IMPLIKASI PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak lahir, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikomatis yang terus mengalami
pertumbuhan dan perkembangan serta harus mendapatkan perhatian secara seksama. Istilah
pertumbuhan dapat diartikan sebagai perkembangan. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami individu dan organisme menuju tingkat kedewasaannya atau
kematangannya

(maturation)

yang

berlangsung

secara

sistematis,

progresif

dan


berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Syamsu Yusuf,
2007 : 15).
Sedangkan istilah pertumbuhan itu sendiri digunakan untuk menyatakan perubahanperubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis. Perubahan fisik meliputi perkembangan
biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi, dan hasil dari interaksi proses biologis dan genetika
dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik
psikologis individu, Seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.
Banyak karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara karakteristik peserta didik
usia menengah dan peserta didik usia dewasa. Didalam beberapa karakteristik tersebut
menyebabkan implikasi-implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan. Perkembangan fisik
dan perkembangan psikomotorik mempunyai kontribusi yang kuat terhadap

perkembangan

intelektual/kongnitif siswa.Rancangan pembelajaran yang konduktif akan mampu meningkatkan
motivasi belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang
diinginkan.
1.2. Rumusan Masalah
1.Bagaimana implikasi perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik
2.Bagaimana implikasi perkembangan bahasa dan perilaku psikomotorik

3.Bagaimana implikasi perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan

1

4.Bagaimana implikasi perilaku apektif, konatif, dan kepribadian
5.Bagaimana implikasi perkembangan emosi remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan
6.Bagaimana implikasi perkembangan konsep diri
7.Bagaimana implikasi tugas-tugas perkembangan remaja bagi pendidikan

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Implikasi Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik
2.1.1. Pengertian Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
Perkembangan Fisik
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis. Fisik atau
tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan.
Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem syaraf, otot-otot, kelenjar
endokrin dan struktur/fisik tubuh. Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya kondisi

jasmaniah seseorang akan mempengaruhi kepribadiannya. Perkembangan fisik ini mencakup
aspek-aspek anatomis (struktur tubuh) dan fisiologis (fungsional tubuh). Perkembangan fisik
berlangsung mengikuti prinsip-prinsip cepalocaudal dan prowinodestral.
Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan terkait dengan perilaku motorik
(koordinasi fungsional neuromuscular system) dan fungsi psikis (kognitif, afektif dan konatif).
Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah
bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan dari yang
kasar dan global (grass bodily movements) kepada yang harus dan spesifik tetapi
terkoordinasikan (finely coordinated movements).
2.1.2. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
1. Karakteristik Perkembangan Fisik
a). Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak ditandai dengan mulai mampu melakukan
bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, pertumbuhan panjang kaki dan tangan
secara proporsional, koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang dengan baik, dan
ketahanan tubuh bertambah.

3

b). Perkembangan fisik pada masa remaja yang paling menonjol terdapat pada perkembangan

kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan
yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer dan sekunder serta timbulnya hasrat seksual
yang tinggi (masa pubertas).
c). Perkembangan fisik pada masa dewasa ditandai dengan kemampuan fisik menjadi sangat
bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan ukuran tubuh yang proporsional
memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa pertumbuhan mencapai titik
maksimal dan mulai berhenti.
2. Karakteristik Perkembangan Psikomotorik
a). Perkembangan pada masa kanak-kanak ditandai oleh beberapa hal misalnya dapat melompat
15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dan dapat berjingkrak. Semakin lama mereka
bisa mengontrol tindakan mereka. Untuk perkembangan berikutnya mereka bisa makan, mandi,
berpakaian sendiri, membantu orang lain, menulis, menggambar dan lain-lain.
b). Perkembangan psikomotorik pada masa remaja ditandai dengan keterampilan psikomotorik
berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan
fisiologi. Kemampuan psikomotorik terus meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya
tahan. Secara umum, perkembangan psikomotorik pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan
karena perkembangan psikomotorik pada perempuan akan terhenti setelah mengalami
menstruasi.
c). Perkembangan psikomotorik pada masa dewasa merupakan puncak dari seluruh
perkembangan


psikomotorik.

Latihan

merupakan

hal

penentu

dalam

perkembangan

psikomotorik. Melalui latihan yang teratur dan terprogram, keterampilan psikomotorik akan
dapat ditingkatkan dan dipertahankan. Semua sistem gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan
baik.

