Nilai nilai dalam Sejarah Lokal Kalimant

Nilai-nilai dalam Sejarah Lokal Kalimantan Selatan
Muhammad Azmi
[email protected]
FKIP Universitas Mulawarman

ABSTRAK
Pendidikan nilai merupakan sebuah keniscayaan dalam upaya membentuk
watak atau karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan nilai pada
dasarnya dapat diimplementasikan pada setiap mata pelajaran, tidak terkecuali sejarah.
Sejarah yang mempelajari masa lalu seyogyanya dapat memberikan gambaran bagi
kehidupan di sekarang dan akan datang. Sejarah sebagai mata pelajaran wajib di
sekolah pada dasarnya dapat berkontribusi dalam upaya mengajarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam berbagai peristiwa.
Peristiwa sejarah dapat dijadikan bahan untuk mengajarkan nilai-nilai yang
disebutkan oleh Pusat Kurikulum. Kalimantan Selatan memiliki sejarah yang sangat
panjang sebagaimana yang dijabarkan dalam Sejarah Banjar. Sejarah lokal Kalimantan
Selatan dapat dijadikan alternatif bahan pendidikan nilai yang dapat mencakup nilainilai secara komprehensif. Studi pustaka digunakan dalam tulisan ini sebagai upaya
menggali berbagai literarur yang relevan. Pembahasan dalam tulisan ini diarahkan pada
periodisasi sejarah lokal Kalimantan Selatan dan nilai-nilai yang terkandung dan dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran sejarah.
Kata kunci: nilai, sejarah lokal, Kalimantan Selatan


PENDAHULUAN
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak atau karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional seyogyanya dapat
membentuk karakter peserta didik dengan mengajarkan nilai dalam setiap mata
pelajaran. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan,
dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi
bermartabat (Adisusilo, 2014: 56). Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam
menentukan pilihan (Mulyana, 2011: 11).

Menurut Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (2010: 9-10),
setidaknya ada 18 nilai dalam pembelajaran yang dapat ditanamkan kepada peserta
didik antara lain jujur, semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Sejarah merupakan
mata pelajaran yang mampu memberikan gambaran kepada peserta didik tentang
berbagai peristiwa di masa lampau. Setiap peristiwa sejarah mempunyai hubungan satu
dengan yang lainnya. Dengan kata lain, mempelajari sejarah dapat memberikan peserta
didik gambaran tentang keadaan di masa lalu yang dapat dijadikan bahan refleksi untuk
menghadapi berbagai tantangan di masa akan datang, baik sejarah yang berada dalam

ruang lingkup nasional maupun lokal.
Sejarah Lokal Kalimantan Selatan
Secara harfiah, sejarah diartikan dengan kejadian dan peristiwa yang benarbenar terjadi pada masa lampau. Sejarah dapat diartikan sebagai kejadian di masa
lampau yang memiliki keunikan tersendiri yang berhubungan dengan manusia. Istilah
sejarah dalam bahasa Inggris adalah history yang berasal dari kata historia dalam
bahasa Yunani yang berarti informasi atau penelitian yang ditujukan untuk
memperoleh kebenaran. Menurut Kochhar (2008: 3-5), sejarah adalah sebuah ilmu
yang membahas tentang manusia dalam lingkup ruang dan waktu yang merupakan
dialog antara peristiwa masa lampau dan perkembangan masa depan dengan
menjelaskan masa kini. Adapun Helius Sjamsuddin (2012: 6) mengemukakan bahwa
bahwa sejarah adalah penelitian tentang masa lalu yang berhubungan dengan manusia
atau degan kata lain masyarakat manusia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
sejarah adalah sebuah ilmu yang membahas tentang manusia dalam lingkup ruang dan
waktu yang berhubungan dengan masyarakat manusia.
Sejarah lokal dapat diartikan dengan suatu peristiwa di masa lampau yang
terjadi dalam ruang lingkup suatu tertentu. Menurut Priyadi (2012: 2), terdapat tiga
unsur pengertian sejarah lokal yang membedakan dengan sejarah nasional pada
umumnya, yaitu (1) unit administratif politis, (2) unit kesatuan etnis kultural, dan (3)

