RESPON MASYARAKAT - INTERNASIONAL TERHADAP

ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2016
ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org
© Copyright 2016

RESPON MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP
PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI
SUDAN SELATAN PASCA REFERENDUM
TAHUN 2011
HJ. RAISA1
NIM. 0902045243
Abstract:
The conflict in South Sudan began on December 2013 when president
Salva Kiir Mauardit sacked his entire cabinet and accused vice president Riek
Machar of instigating a failed coup. The conflict resulted in serious human
rights violations so that caused a reaction from the international society.
Human Right, Human Security concept and English School Theory as
conceptual framework are used to answer the reseach question. The results
showed that since the conflict between the president and former vice president
of South Sudan, about 1.6 million people continued to be displaced from their
homes within the country, and some 600,000 sought refuge in neighbouring
countries. The conflict also makes Human Rights abuses such as: Attacks

against civilians, Rape and sexual harassment, Mass murder, Torture,
mutilation and cannibalism, Abduction and recruitment of childrens as armed
forces. Human Rights violations in South Sudan makes a response from
International Society including the UN Security Council members such as the
United States and China. United States sanctioned arms embargo and
threatened to revoke its aid funding to the South Sudan, meanwhile China has
sent 700 military troops to South Sudan to help the UN peacekeeping force in
order to stop Human Rights violations in South Sudan.
Keywords : Human Rights, International Society, South Sudan.
Pendahuluan
Sudan Selatan merupakan negara yang dinyatakan merdeka dan resmi berpisah
dari Republik Sudan sejak 09 Juli 2011 melalui referendum yang diadakan pada
Januari 2011 dimana 95% rakyat Sudan Selatan menginginkan berpisah dengan
Sudan Utara. Sejak merdeka, Sudan Selatan masih dibayangi dengan berbagai
macam masalah salah satunya adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
1

Mahasiswa S1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Soasial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman. Email: [email protected]


eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2016

Dua tahun pasca kemerdekaanya terjadi sebuah konflik yang mengakibatkan
perang sipil di negara tersebut dan menyebabkan begitu banyak pelanggaran
HAM. Pelanggaran HAM di negara tersebut bermula ketika kedua pemimpinnya
yaitu presiden dan wakil presiden Sudan Selatan bertikai untuk memperebutkan
kekuasaan. Konflik tersebut bermula pada Juli 2013. Penyebabnya adalah
Presiden Sudan Selatan yaitu Salva Kiir Mayardit memecat wakilnya yaitu Riek
Machar beserta jajaran kabinetnya secara sepihak karena Presiden Salva Kiir
Mayardit beralasan bahwa Riek Machar memiliki rencana untuk mengkudeta
dirinya. Tuduhan tersebut dibantah oleh Machar, namun pada kenyataannya di
Bulan Desember 2013 mantan Wakil Presinden Sudan Selatan yaitu Riek Machar
memimpin aksi kudeta bersama politisi yang anti terhadap pemerintah untuk
menggulingkan Presiden Salva Kiir Mayardit.
Konflik yang terjadi antara Presiden dan mantan Wakil Presiden Sudan Selatan
terus berlanjut tidak hanya di wilayah ibu kota Juba namun konflik tersebut
hingga ke kota-kota lainnya dan konflik tersebut meluas menjadi konflik antar
kelompok etnis/suku yang memicu terjadinya perang saudara karena kedua belah
pihak masing-masing memiliki pendukung di wilayah Sudan Selatan dan juga
keduanya berasal dari etnis/suku yang berbeda. Presiden Kiir yang berasal dari

kelompok etnis/suku mayoritas Dinka dan mantan wakilnya Machar yang berasal
dari etnis/suku Nuer. Pihak tentara yang pro terhadap pemerintah akan bertamu ke
setiap pemukiman penduduk dan menembaki penduduk yang telah diketahui
tergabung dengan salah satu etnis tertentu yaitu etnis yang pro terhadap mantan
wakil presiden (etnis/suku Nuer).
Selama konflik berlangsung, begitu banyak korban jiwa tidak hanya bagi kedua
belah pihak yang sedang bertikai namun warga sipilpun turut menjadi sasaran
bagi kedua belah pihak yang sedang bertikai dan mengakibatkan begitu banyak
terjadinya pelanggaran HAM yang cukup berat, diantaranya terjadi pembunuhan
massal tanpa melalui proses peradilan, pelecehan seksual dan pemerkosaan,
penculikan anak laki-laki yang berusia di atas 12 tahun untuk dijadikan sebagai
pasukan, penyerangan pemukiman penduduk sipil, rumah sakit dan tempat ibadah
serta instalasi PBB. Hal tersebut mengakibatkan ribuan masyarakat yang
melarikan diri melakukan pengungsian untuk menyelamatkan diri dari ancamanancaman kedua belah pihak yang sedang bertikai.
Sejak terjadinya konflik tersebut pada Desember 2013 Sekjen PBB meminta
Dewan Keamanan PBB untuk meningkatkan jumlah pasukan di Sudan Selatan.
Negara anggota tetap DK PBB sejak konflik berlangsung di Sudan Selatan telah
mengirimkan sejumlah pasukannya termasuk Cina dan Amerika Serikat.
Sementara itu Uni Afrika beserta negara-negara Afrika lainnya juga berupaya
untuk menghentikan konflik yang terjadi di Sudan Selatan agar pelanggaran HAM

yang terjadi dapat segera berakhir. Terkait hal tersebut, maka penulis ingin
meneliti tentang pelanggaran HAM di Sudan Selatan serta respon masyarakat
internasional terkait pelanggaran HAM tersebut.

