IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STRATEGIS SEKTOR (1)
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STRATEGIS
SEKTOR
PERSAMPAHAN
YANG
MENDUKUNG TUJUAN DARI PERATURAN
DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 10
TAHUN 2011
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
harus
dalam mendukung kegiatan yang ada, baik
dilaksanakan secara merata dan menyeluruh
yang disebabkan oleh faktor keterbatasan
serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
kemampuan anggaran maupun pertumbuhan
Indonesia, namun pada kenyataannya untuk
alami yang tidak terkendali. Kondisi ini
memperoleh kesejahteraan yang merata bagi
berimplikasi terhadap semakin meningkatnya
seluruh
proses
penyediaan fasilitas dan sarana prasarana
perencanaan yang tidak mudah, beberapa
wilayah di Kabupaten Ngawi. Disamping itu
perencanaan yang dinilai sangat signifikan
perkembangan
yakni perencanaan tata ruang.
persebaran sarana prasarana wilayah yang
Pembangunan
suatu
rakyat
tentu
wilayah
mengalami
penggunaan
lahan
dan
cepat menuntut pengaturan yang optimal
Kabupaten Ngawi adalah kabupaten yang
dengan menyesuaikan antara demand dan
secara
supply dalam memberikan pelayanan kepada
geografis berada di Propinsi Jawa
masyarakat.
Disamping
langsung dengan Propinsi Jawa Tengah.
paradigma
global
Posisi geografis serta sumber daya yang ada
pembangunan yang mengedepankan pada
menjadikan kabupaten Ngawi mempunyai
keseimbangan ekosistem
daya
kegiatan
lingkungan harus menjadi roh dalam setiap
pembangunan dengan potensi perkembangan
perencanaan pembangunan daerah. Berawal
yang tinggi.
dari
Timur
bagian
tarik
barat
bagi
yang
tumbuhnya
berbatasan
hal
tersebut
di
itu
perubahan
akan
orientasi
dan kelestarian
atas
perencanaan
pembangunan daerah harus menjadi produk
kegiatan
yang komprehensip, sistematis dan partisipatif
pembangunan di Ngawi dihadapkan pada
(Memorandum Program Sektor Sanitasi Kab.
berbagai masalah, baik masalah fisik spasial,
Ngawi 2012)
Di
dalam
sosial,
perkembangannya,
ekonomi
maupun
lingkungan.
Permasalahan tersebut antara lain adalah
Secara umum laju pertumbuhan ekonomi dan
belum optimalnya sarana prasarana wilayah
perkembangan daerah dewasa ini semakin
pesat,
namun
belum
diikuti
dengan
penyediaan layanan sanitasi dasar yang
1
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
memadai bagi penduduk, khususnya bagi
Pembangunan Sanitasi Permukiman Kab.
mereka yang berpendapatan rendah dan
Ngawi, 2012)
yang bertempat tinggal di kawasan padat dan
kumuh. Buruknya kondisi sanitasi terlihat
pada akses sanitasi penduduk Indonesia
1.2 Gambaran Umum Wilayah
1.2.1 Geografi
masih sangat rendah. Dari data Sanitasi
Kabupaten Ngawi merupakan salah satu
Nasional, terdapat sekitar 70 juta penduduk
dari 38 Kabupaten di Propinsi Jawa
masih melakukan praktek BABS (Buang Air
Timur,
Besar Sembarangan), 98 % sampah tidak
Kabupaten Ngawi terletak di antara 1110
terkelola dengan baik,
07’ - 1110 40’ Bujur Timur dan 70 21’ – 70
dan TPA masih
secara
geografis
wilayah
dioperasikan secara Open Dumping dan
31’ Lintang Selatan.
terdapat sekitar 14.000 ton tinja dan 176.000
Adapun batas-batas wilayah kabupaten
m3 urine terbuang setiap harinya ke badan air,
Ngawi adalah sebagai berikut:
tanah, danau dan pantai. Disamping itu
Sebelah Utara : Kab. Bojonegoro (Jawa
dampak kesehatan masyarakat sudah sangat
Timur), Kab. Grobogan,
parah dimana setiap 1000 bayi yang lahir,
(Jawa Tengah)
hampir 50 diantaranya meninggal akibat diare
sebelum usia 5 tahun (SSK Kab. Ngawi).
Sektor
sanitasi
merupakan
salah
Kab. Blora
Sebelah Selatan : Kab. Madiun dan Kab.
Magetan
Sebelah Timur : Kab. Madiun
satu
Sebelah Barat : Kab. Karanganyar dan
pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat
Kab. Sragen (Jawa Tengah).
dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang
Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah
tidak
1.295,98 Km2 atau 2,71% dari luas
memadai
akan
berdampak
buruk
terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan
Provinsi Jawa.
terutama di daerah permukiman miskin di
Kabupaten
Ngawi.
Kondisi
ini
menjadi
tantangan bagi pemerintah untuk mencapai
target Millennium Development Goals (MDGs)
Tahun 2015. Indonesia termasuk salah satu
negara dengan tingkat kepemilikan sistem
jaringan air limbah (sewerage) terendah di
Asia. Kurang dari 10 kota di Indonesia yang
memiliki sistem jaringan air limbah dengan
tingkat
pelayanan
sekitar
1,3%
dari
keseluruhan jumlah populasi (Perencanaan
Sumber: RTRW Kab. Ngawi tahun 2010-2030
Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda)
Kabupaten Ngawi Tahun 2004, secara
2
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
administrasi wilayah ini terbagi kedalam 19
1.2.2 Topografi
Kecamatan dan 217 Desa, dimana 4 dari
Kabupaten Ngawi terletak pada ketinggian
217 Desa tersebut adalah Kelurahan.
antara 53-3.103 meter di atas permukaan
Adapun
laut. Kondisi topografi ini jika dikaitkan
Kecamatannya
adalah
:
Kecamatan Sine, Kecamatan Ngambe,
dengan
topografi
Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Kendal,
Ngawi
berupa
Kecamatan Geneng, Kecamatan Gerih,
bergelombang, berbukit, dan pegunungan
Kecamatan
tinggi.
Kwadungan,
Kecamatan
wilayah
Kabupaten
topografi
Berdasarkan ketinggian
datar,
tempat,
Karanmgjati,
Kabupaten Ngawi terletak pada ketinggian
Kecamatan Bringin, Kecamatan Padas,
antara 47 – 500 meter dpal meliputi
Kecamatan Kasreman, Kecamatan Ngawi,
Kecamatan Ngawi, Geneng, Gerih, Padas,
Kecamatan
Paron,
Pangkur,
Kecamatan
Paron,
Kecamatan
Kasreman,
Kedunggalar, Kecamatan Pitu, Kecamatan
Pangkur,
Widodaren, Kecamatan Mantingan dan
Kedunggalar,
Kecamatan Karanganyar.
Kwadungan
Karangjati,
Mantingan,
Pitu,
dan
Bringin,
Widodaren,
Karanganyar,
sebagian
wilayah
Kecamatan Sine, Jogorogo, Ngrambe, dan
Kendal. Ketinggian antara 500 – 1000
Tabel 1.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Jumlah Kecamatan, Luas Wilayah dan
meter
Jarak Kecamatan ke Ibukota Kabupaten
Ngrambe, Jogorogo dan Kendal.
Kecamatan
Jumlah
Desa/
Kelurahan
Luas Area
(km2)
15
14
12
10
15
3
14
9
17
10
12
8
16
14
12
10
12
7
7
217
80.22
57.49
65.84
84.56
52.25
34.52
30.30
29.41
66.61
62.62
50.22
31.49
70.56
101.14
129.65
56.01
92.26
62.21
138.29
1295.98
Sine
Ngrambe
Jogorogo
Kendal
Geneng
Gerih
Kwadungan
Pungkur
Karangjati
Bringin
Padas
Kasreman
Ngawi
Paron
Kedunggalar
Pitu
Widodaren
Mantingan
Karanganyar
JUMLAH
Sumber : BPS Kabupaten Ngawi, 2010
Jarak ke
Ibukota
kabupaten
(Km)
36
30
24
32
12
20
21
16
20
17
11
8
6
12
17
30
36
33
-
dpal
meliputi Kecamatan
Sine,
Jenis Tanah
Tabel 2
Luas Daerah Berdasarkan Jenis Tanah
No.
Jenis Tanah
Luas (Ha)
%
1 Alluvial
12.026
9,28
2 Grumusol
55.749
43,02
3 Mediteran
25.612
19,76
4 Mediteran dan Regosol
1,95
0
5 Mediteran dan Grumusol
2,94
0
6 Mediteran dan Litosol
21.487
16,58
7 Latosol dan Litosol
810
0,63
8 Andosol dan Litosol
3.025
2,33
9 Litosol
6.000
4,63,
10 Lainnya
4.885,62
3,77
JUMLAH
129.598,51
100
Sumber: Profil Investasi Pembangunan Daerah
Kab. Ngawi
Pola Ruang Wilayah
a. KawasanHutan Lindung
Kawasan hutan lindung di Kabupaten
Ngawi meliputi kawasan hutan di kaki
3
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
Gunung Lawu di Kecamatan Jogorogo,
Ngrambe dan Sine.
b. Kawasan Peruntukan Pertanian
b. Cagar Budaya
Kawasan
pertanian
pangan
berkelanjutan
Ngawi kawasan cagar alam terdapat di
Kawasan pertanian jenis ini banyak
Desa Ngrayudan Kecamatan Jogorogo,
dijumpai
Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo,
Selatan, Tengah, Timur dan Barat.
