MENENTUKAN TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DE (1)

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH
MENENTUKAN TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENGAN INDEKS
WARNA HARDEN
DOSEN PENGAMPU : ARIF ASHARI, M. Sc

DISUSUN OLEH :
NAMA
NIM
KELAS/KELOMPOK
ASISTEN PRAKTIKUM

: AISYAH NURUL LATHIFAH
: 15405241014
: A/01
: DEWI RAHMAWATI

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
I.


JUDUL
116

Menentukan Tingkat Perkembangan Tanah Dengan Indeks Warna Harden.
II.

TUJUAN
Menentukan Tingkat Perkembangan Tanah Dengan Indeks Warna Harden.

III. DASAR TEORI
Warna tanah

dalam Sugiharyanto, dkk (2009:53) ditentukan

dengan

membandingkan warna tanah tersebut dengan warna standar pada buku
Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga variabel, yaitu:
(1) hue, (2) value, dan (3) chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan

sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya
warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan
kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefinisikan juga
sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan
warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya (19).
Hue dalam Sugiharyanto, dkk (2009:53) dibedakan menjadi 10 warna,
yaitu: (1) Y (yellow = kuning), (2) YR (yellow-red), (3) R (red = merah), (4) RP
(red-purple), (5) P (purple = ungu), (6) PB (purple-brown), (7) B (brown =
coklat), (8) BG (grown-gray), (9) G (gray = kelabu), dan (10) GY (grayyellow). Selanjutnya setiap warna ini dibagi menjadi kisaran hue sebagai
berikut: (1) hue = 0 – 2,5; (2) hue = 2,5 –5,0; (3) hue = 5,0 – 7,5; (4) hue =
7,5 – 10. Nilai hue ini dalam buku hanya ditulis: 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; dan 10.
Berdasarkan buku Munsell Soil Color Chart dalam Sugiharyanto, dkk
(2009:54) nilai Hue dibedakan menjadi: (1) 5 R; (2) 7,5 R; (3) 10 R; (4) 2,5
YR; (5) 5 YR; (6) 7,5 YR; (7) 10 YR; (8) 2,5 Y; dan (9) 5 Y, yaitu mulai dari
spektrum dominan paling merah (5 R) sampai spektrum dominan paling kuning
(5 Y), selain itu juga sering ditambah untuk warna-warna tanah tereduksi (gley)
yaitu: (10) 5 G; (11) 5 GY; (12) 5 BG; dan (13) N (netral).
Value dalam Sugiharyanto, dkk (2009:54) dibedakan dari 0 sampai 8, yaitu
makin tinggi value menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang
dipantulkan). Nilai


value pada lembar buku Munsell Soil Color Chart

117

terbentang secara vertikal dari bawah ke atas dengan urutan nilai 2; 3; 4; 5; 6; 7;
dan 8. Angka 2 paling gelap dan angka 8 paling terang.
Chroma dalam Sugiharyanto, dkk (2009:54) juga dibagi dari 0 sampai 8,
dimana makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau kekuatan
warna spektrum makin meningkat. Nilai chroma pada lembar buku Munsell
Soil Color Chart dengan rentang horizontal dari kiri ke kanan dengan urutan
nilai chroma: 1; 2; 3; 4; 6; 8. Angka 1 warna tidak murni dan angka 8 warna
spektrum paling murni.
Proses perkembangan tanah adalah berkembangnya fase pembentukan
tanah setelah masa pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik.
Berdasarkan pada kondisi tanah tersebut maka proses perkembangannya dapat
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu proses perkembangan tanah asasi dan proses
perkembangan tanah khas (Sugiharyanto, dkk, 2009:30).
Tingkat perkembangan tanah dapat ditentukan berdasarkan indeks warna
Buntley-Westin,Hurts, dan Harden serta indeks profil. Indeks warna BuntleyWestin mengkonversi nilai hue dengan angka (10YR = 1, 7,5YR=2, 5YR=3,

2,5YR=4). Kemudian angka konversi hue tersebut dikalikan dengan
chromanya. Dari hasil perolehan nilai kemudian dibuat skor untuk dijumlah dan
dikelompokan ke dalam tingkat perkembangan tanah dengan 3 tingkat.
Berdasarkan

indeks

warna

Buntley-Westin

maka

diketahui

tingkat

perkembangan tanahnya bahwa semakin besar nilai indeks warna BuntleyWestin profil tanah semakin berkembang (Sartohadi, dkk, 2004:17-19).
Karena proses perkembangan tanah yang terus berjalan, maka bahan induk
tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.