2

Respon Masyarakat Internasional Terhadap Pelanggaran HAM di Sudan Selatan (Hj.Raisa)

Landasan Teori dan Konsep
A. Konsep Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah sebagai seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang wajib dihormati
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang.
Oleh karena itu, pengingkaran berarti mengingkari martabat kemanusiaan.
Negara, pemerintah atau organisasi apapun berkewajiban untuk mengakui dan
melindunginya pada setiap manusia tanpa terkecuali. Hak asasi manusia selalu
menjadi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
John Locke menjelaskan bahwa HAM ialah hak-hak yang langsung diberikan
Tuhan yang esa kepada manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh karenanya, tidak

ada kekuatan apapun di dunia yang bisa mencabutnya. HAM ini sifatnya
fundamental atau mendasar bagi kehidupan manusia dan pada hakikatnya sangat
suci. Sementara menurut Miriam Budiarjo, HAM merupakan hak yang dimiliki
setiap orang yang dibawa sejak lahir ke dunia dan menurutnya hak itu sifatnya
universal karena dimiliki tanpa adanya perbedaan ras, kelamin, suku, budaya,
agama dan lain sebagainya.
Pelanggaran HAM merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum yang harus
dituntut dan diadili secara hukum oleh suatu pengadilan internasional karena
perlindungan hak asasi manusia itu erat hubungannya dengan perlindungan dunia
dan kedamaian seluruh umat manusia dan untuk semua negara yang berdaulat,
dan hak asasi manusia harus dijamin sungguh-sungguh dan dilindungi oleh
pemerintah negara secara adil dan merata.
B. Konsep Human Secuirty
United Nations Commission on Human Security mendefinisikan human security
sebagai perlindungan dari inti kehidupan manusia yang meningkatkan kebebasan
dan pemenuhan kebutuhan manusia. Human security menyatakan bahwa
pemahaman keamanan yang berpusat pada manusia melibatkan berbagai bidang
studi yaitu: Studi Pembangunan, Hubungan Internasional, Studi Strategis dan Hak
Asasi Manusia. Faktor human security lebih di fokuskan pada tataran individu
yang membutuhkan kepastian atas pembangunan yang berkelanjutan, kepastian

hukum, good governance dan keadilan sosial pada tingkat makro.
Secara ringkas United Nations Development Programme (UNDP)
mendefinisikan: Human security can be said to have two main aspects. It means,
first, safety from such chronic threats as hunger, disease and repression. And
second, it means protection from sudden and hurtful disruptions in the patterns of
daily life—whether in homes, in jobs or in communities. Jadi, secara umum,
definisi human security menurut UNDP mencakup “freedom from fear and
freedom from want”.

3

eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2016

C. Teori English School
English School pertama kali dicetuskan di Departemen Hubungan Internasional di
London School of Economics yang dipimpin oleh CAW Manning dan diikuti oleh
Alan James, F. S. Northledge dan Hedley Bull. Mereka merupakan guru dan
murid yang sangat mempengaruhi perkembangan dari pemikiran ini. Teori ini
memiliki inti yang menentukan kekhasan dari English School yaitu tiga konsep
kunci dan pendekatan teoritis pluralisnya. Tiga konsep tersebut adalah

internasional system, international society, dan world society.
International
Society
(Grotius/rationalisme)
menjelaskan
mengenai
institusionalisme dimana mereka saling berbagi kepentingan dan identitas diantara
bangsa dan menempatkan penciptaan serta pemeliharaan norma-norma, aturanaturan, dan institusi-institusi bersama sebagai pusat dari teori hubungan
internasional bersama latar belakang dan ide mereka melalui satu institusi yang
mengacu pada hukum internasional atau pun rezim internasional.
Hedley Bull dalam salah satu karyanya menyebutkan bahwa masyarakat
internasional (international society) muncul ketika sekelompok negara sadar akan
kepentingan dan nilai bersama tertentu, membentuk suatu masyarakat dalam
artian bahwa mereka meyakini dirinya sendiri dipersatukan oleh seperangkat
aturan bersama dalam hubungannya antara satu dengan yang lain. Disamping itu,
mereka juga saling berbagi dalam menjalankan institusi bersama. Menurut Bull,
elemen suatu masyarakat itu selalu hadir dalam sistem internasional modern.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif analitik, yaitu
berupaya untuk menggambarkan dan menganalisa pelanggaran HAM yang terjadi

