Makalah Periodesasi karya Sastra Indonesia

Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri
tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan periode yang lain.
1. Zaman Sastra Melayu Lama.
Zaman ini melahirkan karya sastra berupa mantra, syair, pantun, hikayat, dongeng, dan bentuk yang lain.

2. Zaman Peralihan
Zaman ini dikenal tokoh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karyanya dianggap bercorak baru karena tidak
lagi berisi tentang istana danraja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia dan masyarakat yang nyata,
misalnya Hikayat Abdullah (otobiografi), Syair Perihal Singapura Dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah
ke Negeri Jedah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi
menggunakan bahasa Melayu yang kearab-araban.

3. Zaman Sastra Indonesia
a. Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)
Ciri umum angkatan ini adalah tema berkisari tentang konflik adat antara kaum tua dengan
kaum muda, kasih tak sampai, dan kawin paksa, bahan ceritanya dari Minangkabau, bahasa yang
dipakai adalah bahasa Melayu, bercorak aliran romantik sentimental.
Tokohnya adalah Marah Rusli (roman Siti Nurbaya), Merari Siregar (roman Azab dan
Sengsara), Nur Sutan Iskandar (novel Apa dayaku Karena Aku Seorang Perempuan), Hamka (roman
Di Bawah Lindungan Ka’bah), Tulis Sutan Sati (novel Sengsara Membawa Nikmat), Hamidah (novel

Kehilangan Mestika), Abdul Muis (roman Salah Asuhan), M Kasim (kumpulan cerpen Teman Duduk)

b. Angkatan Pujangga Baru (Angkatan 30-an)
Cirinya adalah:
 Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern,
 Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah
yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan
sebagainya,
 Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai
digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari
14 baris,
 Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda,
 Aliran yang dianut adalah romantik idealisme,
 Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.
Tokohnya adalah STA Syhabana (novel Layar Terkembang, roman Dian
Tak Kunjung Padam), Amir Hamzah (kumpulan puisi Nyanyi Sunyi, Buah Rindu,
Setanggi Timur), Armin Pane (novel Belenggu), Sanusi Pane (drama Manusia Baru),
M. Yamin (drama Ken Arok dan Ken Dedes), Rustam Efendi (drama Bebasari), Y.E.
Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam), Hamka (roman Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck).

c.

Angkatan ’45

MEET NANGALERE

Page 1

Ciri umumnya adalah bentuk prosa maupun puisinya lebih bebas, prosanya
bercorak realisme, puisinya bercorak ekspresionisme, tema dan setting yang
menonjol adalah revolusi, lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, dan
jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya.
Tokohnya Chairil Anwar (kumpulan puisi Deru Capur Debu, kumpulan puisi
bersama Rivai Apin dan Asrul Sani Tiga Menguak Takdir), Achdiat Kartamiharja
(novel Atheis), Idrus (novel Surabaya, Aki), Mochtar Lubis (kumpulan drama Sedih
dan Gembira), Pramduya Ananta Toer (novel Keluarga Gerilya), Utuy Tatang
Sontani (novel sejarah Tambera).
d. Angkatan ’66
Ciri umumnya adalah tema yang menonjol adalah protes sosial dan politik,
menggunakan kalimat-kalimat panjang mendekati bentuk prosa.

Tokohnya adalah W.S. Rendra (kumpulan puisi Blues untuk Bnie, kumpulan puisi
Ballada Orang-Orang Tercinta), Taufiq Ismail (kumpulan puisi Tirani, kumpulan
puisi Benteng), N.H. Dini (novel Pada Sebuah Kapal), A.A. Navis (novel Kemarau),
Toha Mohtar (novel Pulang), Mangunwijaya (novel Burung-burung Manyar), Iwan
Simatupang (novel Ziarah), Mochtar Lubis (novel Harimau-Harimau), Mariannge
Katoppo (novel Raumannen).
PERIODESASI SASTRA INDONESIA MENURUT HB JASSIN
Periodisasi Sastra Indonesia Oleh:
 Alexander Gotama
 Deviana Maria
 Fiona Angelina
 Rafaello Simorangkir
a. Menurut HB. Jassin Pengertian Periodisasi Sastra yaitu:
Penggolongan sastra berdasarkan pembabakan waktu dari awal kemunculan
sampai dengan perkembangannya.
Periodisasi sastra, selain berdasarkan tahun kemunculan, juga berdasarkan ciri-ciri
sastra yang dikaitkan dengan situasi sosial, serta pandangan dan pemikiran
pengarang terhadap masalah yang dijadikan objek karya kreatifnya.

