IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STRATEGIS SEKTOR (1)

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STRATEGIS
SEKTOR

PERSAMPAHAN

YANG

MENDUKUNG TUJUAN DARI PERATURAN
DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 10
TAHUN 2011
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
harus

dalam mendukung kegiatan yang ada, baik

dilaksanakan secara merata dan menyeluruh

yang disebabkan oleh faktor keterbatasan


serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat

kemampuan anggaran maupun pertumbuhan

Indonesia, namun pada kenyataannya untuk

alami yang tidak terkendali. Kondisi ini

memperoleh kesejahteraan yang merata bagi

berimplikasi terhadap semakin meningkatnya

seluruh

proses

penyediaan fasilitas dan sarana prasarana

perencanaan yang tidak mudah, beberapa


wilayah di Kabupaten Ngawi. Disamping itu

perencanaan yang dinilai sangat signifikan

perkembangan

yakni perencanaan tata ruang.

persebaran sarana prasarana wilayah yang

Pembangunan

suatu

rakyat

tentu

wilayah


mengalami

penggunaan

lahan

dan

cepat menuntut pengaturan yang optimal
Kabupaten Ngawi adalah kabupaten yang

dengan menyesuaikan antara demand dan

secara

supply dalam memberikan pelayanan kepada

geografis berada di Propinsi Jawa

masyarakat.


Disamping

langsung dengan Propinsi Jawa Tengah.

paradigma

global

Posisi geografis serta sumber daya yang ada

pembangunan yang mengedepankan pada

menjadikan kabupaten Ngawi mempunyai

keseimbangan ekosistem

daya

kegiatan


lingkungan harus menjadi roh dalam setiap

pembangunan dengan potensi perkembangan

perencanaan pembangunan daerah. Berawal

yang tinggi.

dari

Timur

bagian

tarik

barat

bagi


yang

tumbuhnya

berbatasan

hal

tersebut

di

itu

perubahan

akan

orientasi


dan kelestarian

atas

perencanaan

pembangunan daerah harus menjadi produk
kegiatan

yang komprehensip, sistematis dan partisipatif

pembangunan di Ngawi dihadapkan pada

(Memorandum Program Sektor Sanitasi Kab.

berbagai masalah, baik masalah fisik spasial,

Ngawi 2012)


Di

dalam

sosial,

perkembangannya,

ekonomi

maupun

lingkungan.

Permasalahan tersebut antara lain adalah

Secara umum laju pertumbuhan ekonomi dan

belum optimalnya sarana prasarana wilayah


perkembangan daerah dewasa ini semakin
pesat,

namun

belum

diikuti

dengan

penyediaan layanan sanitasi dasar yang
1
Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
memadai bagi penduduk, khususnya bagi

Pembangunan Sanitasi Permukiman Kab.


mereka yang berpendapatan rendah dan

Ngawi, 2012)

yang bertempat tinggal di kawasan padat dan
kumuh. Buruknya kondisi sanitasi terlihat
pada akses sanitasi penduduk Indonesia

1.2 Gambaran Umum Wilayah
1.2.1 Geografi

masih sangat rendah. Dari data Sanitasi

Kabupaten Ngawi merupakan salah satu

Nasional, terdapat sekitar 70 juta penduduk

dari 38 Kabupaten di Propinsi Jawa


masih melakukan praktek BABS (Buang Air

Timur,

Besar Sembarangan), 98 % sampah tidak

Kabupaten Ngawi terletak di antara 1110

terkelola dengan baik,

07’ - 1110 40’ Bujur Timur dan 70 21’ – 70

dan TPA masih

secara

geografis

wilayah

dioperasikan secara Open Dumping dan

31’ Lintang Selatan.

terdapat sekitar 14.000 ton tinja dan 176.000

Adapun batas-batas wilayah kabupaten

m3 urine terbuang setiap harinya ke badan air,

Ngawi adalah sebagai berikut:

tanah, danau dan pantai. Disamping itu

 Sebelah Utara : Kab. Bojonegoro (Jawa

dampak kesehatan masyarakat sudah sangat

Timur), Kab. Grobogan,

parah dimana setiap 1000 bayi yang lahir,

(Jawa Tengah)

hampir 50 diantaranya meninggal akibat diare
sebelum usia 5 tahun (SSK Kab. Ngawi).
Sektor

sanitasi

merupakan

salah

Kab. Blora

 Sebelah Selatan : Kab. Madiun dan Kab.
Magetan

 Sebelah Timur : Kab. Madiun
satu

 Sebelah Barat : Kab. Karanganyar dan

pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat

Kab. Sragen (Jawa Tengah).

dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang

Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah

tidak

1.295,98 Km2 atau 2,71% dari luas

memadai

akan

berdampak

buruk

terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan

Provinsi Jawa.

terutama di daerah permukiman miskin di
Kabupaten

Ngawi.