Menurut Hardjowigeno (1993) dalam Anonim (2011), ciri dari tingkat
perkembangan tanah adalah sebagai berikut :
a.

Tanah muda (perkembangan awal). Terjadi proses pembentukan tanah
terutama proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral, pencampuran

118

bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan
struktur tanah karena pengaruh dari bahan organik tersebut (sebagai
b.

perekat). Hasilnya adalah pembentukan horison A dan horison C.
Tanah dewasa (perkembangan sedang). Dimana pada proses lebih lanjut
terbentuk horison B akibat penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke
lapisan bawah, atau terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau
perubahan warna yang menjadi lebih cerah dari pada horison C di
bawahnya. Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi
tinggi karena unsur hara dalam tanah cukup tersedia sebagai hasil dari


c.

pelapukan mineral, sedangkan pencucian hara lebih lanjut.
Tanah tua (perkembangan lanjut), dengan meningkatnya unsur hara maka
proses pembentukan profil tanah berjalan lebih lanjut sehingga terjadi
perubahan yang nyata pada horison A dan horison B. Tanah menjadi sangat
masam, sangat lapuk, dan kandungan bahan organik lebih rendah daripada
tanah dewasa.
Taksonomi tanah menurut Marpaung (2008) dalam Anonim (2011) adalah

cabang dari klasifikasi tanah. Dalam taksonomi tanah 2010 disajikan secara
lengkap tentang prosedur pengelompokan tanah mulai dari kategori tinggi
sampai kategori rendah. Prosedur taksonomi tanah adalah mengikuti :
1. Deskripsi profil tanah.
2. Penentuan horison penciri (epipedon dan horizon bawah penciri).
3. Penentuan sifat-sifat lain.
4. Pemakaian kunci taksonomi dengan urutan : ordo (ada 12 ordo), sub ordo,
kelompok besar (great group), anak kelompok (sub group), keluarga
(family) dan seri.

Horison penciri digunakan untuk mengklasifikasikan ke dalam ordo.
Horison penciri yang terbentuk di permukaan dinamakan dengan epipedon.
Horison penciri yang langsung di bawahnya dan dapat diamati dinamakan
dengan horison bawah penciri (Darmawijaya, 1992). Menurut Taksonomi Tanah
2010 terdapat 8 epipedon penciri yaitu : mollik, antropik, umbrik, folistik,
histik, melanik, okrik dan plagen. Pada taksonomi tanah 2010, terdapat 19

119

horison bawah penciri yaitu : horison agrik, albik, argilik, duripan, fragipan,
glosik, gipsik, kalsik, kandik, kambik, natrik, orstein, oksik, petrokalsik,
petrogipsik, placik, salik, sombrik dan spodik. Berdasarkan Keys to Soil
Taxonomy 2010, ordo tanah terdiri atas 12 ordo, yaitu :
A. Gelisol
Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku) dan bahan-bahan
gelik yang berada didalam 100 cm dari permukaan tanah.
B. Histosol
Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60% atau lebih
ketebalan diantara permukaan tanah dan kedalaman 60 cm.
C. Spodosol

Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50% atau lebih dari
setiap pedon, dan regim suhu cryik.
D. Andisol
Ordo tanah yang mempunyai sifat-sifat andik pada 60% atau lebih dari
ketebalannya.
E. Oksisol
Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang
mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan
F.

kandungan liat sebesar 40% atau lebih dalam fraksi tanah.
Vertisol
Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih, dengan batas
atas didalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang
kilir atau ped berbentuk baji dan rata-rata kandungan liat dalam fraksi

tanah halus sebesar 30% atau lebih.
G. Aridisol
Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon okrik
dan antropik atau horison salik dan jenuh air pada satu lapisan atau lebih di

dalam 100 cm dari permukaan tanah selama satu bulan atau lebih.
H. Ultisol
Tanah lain yang memiliki horison argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan
I.

dan kejenuhan basa sebesar kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm.
Mollisol
Tanah lain yang memiliki epipedon mollik dan kejenuhan basa sebesar
50% atau lebih pada keseluruhan horison.
120

J.