Desa Dero Kecamatan Bringin
c. Kawasan Rawan Bencana Alam
pada
wilayah
bagian
Tegalan (Tanah Ladang)
Keberadaan akan kawasan ini di
Kawasan Rawan Logsor : diantaranya
Kabupaten
adalah Kecamatan Sine (Desa Gendol),
seluruh kecamatan terutama pada
Kecamatan Jogorogo (Desa Girimulyo),
daerah yang kurang mendapatkan
Kecamatan
air dan mengandalkan air hujan
Ngrambe,
Karangjati,
Padas,
Kendal,
Pitu
dan
Karanganyar. Dari kecamatan tersebut,
Ngawi
menyebar
di
(tadah hujan)
Peruntukan Pertanian Lahan Kering
Kecamatan Sine, Jogorogo, Ngrambe
Untuk keberadaan dari kawasan
dan Kendal
jenis ini mayoritas di wilayah bagian
Kawasan Rawan Banjir : di sekitar DAS
Timur Selatan
Bengawan Solo dan DAS Kali Madiun.
d. Kawasan
Ruang
Terbuka
Hijau
Peruntukan Hortikultura
Sentra
Perkotaan
pengembangan
hortikultura
e. Kawasan Lindungan Geologi
di
kawasan
Kabupaten
Ngawi
adalah Kecamatan Kendal, Sine,
Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi
Ngrambe dan Jogorogo.
yakni Kawasan rawan bencana letusan
c. Kawasan Peruntukan Perkebunan
gunung berapi di Kabupaten Ngawi
Di
berada di sekitar pegunungan Lawu
Kasreman, Padas, Ngrambe, Kendal,
karena gunung tersebut masih aktif,
Jogorogo dan Sine.
yaitu
di
Kecamatan
Kecamatan
Kendal
dan
Jogorogo,
Kecamatan
Sine.
Kecamatan
Karangjati,
Bringin,
d. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kecamatan Bringin terdapat Waduk
Pondok.
e. Kawasan Peruntukan Industri
Pola Ruang Kawasan Budidaya
a. Kawasan
Peruntukan
Adapun
pengembangan
kawasan
Hutan
peruntukan industri di Kabupaten Ngawi
ProduksiHutan produksi di Kabupaten
adalah pada kawasan sekitar jalan
Ngawi juga merupakan bagian dari
lingkar Utara, yang meliputi Kecamatan
upaya pelestarian DAS Bengawan Solo.
Pitu,
Ngawi
Pengembangan
dan
kawasan
Kasreman.
industri
4
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
sedang terletak di Kecamatan Ngawi,
manfaat yang maksimal, beberapa
Geneng dan Karangjati.
strategi kebijakan diantaranya:
a. Strategi pengembangan kegiatan
BAB II Dasar Teori
pertanian, industri, perdagangan dan
2.1.
Tujuan, Konsep Kebijakan Spasial
pariwisata yang didukung oleh sistem
dan Pengelolaan Sanitasi
jaringan sarana dan prasarana
Lingkungan
wilayah, meliputi :
mengembangkan sistem sarana dan
2.1.1 Tujuan
prasarana wilayah secara berhirarki
Luas wilayah kabupaten yang merupakan
dan merata; dan
kawasan pertanian seluas 44.361,6 ha
mengembangkan sistem sarana dan
(34,23 % dari luas Kabupaten Ngawi),
prasarana wilayah yang mendorong
dan 47,15%
interaksi
penduduk merupakan
kegiatan
antar
wilayah
petani, maka potensi terbesar Kabupaten
pengembangan,
Ngawi adalah pada aspek pertanian,
pemerataan
terutama pertanian tanaman pangan.
mengembangkan potensi pariwisata
Berdasarkan
dan memudahkan pergerakan serta
FGD
yang
dilakukan,
disepakati bersama bahwa kondisi yang
diinginkan pada masa yang akan datang
adalah
penguatan
pertanian.
pada
Berdasarkan
hal
Kabupaten
pembangunan,
distribusi hasil produksi.
b. Strategi penetapan kawasan lahan
kegiatan
pertanian pangan berkelanjutan,
tersebut
meliputi:
maka tujuan penyelenggaraan penataan
ruang
mendorong
Ngawi
adalah
Terwujudnya ruang wilayah Kabupaten
meningkatkan sarana dan prasarana
pertanian untuk meningkatkan nilai
produktivitas pertanian;
Ngawi sebagai lumbung pertanian Jawa
melakukan pemberian insentif pada
– Bali yang didukung oleh industri dan
lahan yang telah ditetapkan sebagai
perdagangan. (RTRW Kab. Ngawi, 2010-
lahan
2030)
berkelanjutan; dan
2.1.2 Konsep Kebijakan Spasial dan
pertanian
mengendalikan
kawasan
yang
ketat
ditetapkan
pertanian
pangan
sebagai
1. Konsep Kebijakan Spasial
berkelanjutan.
Untuk dapat menunjang Tujuan yang
Kebijakan
tentu terdapat beberapa Strategi untuk
secara
telah
Pengelolaan Sanitasi Lingkungan
tertuang dalam RTRW Kab. Ngawi,
pangan
c. Penetapan fungsi wilayah perdesaan
melalui
pengembangan
produk
dapat mengoptimalkan pencapaian
5
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
pertanian
unggulan
perdesaan.
Strategi
Mengembangkan
Sanitasi
untuk
menunjang
Produktifitas
Pelaku kegiatan yakni penduduk untuk
fungsi
kawasan
melaksanakan
bidang
Pertanian,
perdesaan sesuai potensi wilayah,
Perdagangan dan industri yang merupakan
yakni perdesaan terletak di kawasan
tujuan RTRW di Kab. Ngawi ini.
pegunungan untuk hutan lindung,
hutan produksi, perkebunan dan
hortikultura, perdesaan di dataran
rendah untuk pertanian pangan;
Meningkatkan nilai tambah produk
pertanian dengan pengolahan hasil;
c.
Mendorong
eksport
hasil
pertanian unggulan daerah; serta d.
Mengembangkan
fasilitas
produksi-pemasaran
pada
sentra
pusat
kegiatan ekonomi di Kecamatan
Ngrambe, Kecamatan Bringin.
d. Kebijakan Penetapan kawasan lahan
pertanian
pangan
berkelanjutan.
Strategi.
Meningkatkan sarana dan prasarana
pertanian untuk meningkatkan nilai
produktivitas pertanian;
Memberi insentif pada lahan yang
telah
ditetapkan
pertanian
sebagai
pangan
lahan
berkelanjutan;
serta
Mengendalikan
kawasan
yang
secara
telah
ketat
ditetapkan
sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan.
2.
Konsep Pengelolaan Sanitasi Sektor
Persampahan:
Kebijakan
dan
Strategi
Pengembangan
Prasarana Lingkungan
a. Kebijakan
Pengembangan
reduksi sumber
system
timbunan sampah
sejak awal. Strategi :
Meminimasi
pengunaan
sumber
sampah yang sukar didaur ulang
secara alamiah;
Memanfaatkan ulang sampah (recycle) yang ada terutama yang
memiliki nilai ekonomi; serta
Mengolah sampah organik menjadi
kompos. 2.
b. Kebijakan
penanganan
Pengoptimalan
sampah
tingkat
perkotaan.
Strategi :
Meningkatan prasarana pengolahan
sampah;
Mengadakan TPS skala lokal;
Mengadakan TPA regional; serta
Mengelola sampah berkelanjutan.
c. Kebijakan
penanganan
Pengoptimalan
sampah
tingkat
perdesaan.
Strategi :
Untuk dapat memperoleh tujuan dari RTRW
Kab. Ngawi ini terutama pada bidang
Sistem
Mengolah
dengan kebijakan dan strategi di bidang
pertanian.
tentu
juga
harus
sampah
berbasis pelestarian lingkungan; dan
diimbangi
pertanian,
pengelolaan
sampah
mendukung
6
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
d. Kebijakan (4) Penetapan kawasan
3. Peraturan
Ruang Terbuka Hijau. Strategi :
Nomor
Mengadakan taman dan hutan kota;
Pekerjaan
Umum
21/PRT/M/2006
Kebijakan
Menetapkan luasan RTH perkotaan
dan
tentang
Strategi
Pengembangan
Sistem
Nasional
Pengelolaan
Persampahan.
minimum 30% dari luas area; serta
Mengembangkan jenis RTH dengan
Menteri
4. Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor
berbagai fungsinya. 5. Kebijakan
54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah
e. Penciptaan lingkungan yang sehat dan
Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah
bersih. Strategi :
Memenuhi kebutuhan fasilitas septic
5. Peraturan
Daerah
kabupaten
Ngawi
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana
tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi
tank per KK di wilayah perkotaan;
Menangani limbah rumah tangga
Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah
dengan fasilitas sanitasi per KK juga
kabupaten Ngawi Tahun 2011 Nomor
sanitasi
10).
umum
pada
wilayah
(Penyusunan
perdesaan; serta
Meningkatkan sanitasi lingkungan
Teknis
Manajemen
Persampahan (PTMP) Kabupaten Ngawi)
untuk permukiman, produksi, jasa,
dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.
(RTRW Kab. Ngawi, 2010-2030)
2.2.
Alasan Pemilihan Judul dan Lokasi
2.2.1 Potensi Masalah Secara Umum
dalam hal Sistem Pusat Pelayanan
pelaksanaan
1. Beberapa kawasan perdesaan memiliki
Perencanaan Rencana Tata Ruang Kab.
perkembangan yang lambat sehingga
Ngawi
sukar mengejar ketertinggalan dengan
Regulasi yang
menunjang
dan
khususnya
Sektor
Persampahan.
perdesaan dan perkotaan lain antara
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
lain
Kecamatan
Sine,
Kecamatan
Kecamatan
Ngrambe,
tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Jogorogo,
Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Kecamatan Pitu dan Kecamatan Bringin.
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
2. Terdapat beberapa kawasan perdesaan
yang
Republik Indonesia Nomor 4851).
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
membentuk
pengembangan
dalam
wilayah
skala
kecil
sehingga pelayanannya terbatas.
3. Konsentrasi kegiatan akan lebih terfokus
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
pada
140,
dominan, dan pelayanan perkotaan ke
Tambahan
Lembaran
Republik Indonesia Nomor 5059).
Negara
beberapa
seluruh
wilayah
perkotaan
berjalan
yang
kurang
optimum.
7
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
4.Infrastruktur
permukiman
sepenuhnya
menjangkau
belum
kawasan
permukiman seperti di Kecamatan Sine
dimana jaringan jalan yang ada kurang
memadai.(RTRW Kab. Ngawi 20102030)
2.2.2 Potensi Masalah Secara Khusus
dalam hal Sektor Persampahan
Wilayah Ngawi merupakan wilayah yang
strategis dengan sumber daya alam serta
Sumber:http://www.ponorogo.go.id/web2/pono
rogo1/language/adi1.pdf
Sumber Daya Manusia yang potensial,
terbukti
bahwa
Kabupaten
Ngawi
Memperoleh Penghargaan Adipura pada
tahun 2013 seperti tercantum pada website
http://alamendah.org/2013/06/10/daftarkota-peraih-adipura-2013/.
