansa biru ini mengikuti Pemilu pertamanya ditahun 2004 yang menjadi pemilu kedua paska digulirkannya era reformasi. Sekalipun partai ini tidak menjadi pemenang dalam pemilu legislatif tersebut namun partai ini mampu masuk bersaing dengan partai-partai politik lain yang telah mapan seblumnya. Bahkan dalam pemilu Presiden calon yang diusung partai tersebut dapat memenangkannya persaingan dari calon lain yang diusung oleh partai yang lebih besar.

  Sebagai partai yang memiliki keterwakilan terbesar ditingkat pusat dan ditingkat daerah (Sumatera Utara) partai Demokrat sudah pasti ingin memenangkan Pemilukada Sumut yang akan dilaksanakan pada tahun 2013. Partai ini juga mempunyai kesempatan besar untuk memenangkan Pemilukada Sumut karena disamping jumlah suaranya yang paling besar dibandingkan dengan partai politik lain, partai ini juga menjadi partai satu-satunya yang memenuhi syarat untuk mencalonkan wakilnya tanpa berkoalisi dengan partai lain. Oleh sebab itu partai ini menjadi begitu selektif dalam menentukan calon yang akan diusung dalam Pemilukada sumut agar mampu meraup suara terbanyak.

  Dari penjelasan-penjelasan yang telah diurakan diatas adalah menjadi hal menarik bagi penulis untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan politik partai demokrat dalam menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumatera Utara.

  I.2. Perumusan Masalah

  Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu masalah yang menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan

   jalan pemecahannya.

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana partai Demokrat mengambil kebijakan politik dalam menentukan pasangan calon Gubernur (Cagub) dan calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013”

  I.3. Pembatasan Masalah

  Batasan masalah berfungsi untuk membatasi karya ilmiah/penelitian agar tidak melebar dan tetap fokus pada permasalahan yang akan diteliti. Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.

  Penelitian ini difokuskan pada kebijakan politik yang diambil Partai Demokrat dalam menentukan menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013

  I.4. Tujuan Penelitian 2 Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: Husni Usman dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung: Bumi Aksara, 2000, hal. 26

  1. Untuk mengetahui kebijakan politik seperti apa yang diambil partai demokrat dalam menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013.

  2. Untuk mengetahui apa yang menjadi indikator bagi partai demokrat dalam menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013.

  I.5. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik kepada penulis maupun kepada orang lain yang membcanya, terlebih lagi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu penelitian ini diharapkan memberikan manfaat: 1.

  Menambah wawasan pemikiran terhadap ilmu politik dalam hal kebijakan partai politik dalam menentukan pasangan calon yang akan diusung dalam sebuah Pemilihan Umum Kepala Daerah 2. Memberikan manfaat bagi institusi terkait (Partai Demokrat) sebagai sebuah masukan dalam hal melakukan rekrutmen politik sebagai salah satu fungsi dari partai politik.

  3. Memberikan pengetahuan politik bagi masyarakat terutama dalam hal rekrutmen politik sehingga masyarakat memiliki kesadaran politik dalam melihat pemilihan umum kepala daerah.

  I.6. Kerangka Teori

  Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan teori berfikir untuk menggambarkan dari segi

  

  mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Hal ini tentu bersinergi terhadap fokus masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Menurut F. N. Karliger, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan satu dengan yang lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dan fenomena. Jadi dapat dikatakan kerangka teori merupakan bagian penting dalam penelitian karena merupakan kostruksi ataupun dasar dari sebuah penelitian.

  I.6.1. Kebijakan Politik

  I.6.1.1. Pengertian Kebijakan Politik

  Kebijakan politik adalah kebijakan yang diambil oleh lembaga- lembaga politik, baik lembaga politik didalam ruang lingkup pemerintahan ataupun lembaga politik diluar pemerintahan.Kebijakan politik dalam rana pemerintahan seperti kebijakan yang diambil oleh pemerintah, ataupun lembaga perwakilan.Sedangkan kebijakan yang berada di luar ranah pemerintahan seperti kebijakan yang diambil oleh partai-partai politik ataupun lembaga politik lainnya. Masing-masing kebijakan ini mengikat terhadap unsur-unsur yang berada dalam ruang lingkup lembaga tersebut.

  James E. Anderson lebih jelas menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kebijakan adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Pengertian ini berimplikasi bahwa kebijakan mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan, bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan pejabat pemerintah, bahwa kebijakan bisa bersifat positif atau bersifat negatif dengan arti keputusan pejabat pemerintah tidak meakukan sesuatu.

3 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1955,

  hal. 40

  Dalam pengertian ini James E Anderson menyatakan bahwa kebijakan selalu terkait

  

  dengan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah Dalam penelitian ini yang menjadi fokus kebijakan politik adalah kebijakan yang diambil oleh lembaga yang berada diluar pemeritahan yaitu partai politik.