Alfisol
Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison
argilik, kandik, natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis
setebal 1 mm atau lebih di beberapa bagian.

IV.


ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
a. Data Munsell Soil Color Chart yang telah diketahui ketebalan horison dan
b.

V.

konversinya untuk dihitung kelas intervalnya.
Alat tulis untuk mencatat.

LANGKAH KERJA
Dalam praktikum pada kesempatan kali ini, langkah kerja yang digunakan
adalah antara lain sebagai berikut :
a. Memperhatikan nilai yang terdapat pada setiap warna tanah dari sampel

d.

yang diamati.
Mencatat nilai yang diperoleh.
Mengkonversikan nilai hue ke dalam nilai konversi Harden.

2,5 YR
= 40
5 YR
= 30
7,5 YR
= 20
10 YR
= 10
Mengalikan nilai konversi dengan tebal masing-masing horison sehingga

e.

diperoleh ZA dan ZB.
Memasukkan hasil perkalian di langkah sebelumnya, dibagi dengan

f.

ketebalan masing-masing horison tanah dengan rumus
Memasukkan ke dalam rumus Harden untuk menentukan indeks warna

b.
c.

Harden :

( Z A ) +(Z B)
(Tebal A B)
g. Menentukan kelas interval untuk mengetahui tngkat perkembangan tanah.
Skor tertinggi−Skor terendah
Kelas Interval=
Jumlah kelas(3)
Harden=

VI.

HASIL PRAKTIKUM
Tabel 2.1 Data sampel tingkat perkembangan tanah dengan indeks warna
Harden.

121

Nama

H.

H.

H.

H.

H.

Sampel

A
10

B
10

C

D

E

Profil I

YR YR

-

-

-

Profil II

Profil III

Profil IV

Profil V

2/1

4/1

10

10

T.HA

T.HB

T.HC

T.HD

T.HE

-

20 cm

60 cm

-

-

-

-

20 cm

50 cm

30 cm

-

-

20 cm

40 cm

40 cm

50 cm

40 cm

25 cm

40 cm

45 cm

45 cm

-

30 cm

35 cm

35 cm

50 cm

65 cm

10

YR YR YR
3/1

3/2

4/2

5

5

5

7,5

YR YR YR YR
4/2

4/2

5/3

5/3

7,5

7,5

7,5

10

7,5
YR

YR YR YR YR
3/2

4/2

5/3

5/3

7,5

7,5

7,5

7,5

5

YR YR YR YR YR
4/2

5/2

5/3

4/3

5/3

Tabel 2.2 Hasil perhitungan konversi dan indeks warna Harden.
Nama

Konversi

Konversi

Konversi

Konversi

Konversi

Sampel
Profil I
Profil II
Profil III
Profil IV
Profil V

A
200
200
600
500
600

B
600
500
1.200
800
700

C
300
1.200
900
700

D
1.000
45
1000

E
800
1.950

Skor tertinggi−Skor terendah
3
25,26−10
Kelas Interval=
3
Kelas Interval=5,09
Kelas Interval=

Tabel 2.3 Pembagian perkembangan tanah.

