PSIKOLOGI KEPRIBADIAN dalam dunia KELOMPOK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Karen Horney lahir dengan nama Karen Danielson disebuah desa kecil dekat
Hemburg, Jerman, pada 15 September 1885. Ayahnya, Berndt Henrik Wackless adalah
seorang kapten kapal Norwegia, dan ibunya, Clotilde Marie Van Ronzelen, adalah putri
dari sebuah keluarga berkebangsaan campur Belanda – Jerman yang terkemuka. Ibu
Horney 18 tahun lebih muda dari sang kapten dan merupakan istri kedua. Keluarga ini
terdiri atas empat anak dari pernikahan pertama ayahnya, lalu Horney dan kakak laki –
lakinya yang dinamai sama dengan nama kapten, Berndt, kesayangan seluruh keluarga.
Ayah Horney bertubuh tinggi, cekatan, keras dan fundamentalis takut Tuhan yang
menganggap wanita lebih rendah daripada pria dan menjadi sumber kejahatan di dunia. Ia
sering bertengkar dengan ibu Horney, yang angkuh, cantik, pintar dan pikiran bebas.
Perasaan Horney terhadap ayahnya campur – aduk antara di satu sisi, merasa terintimidasi
oleh sikap kerasnya, caranya membenarkan diri dan lewat peryataan – pernyataannya
yang bernada menghina atas wajah dan kepandaiannya, dan di sisi lain, kekaguman dan
rasa sayang karena pernah mengajaknya mengarungi lautan 3 kali dan selalu
membawakannya hadiah – hadiah eksotis dari seberang laut.
Mungkin karena kenangan mendalam inilah Horney mulai mengenakan topi kapten

saat usianya menginjak 30 tahunan. Salah satu contoh sisi negatif ayahnya, Horney ingat
bahwa sesudah membaca alkitab cukup lama, sang ayah akhirnya meledak dalam amarah
dan melemparkan alkitab ke istrinya. Sejak saat itu anak – anakpun menjulukinya
“pelempar alkitab” (Rubins, 1978, hlm : 11). Karena itu, tidak mengherankan jika Horney
tumbuh dalam sikap yang negatif terhadap agama dan menjadi skeptis terhadap figur –
figur otoritas. Setelah ia dirawat seorang dokter diusia 12 tahun, Horney pun memutuskan
untuk menjadi dokter suatu saat nanti—sebuah keputusan yang didukung ibunya namun
ditentang ayahnya.
Ditahun 1906, ketika Karen Horney berusia 21 tahun, ia masuk ke sekolah kedokteran
di Freiberg, Jerman, karena kampus ini hanya satu dari segelintir yang mengizinkan
wanita kuliah kedokteran di masa itu. Tidak lama kemudian ia bertemu Oscar Horney,
seorang mahasiswa fakultas ekonomi dari kampus lain yang tengah berlibur, dan Horney
menjadi tertarik padanya karena ia keras, cerdas, mandiri dan kuat secara fisik serta
emosi. Karen menikah dengan Oscar ditanggal 31 oktober 1909 dan pernikahan ini
menghasilkan tiga anak perempuan. Saat menikah itu, Oscar sudah menjadi pengacara.

Ditahun 1910, Horney mengandung Brigitte, putri pertamanya, dan tak lama sebelum
brigitte lahir, ibu Karen meninggal karena stroke. Di waktu ini juga Horney mulai
menjalani Psikoanalisis nya sebagai persiapan untuk berkarir sebagai Psikoanalisis. Sulit
untuk diungkapkan namun jelas saat-saat itu paling menegangkan yang dialami Horney

