59 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI

  

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT

KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI

M. Ikhwan K*, Imro’atul Khasanah **

  • *) Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri

    • **) Perawat Puskesmas Purwoasri – Kediri

  In the age of modernization the relationship between young people with parents (elderly) are

increasingly tenuous, so they have little time to think about the elderly. The objective of the research was to

know the relation of social support for families with elderly grade independent in the fulfillment of daily

activities at Sub-village of kudu, village of Jantok district of Purwoasri Kediri regency in 2011.

  The research design used analytic with approach of cross sectional. The population was the entire

family that had the elderly in the sub village of kudu, village of Jantok district of Purwoasri Kediri regency,

amount to 65 respondents. Sample amount to 56 respondents who fulfilled the criteria for inclusion and

exclusion. Intake of sample used simple random sampling. The research instrument used a questionnaire, and

then analyzed by using Spearman's correlation Based on the research results, most families provide social support to the elderly amount to 30

respondents (53.6%) and has a degree of independence of elderly with a total amount to 32 respondents

(57.1%). From the results of Spearman's correlation test found significant value 0.000 <0.05, which means Ho

was rejected. This means that there was relation of social support for families with elderly grade independent in

the fulfillment of daily activities

  Knowledge was one of the factors that affect social support and social support was one of factor that

affects the independence of the elderly. The existence of a good knowledge about the importance of social

support to the elderly will be able to improve the provision of social support of elderly families, and good social

support can increase the independence of elderly Keyword : Social support of family, elderly independence

Latar Belakang kurangnya komunikasi antara orang tua dengan anak,

  Pada lanjut usia (lansia), akan terjadi perubahan kurangnya perhatian dan perawatan terhadap lansia fisik/biologis, psikologis, sosial dan ekonomi, yang (Radit & Biyan, 2009). mengakibatkan penurunan kemampuan lansia dalam Menurut data pertumbuhan populasi lansia di beraktivitas, sehingga akan berpengaruh pada Indonesia sudah mencapai 20 juta jiwa, sebanyak 2,7 kemandirian lansia (S.Tamher & Noorkasiani, 2009). juta lansia diantaranya kondisinya terlantar dan 4,5 Adanya perubahan-perubahan tersebut akan menjadi juta rawan terlantar (KOMPAS, 2009). Di Jawa suatu masalah bagi lansia. Ikatan kekeluargaan yang Timur tahun 2006 terdapat 3,94 juta orang lansia dan kuat sangat membantu ketika lansia menghadapi dari jumlah itu sekitar 20% diantaranya belum masalah, karena keluarga adalah orang yang paling mendapat perhatian baik dari perorangan, kelompok, dekat dengan lansia. Dukungan keluarga memainkan LSM, ataupun pemerintah (Badan Pusat Statistik peranan penting dalam menentukan bagaimana Jatim). Berdasarkan hasil penelitian Moh.Hasan Basri mekanisme koping yang akan ditunjukkan oleh lansia di UPT lanjut usia Provinsi Jawa Timur di kecamatan serta mengintensifkan perasaan sejahtera. Puger kabupaten Jember tahun 2010, terdapat 69 Kenyataanya, di zaman modernisasi ini hubungan orang (83,1%) lansia melakukan aktivitas sehari-hari orang muda dengan orang tua (lansia) semakin secara mandiri, 9 orang (10,8%) mengalami tingkat renggang, kesibukkan yang melanda kaum muda ketergantungan ringan, 1 orang (1,2%) hampi rmenyita seluruh waktunya, sehingga mereka ketergantungan sedang, dan 4 orang (4,8%) hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan ketergantungan berat. Dari studi awal di Dusun Kudu orang tua (lansia). Kondisi seperti ini menyebabkan Desa Jantok Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri

59 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  urnal Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan

  tahun 2010 yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 Oktober 2010, dari 10 keluarga yang mempunyai lansia, ada 6 keluarga (60%) yang memberikan dukungan sosial baik kepada lansia, sedangkan 4 keluarga (40%) lainnya kurang memberikan dukungan sosial kepada lansia, seperti perhatian dari keluarga, kasih sayang, pengarahan atau nasehat, saran, kepercayaan, penghargaan, peralatan atau obat yang dibutuhkan lansia, dan lain-lain.