122

Harden
10
10
25,26
17,01
23,02

Tingkat Perkembangan

Indeks Warna

Tanah
Belum berkembang
Sedang berkembang
Berkembang lanjut

Harden
10 – 15,09
15,1 – 20,19
20,20 – 25,26

Tabel 2.4 Pembagian tingkat perkembangan tanah menggunakan indeks warna
Harden.
Lokasi Profil Tanah

Indeks Warna Harden

Profil I
Profil II
Profil III
Profil IV
Profil V

10
10
25,26
17,01
5,09

Tingkat Perkembangan
Tanah
BB
BB
BL
SB
BL

VII. PEMBAHASAN PRAKTIKUM
1. Profil I
0 cm
Lapisan I
10 YR2/1
20 cm
Lapisan II
10 YR4/1
80 cm

Horison A :
Horison B
Konversi 10 = 10
Konversi 10 = 10
Tebal Horison = 20
Tebal Horison = 60
= 10 x 20
= 10 x 600
= 200
= 600
( Z A ) +(Z B)
Harden=
(Tebal A B)
200+600
Harden=
80
Harden=10
Tanah pada profil I memiliki indeks tanah yang belum berkembang
dengan indeks warna Harden 10. Pada dasar teori di atas, menyatakan
123

bahwa tanah tersebut terjadi melalui proses pembentukan tanah terutama
proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral. Pencampuran bahan
organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur
tanah karena pengaruh dari bahan organik tersebut (sebagai perekat).
Hasilnya adalah pembentukan horison A dan horison C. Tanah ini memiliki
hue 10, value 2 dan 4, dan chroma 1. Berdasarkan dasar teori di atas, YR
menunjukan bahwa tanah tersebut berwarna yellow-red, makin tinggi value
menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang dipantulkan),
dan dimana makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau
kekuatan warna spektrum makin meningkat. Tanah ini memiliki warna
yang memiliki tingkat kecerahannya rendah sampai dengan sedang, yaitu 2
dan 4 dari 0 sampai dengan 8 sehingga dapat dikatakan bahwa tanah ini
memiliki kandungan bahan organik yang baik pada lapisan I dan
kandungan organik yang cukup pada lapisan II. Namun dalam lapisan I dan
II dapat dikatakan tidak subur karena pada lapisan I memiliki tekstur pasir
yang memiliki rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan gulungan, serta
tidak melekat. Struktur tanah pada lapisan I berbutir tunggal dan lemah
yaitu tipe struktur yang khas pada tanah bertekstur pasir. Rendahnya kadar
lempung dan organik di dalam tanah bertekstur pasir menyebabkan tidak
adanya gaya ikat antarpartikel pair sehingga tidak membentuk agrerat
tanah. Sedangkan konsistensinya yaitu lepas atau tidak ada ikatan butirbutir tanah yang menunjukkan kurangnya kadar air dalam tanah yang
mengikat. Sedangkan pada lapisan II teksturnya pasir kasar, struktur tanah
di lapisan ini berbutir tunggal dan sangat lemah, serta lepas dan tidak lekat
atau tanah tidak melekat pada jari tangan, langsung jatuh ketika pijitan
2.

dibuka.
Profil II

0 cm
Lapisan I
10 YR3/1
Lapisan II
10 YR3/2
Lapisan III
10 YR4/2

20 cm
124

70 cm
100 cm
Horison A :
Horison B
Konversi 10 = 10
Konversi 10 = 10
Tebal Horison = 20
Tebal Horison = 50
= 10 x 20
= 10 x 50
= 200
= 600
Horison C :
Konversi 10 = 10
Tebal Horison = 30
= 10 x 30
= 300
( Z A ) +(Z B)+(ZC )
Harden=
(Tebal A B C)
200+500+300
Harden=
100
Harden=1 0
Tanah pada profil II memiliki indeks tanah yang belum berkembang
dengan indeks warna Harden 10. Pada dasar teori di atas, menyatakan
bahwa tanah tersebut terjadi melalui proses pembentukan tanah terutama
proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral. Pencampuran bahan
organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur
tanah karena pengaruh dari bahan organik tersebut (sebagai perekat).
Hasilnya adalah pembentukan horison A dan horison C. Tanah ini memiliki
warna yang memiliki tingkat kecerahannya agak rendah sampai dengan
sedang, yaitu 3 dan 4 dari 0 sampai dengan 8 sehingga dapat dikatakan
bahwa tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang cukup pada
lapisan A, B, dan C. Tanah pada profil II dapat dikatakan tidak subur
karena lapisan I memiliki tekstur pasir sedang yang memiliki rasa kasar
jelas, tidak membentuk bola dan gulungan, serta tidak melekat. Struktur
tanah pada lapisan I remah dan lemah membulat atau banyak sisi, relatif
bukan ped, dan masing-masing butir struktur bersifat porus. Sedangkan
125