4


2.1.3. Perbandingan Perkembangan Fisik dan Psikomotorik antara Pria dan Wanita
1). Perkembangan pada Pria
a. Fisik : lahir dengan tubuh relatif panjang, pertumbuhan tinggi lebih lama saat praremaja dan
sangat cepat saat remaja, proporsi otot lebih besar, berkembang lebih lambat serta lebih sedikit
lemak dalam tubuhnya.
b. Psikomotorik : cara berjalan lebih kaku, kemampuan berlari lebih baik, kemampuan menulis,
menggunting dan menyusun sesuatu kurang rapi, serta lebih suka dengan kegiatan fisik yang
menantang (olahraga berat, climbing, dll).
2). Perkembangan pada Wanita
a. Fisik : lahir dengan tubuh relatif lebih pendek, pertumbuhan tinggi lebih cepat saat praremaja
dan menurun saat remaja, proporsi otot lebih kecil, berkembang lebih cepat serta memiliki lebih
banyak lemak dalam tubuhnya.
b . Psikomotorik : cara berjalan lemah gemulai, kemampuan berlari rendah, kemampuan menulis,
menggunting dan menyusun sesuatu lebih rapi, serta lebih suka dengan kegiatan fisik yang
sederhana (olahraga ringan, menari, dll)
2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
1. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
Faktor yang memengaruhi perkembangan fisik (motor skills) peserta didik dibedakan
menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan, gangguan emosional, jenis kelamin, dan

kesehatan) dan faktor eksternal (lingkungan, gizi, dan status sosial ekonomi).
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik
Faktor yang memengaruhi perkembangan psikomotorik peserta didik dibedakan menjadi dua,
yakni faktor internal (keturunan/gen dari orang tua, gangguan emosional, perkembangan sistem
syaraf, pertumbuhan otot, perkembangan kelenjar endokrin dan perubahan struktur tubuh) dan
faktor eksternal (pola asuh orang tua dan lingkungan).

5

2.1.5. Implikasi Perkembangan Psikomotor dan Fisik Terhadap Pendidikan
Pemahaman terhadap pekembangan fisik dan psikomotorik berkaitan erat dengan
perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini dapat membantu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih efektif dan efisien.
1. Implikasi Pendidikan pada Anak
Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka merasa tertantang untuk melakukan hal
baru. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai
apa yang sedang ia perbuat. Masa bermain anak merupakan masa mereka berlatih dan
mempelajari segala hal. Metode pendidikan yang cocok adalah belajar sambil bermain dengan
menggunakan permainan yang menantang dan menarik bagi anak-anak serta mampu memicu
munculnya kreatifitas anak. Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek sikap dengan

materi yang digunakan banyak berkaitan dengan fakta yakni berkaitan dengan penggalian kasus
atau peristiwa serta pengalaman empirik peserta didik sebagai realitas kehidupan.
2. Implikasi Pendidikan pada Remaja
Remaja memiliki pola pikir intuitif dan berpikir dengan mengkaitkan pemikiran dan idenya
dengan peristiwa tertentu. Terjadi proses asimilasi yakni penggabungan info baru dalam
pengetahuan yang ada. Orientasi pendidikan remaja lebih ditekankan pada aspek pemahaman
dan keterampilan. Remaja lebih banyak dituntut untuk terampil melakukan suatu tindakan yang
diawali dengan melakukan pertimbangan. Materi yang diajarkan lebih berkaitan dengan konsep
yang mengharuskan peserta didik mengerti akan suatu hal. Pendidikan membimbing remaja
mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial, mencapai
kemandirian emosional dan mengembangkan kemampuan intelektual.
3. Implikasi Pendidikan pada Orang Dewasa
Orang dewasa mampu menilai diri dan situasi secara realistis, mampu menerima dan
melaksanakan tanggung jawab, memiliki kemandirian (autonomi), dapat mengontrol emosi,
penerimaan sosial dan memiliki pandangan hidup. Masa awal dewasa individu termotivasi untuk
berhasil melalui perkembangan social dan membentuk relasi. Ketidakmampuan melakukan
hubungan sosial menjadikan individu merasa terisolasi dan frustasi. Kita sudah dianggap dewasa
6

dan kita dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas segala keberhasilan dan kegagalan kita.

Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek pengetahuan dengan fokus pada materi
generalisasi, yaitu kerangka pengambilan kesimpulan dan formulasi ketentuan serta bagaimana
solusi pemikiran dan tindakan yang dilakukan. Peserta didik dituntut untuk berpikir kritis agar
mampu mengambil kesimpulan rasional. Pada periode pertengahan dewasa muncul keinginan
membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna melalui
generativitas/bangkit. Memberikan asuhan dan bimbingan pada anak-anak dengan mengajarkan
pengetahuan, keahlian dan keterampilan.
2.2. Implikasi Perkembangan Bahasa Dan Perilaku Kognitif
Pada tahap SMA, peserta didik apalagi dizaman globallisasi ini kerap menggunakan
istilah-istilah bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional. Bahasa inggris dalam
kalangan sma juga merupakan ajang “keren-kerenan”. Hal yang biasa terjadi ialah saat mereka
mengungkapkan sesuatu dengan bahasa inggris yang dipublikasikan ke social media. Sebagian
mendapat respon yang bagus namun peserta didik yang salah dalam pelafalan, arti dsb akan
menjadi cemoohan akibatnya timbul rasa kurang percaya diri dan imbasnya cenderung tidak
menyukai pelajaran bahasa inggris.
Padahal, menurut Yusuf (2005:118), bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan
berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya, yaitu
kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Dalam hal ini guru harus dapat meminimalisir ketidaksukaan peserta didik terhadap pelajaran
bahasa, karena pentingnya bahasa dalam perkembangan berfikir mereka. Meskipun mereka

cenderung tidak suka, namun demi kepentingan mereka kedepannya guru hendaknya mencari
cara agar siswa berminat terhadap mata pelajaran bahasa inggris.
Ketidaksukaan siswa dalam kasus sma ialah karena siswa belum berpikir rasional/dewasa
dalam memilih mana yang akan berguna nantinya dan cenderung berpikir pendek, dimana saat
mendapat cemoohan akan berimbas pada minat mereka dan rasa percaya diri mereka. Guru bisa
memulai dengan motivasi dalam pelajaran bahasa inggris, seperti menceritakan pengalaman
terdahulu saat belajar bahasa inggris, atau kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa inggris pada
waktu guru masih sma. Sehingga dapat menyembuhkan problema siswa-siswa.
7

Peserta didik sma ialah masa dimana mereka tumbuh penasaran terhadap bacaan yang
mengandung erotis, fantastic dan estetik. Dan mereka akan berusaha mendapatkannya
bagaimanapun caranya unutk memuaskan keinginan tersebut. Dalam hal ini guru harus
mengarahkan siswa kea rah bacaan yang positif. Jika tidak siswa sma akan menyalurkan
keinginannya kearah negative seperti membaca majalah porno.
Perkembangan bahasa dan perilaku kognitif siswa sma membawa implikasi terhadap
pendidikan disekolah. Guru dapat membuat kelompok belajar untuk siswa guna mengatasi siswasiswa lambat dan menumbuhkan intelijen emosi mereka.
2.3. Implikasi Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan
Dalam kehidupan remaja yang masih mempunyai kelabilan dalam berpikir, remaja
cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang justru bertentangan dengan norma masyarakat

atau agamanya, seperti mengisap ganja ataupun mencuri. Dalam aspek pemahaman moral,
Sugiyo (1995: 106) menegaskan bahwa problematik dalam diri kaum muda sendiri umumnya
berpangkal pada penampilan psikis dan fisik, mereka berupaya menidentifikasi, mengimitasi diri
mereka dengan tokoh-tokoh idola mereka. Siswa yang masih serba labil dan terbuka pada
pengaruh luar yang diserap lewat media komunikasi pergaulan, misalnya kenaifan seksualitas,
upaya aktualisasi diri yang kurang mendapat tanggapan dan pengakuan, konflik sekitar
kebebasan, kurang menyadari potensi dan mengenal diri, rasa rendah diri, kurang atau tak adanya
kesempatan mengenyam pendididkan bagi sebagian kaum muda pedesaan dan mereka yang
kurang mampu, juga pengaruh dari perkawinan dini, kurangnya kesadaran dan upaya mengubah
sistem adat yang menghambat perkembangan pribadi, kesulitan sekitar perumahan, lingkungan
belajar, dan pergaulan bagi mereka yang datang dari desa kekota besar. Semuanya itu
mengakibatkan kaum muda menjadi gelisah, bingung, tidak pasti, dan masa depan suram.
Karakteristik perilaku social siswa sekolah menengah adalah adanya kecenderungan
ambivalensi keinginan menyendiri danbergaul dengan banyak teman. Serta ambivalensi antara
ingin bebas dan dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bimbingan orang tua. Siswa
sekolah menengah memiliki ketergantungan yang kuat terhadap teman sebaya, jika tidak
diarahkan secara positif hal ini dapat menimbulkan kenakalan remaja bersama gang
kelompoknya.
8

