Perdagangan Luar Negeri terhadap pertumbuhan
PAJAK
1. Pengertian Pajak
Definisi pajak dikemukakan oleh Remsky K. Judisseno (1997:5) adalah sebagai berikut:
“Pajak adalah suatu kewjiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif warga negara dan anggota
masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang
pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan dan
negara”.
2. Landasan Hukum :
1.
Pasal 1 butir 2 UU KUP
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan
pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dangan
ketentuan perundang-undangan perpajakan.
2.
Pasal 2 ayat 1 UU KUP
Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan pada kantor direktorat
jenderal pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak
dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
3. unsur-unsur yang terkandung dalam pajak :
a) Iuran rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang bukan barang.
b) Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
c) Tanpa jasa timbal Balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
d) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
4. fungsi-fungsi pajak
a. fungsi budgetair ; pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi mengatur (regulerend) ; pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
5. Hukum Pajak :
1. hukum pajak materiil : memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan,
perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak
(subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan
hapusnya hutang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Contoh :
Undang-Undang pajak penghasilan
2. hukum pajak formiil ; memuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi
kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Contoh : ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
1
6. Jenis-jenis Pajak
Pada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi:
A. Menurut Golongannya
1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan
2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.
B. Menurut Sifatnya
1. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan
diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BArang mewah.
C. Menurut Lembaga Pemungutnya
1. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan
bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak
penerangan jalan.
Asas-asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Pudyatmoko (2000:4) bahwa pungutan
pajak didasarkan pada :
1. Equality, adalah pungutan pajak yang adil dan merata.
2. Certainty, adalah Penetapan pajak yang tidak di tentukan wewenang-wewenang.
3. Conveinance, adalah pembayaran pajak sebaiknya sesuai dengan saat yang tidak menyulitkan
wajib pajak.
4. Economy, biaya pungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak ditetapkan
seminimum mungkin.
Dalam pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan yakni Undang-Undang No.17 Tahun 2000,
setiap wajib pajak yang memperoleh penghasilan dari kegiatan usahanya wajib menyetor ke kas
negara pajak atas penghasilan yang diterimanya. Besarnya kewajiban perpajakan wajib pajak tersebut
diatur dalam Undang-Undang Perpajakan dan peraturan pemerintah.
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
2
7. Pengertian Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Tarif Pajak adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya.
Tarif pajak biasanya berupa persentase (%).Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang
dijadikan dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
8. Jenis-jenis Tarif Pajak
Tarif pajak yang besarnya harus dicantumkan dalam undang-undang pajak merupakan salah
satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam pemungutan pajak. Penentuan besarnya suatu tarif
adalah hal yang krusial dimana kesalahan persepsi dalam penentuannya dapat merugikan berbagai
pihak termasuk Negara. Dalam pemungutan pajak, terdapat beberapa jenis tarif pajak yang dikenal,
antara lain:
1. Tarif Progresif (a progressive tax rate)
2. Tarif Proporsional (a proportional tax rate)
3. Tarif Degresif (a degressive tax rate)
4. Tarif Tetap (a fixed tax rate)
5. Tarif Advalorem
6. Tarif spesifik
7. Tarif Efektif
1. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin besar bila jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya,
tarif progresif dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Tarif pajak Progresif Progresif
Tarif pajak Progresif Progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan
semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan presentase
untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik.
b. Tarif pajak Progresif Proporsional
Tarif pajak Progresif Proporsional adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik
dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, namun kenaikan
presentase untuk setiap jumlah tertentu tetap.
c. Tarif pajak Progresif Degresif
Tarif pajak Progresif Degresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan
semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, namun kenaikan
presentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali menurun.
Contoh tarif pajak progresif adalah tarif untuk Pajak Penghasilan Orang Pribadi berdasarkan Pasal
17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Tabel 7.1 Tarif Pajak Orang Pribadi berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a
0Sampai dengan Rp50.000.000,00 tarif5 %
Di atas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00 tarif 15 %
Di atas Rp250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00 tarif 25 %
Di atas Rp500.000.000,00 tarif 30 %
Dengan demikian, tarif pajak menurut pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, pajak
penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri tersebut termasuk tarif progresif degresif.