  Kebijakan politik yang diambil partai politik yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan terhadap kebijakan partai politik dalam menentukan calon yang akan diusung dalam pemilihan umum kepala daerah. Tak bisa dipungkiri bahwa tujuan setiap partai politik adalah untuk merebut dan memperluas sumber- sumber kekuasaan. Hal ini berkaitan untuk mensukseskan program-program dari partai yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian partai tersebut dapat menjadi kelompok yang dominan diantara kelompok yang lainnya.

  Partai demokrat selaku partai berkuasa dan partai yang mempunyai wakil terbanyak di parlemen daerah provinsi Sumatera Utara tentu mempunyai keingian besar untuk menjadi penguasa dalam pemerintahan. Dalam pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 partai demokrat telah mengambil kebijakan politik untuk menentukan calon yang akan diusung dalam Pemilukada tersebut. Kebijakan ini tentu sebelumnya telah di elaborasi didalam tubuh partai dengan memperhatikan beberapa aspek yang dianggap penting untuk memenangkan pemilukada tersebut.

I.6.1.2. Pengertian Rekrutmen Politik

  Dalam pengertian yang lebih modern, partai politik merupakan suatu 4 kelompok politik yang mengajukan calon-calonnya untuk mengisi jabatan-jabatan

   Diakses Maret 2013 pukul 01.00 WIB publik dengan tujuan dapat mengontrol kekuasaan untuk memerintah. Defenisi ini tentunya berkaitan terhadap fungsi partai politik dalam fungsinya sebagai sarana rekrutmen politik. Rekrutmen politik adalah suatu proses seleksi anggota- anggota

   kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan administratif maupun politik.

  Dalam pengertian lain rekrutmen politik merupakan proses penyeleksian untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu dan

   sebagainya.

  Sementara itu dalam pengertian lain, Ada dua macam mekanisme rekrutmen politik, yaitu rekrutmen yang dilakukan secara terbuka dan yang dilakukan secara tertutup. Dalam model rekrutmen terbuka, semua warga negara yang memenuhi syarat tertentu (seperti kemampuan, kecakapan, umur, keadaan fisik) mempunyai kesempatan yang sama untuk menduduki posisi-posisi yang ada dalam lembaga negara / pemerintah. Suasana kompetisi untuk mengisi jabatan biasanya cukup tinggi, sehingga orang-orang yang benar-benar sudah teruji saja yang akan berhasil keluar sebagai jawara. Ujian tersebut biasanya menyangkut visinya tentang keadaan masyarakat atau yang di kenal sebagai platform politiknya serta nilai moral yang melekat dalam dirinya termasuk integritasnya.Sebaliknya, dalam sistem rekrutmen tertutup, kesempatan tersebut hanyalah dinikmati oleh sekelompok kecil orang. Ujian oleh masyarakat terhadap kualitas serta integritas tokoh masyarakat biasanya sangat jarang dilakukan, kecuali oleh sekelompok kecil elit itu sendiri.

  5 Fadilah Putra, Kebijakan Publik Analisis Terhadap Kongruensi Janji Politik Partai Dengan Realisasi 6 Produk Kebijakan Publik di Indonesia 1999- 2003, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 19.

  Sudijono Sastroatmodjo, Prilaku Politik, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995, hal. 121

  Setiap sistem politik mempunyai prosedur yang berbeda dalam melakukan rekrutmen politik. Kandidat yang dipercaya untuk mengisi jabatan publik tentulah haruslah kandidat yang dianggap paling berkompeten sehingga dapat memaksimalkan sistem politik tersebut. Demikian juga yang terjadi pada partai politik. Pola rekrutmen yang di gunakan pastilah mengacu pada sistem politik yang diterapkan di negara tersebut. Di Indonesia sendiri proses rekrutmen politik terhadap jabatan-jabatan publik dilakukan melalui proses pemilu. Setiap calon terlebih dahuluh harus diusulkan oleh partai politik, dan untuk jabatan tertentu dapat menggunkan jalur independen (perorangan). Seleksi yang dilakukan dimulai dari seleksi administratif hingga syarat khusus untuk setia terhadapa ideologi negara.

  Suatu regenerasi sangat dibutuhkan dalam partai politik sebagai tanda kehidupan politik yang sehat dalam partai politik. Regenerasi dilakukan dengan cara pengkaderan terhadap anggota-anggota yang mempunyai potensi untuk memimpin partai. Oleh sebab itu karena tujuannya adalah untuk regenerasi, maka biasanya pengkaderan dilakukan terhadap anggota- anggota yang masih dalam usia muda yag berasal dari dalam partai ataupun dari luar partai. Pengkaderan merupakan salah satu proses penting dalam partai politik karena sangat berpengaruh terhadap masa depan partai.