unit administratif sebagai kesatuan etniskultural. Pertama , ruang sejarah lokal dapat

diterima apabila berhubungan dengan sejarah politik yang menyangkut dengan wilayah
lokal, seperti provinsi, keresidenan, kabupaten, kawedanan, kecamatan dan kelurahan.
Kedua , ruang sejarah lokal dapat diterima apabila berhubungan dengan suatu peristiwa

yang berkaitan dengan identitas suatu etniskultural, seperti kerajaan yang dibangun
dalam ruang lingkup suatu etnis. Ketiga , ruang lingkup sejarah lokal dapat diterima
apabila berhubungan dengan unit administratif sebagai kumpulan etniskultural, seperti
suatu wilayah yang dibentuk dengan kesepakatan sejumlah etniskultural yang
mendiami daerah tersebut.
Pembagian periode sejarah lokal Kalimantan Selatan didasarkan pada
pembagian pembahasan di dalam buku berjudul Sejarah Banjar yang dibagi dalam
enam periode, yaitu masa pra sejarah, masa kuno (Hindu), masa klasik/Islam (15001900), masa perintis kemerdekaan (1901-1942), masa pendudukan Jepang (19421945), dan masa perang kemerdekaan atau revolusi fisik (1945-1949). Buku tersebut
merupakan kumpulan tulisan para sejarawan lokal yang diakomodir oleh Pemerintah
Propinsi Kalimantan Selatan pada 2003. Pengumpulan tulisan tersebut dikepalai oleh
Muhammad Suriansyah Ideham yang merupakan peneliti dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan. Adapun daftar materi yang
dipelajari di setiap periode dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Periodisasi Sejarah Lokal Kalimantan Selatan
Periode
Pra Sejarah


Kuno (Hindu)









Materi Pokok
Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana
Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Masa bercocok tanam
Masa perundagian
Masuknya agama Hindu di Kalimantan Selatan
Kerajaan kuno antara lain Nan Sarunai, Negara Dipa, dan
Negara Daha


Klasik/Islam
(1500-1900)

Perintis
Kemerdekaan
(1901-1942)
Pendudukan
Jepang (19421945)
Perang
Kemerdekaan
atau Revolusi
Fisik (19451949)



















Tersebarnya agama Islam dan terbentuknya Kerajaan
Banjar
Keadaan politik, ekonomi dan sosial Kerajaan Banjar
Perang Banjar (1859-1905)
Pemerintahan Hindia Belanda di Kalimantan Selatan
Kondisi kehidupan masayarakat di Kalimantan Selatan
Keadaan organisasi pergerakan pada tahun 1928-1942 di
Kalimantan Selatan
Akhir Pemerintahan Hindia Belanda di Kalimantan Selatan

Pemerintahan Pendudukan Jepang
Kondisi kehidupan masyarakat di Kalimantan Selatan
Reaksi rakyat Kalimantan Selatan terhadap Proklamasi 17
Agustus 1945
Tumbuh dan berkembangnya Badan-badan Kelaskaran dan
ALRI DIVISI IV Pertahanan Kalimantan
Perjuangan Gerilya dan terbentuknya Pemerintahan
Gubernur Tentara ALRI
Kedaulatan dan perjuangan ALRI DIVISI IV Pertahanan
Kalimantan diakui Pemerintah RI
Sumber: Sejarah Banjar, 2003

