HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP SEHAT DEN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP SEHAT DENGAN PREVALENSI
INFESTASI STH (SOIL TRANSMITTED HELMINTHS) PADA SISWA SD
DI DESA SUKARAMI KECAMATAN PEMULUTAN
KABUPATEN OGAN ILIR
Eltari Prismasari*, Muhaimin Ramdja**, Indri Seta Septadina**
*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
**Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
ABSTRACT
STH infestation is still a big problem in public health in Indonesia Indonesia
because have advance prevalence about 45-65%. The high prevalence of STH
infestation in Indonesia in addition to influenced by climate covered temperature,
humidity, and rainfall, also influenced by poor personal hygiene, poor sanitation,
education grade, agricultural practices and other places that using human feces as
fertilizer. The purpose of this research was to determine the relationship between the
healthy life behavior with the prevalence of STH infestation in elemetary school
students in Sukarami Village, Pemulutan District , Ogan Ilir Regency. The design of
this research is analytic cross-sectional. The data was collected by structured interview
with questionaire and collecting feces aid then examined using Kato-Katz method and
the Harada Mori modification. The results obtained were analyzed using chi-square
statistical test.The results of this study showed that the prevalence of STH infestation
incidence was 10% with the details infestation Ascaris lumbricoides (2%), Trichuris

trichiura infestation (7%), mixed between Ascaris lumbricoides and Trichuris trichiura
infestation (1%). The results of statistical tests obtained the variables that had p value <
0,05 are health behavior, the habit of washing hands before eating and habit of hand
washing after defecation and at the result of multivariate logistic regression analysis
was obtained the variables that had p value < 0,05 are healthy behavior and habit of
washing hands after defecation . From that results it can be concluded that healthy life
behavior and hand washing after defecation are the variables that influence the STH
infestations.
Keywords: STH infestations, healthy life behavior, Sukarami Village, Ogan Ilir Regency
Pendahuluan
Infestasi Soil Transmited
Helminths (STH) adalah infestasi pada
manusia yang disebabkan oleh cacing
nematoda parasit yang ditularkan
melalui tanah yang terkontaminasi
melalui kontak langsung dengan telur
parasit atau larva yang berada di tanah
(CDC 2010a ; Bethony et.al , 2006).
Tiga penyebab utama infestasi STH
adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris

trichiura dan cacing tambang (Necator

americanus
dan
Ancylostoma
duodenale) (Bethony et.al, 2006).
Diperkirakan bahwa lebih dari
dua milyar orang di dunia terinfestasi
STH (Hotez et.al, 2006). Menurut
WHO (2012) sekitar lebih dari satu
milyar orang terinfestasi oleh Ascaris
lumbricoides, 795 juta orang terinfestasi
Trichuris trichiura, dan 740 juta orang
terinfestasi
cacing
tambang
(Ancylostoma duodenale dan Necator

1


americanus). Distribusi prevalensi
infestasi STH meningkat di negaranegara yang
beriklim tropis dan
substropis karena telur dan larva cacing
lebih dapat berkembang di tanah yang
hangat dan basah ( de Silvia et.al,
2003 ; Bethony et.al, 2006). Asia
Tenggara merupakan salah satu wilayah
yang memiliki prevalensi tinggi
infestasi STH di dunia ( de Silvia et.al,
2003).
Infestasi STH masih merupakan
masalah besar dalam kesehatan
masyarakat di Indonesia karena
prevalensinya masih tinggi yaitu kurang
lebih 45 – 65% bahkan di wilayahwilayah tertentu yang memiliki sanitasi
lingkungan buruk prevalensi infestasi
STH bisa mencapai 80% (Ali, 2007).
Infestasi STH dapat mengenai semua
golongan usia, tetapi sebuah studi