Kondisi

ini

menjadi

tantangan bagi pemerintah untuk mencapai
target Millennium Development Goals (MDGs)
Tahun 2015. Indonesia termasuk salah satu
negara dengan tingkat kepemilikan sistem
jaringan air limbah (sewerage) terendah di
Asia. Kurang dari 10 kota di Indonesia yang
memiliki sistem jaringan air limbah dengan
tingkat

pelayanan

sekitar

1,3%

dari

keseluruhan jumlah populasi (Perencanaan

Sumber: RTRW Kab. Ngawi tahun 2010-2030

Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda)
Kabupaten Ngawi Tahun 2004, secara
2

Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
administrasi wilayah ini terbagi kedalam 19

1.2.2 Topografi

Kecamatan dan 217 Desa, dimana 4 dari

Kabupaten Ngawi terletak pada ketinggian

217 Desa tersebut adalah Kelurahan.

antara 53-3.103 meter di atas permukaan

Adapun

laut. Kondisi topografi ini jika dikaitkan

Kecamatannya

adalah

:

Kecamatan Sine, Kecamatan Ngambe,

dengan

topografi

Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Kendal,

Ngawi

berupa

Kecamatan Geneng, Kecamatan Gerih,

bergelombang, berbukit, dan pegunungan

Kecamatan

tinggi.

Kwadungan,

Kecamatan

wilayah

Kabupaten

topografi

Berdasarkan ketinggian

datar,
tempat,

Karanmgjati,

Kabupaten Ngawi terletak pada ketinggian

Kecamatan Bringin, Kecamatan Padas,

antara 47 – 500 meter dpal meliputi

Kecamatan Kasreman, Kecamatan Ngawi,

Kecamatan Ngawi, Geneng, Gerih, Padas,

Kecamatan

Paron,

Pangkur,

Kecamatan

Paron,

Kecamatan

Kasreman,

Kedunggalar, Kecamatan Pitu, Kecamatan

Pangkur,

Widodaren, Kecamatan Mantingan dan

Kedunggalar,

Kecamatan Karanganyar.

Kwadungan

Karangjati,

Mantingan,
Pitu,
dan

Bringin,

Widodaren,
Karanganyar,

sebagian

wilayah

Kecamatan Sine, Jogorogo, Ngrambe, dan
Kendal. Ketinggian antara 500 – 1000

Tabel 1.

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Jumlah Kecamatan, Luas Wilayah dan

meter

Jarak Kecamatan ke Ibukota Kabupaten

Ngrambe, Jogorogo dan Kendal.

Kecamatan

Jumlah
Desa/
Kelurahan

Luas Area
(km2)

15
14
12
10
15
3
14
9
17
10
12
8
16
14
12
10
12
7
7
217

80.22
57.49
65.84
84.56
52.25
34.52
30.30
29.41
66.61
62.62
50.22
31.49
70.56
101.14
129.65
56.01
92.26
62.21
138.29
1295.98

Sine
Ngrambe
Jogorogo
Kendal
Geneng
Gerih
Kwadungan
Pungkur
Karangjati
Bringin
Padas
Kasreman
Ngawi
Paron
Kedunggalar
Pitu
Widodaren
Mantingan
Karanganyar
JUMLAH

Sumber : BPS Kabupaten Ngawi, 2010

Jarak ke
Ibukota
kabupaten
(Km)
36
30
24
32
12
20
21
16
20
17
11
8
6
12
17
30
36
33
-

dpal

meliputi Kecamatan

Sine,

Jenis Tanah
Tabel 2
Luas Daerah Berdasarkan Jenis Tanah
No.
Jenis Tanah
Luas (Ha)
%
1 Alluvial
12.026
9,28
2 Grumusol
55.749
43,02
3 Mediteran
25.612
19,76
4 Mediteran dan Regosol
1,95
0
5 Mediteran dan Grumusol
2,94
0
6 Mediteran dan Litosol
21.487
16,58
7 Latosol dan Litosol
810
0,63
8 Andosol dan Litosol
3.025
2,33
9 Litosol
6.000
4,63,
10 Lainnya
4.885,62
3,77
JUMLAH
129.598,51
100
Sumber: Profil Investasi Pembangunan Daerah
Kab. Ngawi

Pola Ruang Wilayah
a. KawasanHutan Lindung
Kawasan hutan lindung di Kabupaten
Ngawi meliputi kawasan hutan di kaki
3

Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
Gunung Lawu di Kecamatan Jogorogo,
Ngrambe dan Sine.

b. Kawasan Peruntukan Pertanian


b. Cagar Budaya

Kawasan

pertanian

pangan

berkelanjutan

Ngawi kawasan cagar alam terdapat di

Kawasan pertanian jenis ini banyak

Desa Ngrayudan Kecamatan Jogorogo,

dijumpai

Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo,

Selatan, Tengah, Timur dan Barat.

Desa Dero Kecamatan Bringin



c. Kawasan Rawan Bencana Alam

pada

wilayah

bagian

Tegalan (Tanah Ladang)
Keberadaan akan kawasan ini di

Kawasan Rawan Logsor : diantaranya

Kabupaten

adalah Kecamatan Sine (Desa Gendol),

seluruh kecamatan terutama pada

Kecamatan Jogorogo (Desa Girimulyo),

daerah yang kurang mendapatkan

Kecamatan

air dan mengandalkan air hujan

Ngrambe,

Karangjati,

Padas,

Kendal,
Pitu

dan

Karanganyar. Dari kecamatan tersebut,



Ngawi

menyebar

di

(tadah hujan)
Peruntukan Pertanian Lahan Kering

Kecamatan Sine, Jogorogo, Ngrambe

Untuk keberadaan dari kawasan

dan Kendal

jenis ini mayoritas di wilayah bagian

Kawasan Rawan Banjir : di sekitar DAS

Timur Selatan

Bengawan Solo dan DAS Kali Madiun.
d. Kawasan

Ruang

Terbuka



Hijau

Peruntukan Hortikultura
Sentra

Perkotaan

pengembangan

hortikultura

e. Kawasan Lindungan Geologi

di

kawasan

Kabupaten

Ngawi

adalah Kecamatan Kendal, Sine,

Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi

Ngrambe dan Jogorogo.

