UPAYA MENINGKATKAN FUNGSI PENGAWASAN DEW (1)

UPAYA MENINGKATKAN FUNGSI PENGAWASAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh: Bambang Wahyu Nugroho, S.IP., M.A.1

A. Pengantar
Berdasarkan peraturan perundangan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memiliki tiga fungsi
pokok, yakni (1) Legislasi; (2) Anggaran, dan (3) Pengawasan.2 Kedua fungsi yang pertama
(legislasi dan anggaran) sudah semakin mapan dengan terbentuknya Alat Kelengkapan
Dewan (AKD) berupa Badan Legislasi (Ban-Leg) dan Badan Anggaran (Ban-Gar). Namun
hingga saat ini peningkatan fungsi pengawasan supaya lebih terlembaga tampaknya belum
menjadi perhatian. Padahal dalam rangka mengawasi agar penyelenggaraan pemerintahan
daerah senantiasa memenuhi kaidah-kaidah pemerintahan yang bersih (clean government)
dan tata pemerintahan yang baik (good governance), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
memerlukan optimalisasi fungsi pengawasan tersebut.
Secara peraturan perundangan, dasar hukum untuk pelembagaan fungsi pengawasan itu
sesungguhnya cukup banyak, antara lain:


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor



37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4277);
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan
Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4310);

1 Anggota Kelompok Pakar Pendamping Pimpinan DPRD DIY yang diangkat berdasarkan SK Sekretaris DPRD
DI Yogyakarta Nomor 29/SK.SEKRET/DPRD/2015 Tanggal 5 Pebruari 2015. Tulisan ini dibuat sebagai bahan
masukan bagi Pimpinan DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta. Disampaikan melalui Sekretariat DPRD Daerah
Istimewa Yogyakarta pada tanggal 9 Maret 2015.
2 UU No 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Lihat pasal 61.

Halaman 1 dari 11




Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5);



Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66);



Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);



Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33);



Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan
Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4417);



Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005, tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4540);



Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005, tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata
Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4569);



Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; dan,



Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20).

Halaman 2 dari 11

B. Hakikat dan Sifat Pengawasan (oleh) DPRD
Pada hakikatnya fungsi pengawasan oleh lembaga perwakilan rakyat, dalam hal ini DPRD
DIY, tidak terpisah dari dua fungsi lainnya (legislasi dan anggaran) dan merupakan jaminan

politik bagi berjalannya kekuasaan pemerintahan (eksekutif) agar tetap berada pada koridor
hukum dan perundang-undangan sekaligus berkinerja dan berprestasi tinggi dalam
menjalankan dan melaksanakan aspirasi (amanat penderitaan) rakyat (clean government dan
good govenance). Di dalam UU No 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR, DPD, dan DPRD, pada pasal 62 ayat 1 huruf (c) disebutkan bahwa Tugas dan
Wewenang DPRD Propinsi yakni, (c) “melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan gubernur, APBD,
kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan
kerjasama internasional di daerah.”3 Masalahnya terletak pada belum berimbangnya
perhatian terhadap fungsi pengawasan ini dibanding kedua fungsi lainnya, sehingga DPRD
belum dapat menjalankan secara efektif pelaksanakan fungsi pengawasan tersebut, bahkan
dapat dikatakan pengawasan oleh DPRD sangat lemah. Belum lagi kelemahan tersebut
ditunjang oleh kapasitas anggota DPRD serta moral hazard yang acapkali terjadi hingga
menimbulkan istilah “mustahil membersihkan dengan sapu yang kotor.”
Salah satu indikasi lemahnya fungsi pengawasan tersebut yakni masih terjadinya hal-hal
antara lain sebagai berikut:






Inefektivitas kinerja pemerintah eksekutif
Inefisiensi sumber daya, terutama anggaran;
Penyalahgunaan wewenang;
Kebijakan publik yang tidak memberikan manfaat jelas, atau bahkan merugikan, bagi



masyarakat; dan,
Korupsi, kolusi, dan nepotisme di berbagai sektor dan lini lembaga-lembaga publik.