di Sudan Selatan serta respon masyarakat internasional terhadap pelanggaran
HAM tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tinjauan
pustaka (library research) dengan mengumpulkan data-data sekunder yang
bersumber dari buku-buku, artikel, dan data-data dari internet yang tingkat
kapabilitasnya terhadap permasalahan yang dihadapi dan validitasnya dapat
dipertanggung jawabkan. Jenis data yang digunakan adalah data Skunder. Teknik
analisis data yang digunakan dalam menganalisis data yang di peroleh dari
penelitian, menggunakan metode kualitatif. Dalam menganalisis permasalahan di
gambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada dan kemudian menghubungkan fakta
yang satu dengan fakta lainnya dalam hal ini pelanggaran HAM yang terjadi serta
respon masyarakat internasional terhadap pelanggaran HAM di Sudan Selatan
pasca referendum tahun 2011.
Pembahasan
pelanggaran HAM yang terjadi di Sudan Selatan adalah pelanggaran HAM yang
diakibatkan oleh pertikaian antara Presiden dan mantan wakilnya merupakan
pelanggaran hukum yang harus dituntut dan diadili secara hukum oleh pengadilan

4

Respon Masyarakat Internasional Terhadap Pelanggaran HAM di Sudan Selatan (Hj.Raisa)


internasional. Namun hingga saat ini pertikaian tersebut masih terus berlanjut
sehingga menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat internasional.
Pelanggaran HAM yang terjadi di Sudan Selatan bisa dikatakan sebagai akibat
dari konflik dalam negara dan perang sipil di negara tersebut maka dalam hal ini
yang dapat berperan untuk membantu rakyat Sudan Selatan dari adanya
pelanggaran HAM tersebut adalah masyarakat internasional. Masyarakat
internasional memiliki tanggung jawab untuk membantu dan melindungi rakyat
Sudan Selatan dari ancaman yang sedang dihadapinya. Masyarakat internasional
dapat membantu rakyat Sudan Selatan untuk terbebas dari rasa takut dan bebas
untuk hidup seperti manusia pada umumnya.
Konflik yang terjadi di Sudan Selatan adalah konflik yang bermula dari kedua
pemimpin negara itu, sehingga yang dapat melindungi rakyat sipil Sudan Selatan
adalah masyarakat internasional dengan demikian aturan dan hukum internasional
sangat diperlukan oleh rakyat Sudan Selatan. Dengan adanya hukum internasional
maka rakyat Sudan Selatan akan aman dari kekerasan termasuk berbagai macam
pelanggaran HAM yang terjadi di negara tersebut.
A. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Sudan Selatan
Sejak konflik terjadi dilaporkan ada sekitar 1,6 juta orang terus mengungsi dari
rumah mereka di dalam negeri, dan sekitar 600.000 orang mencari perlindungan

di negara-negara tetangga. Berikut ini bentuk-bentuk pelanggaran HAM yang
terjadi di Sudan Selatan sejak terjadinya konflik pada Desember 2013 hingga saat
ini:
1. Serangan terhadap Warga Sipil dan Pemukiman Penduduk
Pada awal terjadinya konflik yaitu Desember 2013 serangan telah terjadi
selama 24 jam terhadap warga sipil. Ribuan warga sipil telah tewas dan
sebagian besar kota-kota utama termasuk fasilitas umum seperti klinik, rumah
sakit, dan sekolah, telah dijarah , hancur, dan ditinggalkan. Diperkirakan 1,5
juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka; 100.000 orang masih
berlindung di pangkalan PBB karena mereka takut untuk kembali ke rumah.
Pada periode antara pertengahan Desember 2013 hingga pertengahan April
2014, angkatan bersenjata dari kedua belah pihak telah menargetkan dan
membunuh ratusan warga sipil, dimana salah satu etnis akan membunuh etnis
yang berbeda dengannya baik pihak pemerintah maupun oposisi, dan mereka
akan menjarah dan menghancurkan pemukiman penduduk setempat. Menurut
laporan Human Right Watch menyebutkan bahwa pasukan pemerintah yaitu
tentara dan kelompok etnis Dinka akan menyusuri pemukiman penduduk
memasuki rumah-rumah penduduk menangkap, menyiksa dan membunuh
kelompok/etnis Nuer yang dianggap pro terhadap mantan wakil presiden
Sudan Selatan yaitu Rieck Machar. Sebagai salah satu contohnya Di Masjid

Kali-Ballee -tempat berlindung sekitar 500 orang- lebih dari 200 orang tewas
dan ratusan lainnya cedera. Warga sipil, termasuk anak-anak, juga dibunuh di
sebuah gereja dan rumah sakit.