Berdasarkan
kriteria
penilaian
dalam
dibagi dalam klasifikasi sebagai berikut:
a. Kriteria Fisik (bobot 80%)
b. Kriteria Non Fisik (bobot 20%)
menduduki tingkat teratas adalah sektor
bobot
50%,
sedangkan kriteria non fisik yang dinilai
paling penting adalah Institusi dengan
bobot 30%, seperti terlihat dalam gambar
di bawah ini:
sudah
menjadi
stakeholder
perhatian
terkait,
utama
namun
bagi
ironisnya
dan pengelolaan sampah masih sangat
rendah terlihat dari beberapa TPA yang
tidak dipergunakan kembali karena tidak
adanya
kesadaran
sarana
dan
dan
prasarana
fasilitas
serta
yang
belum
menunjang kegiatan tersebut.
Pada Kriteria Fisik Hal terpenting yang
dengan
manajemen tentang Sanitasi di Kota ngawi
kesadaran masyarakat tentang pengolahan
program penghargaan Kota Adipura dapat
Persampahan
Dalam hal ini dapat dibuktikan bahwa
2.3. Faktor-Faktor Pendukung dan
Penghambat
2.3.1 Faktor Pendukung
a. Luas Wilayah yang meliputi lahan
pertanian 34,23 % dari luas
Kabupaten Ngawi,
b. Mata Pencaharian Penduduk 47,15%
penduduk merupakan petani.
c. Letak Kab. Ngawi yang Strategis
sehingga mempermudah
pendistribusian hasil pangan yang
dihasilkan.
8
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
d. Karena bidang pertanian didukung
f. Minim skali alokasi dana APBD untuk
oleh letak wilayah yang strategis
sektor persampahan, sehingga tidak
sehingga meningkatkan bidang
adanya sarana dan prasana baru
perdagangan dan industri khususnya
yang mendukung TPS baru, sehingga
untuk tanaman pangan.
TPS tersebut tidak dimanfaatkan
e. Bidang Perdagangan meningkat
dengan baik oleh masyarakat sekitar.
secara otomatis akan meningkatkan
jumlah pasar sebagai media
BAB III Pembahasan
pelaksanaan perdagangan tersebut.
3.1 Implikasi Teori Kebijakan Spasial
2.3.2 Faktor Penghambat
a. Tingkat pendidikan masih rendah
terhadap Pengelolaan Sanitasi yang
dipilih
karena hampir 50% masyarakat mata
pencaharian sebagai petani, yang
Kondisi Eksisting
memerlukan skill kekuatan otot bukan
a. Sumber timbulan paling utama berasal
kekuatan otak.
b. Kesadaran akan pentingnya
manajemen dan pengolahan modern
bidang pertanian masih konvensional,
sehingga hasil pertanian belum
maksimal.
c. Banyak bermunculan pasar-pasar
baru namun tidak diimbangi dengan
manajemen persampahan yang
berwawasan lingkungan, sehingga
timbulan sampah meningkat tajam.
d. Timbulan sampah mulai meningkat
tajam tidak diimbangi dengan
dari kegiatan seperti pasar,
perkantoran, jalan, fasilitas umum,
pertokoan dan lain-lain.
b. Komposisi Timbulan sampah rata-rata
No
Komponen
1 Organik
2 An Organik
- Kertas
- Plastik
- Kayu
- Kain/Tekstil
- Karet/Kulit
- Logam/Metal
- Gelas/Kaca
3 Residu
% Total
71,11%
6,31%
19,17%
0,92%
0,67%
0,00%
0,32%
0,47%
1,04%
Sumber: Penyusunan Perencanaan Teknis
Manajemen Persampahan (PTMP) Kab.Ngawi
munculnya dan pemanfaatan TPS
baru, karena keterbatasan lahan dan
komposisi sampah di Kota Ngawi
sumber daya manusia untuk
didominasi oleh sampah anorganik
pengelolaan.
dengan komposisi jenis sampah
e. Sudah terdapat TPS baru namun
masyarakat masih enggan
anorganik 70 % sedangkan sampah
organik 30%.
memanfaatkan karena tidak didukung
dengan SDM yang ahli di bidangnya
untuk pengelolaan TPS tersebut.
9
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
c. Tingkat pelayanan
f. Sistem Pengumpulan
Uraian
Satuan
Volume
Timbulan
sampah
M3/hari
101
terangkut
2. Volume
Timbulan
Liter/Orang/Hari
2.29
Sampah
3. Cakupan
%
65
Pelayanan
Sumber: Penyusunan Perencanaan Teknis
Manajemen Persampahan (PTMP)
Kab.Ngawi
Sampah dari sumber sampah biasanya
d. Daerah Pelayanan
sampah
No
1.
TPA
yang
masih
dapat
berfungsi
ditampung menggunakan bak sampah,
kemudian dikumpulkan dengan sarana
gerobak untuk dibuang ke TPS yang
berupa landasan kontainer atau depo.
Sarana
yang
pengumpulan
digunakan
ke
TPS
untuk
ini
adalah
gerobak dengan kapasitas 1,5 m3
sebanyak
43
buah
yang
dimiliki oleh bidang Kebersihan dan
dengan baik hanyalah TPA Selopuro,
dioperasikan
Wilayah pelayanan persampahan TPA
wilayah permukiman tingkat RT/RW.
Selopuro meliputi 4 Kelurahan dan 5
Untuk
Desa.Wilayah
sapuan jalan ke TPS menggunakan
pelayanan
dimulai dari jam 03.00-07.00 pagi.
perkantoran
Untuk beberapa pasar, memiliki TPS
Kota
Kawasan
yang
menjadi
Pemerintah
Daerah,
kawasan
yang
dari
daerah
di
sampah,
sampah
gerobak
utama
meliputi
pengumpulan
masing-masing
Ngawi.
jalan-jalan
pelayanan
meliputi
oleh
biasanya
sendiri disekitar wilayah terseut.
komersial seperti Pasar Besar Ngawi,
kawasan
pertokoan,
Hotel,
rumah
makan dan sebagian permukiman.
e. Sistem Perwadahan
Sistem pewadahan yang digunakan di
Kab. Ngawi bermacam-macam seperti
pasangan bata, tong, bak plastik dan
bak
kayu
masyarakat
yang
baik
disediakan
untuk
oleh
Gambar perwadahan sistem Kontainer
pewadahan
individu maupun komunal.
Gambar tong dan bak plastik
Gambar TPS di pasar besar
10
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
Kecamatan Mantingan. TPA Selopuro
g. Sistem Pengangkutan
Sistem pengangkutan sampah Kab.
merupakan
Ngawi menggunakan pola individual
beroperasi sedangkan TPA Mantingan
langsung. Artinya sampah dari sumber
belum dioperasikan namun sudah ada
sampah langsung dikumpulkan pada
akses
pewadahan berupa kantong plastik
beroperasi namun hanya digunakan
atau
untuk menampung sampah dari pasar.
bin-bin
sampah
kemudian
TPA
jalan.TPA
utama
Karangjati
yang
sudah
dikumpulkan oleh gerobak menuju TPS
yang akhirnya diangkut oleh dump truk
menuju ke TPA.
h. Sistem Pengolahan
Di kabupaten Ngawi sudah terdapat
fasilitas
TPST-3R
ini
yaitu
Gambar Kondisi TPA Mantingan
di
Perumahan Prandon Permai.
Lokasi TPA Selopuro berada di desa
Fasilitas ini sudah selesai dan siap
Selopuro kecamatan Pitu dengan luas
untuk dioperasionalkan namun terdapat
area sekitar 2,124 Ha, dengan zona
kendala
daya
aktif yang digunakan adalah 1,062 Ha
manusianya yang masih belum terampil
dan sisanya digunakan untuk IPLT
dan
gambar
namun tidak difungsikan. Jarak dari
lokasi TPST-3R di perumahan Prandon
kota menuju ke TPA sekitar 6 Kilo
Permai.
meter. Akses jalan menuju TPA sudah
pada
sumber
terlatih.Berikut
adalah
beraspal dan sebagian makadam.
Proses
pengelolaan sampah yang ada
saat ini masih dengan open dumping.
Proses perataan dengan menggunakan
buldozer dilakukan setiap kali sampah
Gambar TPST-3R di Perumahan Pradon
masuk ke TPA. Hal ini dikarenakan
Permai.
kontur TPA yang cenderung berupa
cekungan.TPA
i. Sistem Pembuangan akhir
sekitar
Kabupaten Ngawi memiliki 3 Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah,
yaitu TPA Selopuro di kecamatan Pitu,
TPA Karangjati di Desa Legundi –
Kecamatan
Mantingan
Karangjati
di
Desa
dan
TPA
Mantingan
–
500
Selopuro
m
permukiman.Kondisi
dari
berjarak
lingkungan
jalan
masuk
sudah cukup baik. Jumlah pemulung
yang ada di sekitar lokasi TPA cukup
banyak sekitar 31 orang, dan sangat
membantu
dalam
melaksanakan
11
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
prpses
daur
ulang
terutama
dari
Permasalahan teknis diataranya TPA
sampah plastik seperti botol plastik,
Mantingan
karton, dan kertas .
lahan berupa TPA, namun akses jalan
sudah
terdapat
fasilitas
menuju kesana baru saja dibuat dan
sarana
serta
mendukung
prasaran
sistem
yang
pengangkutan
menuju TPA ini belum diadakan, tentu
saja perencanaan TPA ini masih belum
tepat guna karena tidak didukung oleh
fasilitas yang ada.
Untuk TPA
Karangjati ini sudah
beroperasi namun hanya digunakan
untuk menampung sampah dari pasar,
apabila dilihat lagi untuk sebab utama
tidak tepat gunanya TPA yang lain,
tentu saja TPA Karangjati ini tidak
didukung oleh sarana dan prasarana
yang ada seperti Kontainer, dump
truck, atau minimal gerobak sampah,
sehingga
TPA
dipergunakan
ini
tidak
dapat
sebagaimana
TPA
sesuai fungsinya.