epidemiologi menyatakan bahwa anakanak usia sekolah merupakan populasi
terbesar dalam infestasi STH (Hotez
et.al, 2003 ; Depkes RI, 2006 ).
Berdasarkan survei terkait golongan
usia, anak sekolah dasar memiliki
prevalensi kecacingan cukup tinggi
yaitu sekitar 60 – 80 % (Depkes RI,
2006). Hasil survei kecacingan oleh
Ditjen P2PL tahun 2009 menyebutkan
31,8% siswa-siswi SD menderita
kecacingan.
Penularan infestasi STH pada
manusia dapat terjadi melalui dua cara
yaitu penularan secara langsung melalui
telur cacing yang masuk ke mulut,
misalnya telur menempel pada kuku
atau tangan melalui tinja yang telah
terinfestasi
kemudian
tertelan.

Penularan melalui larva, larva cacing
dapat menembus kulit terutama
ditularkan dengan berjalan tanpa alas
kaki di tanah yang terkontaminasi.
Selain itu salah satu jenis cacing
tambang (Anclostoma duodenale) dapat
juga ditularkan melalui tertelannya
larva. (Pohan, 2006 ; CDC, 2010e).

Tingginya prevalensi infestasi
STH di Indonesia selain dipengaruhi
oleh iklim yang meliputi suhu,
kelembaban, dan curah hujan juga
dipengaruhi oleh personal hygiene yang
buruk, sanitasi lingkungan yang buruk,
tingkat
pendidikan,
agricultural
practice
dan tempat-tempat yang

menggunakan feses manusia sebagai
pupuk ( CDC, 2010a ; Brooker, 2002).
Anak usia sekolah dasar menjadi
populasi terbesar dalam infestasi STH
dikarenakan aktifitas mereka banyak
berhubungan dengan tanah, hal ini erat
kaitannya dengan perilaku hidup sehat
atau personal hygiene. Menurut
Jalaluddin (2009), ada hubungan
bermakna antara perilaku hidup sehat
yang meliputi kebersihan kuku,
penggunaan alas kaki, dan kebiasaan
cuci tangan dengan angka kejadian
infestasi STH pada siswa SD . Hasil
penelitian lain didapatkan bahwa
kebiasaan bermain di tanah, kebiasaan
defekasi kebiasaan makan jajanan
terkait
food handling jajanan
merupakan

faktor resiko kejadian
infestasi STH (Sumanto, 2010 ; Dly,
2008).
Infestasi STH
memberikan
dampak yang cukup luas. Walaupun
infestasi STH jarang menyebabkan
kematian, tetapi infestasi ini dapat
menyebabkan dampak kronik dan
membahayakan kesehatan dan status
nutrisi penderita (Hotez et.al, 2006).
Infestasi STH dapat menyebabkan
kecacatan dengan memperburuk status
nutrisi dan menganggu proses koqnitif,
sehingga
dapat
menurunkan
produktifitas penderita dan menurunkan
sumber daya manusia (WHO, 2010 ;
Depkes RI, 2006).

Berdasarkan tingginya prevalensi
infestasi STH pada anak SD,
dampaknya terhadap kesehatan dan
hubungannya dengan perilaku hidup
sehat, maka peneliti ingin mengetahui

2

prevalensi infestasi STH dan kekuatan
hubungannya dengan perilaku hidup
sehat pada siswa SD di Desa Sukarami,
Kecamatan Pemulutan, Kabupaten
Ogan Ilir yang mana belum ada data
sebelumnya
mengenai
prevalensi
infestasi STH dan hubungannya dengan
perilaku hidup sehat pada siswa SD di
Desa Sukarami, Kecamatan Pemulutan,
Kabupaten Ogan Ilir.