5

eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2016

Selain itu PBB juga melaporkan bahwa pasukan pemberontak pendukung
Rieck Machar juga telah melakukan pembantaian. Pada 15 April 2014 telah
terjadi serangan di kota minyak Bentiu, Sudan Selatan bagian utara oleh para
pemberontak yang mendukung pemimpin pemberontak Sudan Selatan Riek
Machar yang membunuh setidaknya 287 warga sipil yang mengungsi di
masjid, banyak di antara mereka pedagang dan keluarga mereka dari daerah
Darfur Sudan. Sehari kemudian, 19 warga sipil di rumah sakit kota itu juga
dibunuh.
Human Rights Watch mencatat lebih dari 60 kasus yang terpisah dari tempat
yang ditargetkan, pembunuhan di luar hukum dari satu atau lebih individu.
Dalam salah satu insiden terburuk, pasukan pemerintah menangkap antara 200
hingga 400 orang Nuer pada malam 15 Desember dan hari berikutnya,
menahan mereka di sebuah gedung di lingkungan Gudele dan kemudian
membunuhnya. Kedua belah pihak baik pasukan oposisi maupun pemerintah
dilaporkan telah melakukan penyerangan di rumah sakit dan tempat ibadah
seperti gereja, mesjid dan juga termasuk pangkalan PBB.
2. Pemerkosaan dan Pelecehan Seksual
Tragedi di Sudan Selatan telah mendorong para pejuang melakukan tindak
pemerkosaan terhadap perempuan sebagai bentuk kompensasi. PBB mengaku
memiliki bukti bahwa para pejuang dari milisi pro-pemerintah yang berjuang
bersama Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA) mendapat kompensasi
dari perjanjian untuk melakukan segala yang mereka bisa dan mengambil
segala yang mereka bisa. Akibat kompensasi itu, sebagian besar pemuda pun
mencuri ternak, mencuri barang-barang pribadi, melakukan pemerkosaan,
serta menculik wanita dan anak-anak perempuan sebagai bentuk kompensasi.
Menurut laporan PBB, pemerintah Sudan Selatan mengizinkan tentara dan
milisi sekutu memerkosa perempuan sebagai pengganti upah mereka. Dari
April hingga September 2014, PBB mencatat lebih dari 1.300 laporan
kejahatan perkosaan.
Ada beberapa contoh kasus pemerkosaan yang terjadi selama konflik
berlangsung seperti adanya seorang perempuan diculik sejumlah tentara dan
dibawa ke sebuah kamp militer. Di sana, dia diikat dan diperkosa berulang
kali selama dua bulan. Seorang perempuan lain diculik bersama adiknya yang
berusia 15 tahun, dan diperkosa setiap malam selama lima malam. Seorang
perempuan ketiga dibawa ke hutan bersama putrinya yang baru berusia 12
tahun. Di sana juga keduanya diperkosa. Penculikan perempuan dan gadis
muda yang kemudian dijadikan sebagai budak seks beberapa di antaranya
ditahan tanpa batas waktu, diikat bersama ratusan orang lain di kamp-kamp
pemerkosaan rahasia.
3. Pembunuhan Massal
Pihak PBB di Sudan Selatan mengatakan pasukan anti pemerintah telah
melakukan pembunuhan terhadap ratusan warga sipil yang sedang berlindung
di Rumah Sakit, dan tempat ibadah seperti Masjid dan juga Gereja.

6

Respon Masyarakat Internasional Terhadap Pelanggaran HAM di Sudan Selatan (Hj.Raisa)

Pembunuhan massal itu terjadi ketika pasukan anti pemerintah merebut kota
minyak di Bentiu dimana pasukan tersebut menyerang sebuah Masjid tempat
berlindung sekitar 500 orang, dan dinyatakan lebih dari 200 orang tewas dan
ratusan lainnya cedera.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia di Sudan Selatan
mengatakan tim penyelidik menemukan kuburan massal sekitar 75 jenazah
terdapat didalamnya. Seorang juru bicara badan PBB mengatakan banyak
mayat-mayat ditemukan di Bentiu di negara bagian Unity State. Ia juga
mengatakan latar belakang etnik mereka yang dibunuh di Bentiu tidak jelas,
tetapi sejumlah laporan menyebutkan mereka berasal dari etnis Dinka yaitu
etnis yang pro terhadap pemerintah. Seperti yang diketahui kota tersebut telah
direbut oleh pasukan oposisi sejak konflik berlangsung. Namun tidak hanya
pasukan anti pemerintah yang melakukan pembunuhan secara massal, pasukan
pro pemerintah pun juga melakukan hal yang demikian, dimana telah
dilaporkan di ibu kota juba bahwa lebih 200 orang, sebagian besar dari suku
Nuer, dibawa ke kantor polisi dan ditembak oleh tentara pemerintah. Selain
itu, orang-orang bersenjata masuk dari rumah ke rumah menembaki warga
yang bukan berasal dari suku Dinka.
4. Penyiksaan, Mutilas dan Kanibalisme
Tidak hanya pembunuhan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual yang dialami
namun juga sebagian warga sipil mengalami penyiksaan yang sangat
memprihatinkan. Hasil laporan juga menyebutkan bahwa para penduduk sipil
yang diduga mendukung oposisi, termasuk anak-anak, akan dibakar hiduphidup, digantung di pohon-pohon dan dimutilasi. Temuan PBB itu bertepatan
dengan laporan Amnesty International yang menyatakan pasukan pemerintah
sengaja membuat lebih dari 60 lelaki dewasa dan anak-anak mati lemas
dengan memasukkan mereka ke dalam kontainer pengiriman yang sangat
panas karena terpanggang matahari.
Sementara itu laporan Amnesty, yang merujuk pada insiden di pusat kota
Leer, dari hasil wawancara kepada 23 saksi mata mengisakan mereka melihat
pria dewasa dan anak-anak lelaki dipaksa masuk ke dalam kontainer dengan
tangan terikat. Mereka kemudian melihat jenazah-jenazah yang diseret keluar
dan dibuang. Saksi mata mengaku mendengar tangisan dan jeritan para
tawanan yang menderita serta memukul-mukul dinding container. Laporan
JMEC menyebutkan bahwa para tawanan yang ditemukan masih dalam
keadaan hidup kemudian dibunuh. Satu-satunya korban selamat adalah
seorang bocah lelaki berusia 8 tahun.
Selain hal tersebut sebuah komisi penyelidikan menemukan bukti-bukti
pembunuhan, penyiksaan, mutilasi, dan pemerkosaan dengan sebagian besar
korban adalah warga sipil. Selain itu juga ditemukan pemaksaan untuk
melakukan kanibalisme. Beberapa saksi mata di ibukota Juba mengatakan
kepada komisi bahwa mereka menyaksikan orang-orang dipaksa minum darah
dan makan daging orang yang baru dibunuh. Laporan juga menulis para