b. Periodisasi Sastra

Ada banyak periodisasi sastra yang disusun oleh para kritikus, antara lain oleh:
(…..HB. Jassin, Ajip Rosidi, A. Teeuw, Rahmat Djoko Pradopo…..)
Yang akan dibahas dalam presentasi ini adalah Periodisasi Sastra menurut HB.
MEET NANGALERE

Page 2

Jassin.
HB. Jassin , kritikus Indonesia
Periodisasi Sastra Indonesia Menurut HB. Jassin:
1. Sastra Melayu Lama
2. Sastra Indonesia Modern
3. Angkatan Balai Pustaka
4. Angkatan Pujangga Baru
5. Angkatan ’45
6. Angkatan ‘66

Uraian:
A. Sastra Melayu Lama
Sastra Melayu Lama merupakan sastra Indonesia sebelum abad 20.

Ciri-ciri Sastra Melayu Lama:
1. Masih menggunakan bahasa Melayu
2. Umumnya bersifat anonim
3. Berciri istanasentris
4. Menceritakan hal-hal berbau mistis seperti dewa-dewi, kejadian alam, peri, dsb.

Contoh sastra pada masa Sastra Melayu Lama:
Dongeng tentang arwah, hantu/setan, keajaiban alam, binatang jadi-jadian, dsb.
Berbagai macam hikayat seperti; Hikayat Mahabharata, Hikayat Ramayana, Hikayat
Sang Boma.
Syair Perahu dan Syair Si Burung Pingai oleh Hamzah Fansuri.
Gurindam Dua Belas dan Syair Abdul Muluk oleh Raja Ali Haji
B. Angkatan Balai Pustaka
Balai Pustaka merupakan titik tolak kesustraan Indonesia.
Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka adalah:
1. Menggunakan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh bahasa Melayu
2. Persoalan yang diangkat persoalan adat kedaerahan dan kawin paksa
3. Dipengaruhi kehidupan tradisi sastra daerah/lokal
4. Cerita yang diangkat seputar romantisme.
5. Angkatan Balai Pustaka terkenal dengan sensornya yang ketat. Balai Pustaka berhak

mengubah naskah apabila dipandang perlu. Contoh hasil sastra yang mengalami pensensoran adalah Salah Asuhan oleh Abdul Muis yang diubah bagian akhirnya dan
Belenggu karya Armyn Pane yang ditolak oleh Balai Pustaka karena tidak boleh diubah.
Angkatan Balai Pustaka

Contoh sastra pada masa Angkatan Balai Pustaka:
Roman: Azab dan Sengsara (Merari Siregar), Sitti Nurbaya (Marah Rusli), Muda Teruna
(M. Kasim), Salah Pilih (Nur St. Iskandar), Dua Sejoli (M. Jassin, dkk.)
Kumpulan Puisi:
MEET NANGALERE

Page 3

Percikan Permenungan (Rustam Effendi)
Puspa Aneka (Yogi)
C. Angkatan ‘45
Angkatan ’45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu
lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
Ciri-ciri Angkatan ’45 adalah:
1. Terbuka

2. Pengaruh unsur sastra asing lebih luas
3. Corak isi lebih realis, naturalis
4. Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis
5. Penghematan kata dalam karya
6. Ekspresif
7. Sinisme dan sarkasme
8. Karangan prosa berkurang, puisi berkembang

Tokohnya Chairil Anwar ,
 Contoh sastra pada masa Angkatan ’45













Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)
Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar)
Pembebasan Pertama (Amal Hamzah)
Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo)
Tandus (S. Rukiah)
Puntung Berasap (Usmar Ismail)
Suara (Toto Sudarto Bakhtiar)
Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)

D. Angkatan ‘66
Angkatan ’66 ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde
sangat menonjol pada angkatan ini.
Banyak karya sastra pada angkatan yang sangat beragam dalam aliran sastra, seperti
munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan
lainnya.

Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan ’66 adalah:
1. Bercorak perjuangan anti tirani proses politik, anti kezaliman dan kebatilan
2. Bercorak membela keadilan
3. Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan
4. Berontak
5. Pembelaan terhadap Pancasila
6. Protes sosial dan politik
MEET NANGALERE

Page 4

Contoh sastra pada masa Angkatan ’66 adalah:
Tokoh:
1. Putu Wijaya: Pabrik, Telegram, Stasiun,
2. Iwan Simatupang: Ziarah, Kering, Merahnya Merah
3. Djamil Suherman: Sarip Tambak-Oso, Perjalanan ke Akhirat
E. Angkatan Pujangga Baru
Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan
oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap
karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.

Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak"
sastra modern Indonesia.
Angkatan Pujangga Baru (1930-1942) dilatarbelakangi kejadian bersejarah “Sumpah
Pemuda” pada 28 Oktober 1928.
Ikrar Sumpah Pemuda 1928:
Pertama Kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe,
tanah Indonesia.
Kedoea Kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa
Indonesia.
Ketiga Kami poetera dan poeteri indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia.
Melihat latar belakang sejarah pada masa Angkatan Pujangga Baru, tampak Angkatan
Pujangga Baru ingin menyampaikan semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, dalam
satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
Pada masa ini, terbit pula majalah "Poedjangga Baroe" yang dipimpin oleh Sutan
Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane.
Pada masa Angkatan Pujangga Baru, ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu:
1. Kelompok “Seni untuk Seni”
2. Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat”
Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan Pujangga Baru antara lain sbb:

1. Sudah menggunakan bahasa Indonesia
2. Menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan intelektual, emansipasi (struktur
cerita/konflik sudah berkembang)
3. Pengaruh barat mulai masuk dan berupaya melahirkan budaya nasional
4. Menonjolkan nasionalisme, romantisme, individualisme, intelektualisme, dan
materialisme.

MEET NANGALERE

Page 5

Salah satu karya sastra terkenal dari Angkatan Pujangga Baru adalah Layar
Terkembang karangan Sutan Takdir Alisjahbana.
Layar Terkembang merupakan kisah roman antara 3 muda-mudi; Yusuf, Maria, dan Tuti.
Yusuf adalah seseorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang menghargai wanita.
Maria adalah seorang mahasiswi periang, senang akan pakaian bagus, dan memandang
kehidupan dengan penuh kebahagian.
Tuti adalah guru dan juga seorang gadis pemikir yang berbicara seperlunya saja, aktif
dalam perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan wanita.
Angkatan Pujangga Baru
Dalam kisah Layar Terkembang, Sutan Takdir Alisjahbana ingin menyampaikan
beberapa hal yaitu:
1) Perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan
pengaruh yang sangat besar didalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
demikian perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat. 2) Masalah yang
datang harus dihadapi bukan dihindarkan dengan mencari pelarian. Seperti perkawinan
yang digunakan untuk pelarian mencari perlindungan, belas kasihan dan pelarian dari
rasa kesepian atau demi status budaya sosial.
Selain Layar Terkembang, Sutan Takdir Alisjahbana juga membuat sebuah puisi yang
berjudul “Menuju ke Laut”.
Puisi “Menuju ke Laut” karya Sutan Takdir Alisjahbana ini menggunakan laut untuk
mengungkapkan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Ada pula seorang sastrawan Pujangga Baru lainnya, Sanusi Pane yang menggunakan
laut sebagai sarana untuk mengungkapkan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Karya Sanusi Pane ini tertuang dalam bentuk puisi yang berjudul “ Dalam Gelombang”.
Ditinjau dari segi struktural, ada persamaan struktur antara puisi Sutan Takdir
Alisjahbana dan Sanusi Pane yaitu pengulangan bait pertama pada bait terakhir.
Sementara itu, ditinjau dari segi isi, tampak ada perbedaan penggambaran laut dalam
puisi Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane.
Jika Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan laut sebagai sebuah medan perjuangan,
Sanusi Pane menggambarkan laut sebagai suatu tempat yang penuh ketenangan.
Kami telah meninggalkan engkau,
Tasik yang tenang tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun,
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun,
dari mimpi yang nikmat.
Ombak riak berkejar-kejaran
di gelanggang biru di tepi langit.
Pasir rata berulang di kecup,
tebing curam ditentang diserang,
dalam bergurau bersama angin,
MEET NANGALERE

Page 6

dalam berlomba bersama mega.