Berdasakan beberapa hal di atas dapat
sedikit diambil benang merah bahwa
pemerintah
Gambar Kondisi TPA Selopuro
(Penyusunan
Manajemen
Perencanaan
Persampahan
Teknis
(PTMP)
Kab.Ngawi)
hanya
pembangunan
TPA
melaksanakan
saja
tanpa
diimbangi dengan pengadaan saran
dan
prasarana
namun
hal
ini
yang
mendukung,
dapat
dimaklumi
mengingat biaya pendanaan sektor
Dalam beberapa permasalaha eksisting
persampahan hanya 0,5% dari APBD.
yang ada di lapangan, dapat ditarik
Pemerintah pun mengalami kesulitan
kesimpulan bahwa adanya permasalah
dalam
teknis dan non tenis.
prasarana Karena minimnya dana.
pengadaan
sarana
dan
12
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
Permasalahan non teknis, dapat dilihat
Implikasi Teori Kebijakan Spasial
pada TPST-3R di Perumahan Pradon
dan
Permai, sistem, lokasi, wilayah sudah
Kondisi Eksisting Kab. Ngawi.
difasilitasi, namun karena tidak ada
Mengacu pada Kondisi Eksisting sistem
pelatihan ketrampilan bagi tenaga ahli
persampahan di Kab.Ngawi ini tentu
yang
sampah,
saja Kebijakan yang sangat tepat untuk
hanya
penanggulangan permasalahan teknis
akan
sehingga
mengelola
tempat
tersebut
menjadi tempat parkir dan sia-sia,
Sektor
Persampahan
sesuai
dan non teknis adalah:
selain kendala teknis, kendala non
teknis yakni kurangnya sumber daya
a. Kebijakan
1
dikhususkan
untuk
manusia yang mendukung, terampil,
menanggulangi permasalahan teknis,
sadar dan berwawasan lingkungan ini
yakni:
juga
Kebijakan
sangat
berdampak
berlangsungnya
suatu
untuk
kegiatan
pengelolaan sektor persampahan.
Pada
beberapa
media
Pengoptimalan
penanganan
sampah
tingkat
perkotaan.
Strategi :
Meningkatan prasarana pengolahan
disebutkan
bahwa Pengelolaan sampah masih
terabaikan, “saat ini volume sampah di
Ngawi tinggi sedangkan pengelolaan
sampah;
Mengadakan TPS skala lokal;
Mengadakan TPA regional; serta
Mengelola sampah berkelanjutan.
sampah belum memadai, ini dapat
dilihat dari tidak adanya pengolahan
Dalam
sampah atau tempat sampah terpadu
pengolahan
bahkan di kantor-kantor Pemerintah,
permasalahan
pengelolaan
kurang
namun sangat rumit bila sudah mulai
tertata
juga
pembuangan
sampah
yang
hal
peningkatan
sampah
ini
prasarana
tentu
terlihat
saja
simple
tercermin
dari
lokasi
dikupas permasalahannya satu per
sampah
yang
dekat
satu, karena hambatan utama untuk
dengan fasilitas umum seperti sekolah,
pelaksanaan
kebijakan
akibatnya tidak banyak sekolah di
keterbatasan
dana
Ngawi bias lolos dalam penilaian tim
persampahan yang tentu saja sangat
UKS,
sebagainya
membatasi pengadaan sarana dan
(www.digilibampal.net/detai.php?row=5
prasarana bidang tersebut. Mengingat
&tp=kliping&ktg=sampahluar&kode=70
kondisi
03)
persampahan
dan
lingkungan
di
ini
adalah
bidang
khususnya
Indonesia
dapat
dikatakan kritis, sehingga Pemerintah
harus melihat secara cermat tingkat
13
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
urgent dari sistem pendanaan sektor
Untuk
persampahan ini, tentu saja dengan
berkelanjutan
harapan prosentase pendaan sektor
mendasar di Kab.Ngawi ini adalah
persampahan
kualitas SDM yang belum siap untuk
dapat
ditingkatkan
Mengelola
sampah
secara
permasalahan
paling
menerima teknologi yang berwawasan
secara signifikan.
lingkungan, sehingga menjadi sangat
Dalam hal Pengadaan TPS secara
peru
diadakannya
pelatihan
serta
lokan di kab. Ngawi ini sudah cukup
workshop yang berkelanjutan bidang
baik, mengingat tiap pasar sudah
persampahan, sehingga kader-kader
emiliki TPS sendiri, namun untuk
sanitarian dapat segera bermunculan
beberapa titik pemukiman tentu perlu
dan meningkatkan kinerja pengelolaan
dilakukan pengkajian ulang untuk letak
sampah.
TPA baik dilihat dari sarana dan
maupun
b. Kebijakan 2, dikhususkan untuk dapat
fasilitas pendukung dari TPA, apakah
mendukung dan meloloskan tujuan
jalan, jauh dari permukiman, lahan
RTRW Kab.Ngawi 2010-2030 yakni
yang luas dan tingkat pendidikan SDM
Terwujudnya
sehingga
pengelolaan
dan
Kabupaten Ngawi sebagai lumbung
pelaksanaan
Sektor
persampahan
pertanian Jawa – Bali yang didukung
prasarana
pendukung,
ruang
wilayah
dapat berjalan dengan baik dan tepat
oleh industri dan perdagangan,
guna.
Pengoptimalan
tingkat
penanganan
sampah perdesaan. Strategi :
Untuk
TPA
penentuan peletakan lokasi
regional
di
dirasakan
masih
mengingat
masih
Kab.Ngawi
kurang
ini
cermat
pengelolaan
sampah
berbasis pelestarian lingkungan; dan
Mengolah
sampah
mendukung
TPA
pertanian ini dengan cara melakukan
yang belum dapat dimanfaatkan dan
3R, salah satunya yaitu melakukan
tingkat keterkaitan antar TPS yang
pengolahan sampah menjadi Pupuk
masih belum dikoordinasikan dengan
Kompos
baik,
meningkatkan hasil dari pertanian
sehingga
banyaknya
Sistem
terlihat
adanya
kepentingan masing-masing wilayah
yang
diharapkan
dapat
seperti cita-cita Kab.Ngawi ini.
masih menjadi pertimbangan utama
daripada kepentingan regional dari
Untuk pelaksanaan sistem 3R ini
Kab.Ngawi
fasilitas sudah ada, namun SDM
menyeluruh.
secara
utuh
dan
belum memenuhi, sehingga dapat
disarankan
agar
Pemerintah
14
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
membentuk tim-tim khusus untuk
5. Sangat diperlukannya komitmen bersama
mengadakan workshop, sosialisasi
antara
ataupun seminar guna menambah
pendanaan, pemerintah daerah dalam hal
pengetahuan,
pendanaan
ketrampilan
dan
Pemerintah
dan
pusat
dalam
hal
pelaksanaan
serta
dan stakeholder
terkait
kesadaran masyarakat untuk dapat
pengendalian,
melakukan
dalam hal pembinaan SDM agar dapat
pengelolaan
terhadap
sektor persampahan.
melaksanakan
sistem
pengolahan
sampah tersebut secara cermat dan
BAB IV Kesimpulan
terampil;
Lesson Learned
1. Berdasarkan
Peraturan
Daerah
6. Apabila sektor persampahan dan bidang
Kabupaten Ngawi Nomor 10 Tahun 2011
pertanian dapat berjalan bersama-sama
yang berisi tentang
tentu saja cita-cita dan tujuan yang
RTRW Kab.Ngawi
2010-2030, bidang utama
yang akan
tertuang
di dalam
Peraturan Daerah
dikembang dalam hal ini adalah bidang
Kabupaten Ngawi Nomor 10 Tahun 2011
pertanian;
akan terwujud tanpa kendala yang berarti;
2. Bidang pertanian sangat mungkin dapat
7. Kesadaran akan pelestarian lingkungan
dikembangkan
karena
didukung
oleh
merupakan kunci utama terwujudnya cita-
karakteristik
wilayah
dan
mata
cita ini, tentu saja persamaan visi misi
pencaharian
masyarakat
kab.
Ngawi
sebagian besar sebagai petani;
harus
dilakukan
oleh
pemerintah,
masyarakat serta stakeholder terkait, dan
seluruh
3. Apabila dilihat dari kondisi Eksisting sektor
pelaksana
dalam
pengolahan
sampah dan pelaksana bidang pertanian;
Persampahan di Kab. Ngawi, kebijakan
yang dapat diimplementasikan adalah
8. Bagi masyarakat Ngawi sebaiknya dapat
menerapkan sistem pengolahan sampah
menerima
yang mendukung pertanian;
dilaksanakan Pemerintah ini dengan hati
semua
upaya
yang
yang lapang dan senantiasa berfikiran
4. Untuk
dapat
mewujudkan
sistem
positif, hal-hal yang diupayakan ini tentu
pengolahan yang mendukung pertanian
saja dimaksudkan agar anak cucu kita
tentu saja memerlukan kajian-kajian yang
dapat hidup dengan sehat, lingkungan
cermat dan teliti agar tepat guna, serta
yang bersih, dan tingkat kreatifitas yang
bermanfaat penuh bagi kelangsungan
semakin meningkat. Mari kita ciptakan
kehidupan masyarakat;
keseimbangan jiwa dan perilaku kita agar
lingkungan senantiasa bersahabat dan
15
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
tidak berbalik bahkan menghancurkan
kelangsungan hidup kita yang sehat,
aman, dan sejahtera.
Daftar Pustaka
1. Peraturan
Daerah
kabupaten
Ngawi
Nomor 10 Tahun 2011, tentang Rencana
tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi
Tahun 2010-2030
2. Penyusunan
Teknis
Manajemen
Persampahan (PTMP) Kabupaten Ngawi,
2012
3. SSK Kab. Ngawi, 2012
4. Perencanaan
Pembangunan
Sanitasi
Permukiman Kab. Ngawi, 2012
5. Sekretariat
Pokja
AMPL,
Indopos.
“Pengelolaan Sampah Terabaikan”. 24
April
2015.www.digilib-
ampal.net/detai.php?row=5&tp=kliping&kt
g=sampahluar&kode=7003
6. Sekretariat
Kantor
Kabupaten
Lingkungan
Ponorogo.
Hidup
“Persiapan
Program Adipura Kencana 2012-2013”. 24
April
2015.
www.ponorogo.go.id/web2/ponorogo1/lan
guage/adi1.pdf
7. Alamendah, Blog. “Daftar Kota Peraih
Adipura
2013”.
24
April
2015.
http://alamendah.org/2013/06/10/daftarkota-peraih-adipura-2013/.