  Dalam era reformasi seperti sekarang ini, rekrutmen politik dilaksanakan dengan lebih terbuka jika dibandingkan pada era orde baru. Keterbukaan ini berperan agar masyrakat benar- benar dilibatkan untuk menentukan individu-individu yang dipercaya untuk mengisi jabatan- jabatan publik. Derajat keterbukaan dalam sistem politik berbanding lurus terhadap derajat demokrasi suatu negara. Jadi semakin terbuka sistem politik suatu negara dalam melakukan rekrutmen politik maka hampir dapat dipastikan semakin tinggi pula derajat demokrasi di negara tersebut. Partai politik mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan individu yang akan mengisi jabatan publik. Ini disebabkan karena partai politik diperbolehkan untuk mengajukan calonnya hampir disetiap jabatan publik yang strategis.Namun tentunya partai politik mempunyai beberapa alternatif pilihan dalam melakukan rekrutmen politik. Adapun pilihan partai politik dalam melakukan rekrutmen politik adalah sebagai berikut: a.

  Partisipan, yaitu merupakan pendukung yang kuat, loyalitas yang tinggi terhadap partai sehingga dapat direkrut untuk menduduki jabatan strategis.

  b.

  Compartmentalization, merupakan proses yang didasarkan pada latar belakang dan pengalaman organisasi atau kegitan social politik seseorang. Misalnya LSM.

  c.

  Immediate Survival, yaitu proses rekrutmen yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orang- orang yang akan direkrut.

  d.

  Civil Service Reform, merupakan proses perekrutan berdasarkan kemampuan dan loyalitas seorang calon sehingga bisa mendapatkan kedudukan yang lebih penting atau tinggi.

I.6.1.3. Metode Rekrutmen Politik

  Dalam melakukan rekrutmen politik, setiap partai politik memiliki metode yang berbeda- beda. Hal ini tentunya didasarkan pada perbedaan ideologi, garis perjuangan partai hingga proyek partai yang belum tentu sama antara partai satu dengan yang lainnya. Perbedaan- perbedaan inilah yang nantinya menentukan metode yang akan digunakan partai politik dalam melakukan rekrutmen politik. Tapi pada umumnyaada beberapa metode yang dilakukan dalam melakukan rekrutmen politik, yaitu sebagai berikut:

  • Penarikan undian, metode ini ada metode tertua yang digunakan pada zaman Yunani kuno.
  • Rotasi, metode ini digunakan untuk menghindari dominasi kekuasaan atas kelompok- kelompok tertentu.
  • Perebutan kekuasaan, metode ini biasanya digunakan dalam penggulingan rezim politik.
  • Patronage, dalam hal ini kenaikan pangkat dapat dibeli oleh yang ingin naik jabatan dan metode ini tidak menjamin kualitas pemegang jabatan.
  • Co- Option, dalam metode ini mnggunakan pemilihan oleh anggota yang ada.

  I.6.2. Partai Politik

  I.6.2.1. Pengertian Partai Politik

  Partai politik adalah suatu syarat mutlak dalam sebuah Negara yang menganut paham demokrasi.Di Indonesia sendiri keberadaan partai politik telah ada bahkan sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dalam perjalanan sejarah partai politik di Indonesia tercatat telah banyak partai politik yang lahir dan malang melintang di percaturan politik nasional. Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik menyebutkan bahwa, partai politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan

   kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan Negara melalui Pemilihan Umum.

  Partai politik bergerak dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa

  

  sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan begitu mereka berharap dalam memberikan pengaruh yang lebih besar dan nyata dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan. Keterlibatan mereka dalam pembuatan keputusan akan menunjukan eksistensi mereka baik secara individu maupun secara kelompok.

  Partai politik secara umum dapat digambarkan sebagai suatu kelompok yang anggota-anggotanya terorganisir dan mempunyai norma-norma, orientasi dan kesepakatan yang dijadikan tujuan bersama.Tujuan utama dari partai politik adalah untuk merebut kekuasaan politik sehingga mereka dapat menjalankan program- program ataupun kesepakatan yang ada dalam kelompok mereka. Dengan kata lain partai politik dibentuk dengan tujuan agar kepentingan dari setiap anggota yang telah diformulasikan dalam kepentingan kelompok partai dapat terealisasi dengan cara menduduki lembaga-lembaga kekuasaan Negara.

  Ada beberapa pengertian partai politik yang didefenisikan oleh beberapa ahli.Carl J. Friedrich mendefenisikan partai politik sebagai sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini,

   7 memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat adil serta materil. 8 Dikutip dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik 9 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal.414.

  Friederich, Constitutional Government and Democracy, hlm.24 dalam Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 404. Pengertian partai politik yang dikemukakan oleh Carl J. Friedrich ini bertolak pada pemikiran bahwa pada awalnya partai politik merupakan kumpulan dari individu- individu yang terasosiasi atas asas-asas persamaan dan mempunyai tujuan yang sama. Untuk mencapai tujuan bersama tersebut kelompok yang dimaksud membutuhkan kewenangan-kewenangan yang bisa didapat dengan cara meerebut/menguasai sumber-sumber kekuasaan yang nantinya dapat bermanfaat bagi setiap individu yang berada di kelompok tersebut.