Fungsi pengawasan tersebut selama ini tidak hanya belum terlembaga dengan baik, namun
juga kadang diselewengkan menjadi sebentuk ‘pengawasan’ yang dilakukan tidak secara
terlembaga dan dengan maksud-maksud untuk kepentingan pribadi maupun golongan
tertentu. oleh anggota, dan juga dilakukan secara tanpa batasan etik dan tidak memiliki
landasan konstitusional.

3 Tanda kutip dan huruf tebal oleh penulis.

Halaman 3 dari 11


Sejatinya, pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap
Pemerintah Daerah bersifat pengawasan kebijakan dan bukan pengawasan teknis yang
menjadi tugas dan wewenang internal Pemerintah Daerah dan Aparatur Pengawasan
Pemerintah lainnya. Demikian Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 menyebutkan
dalam penjelasan umumnya:4
Fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap pemerintah daerah
bersifat pengawasan kebijakan dan bukan pengawasan teknis.
Di samping pengawasan tersebut di atas pengawasan oleh masyarakat (sosial kontrol)
diperlukan dalam mewujudkan peran

serta masyarakat

guna menciptakan

penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, bersih dan bebas dari, korupsi,
kolusi serta nepotisme.
Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah
memberi penghargaan kepada Pemerintahan Daerah, kepala daerah dan/atau wakil
kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai

negeri sipil daerah, kepala desa, perangkat desa, dan anggota badan permusyawaratan
desa berdasarkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah
yang menunjukkan prestasi tertentu. Sebaliknya Pemerintah memberikan sanksi
kepada Pemerintahan Daerah, kepala daerah atau wakil kepala daerah, anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah,
kepala desa, perangkat desa, dan anggota badan permusyawaratan desa apabila
ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran.
C. Tujuan Pengawasan
Fungsi pengawasan oleh DPRD tersebut sangat penting dan sesungguhnya tujuannya sangat
jelas, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yakni:
a. Menjaga konsistensi antara RPJP Nasional dengan RPJPD;
Misalnya, di dalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 disebutkan:5
4 Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 baca pada bagian Penjelasan Umum.
5 UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025.

Halaman 4 dari 11

Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang
RPJP Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk: (a) mendukung koordinasi

antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional, (b) menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarruang,
antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, (c)
menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan sumber
daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan (e)
mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
Di bagian lain disebutkan:
Saat

ini

birokrasi

belum

mengalami

perubahan


mendasar.

Banyak

permasalahan belum terselesaikan. Permasalahan itu makin meningkat
kompleksitasnya dengan desentralisasi, demokratisasi, globalisasi, dan
revolusi teknologi informasi. Proses demokratisasi yang dijalankan telah
membuat rakyat makin sadar akan hak dan tanggung jawabnya. Untuk itu,
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan negara termasuk dalam
pengawasan terhadap birokrasi perlu terus dibangun dalam rangka
mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Tingkat partisipasi masyarakat
yang rendah akan membuat aparatur negara tidak dapat menghasilkan
kebijakan pembangunan yang tepat. Kesiapan aparatur negara dalam
mengantisipasi proses demokratisasi perlu dicermati agar mampu memberikan
pelayanan yang dapat memenuhi aspek transparansi, akuntabilitas, dan
kualitas yang prima dari kinerja organisasi publik.6
b. Menjaga konsistensi antara kebijakan yang disepakati oleh Kepala Daerah dan
DPRD dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Di dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan
bahwa Kepala Daerah memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD, menetapkan Perda
yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD, dan menyusun dan
mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan
ditetapkan bersama.7
6 Ibid., huruf G poin (2).
7 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lihat Pasal 25 huruf (a), (c), dan (d).