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
3
2. Tarif Degresif
Tarif degresif merupakan kebalikan dari tarif progresif. Tarif degresif adalah tarif
pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak semakin besar. Namun, tidak berarti jika persentasenya semakin kecil kemudian jumlah
pajak yang terutang juga menjadi kecil. Akan tetapi malah bisa menjadi lebih besar karena jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya juga semakin besar.
Pajak yang terutang
Rp10.000.000,- x 15% = Rp1.500.000
Rp25.000.000,-x 13% = Rp3.250.000
Rp50.000.000,-x 11% = Rp5.500.000
Rp60.000.000,-x 10% = Rp6.000.000
Jumlah pajak terutang
Rp16.250.000
3. Tarif Proporsional
Tarif proporsional tidak lagi dipengaruhi oleh naik turunnya dasar objek yang dikenakan
pajak, karena tarifnya telah berlaku secara sebanding. Tarif proporsional adalah tarif pemungutan
pajak yang menggunakan persentase tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak. Semakin besar jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak, akan semakin
besar pula jumlah pajak terutang (yang harus dibayar). Tarif ini diterapkan dalam UU No. 18
Tahun 2000 (UU PPN dan PPnBM) yang menggunakan tarif proporsional sebesar 10%.
Pajak yang terutang
a. Rp15.000.000,- x 10% =Rp1.500.000,b. Rp25.000.000,-x 10% = Rp2.500.000,c. Rp40.000.000,-x 10% = Rp4.000.000,d. Rp60.000.000,- x 10% =Rp6.000.000,4. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini diterapkan dalam UU No.
13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM). Dengan adanya PP No. 24 Tahun 2000, tarif yang
digunakan adalah Bea Meterai dengan nilai nominal sebesar Rp3.000,00 dan Rp6.000,00.
5. Tarif Advalorem
Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang dikenakan/ ditetapkan
pada harga atau nilai suatu barang.
Misalnya PT XZY mengimpor barang jenis „A‟ sebanyak 1500 unit dengan harga per unit
Rp100.000,00. Jika tarif Bea Masuk atas Impor Barang tersebut 20%, maka besarnya Bea Masuk
yang harus dibayar adalah:
Nilai Barang Impor = 1500 x Rp100.000 = Rp150.000.000
Tarif Bea Masuk 20%, maka
Bea Masuk yang harus dibayar = 20% x Rp150.000.000
= Rp30.000.000
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
4
6. Tarif Spesifik
Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu atau
suatu satuan jenis barang tertentu.
Misalnya PT ABC mengimpor barang jenis „Z‟ sebanyak 1500 unit dengan harga per unit
Rp100.000. Jika tarif Bea Masuk atas impor barang Rp10.000 per unit, maka besarnya Bea Masuk
yang harus dibayar adalah:
Jumlah Barang Impor = 1500 unit
Tarif Bea Masuk Rp10.000, maka
Bea Masuk yang harus dibayar = Rp10.000 x 1500
= Rp15.000.000
7. Tarif Efektif
Tarif efektif adalah tarif dimana jumlah pajak yang dibayarkan dibandingkan dengan
jumlah penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak.
Contoh: Tuan Andi mempunyai penghasilan kena pajak selama tahun 2008 sebesar
Rp750.000.000. Hitung besarnya pajak yang harus dibayar!
a. Dengan tarif progresif menurut UU No. 17 Tahun 2000
5% x Rp25.000.000 = Rp 1.250.000
10% x Rp25.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp50.000.000 = Rp 7.500.000
25% x Rp100.000.000 = Rp 25.000.000
35% x Rp550.000.000 = Rp 192.500.000
Jumlah pajak terutang Rp 228.750.000
b. Dengan tarif efektif
228.750.000 x 100% = 30,5%
750.000.000
Jika tarif efektif 30,5% tersebut dikalikan penghasilan kena pajak, maka akan dihasilkan jumlah
pajak yang sama jika digunakan tarif progresif dalam perhitungannya.