Metode Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian analitik dengan rancangan
cross sectional, dengan menggunakan
data primer. Data sampel diperoleh
melalui proses wawancara dengan
bantuan
kuisioner
pada
subjek
penelitian dan data hasil pemeriksaan
tinja dilakukan dengan menggunakan
teknik Kato Katz dan teknik Harada
Mori
modifikasi.
Penelitian
ini
dilaksanakan SD (Sekolah Dasar) yang

berada di Desa Sukarami, Kecamatan
Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir dan
Laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya dari
bulan Oktober sampai Desember 2012.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SD yang berada di
Desa Sukarami, Kecamatan Pemulutan,
Kabupaten Ogan Ilir yaitu siswa SD di
SD Negeri 19 Desa Sukarami berjumlah
144 orang. Peneliti mensensus seluruh
polulasi untuk dijadikan subjek
penelitian
dengan
memperhatikan
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusi ; (1) Siswa yang bersedia
menjadi responden, (2) Siswa yang
bersedia diperiksa tinjanya, (3) Dapat

berkomunikasi dengan baik. Kriteria
eksklusi ; (1) Siswa yang tidak bersedia
menjadi responden, (2)
Siswa
yang tidak mengembalikan botol berisi
tinja yang sudah diberikan penelitian,

(3)Siswa yang pindah sekolah pada saat
penelitian berlangsung.
Pertimbangan Etik
Pengumpulan data yang dilakukan
pada subjek penelitian dilakukan setelah
mendapat perizinan dari Fakultas
Kedokteran universitas Sriwijaya, Dinas
Pendidikan Kabupaten Ogan Ilir dan
Kepala Sekolah SD Negeri 19 Desa
Sukarami. Informed consent dan
persetujuan dari subjek penelitian
dilakukan sebelum pengambilan data
primer.
Tahap penelitian
Data yang dikumpulkan meliputi
data yang meliputi terkait perilaku
hidup sehat dan data hasil pemeriksaan
feses.
Data terkait perilaku hidup sehat
meliputi kebiasaan memakai alas kaki,
kebiasaan mencuci tangan sebelum
makan, kebiasaan mencuci tangan
setelah BAB, kebiasaan membersihkan
dan memotong kuku, kebiasaan BAB,
perilaku pengobatan mandiri pada anak,
kebiasaan makan jajanan terkait food
handling jajanan diperoleh dari proses
wawancara dengan bantuan kuisioner
kepada setiap subjek penelitian.
Masing- masing jawaban untuk setiap
kebiasaan akan diberi skor “2”, “1” dan
“0” kemudian skor jawaban akan
ditotal. Jawaban yang mendapatkan
skor ≥ 75 % dari skor total
dikategorikan kebiasaan “baik” dan
jawaban yang mendapatkan skor < 75%
dari skor total dikategorikan kebiasaan “
tidak baik”.
Data hasil pemeriksaan tinja
diperoleh dari pemeriksaan tinja dari
sampel feses yang dikumpulkan oleh
tiap-tiap subjek penelitian dengan
mengunakan teknik Kato Katz dan
teknik Harada Mori modifikasi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ada
tidaknya telur cacing dan kista pada

3

pemeriksaan
mikroskopis.
Pengumpulan tinja dilakukan dengan
cara membagikan pot kepada tiap-tiap
subjek penelitian yang telah diberi label
sebagai identitas pengambilan tinja,
keesokan harinya pot yang sudah berisi
tinja diserahkan ke peneliti dan
langsung dibawa ke Laboratorium
Parasitologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas Sriwijaya untuk dilakukan
pemeriksaan.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul
dilakukan pemeriksaan/validasi data,
pengkodean, rekapitulasi, dan tabulasi,
kemudian dilakukan analisis statistik
dengan menggunakan program SPSS
Versi 20,0. Rancangan analisis statistik
yang akan digunakan adalah analisis
univariat, bivariat, dan multivariat.
Analisis univariat dilakukan untuk
menampilkan distribusi frekuensi dari
masing-masing
variabel.
Analisis
bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan atau kekuatan resiko (Odds
Ratio/ OR ) antara variabel independent
dengan
variabel
dependent
menggunakan uji chi square sehingga
diperoleh nilai nilai p dan nilai OR
dengan
menggunakan
derajat
kemaknaan alpha = 0,05 (derajat
kepercayaan 95%). Bila nilai p < 0,05
maka
hasil
statistik
dinyatakan
bermakna/berhubungan.
Kemudian
variabel yang didapatkan memiliki nilai
p < 0,05 akan dimasukan dalam analisis
multivariat untuk mengetahui pengaruh
paparan secara bersama-sama dari
beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian infestasi. Uji statistik
yang digunakan adalah regresi logistik
untuk memperoleh model persamaan
yang sesuai.
Berikut
persamaan
yang
digunakan : Y = α + β1X1 + β2X2 +
β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7
+ β8X8 + µ.