yakni Kawasan rawan bencana letusan

c. Kawasan Peruntukan Perkebunan

gunung berapi di Kabupaten Ngawi

Di

berada di sekitar pegunungan Lawu

Kasreman, Padas, Ngrambe, Kendal,

karena gunung tersebut masih aktif,

Jogorogo dan Sine.

yaitu

di

Kecamatan

Kecamatan
Kendal

dan

Jogorogo,
Kecamatan

Sine.

Kecamatan

Karangjati,

Bringin,

d. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kecamatan Bringin terdapat Waduk
Pondok.
e. Kawasan Peruntukan Industri

Pola Ruang Kawasan Budidaya
a. Kawasan

Peruntukan

Adapun

pengembangan

kawasan

Hutan

peruntukan industri di Kabupaten Ngawi

ProduksiHutan produksi di Kabupaten

adalah pada kawasan sekitar jalan

Ngawi juga merupakan bagian dari

lingkar Utara, yang meliputi Kecamatan

upaya pelestarian DAS Bengawan Solo.

Pitu,

Ngawi

Pengembangan

dan
kawasan

Kasreman.
industri
4

Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
sedang terletak di Kecamatan Ngawi,

manfaat yang maksimal, beberapa

Geneng dan Karangjati.

strategi kebijakan diantaranya:
a. Strategi pengembangan kegiatan

BAB II Dasar Teori

pertanian, industri, perdagangan dan

2.1.

Tujuan, Konsep Kebijakan Spasial

pariwisata yang didukung oleh sistem

dan Pengelolaan Sanitasi

jaringan sarana dan prasarana

Lingkungan

wilayah, meliputi :

 mengembangkan sistem sarana dan

2.1.1 Tujuan

prasarana wilayah secara berhirarki

Luas wilayah kabupaten yang merupakan

dan merata; dan

kawasan pertanian seluas 44.361,6 ha

 mengembangkan sistem sarana dan

(34,23 % dari luas Kabupaten Ngawi),

prasarana wilayah yang mendorong

dan 47,15%

interaksi

penduduk merupakan

kegiatan

antar

wilayah

petani, maka potensi terbesar Kabupaten

pengembangan,

Ngawi adalah pada aspek pertanian,

pemerataan

terutama pertanian tanaman pangan.

mengembangkan potensi pariwisata

Berdasarkan

dan memudahkan pergerakan serta

FGD

yang

dilakukan,

disepakati bersama bahwa kondisi yang
diinginkan pada masa yang akan datang
adalah

penguatan

pertanian.

pada

Berdasarkan

hal

Kabupaten

pembangunan,

distribusi hasil produksi.
b. Strategi penetapan kawasan lahan

kegiatan

pertanian pangan berkelanjutan,

tersebut

meliputi:

maka tujuan penyelenggaraan penataan
ruang

mendorong

Ngawi

adalah

Terwujudnya ruang wilayah Kabupaten

 meningkatkan sarana dan prasarana
pertanian untuk meningkatkan nilai
produktivitas pertanian;

Ngawi sebagai lumbung pertanian Jawa

 melakukan pemberian insentif pada

– Bali yang didukung oleh industri dan

lahan yang telah ditetapkan sebagai

perdagangan. (RTRW Kab. Ngawi, 2010-

lahan

2030)

berkelanjutan; dan

2.1.2 Konsep Kebijakan Spasial dan

pertanian

 mengendalikan
kawasan

yang

ketat

ditetapkan

pertanian

pangan

sebagai

1. Konsep Kebijakan Spasial

berkelanjutan.

Untuk dapat menunjang Tujuan yang

Kebijakan

tentu terdapat beberapa Strategi untuk

secara
telah

Pengelolaan Sanitasi Lingkungan

tertuang dalam RTRW Kab. Ngawi,

pangan

c. Penetapan fungsi wilayah perdesaan
melalui

pengembangan

produk

dapat mengoptimalkan pencapaian
5
Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
pertanian

unggulan

perdesaan.

Strategi

 Mengembangkan

Sanitasi

untuk

menunjang

Produktifitas

Pelaku kegiatan yakni penduduk untuk
fungsi

kawasan

melaksanakan

bidang

Pertanian,

perdesaan sesuai potensi wilayah,

Perdagangan dan industri yang merupakan

yakni perdesaan terletak di kawasan

tujuan RTRW di Kab. Ngawi ini.

pegunungan untuk hutan lindung,
hutan produksi, perkebunan dan
hortikultura, perdesaan di dataran
rendah untuk pertanian pangan;

 Meningkatkan nilai tambah produk
pertanian dengan pengolahan hasil;
c.