… Aku bernyanyi dengan suara Seperti bisikan angin di daun Suaraku hilang dalam
udara Dalam laut yang beralun-alun Alun membawa bidukku perlahan Dalam kesunyian
malam waktu Tidak berpawang tidak berkawan Entah kemana aku tak tahu Menuju ke
Laut Oleh Sutan Takdir Alisjahbana Dibawa Gelombang Oleh Sanusi Pane
Amir Hamzah diberi gelar sebagai “Raja Penyair” karena mampu menjembatani tradisi
puisi Melayu yang ketat dengan bahasa Indonesia yang sedang berkembang. Dengan
susah payah dan tak selalu berhasil, dia cukup berhasil menarik keluar puisi Melayu dari
puri-puri Istana Melayu menuju ruang baru yang lebih terbuka yaitu bahasa Indonesia,
yang menjadi alas dasar dari Indonesia yang sedang dibayangkan bersama.
Selain Sutan Takdir Alisjahbana, ada pula tokoh lain yang terkenal dari Angkatan
Pujangga Baru sebagai “Raja Penyair” yaitu Tengku Amir Hamzah .
Sastrawan dan Hasil Karya.
Sastrawan pada Angkatan Pujangga Baru beserta hasil karyanya antara lain sbb:
Sultan Takdir Alisjahbana Contoh: Di Kakimu, Bertemu
Sutomo Djauhar Arifin Contoh: Andang Teruna (fragmen)
Rustam Effendi Contoh: Bunda dan Anak, Lagu Waktu Kecil
Asmoro Hadi Contoh: Rindu, Hidup Baru
Hamidah Contoh: Berpisah, Kehilangan Mestika (fragmen)
Amir Hamzah Contoh: Sunyi, Dalam Matamu
Hasjmy Contoh: Ladang Petani, Sawah
Lalanang Contoh: Bunga Jelita
O.R. Mandank Contoh: Bagaimana Sebab Aku Terdiam
Mozasa Contoh: Amanat, Kupu-kupu
PERIODISASI SASTRA INDONESIA
MENURUT NUGROHO NOTOSUSANTO
Kesusastraan Melayu Lama
Kesusastraan Indonesia Modern
Masa Kebangkitan
Periode 1920
Periode 1933
Periode 1942
Masa Perkembangan
Periode 1945
Periode 1950
MENURUT AJIP ROSIDI
Masa Kelahiran
Periode awal abad ke-20 sampai dengan tahun 1933
Periode 1933 s.d. 1942
MEET NANGALERE

Page 7

Periode 1942 s.d. 1945
Masa Perkembangan
Periode 1945 – 1953
Periode 1953 – 1960
Periode 1960 – sekarang
MENURUT HB. JASSIN
Kesusastraan Melayu Lama
Kesusastraan Indonesia Modern
Angkatan 20
Angkatan 33 atau Angkatan Pujangga Baru
Angkatan 45
Angkatan 66
MENURUT JS. BADUDU
Kesusastraan Lama
Kesusastraan Masa Purba
Kesusastraan Masa Hindu-Arab
Kesusastraan Peralihan
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi
Angkatan Balai Pustaka
Kesusastraan Baru
Angkatan Pujangga Baru
Angkatan Modern (Angk. 45)
Angkatan Muda
MENURUT SABARUDDIN AHMAD
Kesusastraan Lama
Dinamisme
Hinduisme
Islamisme
Kesusastraan Baru
Masa Abdullah bin Abdul-kadir Munsyi
Masa Balai Pustaka
Masa Pujangga Baru
Masa Angkatan 45
MENURUT ZUBER USMAN
Kesusastraan Lama
Zaman Peralihan (Masa Abdul-lah bin Abdulkadir Munsyi)
Kesusastraan Baru
Zaman Balai Pustaka
Zaman Pujangga Baru
Zaman Jepang
Zaman Angkatan 45
MENURUT USMAN EFFENDI
Kesusastraan Lama ( … sampai dengan 1920)
Kesusastraan Baru (1920 sampai dengan 1945)
Kesusastraan Modern (1945 sampai dengan …)
MENURUT ZAIDAN HENDY
MEET NANGALERE