Aplikasi dari model persamaan
yang diperoleh dapat digunakan untuk
memprediksi variabel
terhadap
kejadian infestasi STH pada siswa SD
Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir 2012 dengan
menggunakan rumus probabilitas yaitu (
Dahlan, 2008) :
p = 1/(1 + e-y)
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Hasil
penelitan
ini
mendeskripsikan semua data yang
diperoleh dari seratus (100) sampel
siswa SD Desa Sukarami Kecamatan
Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir 2012 .
Data - data yang disajikan meliputi
prevalensi infestasi STH, distribusi
perilaku hidup sehat, dan hubungan
perilaku hidup sehat dengan infestasi
STH. Dari 144 orang siswa, hanya ada
100 siswa yang memenuhi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi.
Prevalensi Infestasi STH
Dari hasil pemeriksaan tinja
menunjukan 10 orang (10,0%) positif
dan 90 orang (90,0%) yang negatif
terinfestasi STH. Prevalensi infestasi
STH pada siswa SD di Desa Sukarami
Kecamatan Pemulutan adalah 10,0 %.
Tabel 1. Prevalensi Infestasi STH pada Siswa
SD Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir 2012 (N= 100)
Infestasi STH
+
Jumlah

N (orang)
10
90
100

%
10,0
90,0
100

Berdasarkan tabel 2 dapat
diketahui bahwa prevelensi infestasi
STH pada anak umur 5 – 9 tahun
sebanyak 5 orang (7,6 %) dan pada anak
umur 10 – 14 tahun sebanyak 5 orang
(14,7 %).

4

Tabel 2. Prevalensi Infestasi STH
Berdasarkan Umur
Umur

5–9
10 – 14
Jumlah

Terinfestasi STH
Positif (+)
Negatif (-)
N
%
N
%
5
7,6
48
92,4
5
14,7
42
85,3
10
10,0
90
90,0

Ju
mla
h
66
34
100

Berdasarkan tabel 3 dapat
diketahui bahwa prevalensi infestasi
STH pada anak laki-laki lebih banyak
dari pada anak perempuan.
Tabel 3. Prevalensi Infestasi STH
Berdasarkan Jenis Kelamin

5

Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

Terinfestasi STH
Positif (+) Negatif (-)
N
%
N
%
7
12,7
48 87,3
3
6,7
42 93,3
10 10,0 90 90,0

Juml
ah
55
45
100

Berdasarkan tabel 4 dapat
diketahui bahwa jenis cacing yang
paling banyak menginfestasi adalah
Trichuris trichiura sebanyak 7,0%,
kemudian Ascaris lumbricoides 2,0%,
infestasi campuran 1,0% dan tidak
ditemui infestasi cacing tambang.
Tabel 4. Prevalensi Infestasi STH Berdasarkan Jenis Cacing yang Menginfestasi
Jenis Cacing
Positif (+)
Ascaris lumbricoides
Trichuris trichiura
Cacing Tambang
Campuran
Jumlah

N
2
7
1
10

Terinfestasi STH
Negatif (-)
%
N
%
2,0
89
89,0
7,0
93
93,0
100
100,0
1,0
99
99,9
10,0
90
90,0