7

eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2016

pelaku mengambil darah dari orang yang dibunuh dan memaksa warga dari
etnis tertentu untuk minum darah itu dan makan daging manusia yang dibakar.
5. Penculikan dan Perekrutan Anak-Anak sebagai Pasukan
Bentuk pelanggaran HAM lainnya yang terjadi pada konflik yang terjadi di
Sudan Selatan adalah terjadinya penculikan dan perekrutan anak-anak
dibawah umur untuk dipersenjatai dan menjadi pasukan perang. Menurut
laporan Amnesty Interational telah diketahui sekitar 1.755 anak dibawah usia
telah diculik, hal tersebut terus bertambah sepanjang tahun. UNICEF
memperkirakan sekitar 16.000 anak telah tergabung dalam kelompok
angkatan bersenjata di negara tersebut.
B. Respon Masyarakat Internasional
Pada awal terjadinya konflik di Sudan Selatan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki –
moon, telah menginstruksikan agar Dewan Keamanan PBB mengirim kembali
pasukan keamanan sebanyak 5.500 personel ke Sudan Selatan. Perintah itu,
ditujukan untuk melindungi warga sipil yang terancam akibat perang sipil di
negara itu. Menurut Sekjen PBB, sebelumnya PBB telah mengirim 423 polisi
tambahan untuk memperkuat pasukan keamanan yang telah berada di Sudan
Selatan, yakni 7.000 tentara, dan 700 polisi. Menurutnya, pengiriman pasukan
tambahan ke Sudan Selatan yang sedang mengalami konflik akibat krisis politik
itu didukung Dewan Keamana PBB.
Selain reaksi dari PBB terhadap pelanggaran HAM di Sudan Selatan, masyarakat
internasional pun turut merespon kejadian tersebut diantaranya:
1. Reaksi Amerika Serikat
Adanya reaksi yang diberikan oleh Amerika Serikat terhadap pelanggaran
HAM yang terjadi di Sudan Selatan merupakan tanggung jawab bagi Amerika
Serikat, karena selain anggota tetap Dewan Keamanan PBB Amerika juga
merupakan negara yang sangat gencar dalam mengkampanyekan tentang
penegakan hak asasi manusia itu sendiri, dan Amerika Serikat sangat
menjunjung tinggi tentang kebebasan hak setiap individu dan norma
kemanusiaan.
Selain itu, Amerika Serikat adalah negara yang mendukung penuh terhadap
kemerdekaan Sudan Selatan sebelum memisahkan diri dari Sudan Utara.
Namun ketika terjadi konflik antara kedua pemimpin tertinggi negara Sudan
Selatan, Amerika Serikat dengan cepat memberikan perhatiannya dengan
memberikan sanksinya. Sanksi tersebut dapat dan akan digunakan terhadap
mereka yang terlibat konflik yang merusak proses atau institusi demokrasi
atau menghalangi proses perdamaian. Sanksi akan diterapkan terhadap mereka
yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Sudan Selatan. Presiden
Barack Obama telah menandatangani otorisasi sanksi hukuman pada 3 April
2014. Selain itu Amerika Serikat siap untuk mempertimbangkan pemberian
sanksi atau embargo senjata terhadap pemimpin Sudan Selatan jika mereka

8

Respon Masyarakat Internasional Terhadap Pelanggaran HAM di Sudan Selatan (Hj.Raisa)

