Tindakan Preventif Orang Tua dalam Membe (1)

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

TINDAKAN PREVENTIF ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER
GENERASI Z
SATRIANAWATI, S. Pd.
Mahasiswa Pendidikan Dasar UNY, Satrianawati@gmail.com, 0853-4058-1089
Abstrak:
Latar Belakang
Anak adalah anugerah dari yang Maha Kuasa yang ditipkan kepada orang tua. Anak
sebagai generasi Z merupakan aset yang menentukan kelangsungan hidup, kualitas dan kejayaan
suatu bangsa di masa mendatang. Orang tua sebagai penjaga amanah harus menjaganya dengan
penuh rasa tanggung jawab. Bentuk tanggung jawab sebagai orang tua adalah dengan memberinya
kasih sayang dan cinta, salah satu bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak adalah dengan
memberinya pendidikan yang layak. Jenjang pendidikan yang paling fundamental dalam mendidik
anak adalah pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar. Peran orang tua sangat besar ketika
anak berada pada jenjang pendidikan anak usia dini dan jenjang pendidikan dasar. Peran orang tua
diperlukan karena mencegah lebih baik daripada mengobati.

Pembahasan
Peran orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anak sangat diperlukan dalam
melindungi anak tidak hanya ancaman dari bentuk fisik, tetapi dari segi karakter anak perlu
dilindungi. Orang tua perlu menuntun anak dalam menjalani pendidikan anak usia dini dan
pendidikan dasar. Anak yang menjalani pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar adalah
bentuk preventif dari adanya penyimpangan sosial yang terjadi di masa yang akan datang. Peran
orang tua dalam melindungi anak dilakukan dengan cara menciptakan lingkungan yang edukatif
bagi anak sebagai generasi Z. Generasi Z yang baik lahir dari didikan orang tua yang memahami
arti penting penanaman pendidikan karakter pada anak. Peran orangtua mendidik generai Z sangat
penting mulai dari tata cara bersosialisasi baik dalam bergaul terhadap sesama, dengan yang lebih
muda, maupun dengan yang lebih tua. Generasi Z dengan karakter yang baik memiliki kesadaran
sikap religius maupun sikap sosial.
Kesimpulan
Keberhasilan mendidik anak merupakan impian semua orang tua. Setiap orang tua pasti ingin agar
anaknya bisa sukses dan bahagia. Kesuksesan anak tidak hanya diukur dari karir yang diperoleh
akan tetapi sikap yang baik dan berbudaya menjadikan tolok ukur kesuksesan nilai-nilai moral
yang diperoleh. Oleh karena itu, orang tua perlu melakukan tindakan preventif dalam mendidik
anak agar tercipta generasi Z yang berkarakter baik dan berbudaya. Bentuk tindakan preventif yang
dilakukan orang tua dalam melindungi anak dilakukan dengan cara mengarahkan anak untuk
memasuki jenjang pendidikan anak usia dini dan jenjang pendidikan dasar. Sehingga generasi Z

yang akan datang menjadi generasi yang dapat memimpin negeri ini dengan baik.
Kata kunci: Peran orang tua, Tindakan Preventif, Karakteristik Generasi Z

0

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah anugerah dari yang Maha Kuasa yang dititipkan kepada orang tua.
Anak sebagai generasi Z merupakan aset yang menentukan kelangsungan hidup,
kualitas dan kejayaan suatu bangsa di masa mendatang. Orang tua sebagai penjaga
amanah harus menjaganya dengan penuh rasa tanggung jawab. Bentuk tanggungjawab
orang tua dalam keluarga tidak hanya memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Lickona, 2013: 48 menyatakan bahwa “secara umum masyarakat memandang bahwa
keluarga merupakan sumber pendidikan moral yang paling utama bagi anak. Orang tua