Perilaku Hidup Sehat
Distrubusi perilaku hidup sehat
yang meliputi kebiasaan memakai alas
kaki, kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan, kebiasaan mencuci
tangan sesudah BAB, kebiasaan
membersihkan dan memotong kuku,

Jumlah

100
100
100
100
100

kebiasaan BAB, perilaku pengobatan
mandiri pada anak dan kebiasaan makan
jajanan terkait food handling jajanan
pada siswa SD di Desa Sukarami
Kecamatan Pemulutan dapat dilihat
pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Perilaku Hidup Sehat pada Siswa SD Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir 2012 (N =100)

Perilaku Hidup Sehat
Baik
Tidak baik
Alas Kaki
Baik
Tidak baik
Cuci Tangan Sebelum makan
Baik
Tidak baik
Cuci Tangan seseudah BAB
Baik
Tidak baik
Kebersihan Kuku
Baik

N (Orang)
58
42

%
58,0
42,0

68
32

68,0
32,0

78
22

78,0
22,0

86
14

86,0
14,0

65

65,0

6

Tidak baik
Kebiasaan BAB
Baik
Tidak baik
Perilaku Pengobatan Mandiri
Baik
Tidak baik
Kebiasaan Jajan
Baik
Tidak Baik
Jumlah

Hubungan Perilaku Hidup Sehat
dengan Infestasi STH
Untuk mengetahui hubungan
variabel-variabel perilaku hidup sehat
yang meliputi kebiasaan memakai alas
kaki, kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan, kebiasaan mencuci
tangan
setelah
BAB,
kebiasaan

35

35,0

54
46

54,0
46,0

18
82

18,0
82,0

36
84
100

36,0
84,0
100

membersihkan dan memotong kuku,
kebiasaan BAB, perilaku pengobatan
mandiri pada anak, kebiasaan makan
jajanan terkait food handling jajanan
dengan infestasi STH dilakukan uji
statistik menggunakan chi square.
Hasil uji statistik tersebut dapat dilihat
pada tabel 6.

Tabel 6. Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan Infestasi STH

Variabel Terikat dan Variabel Bebas
No.

OR
95% CI

Nilai p

1

Perilaku hidup sehat dengan kejadian infestasi STH

2

Kebiasaan memakai alas kaki dengan kejadian infestasi
STH

3

Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan
kejadian infestasi STH

6,938
1,753- 27,458

0,007

4

Kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB dengan kejadian
infestasi STH

9,000
2,180- 37,161

0,004

5

Kebiasaan membersihkan dan memotong kuku dengan
kejadian infestasi STH

1,269
0,333 - 4,835

0,737

6

Kebiasaan BAB dengan kejadian infestasi STH

1,195
0.323- 4,417

1,000

7

Pegobatan mandiri dengan kejadian infestasi STH

2,096
0,248 – 17,678

0,685

8

Kebiasaan jajan terkait foodhandling jajanan

5,727
0,695 – 47,193

0,090

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
variabel yang memiliki hubungan

15,545
1,885 – 128,222

0,002

0,901
0,217 – 3,740

1,000

dengan infestasi STH pada siswa SD di
Desa Sukarami degang nilai p < 0,05

7

adalah perilaku hidup sehat, kebiasaan
mencuci tangan sebelum makan dan
kebiasaan mencuci tangan sesudah
BAB.
Ketiga variabel yang memiliki
hubungan bermakna secara statistik
berdasarkan analisis bivariat, kemudian

dilakukan analisis multivariat untuk
melihat besar pengaruh variabelvariabel bebas terhadap kejadian
infestasi STH. Hasil analisis multivariat
regresi
logistik
dengan
metode
Backward LR dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik dengan Metode Backward LR
Langkah 1

Variabel
Perilaku hidup sehat

Koefisien
2,150
0,611

Langkah 2

Kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan
Kebiasaan mencuci tangan
sesudah BAB
Konstanta
Perilaku hidup sehat
Kebiasaan mencuci tangan
sesudah BAB
Konstanta