Kemudian perkembangan aspek keagamaan anak usia sekolah menengah memasuki masa
kritis dan skeptic. Dimana mereka mulai mencari dan mempertanyakan hal-hal bersifat rohaniah,
teori ketuhanan dan mencari kebenaran ajaran Tuhan. Pada tahap ini anak usia sekolah menengah
berupaya mencari pegangan social.
Implikasi perkembangan perilaku social, moral dan keagamaan anak usia sekolah menengah
adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok belajar, atau
perkumpulan remaja yang positif, mengingat remaja cenderung memiliki ketergantungan pada
teman sebaya. Penting juga bagi sekolah meyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung
kelompok-kelompok tersebut untuk mempunyai program dan tujuan mereka. Sekolah
memfasilitasi terbentuknya kelompok remaja yang dapat mengembangkan minat dan bakat
secara positif dan terstruktur. Sekolah juga hendaknya mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang ada
disekolah seperti pramuka, kelompok palang merah remaja, kelompok olahraga, kelompok seni,
kelompok pecinta alam, kegiatan kerohanian, dan kelompok lain sesuai dengan minat siswa.
Keselarasan dan kerja sama antara sekolah dan orang tua mutlak diperlukan untuk
menyelaraskan system, pendekatan, sikap dan layanan terhadap anak usia sekolah menenengah.
Kerja sama yang serupa juga harus terhubung antara orang tua, sekolah, dan lembaga masyarakat
sebagai wujud kepedulian masyarakat untuk mengembangkan potensi remaja, seperti adanya
lembaga keagamaan, lembaga kesehatan, atau lembaga swadaya masyarakat yang mencegah
kenakalan remaja seperti penyalahgunaan narkoba, penanggulangan seks bebas, pecinta
lingkungan, dan aksi peduli lingkungan social.
2.4. Implikasi Perilaku Afektif, Konatif, dan Kepribadian
Memasuki usia sekolah menengah, ada lima kebutuhan yang mulai tampak yaitu
kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, dan perwujudan diri. Reaksi
emosional mulai berubah-ubah, kecenderungan arah sikap mulai tampak, dan menghadapi masa
krisis identitas diri. Krisis identitas artinya bahwa jika kondisi psiko sosialnya menunjang maka
akan tampak identitas yang positif, sebaliknya jika tidak menunjang akan tampak identitas yang
negatif.

Ada beberapa masalah yang menyangkut dengan perilaku afektif, konatif, dan

kepribadian, yaitu:

9

1. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan kegiatan destruktif yang spontan untuk
melampiaskan ketegangan institusi emosionalnya meskipun tidak mengetahui maksud yang
sebenarnya dan tindakan tindakannya.
2. Ketidakmampuan menegakkan kata hatinya, mengakibatkan sukar terintegrasikan dan sintesa
fungsi psiko fisiknya, dan berlanjut akan sukar menentukan identitas pribadinya.
Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan peluang bagi anak usia sekolah menengah
untuk belajar bertanggung jawab serta memberi contoh perilaku keteladanan dari orang tua,
pendidik, para elit politik, dan tokoh-tokoh idola yang sesuai untuk anak usia sekolah menengah.
2.5. Implikasi Perkembangan Emosi Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan
kecerdasan emosional,salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan interverensi yang
dikemukakan

oleh

W.T

Grant

Concortium

tentang

“Unsur-unsur

Aktif

Program

Pencegahan”,yaitu sebagai berikut.
2.5.1. Pengembangan Keterampilan Emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan emosional individu
adalah :
1. Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
2. Mengungkapkan perasaan
3. Menilai intensitas perasaan
4. Mengelola perasaan
5. Menunda perasaan
6. Mengendalikan dorongan hati
7. Mengurangi stress
8. Memahami perbedaan
10