Mendorong

eksport

hasil

pertanian unggulan daerah; serta d.
Mengembangkan

fasilitas

produksi-pemasaran

pada

sentra
pusat

kegiatan ekonomi di Kecamatan
Ngrambe, Kecamatan Bringin.
d. Kebijakan Penetapan kawasan lahan
pertanian

pangan

berkelanjutan.

Strategi.

 Meningkatkan sarana dan prasarana
pertanian untuk meningkatkan nilai
produktivitas pertanian;

 Memberi insentif pada lahan yang
telah

ditetapkan

pertanian

sebagai

pangan

lahan

berkelanjutan;

serta

 Mengendalikan
kawasan

yang

secara
telah

ketat

ditetapkan

sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan.

2.

Konsep Pengelolaan Sanitasi Sektor
Persampahan:

Kebijakan

dan

Strategi

Pengembangan

Prasarana Lingkungan
a. Kebijakan

Pengembangan

reduksi sumber

system

timbunan sampah

sejak awal. Strategi :
 Meminimasi

pengunaan

sumber

sampah yang sukar didaur ulang
secara alamiah;

 Memanfaatkan ulang sampah (recycle) yang ada terutama yang
memiliki nilai ekonomi; serta

 Mengolah sampah organik menjadi
kompos. 2.
b. Kebijakan
penanganan

Pengoptimalan
sampah

tingkat

perkotaan.

Strategi :

 Meningkatan prasarana pengolahan
sampah;

 Mengadakan TPS skala lokal;

 Mengadakan TPA regional; serta

 Mengelola sampah berkelanjutan.
c. Kebijakan
penanganan

Pengoptimalan
sampah

tingkat

perdesaan.

Strategi :
Untuk dapat memperoleh tujuan dari RTRW
Kab. Ngawi ini terutama pada bidang

 Sistem

 Mengolah

dengan kebijakan dan strategi di bidang

pertanian.

tentu

juga

harus

sampah

berbasis pelestarian lingkungan; dan

diimbangi

pertanian,

pengelolaan

sampah

mendukung

6
Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
d. Kebijakan (4) Penetapan kawasan

3. Peraturan

Ruang Terbuka Hijau. Strategi :

Nomor

 Mengadakan taman dan hutan kota;

Pekerjaan

Umum

21/PRT/M/2006

Kebijakan

 Menetapkan luasan RTH perkotaan

dan

tentang

Strategi

Pengembangan

Sistem

Nasional
Pengelolaan

Persampahan.

minimum 30% dari luas area; serta

 Mengembangkan jenis RTH dengan

Menteri

4. Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor

berbagai fungsinya. 5. Kebijakan

54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah

e. Penciptaan lingkungan yang sehat dan

Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah

bersih. Strategi :

 Memenuhi kebutuhan fasilitas septic

5. Peraturan

Daerah

kabupaten

Ngawi

Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana
tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi

tank per KK di wilayah perkotaan;

 Menangani limbah rumah tangga

Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah

dengan fasilitas sanitasi per KK juga

kabupaten Ngawi Tahun 2011 Nomor

sanitasi

10).

umum

pada

wilayah

(Penyusunan

perdesaan; serta

 Meningkatkan sanitasi lingkungan

Teknis

Manajemen

Persampahan (PTMP) Kabupaten Ngawi)

untuk permukiman, produksi, jasa,
dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.
(RTRW Kab. Ngawi, 2010-2030)

2.2.

Alasan Pemilihan Judul dan Lokasi

2.2.1 Potensi Masalah Secara Umum
dalam hal Sistem Pusat Pelayanan

pelaksanaan

1. Beberapa kawasan perdesaan memiliki

Perencanaan Rencana Tata Ruang Kab.

perkembangan yang lambat sehingga

Ngawi

sukar mengejar ketertinggalan dengan

Regulasi yang

menunjang

dan

khususnya

Sektor

Persampahan.

perdesaan dan perkotaan lain antara

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008

lain

Kecamatan

Sine,

Kecamatan

Kecamatan

Ngrambe,

tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran

Jogorogo,

Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Kecamatan Pitu dan Kecamatan Bringin.

Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara

2. Terdapat beberapa kawasan perdesaan
yang

Republik Indonesia Nomor 4851).
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara

membentuk

pengembangan

dalam

wilayah
skala

kecil

sehingga pelayanannya terbatas.
3. Konsentrasi kegiatan akan lebih terfokus

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

pada

140,

dominan, dan pelayanan perkotaan ke

Tambahan

Lembaran

Republik Indonesia Nomor 5059).

Negara

beberapa

seluruh

wilayah

perkotaan
berjalan

yang
kurang

optimum.
7
Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
4.Infrastruktur

permukiman

sepenuhnya

menjangkau

belum
kawasan

permukiman seperti di Kecamatan Sine
dimana jaringan jalan yang ada kurang
memadai.(RTRW Kab. Ngawi 20102030)
2.2.2 Potensi Masalah Secara Khusus
dalam hal Sektor Persampahan
Wilayah Ngawi merupakan wilayah yang
strategis dengan sumber daya alam serta