  Sementara itu menurut Sigmund Neumann dalam buku karyanya, Modern Political Parties mendefenisikan partai politik sebagai organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguaasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan

  

  lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Pengertian yang diberikan Sigmund Neumann ini merupakan pengetian partai politik di era modern dimana partai politik saling bersaing untuk merebut simpati masyarakat sehingga dapat dipercaya untuk menguasaai lembaga- lembaga kekuasaan. Dengan demikian partai politik menjadi sebuah perantara besar yang menghubungkan kekuatan- kekuatan politik dan ideologi sosial dengan lembaga pemerintahan yang resmi.

  Giovanni Sartori adalah ahli lain yang merintis mengenai studi kepartaian. Ia mendefenisikan partai politik sebagai suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-

   10 calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan politi Defenisi ini lebih bersifat taktis Sigmund Neumann, Modern Political Parties, dalam Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, 11 Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 404

  G. Sartori, Parties and Party Systems, hlm. 63 dalam Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 404 karena menghubungkan langsung partai politik dengan pemilu dan tujuannya langsung untuk memperoleh kekuasaan dengan caramenempatkan wakil-wakilnya pada jabatan-jabatan publik. Pengertian yang dikemukan Giovanni Sartori ini mungkin dapat dikatakan sebagai cerminan partai- partai politik di era modern seperti sekarang ini.

  I.6.2.2. Fungsi Partai Politik

  Pandangan partai politik diantara negara yang menganut asas demokrasi tentulah berbeda dengan negara yang otoriter. Perbedaan pandangan ini tentulah berimplikasi kepada fungsi partai politik yang ada dalam negara tersebut. Di negara yang menganut paham demokrasi, partai politik menjalankan fungsi sesuai hakikat awal partai itu terbentuk. Yaitu sebagai sarana aspirasi bagi masyarakat untuk terlibat dalam persoalan persoalan negara. Sebaliknya dinegara yang menganut paham otoriter, partai politik cenderung menyimpang dari hakikatnya melainkan cenderung hanya menjadi motor yang menjalankan kehendak penguasa.

  Dalam bagian ini peneliti akan menguraikan fungsi partai politik di negara yang menganut paham demokrasi seperti halnya Indonesia. Adapun fungsi partai politik di negara demokrasi adalah sebagai berikut.

  I.6.2.2.1. Partai Politik Sebagai Sarana Komunikasi politik

  Seperti yang telah dikemukan diatas bahwa pada awalnya partai politik dibentuk untuk menampung aspirasi dari masyrakat untuk selanjutnya dapat disuksesikan kepada lembaga penyelenggara negara. Aspirasi yang dimaksud dapat berupa tuntutan ataupun kepentingan yang dianggap menjadi sebuah permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan harapan apayang menjadi aspirasi tersebut dapat diterima oleh lembaga negara dan kemudian dijadikan sebagai kebijakan umum. Itulah sebabnya partai politik dipandang sebagai media perantara antara rakyat dengan pemeerintah atau dengan kata lain partai politik sebagai sarana komunikasi politik

  

  antara pihak yang memerintah dan pihak yang diperintah. Partai politik juga harus peka ataupun responsive terhadap tuntutan yang disampaikan oleh masyarakat shingga secara maksimal dapat disalurkan ke lembaga pemerintah pembuat kebijakan.

  Dalam negara demokrasi yang pluralis seperti Indonesia tentu terdapat banyak suara-suara ataupun aspirasi yang berkembang dari setiap individu. Suara ataupun aspirasi tersebut akan hilang begitu saja apabila tidak dihimpun ataupun ditampung dengan aspirasi dari individu lain yang mempunyai suara yang senada. Proses seperti ini dalam sebuah sistem politik dinamakan sebagai penggabungan kepentingan (interest aggregation). Langkah selanjutnya setelah proses penggabungan kepentingan tersebut adalah pengolahan dan perumusan dari kepentingan-kepentingan tersebut agar menjadi linear dan teratur. Proses seperti ini dinamakan sebagai perumusan kepentingan (interest articulation).

  Apabila tidak ada yang bertugas untuk mengagregasi dan mengartikulasi maka kepentingan dari setiap individu akan ricuh dan saling berbenturan. Jadi proses agregasi dan artikulasi kepentingan tersebut dapat mengurangi benturan antara kepentingan-kepentingan individu tersebut. Agregasi dan artikulasi itulah salah satu

   fungsi dari komunikasi partai politik .