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
5
Rangkuman Perdagangan Luar Negeri, Proteksi dan Globalisasi
1. Perdagangan Luar Negeri
a. Pengertian
Perdagangan luar negeri merupakan sumber kekayaan untuk suatu negara, suatu negara dapat
mempertinggi kekayaannya dengan cara menjual barang-barangnya ke luar negeri. Perdagangan bebas
adalah sistem perdagangan luar negeri dimana setiap negara melakukan perdagangan tanpa ada
halangan perdagangan.
b. Beberapa keuntungan melakukan perdagangan
1.
2.
3.
4.
Memperoleh barang yang tidak dapat di produksi di dalam negeri
Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Memperluas pasar industri-industri dalam negeri
Menggunakan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas
c. Keuntungan dari spesialisasi: contoh angka
Dua keuntungan penting akan di peroleh setiap negara:
i.
Faktor-faktor produksi akan dapat digunakan dengan lebih efisien
ii.
Penduduk negara itu akan dapat menikmati lebih banyak barang-barang
Asumsi-asumsi yang digunakan
Dua asumsi penting dalam analisis mengenai perdagangan luar negeri:
i.
Setiap negara yang melakukan perdagangan telah mencapai kesempatan kerja
penuh. Tidak terdapat faktor produksi yang menganggur.
ii.
Setiap negara yang melakukan perdagangan tidak menggunakan hambatan
perdagangan dalam perdagangan luar negeri. Dengan kata lain, setiap negara
menjalankan perdagangan bebas.
Keuntungan mutlak dan keuntungan berbanding
a. keuntungan mutlak adalah keuntungan yang diperoleh suatu negara dari
mengkhususkan kegiatannya kepada memproduksikan barang-barang dengan efisiensi
yang lebih tinggi dari negara lain.
b. keuntungan berbanding adalah perdagangan yang saling menguntungkan itu
dimungkinkan oleh wujudnya suatu keuntungan .
Keuntungan mutlak perdagangan
Keuntungan mutlak perdagangan menunjukan bagaimana perdagangan akan berlaku
apabila setiap negara menikmati keuntungan mutlak
Keuntungan berbanding perdagangan
d. Syarat perdagangan
Distribusi keuntungan perdagangan luar negeri
Perdagangan luar negeri terwujud karena perbedaan harga barang di kedua negara. Kurs
pertukaran yang berlaku tergantung kepada sejauh mana besarnya permintaan ke atas
kedua barang itu dalam pasaran luar negeri.
Syarat perdagangan
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
6
Syarat perdagangan adalah perbandingan diantara indeks harga-harga barang yang
diekspor oleh suatu negara dengan indekss harga barang-barang yang diimpor negara itu.
2. proteksi
a. Pengertian
Konsep proteksi berarti usaha-usaha pemerintah yang membatasi atau mengurangi jumlah
barang yang diimpor dari negara-negara lain dengan tujuan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu
yang penting artinya dalam pembvangunan negara dan kemakmuran perekonomian negara.
b. Tujuan penting dari proteksi
Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran
Untuk mendiversifikasi perekonomian
Untuk menghindari kemerotan industri-industri tertentu
Untuk memperbaiki neraca pembayaran
Untuk menghindari dumping
Untuk menambah pendapatan pemerintah
c. Alat pembatasan perdagangan
Proteksi dan pembatasan perdagangan adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam
membatasi atau mengurangi barang-barang yang diimpor. Halangan perdagangan dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu:
Tarif dan pajak impor
Kuota pembatasan impor
Hambatan perdagangan bukan tarif
Pembatasan valuta asing
3. Globalisasi
a. Pengertian
Globalisasi daapat didefinisikan sebagai peningkatan dalam saling ketergantungan dalam
keadaan daan kegiatan ekonomi di antara begbagai negara di dunia.
b. Faktor-faktor globalisasi
Perkembangan politik dunia
Peningkatan praktek perdagangan bebas
Perkembangan perusahaan multi-nasional
Perkembangan investasi portofolio di pasaran luar negeri
Kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan pengangkutan
c. Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi
Kebaikan globalisasi dalam pertumbuhan ekonomi:
1. Produksi dunia dapat di tingkatkan
2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat daalam suatu negara
3. Meluaskan pasar untuk hasil produksi dalam negeri
4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Ketidakpuasan terhadap globalisasi
1. Menghambat pertumbuhan sektor industri manufaktur
2. Memperburuk keadaan neraca pembayaran
3. Sektor keuangan semakin tidak stabil
4. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
7
1. Pengertian Pajak
Definisi pajak dikemukakan oleh Remsky K. Judisseno (1997:5) adalah sebagai berikut:
“Pajak adalah suatu kewjiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif warga negara dan anggota
masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang
pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan dan
negara”.
