Teori teori Belajar yang Digunakan dalam

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses kehidupan manusia tidak luput dari suatu proses yang disebut
belajar. Sejak lahir manusia akan tumbuh dan berkembang baik fisik maupun
mentalnya. Manusia akan selalu berhubungan dengan orang lain dan
lingkungannya, dan disanalah terjadi proses pembelajaran. Belajar merupakan
komponen paling urgen, sehingga tanpa proses belajar sesungguhnya tidak
pernah ada pendidikan.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disintesiskan bahwa belajar adalah
perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di
berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus-menerus dengan
lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan
kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut
mengalami kegagalan di dalam keterampilan proses belajar.
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pendekatan pengajaran

yang memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses
penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses
sains. Kaitannya dengan keterampilan proses dalam pembelajaran, guru
menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat
dalam berbagai pengalaman. Karena kelebihan keterampilan proses membuat
siswa menjadi bersifat kreatif, aktif, terampil dalam berpikir dan terampil
dalam memperoleh pengetahuan. Dengan keterampilan maka siswa dapat
mengasah pola berpikirnya sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil
belajar.
Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif
atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan intelektual memicu siswa
1

menggunakan pikirannya. Keterampilan manual melibatkan siswa dalam
menggunakan alat dan bahan, mengukur, menyusun atau merakit alat.
Sedangkan keterampilan sosial merangsang siswa berinteraksi dengan
sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Biologi merupakan mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun ilmu
pengetahuan alam (IPA atau sains). Ilmu sains berkaitan dengan cara mencari
tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran bukan

hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi, agar peserta didik menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran biologi diarahkan
untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan
alam sekitar.
Teori belajar merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya
belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran peserta didik.
Berdasarkan suatu teori belajar, suatu pembelajaran diharapkan dapat lebih
meningkatkan perolehan peserta didik sebagai hasil belajar. Teori belajar juga
dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling
berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan
yang terkait dengan peristiwa belajar khususnya dalam pembelajaran Biologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam

makalah ini, sebagai berikut: “Bagaimana teori-teori belajar yang digunakan
dalam pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran Biologi?”
C. Tujuan

2

Untuk mengetahui teori belajar yang digunakan dalam pendekatan
keterampilan proses pembelajaran biologi.

BAB II

3

TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori-teori Belajar
Brunner (1964) dalam Wasis (2008) telah meletakkan landasan ilmu
pembelajaran dengan membuat perbedaan antara teori belajar dan teori
pembelajaran. Ia mengatakan bahwa teori belajar adalah deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran adalah preskriptif. Artinya, teori belajar mendeskripsikan
terjadinya proses belajar, sedangkan teori pembelajaran menjelaskan strategi atau

metode yang optimal sehingga dapat memudahkan proses belajar.
Teori adalah sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik dan yang
digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah maupun keluarganya sendiri. Oleh
karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek,
bentuk, dan manifestasinya mutlak di perlukan oleh para pendidik. Adapun
pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan
kognitif,

emosional,

dan

lingkungan

pengaruh


dan

pengalaman

untuk

memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan satu,
keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995). Secara
pragmatis, teori belajar dapat di fahami sebagai prinsip umum atau kumpulan
prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta
dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Diantara sekian banyak
teori yang berdasarkan hasil eksperimen terdapat tiga conditioning, dan yang
sangat menonjol yakni Connectionism, Classical conditioning, dan operant
Conditioning. Teori-teori tersebut merupakan ilham yang mendorong para ahli
melakukan eksperimen-eksperimen lainnya untuk mengembangkan teori-teori
baru yang juga berkaitan dengan belajar.