gagal untuk bekerja sama dalam pemerintah persatuan yang diusulkan untuk
mengakhiri konflik di negara itu.
Selain sanksi yang akan diberikan oleh Amerika Serikat, Sudan Selatan juga
terancam akan kehilangan bantuan dana dari negara yang mendukung
kemerdekaannya itu. Kebijakan tersebut dilakukan karena konflik yang tak
kunjung usai di negara termuda di dunia ini. Amerika Serikat diketahui,
memberikan bantuan sebesar Rp.607 miliar kepada Sudan Selatan selama
konflik. Bantuan tersebut ditujukan untuk aksi kemanusiaan di negara pecahan
Sudan ini. Selain dana kemanusiaan, setiap tahunnya Amerika Serikat
memberikan Sudan Selatan bantuan sebanyak Rp.7,317 triliun. Dana besar ini
dipakai untuk membangun negara serta militer Sudan Selatan.
Sebagai tindakan nyata dalam menegakkan HAM Amerika Serikat telah
menjatuhkan sanksi terhadap dua komandan militer Sudan Selatan karena
telah mendorong perang sipil di negara. Kementerian Keuangan AS
mengumumkan sanksi terhadap komandan militer Sudan Selatan, Jok Riak,
dan komandan oposisi Simon Gatwech Dual karena telah mengancam
perdamaian, keamanan atau kestabilan Sudan Selatan dan memperluas atau
memperpanjang konflik atau menghalangi pembicaraan damai di Sudan
Selatan. Sanksi AS itu diberlakukan sehari setelah PBB menjatuhkan sanksi
kepada Jok Riak, Gatwech Ganda dan empat komandan lainnya dalam konflik
di negara termuda di dunia tersebut.
Kementerian Keuangan mencatat bahwa sanksinya itu pertama kali diambil
dalam koordinasi dengan daftar sanksi PBB. Langkah hari ini diambil dalam
koordinasi dengan mitra internasional AS yang menggarisbawahi bahwa
Amerika Serikat mengutuk keras siapa pun, dari kedua pihak, yang
memperburuk konflik di Sudan Selatan, dan pihaknya akan menggagalkan
siapa pun yang membantu mendorong kekerasan di wilayah tersebut. Sanksi
tersebut membekukan aset yang dipegang oleh Jok Riak dan Gatwech Ganda
di AS dan melarang warga AS terlibat transaksi dengan mereka.
2. Reaksi cina
Seperti halnya Amerika Serikat, rekasi yang diberikan Cina terhadap
pelanggaran HAM di Sudan Selatan karena Cina juga merupakan salah satu
anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Selama ini Cina dianggap oleh dunia
barat sebagai salah satu negara yang seringkali melakukan pelanggaran HAM
di dalam negaranya, namun dengan adanya reaksi Cina ini seakan-akan negara
tersebut ingin menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Cina juga
peduli terhadap penegakan HAM, namun diluar itu telah kita ketahui bahwa
Cina memiliki kepentingan minyak di Sudan Selatan.
Cina berkepentingan sebagai negara terbesar yang mengimpor minyak dari
Sudan Selatan. Cina adalah mitra dagang tunggal terbesar di Afrika, disusul
Amerika Serikat selama beberapa dekade terakhir. Namun, Cina mengaku
tetap netral dan tidak ikut campur dalam politik internal negara-negara Afrika.

9

eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2016

Cina menjadi investor terbesar di ladang minyak Sudan Selatan, melalui grup
China National Petroleum Corp (CNPC) dan Sinopec. Konflik di Sudan
membuat Cina terpaksa mengevakuasi pekerja-pekerjanya di sana. Sudan
Selatan sendiri diperkirakan sebagai sumber cadangan minyak terbesar ketiga
di Sub Sahara Afrika.
Sejak berdirinya negara itu, Cina telah memberikan pinjaman pada pemerintah
Sudan Selatan dan bantuan untuk berbagai proyek pembangunan, termasuk
kesepakatan September 2013 untuk memberikan bantuan kepada industri
pertambangan Sudan Selatan. Perusahaan minyak Cina juga aktif di negara
kaya minyak itu. CNPC adalah pemegang saham utama dalam dua kelompok
minyak besar yang beroperasi di Sudan Selatan, Petrodar dan Greater Nile
Petroleum Operating Company. Chinadialogue melaporkan bahwa Cina
menerima ekspor lebih dari 80 persen dari produksi minyak Sudan Selatan.
Dua tahun setelah merdeka, ketika Sudan Selatan kembali mengalami konflik
internal antara pemerintah dan pihak oposisi di Sudan Selan yang
mengakibatkan banyak terjadi pelanggaran HAM, Cina kembali memberikan
kontribusinya. Selain untuk kepentingan minyaknya yaitu melindungi
perusahaan miliknya dari konflik yang terjadi tentunya juga untuk membantu
rakyat Sudan Selatan agar terhindar dari kejahatan perang.
Pada saat terjadinya konflik di Sudan Selatan, Cina menyerukan semua pihak
untuk menghentikan pertempuran dalam konflik Sudan Selatan, setelah
Dewan Keamanan PBB menyetujui rencana menggandakan jumlah pasukan
penjaga perdamaian di negara tersebut. Kementerian Luar Negeri Cina dalam
sebuah pernyataan pada Desmber 2013 menyebutkan Wakil Menteri Luar
Negeri Zhang Ming mengatakan Cina memberi perhatian pada konflik dan
dampaknya terhadap tetangga Sudan Selatan. Sebagai teman dan mitra Sudan
Selatan, Cina menyerukan kepada semua pihak dalam konflik untuk segera
menghentikan tindakan-tindakan permusuhan dan negosiasi terbuka sesegera
mungkin. Pernyataan itu dibuat pada pertemuan dengan para diplomat dari
negara-negara anggota dari East African Intergovernmental Authority on
Development (IGAD), organisasi pembangunan tujuh negara yang mencakup
Sudan dan Kenya. Zhang juga mengatakan Cina mendukung IGAD
mengirimkan tim mediasi untuk Sudan Selatan.
Setahun sejak terjadinya konflik di Sudan Selatan yaitu pada Desember 2014
media pemerintah Cina melaporkan, negara itu akan mengirim 700 tentara ke
Sudan Selatan sebagai bagian dari batalyon infantri negara itu untuk
berpartisipasi dalam sebuah misi pemelihara perdamaian PBB. Kantor berita
resmi Xinhua mengungkapkan, 180 tentara dari pasukan itu akan
diberangkatkan lebih awal dan sisanya akan menyusul. Xinhua menambahkan,
batalyon itu akan dilengkapi dengan pesawat tanpa awak, kendaraan lapis baja
infantri, misil anti-tank, peluru mortir dan senjata-senjata lain untuk tujuan
pertahanan.