Halaman 5 dari 11

Dapat disimpulkan di sini bahwa dasar kepemimpinan dan pemerintahan seorang
kepala daerah adalah kebijakan, peraturan daerah, dan anggaran yang telah ditetapkan
bersama dengan DPRD. Konsekuensinya, untuk menjaga agar keselarasan antara
pelaksanaan kebijakan oleh kepala daerah berikut oleh birokrasi pemerintah daerah
tersebut harus diikuti dengan berjalannya fungsi pengawasan oleh DPRD, pihak yang
menetapkan kebijakan tersebut bersama-sama dengan kepala daerah.
c. Mewujudkan Pemerintahan yang bersih dan Tata Kepemerintahan yang baik.
Selanjutnya, semangat yang ada pada pasal 25, 26, 27, dan 28 UU Nomor 32 Tahun
2004 tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga agar supaya tugas, wewenang, dan
kewajiban Pemerintah Daerah selalu dijalankan dengan sebaik-baiknya berdasarkan
prinsip pemerintah yang bersih (clean government) dan tata kepemerintahan yang
baik (good governance) serta mencegah sedini mungkin terhadap terjadinya
penyimpangan terhadap arah kebijakan, penyalahgunaan wewenang, inefektivitas,
atau inefisiensi dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban pemerintah daerah;8
Kemudian, dalam hal DPRD telah melakukan fungsi pengawasannya dan menemukan adanya
penyimpangan terhadap ketentuan perundangan tersebut di atas, maka hak-hak DPRD pun
akan dapat digunakan secara tepat, yakni:9
(a) Hak interpelasi, yakni hak untuk meminta keterangan kepada gubernur mengenai
kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan masyarakat, daerah, dan negara.
Di dalam pelaksanaan hak ini DPRD juga dapat memberikan usul dan/atau pendapat
dan/atau pertimbangan kepada Pemerintah Daerah dalam mengatasi adanya
penyimpangan terhadap arah kebijakan, penyalahgunaan wewenang, inefektivitas,
atau inefisiensi dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban Pemerintah Daerah
berdasarkan hasil pengawasannya tersebut. Dalam pelaksanaan hak interpelasi di atas
tentunya dapat ditindaklanjuti dengan usulan penggunaan hak angket, di mana
pelaksanaan hak angket dilakukan berdasarkan Tata Tertib DPRD.

8 Ibid., pasal 25, 26, 27, dan 28.
9 UU No 22 tahun 2003, op. cit., Pasal 63.

Halaman 6 dari 11

(b) Hak angket, yakni

adalah hak DPRD Provinsi untuk melakukan penyelidikan

terhadap kebijakan gubernur yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan;
Jialau dalam pelaksanaan hak angket dapat secara sah membuktikan adanya dugaan
pelanggaran hukum dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya yang dilakukan
oleh Kepala Daerah, maka DPRD menyerahkan proses penegakan hukum selanjutnya
kepada aparatur penegak hukum; dan berdasarkan hasil dari penggunaan hak angket
tersebut, DPRD dapat menggunakan hak menyatakan pendapat yang tata laksananya
secara teknis harus diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD;
(c) Hak menyatakan pendapat, yakni hak DPRD Provinsi sebagai lembaga untuk
menyatakan pendapat terhadap kebijakan gubernur atau mengenai kejadian luar biasa
yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai
tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
Hak memberikan pernyataan pendapat ini berarti DPRD dapat melakukan evaluasi
terhadap Kepala Daerah yang dinilai melakukan kebijakan yang bertentangan dengan
kebijakan yang semula disepakati oleh Kepala Daerah dan DPRD atau yang dinilai
tidak lagi memenuhi syarat, melanggar sumpah/janji jabatan, tidak melaksanakan
kewajiban, dan/atau melanggar larangan, dan/atau mengalami krisis kepercayaan
publik yang meluas.
UU 22/2003 tersebut juga mengamanatkan agar selanjutnya fungsi pengawasan ini
diatur lebih lanjut agar lebih operasional di dalam Peraturan Tata Tertib DPRD.
Di dalam Peraturan DPRD Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib DPRD DI
Yogyakarta, fungsi pengawasan diatur sebanyak 2 pasal yang terdiri dari 8 ayat dalam
Bab XIV sebagai berikut:10

BAB XIV FUNGSI PENGAWASAN DPRD
Pasal 175
10 Peraturan DPRD DIY Nomor 1 Tahun 2014 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Daerah Istimewa
Yogyakarta. http://www.dprd-diy.go.id/wp-content/uploads/2014/12/Tatib-Rapur-tgl-7-November-2014salinan.pdf