Sumber:http://www.ponorogo.go.id/web2/pono
rogo1/language/adi1.pdf

Sumber Daya Manusia yang potensial,
terbukti

bahwa

Kabupaten

Ngawi

Memperoleh Penghargaan Adipura pada
tahun 2013 seperti tercantum pada website
http://alamendah.org/2013/06/10/daftarkota-peraih-adipura-2013/.
Berdasarkan

kriteria

penilaian

dalam

dibagi dalam klasifikasi sebagai berikut:
a. Kriteria Fisik (bobot 80%)
b. Kriteria Non Fisik (bobot 20%)

menduduki tingkat teratas adalah sektor
bobot

50%,

sedangkan kriteria non fisik yang dinilai
paling penting adalah Institusi dengan
bobot 30%, seperti terlihat dalam gambar
di bawah ini:

sudah

menjadi

stakeholder

perhatian

terkait,

utama

namun

bagi

ironisnya

dan pengelolaan sampah masih sangat
rendah terlihat dari beberapa TPA yang
tidak dipergunakan kembali karena tidak
adanya

kesadaran

sarana

dan

dan

prasarana

fasilitas

serta

yang

belum

menunjang kegiatan tersebut.

Pada Kriteria Fisik Hal terpenting yang
dengan

manajemen tentang Sanitasi di Kota ngawi

kesadaran masyarakat tentang pengolahan

program penghargaan Kota Adipura dapat

Persampahan

Dalam hal ini dapat dibuktikan bahwa

2.3. Faktor-Faktor Pendukung dan
Penghambat
2.3.1 Faktor Pendukung
a. Luas Wilayah yang meliputi lahan
pertanian 34,23 % dari luas
Kabupaten Ngawi,
b. Mata Pencaharian Penduduk 47,15%
penduduk merupakan petani.
c. Letak Kab. Ngawi yang Strategis
sehingga mempermudah
pendistribusian hasil pangan yang
dihasilkan.
8

Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
d. Karena bidang pertanian didukung

f. Minim skali alokasi dana APBD untuk

oleh letak wilayah yang strategis

sektor persampahan, sehingga tidak

sehingga meningkatkan bidang

adanya sarana dan prasana baru

perdagangan dan industri khususnya

yang mendukung TPS baru, sehingga

untuk tanaman pangan.

TPS tersebut tidak dimanfaatkan

e. Bidang Perdagangan meningkat

dengan baik oleh masyarakat sekitar.

secara otomatis akan meningkatkan
jumlah pasar sebagai media

BAB III Pembahasan

pelaksanaan perdagangan tersebut.

3.1 Implikasi Teori Kebijakan Spasial

2.3.2 Faktor Penghambat
a. Tingkat pendidikan masih rendah

terhadap Pengelolaan Sanitasi yang
dipilih

karena hampir 50% masyarakat mata
pencaharian sebagai petani, yang

Kondisi Eksisting

memerlukan skill kekuatan otot bukan

a. Sumber timbulan paling utama berasal

kekuatan otak.
b. Kesadaran akan pentingnya
manajemen dan pengolahan modern
bidang pertanian masih konvensional,
sehingga hasil pertanian belum
maksimal.
c. Banyak bermunculan pasar-pasar
baru namun tidak diimbangi dengan
manajemen persampahan yang
berwawasan lingkungan, sehingga
timbulan sampah meningkat tajam.
d. Timbulan sampah mulai meningkat
tajam tidak diimbangi dengan

dari kegiatan seperti pasar,
perkantoran, jalan, fasilitas umum,
pertokoan dan lain-lain.
b. Komposisi Timbulan sampah rata-rata
No
Komponen
1 Organik
2 An Organik
- Kertas
- Plastik
- Kayu
- Kain/Tekstil
- Karet/Kulit
- Logam/Metal
- Gelas/Kaca
3 Residu

% Total
71,11%
6,31%
19,17%
0,92%
0,67%
0,00%
0,32%
0,47%
1,04%

Sumber: Penyusunan Perencanaan Teknis
Manajemen Persampahan (PTMP) Kab.Ngawi

munculnya dan pemanfaatan TPS
baru, karena keterbatasan lahan dan

komposisi sampah di Kota Ngawi

sumber daya manusia untuk

didominasi oleh sampah anorganik

pengelolaan.

dengan komposisi jenis sampah

e. Sudah terdapat TPS baru namun
masyarakat masih enggan

anorganik 70 % sedangkan sampah
organik 30%.

memanfaatkan karena tidak didukung
dengan SDM yang ahli di bidangnya
untuk pengelolaan TPS tersebut.
9
Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
c. Tingkat pelayanan

f. Sistem Pengumpulan

Uraian
Satuan
Volume
Timbulan
sampah
M3/hari
101
terangkut
2. Volume
Timbulan
Liter/Orang/Hari
2.29
Sampah
3. Cakupan
%
65
Pelayanan
Sumber: Penyusunan Perencanaan Teknis
Manajemen Persampahan (PTMP)
Kab.Ngawi

Sampah dari sumber sampah biasanya

d. Daerah Pelayanan

sampah

No
1.

TPA

yang

masih

dapat

berfungsi

ditampung menggunakan bak sampah,
kemudian dikumpulkan dengan sarana
gerobak untuk dibuang ke TPS yang
berupa landasan kontainer atau depo.
Sarana

yang

pengumpulan

digunakan
ke

TPS

untuk

ini

adalah

gerobak dengan kapasitas 1,5 m3
sebanyak

43

buah

yang

dimiliki oleh bidang Kebersihan dan

dengan baik hanyalah TPA Selopuro,

dioperasikan

Wilayah pelayanan persampahan TPA

wilayah permukiman tingkat RT/RW.

