BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Polisi Lalu Lintas dalam Melakukan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas untuk Mengurangi Kecelakaan: Studi Kasus di Satlantas Polres Temanggung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas merupakan salah satu sarana penting bagi masyarakat untuk

  memperlancar berbagai aktivitas yang dilakukan, tetapi pentingnya kesadaran hukum oleh masyarakat faktor utama dalam penanganan problematika kecelakaan lalu lintas. Dalm hal ini transportasi juga dibutuhkan dalam hal memenuhi kebutuhan masyarakat dan memudahkan setiap pekerjaan dari masyarakat, Dalam kompleksitas kehidupan manusia sehari – hari, tidak terlepas dari yang namanya alat transportasi. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam mempelancar perekonomian, memperkukuh persatuan bangsa dan kesatuan serta mempengaruhi aspek

  1 kehidupan bangsa dan negara.

  Mengatur masalah lalu lintas bukanlah hal yang mudah, karena didalamnya terdapat beberapa faktor yang turut menentukan dan harus diperhatikan faktor-faktor tersebut yaitu : 1. Faktor manusia.

  2. Faktor jalan.

  3. Faktor kendaraan bermotor.

  2 4. Faktor alam lingkungan.

  Dalam hal itu terdapat peraturan dan pengaturan yang mendukung yaitu, Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 1 Rahayu, Hartini, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Citra Mentari, Malang, 2012,

  h. 53 2

  Raya merupakan produk hukum yang menjadi acuan utama yang mengatur aspek-aspek mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia. Undang- undang ini merupakan penyempurnaan dari undang-undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya yang sudah sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi, perubahan lingkungan strategis, dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru.

  Setelah undang-undang mengenai lalu lintas dan angkutan jalan yang lama diterbitkan kemudian diterbitkan 4 (empat) Peraturan Pemerintah (PP), yaitu: PP No. 41/1993 tentang Transportasi Jalan Raya, PP No. 42/1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor, PP No. 43/1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, PP No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi. Lalu dibuatlah pedoman teknis untuk mendukung penerapan Peraturan Pemerintah (PP) diatas yang diterbitkan dalam bentuk Keputusan Menteri (KepMen). Beberapa contohnya KepMen tersebut, yaitu: KepMen No.

  60/1993 tentang Marka Jalan, KepMen No. 61/1993 tentang Rambu-rambu Jalan, KepMen No. 62/1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, KepMen No. 65/1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

  Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, lalu lintas adalah gerakan kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Dengan adanya lalu lintas, aktivitas masyarakat di jalan akan lebih tertib dan teratur. Selain berguna untuk memperlancar aktivitas, tidak bisa kita pungkiri bahwa lalu lintas juga dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi kita seperti kecelakaan bahkan kematian. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dijelaskan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa dijalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, antara lain adalah faktor pengendara sendiri, faktor pengendara lain, dan faktor rusaknya sarana dan prasarana lalu lintas.

  Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor pengendara sendiri biasanya terjadi karena perilaku pengendara yang tidak disiplin. Ruas jalan yang sempit dan dipadati kendaraan seringkali menjadi situasi yang memicu besarnya potensi kecelakaan karena pengendara yang mendahului satu sama lain agar mereka cepat sampai ditujuan masing-masing. Hal lain yang menjadi penyebab kecelakaan akibat faktor pengendara sendiri juga karena adanya pengendara yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) terutama pengendara yang berusia dibawah 17 (tujuh belas) tahun. Biasanya pengendara yang tidak memiliki SIM ini tidak memiliki keahlian atau kemahiran dalam mengendarai. Pengendara yang berusia dibawah 17 (tujuh belas) tahun tersebut juga biasanya mengendarai kendaraan dijalan tanpa memperhatikan lalu lintas dan keselamatan orang lain, sehingga pengendara berusia dibawah umur dan tidak memiliki surat-surat berkendara yang sah berupa surat izin mengemudi (SIM) hal demikian harus mendapat perhatian yang lebih dari pihak yang berwajib.