2,367

1,326
- 4,222
1,596

-4,219

Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa pada hasil akhir analisis
multivariat dengan metode backward
LR menunjukan perilaku hidup sehat
memiliki nilai p = 0,032 (OR : 10, 664 ;
CI 95% : 1,229 - 92,553) dan kebiasaan
mencuci tangan sesudah BAB memiliki
nilai p = 0,037 (OR : 4,931 ; CI 95 % :
1,098- 22,141 ) yang berarti bahwa
perilaku hidup sehat dan kebiasaan
mencuci tangan sesudah BAB terbukti
berpengaruh terhadap kejadian infestasi
STH pada siswa SD Desa Sukarami
Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan
Ilir 2012. Faktor yang paling dominan
dari kedua variabel tersebut terhadap
kejadian infestasi STH adalah perilaku
hidup sehat yang dapat dilihat dari nilai
OR yang paling besar yaitu 10,664.
Berdasarkan nilai koefisien dan
nilai Exp(B)/ OR(IK95%) dari masing –
masing
variabel
maka
didapat
persamaan :
Y = α + β1X1 + β2X2

Exp(B)/ OR(IK95%)
8,586
(0,898 - 82,082 )
1,483
(0,339- 10,029 )
3,768
(0,708- 20,062)
0,015
10,664
(1,229 - 92,553 )
4,931
(1,098- 22,141 )
0,015

P
0,062
0,480
0,120
0,000
0,032
0,037
0,000

Y = -4,219 + 1,596 (X1/Perilaku Hidup
Sehat)
+
2,367
(X2/Kebiasaan
Mencuci Tangan Sesudah BAB)
dengan nilai X = 1 jika memiliki resiko
tersebut dan X = 0 jika tidak memiliki
resiko tersebut.
Model persamaan yang diperoleh
dimasukan kedalam rumus probabilitas
untuk memprediksi besarnya pengaruh
perilaku hidup sehat dan kebiasaan
mencuci tangan sesudah BAB terhadap
kejadian infestasi STH pada siswa SD
Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan
Kabupaten Ogan Ilir 2012, sehingga
didapatkan persamaan :
p = 1/(1 + e-y)
p = 1 /(1 + 2,7 - (-4,219 + 1,596 (X1) + 2,367 (X2) ))
Jika kita menghitung nilai
probabilitas pada orang yang memiliki
perilaku hidup sehat katergori tidak baik
( X1 = 1 ) dan memiliki kebiasaan
mencuci tangan sesudah BAB kategori
tidak baik ( X2 = 1 ) maka didapatkan
nilai :

8

p = 1 /(1 + 2,7 - (-4,219 + 1,596 (1) + 2,367 (1) ))
p = 0,436  43,6 %

mencuci tangan sesudah BAB kategori
baik (X2 =0 ) maka didapatkan nilai :

Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa anak yang memiliki perilaku
hidup sehat kategori tidak baik dan
kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB
kategori
tidak
baik
memiliki
kemungkinan untuk terinfestasi STH
sebesar 43,6 %.
Sedangkan jika kita menghitung
nilai probabilitas pada orang yang
memiliki perilaku hidup sehat katergori
baik ( X1 = 0) dan memiliki kebiasaan
Pembahasan