karena hanya dalam hitungan beberapa tahun ia mengalami pernikahan, kematian ibu,
melahirkan anak, dan menjalani Psikoanalisis.
Pernikahan Horney dengan Oscar ternyata tidak pernah mengalami kebahagiaan. Lalu
perselingkuhan dilakukan Horney ditahun 1911, dan kasus ini hanyalah permulaan:
Diawal tahun 1912, Oscar sudah berhenti untuk memainkan peran penting dihidup
Karen. Ia merasakan tegangan yang sangat besar dan emosi sudah hilang dari pernikahan
mereka sehingga mendorongnya mencari kepuasan yang dibutuhkannya dari orang lain.
Hanya dalam waktu 2 tahun usia pernikahan mereka, Karen dan Oscar sepertinya sampai
di kesepakatan untuk melakukan sebuah pernikahan, dimana masing-masing pihak boleh
menjalin hubungan dengan siapapun tanpa harus sembunyi-sembunyi atau menipu-nipu.
Karen dan Oscar terus berperan layaknya keluarga demi tiga putri mereka yang sedang
bertumbuh, namun sebenarnya vitalitas hubungan keduanya sudah lenyap hanya dalam
waktu setahun setelah brigitte lahir. (Paris, 1994, hlm. 49).
Dikutipan ini kita dapat melihat tanda-tanda perzinaan yang mencirikan sebagian
besar kehidupan dewasa Horney. Beberapa teman dekatnya mendeskripsikan nya
kecanduan pada pria, atau minimal memiliki kompulsi untuk selalu bersama mereka
(Paris, 1994, hlm. 148-149). Selama bertahun-tahun, para kekasih Horney hampir selalu
pria-pria yang lebih muda usianya, termasuk kolega-koleganya dan para mahasiswanya
sendiri. Terdapat juga bukti kalau selera seksual Horney juga meluas kepada para wanita
(Paris, 1994, hlm. 241).

Meski perselingkuhan seksual menjadi tema utama dihidup pribadi Horney,
tampaknya ini tidak pernah menghancurkan sama sekali kemampuannya berfikir.
Faktanya, hal ini bertindak layaknya sumber inspirasi bagi kreativitasnya. Terkait sejumlah
hubungannya itu, Paris (1994) mengatakan “Mereka bukan ... fokus utama hidup Horney;
kebutuhannya akan pria memang kompulsif namun tidak pernah sampai menghabiskan
vitalitasnya. Alih-alih menghambat kreativitasnya, semua perselingkuhan ini justru
menjadi bahan bakar yang terus menggerakkan pencariannya akan inspirasi-inspirasi
teorisasi psikologinya” (hlm. 149-150)
Menarik untuk dicatat meski Horney pada esensinya merasakan tidak diinginkan dan
tidak dicintai sebagai anak, namun dia dipandang anak-anaknya memiliki sikap yang
laissez-faire terhadap mereka. Rubins (1978, hlm.51) melaporkan bahwa ketika di sebuah

acara makan malam keluarga di hari Natal, putri keduanya Marianne, memiringkan
kursinya terlalu jauh ke belakang sehingga hampir jatuh. Dalam upayanya untuk menahan
diri agar tidak jatuh, Marianne langsung mencengkram meja kuat-kuat, membuat seluruh
jamuan terjatuh ke lantai. Ayah Marianne (Oskar) pun memukulinya dengan cambuk
anjing membiarkan dua putrinya yang lain menangis keras-keras sementara Horney hanya
diam saja menyaksikan kejadian itu tanpa emosi apapun.
Pernikahan Horney yang menjadi seburuk itu mulai runtuh sejak 1923, di sekitar
waktu kematian kakak kandung Horney akibat penumonia di usia 40 tahun. Tak lama

sesudah meninggalnya sang kakak, keluarga Horney berlibur. Karen pergi bersenangsenang dan setelah tidak kunjung kembali ke penginapan selama lebih dari satu jam, para
anggota keluarganya pergi mencarinya. Dia ditemukan tengah berdiri disebuah tebing
menimbang-nimbang apakah harus terus hidup ataukah mengakhirinya saja. Setelah
banyak dimohon, akhirnya ia setuju kembali berenang ke pantai. Ini termasuk satu
diantara sekian depresi mendalam yang dialami Karen sepanjang hidupnya. Juga di sekitar
tahun-tahun ini kehidupan Oskar mulai menjadi sangat sulit. Perusahaan tempatnya
bekerja bangkrut, investasi yang ditanamkannya gagal dan ia harus berutang banyak sekali
untuk bisa meneruskan hidup. Setelah serangan selaput otak yang hampir membawanya
pada kematian, Oskar yang dulunya orang sukses sekarang menjadi bangkrut, penuh
kesedihan dan menarik diri. Ia menjadi kian sulit untuk hidup bersama,membuat Horney
dan tiga putrinya di tahun 1926 pindah ke sebuah apartemen kecil. Namun, baru ditahun
1936 ia menanda tangani surat cerai, dan baru ditahun 1938 surat cerainya keluar.
Horneyy menyelesaikan kuliah kedokterannya tahun 1913 di Universitas Berlin. Dia
menjadi mahasiswa yang cemerlang disepanjang karir akademiknya dan sering menempati
peringkat satu dikelasnya. Sejak 1914 sampai 1918 ia menerima pelatihan psikoanalitik
Berlin. Ditahun 1919, saat usianya 33 tahun, Horney resmi menjadi Psikoanalisis dan
sejak 1918 sampai 1932, mengajar di institut Psikoanalitik Berlin selain juga membuka
Praktik.
Ditahun 1932, ia menerima undangan dari Franz Alexander untuk datang ke amerika
serikat dan menjadi wakil direktur di institut Psikoanalisis Chicago. Dua tahun kemudian