Halaman 7 dari 11

(1) Anggota DPRD, Komisi atau alat kelengkapan lain DPRD memiliki fungsi pengawasan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengawasan terhadap:
a. perencanaan dan pelaksanaan Perda dan/atau Perdais;
b. perencanaan dan pelaksanaan APBD;
b. perencanaan dan pelaksanaan Peraturan Gubernur;
c. perencanaan dan pelaksanaan Keputusan Gubernur;
d. perencanaan dan pelaksanaan Peraturan DPRD;
e. perencanaan dan pelaksanaan Keputusan DPRD;
f. perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan Daerah;
g. kinerja Pemerintah Daerah;
h. perencanaan dan pelaksanaan kerja sama Pemerintah Daerah dengan pihak lain
termasuk kerja sama internasional di Daerah; dan
i. pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan.
(3) Pengawasan DPRD terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i, dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 176
(1) Komisi atau alat kelengkapan lain DPRD membuat laporan hasil pengawasan.
(2) Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam:
a. rapat Komisi;
b. rapat gabungan Komisi;
b. rapat Pimpinan;
c. rapat konsultasi; atau
d. rapat paripurna,
untuk ditindak lanjuti.
(3) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:
a. rumusan hasil evaluasi dan rekomendasi;
b. permintaan kepada Gubernur untuk melakukan perbaikan, perubahan, penggantian
kebijakan dan/atau pejabat pelaksana yang nyata-nyata tidak menunjukan kinerja
yang diperlukan untuk melakukan tujuan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; atau
c. keputusan lainnya.
(4)

Pengawasan yang dilakukan oleh anggota DPRD, Komisi atau alat kelengkapan lain
DPRD, dilaksanakan secara etis, santun, profesional dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan DPRD diatur dengan Peraturan
DPRD.

Di dalam peraturan Tatib DPRD DI Yogyakarta tersebut tampak bahwa fungsi pengawasan
masih diatur secara umum. Tidak seperti fungsi legislasi (pembentukan perda/perdais) dan
fungsi anggaran yang telah diatur secara final, aturan tata tertib pelaksanaan fungsi
pengawasan masih memerlukan peraturan lebih lanjut sebagaimana disebutkan dalam pasal
176 ayat (5) di atas. Hal ini berarti bahwa fungsi pengawasan praktis belum dapat
dilaksanakan sebagaimana dikehendaki sendiri oleh peraturan tata tertib itu. Seringkali
Halaman 8 dari 11

memang ada anggapan bahwa fungsi pelaksanaan itu “melekat” pada kedua fungsi lainnya
tersebut, namun alih-alih memperjelas, pernyatan seperti itu sebenarnya merupakan wujud
dari kurangnya perhatian dan kurangnya keseimbangan di antara ketiga fungsi DPRD
tersebut.
D. Obyek Pengawasan
Hal selanjutnya yang harus ditelaah lebih lanjut adalah obyek pengawasan. Berdasarkan
berbagai peraturan perundangan,

unit-unit kerja pemerintah daerah yang dapat menjadi

obyek pengawasan DPRD yakni:11
1. Pelaksanaan Perda;
2. Pelaksanaan Peraturan perundang-undangan selain Perda;
3. Peraturan Kepala Daerah;
4. Kebijakan

Pemerintah

Daerah

dalam

melaksanakan

program

pembangunan Daerah;
5. Pelaksanaan APBD;
6. Kerja sama antardaerah, yang dapat berupa:12
a. pembiayaan bersama atas kerja sama antardaerah;
b. pinjaman dan/atau hibah antarpemerintah daerah;
c. kerja sama dalam penyelenggaraan pelayanan umum; atau,
d. kerja sama bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antarpemerintah daerah;
7. Kerja sama internasional di Daerah dapat berupa:13
a. kerja sama /kota kembar;
b. kerja sama teknik;
c. kerja sama bantuan kemanusiaan;
d. kerja sama penerusan bantuan atau hibah; atau,
e. kerja sama penyertaan modal;
8. Kerja sama dengan pihak ketiga, dapat berupa:14
a.

sewa-menyewa;

11 Lihat UU Nomor 22 Tahun 2003, ibid., pasal 78 ayat (1) huruf c jo. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pasal 42 ayat (1) huruf c dan huruf k, juga lihat UU Nomor 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan dan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan.
12 Lihat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 42 ayat (1) huruf f.
13 Ibid., huruf g.
14 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah, pasal 20
s.d 31.