Pembahasan tentang pra sejarah di daerah Kalimantan Selatan sangatlah
terbatas. Sumber belajar yang digunakan dalam pembahasan materi ini adalah Sejarah
Banjar karya M. Suriansyah Ideham, dkk didampingi dengan Borneo Menyikap Gua
Prasejarah karya Luc-Henri Fage, dkk, Sedjarah Kebudayaan Indonesia karya
Soekmono dan Sejarah Nasional Indonesia I karya Sartono Kartodirdjo, dkk.
Pembahasan tentang masa Kuno (Hindu) seputar masuknya agama Hindu di
Kalimantan Selatan yang ditandai dengan berdirinya kerajaan hindu, antara lain Nan
Sarunai, Negara Dipa dan Negara Daha. Pada pembahasan ini sumber yang dijadikan

rujukan utama adalah Sejarah Banjar. Adapun sumber pendamping adalah Kerajaan
Banjar: Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi Perdagangan dan Agama Islam karya
Akhmad Gazali Usman, Hikayat Banjar karya J.J. Ras, dan Sejarah Nasional Indonesia
II karya Sartono Kartodirdjo.

Pembahasan tentang masa klasik/Islam dibagi dalam tiga bagian, yaitu (1)
tersebarnya agama Islam dan terbentuknya Kerajaan Banjar, (2) keadaan politik,
ekonomi dan sosial Kerajaan Banjar, dan (3) Perang Banjar (1859-1905). Pembahasan
pada bagian pertama dan kedua bersumber dari buku karangan Akhmad Gazali Usman
berjudul “Kerajaan Banjar: Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi Perdagangan dan
Agama Islam”. Tulisan ini merupakan rangkuman dan interpretasi penulis dari
berbagai historiografi tradisional Kalimantan Selatan yang menjelaskan tentang
masuknya Islam di Kalimantan Selatan dan berdirinya Kerajaan Banjar, antara lain
Tutur Candi, Hikayat Banjar dan Silsilah Raja-raja Banjar dan Kotawaringin. Adapun
bagian ketiga tentang perang Banjar menggunakan sumber belajar dari buku Sejarah
Indonesia III dan buku berjudul “Kesultanan Banjarmasin pada abad ke-19” buah karya
Ita Syamtasiyah Ahyat.
Pembahasan tentang masa perintis kemerdekaan diarahkan pada masa
berlangsungnya pemerintahan Hindia Belanda di Kalimantan Selatan. Pada materi ini,
pembahasan juga diarahkan pada kondisi masyarakat pada masa pendudukan Hindia

Belanda pasca runtuhnya Kerajaan Banjar. Selain itu, seiring dengan pembahasan juga
diarahkan pada keadaan organisasi di Kalimantan Selatan pada 1928-1942 pasca
terjadinya Sumpah Pemuda di Jawa. Sumber belajar utama dalam pembahasan ini
adalah buku karya Prof. Alex A. Koroh dari Program Studi Pendidikan Sejarah
berjudul Sejarah Perkembangan Pemerintahan di Kalimantan Selatan (1901-1956).
Adapun sumber pendamping dalam pembahasan ini adalah Sejarah Banjar dan buku
berjudul Antara Dayak dan Belanda Sejarah Ekonomi Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan 1880-1942 karya J. Thomas Lindblad.
Pembahasan tentang pendudukan Jepang di Kalimantan Selatan berkisar
pendudukan Jepang di Kalimantan Selatan dan keadaaan masyarakat pada masa
tersebut. Pembahasan diawali dengan materi tentang akhir pemerintahan Hindia
Belanda, dilanjutkan dengan pergantian pemerintahan Jepang yang masuk ke
Kalimantan Selatan dan kemudian ditutup dengan pembahasan tentang kondis

masyarakat Kalimantan Selatan pada masa pendudukan Jepang. Sumber bacaan dalam
pembahasan ini adalah Sejarah Perkembangan Pemerintahan di Kalimantan Selatan
(1901-1956) karya Prof. Alex A. Koroh. Selain itu, Sejarah Banjar juga digunakan
sebagai sumber bacaan pendukung dalam pembahasan materi ini.
Pembahasan tentang perang kemerdekaan atau revolusi fisik berbicara seputar
kemerdekaan Republik Indonesia dan perjuangan masyarakat Kalimantan Selatan pada