  Selanjutnya formulasi kepentingan tersebut dielaborasi ditatanan partai politik 12 untuk disusun menjadi usulan kebijakan. Usulan kebijakan tersebut kemudian di 13 Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, Yogyakarta: Media Pressindo, 2007, hal. 98 Miriam Budiardjo, Op. Cit. 406.

  bahas untuk dijadikan platform partai dan kemudian diperjuangkan ke pemerintah melalui wakil-wakil mereka di parlemen dengan harapan dapat diwujudkan menjadi sebuah kebijakan publik (publicpoicy). Seperti itulah tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerinth melalui perantara partai politik.

  Dalam uraian diatas telah dibahaas bagaimana partai politik berfungsi sebagai sarana komunikasi politik yang sifatnya bergerak dari bawah (masyarakat) ke atas (pemerintah). Partai politik juga berperan sebagai sarana komunikasi politik dari atas ke bawah. Patai politik berperan untuk memperbincangkan rencana kebijakan- kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah untuk disampaikan kepada umum (masyarakat). Dengan begitu akan terjadi arus informasi yang berimbang dan dialog dua arah antara masyarakat dan pemerintah. Peran partai politik sebagai jembatan sangat perlu dijaga karena disatu sisi pemerintah perlu agar masyarakat mengetahui dan memahami kebijakan- kebijakan yang akan diambil dan di sisi lain pemerintah perlu untuk tanggap dan merespon kepentingan ataupun tuntutan yang ada di masyarakat.

  Dalam menjalankan fungsi inilah partai politik disebut sebagai perantara terhadap kepentingan antara pemerintah dan masyarakat. Terkadang sering dikatakan bahwa bagi pemerintah partai politik berperan sebagai alat pendengar sedangkan bagi masyarakat sendiri partai politik berperan sebagai pengeras suara yang bertindak untuk menyampaikan suara-suara masyarakat. Namun dalam kenyataannya sering sekali fungsi komunikasi politik dalam partai poltiik berjalan berat sebelah yang dapat mengancam kehidupan politik yang tidak sehat.

I.6.2.2.2. Partai Politik Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

  Dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orintasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Ia adalah bagian dari proses yang menentukan sikap politik seseorang, misalnya mengenai nasionalisme, kelas

  

  sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan kewajiba Sosialisai politik merupakan sebuah proses pengenalan terhadap norma-norma politik dari suatu generasi ke genarasi selanjutnya. Jadi menjadi wajar apabila sosialisasi politik di ibaratkan sebagai ciakal bakal bagi pembentukan budaya politik.

  Dalam bebeapa konteks, sosialisasi politik juga di identikkan dengan pendidikan politik. Yaitu bagaimana setiap individu mengalami sebuah proses pembelajaran untuk tanggap terhadap gejala- gejala politik yang ada disekitarnya. Proses sosialisasi politik berjalan secara bertahap dari anak-anak hingga dewasa. Dia berkembang dari lingkungan keluarga, rekan kerja, ataupun pengalaman yang dialami oleh individu tersebut. Dengan demikian proses sosialisasi politik tidak akan berhenti hingga akhir hidup selama individu tersebut masih bersosialisasi dengan lingkungannya.

  Partai politik sangat berperan dalam menyalurkan fungsi sosialisasi politik yang telah diuraikan diatas.oleh karena itu partai politik diharapkan mampu memberikan pendidikan politik kepada masyarakat agar menanamkan nilai-nilai politik kepada generasi yang lebih muda. Hal ini berhubungan terhadap fungsi transformasi norma-norma politik. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat 14 memahami tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Adapun cara- cara Ibid, hlm. 407. yang digunakan partai politik dalam melakukan sosialisasi politik adalah melalui media massa, kursus-kursus, penataran, dan sebagainya. Selain itu dalam fungsi sosialisasi politik ini partai politik juga berperan membantu sistem politik dalam mensosialisasikan sistem politik dan mendidik anggota-anggotanya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab terhadap kepentingan sendiri dan kepentingan

   nasional.

  Jika kita mengamati sisi lain dari fungsi sosialisasi politik yang dilakukan partai politik adalah untuk menciptakan image/citra bahwa partai benar- benar memperjuangkan kepeentingan masyarakat. Ini merupakan suatu hal yang sangat penting agar partai mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk menguasi kekuasaan pemerintah yang merpakan tujuan dari partai politik.Untuk itu setiap partai berusaha untuk mendaptkan dukungan seluas mungkin dan mengkader anggotanya agar mempunyai solidaritas terhadap partainya.

I.6.2.2.3. Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

  Rekrutmen politik berhubungan kepada upaya partai politik untuk mencari dan mengajak orang-orang tertentu bergabung kedalam partai. Partai politik juga berperan untuk menyeleksi para anggotanaya kemudian untuk diusulkan menjadi calon pemimpin partai. Tentunya kader-kader yang diproyeksikan menjadi pemimpin partai adalah kader-kader yang berkualitas karena bertujuan untuk mengembangkan partai menjadi lebih besar. Untuk merekrut calon anggota cara yang digunakan mungkin dengan cara melakukan pengkaderan yang sebelumnya diawali dengan kontak pribadi, persuasi dan lain- lain. Sedangkan dalam hal perekrutan untuk calon 15 pemimpin partai, biasanya setiap partai membentuk sebuah team untuk membuat

  Winarno, Loc. Cit kualifikasi calon pemimpin yang ideal. Kemudian barulah kemudian diadakan pemilihan untuk menentukan calon pemimpin partai politik tersebut.