2. Landasan Hukum :
1.
Pasal 1 butir 2 UU KUP
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan
pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dangan
ketentuan perundang-undangan perpajakan.
2.
Pasal 2 ayat 1 UU KUP
Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan pada kantor direktorat
jenderal pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak
dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
3. unsur-unsur yang terkandung dalam pajak :
a) Iuran rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang bukan barang.
b) Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
c) Tanpa jasa timbal Balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
d) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
4. fungsi-fungsi pajak
a. fungsi budgetair ; pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi mengatur (regulerend) ; pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
5. Hukum Pajak :
1. hukum pajak materiil : memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan,
perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak
(subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan
hapusnya hutang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Contoh :
Undang-Undang pajak penghasilan
2. hukum pajak formiil ; memuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi
kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Contoh : ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
1
6. Jenis-jenis Pajak
Pada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi:
A. Menurut Golongannya
1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan
2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.
B. Menurut Sifatnya
1. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan
diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BArang mewah.
C. Menurut Lembaga Pemungutnya
1. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan
bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak
penerangan jalan.
Asas-asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Pudyatmoko (2000:4) bahwa pungutan
pajak didasarkan pada :
1. Equality, adalah pungutan pajak yang adil dan merata.
2. Certainty, adalah Penetapan pajak yang tidak di tentukan wewenang-wewenang.
3. Conveinance, adalah pembayaran pajak sebaiknya sesuai dengan saat yang tidak menyulitkan
wajib pajak.
4. Economy, biaya pungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak ditetapkan
seminimum mungkin.
Dalam pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan yakni Undang-Undang No.17 Tahun 2000,
setiap wajib pajak yang memperoleh penghasilan dari kegiatan usahanya wajib menyetor ke kas
negara pajak atas penghasilan yang diterimanya. Besarnya kewajiban perpajakan wajib pajak tersebut
diatur dalam Undang-Undang Perpajakan dan peraturan pemerintah.
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
2
7. Pengertian Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Tarif Pajak adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya.
Tarif pajak biasanya berupa persentase (%).Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang
dijadikan dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
8. Jenis-jenis Tarif Pajak
Tarif pajak yang besarnya harus dicantumkan dalam undang-undang pajak merupakan salah
satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam pemungutan pajak. Penentuan besarnya suatu tarif
adalah hal yang krusial dimana kesalahan persepsi dalam penentuannya dapat merugikan berbagai
pihak termasuk Negara. Dalam pemungutan pajak, terdapat beberapa jenis tarif pajak yang dikenal,
antara lain:
1. Tarif Progresif (a progressive tax rate)
2. Tarif Proporsional (a proportional tax rate)
3. Tarif Degresif (a degressive tax rate)
4. Tarif Tetap (a fixed tax rate)
5. Tarif Advalorem
6. Tarif spesifik
7. Tarif Efektif
1. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin besar bila jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya,
tarif progresif dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Tarif pajak Progresif Progresif
Tarif pajak Progresif Progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan
semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan presentase
untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik.
b. Tarif pajak Progresif Proporsional
Tarif pajak Progresif Proporsional adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik
dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, namun kenaikan
presentase untuk setiap jumlah tertentu tetap.
c. Tarif pajak Progresif Degresif
Tarif pajak Progresif Degresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan
semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, namun kenaikan
presentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali menurun.
Contoh tarif pajak progresif adalah tarif untuk Pajak Penghasilan Orang Pribadi berdasarkan Pasal
17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Tabel 7.1 Tarif Pajak Orang Pribadi berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a
0Sampai dengan Rp50.000.000,00 tarif5 %
Di atas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00 tarif 15 %
Di atas Rp250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00 tarif 25 %
Di atas Rp500.000.000,00 tarif 30 %
Dengan demikian, tarif pajak menurut pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, pajak
penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri tersebut termasuk tarif progresif degresif.