4


Berikut ini akan dijelaskan beberapa teori belajar menurut para ahli, antara
lain:
1. Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut
teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi
di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena
tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah
apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat.
Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun
akan tetap dikuatkan.
2. Teori Belajar Humanistik
Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh kunci

humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat dijabarkan sebagai
perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam
humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan
dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.
Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan goalnya
adalah untuk membangun manusia yang dapat mengaktualisasikan diri
dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga bahwa
pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual
dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.
Kerana itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia adalah bebas dan

5

memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai
aktualisasi diri. Menurut Carl Rogers, teori belajar humanis:
a) Setiap individu adalah positif, serta menolak teori Freud dan
behaviorisme.
b) Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan
kecenderungan aktualisasi.
c) Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana

diri terdiri dari dua subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
d) Kebutuhan individu ada empat antara lain; pemeliharaan, peningkatan
diri, penghargaan positif (positive regard), dan Penghargaan diri yang
positif (positive self-regard).
Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada
perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia
untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan
untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif
ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya
dengan keberhasilan akademik. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
3. Teori Koneksionisme Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus
dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya
kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat

ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu interaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut
Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat

6

berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang
tidak dapat diamati.
4. Teori Conditioning Watson
Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus
dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan
kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia hal-hal tersebut
sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.
5. Teori Operant Conditioning Skinner
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang
terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan
menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori Skinnerlah yang paling besar

pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Programprogram

pembelajaran

seperti

Teaching

Machine,

pembelajaran

berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak
pada konsep hubungan stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner. Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari
sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan
kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata

melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap
tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukumhukum belajar, diantaranya :
a) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.

7

b) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.
6. Teori Systematic Behavior Clark Hull
Dalam teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun
hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang
akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
7. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai
pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan
kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.
Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat
tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete
operational dan (4) formal operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan
individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005)
menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person
takes material into their mind from the environment, which may mean
changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah
“the difference made to one’s mind or concepts by the process of
assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan
dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan

8

rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan
secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
8. Teori Perilaku (Bandura)
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa
perilaku yang memperoleh penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih
memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak
memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment).
Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar,
penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswa telah
belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan
hasil yang diinginkan
9. Teori Belajar Bermakna (Ausubel)
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan
potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti
Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa,
terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat
kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk
siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan
menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif
kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram,
dan ilustrasi.
Selain yang telah dikemukakan diatas, dalam pendidikan orang dewasa
terdapat dua aliran yang melandasi teori belajar mengajar orang dewasa, yaitu
“scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran
Scientific Stream dikenalkan oleh Edward L. Throndike pada tahun 1928 dalam
“Adult Learning”. Aliran ini menggali dan menemukan teori belajar orang dewasa
melalui penelitian dan eksperimen. Sedangkan aliran artistic stream menemukan
teori belajar orang dewasa ditemukan melalui intuisi dan analisis pengalaman.
Aliran ini dikperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam “The Meaning of
Adult Education” pada tahun 1926. Oleh karena orang dewasa telah memiliki
kematangan dalam hidupnya, maka akan lebih baik jika belajar orang dewasa

9

didasarkan pada pengalaman peserta didik. Lindeman mengidentifikasi beberapa
asumsi pembelajaran orang dewasa yang dijadikan teori belajar orang dewasa,
yaitu:
1. Pembelajar orang dewasa termotivasi belajar karena kebutuhan dan
minat belajar akan memberikan kepuasan
2. Orientasi belajar orang dewasa berpusat pada kehidupan, sehingga unit
pembelajarannya didasarkan pada kehidupan nyata
3. Pengalaman sebagai sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa,
sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman
4. Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam
untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran
guru sebagai instruktur.
5. Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat
dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa
harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu,
tempat dan kecepatan belajar.
B. Keterampilan Proses
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreativitas. Sedangkan proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan
kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses
juga merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen
yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian. Keterampilan
proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan
kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu
kegiatan ilmiah sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau
intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat
karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya.
Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin
mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau

10

perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka
berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara mengajar yang menitik
beratkan

pada

pengembangan

keterampilan-keterampilan

perolehan

yang

gilirannya akan menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan
konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat diaplikasikan dalam suatu kegiatan
ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses
memberi kesempatan kepada siswa agar terlibat secara aktif dalam pembelajaran
sehingga dengan adanya interaksi antara pengembangan keterampilan proses
dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan, akan mengembangkan
sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa.
Selanjutnya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari secara obyektif dan rasional. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual
yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan
menghasilkan produk-produk sains. Keterampilan proses dalam pengajaran sains
merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan
siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk (1985) dalam
Dimyati dan Mudjiono, (2002: 140) mengutarakan bahwa berbagai keterampilan
proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: keterampilan proses dasar (basic
skill) dan keterampilan terintegrasi (integarted skill). Bila kita kaji lebih lanjut
sebagai berikut.
a. Keterampilan Proses Dasar
1. Observasi
Melalui kegiatan mengamati, siswa belajar tentang dunia sekitar yang
fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan
melibatkan indera penglihat, pembau, pengecap, peraba, pendengar. Informasi