Horney pindah ke New York city, membuka praktik pribadi dan melatih para analis di
institut psikoanalitik New York, dan di tempat inilah ia membangun hubungan romantis
dengan teman lamanya, Erick From. Awalnya Horney bertemu dengan Fromm di institut
psikoanalitik Berlin. Pada tahun 1922 saat ia masih menjalani pelatihan sebagai analis,dan
meski keduaya sama-sama tertarik , tidak ada hubungan romantis yang muncul karena saat
itu fromm juga sudah menikah .Hubungan romantis juga dimulai saat mereka bertemu lagi

di Chicago, jadi semenjakpindah ke New York barulah keduannya tinggal bersama.
Rubbins (1978) mengamati bahwa hubungan sama memberikan keuntungan karena
“Horney belajar sosiologi dari fromm dan fromm psikoanalisis dari horney” menjadi
sangat sukses setelah menulis beberapa buku yang berpengaruh besar seperti escape from
freedom (1941) contohnya. Hubungan romantis ini hanya berjalan beberapa tahun,dan
meski berakhir , mereka masih mempertahankan hubungan sosial dan profesional selama
beberapa tahun lagi. Setelah fromm , hubungan romantis horney berikutnya adalah
bersama hans baum gartner, namun ketika dihadapkan kepadda pilihan antara menikahi
hans atau memelihara cocker spaniel , horney memilih opsi kedua (paris,1994,hlm.145).
Di Institut psikoanalitik New York inilah perbedaan-perbedaan utama antara horney
dan Freudian tradisional jadi mengemuka. Akhirnya , tesis-tesis mahasiswa bimbingannya
mulai sering ditolak karena mengusung ide-ide yang bertentangan dengan konsep-konsep
freudian tradisional. Oposisi terhadap ide-idenya sendiri mulai berdatangan dan cukup

kuat untuk membuatnya dilarang mengajar dan berpraktik sebagai psikoanalisis. Di bawah
tekanan besar itu, Horney mundur dari institut analitik New York ditahun 1941, dan tak
lama kemudian membuka dan memimpin sendiri organisasi yang disebut Institu
Psikoanalisis Amerika, tempatnya melanjutkan Pengembangan ide-idenya sendiri sampai
meninggalnya Horney karena kanker usus ditanggal 4 Desember 1952.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana struktur kepribadian menurut Karen Horney?
1.2.2. Bagaimana dinamika kepribadian menurut Karen Honey?
1.2.3. Apa saja perkembangan kepribadian menurut Karen Horney?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui struktur kepribadian menurut Karen Horney.
1.3.2. Untuk mengetahui dinamika kebribadian menurut Karen Horney.
1.3.3. Untuk mengetahui apa saja perkembangan kepribadian menurut Karen
Horney.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur Kepribadian
Ideal Self (Diri Ideal), Horney percaya bahwa makhluk hidup, jika diberikan
sebuah lingkungan dengan kedisiplinan dan kehangatan, akan mengembangkan perasaan
aman dan percya diri serta kecenderungan untuk memiliki pemahaman diri. Sayangnya,

pengaruh-pengaruh negatif awal sering kali menghambat kecenderungan alami seseorang