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
3
2. Tarif Degresif
Tarif degresif merupakan kebalikan dari tarif progresif. Tarif degresif adalah tarif
pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak semakin besar. Namun, tidak berarti jika persentasenya semakin kecil kemudian jumlah
pajak yang terutang juga menjadi kecil. Akan tetapi malah bisa menjadi lebih besar karena jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya juga semakin besar.
Pajak yang terutang
Rp10.000.000,- x 15% = Rp1.500.000
Rp25.000.000,-x 13% = Rp3.250.000
Rp50.000.000,-x 11% = Rp5.500.000
Rp60.000.000,-x 10% = Rp6.000.000
Jumlah pajak terutang
Rp16.250.000
3. Tarif Proporsional
Tarif proporsional tidak lagi dipengaruhi oleh naik turunnya dasar objek yang dikenakan
pajak, karena tarifnya telah berlaku secara sebanding. Tarif proporsional adalah tarif pemungutan
pajak yang menggunakan persentase tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak. Semakin besar jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak, akan semakin
besar pula jumlah pajak terutang (yang harus dibayar). Tarif ini diterapkan dalam UU No. 18
Tahun 2000 (UU PPN dan PPnBM) yang menggunakan tarif proporsional sebesar 10%.
Pajak yang terutang
a. Rp15.000.000,- x 10% =Rp1.500.000,b. Rp25.000.000,-x 10% = Rp2.500.000,c. Rp40.000.000,-x 10% = Rp4.000.000,d. Rp60.000.000,- x 10% =Rp6.000.000,4. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini diterapkan dalam UU No.
13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM). Dengan adanya PP No. 24 Tahun 2000, tarif yang
digunakan adalah Bea Meterai dengan nilai nominal sebesar Rp3.000,00 dan Rp6.000,00.
5. Tarif Advalorem
Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang dikenakan/ ditetapkan
pada harga atau nilai suatu barang.
Misalnya PT XZY mengimpor barang jenis „A‟ sebanyak 1500 unit dengan harga per unit
Rp100.000,00. Jika tarif Bea Masuk atas Impor Barang tersebut 20%, maka besarnya Bea Masuk
yang harus dibayar adalah:
Nilai Barang Impor = 1500 x Rp100.000 = Rp150.000.000
Tarif Bea Masuk 20%, maka
Bea Masuk yang harus dibayar = 20% x Rp150.000.000
= Rp30.000.000
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
4
6. Tarif Spesifik
Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu atau
suatu satuan jenis barang tertentu.
Misalnya PT ABC mengimpor barang jenis „Z‟ sebanyak 1500 unit dengan harga per unit
Rp100.000. Jika tarif Bea Masuk atas impor barang Rp10.000 per unit, maka besarnya Bea Masuk
yang harus dibayar adalah:
Jumlah Barang Impor = 1500 unit
Tarif Bea Masuk Rp10.000, maka
Bea Masuk yang harus dibayar = Rp10.000 x 1500
= Rp15.000.000
7. Tarif Efektif
Tarif efektif adalah tarif dimana jumlah pajak yang dibayarkan dibandingkan dengan
jumlah penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak.
Contoh: Tuan Andi mempunyai penghasilan kena pajak selama tahun 2008 sebesar
Rp750.000.000. Hitung besarnya pajak yang harus dibayar!
a. Dengan tarif progresif menurut UU No. 17 Tahun 2000
5% x Rp25.000.000 = Rp 1.250.000
10% x Rp25.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp50.000.000 = Rp 7.500.000
25% x Rp100.000.000 = Rp 25.000.000
35% x Rp550.000.000 = Rp 192.500.000
Jumlah pajak terutang Rp 228.750.000
b. Dengan tarif efektif
228.750.000 x 100% = 30,5%
750.000.000
Jika tarif efektif 30,5% tersebut dikalikan penghasilan kena pajak, maka akan dihasilkan jumlah
pajak yang sama jika digunakan tarif progresif dalam perhitungannya.
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
5
Rangkuman Perdagangan Luar Negeri, Proteksi dan Globalisasi
1. Perdagangan Luar Negeri
a. Pengertian
Perdagangan luar negeri merupakan sumber kekayaan untuk suatu negara, suatu negara dapat
mempertinggi kekayaannya dengan cara menjual barang-barangnya ke luar negeri. Perdagangan bebas
adalah sistem perdagangan luar negeri dimana setiap negara melakukan perdagangan tanpa ada
halangan perdagangan.
b. Beberapa keuntungan melakukan perdagangan
1.