masa revolusi fisik. Pembahasan pada pertemuan ini dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu (1) reaksi rakyat Kalimantan Selatan terhadap Proklamasi 17 Agustus 1945, (2)
perkembangan badan-badan kelaskaran dan ALRI DIVISI IV Pertahanan Kalimantan,
dan (3) perjuangan gerilya dan terbentuknya Pemerintahan Gubernur Tentara ALRI
yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia. Sumber bacaan utama dalam
pembahasan materi ini adalah Sejarah Banjar. Adapun sumber bacaan pendukung
adalah Sejarah Perjuangan Gerilya Menegakkan Republik Indonesia di Kalimantan
Selatan (1945-1949) karya Ahmad Gafuri, Kisah Gerilya Kalimantan Periode 19451949 Kodam X/Lambung Mangkurat karya Hasan Basry dan Proklamasi Kesetiaan
Kepada Republik karya Wajidi.
Nilai dalam Pendidikan
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat menyebutkan bahwa salah satu tujuan
utama adalah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak/
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa.....”.
Pembentukan karakter erat hubungannya dengan pendidikan nilai. Dikutip dari
Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya
untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa yang dikeluarkan oleh Pusat

Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2010, disebutkan bahwa

terdapat setidaknya 18 nilai karakter yang dapat diajarkan kepada peserta didik selama
proses pembelajaran berlangsung sebagaimana yang dirangkum dalam Tabel 2
Tabel 2 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai

Deskripsi

1

Religius

2

Jujur

3

Toleransi

4

Disiplin

5

Kerja Keras

6

Kreatif

7

Mandiri

8

Demokratis

Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9

Rasa Ingin Tahu

10

Semangat
Kebangsaan

No

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11

Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan
kesetiaan,
kepedulian,
dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
12
Menghargai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
Prestasi
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13
Bersahabat/
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
Komuniktif
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
lain.
14
Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
15
Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16
Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.
17
Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18
Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber: Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, 2010: 9-10
Berpijak pada tabel 2 di atas, dapat dikatakan bahwa setiap mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah setidaknya memiliki beberapa nilai yang dapat dipetik dari setiap
mata pelajaran, tidak terkecuali pembelajaran sejarah. Sejarah sebagai mata pelajaran
yang mengupas kehidupan di masa lalu seyogyanya dapat menjadi sebuah refleksi bagi
kehidupan masyarakat di masa sekarang dan akan datang. Dengan kata lain, sejarah

sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dapat menjadi wahana dalam
mengajarkan nilai-nilai yang disebutkan sesuai dengan amanah undang-undang.
Nilai-nilai dalam Sejarah Lokal Kalimantan Selatan
Sejarah lokal Kalimantan Selatan meliputi periodisasi masa prasejarah sampai
dengan masa revolusi fisik berdasarkan Sejarah Banjar. Nilai-nilai yang terkandung
dalam periodisasi sejarah tersebut secara ringkas dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3
Periode
Pra Sejarah
Kuno (Hindu)

Klasik/Islam
(1500-1900)
Perintis
Kemerdekaan
(1901-1942)
Pendudukan
Jepang (19421945)
Perang
Kemerdekaan
atau Revolusi
Fisik (19451949)

Rangkuman Nilai dalam Sejarah Lokal Kalimantan Selatan
Nilai Karakter
Religius, Disiplin, Toleransi, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,
Rasa Ingin Tahu, Peduli Lingkungan, dan Tanggung-jawab
Religius, Disiplin, Jujur, Toleransi, Kerja Keras, Kreatif,
Mandiri, Rasa Ingin Tahu, Komunikatif, Peduli Lingkungan,
Peduli Sosial, dan Tanggung-jawab
Religius, Disiplin, Toleransi, Kreatif, Mandiri, Rasa Ingin Tahu,
Komunikatif, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggungjawab
Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Demokratis, Semangat
Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi,
Komunikatif, Gemar Membaca, dan Tanggung-jawab
Jujur, Disiplin, Kerja Keras, Semangat Kebangsaan, Menghargai
Prestasi, dan Tanggung-jawab
Jujur, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Rasa Ingin Tahu,
Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Peduli Sosial, dan
Tanggung-jawab