memperoleh pemahaman diri atau mencapai realisasi diri, sebuah situasi yang membuat
mereka merasakan perasaan terpisah dan rendah diri. Selain itu juga, terdapat perasaan
terpisah dari diri mereka yang semakin berkembang. Oleh karena merasa terpisah dari diri
mereka sendiri, maka seseorang merasa harus mendapatkan kepekaan akan identitas
(sense of identity) yang stabil.
1. Pencarian Keagungan Neurotik (Neurotic Search for Glory)
Pencarian keagungan yang neurotik adalah gambaran orang yang menganggap diri
ideal itu nyata, mereka memasukannya secara komprehensif kedalam semua aspek
hidupnya, mencajikannya sebagai acuan tujuan, konsep diri, dan hubungannya denga
orang lain. Orang semacam itu membutuhkan kesempurnaan (need for perfection),
mempunyai ambisi yang neurotik (neurotic ambition) dan drongan untuk menang dalam
balas dendam (drive toward a vindivtive triumph). Kebutuhan kesempurnaan merupakan
dorongan untuk menggabungkan keseluruhan kepribadian ke dalam diri ideal. Neurotik
tidak puas dengan sedikit perubahan, tidak menerima yang belum sempurna. Ini yang
kemudian yang dinamakan oleh Horney tirani kebolehan (tyrany of the should). Ambisi
neurotik adalah pencarian keagungan diri melalui dorongan menjadi superior yang
kompulsif. Walaupun orang neurotik mempunyai keingian yang kuat menggungguli
apapun, mereka secara teratur menyalurkan energinya ke aktivitas yang paling berpeluang

sukses.
Dorongan untuk balas dendam merupakan aspek neurotik yang berbahaya. Keinginan
balas dendam ini mungkin disembunyikan sebagai dorongan berprestasi-sukses, tetapi
tujuan utamanya dalah membuat orang lain malu, atau mengalahkan mereka melalui
kelebihan mereka, atau untuk memperoleh kekuatan, untuk membuat sengsara oranglainumunya dengan melalui penghinnaan. Sukses membalas dendam, tidak membuat
dorongan balas dendamnya reda, bahkan dorongan itu menanjak setiap kali ada
kemenangan. Setiap kesuksesan akan meningkatkan ketakutan akan kekalahan dan ini
akan meningkatkan perasaan keagungan, yang akan meningkatkan keinginan untuk
memperoleh kemenangan balas dendam yang baru.

2. Penuntut yang Neurotik
Meyakini bahwa ada yang salah dengan dunia luar, mereka menganggap bahwa diri
mereka itu khusus sehingga berhak diperlakukan sesuai dengan gambaran diri ideal
mereka sendiri. Para penderita neurotik, kalau tuntutan mereka tidak terpenuhi, mereka
menjadi marah, bingung, dan tidak mampu memahami mengapa orang lain tidak dapat
memahami tuntutannya.
3. Kebanggaan Neurotik

Kebanggaan neurotik adalah kebanggan yang semu, bukan didasarkan pada
pandangan diri yang realistik, tetapi didasarkan pada gambaran palsu dari diri ideal.

Sebaliknya kebanggan neurotik didasarkan pada gambaran diri ideal dan biasanya
diumumkan keras-keras dalam rangka melindungi dan mendukung pandangan dan
kebanggaan kepada diri sendiri. Orang neurotik memandang dirinya sebagai orang yang
mulia, hebat, dan sempurna, sehingga kalau orang lain tidak memperlakukan mereka
dengan pertimbangan khusus, orang itu menjadi sedih.
4. Menghina Diri (despise self)
Orang neurotik yang mencari keagungan tidak pernah puas dengan dirinya sendiri,
karena mereka akhirnya menyadari bahwa diri nyata tidak cocok dengan diri idealyang
mereka dambakan. Mereka kemudian mulai membenci dan memandang rendah dirinya
sendiri. Horney mengemukakan 6 cara orang mengekspresikan kebencian diri itu :
5. Menuntut kebutuhan kepada diri tanpa ukuran (relentles demands on the self)
Orang memunculkan kebutuhan diri yang tidak pernah berhenti. Bahkan ketika
mereka mencapai keberhasilan, mereka terus mendorong dirinya sendiri untuk bergerak
menuju kesempurnaan.
6. Menyalahkan diri tanpa ampun (merciless self-accusation)
Orang neurotik yang terus menerus mencaci-maki dirinya sendiri. Menyalahkan diri
bentuknya bermacam-macam, mulai dari ekspresi luar biasa, misalnya merasa
bertanggung jawab terhadap bencana alam, sampai menanyai secermat-cermatnya
kebaikan dari motivasinya sendiri.
7. Menghina diri (self-contempt)

Diekspresikan dalam wujud memandang kecil, meremehkan, meragukan,
mencemarkan, dan menertawakan diri sendiri. Menghina diri mencegah yang
bersangkutan dari perjuangan untuk maju atau berprestasi.
Frustasi diri (self-frustation)
Orang neurotik sering membelenggu dengan tabu unruk menentang kesenangan.