2.
3.
4.
Memperoleh barang yang tidak dapat di produksi di dalam negeri
Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Memperluas pasar industri-industri dalam negeri
Menggunakan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas
c. Keuntungan dari spesialisasi: contoh angka
Dua keuntungan penting akan di peroleh setiap negara:
i.
Faktor-faktor produksi akan dapat digunakan dengan lebih efisien
ii.
Penduduk negara itu akan dapat menikmati lebih banyak barang-barang
Asumsi-asumsi yang digunakan
Dua asumsi penting dalam analisis mengenai perdagangan luar negeri:
i.
Setiap negara yang melakukan perdagangan telah mencapai kesempatan kerja
penuh. Tidak terdapat faktor produksi yang menganggur.
ii.
Setiap negara yang melakukan perdagangan tidak menggunakan hambatan
perdagangan dalam perdagangan luar negeri. Dengan kata lain, setiap negara
menjalankan perdagangan bebas.
Keuntungan mutlak dan keuntungan berbanding
a. keuntungan mutlak adalah keuntungan yang diperoleh suatu negara dari
mengkhususkan kegiatannya kepada memproduksikan barang-barang dengan efisiensi
yang lebih tinggi dari negara lain.
b. keuntungan berbanding adalah perdagangan yang saling menguntungkan itu
dimungkinkan oleh wujudnya suatu keuntungan .
Keuntungan mutlak perdagangan
Keuntungan mutlak perdagangan menunjukan bagaimana perdagangan akan berlaku
apabila setiap negara menikmati keuntungan mutlak
Keuntungan berbanding perdagangan
d. Syarat perdagangan
Distribusi keuntungan perdagangan luar negeri
Perdagangan luar negeri terwujud karena perbedaan harga barang di kedua negara. Kurs
pertukaran yang berlaku tergantung kepada sejauh mana besarnya permintaan ke atas
kedua barang itu dalam pasaran luar negeri.
Syarat perdagangan
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
6
Syarat perdagangan adalah perbandingan diantara indeks harga-harga barang yang
diekspor oleh suatu negara dengan indekss harga barang-barang yang diimpor negara itu.
2. proteksi
a. Pengertian
Konsep proteksi berarti usaha-usaha pemerintah yang membatasi atau mengurangi jumlah
barang yang diimpor dari negara-negara lain dengan tujuan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu
yang penting artinya dalam pembvangunan negara dan kemakmuran perekonomian negara.
b. Tujuan penting dari proteksi
Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran
Untuk mendiversifikasi perekonomian
Untuk menghindari kemerotan industri-industri tertentu
Untuk memperbaiki neraca pembayaran
Untuk menghindari dumping
Untuk menambah pendapatan pemerintah
c. Alat pembatasan perdagangan
Proteksi dan pembatasan perdagangan adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam
membatasi atau mengurangi barang-barang yang diimpor. Halangan perdagangan dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu:
Tarif dan pajak impor
Kuota pembatasan impor
Hambatan perdagangan bukan tarif
Pembatasan valuta asing
3. Globalisasi
a. Pengertian
Globalisasi daapat didefinisikan sebagai peningkatan dalam saling ketergantungan dalam
keadaan daan kegiatan ekonomi di antara begbagai negara di dunia.
b. Faktor-faktor globalisasi
Perkembangan politik dunia
Peningkatan praktek perdagangan bebas
Perkembangan perusahaan multi-nasional
Perkembangan investasi portofolio di pasaran luar negeri
Kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan pengangkutan
c. Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi
Kebaikan globalisasi dalam pertumbuhan ekonomi:
1. Produksi dunia dapat di tingkatkan
2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat daalam suatu negara
3. Meluaskan pasar untuk hasil produksi dalam negeri
4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Ketidakpuasan terhadap globalisasi
1. Menghambat pertumbuhan sektor industri manufaktur
2. Memperburuk keadaan neraca pembayaran
3. Sektor keuangan semakin tidak stabil
4. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Tugas pengantar ekonomi makro oleh Ayu Diah Restiani
7