16
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STRATEGIS
SEKTOR
PERSAMPAHAN
YANG
MENDUKUNG TUJUAN DARI PERATURAN
DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 10
TAHUN 2011
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
harus
dalam mendukung kegiatan yang ada, baik
dilaksanakan secara merata dan menyeluruh
yang disebabkan oleh faktor keterbatasan
serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
kemampuan anggaran maupun pertumbuhan
Indonesia, namun pada kenyataannya untuk
alami yang tidak terkendali. Kondisi ini
memperoleh kesejahteraan yang merata bagi
berimplikasi terhadap semakin meningkatnya
seluruh
proses
penyediaan fasilitas dan sarana prasarana
perencanaan yang tidak mudah, beberapa
wilayah di Kabupaten Ngawi. Disamping itu
perencanaan yang dinilai sangat signifikan
perkembangan
yakni perencanaan tata ruang.
persebaran sarana prasarana wilayah yang
Pembangunan
suatu
rakyat
tentu
wilayah
mengalami
penggunaan
lahan
dan
cepat menuntut pengaturan yang optimal
Kabupaten Ngawi adalah kabupaten yang
dengan menyesuaikan antara demand dan
secara
supply dalam memberikan pelayanan kepada
geografis berada di Propinsi Jawa
masyarakat.
Disamping
langsung dengan Propinsi Jawa Tengah.
paradigma
global
Posisi geografis serta sumber daya yang ada
pembangunan yang mengedepankan pada
menjadikan kabupaten Ngawi mempunyai
keseimbangan ekosistem
daya
kegiatan
lingkungan harus menjadi roh dalam setiap
pembangunan dengan potensi perkembangan
perencanaan pembangunan daerah. Berawal
yang tinggi.
dari
Timur
bagian
tarik
barat
bagi
yang
tumbuhnya
berbatasan
hal
tersebut
di
itu
perubahan
akan
orientasi
dan kelestarian
atas
perencanaan
pembangunan daerah harus menjadi produk
kegiatan
yang komprehensip, sistematis dan partisipatif
pembangunan di Ngawi dihadapkan pada
(Memorandum Program Sektor Sanitasi Kab.
berbagai masalah, baik masalah fisik spasial,
Ngawi 2012)
Di
dalam
sosial,
perkembangannya,
ekonomi
maupun
lingkungan.
Permasalahan tersebut antara lain adalah
Secara umum laju pertumbuhan ekonomi dan
belum optimalnya sarana prasarana wilayah
perkembangan daerah dewasa ini semakin
pesat,
namun
belum
diikuti
dengan
penyediaan layanan sanitasi dasar yang
1
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
memadai bagi penduduk, khususnya bagi
Pembangunan Sanitasi Permukiman Kab.
mereka yang berpendapatan rendah dan
Ngawi, 2012)
yang bertempat tinggal di kawasan padat dan
kumuh. Buruknya kondisi sanitasi terlihat
pada akses sanitasi penduduk Indonesia
1.2 Gambaran Umum Wilayah
1.2.1 Geografi
masih sangat rendah. Dari data Sanitasi
Kabupaten Ngawi merupakan salah satu
Nasional, terdapat sekitar 70 juta penduduk
dari 38 Kabupaten di Propinsi Jawa
masih melakukan praktek BABS (Buang Air
Timur,
Besar Sembarangan), 98 % sampah tidak
Kabupaten Ngawi terletak di antara 1110
terkelola dengan baik,
07’ - 1110 40’ Bujur Timur dan 70 21’ – 70
dan TPA masih
secara
geografis
wilayah
dioperasikan secara Open Dumping dan
31’ Lintang Selatan.
terdapat sekitar 14.000 ton tinja dan 176.000
Adapun batas-batas wilayah kabupaten
m3 urine terbuang setiap harinya ke badan air,
Ngawi adalah sebagai berikut:
tanah, danau dan pantai. Disamping itu
Sebelah Utara : Kab. Bojonegoro (Jawa
dampak kesehatan masyarakat sudah sangat
Timur), Kab. Grobogan,
parah dimana setiap 1000 bayi yang lahir,
(Jawa Tengah)
hampir 50 diantaranya meninggal akibat diare
sebelum usia 5 tahun (SSK Kab. Ngawi).
Sektor
sanitasi
merupakan
salah
Kab. Blora
Sebelah Selatan : Kab. Madiun dan Kab.
Magetan
Sebelah Timur : Kab. Madiun
satu
Sebelah Barat : Kab. Karanganyar dan
pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat
Kab. Sragen (Jawa Tengah).
dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang
Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah
tidak
1.295,98 Km2 atau 2,71% dari luas
memadai
akan
berdampak
buruk
terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan
Provinsi Jawa.
terutama di daerah permukiman miskin di
Kabupaten
Ngawi.
Kondisi
ini
menjadi
tantangan bagi pemerintah untuk mencapai
target Millennium Development Goals (MDGs)
Tahun 2015. Indonesia termasuk salah satu
negara dengan tingkat kepemilikan sistem
jaringan air limbah (sewerage) terendah di
Asia. Kurang dari 10 kota di Indonesia yang
memiliki sistem jaringan air limbah dengan
tingkat
pelayanan
sekitar
1,3%
dari
keseluruhan jumlah populasi (Perencanaan
Sumber: RTRW Kab. Ngawi tahun 2010-2030
Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda)
Kabupaten Ngawi Tahun 2004, secara
2
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
administrasi wilayah ini terbagi kedalam 19
1.2.2 Topografi
Kecamatan dan 217 Desa, dimana 4 dari
Kabupaten Ngawi terletak pada ketinggian
217 Desa tersebut adalah Kelurahan.
antara 53-3.103 meter di atas permukaan
Adapun
laut. Kondisi topografi ini jika dikaitkan
Kecamatannya
adalah
:
Kecamatan Sine, Kecamatan Ngambe,
dengan
topografi
Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Kendal,
Ngawi
berupa
Kecamatan Geneng, Kecamatan Gerih,
bergelombang, berbukit, dan pegunungan
Kecamatan
tinggi.
Kwadungan,
Kecamatan
wilayah
Kabupaten
topografi
Berdasarkan ketinggian
datar,
tempat,
Karanmgjati,
Kabupaten Ngawi terletak pada ketinggian
Kecamatan Bringin, Kecamatan Padas,
antara 47 – 500 meter dpal meliputi
Kecamatan Kasreman, Kecamatan Ngawi,
Kecamatan Ngawi, Geneng, Gerih, Padas,
Kecamatan
Paron,
Pangkur,
Kecamatan
Paron,
Kecamatan
Kasreman,
Kedunggalar, Kecamatan Pitu, Kecamatan
Pangkur,
Widodaren, Kecamatan Mantingan dan
Kedunggalar,
Kecamatan Karanganyar.
Kwadungan
Karangjati,
Mantingan,
Pitu,
dan
Bringin,
Widodaren,
Karanganyar,
sebagian
wilayah
Kecamatan Sine, Jogorogo, Ngrambe, dan
Kendal. Ketinggian antara 500 – 1000
Tabel 1.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Jumlah Kecamatan, Luas Wilayah dan
meter
Jarak Kecamatan ke Ibukota Kabupaten
Ngrambe, Jogorogo dan Kendal.
Kecamatan
Jumlah
Desa/
Kelurahan
Luas Area
(km2)
15
14
12
10
15
3
14
9
17
10
12
8
16
14
12
10
12
7
7
217
80.22
57.49
65.84
84.56
52.25
34.52
30.30
29.41
66.61
62.62
50.22
31.49
70.56
101.14
129.65
56.01
92.26
62.21
138.29
1295.98
Sine
Ngrambe
Jogorogo
Kendal
Geneng
Gerih
Kwadungan
Pungkur
Karangjati
Bringin
Padas
Kasreman
Ngawi
Paron
Kedunggalar
Pitu
Widodaren
Mantingan
Karanganyar
JUMLAH
Sumber : BPS Kabupaten Ngawi, 2010
Jarak ke
Ibukota
kabupaten
(Km)
36
30
24
32
12
20
21
16
20
17
11
8
6
12
17
30
36
33
-
dpal
meliputi Kecamatan
Sine,
Jenis Tanah
Tabel 2
Luas Daerah Berdasarkan Jenis Tanah
No.
Jenis Tanah
Luas (Ha)
%
1 Alluvial
12.026
9,28
2 Grumusol
55.749
43,02
3 Mediteran
25.612
19,76
4 Mediteran dan Regosol
1,95
0
5 Mediteran dan Grumusol
2,94
0
6 Mediteran dan Litosol
21.487
16,58
7 Latosol dan Litosol
810
0,63
8 Andosol dan Litosol
3.025
2,33
9 Litosol
6.000
4,63,
10 Lainnya
4.885,62
3,77
JUMLAH
129.598,51
100
Sumber: Profil Investasi Pembangunan Daerah
Kab. Ngawi
Pola Ruang Wilayah
a. KawasanHutan Lindung
Kawasan hutan lindung di Kabupaten
Ngawi meliputi kawasan hutan di kaki
3
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
Gunung Lawu di Kecamatan Jogorogo,
Ngrambe dan Sine.
b. Kawasan Peruntukan Pertanian
b. Cagar Budaya
Kawasan
pertanian
pangan
berkelanjutan
Ngawi kawasan cagar alam terdapat di
Kawasan pertanian jenis ini banyak
Desa Ngrayudan Kecamatan Jogorogo,
dijumpai
Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo,
Selatan, Tengah, Timur dan Barat.