  Namun fungsi rekrutmen politik yang dijalankan oleh partai politik tidak hanya terbatas pada fungsi internal saja. Partai politik juga mempunyai peran rekrutmen politik terhadap calon pemimpin nasional. Namun biasanya calon yang akan direkrut untuk diusung menjadi pemimpin nasional merupakan calon yang berada dalam partai politik tersebut. Alasannya jelas agar calon tersebut dapat memperjuangkan apa yang selama ini diperjuangkan oleh partai politik. Sedangkan untuk merekrut calon yang berada di luar partai harus memperhatikan beberapa hal terutama masalah ideologi partai, garis perjuangan partai, dan kesempatan partai untuk berkuasa dalam pemerintahan.Rekrutmen partai politik meliputi perekrutan untuk diusulkan menjadi wakil- wakil rakyat dari pusat hingga daerah dan pemimpin pemerintahan pusat hingga daerah.

  Fokus penelitian ini adalah mengenai perekrutan yang dilakukan oleh partai politik dalam menentukan calon yang akan diusung dalam pemilihan kepala daerah.

  Yaitu mengenai kebijakan partai demokrat dalam menentukan pasangan calon yang akan diusung dalam pemilihan kepala daerah di Sumatera Utara (pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur) 2013.

I.6.2.2.4. Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur Konflik

  Dalam negara yang komposisi masyarakatnya heterogen seperti Indonesia potensi untuk terrjadinya konflik mempunyai peluang yang cukup besar. Di negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan golongan maka sangat rentan untuk terjadi konflik horizontal. Dalam negara demokrasi yang menganut azas kebebasan maka akan sangat mungkin terjadi benturan-benturan pemikiran ataupun kepentingan yang dapat menyulut terjadinya konflik atas perbedaan-perbedaan tersebut. Potensi konflik seperti ini jelas harus dihindari agar terhindar dari masalah disintegrasi bangsa.

  Dalam hal ini partai politik diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut atau paling tidak dapat membantu untuk menekan potensi konflik yang dapat timbul dari perbedaan- perbedaan yang ada di masyarakat. Elit partai dapat menumbuhkan pengertian di antara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan

  

  pendukungnya. Dengan kata lain partai politik dapat dijadikan sebagai penghubung psikologis diantara warga- negara sehingga dapat menciptakan keakraban diantara masyarakat.

I.6.2.3. Sistem Kepartaian

  Pada umumnya system kepartaian dibagi menjadi tiga bagian, yaitu system partai tunggal, system dwi partai dan system multi partai. Penggunaan atas sistem kepartaian ini disesuaikan terhadap negara yang menerapkannya. Negara yang masyarakatnya majemuk seperti Indonesia cenderrung menggunakan sistem multi partai. Hal ini tentu berhubungan dikarenakan terddapat berbagai macam suku, agama, golongan dan kelompok kepentingan dalam negara tersebut. Sehingga setiap kelompok akan membentuk kelompok politiknya sendiri sesuai dengan prinsip yang lebih dekat kepada mereka. Maka oleh sebab itu system ini leih mampu untuk menyalurkan keanekaragaman budaya dan politik dibandingkan system kepartaian lainnya.

16 Op. Cit. hal. 409.

  Namun walaupun demikian bukan berarti sistem multi partai tidak mempunyai kelemahan. Kelemahan dari sistem kepartaian seperti adalah terjadinya pertumbuhan politik yang berlebihan dikarenakan banyaknya partai yang tumbuh dengan ideologi yang berbeda- beda. Hal ini kemudian dapat membuat masyarakat semakin terkotak- kotak menurut ideologi partai politik tersebut. Persaingan antar partai juga tidak akan ada habisnya karena setiap partai mempunyai tujuan sama untuk merebut simpati masyarakat untuk kemudian merebut kekuasaan negara/pemerintahan. Persaingan antara partai politik ini juga dapat memicu terjadinya persaingan diantara peendukung partai yang dapat menyebabkan konflik horizontal di masyarakat.

  I.6.3.Pemilihan Umum dan Pemilihan Umum Kepala Daerah

  I.6.3.1. Pemilihan Umum

  Pemilihan umum atau yang disingkat dengan Pemilu merupakan suau partisipasi politik masyarakat biasa dalam mempengaruhi suatu kebiajakan. Pada hakikatnya Pemilu bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk menduduki jabatan-jabatan publik. Jabatan-jabatan public yang dimaksud meliputi wakil- wakil legislatif dan eksekutif baik ditingkat pusat ataupun daerah. Wakil-wakil rakyat ini bertugas untuk menjalankan keddaulatan rakyat yang telah diserahkan kepada mereka.