Berdasarkan tabel 3 di atas, setiap periode dalam sejarah lokal Kalimantan
Selatan dapat dijadikan sebagai wahana dalam mengajarkan nilai-nilai yang dijabarkan
oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Sejarah seyogyanya diajarkan
untuk memberikan pemahamanan tentang masa lalu yang dapat dijadikan sebagai
pelajaran bagi kehidupan di masa yang akan datang,

Peristiwa prasejarah secara umum dapat memberikan gambaran bagaimana
kerjasama masyarakat di masa lalu dalam usahanya untuk mempertahankan
keberlagsungan hidup mereka. Pembagian kerja yang jelas antara satu kelompok untuk
berburu dan kelompok lain untuk meramu makanan memberikan gambaran bahwa
adanya nilai disiplin di dalam satu komunitas. Perkembangan kehidupan masyarakat
pada masa Hindu-Budha dapat menjadi contoh bagaimana toleransi antara pribumi dan
pendatang. Raja pertama Negara Dipa yang merupakan pendatang dari luar dapat
mendirikan sebuah kerajaan di daerah asing. Di sisi lain, suku Dayak yang merupakan
penduduk pribumi juga tidak pernah disebutkan melakukan perlawanan terhadap para
pendatang.
Kehidupan masyarakat di masa Islam yang ditandai dengan berdirinya
Kesultanan Banjar dapat dijadikan sebuah pelajaran yang mampu memberikan
gambaran betapa merasuknya sifat religius ke dalam kehidupan masyarakat di
Kalimantan Selatan. Tak bisa dipungkiri, Islam telah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dalam masyarakat Banjar. Menengok masa Revolusi Fisik di Kalimantan
Selatan dapat memberikan deskripsi betapa tingginya semangat kebangsaan dan cinta
tanah air masyarakat Kalimantan Selatan terhadap Indonesia. Kesetiaan terhadap
Indonesia ditandai dengan dibacakannya proklamasi bergabungnya Kalimantan dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kesimpulan
Sejarah pada dasarnya dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengajarkan nilainilai pendidikan yang disebutkan oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan
Nasional. Sejarah lokal Kalimantan Selatan secara umum dapat menjadi alternatif
bahan pendidikan nilai yang komprehensif guna memenuhi amanah alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Pasal 3 Undangundang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kesuksesan
pendidikan nilai terletak pada kesigapan para aktor pendidikan selama ini selalu

memberikan sumbangsihnya dalam kemajuan pendidikan di Indonesia, terutama para
guru dan stakeholder yang terkait. Semoga, ke depannya sejarah dapat memberikan
kontribus besar dalam pembangunan nilai-nilai kebangsaan yang diharapkan dapat
membentuk karakter masyarakat Indonesia yang kreatif, inovatif dan cinta tanah air
dan memiliki semangat kebangsaan yang tinggi yang mampu mengangkat harkat dan
martabat bangsa Indonesia di mata dunia.
Referensi
Adisusilo, S. 2014. Pembelajaran Nilai-Karakter, Konstruktivisme dan VCT sebagai
Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ideham, M. S., dkk. 2003. Sejarah Banjar . Banjarmasin: Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan.
Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Terj. H. Purwanta dan Yovita Hardiwati.
Jakarta: Grasindo.
Mulyana, R. 2011. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Priyadi, S. 2012. Sejarah Lokal: Konsep, Metode dan Tantangannya . Yogyakarta:
Penerbit Ombak
Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan
Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk
Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.