  Dalam hal ini juga terkait dengan tingkat kecelakan lalu lintas yang terjadi di Temanggung sesuai dengan penulisan dalam penelitian ini, merujuk pada Pasal 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam peraturan ini menyebutkan bahwa “Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi

  3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  Sesuai dengan pengertian kepolisian diatas sangat jelas bahwa Kepolisian mempunyai kewajiban yang sangat penting dalam mengatasi penegakan hukum, penanganan, keamanan, merujuk dalam Pasal 4 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan tujuan dari Kepolisian yaitu: “Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya

  4

  ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.” Tugas, Fungsi, kewenangan dari Polisi dijalankan atas kewajiban untuk mengadakan pengawasan dan bila perlu dengan paksaan yang dilakukan dengan cara melaksanakan kewajiban umum dengan perantara pengadilan, dan memaksa yang diperintah untuk melaksanakan kewajiban umum tanpa

  5 perantara pengadilan.

  3 Pasal 1 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2017, h. 2. 4 Pasal 4 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2017, h. 5. 5 Momo Kelana, Hukum Kepolisian. Perkembangan di Indonesia Suatu studi Histories Komperatif, Jakarta, PTIK, 1984, h. 18.

  Dalam Pasal 12 Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, menjelaskan bahwa tugas Kepolisian dalam melayani masyarakat, khususnya dalam hal berlalu lintas semakin berat. Dibawah ini adalah beberapa tugas dan fungsi Polri antara lain: Pasal 12 UU No. 22 tahun 2009, tugas dan fungsi Polri bagian satuan lalu lintas meliputi 9 hal, antara

  6

  lain: a. Pengujian dan Penerbitan Surat Izin Mengemudi kendaraan bermotor.

  b. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.

  c. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan dan penyajian data lalu lintas dan jalan raya.

  d. Pengelolaan pusat pengendalian sistem infomasi dan komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan.

  e. Pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas.

  f. Penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan lalu lintas.

  g. Pendidikan berlalu lintas.

  h. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas. i. Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas

  Berdasar uraian tersebut jelas bahwa salah satu tugas dan fungsi polri adalah pelaksana manajemen dan rekayasa lalu lintas. Manajemen lalu lintas adalah suatu pengaturan dan penggunaan sistem jalan raya yang sudah ada dengan tujuan untuk memenuhi suatu tujuan tertentu tanpa perlu penambahan / pembuatan infrastruktur baru. Manajemen lalu lintas diterapkan untuk 6 Pasal 12 Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pustaka Mahardika, Yogyakarta, 2015, h.17. memecahkan masalah lalu lintas jangka pendek (sebelum pembuatan infrastruktur baru dilaksanakan), atau diterapkan untuk mengantisipasi masalah lalu lintas yang berkaitan.Tujuan pokok manajemen lalu lintas adalah memaksimumkan pemakaian sistem jalan yang ada dan meningkatkan

  7 keamanan jalan, tanpa merusak kualitas lingkungan.

  Undang – Undang Nomor 22 tahun 2009 Pasal 1 ayat 29 bahwa “manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan

  8

  kelancaran lalu lintas”. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas juga dilakukan apabila terjadi perubahan kinerja lalu lintas yang tiba – tiba. Seperti yang ditegaskan pada Pasal 97 UU No 22 tahun 2012 ayat (1) bahwa “dalam hal terjadi perubahan arus lalu lintas secara tiba – tiba atau situasional, kepolisian negara Republik Indonesia dapat melaksanakan manajemen dan

  9

  rekayasa lalulintas kepolisian”. Sedangkan pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas disebutkan dalam ayat (2) bahwa “manajemen dan rekayasa lalu lintas kepolisian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan

  7 8 Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Lalu Lintas, UMM Press, Malang, 2005, h. 237.

Pasal 1 ayat 29 UU No 22 tahun 2012 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pustaka Mahrdika, Yogyakarta. 2015, h. 6.