adalah guru pertama dalam pendidikan moral. Orang tua jugalah yang memberikan
pengaruh paling lama terhadap perkembangan moral anak”. Oleh karena itu, setiap anak
sebagai generasi Z perlu dikondisikan agar dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal dan dididik sebaik mungkin agar di masa depan dapat menjadi generasi penerus
yang berkarakter serta berkepribadian baik. Hal inilah yang menjadi pokok persoalan
yang dihadapi dalam membentuk generasi Z yang sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia. Cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 berbunyi
“...untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia,...”. Cita-cita tersebut sangat mendalam karena berkaitan
dengan pembentukan karakter anak generasi Z yang dapat menjadi insan yang
berkarakter sesuai dengan kepribadian bangsa. Pembentukan karakter generasi Z
tersebut sangat berkaitan dengan tanggungjawab orang tua.
Bentuk tanggungjawab sebagai orang tua terhadap generasi Z adalah dengan
memberinya kasih sayang dan cinta. Salah satu bentuk kasih sayang dan cinta orang tua
terhadap generasi Z adalah dengan memberinya pendidikan yang layak. Pendidikan
yang layak terhadap generasi Z tidak hanya dilakukan ketika sudah beranjak dewasa
tetapi juga dilakukan sejak masih berada dalam kandungan. Sejak dalam kandungan
anak sebagai generasi Z harus sering dibacakan surat-surat Al qur’an (bagi yang islam)
atau dengan mendengarkan musik-musik mozaik. Ketika anak berada dalam kandungan,
orangtua sebaiknya lebih berhati-hati dalam berbuat. Bahkan sebelum menjadi orang tua

perlu adanya mendidik diri untuk menjadi orang tua.

1

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

“Didiklah anakmu 25 tahun sebelum ia lahir”. Kata yang memberi pesan bahwa
menjadi orang tua tidak mudah. Orang tua perlu menanamkan interaksi sosial sejak dini
pada anak sebagai generasi Z. Proses interaksi dilakukan secara kontinu dengan
memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak. Proses perkembangan anak dijalani
secara bertahap. Tahapan perkembangan dalam dunia pendidikan bermula dari
pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan upaya membina anak
sejak lahir hingga berusia enam tahun. Pada masa ini keluarga khususnya orang tua
memberikan motivasi atau rangsangan bagi anak untuk mengembangkan jasmani dan
rohaninya, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal agar anak
memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut yaitu pendidikan dasar. Adapun

pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan anak usia enam sampai duabelas tahun.
Kedua jenjang pendidikan inilah yang paling fundamental dalam membentuk
karakter anak sebagai generasi Z. Anak sebagai generasi Z diibaratkan seperti rumah
yang akan dibangun dimana pada tahap ini diperlukan dasar atau fondasi untuk
memperkokoh kehidupan selanjutnya. Anak sebagai generasi Z akan banyak belajar dari
keluarga terutama orang tua. Orang tua menjadi cermin bagi generasi Z dalam
berperilaku dan bersikap kepada siapapun. Orang tua di masa-masa ini memiliki andil
besar dalam membentuk karakter generasi Z. Anak sebagai generasi Z

merasa

disayangi, dilindungi, dicintai, dihargai, dibenci, bahkan terkadang merasa diabaikan
pada masa ini karena pengaruh orang tua. Peran orang tua dalam kedua jenjang
pendidikan ini sangat penting.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam perlindungan anak
untuk membentuk generasi z pada jenjang pendidikan anak usia dini?
2. Bagaimana tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam perlindungan anak

untuk membentuk generasi z pada jenjang pendidikan dasar?

2

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam
perlindungan anak untuk membentuk generasi z pada jenjang Pendidikan Anak
Usia Dini.
2. Untuk mendeskripsikan tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam
perlindungan anak untuk membentuk generasi z pada jenjang Pendidikan Dasar.

D. Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:

1. Agar penulis mendeskripsikan tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam
perlindungan anak untuk membentuk generasi z pada jenjang pendidikan anak usia
dini.
2. Agar pembaca mengetahui tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam
perlindungan anak untuk membentuk generasi z pada jenjang pendidikan dasar

PEMBAHASAN
A. Pendidikan Anak Usia Dini
Pada masa anak usia dini biasa dikenal dengan sebutan Golden Age (masa
emas). Usia balita atau masa emas dalam tahap perkembangan hidup manusia
merupakan masa-masa dimana anak mulai bereksplorasi dengan dunianya. The golden
age tidak kurang 100 milyar sel otak anak siap untuk distimulasi agar kecerdasan dapat
berkembang secara optimal dikemudian hari. Banyak penelitian menunjukkan
kecerdasan anak usia 0-4 tahun terbangun 50% dari total kecerdasan yang akan dicapai
pada usia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia 4 tahun pertama adalah masa-masa
paling menentukan dalam membangun kecerdasan anak dibanding masa-masa
sesudahnya. Santrock, 2009: 35 menyatakan bahwa “masa kanak-kanak diartikan
sebagai waktu pertumbuhan dan perubahan yang istimewa, dan perlu adanya investasi
yang terbaik dalam memelihara dan mendidik anak-anak”. Artinya bila pada usia
tersebut tidak mendapat rangsangan yang maksimal maka potensi tumbuh kembang

anak tidak akan teraktualisasikan secara optimal. Semua yang terjadi pada masa ini

3

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

sangat menentukan karakter cara bersikap dan pola perilaku anak ke depan sebagai
generasi Z.
Pada masa ini anak sebagai generasi Z sudah mampu berinteraksi dengan
sesama, aktif dan energik, dan memiliki rasa keingintahuan yang sangat kuat. Selain itu,
pada masa ini anak sangat bergairah dalam belajar dan banyak belajar dari pengalaman
yang ia lihat dan rasakan. Pada masa ini juga anak rawan menerima hal-hal yang kurang
pantas, banyak sekali contoh baik itu di tv maupun media masa yang menyebutkan anak
balita ada yang sudah bisa berkata jorok, merokok, ataupun bersifat keras. Peran orang
tua sebagai orang yang terdekat dengan anak sebagai generasi Z sangat diperlukan
dalam melindungi generasi Z tidak hanya ancaman dari bentuk fisik, tetapi dari segi

karakter generasi Z perlu dilindungi. Pada dasarnya anak sebagai generasi Z tidak tahu
dengan apa yang diterimanya. Anak sebagai generasi Z belum bisa membedakan hal
yang benar maupun salah. Orang tua harus melindungi generasi Z dengan menciptakan
lingkungan yang edukatif untuk menjaga dan menanamkan nilai moral sejak dini.
Generasi Z harus diajar dalam bersikap dengan lingkungannya karena pada masa usia
dini, generasi Z mampu meniru semua tingkah laku orang-orang di sekitarnya.
Peran orang tua lah dan keluarga sebagai pusat pendidikan pertama bagi generasi
Z sangat dianjurkan. Orang tua sebaiknya lebih peka terhadap perkembangan anak
sebagai generasi Z. Orang tua harus mengawasi setiap perkembangan generasi Z
menjadi lebih baik dan terus berupaya memfasilitasi perkembangan generasi Z di masa
usia dini. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam
mengawasi dan memfasilitasi perkembangan potensi anak sebagai generasi Z secara
optimal yaitu:
1. Aspek Motorik. Peran orang tua pada aspek ini yaitu memberikan pemahaman dan
sikap positif terhadap kondisi fisik anak, memberikan contoh kebiasaan untuk
memelihara kesehatan dan kebersihan, menyediakan sarana untuk bermain atau
tempat anak berkreasi.
2. Aspek Intelektual. Peran orang tua pada aspek ini yaitu melatih anak berfikir sebab
akibat, membiasakan anak berani mengungkapkan ide/gagasan atau mengajukan
pertanyaan, melatih problem solving, mendorong kemandirian anak untuk melakukan