Selopuro meliputi 4 Kelurahan dan 5

Untuk

Desa.Wilayah

sapuan jalan ke TPS menggunakan

pelayanan

dimulai dari jam 03.00-07.00 pagi.

perkantoran

Untuk beberapa pasar, memiliki TPS

Kota

Kawasan

yang

menjadi

Pemerintah

Daerah,

kawasan

yang

dari

daerah

di

sampah,

sampah

gerobak

utama

meliputi

pengumpulan

masing-masing

Ngawi.

jalan-jalan
pelayanan

meliputi

oleh

biasanya

sendiri disekitar wilayah terseut.

komersial seperti Pasar Besar Ngawi,
kawasan

pertokoan,

Hotel,

rumah

makan dan sebagian permukiman.
e. Sistem Perwadahan
Sistem pewadahan yang digunakan di
Kab. Ngawi bermacam-macam seperti
pasangan bata, tong, bak plastik dan
bak

kayu

masyarakat

yang
baik

disediakan
untuk

oleh

Gambar perwadahan sistem Kontainer

pewadahan

individu maupun komunal.

Gambar tong dan bak plastik

Gambar TPS di pasar besar

10
Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
Kecamatan Mantingan. TPA Selopuro

g. Sistem Pengangkutan
Sistem pengangkutan sampah Kab.

merupakan

Ngawi menggunakan pola individual

beroperasi sedangkan TPA Mantingan

langsung. Artinya sampah dari sumber

belum dioperasikan namun sudah ada

sampah langsung dikumpulkan pada

akses

pewadahan berupa kantong plastik

beroperasi namun hanya digunakan

atau

untuk menampung sampah dari pasar.

bin-bin

sampah

kemudian

TPA

jalan.TPA

utama

Karangjati

yang

sudah

dikumpulkan oleh gerobak menuju TPS
yang akhirnya diangkut oleh dump truk
menuju ke TPA.
h. Sistem Pengolahan
Di kabupaten Ngawi sudah terdapat
fasilitas

TPST-3R

ini

yaitu

Gambar Kondisi TPA Mantingan

di

Perumahan Prandon Permai.

Lokasi TPA Selopuro berada di desa

Fasilitas ini sudah selesai dan siap

Selopuro kecamatan Pitu dengan luas

untuk dioperasionalkan namun terdapat

area sekitar 2,124 Ha, dengan zona

kendala

daya

aktif yang digunakan adalah 1,062 Ha

manusianya yang masih belum terampil

dan sisanya digunakan untuk IPLT

dan

gambar

namun tidak difungsikan. Jarak dari

lokasi TPST-3R di perumahan Prandon

kota menuju ke TPA sekitar 6 Kilo

Permai.

meter. Akses jalan menuju TPA sudah

pada

sumber

terlatih.Berikut

adalah

beraspal dan sebagian makadam.

Proses

pengelolaan sampah yang ada

saat ini masih dengan open dumping.
Proses perataan dengan menggunakan
buldozer dilakukan setiap kali sampah
Gambar TPST-3R di Perumahan Pradon

masuk ke TPA. Hal ini dikarenakan

Permai.

kontur TPA yang cenderung berupa
cekungan.TPA

i. Sistem Pembuangan akhir

sekitar

Kabupaten Ngawi memiliki 3 Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah,
yaitu TPA Selopuro di kecamatan Pitu,
TPA Karangjati di Desa Legundi –
Kecamatan
Mantingan

Karangjati
di

Desa

dan

TPA

Mantingan



500

Selopuro
m

permukiman.Kondisi

dari

berjarak
lingkungan

jalan

masuk

sudah cukup baik. Jumlah pemulung
yang ada di sekitar lokasi TPA cukup
banyak sekitar 31 orang, dan sangat
membantu

dalam

melaksanakan
11

Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
prpses

daur

ulang

terutama

dari

Permasalahan teknis diataranya TPA

sampah plastik seperti botol plastik,

Mantingan

karton, dan kertas .

lahan berupa TPA, namun akses jalan

sudah

terdapat

fasilitas

menuju kesana baru saja dibuat dan
sarana

serta

mendukung

prasaran

sistem

yang

pengangkutan

menuju TPA ini belum diadakan, tentu
saja perencanaan TPA ini masih belum
tepat guna karena tidak didukung oleh
fasilitas yang ada.
Untuk TPA

Karangjati ini sudah

beroperasi namun hanya digunakan
untuk menampung sampah dari pasar,
apabila dilihat lagi untuk sebab utama
tidak tepat gunanya TPA yang lain,
tentu saja TPA Karangjati ini tidak
didukung oleh sarana dan prasarana
yang ada seperti Kontainer, dump
truck, atau minimal gerobak sampah,
sehingga

TPA

dipergunakan

ini

tidak

dapat

sebagaimana

TPA

sesuai fungsinya.
Berdasakan beberapa hal di atas dapat
sedikit diambil benang merah bahwa
pemerintah
Gambar Kondisi TPA Selopuro

(Penyusunan
Manajemen

Perencanaan
Persampahan

Teknis
(PTMP)