Desa Dero Kecamatan Bringin
c. Kawasan Rawan Bencana Alam
pada
wilayah
bagian
Tegalan (Tanah Ladang)
Keberadaan akan kawasan ini di
Kawasan Rawan Logsor : diantaranya
Kabupaten
adalah Kecamatan Sine (Desa Gendol),
seluruh kecamatan terutama pada
Kecamatan Jogorogo (Desa Girimulyo),
daerah yang kurang mendapatkan
Kecamatan
air dan mengandalkan air hujan
Ngrambe,
Karangjati,
Padas,
Kendal,
Pitu
dan
Karanganyar. Dari kecamatan tersebut,
Ngawi
menyebar
di
(tadah hujan)
Peruntukan Pertanian Lahan Kering
Kecamatan Sine, Jogorogo, Ngrambe
Untuk keberadaan dari kawasan
dan Kendal
jenis ini mayoritas di wilayah bagian
Kawasan Rawan Banjir : di sekitar DAS
Timur Selatan
Bengawan Solo dan DAS Kali Madiun.
d. Kawasan
Ruang
Terbuka
Hijau
Peruntukan Hortikultura
Sentra
Perkotaan
pengembangan
hortikultura
e. Kawasan Lindungan Geologi
di
kawasan
Kabupaten
Ngawi
adalah Kecamatan Kendal, Sine,
Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi
Ngrambe dan Jogorogo.
yakni Kawasan rawan bencana letusan
c. Kawasan Peruntukan Perkebunan
gunung berapi di Kabupaten Ngawi
Di
berada di sekitar pegunungan Lawu
Kasreman, Padas, Ngrambe, Kendal,
karena gunung tersebut masih aktif,
Jogorogo dan Sine.
yaitu
di
Kecamatan
Kecamatan
Kendal
dan
Jogorogo,
Kecamatan
Sine.
Kecamatan
Karangjati,
Bringin,
d. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kecamatan Bringin terdapat Waduk
Pondok.
e. Kawasan Peruntukan Industri
Pola Ruang Kawasan Budidaya
a. Kawasan
Peruntukan
Adapun
pengembangan
kawasan
Hutan
peruntukan industri di Kabupaten Ngawi
ProduksiHutan produksi di Kabupaten
adalah pada kawasan sekitar jalan
Ngawi juga merupakan bagian dari
lingkar Utara, yang meliputi Kecamatan
upaya pelestarian DAS Bengawan Solo.
Pitu,
Ngawi
Pengembangan
dan
kawasan
Kasreman.
industri
4
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
sedang terletak di Kecamatan Ngawi,
manfaat yang maksimal, beberapa
Geneng dan Karangjati.
strategi kebijakan diantaranya:
a. Strategi pengembangan kegiatan
BAB II Dasar Teori
pertanian, industri, perdagangan dan
2.1.
Tujuan, Konsep Kebijakan Spasial
pariwisata yang didukung oleh sistem
dan Pengelolaan Sanitasi
jaringan sarana dan prasarana
Lingkungan
wilayah, meliputi :
mengembangkan sistem sarana dan
2.1.1 Tujuan
prasarana wilayah secara berhirarki
Luas wilayah kabupaten yang merupakan
dan merata; dan
kawasan pertanian seluas 44.361,6 ha
mengembangkan sistem sarana dan
(34,23 % dari luas Kabupaten Ngawi),
prasarana wilayah yang mendorong
dan 47,15%
interaksi
penduduk merupakan
kegiatan
antar
wilayah
petani, maka potensi terbesar Kabupaten
pengembangan,
Ngawi adalah pada aspek pertanian,
pemerataan
terutama pertanian tanaman pangan.
mengembangkan potensi pariwisata
Berdasarkan
dan memudahkan pergerakan serta
FGD
yang
dilakukan,
disepakati bersama bahwa kondisi yang
diinginkan pada masa yang akan datang
adalah
penguatan
pertanian.
pada
Berdasarkan
hal
Kabupaten
pembangunan,
distribusi hasil produksi.
b. Strategi penetapan kawasan lahan
kegiatan
pertanian pangan berkelanjutan,
tersebut
meliputi:
maka tujuan penyelenggaraan penataan
ruang
mendorong
Ngawi
adalah
Terwujudnya ruang wilayah Kabupaten
meningkatkan sarana dan prasarana
pertanian untuk meningkatkan nilai
produktivitas pertanian;
Ngawi sebagai lumbung pertanian Jawa
melakukan pemberian insentif pada
– Bali yang didukung oleh industri dan
lahan yang telah ditetapkan sebagai
perdagangan. (RTRW Kab. Ngawi, 2010-
lahan
2030)
berkelanjutan; dan
2.1.2 Konsep Kebijakan Spasial dan
pertanian
mengendalikan
kawasan
yang
ketat
ditetapkan
pertanian
pangan
sebagai
1. Konsep Kebijakan Spasial
berkelanjutan.
Untuk dapat menunjang Tujuan yang
Kebijakan
tentu terdapat beberapa Strategi untuk
secara
telah
Pengelolaan Sanitasi Lingkungan
tertuang dalam RTRW Kab. Ngawi,
pangan
c. Penetapan fungsi wilayah perdesaan
melalui
pengembangan
produk
dapat mengoptimalkan pencapaian
5
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
pertanian
unggulan
perdesaan.
Strategi
Mengembangkan
Sanitasi
untuk
menunjang
Produktifitas
Pelaku kegiatan yakni penduduk untuk
fungsi
kawasan
melaksanakan
bidang
Pertanian,
perdesaan sesuai potensi wilayah,
Perdagangan dan industri yang merupakan
yakni perdesaan terletak di kawasan
tujuan RTRW di Kab. Ngawi ini.
pegunungan untuk hutan lindung,
hutan produksi, perkebunan dan
hortikultura, perdesaan di dataran
rendah untuk pertanian pangan;
Meningkatkan nilai tambah produk
pertanian dengan pengolahan hasil;
c.
Mendorong
eksport
hasil
pertanian unggulan daerah; serta d.
Mengembangkan
fasilitas
produksi-pemasaran
pada
sentra
pusat
kegiatan ekonomi di Kecamatan
Ngrambe, Kecamatan Bringin.
d. Kebijakan Penetapan kawasan lahan
pertanian
pangan
berkelanjutan.
Strategi.
Meningkatkan sarana dan prasarana
pertanian untuk meningkatkan nilai
produktivitas pertanian;
Memberi insentif pada lahan yang
telah
ditetapkan
pertanian
sebagai
pangan
lahan
berkelanjutan;
serta
Mengendalikan
kawasan
yang
secara
telah
ketat
ditetapkan
sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan.
2.
Konsep Pengelolaan Sanitasi Sektor
Persampahan:
Kebijakan
dan
Strategi
Pengembangan
Prasarana Lingkungan
a. Kebijakan
Pengembangan
reduksi sumber
system
timbunan sampah
sejak awal. Strategi :
Meminimasi
pengunaan
sumber
sampah yang sukar didaur ulang
secara alamiah;
Memanfaatkan ulang sampah (recycle) yang ada terutama yang
memiliki nilai ekonomi; serta
Mengolah sampah organik menjadi
kompos. 2.
b. Kebijakan
penanganan
Pengoptimalan
sampah
tingkat
perkotaan.
Strategi :
Meningkatan prasarana pengolahan
sampah;
Mengadakan TPS skala lokal;
Mengadakan TPA regional; serta
Mengelola sampah berkelanjutan.
c. Kebijakan
penanganan
Pengoptimalan
sampah
tingkat
perdesaan.
Strategi :
Untuk dapat memperoleh tujuan dari RTRW
Kab. Ngawi ini terutama pada bidang
Sistem
Mengolah
dengan kebijakan dan strategi di bidang
pertanian.
tentu
juga
harus
sampah
berbasis pelestarian lingkungan; dan
diimbangi
pertanian,
pengelolaan
sampah
mendukung
6
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
d. Kebijakan (4) Penetapan kawasan
3. Peraturan
Ruang Terbuka Hijau. Strategi :
Nomor
Mengadakan taman dan hutan kota;
Pekerjaan
Umum
21/PRT/M/2006
Kebijakan
Menetapkan luasan RTH perkotaan
dan
tentang
Strategi
Pengembangan
Sistem
Nasional
Pengelolaan
Persampahan.
minimum 30% dari luas area; serta
Mengembangkan jenis RTH dengan
Menteri
4. Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor
berbagai fungsinya. 5. Kebijakan
54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah
e. Penciptaan lingkungan yang sehat dan
Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah
bersih. Strategi :
Memenuhi kebutuhan fasilitas septic
5. Peraturan
Daerah
kabupaten
Ngawi
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana
tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi
tank per KK di wilayah perkotaan;
Menangani limbah rumah tangga
Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah
dengan fasilitas sanitasi per KK juga
kabupaten Ngawi Tahun 2011 Nomor
sanitasi
10).
umum
pada
wilayah
(Penyusunan
perdesaan; serta
Meningkatkan sanitasi lingkungan
Teknis
Manajemen
Persampahan (PTMP) Kabupaten Ngawi)
untuk permukiman, produksi, jasa,
dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.
(RTRW Kab. Ngawi, 2010-2030)
2.2.
Alasan Pemilihan Judul dan Lokasi
2.2.1 Potensi Masalah Secara Umum
dalam hal Sistem Pusat Pelayanan
pelaksanaan
1. Beberapa kawasan perdesaan memiliki
Perencanaan Rencana Tata Ruang Kab.
perkembangan yang lambat sehingga
Ngawi
sukar mengejar ketertinggalan dengan
Regulasi yang
menunjang
dan
khususnya
Sektor
Persampahan.
perdesaan dan perkotaan lain antara
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
lain
Kecamatan
Sine,
Kecamatan
Kecamatan
Ngrambe,
tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Jogorogo,
Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Kecamatan Pitu dan Kecamatan Bringin.
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
2. Terdapat beberapa kawasan perdesaan
yang
Republik Indonesia Nomor 4851).
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
membentuk
pengembangan
dalam
wilayah
skala
kecil
sehingga pelayanannya terbatas.
3. Konsentrasi kegiatan akan lebih terfokus
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
pada
140,
dominan, dan pelayanan perkotaan ke
Tambahan
Lembaran
Republik Indonesia Nomor 5059).
Negara
beberapa
seluruh
wilayah
perkotaan
berjalan
yang
kurang
optimum.
7
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
4.Infrastruktur
permukiman
sepenuhnya
menjangkau
belum
kawasan
permukiman seperti di Kecamatan Sine
dimana jaringan jalan yang ada kurang
memadai.(RTRW Kab. Ngawi 20102030)
2.2.2 Potensi Masalah Secara Khusus
dalam hal Sektor Persampahan
Wilayah Ngawi merupakan wilayah yang
strategis dengan sumber daya alam serta
Sumber:http://www.ponorogo.go.id/web2/pono
rogo1/language/adi1.pdf
Sumber Daya Manusia yang potensial,
terbukti
bahwa
Kabupaten
Ngawi
Memperoleh Penghargaan Adipura pada
tahun 2013 seperti tercantum pada website
http://alamendah.org/2013/06/10/daftarkota-peraih-adipura-2013/.