  Di Indonesia sendiri, pelaksanaan pemilu pertama kali dilakukan pada tahun 1955. Dalam perjalanan sejarah pelaksanaan Pemilu di Indonesia, Pemilu tahun 1955 ini dinilai yang paling demokratis karena memiliki jumlah peserta yang paling banyak dibandingkan dengan pemilu-pemilu lainnya. Memasuki masa Orde Baru ada penurunan terhadap jumlah peserta Pemilu. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pada saat itu yang melakukan fungsi terhadap partai- partai pada orde lama. Dalam pemerintahan orde baru tercatat hanya ada tiga kompetitor dalam pemilu yaitu Partai Persatuan Pembangunan (fungsi partai- partai Islam) dan Partai Demokrasi Indonesia (fungsi partai-partai nasionalis dan Kristen).Banyak kalangan menilai bahwa era pemerintahan ini merupakan era pemerintahan yang anti demokrasi karena mengekang kebebasan individu dan kelompok.

  Bergesernya rezim otoriter Orde Baru yang digantikan oleh Era Reformasi membawa semangat baru bagi pembangunan demokrasi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan diambilnya kebijakan-kebijakan yang menyokong tonggak demokrasi di Indonesia.Salah satu buktinya adalah dengan adanya pembatasan masa kekuasaan presiden dua periode yang bertujuan untuk menghindari kekuasaan yang otoriter. Selain itu kebebasan untuk mendirikan organisasi- organisasi politik menjadi sebuah pelepas dahaga akan kehidupan demokrasi yang telah di rampas oleh rezim militer orde baru. Kehidupan terus tumbuh di era reformasi sekalipun terkadang terjadi pasang surut dalam perjalanannya.

  Salah satu produk reformasi yang membawa pencerahan bagi iklim demokrasi adalah denga di selenggarakannya pemilihan kepala pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah secara langsung. Sebelumnya pemimpin pemerintahan pusat dan daerah hanya dilakukan oleh lembaga perwakilan saja, namun sekarang telah di serahkan kepad rakyat secara langsung. Ini bertujuan agar rakyat benar- benar terlibat langsung untuk ikut serta dalam menentukan orang/ individu yang akan memiliki kuasa di pemerintahan pusat maupun daerah. Sekalipun pelaksanaan pemilu langsung sanagat menyedot anggaran negara, namun banyak pihak yang memberikan apresiasi atas pemilu langsung ini.

I.6.3.2. Pemilihan Umum Kepala Daerah

  Pemilihan kepala daerah dan wakil daerah berdasarkan pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah dan kepala daerah juncto Peraturan Pemerintah Nomor 49 tahun 2008 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dibawah pemerintahan Provinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Tahun 1945 untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah.

  Pasal 56 (1) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. (2) Pasangan calon sebagaimana yang disebutkan dalam ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan pasal 56 ayat (2) dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat setelah salah satu kepala daerah dari NTB mengajukan pengujian Undang Undnag Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah terkhusus dengan kaitannya terhadap calon perseorangan untuk ikut dalam pemilihan umum kepala daerah.

  Setelah Mahkamah Konstitusi mengabulkan tuntutan atas calon perseorangan tersebut, maka pada tanggal 28 pemerintah menerbitkan Undang- Undang nomor 12 Tahun 2008 sebagai pengganti Undang- Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.

  Diterapkannya sistem pemilihan langsung merupakan sebuah koreksi atas penyelenggaraan pemilu kepala daerah yang selama ini dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penggunaan format pemilihan langsung merupakan sebuah tuntutan dari era demokrasi yang menginginkan liberalisasi dibidang politik.Pemilihan umum kepala daerah juga menunjukan perkembangan kehidupan demokrasi di daerah kearah yang lebih baik. Ini disebabkan karena rakyat didaerah diberi kebebasan dan kesempatan untuk memilih kepala daerahnya sendiri tanpa proses perwakilan.

  Di Provinsi Sumatera Utara sendiri, pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 merupakan pemilukada kedua yang dilakuakan secara langsung. Sebelumnya pemilukada langsung dilakukan untuk memilih calon Gubernur dan Wakil Gubernur Periode 2008- 2013. Pada pemilukada tersebut pasangan Syamsul Arifin- Gatot Pujonugroho yang di usung gabungan partai- partai kecil mampu mengalahkan calon- calon yang di usung oleh partai- partai besar. Jadi menarik untuk diteliti apakah pada pemilihan umum Gubernur dan Wakli Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 calon yang diusung partai besar seperti halnya demokrat mampu memenangkan Pemilukada tersebut.