Kab.Ngawi)

hanya

pembangunan

TPA

melaksanakan
saja

tanpa

diimbangi dengan pengadaan saran
dan

prasarana

namun

hal

ini

yang

mendukung,

dapat

dimaklumi

mengingat biaya pendanaan sektor
Dalam beberapa permasalaha eksisting

persampahan hanya 0,5% dari APBD.

yang ada di lapangan, dapat ditarik

Pemerintah pun mengalami kesulitan

kesimpulan bahwa adanya permasalah

dalam

teknis dan non tenis.

prasarana Karena minimnya dana.

pengadaan

sarana

dan

12
Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
Permasalahan non teknis, dapat dilihat

Implikasi Teori Kebijakan Spasial

pada TPST-3R di Perumahan Pradon

dan

Permai, sistem, lokasi, wilayah sudah

Kondisi Eksisting Kab. Ngawi.

difasilitasi, namun karena tidak ada

Mengacu pada Kondisi Eksisting sistem

pelatihan ketrampilan bagi tenaga ahli

persampahan di Kab.Ngawi ini tentu

yang

sampah,

saja Kebijakan yang sangat tepat untuk

hanya

penanggulangan permasalahan teknis

akan

sehingga

mengelola

tempat

tersebut

menjadi tempat parkir dan sia-sia,

Sektor

Persampahan

sesuai

dan non teknis adalah:

selain kendala teknis, kendala non
teknis yakni kurangnya sumber daya

a. Kebijakan

1

dikhususkan

untuk

manusia yang mendukung, terampil,

menanggulangi permasalahan teknis,

sadar dan berwawasan lingkungan ini

yakni:

juga

Kebijakan

sangat

berdampak

berlangsungnya

suatu

untuk
kegiatan

pengelolaan sektor persampahan.
Pada

beberapa

media

Pengoptimalan

penanganan

sampah

tingkat

perkotaan.

Strategi :

 Meningkatan prasarana pengolahan

disebutkan

bahwa Pengelolaan sampah masih
terabaikan, “saat ini volume sampah di
Ngawi tinggi sedangkan pengelolaan

sampah;

 Mengadakan TPS skala lokal;

 Mengadakan TPA regional; serta

 Mengelola sampah berkelanjutan.

sampah belum memadai, ini dapat
dilihat dari tidak adanya pengolahan

Dalam

sampah atau tempat sampah terpadu

pengolahan

bahkan di kantor-kantor Pemerintah,

permasalahan

pengelolaan

kurang

namun sangat rumit bila sudah mulai

tertata

juga

pembuangan

sampah

yang

hal

peningkatan
sampah
ini

prasarana
tentu

terlihat

saja
simple

tercermin

dari

lokasi

dikupas permasalahannya satu per

sampah

yang

dekat

satu, karena hambatan utama untuk

dengan fasilitas umum seperti sekolah,

pelaksanaan

kebijakan

akibatnya tidak banyak sekolah di

keterbatasan

dana

Ngawi bias lolos dalam penilaian tim

persampahan yang tentu saja sangat

UKS,

sebagainya

membatasi pengadaan sarana dan

(www.digilibampal.net/detai.php?row=5

prasarana bidang tersebut. Mengingat

&tp=kliping&ktg=sampahluar&kode=70

kondisi

03)

persampahan

dan

lingkungan
di

ini

adalah
bidang

khususnya

Indonesia

dapat

dikatakan kritis, sehingga Pemerintah
harus melihat secara cermat tingkat
13
Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
urgent dari sistem pendanaan sektor

Untuk

persampahan ini, tentu saja dengan

berkelanjutan

harapan prosentase pendaan sektor

mendasar di Kab.Ngawi ini adalah

persampahan

kualitas SDM yang belum siap untuk

dapat

ditingkatkan

Mengelola

sampah

secara

permasalahan

paling

menerima teknologi yang berwawasan

secara signifikan.

lingkungan, sehingga menjadi sangat
Dalam hal Pengadaan TPS secara

peru

diadakannya

pelatihan

serta

lokan di kab. Ngawi ini sudah cukup

workshop yang berkelanjutan bidang

baik, mengingat tiap pasar sudah

persampahan, sehingga kader-kader

emiliki TPS sendiri, namun untuk

sanitarian dapat segera bermunculan

beberapa titik pemukiman tentu perlu

dan meningkatkan kinerja pengelolaan

dilakukan pengkajian ulang untuk letak

sampah.

TPA baik dilihat dari sarana dan
maupun

b. Kebijakan 2, dikhususkan untuk dapat

fasilitas pendukung dari TPA, apakah

mendukung dan meloloskan tujuan

jalan, jauh dari permukiman, lahan

RTRW Kab.Ngawi 2010-2030 yakni

yang luas dan tingkat pendidikan SDM

Terwujudnya

sehingga

pengelolaan

dan

Kabupaten Ngawi sebagai lumbung

pelaksanaan

Sektor

persampahan

pertanian Jawa – Bali yang didukung

prasarana

pendukung,

ruang

wilayah

dapat berjalan dengan baik dan tepat

oleh industri dan perdagangan,

guna.