Berdasarkan
kriteria
penilaian
dalam
dibagi dalam klasifikasi sebagai berikut:
a. Kriteria Fisik (bobot 80%)
b. Kriteria Non Fisik (bobot 20%)
menduduki tingkat teratas adalah sektor
bobot
50%,
sedangkan kriteria non fisik yang dinilai
paling penting adalah Institusi dengan
bobot 30%, seperti terlihat dalam gambar
di bawah ini:
sudah
menjadi
stakeholder
perhatian
terkait,
utama
namun
bagi
ironisnya
dan pengelolaan sampah masih sangat
rendah terlihat dari beberapa TPA yang
tidak dipergunakan kembali karena tidak
adanya
kesadaran
sarana
dan
dan
prasarana
fasilitas
serta
yang
belum
menunjang kegiatan tersebut.
Pada Kriteria Fisik Hal terpenting yang
dengan
manajemen tentang Sanitasi di Kota ngawi
kesadaran masyarakat tentang pengolahan
program penghargaan Kota Adipura dapat
Persampahan
Dalam hal ini dapat dibuktikan bahwa
2.3. Faktor-Faktor Pendukung dan
Penghambat
2.3.1 Faktor Pendukung
a. Luas Wilayah yang meliputi lahan
pertanian 34,23 % dari luas
Kabupaten Ngawi,
b. Mata Pencaharian Penduduk 47,15%
penduduk merupakan petani.
c. Letak Kab. Ngawi yang Strategis
sehingga mempermudah
pendistribusian hasil pangan yang
dihasilkan.
8
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
d. Karena bidang pertanian didukung
f. Minim skali alokasi dana APBD untuk
oleh letak wilayah yang strategis
sektor persampahan, sehingga tidak
sehingga meningkatkan bidang
adanya sarana dan prasana baru
perdagangan dan industri khususnya
yang mendukung TPS baru, sehingga
untuk tanaman pangan.
TPS tersebut tidak dimanfaatkan
e. Bidang Perdagangan meningkat
dengan baik oleh masyarakat sekitar.
secara otomatis akan meningkatkan
jumlah pasar sebagai media
BAB III Pembahasan
pelaksanaan perdagangan tersebut.
3.1 Implikasi Teori Kebijakan Spasial
2.3.2 Faktor Penghambat
a. Tingkat pendidikan masih rendah
terhadap Pengelolaan Sanitasi yang
dipilih
karena hampir 50% masyarakat mata
pencaharian sebagai petani, yang
Kondisi Eksisting
memerlukan skill kekuatan otot bukan
a. Sumber timbulan paling utama berasal
kekuatan otak.
b. Kesadaran akan pentingnya
manajemen dan pengolahan modern
bidang pertanian masih konvensional,
sehingga hasil pertanian belum
maksimal.
c. Banyak bermunculan pasar-pasar
baru namun tidak diimbangi dengan
manajemen persampahan yang
berwawasan lingkungan, sehingga
timbulan sampah meningkat tajam.
d. Timbulan sampah mulai meningkat
tajam tidak diimbangi dengan
dari kegiatan seperti pasar,
perkantoran, jalan, fasilitas umum,
pertokoan dan lain-lain.
b. Komposisi Timbulan sampah rata-rata
No
Komponen
1 Organik
2 An Organik
- Kertas
- Plastik
- Kayu
- Kain/Tekstil
- Karet/Kulit
- Logam/Metal
- Gelas/Kaca
3 Residu
% Total
71,11%
6,31%
19,17%
0,92%
0,67%
0,00%
0,32%
0,47%
1,04%
Sumber: Penyusunan Perencanaan Teknis
Manajemen Persampahan (PTMP) Kab.Ngawi
munculnya dan pemanfaatan TPS
baru, karena keterbatasan lahan dan
komposisi sampah di Kota Ngawi
sumber daya manusia untuk
didominasi oleh sampah anorganik
pengelolaan.
dengan komposisi jenis sampah
e. Sudah terdapat TPS baru namun
masyarakat masih enggan
anorganik 70 % sedangkan sampah
organik 30%.
memanfaatkan karena tidak didukung
dengan SDM yang ahli di bidangnya
untuk pengelolaan TPS tersebut.
9
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
c. Tingkat pelayanan
f. Sistem Pengumpulan
Uraian
Satuan
Volume
Timbulan
sampah
M3/hari
101
terangkut
2. Volume
Timbulan
Liter/Orang/Hari
2.29
Sampah
3. Cakupan
%
65
Pelayanan
Sumber: Penyusunan Perencanaan Teknis
Manajemen Persampahan (PTMP)
Kab.Ngawi
Sampah dari sumber sampah biasanya
d. Daerah Pelayanan
sampah
No
1.
TPA
yang
masih
dapat
berfungsi
ditampung menggunakan bak sampah,
kemudian dikumpulkan dengan sarana
gerobak untuk dibuang ke TPS yang
berupa landasan kontainer atau depo.
Sarana
yang
pengumpulan
digunakan
ke
TPS
untuk
ini
adalah
gerobak dengan kapasitas 1,5 m3
sebanyak
43
buah
yang
dimiliki oleh bidang Kebersihan dan
dengan baik hanyalah TPA Selopuro,
dioperasikan
Wilayah pelayanan persampahan TPA
wilayah permukiman tingkat RT/RW.
Selopuro meliputi 4 Kelurahan dan 5
Untuk
Desa.Wilayah
sapuan jalan ke TPS menggunakan
pelayanan
dimulai dari jam 03.00-07.00 pagi.
perkantoran
Untuk beberapa pasar, memiliki TPS
Kota
Kawasan
yang
menjadi
Pemerintah
Daerah,
kawasan
yang
dari
daerah
di
sampah,
sampah
gerobak
utama
meliputi
pengumpulan
masing-masing
Ngawi.
jalan-jalan
pelayanan
meliputi
oleh
biasanya
sendiri disekitar wilayah terseut.
komersial seperti Pasar Besar Ngawi,
kawasan
pertokoan,
Hotel,
rumah
makan dan sebagian permukiman.
e. Sistem Perwadahan
Sistem pewadahan yang digunakan di
Kab. Ngawi bermacam-macam seperti
pasangan bata, tong, bak plastik dan
bak
kayu
masyarakat
yang
baik
disediakan
untuk
oleh
Gambar perwadahan sistem Kontainer
pewadahan
individu maupun komunal.
Gambar tong dan bak plastik
Gambar TPS di pasar besar
10
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
Kecamatan Mantingan. TPA Selopuro
g. Sistem Pengangkutan
Sistem pengangkutan sampah Kab.
merupakan
Ngawi menggunakan pola individual
beroperasi sedangkan TPA Mantingan
langsung. Artinya sampah dari sumber
belum dioperasikan namun sudah ada
sampah langsung dikumpulkan pada
akses
pewadahan berupa kantong plastik
beroperasi namun hanya digunakan
atau
untuk menampung sampah dari pasar.
bin-bin
sampah
kemudian
TPA
jalan.TPA
utama
Karangjati
yang
sudah
dikumpulkan oleh gerobak menuju TPS
yang akhirnya diangkut oleh dump truk
menuju ke TPA.
h. Sistem Pengolahan
Di kabupaten Ngawi sudah terdapat
fasilitas
TPST-3R
ini
yaitu
Gambar Kondisi TPA Mantingan
di
Perumahan Prandon Permai.
Lokasi TPA Selopuro berada di desa
Fasilitas ini sudah selesai dan siap
Selopuro kecamatan Pitu dengan luas
untuk dioperasionalkan namun terdapat
area sekitar 2,124 Ha, dengan zona
kendala
daya
aktif yang digunakan adalah 1,062 Ha
manusianya yang masih belum terampil
dan sisanya digunakan untuk IPLT
dan
gambar
namun tidak difungsikan. Jarak dari
lokasi TPST-3R di perumahan Prandon
kota menuju ke TPA sekitar 6 Kilo
Permai.
meter. Akses jalan menuju TPA sudah
pada
sumber
terlatih.Berikut
adalah
beraspal dan sebagian makadam.
Proses
pengelolaan sampah yang ada
saat ini masih dengan open dumping.
Proses perataan dengan menggunakan
buldozer dilakukan setiap kali sampah
Gambar TPST-3R di Perumahan Pradon
masuk ke TPA. Hal ini dikarenakan
Permai.
kontur TPA yang cenderung berupa
cekungan.TPA
i. Sistem Pembuangan akhir
sekitar
Kabupaten Ngawi memiliki 3 Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah,
yaitu TPA Selopuro di kecamatan Pitu,
TPA Karangjati di Desa Legundi –
Kecamatan
Mantingan
Karangjati
di
Desa
dan
TPA
Mantingan
–
500
Selopuro
m
permukiman.Kondisi
dari
berjarak
lingkungan
jalan
masuk
sudah cukup baik. Jumlah pemulung
yang ada di sekitar lokasi TPA cukup
banyak sekitar 31 orang, dan sangat
membantu
dalam
melaksanakan
11
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
prpses
daur
ulang
terutama
dari
Permasalahan teknis diataranya TPA
sampah plastik seperti botol plastik,
Mantingan
karton, dan kertas .
lahan berupa TPA, namun akses jalan
sudah
terdapat
fasilitas
menuju kesana baru saja dibuat dan
sarana
serta
mendukung
prasaran
sistem
yang
pengangkutan
menuju TPA ini belum diadakan, tentu
saja perencanaan TPA ini masih belum
tepat guna karena tidak didukung oleh
fasilitas yang ada.
Untuk TPA
Karangjati ini sudah
beroperasi namun hanya digunakan
untuk menampung sampah dari pasar,
apabila dilihat lagi untuk sebab utama
tidak tepat gunanya TPA yang lain,
tentu saja TPA Karangjati ini tidak
didukung oleh sarana dan prasarana
yang ada seperti Kontainer, dump
truck, atau minimal gerobak sampah,
sehingga
TPA
dipergunakan
ini
tidak
dapat
sebagaimana
TPA
sesuai fungsinya.