  9 Pasal 97 ayat 1 Ibid. h. 74 dengan menggunakan rambu lalulintas, alat pemberi isyarat lalu lintas, serta

  10 alat pengendali dan pengaman pengguna jalan yang bersifat sementara”.

  Dalam pengaturan mengenai lalu lintas diatur dalam Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pada dasarnya polisi lalu lintas bertugas mengawasi, membantu, menjaga agar sistem

  11

  transportasi jalan raya berfungsi secara lancar dan efisien. Menurut Satjipto Rahardjo penegakan hukum ialah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan

  12

  konsep-konsep menjadi kenyataan. Penegakan hukum diartikan juga sebagai suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Adapun keinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum itu. Pembicaraan mengenai proses penegakan hukum ini menjangkau sampai kepada pembuatan hukum. Perumusan pikiran pembuat undang-undang (hukum) yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut menentukan

  13 bagaimana penegakan hukum itu dijalankan atau diberlakukan.

  Dalam penegakan hukum unsur-unsur yang terlibat yaitu, unsur-unsur yang mempunyai tingkat keterlibatan yang agak jauh dan yang dekat. Dengan mengambil badan-badan pembuat undang-undang dan polisi sebagai wakil. Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan-keinginan hukum 10 Pasal 97 ayat 2 UU No 22 tahun 2012 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pustaka Mahrdika, Yogyakarta. 2015, h. 74. 11 12 Andrew R, Penegakan Hukum Lalu Lintas, Nuansa, Bandung, 2011, h. 27.

  Satjipta Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum ,Suatu Tinjauan Sosiologis, Rajawali press, Jakarta, 1983, h. 24. 13 disini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan, Sehingga dalam rangka mewujudkan penegakan hukum sebaiknya tidak membedakan-bedakan asal-usul bahkan sampai terjadi diskriminasi.

  Ketika menyelesaikan perkara kecelakaan lalu lintas, setiap anggota kepolisian memiliki keterikatan terhadap norma atau kaidah untuk melaksanakan kewajibannya sebagai penegak hukum. Seperti das sollen yang merupakan suatu kenyataan normatif (apa yang seyogyanya), yakni suatu keharusan yang wajib dijalankan, bukan menyatakan sesuatu yang terjadi

  14 secara nyata, melainkan apa yang seharusnya atau seyogyanya terjadi.

  Dengan begitu setiap anggota dari lembaga kepolisian wajib untuk menyatakan sesuatu yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, tanpa memutarbalikan fakta sebagai suatu kepentingan dan tanpa melihat akhir dari apa yang timbul dari setiap kewajibannya sebagai aparat penegak hukum dan pelaksana undang-undang. Namun seorang polisi juga seorang manusia, yang terkadang tidak hanya menggunakan akal logika dalam menjalankan tugasnya demi tercapai tujuan penegakan hukum tetapi juga menggunakan hati nuraninya. Das sein adalah suatu kenyataan perilaku ketika dorongan nurani

  15 terlahirkan.

  Penegakkan hukum yang dilakukan tidak membedakan status sosial, tingkat pendidikan, warna kulit, suku bangsa dan perbedaan agam. Hal ini 14 Mertokusumo, Sudikno. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty, Yogyakarta, 1999, h. 16. 15 Sadjiono. Etika Profesi Hukum. Laksbang Mediatama, Surabaya. 2008, h. 59.

  16

  ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (1) yang menegaskan : Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Sehingga dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, seorang polisi hendaknya tidak melakukan pendiskriminasian terhadap masyarakat.

  Untuk itu dalam hal penegakan hukum harus juga sesuai dengan penanganan yang menjadi kewajiban dari pihak yang berwajib. Sebagai salah satu contoh disini adalah kecelakaan lalu lintas dan penindakan pelanggaran di jalan raya merupakan tugas dan kewenangan polisi yang merupakan wujud dari upaya penegakan hukum. Polisi lalu lintas selalu melakukan kegiatan sosialisasi UU No. 22 Tahun 2009 kepada pengguna jalan baik roda dua maupun roda empat agar para pengguna kendaraan selalu mematuhi peraturan dan rambu-rambu lalu lintas sehingga dapat menekan kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas. Akan tetapi, jika tidak ada sinergitas antara petugas dengan masyarakat, tidak akan tercapai keamanan dalam berkendara.