Halaman 9 dari 11

b.

pinjam pakai;

c.

kerja sama pemanfaatan;

d.

bangun guna serah dan bangun serah guna.

9. Pengelolaan aset daerah, dapat berupa:15
a.

pendataan dan/atau pembaharuannya;

b.

pemanfaatan;

c.

pengamanan dan pemeliharaan;

d.

penilaian; atau,

e.

penghapusan;

Dapat disimpulkan bahwa obyek pengawasan DPRD tersebut sangat luas dan kompleks. Oleh
karena itu perlu kemudian dipikirkan dan ditentukan mengenai penyelenggara serta pelaksana
tugas pengawasan tersebut.
E. Penyelenggara dan Pelaksana Tugas Pengawasan
Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang, tentu saja penyelenggara fungsi
pengawasan adalah DPRD,16 dan dalam hal ini Pimpinan DPRD bertanggung jawab secara
umum atas kegiatan tugas pengawasan.17
Pelaksanaan tugas pengawasan dilakukan oleh pelaksana tugas pengawasan, yakni:
a. Komisi-komisi DPRD;18 atau
b. Gabungan Komisi;19 atau
c. Panitia Khusus.20
Sementara itu Sekretariat DPRD berkewajiban mendukung penyelenggaraan fungsi
pengawasan tersebut dengan menyediakan bahan/materi pengawasan, sumber daya dan
sarana administrasi sesuai dengan fungsi dan tugasnya menurut Tata Tertib DPRD.21
15 Lihat UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 43, 44, 45, 47,
48, 49, 51 ayat (2), dan 52. Lihat juga Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah, pasal 69 s.d 73, jo. Bab VI s.d IX.
16 Lihat UU No 22 Tahun 2003, op. cit., pasal 61 huruf c.
17 Ibid., pasal 58 huruf h.
18 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, pasal 57 huruf f.
19 Ibid., huruf g.
20 Ibid., pasal 54.
21 Lihat UU Nomor 22 Tahun 2003, op.cit., pasal 99 ayat (6) dan (7)

Halaman 10 dari 11

Dalam hal ini, berdasarkan peraturan perundangan, DPRD dapat merekrut staf ahli atau
dengan sebuat lain yakni konsultan/pakar/ahli untuk membantu meningkatkan kapasitas
DPRD. Perekrutan itu ditetapkan oleh Surat Keputusan Sekretaris DPRD dengan tujuan
untuk mendukung penyelenggaraan fungsi pengawasan dengan menyusun pokok-pokok
pikiran atau butir-butir permasalahan berdasarkan bahan/materi pengawasan yang dijadikan
acuan bagi pelaksanaan tugas pengawasan.22 Bahkan apabila dipandang perlu, DPRD dapat
meminta pihak-pihak lain untuk mendukung penyelenggaraan fungsi pengawasan dimaksud.
F. Kesimpulan
Telaah ini merupakan usulan sebagai bentuk kontribusi untuk meningkatkan kinerja DPRD
DI Yogyakarta, terutama dalam meningkatkan fungsi pengawasan. Keseimbangan ketiga
fungsi DPRD (legislasi, anggaran, dan pengawasan) akan memberikan nilai tambah politik
dan citra positif DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat. Tentu saja masih ada aspek-aspek
lain yang memerlukan pengkajian dan pencermatan untuk melengkapi dan menyempurnakan
masukan ini, antara lain bahan-bahan pengawasan, prosedur dan jadwal kegiatan
pengawasan, serta pembahasan dan tindak lanjutnya. Wallahu a’lam bi shawab.

Yogyakarta, 07 Februari 2015

22 Ibid., pasal 100.

Halaman 11 dari 11