p = 1 /(1 + 2,7 - (-4,219 + 1,596 (0) + 2,367 (0) ))
p = 0,014  0,14 %

Kejadian Infestasi STH
Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa dari 100 siswa SD di Desa
Sukarami Kecamatan Pemulutan yang
dilakukan pemeriksaan feses secara
laboratorium didapatkan sebanyak 10
siswa (10%) yang terinfestasi STH
dengan rincian 2 siswa terinfestasi
Ascaris lumbricoides (2%), 7 siswa
terinfestasi Trichuris trichiura (7%), 1
siswa terinfestasi campuran Ascaris
lumbricoides dan Tricuris trichiura
(1%) dan tidak ditemukan infestasi
cacing tambang. Hasil ini tidak jauh
berbeda dari hasil penelitian yang
dilakukan pada siswa SD di SDN 03
Pringapus, Jawa Tengah sebesar 10,7%
(Texanto, 2008). Namun pada penelitian
lain didapatkan hasil infestasi STH yang
jauh lebih tinggi seperti di SD Karang
Mulyo 2, Kabupaten Kendal sebesar
21,57 % (Maharani, 2005) , di
Kecamatan Blangat Kota Lhokseumawe
sebesar 52,7 % (Jalaludin, 2009), di SD
Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga
sebesar 55,8% (Dly, 2008) dan dari
laporan Ditjen P2PL 2009 prevelensi
infestasi STH pada siswa SD di
Indonesia sebesar 31,8%.
Perbedaan
angka
kejadian
infestasi STH pada masing-masing

Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa anak yang memiliki perilaku
hidup sehat kategori baik dan kebiasaan
mencuci tangan sesudah BAB kategori
baik memiliki kemungkinan untuk
terinfestasi STH sebesar 0,14 %.

penelitian kemungkinan dikarenakan
oleh adanya perbedaan faktor resiko
dibeberapa tempat penelitian terutama
yang berhubungan dengan sanitasi
lingkungan, perilaku hidup dan kondisi
geografis (Wachidaniyah, 2002 dalam
Dly, 2008). Angka kejadian yang jauh
lebih rendah dibandingkan penelitianpenelitian
sebelumnya
dapat
dikarenakan
oleh
semakin
meningkatnya pengetahuan masyarakat
mengenai perilaku hidup sehat. Hal ini
dibuktikan dari hasil yang didapatkan
bahwa 58% siswa SD memiliki perilaku
hidup sehat kategori baik, 78 %
memiliki kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan ketegori baik, 86 %
memiliki kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan ketegori baik dan 65 %
memiliki kebiasaan membersihkan dan
memotong kuku kategori baik. Selain
itu rendahnya prevalensi infestasi STH
juga dapat dipengaruhi oleh adanya
keterbatasan
peneliti
pada
saat
melakukan pemeriksaan feses.
Dari hasil penelitian yang
didapatkan infestasi terbanyak adalah
infestasi Trichuris trichiura (7%)
kemudian menyusul infestasi Ascaris
Lumbricoides (2%) dan ditemui adanya
infestasi campuran antara Trichuris
trichiura dan Ascaris Lumbricoides
sebesar 1%. Infestasi kedua jenis cacing

9

ini selalu dijumpai bersamaan, karena
epidemiologi kedua jenis cacing ini
sama baik mengenai jenis tanah maupun
temperatur optimun untuk dapat jadi
telur yang infektif (Samad, 2008).
Tetapi pada penelitian ini tidak ditemui
infestasi cacing tambang, hal ini
kemungkinan
dikarenakan
daerah
pemulutan bukan merupakan daerah
perkebunan yang merupakan tempat
hidup yang cocok untuk cacing
tambang. Cacing tambang memiliki
prevalensi yang tinggi pada daerah
perkebunan seperti perkebunan karet di
Sukabumi, Jawa Barat (93,1%) dan di
perkebunan kopi di Jawa Timur
(80,69%) (Supali & Margono, 2008).
Berdasarkan
jenis
kelamin,
infestasi STH pada anak laki-laki lebih
besar dari pada anak perempuan yaitu
sebesar 12,7 % laki-laki dan 6,7%
perempuan. Sedangkan menurut umur,
kejadian infestasi STH pada rentang
umur 10-14 lebih besar yaitu 14,7 %
dibandingkan kelompok umr 5-9 tahun
yaitu 7,6%.
Perilaku Hidup Sehat
Dari hasil uji statistik yang
dilakukan pada penelitian ini didapatkan
nilai p 0,002 (p