tugasnya sendiri, mengembangkan potensi imajinatif/daya cipta anak, mengadakan

4

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

progam-progam yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berkompetisi
dengan sehat, mengawasi dalam mengenalkan perkembangan teknologi.
3. Aspek Emosi. Peran orang tua pada aspek ini yaitu: menciptakan suasana emosional
yang kondusif (ramah dan kasih sayang), membicarakan tentang cara menyalurkan
keinginan tanpa mengganggu perasaan orang lain, menghormati pribadi anak,
memberi

penghargaan

terhadap


anak

ketika

melakukan

tindakan

terpuji,

mengembangkan sikap positive, mengembangkan sikap dan kebiasaan saling
menghargai dengan temannya.
4. Aspek Sosial. Peran orang tua pada aspek ini yaitu: menyusun tata tertib,
mengembangkan sikap dan kebiasaan mematuhi tata tertib, mengembangkan sikap
dan kebiasaan untuk saling hormati, menolong, dan menjalin persahabatan.
Keempat aspek tersebut, perlu dipahami dan dilakukan oleh orang tua dalam
melindungi anak sebagai generasi Z. Orang tua harus bisa membentuk generasi Z yang
berkarakter baik sejak berada pada masa usia dini.

B. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan kedua setelah pendidikan anak
usia dini. Pada masa ini generasi Z duduk di bangku sekolah dasar. Usia generasi Z
pada masa ini antara enam sampai duabelas tahun. Pada masa ini, teori Piaget
merupakan teori populer dalam menjelaskan perkembangan kognitif generasi Z.
Menurut Piaget, generasi Z pada tahap ini berada pada tahap operasional konkret.
Generasi Z yang duduk di bangku sekolah dasar perlu diberikan contoh yang nyata
dalam menjelaskan hal-hal yang belum dipahami karena pikiran generasi Z jauh dari
sekedar logika.
Pada masa ini generasi Z lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman
sebaya. generasi Z mulai membentuk kelompok-kelompok bermain. Kegiatan generasi
Z dengan teman sebaya pada masa ini bersifat fleksibel dan lebih teratur dari
sebelumnya. Kehadiran teman sebaya semakin penting dalam mengembangkan karakter
generasi Z. Berk, 2012: 462 menjelaskan bahwa “pembentukan kelompok sebaya ini
dilakukan dengan melihat kedekatan anak satu sama lain”. kelompok teman sebaya
yang dibentuk oleh generasi Z biasanya karena kedekatan. Kedekatan ini dapat berupa

5

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

bahwa generasi Z duduk dalam satu kelas ataupun karena kesamaan jenis kelamin.
Peran orang tua dalam tahap ini sangat diperlukan untuk memberikan pemahaman
dalam bergaul dengan teman sebayanya. Orang tua mengarahkan generasi Z untuk tidak
memilih-milih teman dan adanya sikap saling memberi kepada sesama teman.

C. Membangun Karakter Anak Generasi Z
Membangun karakter berarti mendidik. Kegiatan mendidik anak sangat penting
dalam

membentuk generasi Z. Generasi Z tidak langsung dibentuk semudah

membalikkan telapak tangan. Kegiatan mendidik anak untuk membentuk generasi Z
dibutuhkan kesabaran dan keseriusan. Orang tua yang paling berhak terhadap anak
sering

kali

menyalahgunakan

arti

hak

tersebut.