  Pemberian dukungan sosial dari keluarga kepada lansia ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pentingnya dukungan sosial, keluarga kurang sensitif terhadap sekitarnya, tidak adanya sumber daya untuk menolong, keluarga sedang menghadapi stress atau karena lansia tidak mampu memahami maksud dukungan sosial, sehingga tidak menerima dukungan sosial dari keluarga (Safarino, 2006). Sedangkan keluarga yang memberikan dukungan sosial kepada lansia, mayoritas tingkat spiritualnya tinggi/baik, kondisi ekonominya baik, berjiwa sosial, dan mengetahui perannya sebagai keluarga terhadap lansia. Efek dari dukungan sosial dari keluarga adalah meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan lansia (Setiadi, 2008). Disamping itu, dukungan sosial dari keluarga adalah penopang atau penyokong kehidupan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari, sehingga lansia akan mencapai kemandirian. Dukungan sosial keluarga juga penangkal dari stres, jadi jika kurang mendapatkan dukungan sosial keluarga, lansia bisa jatuh kedalam kondisi stres (S.Tamher & Noorkasiani, 2009).

  Melihat pentingnya dukungan sosial bagi lansia, maka hendaknya keluarga selalu memberikan dukungan sosial kepada lansia dengan memberikan perhatian, kasih sayang, menghormati, memberi penghargaan, kepercayaan, dan lain-lain, sehingga lansia akan terhindar dari dampak kurangnya dukungan sosial. Pemerintah juga telah mengupayakan program Bina Keluarga Lansia (BKL) yang merupakan wadah kegiatan keluarga yang memiliki lansia untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keakraban, dan kemampuan keluarga dalam membina kondisi dan masalah lansia. Sebagai perawat, diharapkan sering melakukan penyuluhan- penyuluhan kepada keluarga tentang pentingnya memberikan dukungan sosial kepada lansia, sehingga keluarga menjadi lebih tahu tentang bagaimana merawat lansia yang baik di rumah.

  Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2011”

  Rumusan Masalah

  Adapun pertanyaan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri Tahun 2011?

  Tujuan

  1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri tahun 2011

  2. Tujuan khusus

  a. Mengetahui dukungan sosial keluarga pada lansia di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri tahun 2011

  b. Mengetahui tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri tahun 2011

  c. Menganalisa hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri tahun 2011

  Metode Penelitian

  Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitik crosssectional yaitu setiap subyek penelitian yang hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat penelitian diamati pada waktu yang sama. (Notoatmodjo, 2005)

  Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel independen dukungan sosial keluarga dan variabel dependen tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari..

60 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  urnal Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  Baik Cukup Kurang 27 (90)

  1. Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Lansia

  Pembahasan

  Sedangkan dari uji korelasi spearman’s rho diperoleh nilai signifikasi yaitu 0,000. Jadi P (0,000) < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak berarti ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

  Berdasarkan tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa 30 responden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia dengan memiliki lansia yang tingkat kemandirian baik sebanyak 27 responden (90%) dan cukup sebanyak 3 responden (10%). Sedangkan yang kurang memberikan dukungan sosial kepada lansia sebanyak 7 responden dengan memiliki lansia yang tingkat kemandiriannya cukup sebanyak 2 responden (28,6%) dan kurang sebanyak 5 responden (71,4%).

  17 7 56 (100) Uji Korelasi Spearmen p (0,000) < α (0,05)

  32

  30 (100) 19 (100) 7 (100) Total

  2(28,6) 0 (0) 2 (10,5) 5 (78,4)

  5 (25,3) 0 (0) 3 (10) 12 (68,2)

  Cukup (%) Kurang (%)

  wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri, pada bulan April 2011.

  Total (%) Baik (%)

  Kriteria Dukungan Keluarga Skor tingkat Kemandirian Lansia

  Tingkat Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari

  Dari gambar diatas menunjukkan bahwa dari 56 responden yang diteliti, lebih dari separuh responden memiliki lansia dengan tingkat kemandirian baik, yaitu 32 responden (57,1%) c. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan

  b. Tingkat Kemandirian lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari

  a. Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Lansia Dari gambar diatas dapat diketahui dari 56 responden yang diteliti, lebih dari separuh respoden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia, yaitu 30 responden (53,6%).

  Hasil Penelitian

  Analisis data dilakukan, melalui tahapan pemeriksaan data (editing), proses pemberian identitas data (coding), tabulating dan scoring. Analisis menggunakan uji statistik Spearman’s rank. Disini peneliti membuat taraf kesalahan = 0,05. Apabila didapatkan P Value >= 0,05 maka H O diterima yaitu tidak ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas segari-hari. Apabila P Value ≤ = 0,05 maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Alat Bantu yang digunakan software computer program SPSS.

  Cara pengumpulan data adalah dengan memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner. Membagikan kuesioner kepada Keluarga yang mempunyai lansia di Dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri, yang kemudian dilakukan analisis data. Instrumen dirancang oleh peneliti berdasarkan kajian teori.

  Populasi penelitian ini adalah semua pasien semua keluarga yang mempunyai lansia di dusun Kudu wilayah kerja Puskesmas Purwoasri Kabupaten Kediri sejumlah 65 keluarga. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah keluarga yang memiliki lansia yang sesuai dengan kriteria baik inklusi maupun eksklusi. Dengan cara pengambilan sampel adalah dengan teknik Simple random sampling .