  Karakteristik tugas dan fungsi lalu lintas yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, menimbulkan konsekuensi dijadikannya fungsi lalu lintas ini sebagai sasaran dari berbagai kontrol eksternal.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi penanganan adalah proses, cara, perbuatan menangani; penggarapan: penanganan kasus itu

  17

  terkesan lambat. Pengertian tersebut juga dijelaskan oleh WJS Poerwodarminto yang mendeskripsikan penanganan sebagai proses, cara, perbuatan menangani, penggarapan. Dalam hal ini penulis sangat tertarik 16 17 Pasal 27 ayat (1) UUD Tahun 1945 mengkaji mengenai Tindakan Kepolisian Dalam Penanganan Lalu Lintas Satuan Lantas Polres Temanggung dikaitkan dengan Problematika Kecelakaan Lalu Lintas. Karena yang terjadi masih dibutuhkan kewenangan dari kepolisian untuk menjalankan tugas juga fungsinya. Dapat terlihat dari kinerja Kepolisian Dalam Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas yaitu, Pelaporan Kecelakaan Lalu lintas, Mendatangi tempat kejadian perkara, Menolong Korban Kecelakaan, dan Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas.

  Adapun pengertian kecelakaan adalah kejadian yang sulit diprediksi dimana dan kapan terjadi, kecelakaan bukan hanya mengakibatkan trauma, cidera, kelalaian, bahakn bisa mengakibatkan kematian. Kasus kecelakaan sulit untuk diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring pertambahan jalan dan

  

18

banyaknya pergerakan dari kendaraan.

  19 Adapun karateristik dari kecelakaan dibedakan dua macama yaitu :

  1. Kecelakaan tunggal ialah kecelakaan yang melibatkan satu kendaraan bermotor saja dan tidak melibatkan pemakai jalan lain. Seperti, menabrak pohon, kendaraan tergelincir akibat ban pecah dan akibat yang lain.

  2. Kecelakaan ganda yaitu kecelakaan yang melibatkan lebih dari satu kendaraan atau kendaraan dengan pejalan kaki yang mengalami di waktu dan tempat yang bersamaan.

  Dibawah ini adalah jumlah kecelakaan yang terjadi di kota Temanggung, korban tersebut mengalami luka berat, luka ringan, dan meninggal dunia.

  18 Hobbs, F., D., Perencanaan dan Teknik Lalu-lintas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 995. 19 Khisty, C., J., & Lall, B., K., Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1, Erlangga, Kemudian kerugian dari segi matreriiil berbeda-beda tergantung tingkat kecelakaan yang dialami.

  Adapun dibawah ini merupakan penjelasan selanjutnya mengenai tingkat kecelakaan lalu lintas yang terjadi dari Tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.

  Berdasar data yang ada diketahui bahwa angka kecelakaan lalu lintas tahun 2015 yang berangkat dari jumlah yang cukup besar terjadi penurunan pada tahun 2016 dan selanjutnya pada tahun 2017 juga mengalami penurunan jumlah angka kecelakaan jika dibandingkan dengan kejadian pada tahun 2016. Hal demikian menunjukkan dalam menanggani tingkat kecelakaan lalu lintas di Temanggung memiliki dampak yang baik dan peran dari polisi juga ikut serta dalam rangka manajemen rekayasa lalu lintas.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasar uraian latar belakang tersebut di atas penulis mengajukan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

  1. Bagaimana bentuk tindakan kepolisian dalam hal mengurangi tingkat kecelakaan di Temanggung melalui manajemen dan rekayasa lalu lintas?

  2. Apa yang menjadi hambatan kepolisian dalam mengurangi kecelakaan lalu lintas?

  C. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui bentuk tindakan kepolisian dalam hal mengurangi angka kecelakaan lalu lintas.