  I.7. Metodologi Penelitian

  I.7.1. Jenis Penelitian

  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggunakan pendekatan analisis yaitu suatu metode dalam meneliti satu objek, kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu peristiwa yang terjadi di masa sekarang. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta interpretasi yang tepat yang digunakan untuk mempelajari masalah-masalah yang ada dalam masyarakat dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta hubungan-hubungan kegiatan, sikap- sikap, pandangan dan proses yang sedang berlangsung juga suatu pengaruh- pengaruh

  

  dari suatu fenomena. Kemudian disamping itu juga daam penelitian ini dapat digunakan dengan metode interpretasi. Interpretasi dimaksudkan sebagai upaya tercapainya pemahaman yang benar terhadap fakta (yaitu suatu perbuatan dan kejadian), data (pemberian dalam wujud hal atau peristiwa yang disajikan, atau dalam wujud sesuatu yang tercatat tentang hal, peristiwa, atau kenyataan lain yang dapat dijadikan dasar keterangan selanjutnya) dan gejala (sesuatu yang nampak sebagai

   tanda adanya peristiwa dan kejadian).

  I.7.2. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi Sumatera utara, yang berada di Komplek Multatuli Indah Blok FF No. 39-40, Jln Multatuli - Medan

  I.7.3. Teknik Pengumpulan Data

  Untuk memperoleh in formasi, keterangan- keterangan atau fakta- fakta yang diperlukan, maka penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Library Research atau Studi Kepustakaan

  Studi yang dilakukan ini adalah dengan cara pengumpulan data dengan cara menghimpun dan mengumpul buku-buku, dokumen-dokumen, makalah, arsip- arsip, dan literatur-literatur serta seluruh sarana informasi lainnya yang tentu saja berhubungan dengan masalah penelitian ini.

  2. 17 Metode Penelitian Lapangan (Field Research) 18 Mohamad Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia: Jakarta, 1998, hal. 4.

  Syahrin Harahap, Metodoogi Studi Tokoh Pemikiran Islam, Jakarta dan Medan: Istiqomah Mulya Press, 2006, hal. 59

  Yaitu dengan cara datang langsung ke lokasi penelitian untuk menghimpun data- data yang diperlukan, wawancara akan dilakukan kepada pengurus Dewan Pengurus Daerah partai Demokrat Sumatera Utara diantaranya Ketua DPD partai Demokrat SUMUT, Seketaris DPD Partai Demokrat SUMUT dan pihak-pihak terkait.

  I.7.4. Teknik Analisis Data

  Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan metode kualitatif. Jenis analisa data seperti ini banyak digunakan pada jenis penelitian yang bersifat deskriftif, yaitu suatu metode yang lebih didasarkan kepada pemberian gambaran yang terperinci yang mengutamakan penghayatan dan berusaha memahami suatu peristiwa dalam situasi tertentu menurut

  

  pandangan peneliti. Untuk analisis data kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung berwujud kasus- kasus sehingga tidak dapat disusun dalam bentuk angka-angka.

  I.7.5. Sistematika Penulisan

  Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci, serta untuk mempermudah isi dari skripsi ini, maka dengan ini penulis membagi dalam empat BAB. Susunan sistematika penulisan sebagai berikut:

19 Hadari Nawawi, Op. Cit. hal. 40.

  BAB I Pendahuluan Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, pokok

  permasalahan yang akan dibahas, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi yang digunakan dalam penelitian, kerangka teori yang menjadi landasan pemikiran serta sistematika penelitian.

  BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Pada Bab ini akan menggambarkan lokasi penelitian, dalam hal ini

  adalah profil partai demokrat khususnya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) partai demokrat provinsi Sumatera Utara

  BAB III Hasil dan Analisa Data Pada bab ini akan memuat hasil dan analisa data yang didapat dalam

Dokumen yang terkait

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Rekrutmen Calon Kepala Daerah: Studi Terhadap Rekrutmen Calon Walikota Dan Wakil Walikota Dari Partai Demokrat Dalam Rangka Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010

3 57 72

Political Marketing Partai Politik Dalam Pemilihan Umum Presiden 2009 Di Sumut Studi Kasus: DPD Sumut Partai Demokrat

0 42 107

Kebijakan Dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Analisis Pada : Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008)

4 96 75

Implikatur Dalam Jargon Politik Partai Pdi Perjuangan Dan Partai Gerindra Pada Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Periode 2014-2019

6 39 71

Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013

1 17 79

BAB IV PEMBAHASAN A. Muhammadiyah dan Politik - Pengaruh Kebijakan Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Analisis Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Periode 2013 – 2018) - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 14

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kebijakan - Pengaruh Kebijakan Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Analisis Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Periode 2013 – 2018) - Repository UIN Sumatera Utara

1 4 9

BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA A. Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah - Pengaruh Kebijakan Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Analisis Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Periode 20

0 2 32

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Kekuasaan dan Politik Lokal (Studi tentang Peran Pemuda Pancasila dalam Mendukung Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008)

0 0 51