MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (1). docx

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
PENDAHULUAN
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai bagian dari strategi Pemerintah dalam
desentralisasi

pendidikan

bertujuan

memperkuatkan

kehidupan

berdemokrasi

melalui

desentralisasi kekuasaan, sumber daya, dan dana ke masyarakat tingkat sekolah . Konsepnya
berupa desentralisasi manajemen sumber-sumber daya ke tingkat sekolah: pengetahuan,
teknologi, kewenangan (power), bahan, orang, waktu, dan keuangan. Desentralisasi ini bersifat
administratif: keputusan yang dibuat di tingkat sekolah harus dalam kerangka kebijakan nasional.

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS):
Pengertian
Secara garis besar, MBS adalah upaya Mendelegasikan organisasi, manejemen dan tata kelola
(Governance) sekolah; Memberdayakan orang yang paling dekat dengan siswa di kelas, yaitu
guru, orangtua, dan kepala sekolah; Menciptakan peran dan tanggung jawab baru bagi seluruh
orang yang terlibat dalam MBS; Mentransformasikan proses belajar-mengajar yang terjadi di
sekolah (Hallinger, Murphy, & Hausman, 1992).
Landasan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah ,
Pasal 13 ayat (1) f dan Pasal 14 ayat (1) f masing-masing menegaskan bahwa penyelenggaraan
pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial menjadi urusan pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional, Pasal 51 menjamin bahwa pengelolaan satuan pendidikan
dilaksanakan dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Penelitian beberapa negara yang
menerapkam MBS selama beberapa Tahun memperlihatkan: Kepala Sekolah melaporkan
kepuasan kerja yang lebih tinggi, fleksibilitas, percepatan pembuatan keputusan, rendahnya
kadar birokrasi, dan lebih banyak keterlibatan orang tua dan komit sekolah (Abu-Duhou, 1999)

Para Guru merasa lebih diberdayakan, meningkatnya kepuasan kerja, kesungguhan

(committment), dan rasa hubungan kerja sesama rekan (collegiality) (Marks & Louis, 1997).
Esensi
Esensi dari MBS adalah otonomi dan pengambilan keputusan partisipasi untuk mencapai sasaran
mutu sekolah. Otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional
yang berlaku. Pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil keputusan
melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah (Guru,
Karyawan, Siswa, Orangtua, dan Tokoh Masyarakat) didorong untuk terlibat secara langsung
dalam proses pengambilan keputusan yang akan dapat berkonstribusi terhadap pencapaian tujuan
sekolah. Perubahan dimensi pola manajemen pendidikan dari yang lama ke pola yang baru
menuju MBS dapat digambarkan sebagai berikut: Dimensi-dimensi perubahan pola manajemen
pendidikan dari yang lama kepola yang baru menuju MBS dapat digambarkan sebagai berikut:
Subordinasi Otonomi Sentralistik Desentralistik
Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Karakteristik manajemen berbasis sekolah tentunya tidak terlepas dari pendekatan input, proses,
output pendidikan.
Input pendidikan






Memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas .
Tersedianya sumber daya yang kompetitif dan berdedikasi
Memiliki harapan prestasi yang tinggi
Komitmen pada pelanggan

Proses pendidikan




Efeksifitas yang tinggi dalam proses belajar mengajar
Kepemimpinan yang kuat Lingkungan sekolah yang nyaman
Pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif

Output pendidikan




Karakteristik sekolah mandiri dengan MBS, melalui MBS akan nampak karakteristik dari



profil sekolah mandiri
Tujuan penerapan MBS untuk memandirikan atau memperdayakan sekolah melalui
pemberian kewenangan, keluwesan, dan sumber daya untuk meningkatkan mutu
sekolah .

Secara umum sekolah yang mandiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:



Tingkat kemandirian tinggi sehingga tingkat ketergantungan menjadi rendah.
Bersifat adaptif dan antisipatif memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, gigih,



berani mengambil resiko).
Ciri sekolah yang efektif sebagai berikut: Visi dan misi yang jelas sebagai target mutu






yang harus sesuai dengan standart yang telah ditetapkan secara lokal.
Sekolah memiliki output yang selalu meningkat setiap tahun.
Lingkungan sekolah aman, tertib, dan menyenangkan bagi warga sekolah.
Seluruh personil sekolah memiliki visi dan misi, dan harapan yang tinggi untuk ber-



prestasi secara optimal.
Sekolah memiliki sistem evaluasi yang kontinun dan komprehensif terhadap berbagai
aspek akademik dan non akademik

Langkah-langkah Perencanaan




Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah
Merumuskan visi, misi, tujuan, sasaran sekolah yang menjamin kelangsungan hidup dan








perkembangan sekolah
Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran
Melakukan analisis potensi lingkungan (SWOT)
Memilih langkah alternatif pemecahan masalah
Menyusun recana program peningkatan mutu
Melaksanakan rencana program peningkatan mutu
Melakukan evaluasi pelaksanaan




Merumuskan sasaran peningkatan mutu baru .

Manfaat MBS


Penerapan MBS yang efektif secara spesifik mengidentifikasi beberapa manfaat spesifik
dari penerapan MBS sebagai berikut (Kathleen, ERIC_Digests ):



Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang



akan meningkatan pembelajaran.
Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan





keputusan penting
Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran
Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang



dikembangkan di setiap sekolah
Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orangtua dan guru makin



menyadari keadaan keuangan sekolah, batas pengeluaran, dan biaya program sekolah
Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di semua level

Keunggulan MBS



MBS adalah lebih demokratis.
MBS memungkinkan guru dan orangtua dapat mengambil keputusan tentang pendidikan

dengan caracara yang lebih demokratis daripada hanya sekedar memberikan kewenangan






kepada orangorang yang terbatas atau satu kelompok orang pada level pusat.
MBS adalah lebih relevan
MBS adalah tidak birokratis
MBS memungkinkan untuk lebih memiliki akuntabilitas
MBS memungkinkan untuk dapat memobilisasi sumberdaya secara lebih besar

Penutup
Sistem manajemen pendidikan yang sentralisasi telah terbukti tidak membawa kemajuan yang
berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu,
manajemen yang sentralisasi telah menyebabkan terjadinya pemandulan kreativitas pada satuan
pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Untuk mengatasi terjadinya stagnasi di
bidang pendidikan ini perlu adanya paradigma baru dibidang pendidikan. Seiring dengan
bergulirnya era otonomi daerah, terbukalah peluang untuk melakukan reorientasi paradigma

pendidikan menuju kearah desentralisasi pengelolaan pendidikan. Peluang tersebut semakin
tampak nyata setelah di keluarkanya kebijakan mengenai otonomi pendidikan melalui strategi
pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS). MBS bukan sekedar mengubah penedekatan
pengelolaan sekolah dari yang sentralistis ke desentralistis , tetapi lebih dari itu melalui MBS di
yakini akan muncul kemandirian sekolah. Melalui penerapan MBS, kepedulian masyarakat untuk
ikut serta mengontrol dan menjaga kualitas layanan pendidikan akan lebih terbuka untuk

dibangkitkan. Dengan demikian kemandirian sekolah akan diikuti oleh daya kompetisi yang
tinggi akan akuntabilitas publik yang memadai.