konsistensinya sangat gembur atau Bila dipijit mudah hancur. Pada lapisan
II teksturnya pasir sedang, struktur tanah di lapisan ini berbutir tunggal dan
lemah yaitu tipe struktur yang khas pada tanah bertekstur pasir. Rendahnya
kadar lempung dan organik di dalam tanah bertekstur pasir menyebabkan
tidak adanya gaya ikat antarpartikel pair sehingga tidak membentuk agrerat
tanah, serta sangat gembur dan tidak lekat atau tanah tidak melekat pada
jari tangan, langsung jatuh ketika pijitan dibuka. Sedangkan tanah pada
lapisan ke-3 memiliki tekstur pasir kasar, struktur tanah di lapisan ini
berbutir tunggal dan sangat lemah, serta konsitensinya lepas dan tidak
lekat.

3.

Profil III

0 cm
Lapisan I
5 YR4/2
Lapisan II
5 YR
Lapisan III

20 cm
60 cm

4/2

5 YR5/3
Lapisan IV
7,5 YR5/3
Lapisan V
7,5 YR

100 cm
150 cm
190 cm

Horison A :
Konversi 5
= 30
Tebal Horison = 20
= 30 x 20

Horison B
Konversi 5
= 30
Tebal Horison = 40
= 30 x 40

126

= 600
= 1.200
Horison C :
Horison D :
Konversi 5
= 30
Konversi 7,5 = 20
Tebal Horison = 40
Tebal Horison = 50
= 30 x 40
= 20 x 50
= 1.200
= 1.000
Horison E :
Konversi 7,5 = 20
Tebal Horison = 40
= 20 x 40
= 800
( Z A ) + ( Z B ) + ( ZC ) + ( ZC ) + ( ZD )+( ZE)
Harden=
(Tebal A B C DE)
600+1.200+1.200+1.0 00+ 800
Harden=
19 0
Harden=25,26
Tanah pada profil III memiliki indeks tanah yang berkembang lanjut
dengan indeks warna Harden 25,26. Pada dasar teori di atas, menyatakan
bahwa tanah ini terjadi peningkatan unsur hara pada proses pembentukan
profil tanah berjalan lebih lanjut sehingga terjadi perubahan yang nyata
pada horison A dan horison B. Tanah menjadi sangat masam, sangat lapuk,
dan kandungan bahan organik lebih rendah daripada tanah dewasa.
Akumulasi liat atau seskuioksida di horison B sangat nyata sehingga
membentuk horison argilik (Bt). Apabila terjadi penimbunan liat, maka
horison E tidak terbentuk, sedang di horison B tidak terjadi seskuioksida,
tetapi pelapukan akan berjalan terus menerus dan banyaklah terbentuk
oksidaoksida besi dan aluminium. Tanah ini memiliki hue 5 (lapisan I
sampai dengan III) dan 7,5 (lapisan IV dan V), value 4 (lapisan I), 4
(lapisan II), 5 (lapisan III), dan 5 (lapisan IV), serta chroma 2 (lapisan I), 2
(lapisan II), 3 (lapisan III), dan 3 (lapisan IV). Berdasarkan dasar teori di
atas, YR menunjukan bahwa tanah tersebut berwarna yellow-red, makin
tinggi value menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang
dipantulkan), dan dimana makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian
spektrum atau kekuatan warna spektrum
127