8. Menyiksa diri (self-torment)
Pada dasarnya semua mekanisme diri rendah mengandung makna menyiksa diri.
Namun menjadi berubah apabila tujuan orang neurotik itu membahayakan atau menyakiti
diri sendiri. Banyak orang memperoleh kepuasan masokism dengan mengalami
penderitaan akibat suatu keputusan, memperparah sakit kepala, melukai diri dengan pisau,
menantang berkelahi dengan orang yang jauh lebih kuat atau mengundang siksaan fisik.
9. Tingkah laku dan dorongan diri (self destructive action and impuls)

Bisa fisikal atau psikologikal, disadari atau tidak disadari, akut atau kronik, benarbenar dilakukan atau hanya dalam imajinasi. Orang-orang neurotik juga merusak diri
secara psikologis, misalnya berhenti bekerja ketika karirnya mulai memuncak, memutus
hubungan persahabat yang sehat dan memilih pergaulan yang neurotis, atau melakukan
aktifitas seksual promiskuitas.

2.2 Dinamika Kepribadian

Dinamika kepribadian menurut Karen Horney, dinamika kepribadian ada tiga arah
perilaku. Horney mengelompokkan 10 kebutuhan neurotik menjadi 3 pola utama penyesuaian
diri. Setiap pola ini mendeskripsikan arah perilaku individu neurotik terkait orang lain. Tiga
pola penyesuaian ini dianggap banyak ahli sebagai kontribusi Horney yang paling penting
bagi teori kepribadian.

1. Gerak Menuju Orang Lain
Pola penyesuaian yang ini meliputi kebutuhan neurotik akan afeksi dan persetujuan,
pasangan dominan yang mengendalikan hidup pribadi, dan hidup dalam batasanbatasan sempit. Kepribadian yang seperti ini disebut Horney bertipe penurut,
utamanya berpikir “Jika aku mengalah, aku tidak akan terluka” (Horney, 1937,
hlm.83) :
Sebagai tambahannya, tipe ini membutuhkan untuk disukai, diinginkan,
disayangi, atau dicintai, diharapkan; merasa diterima, menjadi penting bagi
oranglain khususnya satu dua orang tertentu; untuk ditolong, dilindungi,
diperhatikan, dibimbing. (1945, hlm.51)
Jadi meski seseorang dapat menyesuaikan diri terhadap kecemasan dasar dengan
bergerak menuju orang lain, bahkan dengan mencari cinta dan afeksi, individu ini
pada dasarnya masih melakukan permusuhan.
2. Gerak Melawan Orang Lain
Dibanyak segi, individu ini adalah kebalikan total tipe penurut. Pola penyesuaian ini
memadukan kebutuhan neurotik akan kekuasaan, mengeksploitasi orang lain, mencari
prestise dan pencapaian pribadi. Individu ini, yang disebut Horney bertipe
bermusuhan, cenderung berpikir “Jika aku punya kuasa, tak seorang pun dapat
menyakitiku” (Horney, 1937, hlm.84) :
Situasi apapun atau hubungan apapun dilihat dari sudut pandang “apa yang
bisa kuperoleh darinya?” – entah bentuknya uang, prestise, kontak atau ide.
Individu yang seperti ini yakin – entah disadarinya atau tidak – bahwa setiap
orang bertindak dengan cara ini, sehingga dia yang paling sibuk ketimbang
orang lain dalam berhitung-hitung untuk melakukan sesuatu demi
mendapatkan keuntungan pribadi sebesarnya. (1945, hlm.65)
Tipe bermusuhan sanggup bersikap sopan dan ramah, namun semua itu hanyalah cara
untuk meraih tujuan, bukannya lahir dari ketulusan dirinya.
3. Gerak Menjauhi Orang lain
Pola penyesuaian ini meliputi kebutuhan-kebutuhan neurotik akan kecukupan diri ,
kemandirian, kesempurnaan , ketakbercelaan . Individu yang disebut horney bertipe
menghindar cenderung berfikir “jika aku mundur , tidak ada yang bisa yang
melukaiku” (horney,1937,hlm.85)
Sama seperti 10 kebutuhan neurotik , individu normal menggunakan pola penyesuaian
ini saat menghadapi orang lain , namun penggunaannya bergantung pada momennyaa
apakah perlu dilakukan atau tidak . Individu neurotik sebaliknya , tidak pernah bisa

melakukannya selain hanya bersandar ke salah satu dari tiga pola ini seumur
hidupnya.