2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi hambatan kepolisian dalam mengurangi angka kecelakaan.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberi pengetahuan khususnya tentang Tindakan Kepolisian dalam penanganan kecelakaan lalu lintas.

  2. Manfaat Praktis Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran yuridis empiris yang berkaitan dengan Tindakan Kepolisian dalam penanganan kecelakaan lalu lintas pelaksanaan.

  E. Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu:

  1. Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris. Pendekatan ini dilakukan dengan menganalisis peraturan dan pengaturan yang mengenai lalu lintas dikaitkan dengan kasus-kasus yang terjadi di Temanggung.

  2. Jenis Penelitian Jenis peneltian yang digunakan adalah penelitian korespondensi, karena penelitian ini merupakan awal yang mengarah pada penanganan kecelakaan lalu lintas.

  3. Jenis dan Pengambilan data

  a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat, seperti norma- norma, peraturan dasar, dan peraturan undang-undang yang terdiri dari, UU No. 22 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, UU No.

  22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, PP No. 41/1993 tentang Transportasi Jalan Raya, PP No. 42/1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor, PP No. 43/1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, PP No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi, KepMen No. 60/1993 tentang Marka Jalan, KepMen No. 61/1993 tentang Rambu-rambu Jalan, KepMen No. 62/1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, KepMen No. 65/1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

  b. Bahan Hukum Sekunder terutama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan- pandangan klasik para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi, jurnal-

  20 jurnal.

F. Unit Amatan dan Unit Analisis

  Unit Amatan dalam penelitian ini adalah :

  1. Undang- Undang No. 22 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

  2. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.

  3. Peraturan Pemerintah No. 41/1993 tentang Transportasi Jalan Raya. 20 Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana, 2005, h. 182-183.

  4. Peraturan Pemerintah No. 42/1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor.

  5. Peraturan Pemerintah No. 43/1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas.

  6. Peraturan Pemerintah No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.

  7. Keputusan Menteri No. 60/1993 tentang Marka Jalan.

  8. Keputusan Menteri No. 61/1993 tentang Rambu-rambu Jalan.

  9. Keputusan MenteriNo. 62/1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.

  10. Keputusan Menteri No. 65/1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

  Sedangkan Unit Analisis peneliti, yaitu wawancara dengan satuan unit lalu lintas Temanggung, dengan menganalisis beberapa kasus kecelakaan lalu lintas.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Peran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Media Radio dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah: Studi terhadap Programa 4/Programa Budaya Lembaga Penyiar

0 3 18

27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah RRI Kupang

0 1 17

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1. Defenisi Komunikasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis tentang Pencabutan Banding oleh Ahok dalam Teks Berita Surat Kabar Online Kompas.Com

0 0 16

3.1 Jenis Pendekatan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis tentang Pencabutan Banding oleh Ahok dalam Teks Berita Surat Kabar Online Kompas.Com

0 0 9

4.1.1. Sejarah Kompas.com - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis tentang Pencabutan Banding oleh Ahok dalam Teks Berita Surat Kabar Online Kompas.Com

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis tentang Pencabutan Banding oleh Ahok dalam Teks Berita Surat Kabar Online Kompas.Com

0 1 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian terhadap Putusan No.61/PDT.G/2012/PN Kediri dalam Perspektif Kepastian Hukum

0 0 14

BAB II PEMBAHASAN I. Tinjauan Pustaka A. Perjanjian Kredit pada Perjanjian Jaminan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian terhadap Putusan No.61/PDT.G/2012/PN Kediri dalam Perspektif Kepastian Hukum

0 0 69

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Hadirnya masyarakat informasi ditandai dengan adanya pemanfaatan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kata Sepakat dalam Transaksi E-Commerce: Putusan No. 82/Pdt.G/2013/PN.Yk.

0 1 15

BAB II HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 2. Kajian Pustaka 2.1. Ruang Lingkup Wanprestasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kata Sepakat dalam Transaksi E-Commerce: Putusan No. 82/Pdt.G/2013/PN.Yk.

0 0 64