makin meningkat. Tanah ini

memiliki warna yang memiliki tingkat kecerahannya rendah sampai agak
rendah, yaitu 2 dan 3 dari 0 sampai dengan 8 sehingga dapat dikatakan
bahwa tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang baik pada lapisan
I sampai dengan IV. Sedangkan pada lapisan V, lapisan ini tidak memiliki
value dan chroma. Tanah pada profil III dapat dikatakan cukup subur
karena lapisan I memiliki tekstur geluh berdebu yang memiliki rasa licin,
membentuk bola agak teguh dan gulungan, permukaan mengkilat, serta
agak melekat.. Struktur tanah pada lapisan I remah dan sedang membulat
atau banyak sisi, relatif bukan ped, dan masing-masing butir struktur
bersifat porus. Sedangkan konsistensinya agak teguh dan lekat yang
menandakan bahwa pada tanah tersebut terdapat adhesi tanah karena jika
dipijit memapar di ibu jari. Pada lapisan II teksturnya geluh berlempung
yaitu memiliki rasa agak licin, membentuk bola agak teguh, membentuk
gulungan jika dipijit, namun gulungan mudah hancur, serta melekat.
Struktur tanah di lapisan ini gumpal dan kuat yaitu dengan ciri sumbu
vertikal sama dengan sumbu horizontal, serta memiliki konsistensi yang
teguh atau bila dipijit agak sukar hancur, lekat dan plastis. Sedangkan tanah
pada lapisan ke-3 memiliki tekstur lempung rasa berat, membentuk bola
dengan baik serta melekat sekali. Struktur tanah di lapisan ini gumpal dan
kuat, serta konsitensinya teguh dan sangat lekat atau adhesi yang terdapat
dalam tanah jika menempel di ibu jari dan telunjuk sukar dilepaskan. Pada
lapisan ke-4 memiliki tekstur geluh berlempung. Struktur tanah di lapisan
ini gumpal dan kuat, serta konsitensinya sangat teguh atau bila ditekan
yang kuat dan tangan terasa sakit baru hancur derta sangat lekat. Pada
lapisan ke-5 memiliki tekstur geluh lempung berpasir yaitu rasa halus
dengan sedikit bagian agak kasar, membentuk bola agak teguh, membentuk
gulungan yang mudah hancur, serta agak melekat. Struktur tanah di lapisan
ini prismatik dan kuat yang memiliki ciri vertikal lebih panjang dari sumbu
horizontal dan sisi atas membulat, serta konsitensinya teguh dan lekat.
128

4. Profil IV
0 cm
Lapisan I
7,5 YR3/2
Lapisan II

25 cm

7,5 YR4/2
Lapisan III

65 cm

7,5 YR5/3
Lapisan IV

110 cm

10 YR5/3

155 cm

Horison A :
Horison B
Konversi 7,5 = 20
Konversi 7,5 = 20
Tebal Horison = 25
Tebal Horison = 40
= 20 x 25
= 20 x 40
= 500
= 800
Horison C :
Horison D :
Konversi 7,5 = 20
Konversi 10 = 10
Tebal Horison = 45
Tebal Horison = 45
= 20 x 45
= 10 x 45
= 900
= 450
( ZA ) + ( Z B ) + ( ZC ) + ( ZC ) + ( ZD )
Harden=
(Tebal A BC D)
5 00+8 00+1.200+ 9 00+45 0
Harden=
155
Harden=17,0 1
Tanah pada profil IV memiliki indeks tanah yang sedang berkembang
dengan indeks warna Harden 17,01. Pada dasar teori di atas, menyatakan
bahwa dimana tanah ini pada proses lebih lanjut terbentuk horison B akibat
penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke lapisan bawah, atau
terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau perubahan warna yang
menjadi lebih cerah dari pada horison C di bawahnya. Pada tingkat ini
tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur hara dalam
tanah cukup tersedia sebagai hasil dari pelapukan mineral, sedangkan
pencucian hara lebih lanjut. Tanah ini memiliki hue 7,5 (lapisan I sampai
dengan III) dan 10 (lapisan IV), value 3 (lapisan I), 4 (lapisan II), 5 (lapisan
129