61 Penelitian dilaksanakan di di Dusun Kudu

  Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan

  Berdasarkan hasil analisa data dukungan sosial keluarga terhadap lansia menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memberikan dukungan sosial baik kapada lansia, yaitu 30 responden (53,6%).

  Dukungan sosial merupakan suatu fungsi pertalian/ikatan sosial, dari segi fungsionalnya mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi nasehat atau informasi, pemberian bantuan material (Nursalam, 2007). Menurut Safarino (2006), dukungan sosial dipengaruhi oleh faktor penerima dukungan, yaitu suka/tidaknya lansia bersosialisasi, suka/tiaknya lansia saling menolong, dan ada/tidaknya perasaan membutuhkan orang lain, dan faktor pemberi dukungan, yaitu pengetahuan, kurang sensitif, ada/tidaknya sumber daya atau sedang menghadapi stres. Tingkat pendidikan mutlak mempengaruhi pengetahuan seseorang. Sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya, dan akan baik pula dalam memberikan dukungan sosial kepada lansia. Asumsi ini dapat dibuktikan dengan hasil kuesioner tentang dukungan sosial keluarga terhadap lansia yang diberikan kepada responden dengan berbagai tingkat pendidikan. Responden dengan pendidikan SMA sebanyak 21 responden (37,5%) dan sebagian besar mendapat hasil skor dukungan sosial yang baik yaitu sebanyak 18 responden (32,1%).

  Menurut peneliti, pemberian dukungan sosial keluarga kepada lansia dipengaruhi oleh pengetahuan seperti yang sudah dijalaskan di atas, faktor ekonomi, sosial, dan agama. Seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi lebih, biasanya lebih bisa memberikan perhatian dan memenuhi kebutuhan lansia. Dalam agama Islam juga telah diajarkan agar senantiasa menghormati orang tua (Q.S Al-Lukman : 14-15). 100% responden beragama islam dan lebih dari separuh responden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia. 50% responden yang bermata pencahariaan sebagai petani juga mempengaruhi pemberian dukungan sosial yang baik kepada lansia, mereka lebih punya banyak waktu untuk lansia karena tempat kerjanya tidak jauh dari rumah dan kerjanyapun tidak satu hari penuh, sehingga mereka dapat memberikan dukungan sosial yang baik kepada lansia. Selain itu masyarakat pedesaan juga masih menjunjung tinggi norma - norma yang berlaku yang ada di masyarakat dibandingkan dengan masyarakat perkotaan, salah satunya adalah dengan menghormati orang tua. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar responden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia, yaitu 30 responden (53,6%).

  2. Tngkat Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari

  Dari Berdasarkan hasil analisa tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari pada diagram 4.6 menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki lansia dengan tingkat kemandirian baik yaitu 32 responden (57,1%).

  Kemandirian pada lansia yaitu kemampuan yang dimiliki oleh lansia untuk tidak tergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitasnya, semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya (S.Tamher & Noorkasiani, 2009). Kemandirian lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tanggung jawab, mandiri, pengalaman praktis dan akal sehat yang relevan, otonomi, kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan praktis, kebutuhan akan kesehatan baik, dan dukungan sosial.

  Menurut peneliti bahwa sebagian besar responden memiliki lansia yang tingkat kemandiriannya baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh dukungan sosial keluarga kepada lansia. Lansia yang medapatkan dukungan sosial baik dari keluarga akan mempunyai tingkat kemandirian yang baik pula. Asumsi ini dapat dibuktikan dengan hasil kuesioner tentang dukungan sosial keluarga terhadap lansia dan kuesioner tentang kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari yang diberikan kepada responden dengan berbagai tingkat umur, pendidikan, dan berbagai macam pekerjaan. Responden yang memberikan dukungan sosial baik kepada lansia sebanyak 30 responden (53,6%) dan sebagian besar memiliki lansia dengan tingkat kemandirian baik pula, yaitu sebanyak 27 responden (48,2%).

  3. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari

62 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  urnal Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kemandirian lansia dengan nilai signifiksi (P) adalah 0,000 dan tingkat kesalahan (α) 0,05 atau istilah lain 0, 000 < 0,05. Dengan demikian P < α berarti H0 ditolak, artinya ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Correlation coefficient menunjukkan angka +0,555 artinya hubungan antara kedua variabel termasuk kategori sedang.