Pengoptimalan

tingkat

penanganan

sampah perdesaan. Strategi :
Untuk
TPA

penentuan peletakan lokasi
regional

di

dirasakan

masih

mengingat

masih

Kab.Ngawi
kurang

ini

cermat

pengelolaan

sampah

berbasis pelestarian lingkungan; dan

 Mengolah

sampah

mendukung

TPA

pertanian ini dengan cara melakukan

yang belum dapat dimanfaatkan dan

3R, salah satunya yaitu melakukan

tingkat keterkaitan antar TPS yang

pengolahan sampah menjadi Pupuk

masih belum dikoordinasikan dengan

Kompos

baik,

meningkatkan hasil dari pertanian

sehingga

banyaknya

 Sistem

terlihat

adanya

kepentingan masing-masing wilayah

yang

diharapkan

dapat

seperti cita-cita Kab.Ngawi ini.

masih menjadi pertimbangan utama
daripada kepentingan regional dari

Untuk pelaksanaan sistem 3R ini

Kab.Ngawi

fasilitas sudah ada, namun SDM

menyeluruh.

secara

utuh

dan

belum memenuhi, sehingga dapat
disarankan

agar

Pemerintah
14

Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
membentuk tim-tim khusus untuk

5. Sangat diperlukannya komitmen bersama

mengadakan workshop, sosialisasi

antara

ataupun seminar guna menambah

pendanaan, pemerintah daerah dalam hal

pengetahuan,

pendanaan

ketrampilan

dan

Pemerintah
dan

pusat

dalam

hal

pelaksanaan

serta

dan stakeholder

terkait

kesadaran masyarakat untuk dapat

pengendalian,

melakukan

dalam hal pembinaan SDM agar dapat

pengelolaan

terhadap

sektor persampahan.

melaksanakan

sistem

pengolahan

sampah tersebut secara cermat dan
BAB IV Kesimpulan

terampil;

Lesson Learned
1. Berdasarkan

Peraturan

Daerah

6. Apabila sektor persampahan dan bidang

Kabupaten Ngawi Nomor 10 Tahun 2011

pertanian dapat berjalan bersama-sama

yang berisi tentang

tentu saja cita-cita dan tujuan yang

RTRW Kab.Ngawi

2010-2030, bidang utama

yang akan

tertuang

di dalam

Peraturan Daerah

dikembang dalam hal ini adalah bidang

Kabupaten Ngawi Nomor 10 Tahun 2011

pertanian;

akan terwujud tanpa kendala yang berarti;

2. Bidang pertanian sangat mungkin dapat

7. Kesadaran akan pelestarian lingkungan

dikembangkan

karena

didukung

oleh

merupakan kunci utama terwujudnya cita-

karakteristik

wilayah

dan

mata

cita ini, tentu saja persamaan visi misi

pencaharian

masyarakat

kab.

Ngawi

sebagian besar sebagai petani;

harus

dilakukan

oleh

pemerintah,

masyarakat serta stakeholder terkait, dan
seluruh

3. Apabila dilihat dari kondisi Eksisting sektor

pelaksana

dalam

pengolahan

sampah dan pelaksana bidang pertanian;

Persampahan di Kab. Ngawi, kebijakan
yang dapat diimplementasikan adalah

8. Bagi masyarakat Ngawi sebaiknya dapat

menerapkan sistem pengolahan sampah

menerima

yang mendukung pertanian;

dilaksanakan Pemerintah ini dengan hati

semua

upaya

yang

yang lapang dan senantiasa berfikiran
4. Untuk

dapat

mewujudkan

sistem

positif, hal-hal yang diupayakan ini tentu

pengolahan yang mendukung pertanian

saja dimaksudkan agar anak cucu kita

tentu saja memerlukan kajian-kajian yang

dapat hidup dengan sehat, lingkungan

cermat dan teliti agar tepat guna, serta

yang bersih, dan tingkat kreatifitas yang

bermanfaat penuh bagi kelangsungan

semakin meningkat. Mari kita ciptakan

kehidupan masyarakat;

keseimbangan jiwa dan perilaku kita agar
lingkungan senantiasa bersahabat dan
15

Cahyani Ainin Azizah
3314202809

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
tidak berbalik bahkan menghancurkan
kelangsungan hidup kita yang sehat,
aman, dan sejahtera.
Daftar Pustaka
1. Peraturan

Daerah

kabupaten

Ngawi

Nomor 10 Tahun 2011, tentang Rencana
tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi
Tahun 2010-2030
2. Penyusunan

Teknis

Manajemen

Persampahan (PTMP) Kabupaten Ngawi,
2012
3. SSK Kab. Ngawi, 2012
4. Perencanaan

Pembangunan

Sanitasi

Permukiman Kab. Ngawi, 2012
5. Sekretariat

Pokja

AMPL,

Indopos.

“Pengelolaan Sampah Terabaikan”. 24
April

2015.www.digilib-

ampal.net/detai.php?row=5&tp=kliping&kt
g=sampahluar&kode=7003
6. Sekretariat

Kantor

Kabupaten

Lingkungan

Ponorogo.

Hidup

“Persiapan

Program Adipura Kencana 2012-2013”. 24
April

2015.

www.ponorogo.go.id/web2/ponorogo1/lan
guage/adi1.pdf
7. Alamendah, Blog. “Daftar Kota Peraih
Adipura

2013”.

24

April

2015.

http://alamendah.org/2013/06/10/daftarkota-peraih-adipura-2013/.

16
Cahyani Ainin Azizah
3314202809