III), dan 5 (lapisan IV), serta chroma 2 (lapisan I), 2 (lapisan II), 3 (lapisan
III), dan 3 (lapisan IV). Berdasarkan dasar teori di atas, YR menunjukan
bahwa

tanah

tersebut

berwarna

yellow-red,

makin

tinggi

value

menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang dipantulkan),
dan dimana makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau
kekuatan warna spektrum makin meningkat. Tanah ini memiliki warna
yang memiliki tingkat kecerahannya agak rendah, sedang, hingga agak
tinggi yaitu 3, 4 dan 5 dari 0 sampai dengan 8 sehingga dapat dikatakan
bahwa tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang baik pada lapisan
I, cukup baik pada lapisan II sampai IV. Tanah pada profil IV dapat
dikatakan cukup subur karena lapisan I memiliki tekstur geluh berlempung
yang mempunyai rasa agak licin, membentuk bola agak teguh, membentuk
gulungan jika dipijit, namun gulungan mudah hancur, serta melekat..
Struktur tanah pada lapisan I remah dan sedang membulat atau banyak sisi,
relatif bukan ped, dan masing-masing butir struktur bersifat porus.
Sedangkan konsistensinya gembur atau bila dipijit agak kuat, baru hancur
dan agak lekat yang menandakan bahwa ada sedikit adhesi tanah pada jari
yang mudah dilepas lagi. Pada lapisan II teksturnya geluh yang mempunyai
rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh yang dapat sedikit
di gulung, permukaan mengkilat, serta agak melekat. Struktur tanah di
lapisan ini gumpal dan sedang yaitu dengan ciri sumbu vertikal sama
dengan sumbu horizontal, serta memiliki konsistensi yang agak teguh dan
agak lekat. Sedangkan tanah pada lapisan ke-3 memiliki tekstur geluh
berdebu yang mempunyai rasa licin, membentuk bola agak teguh dan
gulungan, permukaan mengkilat, serta agak melekat. Struktur tanah di
lapisan ini gumpal dan sedang, serta konsitensinya agak teguh dan agak
lekat. Pada lapisan ke-4 memiliki tekstur pasir bergeluh yang mempunyai
rasa kasar sangat jelas, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta
sedikit sekali melekat. Struktur tanah di lapisan ini pejal (massif) dan
130

sedang yaitu bertipikal pada tanah bertekstur lempung. Ikatan antarpartikel
begitu kuat sehingga membentuk gumpalan-gumpalan besar yang sulit
untuk ditembus oleh akar. Tipe pejal merupakan kesatuan ikatan-ikatan
partikel tanah yang mampat, serta konsitensinya sangat agak teguh dan
agak lekat.
Profil V

5.
0 cm
Lapisan I
7,5 YR4/2
Lapisan II
7,5 YR5/2
Lapisan III

30 cm
65 cm

7,5 YR5/3
Lapisan IV

100 cm

7,5 YR4/3
Lapisan V

150 cm

5 YR5/3

210 cm

Horison A :
Horison B
Konversi 7,5 = 20
Konversi 7,5
Tebal Horison = 30
Tebal Horison
= 20 x 30
= 600
Horison C :
Horison D :
Konversi 7,5 = 20
Konversi 7,5
Tebal Horison = 35
Tebal Horison
= 20 x 35
= 700
Horison E :
Konversi 5
= 30
Tebal Horison = 65
= 30 x 65
= 1.950
( ZA ) + ( Z B ) + ( ZC ) + ( ZC ) + ( ZD ) +(ZE)
Harden=
(Tebal A BCDE)
600+7 00+7 00+1.000+1.95 0
Harden=
215
131

= 20
= 35
= 20 x 35
= 700
= 20
= 50
= 20 x 50
= 1.000

Harden=2 3,02
Tanah pada profil V memiliki indeks tanah yang belum berkembang
dengan indeks warna Harden 5,09. Pada dasar teori di atas, menyatakan
bahwa tanah tersebut terjadi melalui proses pembentukan tanah terutama
proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral. Pencampuran bahan
organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur
tanah karena pengaruh dari bahan organik tersebut (sebagai perekat).
Hasilnya adalah pembentukan horison A dan horison C. Tanah ini memiliki
hue 7,5 (lapisan I sampai dengan IV) dan 5 (lapisan V), value 4 (lapisan I),
5 (lapisan II), 5 (lapisan III), 4 (lapisan IV), dan 5 (lapisan V), serta
chroma 2 (lapisan I), 2 (lapisan II), 3 (lapisan III), 3 (lapisan IV), dan 3
(lapisan V). Berdasarkan dasar teori di atas, YR menunjukan bahwa tanah
tersebut berwarna yellow-red, makin tinggi value menunjukkan warna
makin terang (makin banyak sinar yang dipantulkan), dan dimana makin
tinggi chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau kekuatan warna
spektrum