11

yang diperoleh itu, dapat menuntut interpretasi siswa tentang lingkungan dan
menelitinya lebih lanjut. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan
paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu serta hal terpenting untuk
mengembangkan keterampilan proses yang lain. Mengamati merupakan
tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra.
Dengan obsevasi, siswa mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan
terhadap objek yang diamati.
2. Klasifikasi
Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di
sekitar, lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan
berbagai jenis golongan. Menggolongkan dan mengamati persamaan,
perbedaan dan hubungan serta pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian
dengan berbagai tujuan. Keterampilan mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga
didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang
dimaksud.
3. Komunikasi
Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi
merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan
sesuatu

secara

lisan

maupun

tulisan

termasuk

komunikasi.

Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaikan dan memperoleh
fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau
suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 143). Contoh membaca peta,
tabel, garfik, bagan, lambang-lambang, diagaram, demontrasi visual.
4. Pengukuran
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan dalam
menggunakan alat dalam memperoleh data dapat disebut pengukuran.
5. Penarikan Kesimpulan (Inferensi)

12

Melakukan inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan sebagai
suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa
berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.
6. Prediksi
Prediksi merupakan keterampilan meramal yang akan terjadi, berdasarkan
gejala yang ada. Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan kita untuk
mengenal pola dan untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin
dapat diamati. Dimyati dan Mudjiono (2002: 144) menyatakan bahwa
memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan
tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan
perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta,
konsep, dan prinsip dalam pengetahuan.
b. Keterampilan Proses Terintegrasi
Keterampilan

terintegrasi

merupakan

perpaduan

dua

kemampuan

keterampilan proses dasar atau lebih. Keterampilan terintegrasi terdiri atas:
mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan
dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis dan ekperimen.
1.Mengidentifikasi Variabel
Keterampilan mengenal ciri khas dari faktor yang ikut menentukan
perubahan.
2.Tabulasi
Keterampilan penyajian data dalam bentuk tabel, untuk mempermudah
pembacaan hubungan antarkomponen (penyusunan data menurut lajur-lajur
yang tersedia).
3.Menyusun Grafik
Keterampilan penyajian dengan garis tentang turun naiknya sesuatu
keadaan
4.Menggambarkan hubungan di antara variabel-variabel
Keterampilan membuat sinopsis/pernyataan hubungan faktor-faktor yang
menentukan perubahan.
5.Memperoleh dan memproses data

13

Keterampilan melakukan langkah secara urut untuk meperoleh data
6. Menganalisis Investigasi
Keterampilan menguraikan pokok persoalan atas bagian-bagian dan
terpecahkannya permasalahan berdasarkan metode yang konsisten untuk
mencapai pengertian tentang prinsip -prinsip dasar.
7.Menyusun Hipotesis
Keterampilan merumuskan dugaan sementara.
8.Melakukan Eksperimen
Keterampilan

melakukan

percobaan

untuk

membuktikan

suatu

teori/penjelasan berdasarkan pengamatan dan penalaran.
Keterampian proses seperti yang diutarakan oleh Funk merupakan
keterampilan proses yang harus diaplikasikan pada pendidikan di sekolah oleh
pendidik. Pembelajaran sains menekankan pada pembentukan keterampilan
memperoleh pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah. Hal ini bisa tercapai
apabila dalam pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses baik
keterampilan proses dasar maupun keterampilan proses terintegrasi (terpadu)
seperti terungkap di atas.
Keterampilan memperoleh pengetahuan yang ingin dibentuk adalah daya
pikir dan kreasi. Daya pikir dan daya kreasi merupakan indikator perkembangan
kognitif. Para ahli psikologi pendidikan menemukan bahwa pekembangan
kognitif bukan merupakan akumulasi kepingan informasi atau kepingan
perubahan informasi yang terpisah, tetapi merupakan pembentukan oleh anak
suatu kerangka atau jaringan mental untuk memahami lingkungan.
C. Pembelajaran Biologi
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan
mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pengajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala
terjadi interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa pada saat