Berdasakan beberapa hal di atas dapat
sedikit diambil benang merah bahwa
pemerintah
Gambar Kondisi TPA Selopuro
(Penyusunan
Manajemen
Perencanaan
Persampahan
Teknis
(PTMP)
Kab.Ngawi)
hanya
pembangunan
TPA
melaksanakan
saja
tanpa
diimbangi dengan pengadaan saran
dan
prasarana
namun
hal
ini
yang
mendukung,
dapat
dimaklumi
mengingat biaya pendanaan sektor
Dalam beberapa permasalaha eksisting
persampahan hanya 0,5% dari APBD.
yang ada di lapangan, dapat ditarik
Pemerintah pun mengalami kesulitan
kesimpulan bahwa adanya permasalah
dalam
teknis dan non tenis.
prasarana Karena minimnya dana.
pengadaan
sarana
dan
12
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
Permasalahan non teknis, dapat dilihat
Implikasi Teori Kebijakan Spasial
pada TPST-3R di Perumahan Pradon
dan
Permai, sistem, lokasi, wilayah sudah
Kondisi Eksisting Kab. Ngawi.
difasilitasi, namun karena tidak ada
Mengacu pada Kondisi Eksisting sistem
pelatihan ketrampilan bagi tenaga ahli
persampahan di Kab.Ngawi ini tentu
yang
sampah,
saja Kebijakan yang sangat tepat untuk
hanya
penanggulangan permasalahan teknis
akan
sehingga
mengelola
tempat
tersebut
menjadi tempat parkir dan sia-sia,
Sektor
Persampahan
sesuai
dan non teknis adalah:
selain kendala teknis, kendala non
teknis yakni kurangnya sumber daya
a. Kebijakan
1
dikhususkan
untuk
manusia yang mendukung, terampil,
menanggulangi permasalahan teknis,
sadar dan berwawasan lingkungan ini
yakni:
juga
Kebijakan
sangat
berdampak
berlangsungnya
suatu
untuk
kegiatan
pengelolaan sektor persampahan.
Pada
beberapa
media
Pengoptimalan
penanganan
sampah
tingkat
perkotaan.
Strategi :
Meningkatan prasarana pengolahan
disebutkan
bahwa Pengelolaan sampah masih
terabaikan, “saat ini volume sampah di
Ngawi tinggi sedangkan pengelolaan
sampah;
Mengadakan TPS skala lokal;
Mengadakan TPA regional; serta
Mengelola sampah berkelanjutan.
sampah belum memadai, ini dapat
dilihat dari tidak adanya pengolahan
Dalam
sampah atau tempat sampah terpadu
pengolahan
bahkan di kantor-kantor Pemerintah,
permasalahan
pengelolaan
kurang
namun sangat rumit bila sudah mulai
tertata
juga
pembuangan
sampah
yang
hal
peningkatan
sampah
ini
prasarana
tentu
terlihat
saja
simple
tercermin
dari
lokasi
dikupas permasalahannya satu per
sampah
yang
dekat
satu, karena hambatan utama untuk
dengan fasilitas umum seperti sekolah,
pelaksanaan
kebijakan
akibatnya tidak banyak sekolah di
keterbatasan
dana
Ngawi bias lolos dalam penilaian tim
persampahan yang tentu saja sangat
UKS,
sebagainya
membatasi pengadaan sarana dan
(www.digilibampal.net/detai.php?row=5
prasarana bidang tersebut. Mengingat
&tp=kliping&ktg=sampahluar&kode=70
kondisi
03)
persampahan
dan
lingkungan
di
ini
adalah
bidang
khususnya
Indonesia
dapat
dikatakan kritis, sehingga Pemerintah
harus melihat secara cermat tingkat
13
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
urgent dari sistem pendanaan sektor
Untuk
persampahan ini, tentu saja dengan
berkelanjutan
harapan prosentase pendaan sektor
mendasar di Kab.Ngawi ini adalah
persampahan
kualitas SDM yang belum siap untuk
dapat
ditingkatkan
Mengelola
sampah
secara
permasalahan
paling
menerima teknologi yang berwawasan
secara signifikan.
lingkungan, sehingga menjadi sangat
Dalam hal Pengadaan TPS secara
peru
diadakannya
pelatihan
serta
lokan di kab. Ngawi ini sudah cukup
workshop yang berkelanjutan bidang
baik, mengingat tiap pasar sudah
persampahan, sehingga kader-kader
emiliki TPS sendiri, namun untuk
sanitarian dapat segera bermunculan
beberapa titik pemukiman tentu perlu
dan meningkatkan kinerja pengelolaan
dilakukan pengkajian ulang untuk letak
sampah.
TPA baik dilihat dari sarana dan
maupun
b. Kebijakan 2, dikhususkan untuk dapat
fasilitas pendukung dari TPA, apakah
mendukung dan meloloskan tujuan
jalan, jauh dari permukiman, lahan
RTRW Kab.Ngawi 2010-2030 yakni
yang luas dan tingkat pendidikan SDM
Terwujudnya
sehingga
pengelolaan
dan
Kabupaten Ngawi sebagai lumbung
pelaksanaan
Sektor
persampahan
pertanian Jawa – Bali yang didukung
prasarana
pendukung,
ruang
wilayah
dapat berjalan dengan baik dan tepat
oleh industri dan perdagangan,
guna.
Pengoptimalan
tingkat
penanganan
sampah perdesaan. Strategi :
Untuk
TPA
penentuan peletakan lokasi
regional
di
dirasakan
masih
mengingat
masih
Kab.Ngawi
kurang
ini
cermat
pengelolaan
sampah
berbasis pelestarian lingkungan; dan
Mengolah
sampah
mendukung
TPA
pertanian ini dengan cara melakukan
yang belum dapat dimanfaatkan dan
3R, salah satunya yaitu melakukan
tingkat keterkaitan antar TPS yang
pengolahan sampah menjadi Pupuk
masih belum dikoordinasikan dengan
Kompos
baik,
meningkatkan hasil dari pertanian
sehingga
banyaknya
Sistem
terlihat
adanya
kepentingan masing-masing wilayah
yang
diharapkan
dapat
seperti cita-cita Kab.Ngawi ini.
masih menjadi pertimbangan utama
daripada kepentingan regional dari
Untuk pelaksanaan sistem 3R ini
Kab.Ngawi
fasilitas sudah ada, namun SDM
menyeluruh.
secara
utuh
dan
belum memenuhi, sehingga dapat
disarankan
agar
Pemerintah
14
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
membentuk tim-tim khusus untuk
5. Sangat diperlukannya komitmen bersama
mengadakan workshop, sosialisasi
antara
ataupun seminar guna menambah
pendanaan, pemerintah daerah dalam hal
pengetahuan,
pendanaan
ketrampilan
dan
Pemerintah
dan
pusat
dalam
hal
pelaksanaan
serta
dan stakeholder
terkait
kesadaran masyarakat untuk dapat
pengendalian,
melakukan
dalam hal pembinaan SDM agar dapat
pengelolaan
terhadap
sektor persampahan.
melaksanakan
sistem
pengolahan
sampah tersebut secara cermat dan
BAB IV Kesimpulan
terampil;
Lesson Learned
1. Berdasarkan
Peraturan
Daerah
6. Apabila sektor persampahan dan bidang
Kabupaten Ngawi Nomor 10 Tahun 2011
pertanian dapat berjalan bersama-sama
yang berisi tentang
tentu saja cita-cita dan tujuan yang
RTRW Kab.Ngawi
2010-2030, bidang utama
yang akan
tertuang
di dalam
Peraturan Daerah
dikembang dalam hal ini adalah bidang
Kabupaten Ngawi Nomor 10 Tahun 2011
pertanian;
akan terwujud tanpa kendala yang berarti;
2. Bidang pertanian sangat mungkin dapat
7. Kesadaran akan pelestarian lingkungan
dikembangkan
karena
didukung
oleh
merupakan kunci utama terwujudnya cita-
karakteristik
wilayah
dan
mata
cita ini, tentu saja persamaan visi misi
pencaharian
masyarakat
kab.
Ngawi
sebagian besar sebagai petani;
harus
dilakukan
oleh
pemerintah,
masyarakat serta stakeholder terkait, dan
seluruh
3. Apabila dilihat dari kondisi Eksisting sektor
pelaksana
dalam
pengolahan
sampah dan pelaksana bidang pertanian;
Persampahan di Kab. Ngawi, kebijakan
yang dapat diimplementasikan adalah
8. Bagi masyarakat Ngawi sebaiknya dapat
menerapkan sistem pengolahan sampah
menerima
yang mendukung pertanian;
dilaksanakan Pemerintah ini dengan hati
semua
upaya
yang
yang lapang dan senantiasa berfikiran
4. Untuk
dapat
mewujudkan
sistem
positif, hal-hal yang diupayakan ini tentu
pengolahan yang mendukung pertanian
saja dimaksudkan agar anak cucu kita
tentu saja memerlukan kajian-kajian yang
dapat hidup dengan sehat, lingkungan
cermat dan teliti agar tepat guna, serta
yang bersih, dan tingkat kreatifitas yang
bermanfaat penuh bagi kelangsungan
semakin meningkat. Mari kita ciptakan
kehidupan masyarakat;
keseimbangan jiwa dan perilaku kita agar
lingkungan senantiasa bersahabat dan
15
Cahyani Ainin Azizah
3314202809
Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial, MTSL 2015
tidak berbalik bahkan menghancurkan
kelangsungan hidup kita yang sehat,
aman, dan sejahtera.
Daftar Pustaka
1. Peraturan
Daerah
kabupaten
Ngawi
Nomor 10 Tahun 2011, tentang Rencana
tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi
Tahun 2010-2030
2. Penyusunan
Teknis
Manajemen
Persampahan (PTMP) Kabupaten Ngawi,
2012
3. SSK Kab. Ngawi, 2012
4. Perencanaan
Pembangunan
Sanitasi
Permukiman Kab. Ngawi, 2012
5. Sekretariat
Pokja
AMPL,
Indopos.
“Pengelolaan Sampah Terabaikan”. 24
April
2015.www.digilib-
ampal.net/detai.php?row=5&tp=kliping&kt
g=sampahluar&kode=7003
6. Sekretariat
Kantor
Kabupaten
Lingkungan
Ponorogo.
Hidup
“Persiapan
Program Adipura Kencana 2012-2013”. 24
April
2015.
www.ponorogo.go.id/web2/ponorogo1/lan
guage/adi1.pdf
7. Alamendah, Blog. “Daftar Kota Peraih
Adipura
2013”.
24
April
2015.
http://alamendah.org/2013/06/10/daftarkota-peraih-adipura-2013/.
16
Cahyani Ainin Azizah
3314202809