10

Respon Masyarakat Internasional Terhadap Pelanggaran HAM di Sudan Selatan (Hj.Raisa)

Keberaadaan masyarakat internasional seperti Amerika Serikat dan Cina tentunya
diharapkan dapat membantu rakyat Sudan Selatan dari tindak-tindak pelanggaran
HAM yang telah terjadi di negara tersebut. Dengan adanya respon yang diberikan
dapat bermanfaat bagi rakyat Sudan Selatan dan dapat membantu terjadinya
kesepakatan damai antara kedua belah pihak yang sedang bertikai. Oleh karena
itu, respon masyarakat internasional seperti Amerika Serikat dan China pada
pelanggaran HAM yang terjadi di Sudan Selatan dapat berfungsi sebagai
penengah dari pihak-pihak yang sedang berkonflik. Keberadaan masyarakat
internasional juga diharapkan agar dapat menindak pelaku pelanggaran HAM di
Sudan Selatan melalui pengadilan internasional. Hanya masyarakat internasional
lah yang dapat membantu rakyat Sudan Selatan dari tindak pelanggaran HAM
yang terjadi, karena pemimpin negara tersebut tidak dapat memberikan
perlindungan kepada rakyatnya.
KESIMPULAN
Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Sudan Selatan dapat dikatakan sebagai
pelanggaran HAM terburuk di dunia pada abad ini. Namun dengan adanya
pelanggaran HAM tersebut muncul berbagai macam respon dari masyarakat
Internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara anggota
Dewan Keamanan PBB seperti Amerika Serikat dan Cina. Dengan adanya reaksi
masyarakat internasional tersebut seperti Amerika Serikat dan Cina diharapkan
agar keberadaan kedua negara ini pada konflik tersebut dapat menghentikan
pertikaian antara kedua pemimpin Sudan Selatan sehingga pelanggaran HAM
dapat segera di hentikan dan para pelaku tindak pelanggaran HAM dapat diadili.
Amerika Serikat dan Cina tentunya telah memberikan kontribusinya selaku
masyarakat internasional dan juga pihak ketiga. Namun konflik akan berakhir
ketiga kedua belah pihak yang bertikai telah melakukan kesepakatan damai. Oleh
karena itu disamping membantu rakyat Sudan Selatan dari ancaman-ancaman
tindak kejahatan dengan mengirimkan berbagai macam bantuan, kedua belah
pihak yang berkonflikpun harus sesegera mungkin menyetujui kesepakatan untuk
berdamai.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bryan A, Garner ed., 1999. Black’s Law Dictionary , Seventh Edition, Book 1,
West Group, ST. Paul, Minn
Buzan, Barry 1993, “From International System to International Society:
Structural Realism and Regime Theory Meet the English School,” International
Organization, Vol47, No. 3, p.332
Buzan, Barry.’From International to World Society? English School Theory and
The Social Strucyure of Globalisation.Cambridge.2004
Haas, Robert, 1996. “ Human Rights and The Media”, Asian Institute for
Development Communication (AIDCOM) and the authors. All Rights Reserved.

11

eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2016

Prinst, Darwan, 2001. Sosialisasi & Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia,
Bandung: PT.Citra Aditya Bakti
Purbopranoto, Kuntjoro, MR. 1976. “Hak-Hak Asasi Manusia dan Pancasila”
Jakarta: Pradnya Pramita
Robert Jackson dan Georg Sorensen (2005), Pengantar Studi Hubungan
Internasional (diterjemahkan oleh: Dadan Suryadipura), Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Suganami, Hidemi. ‘The English School, History and Theory’. Ritsumeikan
International Affairs. Vol 9-2011, p.29-30
United Nations Development Programme (UNDP), Human Development Report
1994, 1994. Oxford University Press, New York
Internet
AS Ancam Potong Bantuan Sudan Selatan, dalam
http://news.okezone.com/read/2014/01/10/414/924446/as-ancam-potong-bantuansudan-selatan/large, diakses 06 April 2015
AS Kirim Pasukan ke Sudan Selatan, dalam
http://sinarharapan.co/index.php/news/read/29857/as-kirim-pasukan-ke-sudanselatan.html, diakses 06 April 2015
AS Siap Sanksi Sudan Selatan, dalam
http://news.okezone.com/read/2014/04/11/414/969128/as-siap-sanksi-sudanselatan, diakses 22 Mei 2015
Chinas South Sudan Dilemma, dalam http://thediplomat.com/2013/12/chinassouth-sudan-dilemma/, diakses 22 Juni 2016
Cina ingin akhiri Konflik di Sudan Selatan, dalam
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/14/01/07/mz13t8-cinaingin-akhiri-konflik-di-sudan-selatan, diakses 22 Juni 2016
Cina Kirim 700 Tentara ke Sudan Selatan, dalam
http://www.voaindonesia.com/content/Cina-kirim-700-tentara-ke-sudan-selatan/
2568803.html, diakses 05 April 2015
Cina Serukan Konflik Sudan Selatan di Hentikan, dalam
http://kabar24.bisnis.com/read/20131225/19/194205/Cina-serukan-konflik-sudanselatan-dihentikan, diakses 22 Mei 2015
Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Dunia dan Indonesia, dalam
http://informasiana.com/contoh-kasus-pelanggaran-ham-di-dunia-dan-indonesia/,
diakses 14 Agusutus 2015