Page 8

Sastra Lama
Sastra Kuno
Sastra Zaman Hindu
Sastra Zaman Islam
Sastra Peralihan (Abdullah bin Abdulkadir Munsyi)
Sastra Baru
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Pujangga Baru
Angkatan 45
Angkatan 66
Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra Indonesia
Menurut Para Ahli
Ada berbagai macam periodisasi sastra Indonesia menurut para ahli. Secara umum, periodisasi
sastra Indonesia dapat dipaparkan sebagai berikut. (1) Sastra lama (2) Sastra peralihan, dan (3)
Sastra Indonesia Baru. Sastra Lama dibedakan menjadi tiga (a) sastra jaman purba, (b) sastra
pengaruh Hindu, dan (c) sastra pengaruh Islam. Sementara sastra peralihan sering disebut dengan
sastra jaman Abdullah. Sedangkan sastra Indonesia baru bias dibedakan menjadi (a) sastra balai
pustaka (angkatan 20), (b) sastra Pujangga Baru (angk. 30), (c) Sastra Angk. 45, (d) Sastra Angk.
66, dan (e) Sastra kontemporer (angk. 70-an).
Menurut B. Simorangkir, periodisasi sastra Indonesia dibedakan menjadi 4 yaitu (1) Sastra
lama.purba, (2) Sastra pengaruh Hindu dan Arab, (3) Sastra Indonesia baru, dan (4) Sastra
mutakhir. Sastra Indonesia baru masih bias dirinci menjadi (a) Sastra jaman Abdullah, (b) Balai
Pustaka, dan (c) Pujangga Baru
Menurut Sabarudin Ahmad, periodisasi sastra Indonesia hanya dibedakan menjadi 2. yaitu sastra
lama dan (2) sastra baru. Sastra lama mencakup (a. dinamisme, (b) Hinduisme, (c) Islamisme.
Sedangkan sastra Indonesia baru dibedakan menjadi (a) Sastra jaman Abdullah, (b) Balai
Pustaka, (c) Pujangga Baru, dan (c) Sastra angkatan 45.
Menurut JS. Badudu, Sastra Indonesia juga dibedakan menjadi 2, yaitu (1) Sastra Melayu, dan
(2) Sastra Indonesia. Sastra melayu menurut Badudu dibedakan menjadi 3 (a) Purba, (b)
Hindu/Islam, (c) Abdullah. Sedangkan sastra Indonesia Baru dibedakan menjadi (a) Balai
Pustaka, (b) Pujangga Baru, (c) Angk. 45, dan (d) sesudah Angk. 45.
Menurut Usman Effendi, sastra Indonesia dibedakan menjadi 3 yakni (1) sastra lama (…. –
1920), (2) Sastra Indonesia Baru ( 1920 – 1945), dan (3) Sastra Indonesia Modern (1945 – …..)
Menurut HB Jassin, periodisasi Sastra Indonesia juga dibedakan menjadi 2, yakni (1) Sastra
Melayu atau sering disebut dengan sastra lama, dan (2) Sastra Indonesia modern. Jassin tidak
merinci sastra melayu atau sastra lama. Jassin justru merinci sastra Indonesia modern menjadi 4
bagian (a) Balai pustaka, (b) Pujangga Baru, (c) Angkatan 45, dan (d) Angkatan 66.
MEET NANGALERE

Page 9

Lain Lagi dengan Nugroho Noto Susanto. Nugroho membedakan sastra Indonesia menjadi 2,
yakni (1) sastra Melayu atau sastra lama, dan (2) sastra Indonesia modern. Sastra Indonesia
modern oleh Nugroho dibedakan menjadi 2 yaitu (a) masa kebangkitan, dan (b) masa
perkembangan. Masa kebangkitan masih dirinci menjadi 3 (i) periode 20, (ii) periode 33, dan
(iii) periode 42. Sedangkan masa perkembangan dibedakan menjadi 2, yaitu (i) periode 45 dan
(ii) periode 50
Ajib Rosidi membedakan periodisasi sastra Indonesia juga menjadi 2, yaitu (1) Masa kelahiran
dan (2) masa perkembangan. Masa kelahiran dirinci menjadi 3 yaitu (a) awal abad XX s/d 1933,
(b) 1933-1942, dan (c) 1942 – 1945. Sedangkan masa perkembangan dibedakan juga menjadi 3,
yaitu (a) 1945 – 1953, (b) 1953 – 1960, dan (c) 1960 – ….

E. Identifikasi Moral, Estetika, Sosial, Budaya Karya Sastra
1. Identifikasi Moral
Sebuah karya umumnya membawa pesan moral. Pesan moral dapat disampaikan oleh pengarang
secara langsung maupun tidak langsung. Dalam karya satra, pesan moral dapat diketahui dari
perilaku tokoh- tokohnya atau komentar langsung pengarangnya lewat karya itu.
2. Identifikasi Estetika atau Nilai Keindahan
Sebuah karya sastra mempunyai aspek-aspek keindahan yang melekat pada karya sastra itu.
Sebuah puisi, misalnya: dapat diamati aspek persamaan bunyi, pilihan kata, dan lain-lain. Dalam
cerpen dapat diamati pilihan gaya bahasanya.
3. Identifikasi Sosial Budaya
Suatu karya sastra akan mencerminkan aspek sosial budaya suatu daerah tertentu. Hal ini
berkaitan dengan warna daerah. Sebuah novel misalnya, warna daerah memiliki corak tersendiri
yang membedakannya dengan yang lain.
Beberapa karya sastra yang mengungkapkan aspek sosial budaya:
1. Pembayaran karya Sunansari Ecip mengungkapkan kehidupan di Sulawesi Selatan.
2. Bako Karya Darman Moenir mengungkapkan kehidupan Suku Minangkabau di Sumatera
Barat.

MEET NANGALERE

Page 10

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157