2.5.2. Pengembangan Keterampilan Kognitif
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif indivvidu
adalah sebagai berikut :
1. Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau
memperkuat perilaku diri sendiri.
2. Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial,misalnya mengenali pengaruh sosial
terhadap perilaku dan melihat diri sendiri dalam perspetif masalah yang lebih luas.
3. Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan,
misalnya mengendalikan dorongan hati

menentukan sasaran, mengidentifikasi tindakan-

tindakan alternatif, dan memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin timbul.
4. Belajar memahami sudut pandang orang lain (empati).
5. Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan tidak.
6. Belajar bersikap positif.
7. Belajar mengembangkan kesadaran diri, misalnya megembangkan harapan yang realistis
tentng diri sendiri.
2.5.3. Pengembangan Keterampilan Perilaku
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan individu adalh sebagai
berikut :
1. Mempelajari komuniaksi non-Verbal, misalnya berkomunikasi melalui pandangan mata,
ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi tubuh, dan sejenisnya.
2. Mempelajari komunikasi verbal, misalnya mengajukan permintaan dengan jelas,
mendeskripsikan sesuatu pada orang lain dengan jelas, menanggapi kritik secra efektif, menolak
pengaruh negatif, mendengarkan orang lain, dan ikut serta dalam kelompok-kelompok kegiatan
positif yang banyak menggunakan komunikasi verbal.

11

3. Belajar mengembangkan kesadaran diri,caranya adalah mengamati sendiri dan mengenali
perasaan sendiri, menghimpun kosakata untuk mengungkapkan perasaan, serta memahami
hubungan antar pikiran, perasaan, dan respon emosional.
4. Belajar mengambil keputusan pribadi,caranya adalah mencermati tindakan-tindakan dan
akibat-akibatnya, memahami apa yang menguasai suatu keputusan, pikiran dan perasaan, serta
menerapkan pemahaman ini ke masalah-masalah yang cukup berat, seperti masalah seks dan
obat terlarang.
5. Belajar mengelola perasaan, caranya adalah memantau pembicaraan sendiri untuk menangkap
pesan-pesan negatif yang terkandung didalamnya, menyadari apa yang ada dibalik perasaaan
(Misalnya,sakit hati yang mendorong amarah), menemukan cara untuk menangani rasa takut,
cemas amarah, dan kesedihan.
6. Belajar menangani stress, caranya adalah mempelajari pentingnya berolahraga, perenungan
terarah, dan metode relaksasi.
7. Belajar berempati, caranya adalah memahami perasaaan dan masalah orang lain, berpikir
dengan sudut pandang orang lain, serta menghargai perbedaaan perasaan orang lain mengenai
sesuatu.
8. Belajar berkomunikasi, caranya adalah berbicara mengenai perasaan yang secara efektif, yaitu
belajar menjadi pendengar dan penanya yang baik. Membedakan antara apa yang dilakukan atau
yang dikatakan seseorang dalam reaksi atau penilaian diri sendiri tentang sesuatu, serta
mengirimkan pesan dengan sopan dan bukannya mengumpat.
9. Belajar membuka diri, caranya adalah menghargai keterbukaan dan membina kepercayaan
dalam suatu hubungan serta mengetahui situasi yang aman untuk membicarakan tentang
perasaan diri sendiri.
10. Belajar mengembangkan pemahaman, caranya adalah mengidentifikasikan pola-pola
kehidupan emosional dan reaksi-reaksinya serta mengenali pola-pola serupa pada orang lain.