Padahal

orang

tua

harus

mempertimbangkan basis karakter yang ada pada diri anak. Orang tua harus belajar dan
perlu mengetahui teori perkembangan yang diyakini menentukan karakteristik yang
baik untuk anak sebagai generasi Z. Adapun teori yang dianggap mampu membentuk
generasi Z menjadi manusia yang berkarakter dan berbudaya adalah:
1. Pertama, teori tabula rasa yang dinyatakan oleh John Locke. Teori ini meyakini
bahwa hasil jadi seorang anak sangat ditentukan seperti apa dia dididik. Teori ini
mengibaratkan anak sebagai kertas putih yang kosong, kertas putih yang akan ditulis,
dilukis dengan indah,

atau dicoret-coret bahkan diremas hingga kumal. Semua

ditentukan oleh yang memegang kandali atas kertas putih tersebut.
2. Kedua, teori genotype yang dinyatakan oleh Wilhelm Johannsen, yang menyatakan
bahwa hasil akhir seorang anak sangat ditentukan oleh gen (sifat, karakter, biologis)
orang tuanya. Pepatah sering mendukung teori ini dengan perumpamaan: buah jatuh
tak jauh dari pohonnya. Sifat atau karakter anak dianggap tidak akan jauh dari situasi
orang tuanya. Penganut paham ini sangat keras jika sampai pada keputusan
menentukan jodoh anak-anaknya. Orang tuanya cocok, maka hubungan anaknya
boleh berlanjut, namun jika tidak cocok maka biasanya orang tua tidak akan memberi
restu hubungan anaknya.
3. Ketiga, teori gabungan yang menggabungkan dua karakter di atas ditambah dengan
faktor lingkungan. Teori ini banyak dipakai oleh para psikolog maupun pengembang
pendidikan. Teori ini meyakini bahwa hasil akhir seorang anak ditentukan oleh tiga

6

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

hal: faktor orang tua, faktor pendidkan dan faktor lingkungan. Banyak faktor
lingkungan yakni dengan siapa dia bergaul, bergaul, pengaruh orang-orang dekat,
paling diyakini sangat efektif mempengaruhi perkembangan anak.
Upaya membangun karakter anak dibutuhkan keseriusan dari berbagai pihak
terutama keluarga. Keluarga khususnya orang tua harus mengkondisikan ketiga faktor
di atas agar kondusif untuk tumbuh kembang anak. Pendidikan karakter pada anak harus
diarahkan agar anak memiliki jiwa mandiri, bertanggung jawab dan mengenal sejak dini
untuk dapat membedakan hal yang baik-buruk maupun benar-salah. Pembangunan
karakter anak ini dilakukan orang tua sebagai upaya mewujudkan generasi muda bangsa
Indonesia yang berkarakter dan berbudaya.

D. Tindakan preventif sebagai Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter
Generasi Z
Generasi Z adalah individu yang unik. Banyak yang mengatakan bahwa generasi
Z merupakan miniatur orang dewasa. Padahal keunikan generasi Z nampak dari belum
banyaknya memiliki pengalaman. Pengalaman generasi Z sangat terbatas. Peran orang
tua yang memiliki pengalaman hidup lebih banyak sangat dibutuhkan membimbing dan
mendidik generasi Z. Orang tua yang bijaksana akan mengajak generasi Z sejak dini
untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Saat itulah pendidikan karakter diberikan.
Pemberian pendidikan karakter pada generasi Z dilakukan agar mengenal perbedaan di
sekelilingnya. Melalui pendidikan karakter ini generasi Z dilibatkan dalam tanggung
jawab hidup sehari-hari. Kegiatan ini akan memperlihatkan gaya generasi Z yang unik
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Peran orang tua pada saat memberikan pendidikan karakter bisa berupa
mengajarkan niali-nilai universal seperti cara menghargai orang lain, berbuat adil pada
diri sendiri dan orang lain, bersedia memanfaatkan orang lain. Orang tua adalah contoh
keteladanan dan perilaku bagi generasi Z. Oleh karena itu orang tua harus berperilaku
baik, saling asih, asah dan asuh. Ibu yang secara emosional dan kejiwaan lebih dekat
dengan generasi Z harus mampu menjadi teladan yang baik dalam bertutur kata,
bersikap maupun bertindak. Peran ibu dalam pembentukan karakter sangat besar. Ibu
dapat mengajarkan generasi Z bahasa-bahasa lokal. Bahasa-bahasa lokal yang