makin meningkat. Tanah ini memiliki warna yang memiliki

tingkat kecerahannya sedang hingga agak tinggi yaitu 4 dan 5 dari 0 sampai
dengan 8 sehingga dapat dikatakan bahwa tanah ini memiliki kandungan
bahan organik yang baik pada lapisan I sampai dengan V. Tanah pada profil
V dapat dikatakan cukup subur karena lapisan I memiliki tekstur geluh
berlempung yang mempunyai rasa agak licin, membentuk bola agak teguh,
membentuk gulungan jika dipijit, namun gulungan mudah hancur, serta
melekat. Struktur tanah pada lapisan I remah dan sedang membulat atau
banyak sisi, relatif bukan ped, dan masing-masing butir struktur bersifat
porus. Sedangkan konsistensinya teguh atau bila dipijit agak sukar hancur
dan lekat yang menandakan bahwa ada ada adhesi tanah pada ibu jari dan
jika dipijit memapar. Pada lapisan II teksturnya geluh berlempung. Struktur
tanah di lapisan ini gumpal dan kuat yaitu dengan ciri sumbu vertikal sama
dengan sumbu horizontal, serta memiliki konsistensi yang teguh dan lekat.
132

Sedangkan tanah pada lapisan ke-3 memiliki tekstur geluh berlempung
Struktur tanah di lapisan ini gumpal dan kuat dengan ciri vertikal lebih
panjang dari sumbu horizontal dan sisi atas membulat, serta konsitensinya
teguh dan lekat. Pada lapisan ke-4 memiliki tekstur geluh berlempung
Struktur tanah di lapisan ini prismatik dan kuat dengan ciri vertikal lebih
panjang dari sumbu horizontal dan sisi atas membulat, serta konsitensinya
teguh dan lekat. Sedangkan lapisan ke-5 memiliki tekstur geluh berdebu
yang mempunyai rasa licin, membentuk bola agak teguh dan gulungan,
permukaan mengkilat, serta agak melekat. Struktur tanah di lapisan ini
prismatik dan sedang, serta konsitensinya teguh dan lekat.

VIII. KESIMPULAN
1. Profil pertama dan kedua memiliki tingkat perkembangan belum
2.
3.
4.

berkembang.
Profil ketiga dan kelima memiliki tingkat perkembangan lanjut.
Profil keempat memiliki tingkat perkembangan yang sedang berkembang.
Profil pertama sampai dengan profil terakhir memiliki kandungan bahan

5.

organik yang cukup baik apabila dilihat dari nilai valuenya.
Profil pertama dan kedua dapat dikatakan kurang subur dilihat dari tekstur,

6.

struktur, dan konsistensi tanahnya.
Profil ketiga sampai dengan kelima memiliki tekstur, struktur, dan
konsistensi yang mendukung kesuburan tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Taksonomi Tanah 2010. Universitas Sumatera Utara. Diakses
pada tanggal 14 April 2016 di www.repository.usu.ac.id
Anonim. 2011. Tingkat Perkembangan Tanah. Universitas Sumatera Utara. Diakses
pada tanggal 10 April 2016 di www.repository.usu.ac.id
Darmawijaya, Isa. 1992. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: UGM PRESS.

133

Sartohadi, Junun, dkk. 2004. Korelasi Spasial antara Tingkat Perkembangan Tanah
dengan Tingkat Kerawanan Gerakan Massa di DAS Kayangan Kabupaten
Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Forum Geografi vol. 18 no.1.
Sugiharyanto, dkk. 2009. Diktat Mata Kuliah Geografi Tanah (PGF-207).
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

134