12

11. Belajar menerima diri sendiri, caranya adalah merasa bangga dan memandang diri sendiri
dari sisi positif, mengenali dan memahami kekuatan dan kelemahana diri sendiri, serta belajar
mampu untuk menertawakan diri sendiri.
12. Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi, caranya adalah belajar rela memikul
tanggung jawab, mengenali akibat-akibat dari keputusan dan tindakan pribadi, serta menindak
lanjuti komitmen yang telah dibuat dan disepakati.
13. Belajar mengembangkan ketegasan, caranya adalah dengan mengungkapkan keprihatinan
dan perasaan anda tanpa rasa marah atau berdiam diri.
14. Mempelajari dinamika kelompok, caranya adalah bekerjasama, memahami kapan dan
bagaimana memimpin, serta memahami kapan harus mengikuti.
15. Belajar menyelesaikan konflik, caranya adalah bagaimana melakukan konfrontasi secara
jujur dengan orang lain, orang tua, atau guru, serta memahami contoh penyelesaian menangmenang (win-win solution) untuk merundingkan atau menyelesaikan suatu perselisihan.
2.6. Implikasi Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri sangat menentukan dalam proses pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik. Anak yang mengalami masalah di sekolah banyak yang berhubungan dengan
konsep diri, dan pada umumnya mereka mempunyai konsep diri yang rendah. Oleh sebab itu
guru perlu melakukan berbagai usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan konsep diri
anak.
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh guru
1.Membuat siswa mendapat dukungan dari guru.Dukungan dari gfuru dapat ditunjukkan dalam
bentuk dukungan emosional, seperti ungkapan empati memberikan penghargaan atau persetujuan
pada gagasan yang dikembangkan siswa
2.Membuat siswa merasa bertanggung jawab. Misalnya dengan memberi kesempatan pada siswa
untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya.

13

3.Membuat siswa merasa mampu, yang dilakukan dengan cara menunjukkan sikap positif
terhadap kemampuan yang dimiliki siswa.
4.Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis, dapat dilakukan dengan membantu
untuk membuat tujuan sesuai dengan kemampuan siawa.
5.Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis, dapat dilakukan dengan cara membantu
mereka menilai prestasi secara realistis.
6.Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis. Dapat dilakukan dengan
memberikan dorongan kepada siswa agar bangga atas prestasi yang telah dicapainnya.
2.7. Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan
Tugas-Tugas perkembangan remaja harus dapat diselesaikan dengan baik, karena akan
membawa implikasi penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam rangka membantu remaja
tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Sekolah dan perguruaan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatankegiatan non akademik melalui berbagai perkumpulan, misalnya perkumpulan penggemar
olahragaa sejenis, kesenian dan lain-lain.
2. Apabila ada remaja putra atau putri bertingkah laku yang tidak sesuai dengan jenis
kelaminnya, mereka perlu dibantu melalui bimbingan dan konseling.
3. Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba dalam kegiatan
kelompoknya sendiri.Perlu diberikan penjelasan melalui bidang studi biologi dan ilmu
kesehatan bahwa pada diri remaja sedang terjadi perubahan jasmani yang bervariasi.
4. Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerhaan yan sesuai dengan minat
dan keiginannya, sesuai dengan sistem kemasyarakatan yang dianutnya,dan membantu siswa
mendapatkan pendidikan yang bermanfaat untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan.
Havighurst mendefinisikan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau
sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan fase
bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya.Akan
tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan esulitan dalam menghadapi tugastugas berikutnya.
Ada sejumlah tugas perkembangan remaja yang penting, yaitu:

14

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
Mencapai peran sosial pria dan wanita
Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan secara efektif.
Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.
Mencapai jaminan kebebasan ekonomis
Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan
Persiapan untuk memasuki kehidupan bekeluarga
Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi

kewarganegaraan
i. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku.

Bab III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis. Fisik
atau tubuh manusia

merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan.

Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem syaraf, otototot, kelenjar
endokrin dan struktur/fisik tubuh. Hal ini juga berkaitan erat dengan perkembangan bahasa dan
perilaku kognitif siswa yang membawa implikasi terhadap pendidikan disekolah. Penting juga
bagi sekolah meyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung kelompokkelompok tersebut
15

untuk mempunyai program dan tujuan mereka.Implikasi perkembangan perilaku social, moral
dan keagamaan anak usia sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam
bentuk kelompokkelompok belajar, atau perkumpula remaja yang positif. Pengembangan emosi
peserta didik juga sangat erat kaitannya dengan faktorfaktor perubahan jasmani, perubahan
dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dengan temantemannya,
perubahan pandangan luar dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu,
perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi dan pasti dapat
terjadi.

Daftar Pustaka
Syarif, Kemali. 2015. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Unimed Press
Sumantri. M. Nana Sayodih. 2004. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Rosda Karya, cet-5,
2004

16