  Menurut Setiadi (2008), efek dari dukungan sosial keluarga adalah meningkatnya status kesehatan dan kesejahteraan lansia. Dengan demikian lansia tidak akan mudah sakit-sakitan dan terhindar dari stres. Efek dari semua itu adalah lansia dapat melakukan aktivitasnya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, dukungan sosial keluarga adalah penopang atau penyokong kehidupan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Dukungan sosial keluarga juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia. Sehingga dengan adanya dukungan sosial yang baik dari keluarga, lansia akan bisa mencapai atau mempertahankan kemandiriannya.

  Menurut peneliti faktor yang mempengaruhi dukungan sosial keluarga adalah pengetahuan, faktor ekonomi, sosial, dan agama seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan dukungan sosial keluarga. Sedangkan kemandirian lansia dipengaruhi oleh dukungan sosial keluarga terhadap lansia.

  Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tamat SMA, yaitu 21 responden (37,5%) dan sebanyak 18 responden (32,1%) memberikan dukungan sosial baik kepada lansia. 28 responden (50%) bermatapencahariaan sebagai petani dan sebanyak 12 responden (21,4%) memberikan dukungan sosial baik kepada lansia. Penelitian ini dilakukan di pedesaan yang masyarakatnya masih menjunjung tinggi norma - norma yang berlaku yang ada di masyarakat, yang salah satunya adalah menghormati orang tua, dan sebagian besar responden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia, yaitu 30 responden (53,6%). 56 responden (100%) beragama Islam dan sebanyak 30 responden (53,6%) memberikan dukungan sosial baik kepada lansia. Dan sebanyak 30 responden yang memberikan dukungan sosial baik kepada lansia dengan memiliki lansia yang tingkat kemandirian baik sebanyak 27 responden (90%) dan cukup sebanyak 3 responden (10%). Sedangkan yang kurang memberikan dukungan sosial kepada lansia sebanyak 7 responden dengan memiliki lansia yang tingkat kemandiriannya cukup sebanyak 2 responden (28,6%) dan kurang sebanyak 5 responden (71,4%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan, pekerjaan, faktor sosial dan agama mempengaruhi pemberian dukungan sosial keluarga terhadap lansia, dan dukungan sosial keluarga akan mempengaruhi kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

  Kesimpulan

  1. Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Lansia Dari hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh responden memberikan dukungan sosial baik kepada lansia , yaitu 30 responden (53,6%).

  2. Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari Dari hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh responden memiliki lansia dengan tingkat kemandirian baik, yaitu sebanyak 32 responden (57,1%).

  3. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari Dari hasil uji korelasi spearman’s diketahui bahwa () 0,000 < () 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak, berarti ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

  Saran

  1. Ciptakan lingkungan yang positif baik secara fisik maupun psikis oleh keluarga dalam mendukung tercapainya secara optimal perkembangan lansia, terutama pada lansia yang mengalami penurunan tingkat kemandiriannya

  2. Lakukan pembinaan upaya kesehatan lansia pada keluarga maupun lansia secara berkala oleh puskesmas melalui program posyandu lansia sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan lansia dan mencegah permasahan kesehatan yang biasa terjadi pada lansia baik fisik, psikis, sosial maupun spiritual

63 Dari hasil Uji Statistik Spearman’s Rho

  Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan

  3. lakukan tindak lanjut hasil penelitian dengan melakukan penelitian lanjutan,

  DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2002). Konsep Kepatuhan.

  http://spiritia.or.id (Download tanggal 07 Nopember 2009) Anonim. (2008). Kepatuhan perawat. http://blogspot.com (Download tanggal 07 Nopember 2009)

  Anonim (2005). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan Cetakan

  II. Jakarta : Direktorat Jenderal PPM&PL Anonim. (2008). What Are Universal Precautions. http:www.ccohs.caloshanswers/ prevention/ppe/universal.html (Download :

  01 Desember 2009) Anonim (2008). Infeksi Nosokomial dan Kewaspadaan Universal. http://www.spiritia.org (Download : 01 Desember 2009)

  Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

  Alport. (1971). Kosep Kepribadian. http: //kepribadian.com (Download 20 Juni 2010) Eko. (2008). Konsep Penting Motivasi. http://motivasi.com.(Download :21 Juni 2010) Fauzi, A (2008). Konsep Kepatuhan. http://www.wikipedia.com (Download 01 Desember 2009)

  Notoatmodjo, S. (1993). Ilmu kesehatan Masyarakat : Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta

  Logcid. (2003). Ilmu kesehatan Masyarakat : Prinsip- Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta Logcid (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.

  Jakarta : Rineka Cipta Nursalam dan Pariani. (2001). Pendekatan Praktis

  Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

  Logcid. (2003). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Lukman, Rohimin. (2008). Faktor-faktor Kepatuhan. http://www.wikipedia.com (Dowload : 20 Juni 2010) Yusron. (2008). Kewaspadaan Universal. http://www.aidsinfonet.org (Download tanggal 07 Nopember 2009)