12

Respon Masyarakat Internasional Terhadap Pelanggaran HAM di Sudan Selatan (Hj.Raisa)

Foto: Derita Rakyat Korban Perang Saudara di Sudan Selatan, dalam
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/473360-foto--derita-rakyat-korban-perangsaudara-di-sudan-selatan, diakses 20 Maret 2015
Human Right Watch - South Sudan, dalam https://www.hrw.org/africa/southsudan, diakses 20 Mei 2016
Human Right Watch – World Report 2015: South Sudan, dalam
https://www.hrw.org/world-report/2015/country-chapters/south-sudan, diakses 20
Mei 2016
Human Security and the Role of National Human Rights Institutions in the
Enforcement of Language Rights Policy in Sri Lanka, dalam
http://ijil.ui.ac.id/index.php/home/article/view/375, diakses 05 April 2015
Kanibalisme Paksaan Terjadi pada Konflik Sudan Selatan, dalam
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/10/151028_dunia_sudan_selatan,
diakses 21
Kumpulan Contoh Kasus Pelanggaran HAM Dunia dan Indonesia, dalam
http://www.zakapedia .com/2015/08/kumpulan-contoh-kasus-pelanggaranham.html#_, diakses 14 Agusutus 2015
PBB Kirim Misi Investigasi Pelanggaran HAM di Sudan Selatan, dalam
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pbb-kirim-misi-investigasipelanggaran-ham-di-sudan-selatan, diakses 21 Mei 2015
PBB minta tambah pasukan di Sudan Selatan, dalam
http://bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/12/131222_southsudan, diakses 05 April
2015
PBB Temukan Kuburan Massal di Sudan Selatan, dalam
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/12/131224_sudan_selatan_kuburan_m
assal, diakses 21
Pembunuhan massal di Sudan Selatan, dalam
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/04/140421_sudan_pbb, diakses 21
Mei 2015
Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM), dalam
http://www.zonasiswa.com/2014/07/sejarah-hak-asasi- manusia-ham.html,
diakses 20 Februari 2016
South Sudan 2015/2016, dalam
https://www.amnesty.org/en/countries/africa/south-sudan/report-south-sudan/,
diakses 21 Mei 2016

13

eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2016

Sudan Selatan dituduh Izinkan Pemerkosaan, dalam
http://www.republika.co.id/berita/koran/internasional-koran/16/03/ 13/o3ywv71sudan-selatan-dituduh-izinkan-perkosaan, diakses 20 Mei 2016
Sudan Selatan Lakukan Pelanggaran HAM Terburuk di dunia, dalam
http://www.beritasatu.com/eropa/354294-sudan-selatan-lakukan-pelanggaranham-terburuk-di-dunia.html, diakses 21 Mei 2015
Sudan Selatan Resmi Merdeka, dalam
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/07/110709_sudanselatan.shtml,
diakses 20 Maret 2015
Sudan's Referendum Commission says southern Sudan referendum on Jan. 9,
dalam http://en.people.cn/90001/90777/90855/7172411.html, diakses 01 Juni
2016
Uni Afrika Selidiki Pelanggaran HAM Sudan Selatan, dalam
http://liputanislam.com/berita/uni-africa-selidiki-pelanggaran-ham-sudan-selatan/
06 April 2015
Uni Afrika Tengahi Konflik Sudan Selatan, dalam
http://news.okezone.com/read/2013/12/20/414/915071/uni-afrika-tengahi-konfliksudan-selatan, diakses 06 April 2015
UNMISS keluarkan laporan pelanggaran HAM Sudan Selatan, dalam
http://antaranews.com/berita/433389/unmiss-keluarkan-laporan-pelanggar anham-sudan-selatan, diakses 20 Maret 2015
UNMISS United Nation Mission in the Republic of South Sudan, dalam
http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unmiss/, diakses 05 April 2015
Wanita dijadikan Budak Seks di Sejumlah “Kamp Pemerkosaan” di Sudan
Selatan, dalam
http://internasional.kompas.com/read/2015/09/28/14074921/Wanita.Dijadikan.Bu
dak.Seks.di.Sejumlah.Kamp.Pemerkosaan.di.Sudan.Selatan, diakses 20 Mei 2016

14