14

pengajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai suatu
proses.
Interaksi antara guru dengan siswa sebagai makna utama proses
pembelajaran

memegang

peranan

penting

untuk

mencapai

tujuan

pembelajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subjek dan
sekaligus juga sebagai objek dalam pembelajaran, maka inti proses
pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Inilah hakekat belajar, sebagai inti proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran yang menjadi persoalan utama adalah adanya proses
belajar pada siswa yakni proses berubahnya tingkah laku siswa melalui
berbagai pengalaman yang diperolehnya (Sudjana, 2009:28).
Seorang guru biologi perlu menguasai pengetahuan, cara kerja dan
keterampilan dalam bidangnya. Guru biologi di SMA perlu menguasai biologi
secara mendalam, metode-metode biologi, dan keterampilan-keterampilan
dasar biologi. Biologi merupakan ilmu yang sudah cukup tua, karena sebagian
besar berasal dari keingintahuan manusia tentang dirinya, lingkungannya, dan
tentang kelangsungan hidup jenisnya. Biologi dimasukkan ke dalam ilmu-ilmu
yang mengkaji tentang manusia. Namun, biologi juga termasuk ilmu-ilmu
yang mengkaji tentang alam seperti halnya dengan astronomi, geologi, fisika
dan kimia. Uniknya, biologi terlibat dalam kedua kelompok studi yang
berbeda tersebut (Rustaman, 2003:)
Biologi memiliki ciri yang khas dalam berpikirnya. Misalnya dalam
mempelajari fisiologi, siswa diminta mengembangkan cara berpikir sibernetik,
dalam mempelajari taksonomi dikembangkan keterampilan berpikir logis
melalui klasifikasi, dan dalam mempelajari genetika perlu dikembangkan cara
berpikir probabilitas. Selain itu, dalam biologi terdapat banyak istilah latin.
Istilah latin tersebut merupakan sebuah konsep yang telah disepakati oleh para
biologiwan,

dan

dapat

dikembangkan

atau

dikombinasikan

dengan

membentuk pengertian yang lebih kompleks atau lebih spesifik (Rustaman,
2003:14)

15

Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai
pengalaman untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses
ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan
alat dan bahan secara baik dan selalu mempertimbangkan keamanan dan
keselamatan

kerja,

mengajukan

pertanyaan,

membuat

hipotesis,

menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan
secara lisan atau tulisan, menggali dan memilah informasi faktual dan relevan
untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran yang mendidik adalah proses pembelajaran yang
dilaksanakan untuk membantu peserta didik agar berkembang secara utuh baik
dari dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran saat ini
menekankan proses belajar bagaimana belajar (learning how to learn) dan
mengutamakan strategi mendorong dan melancarkan proses belajar peserta
didik, serta membantu peserta didik mencari informasi untuk menjawab
pertanyaan atau memecahkan masalah yang dihadapinya.

16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya
belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran peserta didik.
Secara pragmatis, teori belajar dapat di fahami sebagai prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas
sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat diaplikasikan
dalam suatu kegiatan ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran dengan
pendekatan keterampilan proses memberi kesempatan kepada siswa agar
terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai
pengalaman untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses
ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan
alat dan bahan secara baik dan selalu mempertimbangkan keamanan dan
keselamatan

kerja,

mengajukan

pertanyaan,

membuat

hipotesis,

menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan
secara lisan atau tulisan, menggali dan memilah informasi faktual dan relevan
untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.

17

DAFTAR PUSTAKA
Asri Budiningsih. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta: 2005
Darsono, Max. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. 2001
Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara: 2007
Dwiyogo, Wasis D. Pembelajaran Visioner. Malang: PPS UM Malang
Hadiana. 2011. Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa. Skripis. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN
Jakarta.
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. Rajawali press,Jakarta: 2009
Devi K, Poppy dkk. 2011. Pendekatan Keterampilan Proses pada Pembelajaran
IPA. http://bpgdisdik-jabar.com/materi/6_sma_biologi.pdf diakses 25
September 2015
Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses
Sains. Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 7, No. 2.

18

Dokumen yang terkait

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111