7

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

diperkenalkan ibu kepada generasi Z dapat membentuk karakter warga negara yang
baik. Melalui bahasa ibu, generasi Z dapat memahami adanya perbedaan bahasa sejak
dini. Kesadaran itu akan membuat generasi Z lebih menghargai orang lain. Pepatah
mengatakan bahwa “Wanita adalah tiang negara. Manakala wanitanya baik maka
baiklah negara. Manakala wanitanya rusak, maka rusaklah negara”. Olehnya itu peran
orang tua khususnya ibu dapat diberikan kepada generasi Z melalui bahasa lokal. Cara
berbicara yang sopan sesuai dengan bahasa ibu.
Selain ibu, bapak sebagai kepala keluarga juga harus mampu menjadi teladan
yang baik. Hubungan ayah dan generasi Z yang baik sejak awal akan mempengaruhi
perkembangan kognitif, motorik, kemampuan, menolong diri sendiri. Kedekatan dengan
ayah tentunya juga akan mempengaruhi pembentukan karakter generasi Z.
Pembentukan karakter generasi Z dapat menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik.
Bangsa Indonesia akan menjadi lebih baik apabila penanaman nilai-nilai moral,
keagamaan, tata krama, sopan santun, dan lain-lain dilakukan orang tua terhadap
generasi Z sejak dini. Melalui hal itu generasi Z dapat menjadi generasi yang berjiwa
pancasila. Generasi Z dengan karakter jiwa pancasila akan membuat bangsa Indonesia
menjadi bangsa berbudaya dan berkarakter yang baik.
Generasi bangsa yang baik lahir dari didikan orang tua yang memahami arti
penting penanaman pendidikan karakter pada generasi Z sejak dini. Peran orangtua
mendidik generai Z sangat penting mulai dari tata cara bersosialisasi, baik dalam
bergaul terhadap sesama, dengan yang lebih muda, maupun dengan yang lebih tua.
Generasi Z dengan karakter yang baik akan memperlihatkan sikap yang baik dimanapun
mereka berada. Tidak hanya kepada orang yang dikenal tetapi juga kepada orang lain
yang tidak dikenalinya. Sikap yang baik ini tertanam dalam diri generasi Z karena
adanya keyakinan yang telah ada bahwa hidup bukan hanya untuk hari ini tetapi juga
kesadaran bahwa segala sesuatunya pasti kembali kepada-Nya.
Paparan tersebut menunjukkan perlunya tindakan preventif sejak dini dalam
membentuk karakter generasi Z. Bentuk tindakan preventif yang dilakukan orang tua
dalam membentuk karakter generasi Z adalah adanya tketerlibatan orang tua dalam
menyekolahkan anak sebagai generasi Z. Melalui sekolah generasi Z mendapatkan

8

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

pendidikan yang layak. Selain itu, generasi Z ketika di sekolah akan bertemu dengan
orang-orang yang dapat menjadikan dirinya kawan atau lawan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa bentuk tindakan preventif orang tua kembali
ditekankan. Orang tua berperan tidak hanya menyekolahkan, membayar tagihan
sekolah, maupun antar jemput ke sekolah akan tetapi diperlukan kerjasama lebih lanjut
dengan pihak sekolah. Kerjasama dengan pihak sekolah diperlukan agar generasi Z
berhasil menempuh pendidikan akan tetapi keberhasilan pendidikan tidak langsung
dilihat saat kegiatan mendidik selesai diajarkan. Keberhasilan pendidikan merupakan
keberhasilan yang dilihat dalam waktu jangka panjang. Keberhasilan pendidikan
berhubungan dengan peran orang tua di dalam mendidik anak
Oleh karena itu, untuk keberhasilan pendidikan, orang tua perlu mendukung
gerakan pemerintah wajib belajar 9 tahun. Melalui program wajib belajar 9 tahun
generasi Z akan belajar memahami bahwa betapa indahnya hidup dalam perbedaan.
Generasi Z akan mendapatkan teman dan belajar menghargai orang-orang yang ada di
sekelilingnya. Pengalaman yang didapatkan generasi Z di bangku sekolah akan
memberikan perubahan pada sikap dalam berbuat dan bersosialisasi dengan orang lain.
Beberapa peran lain orang tua ketika generasi Z duduk di bangku sekolah, orang
tua harus berbincang dengan generasi Z perihal apa yang dipelajari di sekolah,
bagaimana keadaan kelas ketika belajar, bagaimana sikap gurunya, bagaimana
hubungan generasi Z dengan teman-temannya. Perhatian-perhatian kecil jarang
dilakukan oleh orang tua. Padahal orang tua seharusnya memberikan perhatian kepada
generasi Z dalam segala hal. Hal kecil cenderung diabaikan orang tua, padahal generasi
Z biasanya menginginkan orang tua yang perhatian, yang mendengarkan cerita dan
keluhan-keluhan mereka tentang apa yang telah dialami di sekolah. Jadi, kerjasama
antara orang tua dan sekolah merupakan bentuk tindakan preventif dalam membentuk
generasi Z yang lebih baik.

9

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak merupakan generasi Z yang membutuhkan perlindungan dan bimbingan
dalam menjalani kehidupan. generasi Z adalah ciptaan tuhan yang unik. Sebagai orang
tua harus sadar dan menerima keunikan tersebut. Orang tua perlu menanamkan karakter
yang baik dalam sikap dan perbuatan serta kata-kata. Orang tua harus menjadi teladan
bagi buah hati tercinta karena awalnya generasi Z belajar dari lingkungan terdekatnya,
yaitu orang tua. Generasi Z akan menyerap informasi dengan baik dari kelima indranya.
Bukan hanya perkataan orang tua tapi sikap serta perilaku orang tua akan diingat juga,
baik itu disadari ataupun tidak disadari.
Keberhasilan mendidik anak merupakan impian semua orang tua. Setiap orang
tua pasti ingin agar anaknya bisa sukses dan bahagia. Kesuksesan anak tidak hanya
diukur dari karir yang diperoleh akan tetapi sikap yang baik dan berbudaya menjadikan
tolok ukur kesuksesan nilai-nilai moral yang diperoleh. Oleh karena itu, orang tua perlu
melakukan tindakan preventif dalam mendidik anak agar tercipta generasi Z yang
berkarakter baik dan berbudaya. Bentuk tindakan preventif yang dilakukan orang tua
dalam melindungi anak dilakukan dengan cara mengarahkan anak untuk memasuki
jenjang pendidikan anak usia dini dan jenjang pendidikan dasar. Sehingga generasi Z
yang akan datang menjadi generasi yang dapat memimpin negeri ini dengan baik.

B. Saran
“Jangan mengkuatirkan bahwa anak-anak tidak mendengarkan Anda, kuatirkanlah
bahwa mereka selalu mengamati Anda” – Robert Fulghum
Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri
Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai

10

ISBN: 978-979-562-030-3
SEMINAR NASIONAL: “PERAN ORANG TUA DALAM PERLINDUNGAN ANAK UNTUK MEMBENTUK
KARAKTER GENERASI Z”
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT PENELITIAN WANITA DAN GENDER LPPM UNY (27 SEPTEMBER 2014)

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar
menemukan kasih dalam kehidupannya

Jadilah pribadi yang baik yang mengamalkan nilai-nilai moral yang baik. Berikanlah
didikan yang baik pada anak kalian, karena anak-anak kalian adalah generasi yang akan
melanjutkan negara ini ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA
Berk, Laura E. 2012. Development Through The Lifespan: Edisi Kelima. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Lickona, T. 2013. Educating for Character: Mendidik untuk Membentuk Karakter. Jakarta: Bumi
Aksara.
Santrock, J.W. 2009. Psikologi Pendidikan. Edisi 3 buku 1. Jakarta Selatan: Salemba Humanika.

11