DESAIN RUANG KERJA PRIVASI DAN TEKANAN

DESAIN RUANG KERJA, PRIVASI, DAN TEKANAN
Inge Andriani
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat
[email protected]

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desain ruang kerja rancangan
terbuka dan privasi terhadap tekanan. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Kuesioner
dibagikan ke karyawan yang bekerja dan menempati suatu ruangan tertentu bersamasama. Untuk mengetahui pengaruh desain ruang kerja dan privasi terhadap tekanan
digunakan analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS versi 13.00. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tekanan dapat dijelaskan oleh variabel desain ruang kerja dan
privasi secara bersama-sama sebesar 0.383. Rancangan ruang kerja terbuka secara
bersama-sama dengan privasi memengaruhi tekanan bekerja.
Kata Kunci: desain ruang kerja, privasi, tekanan, rancangan terbuka

OFFICE DESIGN, PRIVACY, AND PRESSURE
Abstract
This study is intended to determine the effect office open design and the privacy toward
pressure. The research instrument was a questionnaire. Questionnaires were distributed
to the employees who work and occupy a specific room together. To determine the

influence of office design and privacy to the pressure, we deployed multiple regression
analysis with SPSS version 13. The results showed that the pressure can be explained by
variable study office design and privacy simultaneously for 0.383. it means that open
office design simultaneously with privacy influence working stress.
Key Words: office design, privacy, pressure, open design

PENDAHULUAN
Pada umumnya orang pernah mengalami tekanan, walau sering tidak dirasakan tekanan ini berkisar dari sedikit
kegelisahan sampai rasa cemas yang
melumpuhkan. Tekanan timbul karena
ada masalah yang harus ditanggulangi.
Pemicu tekanan dapat dengan mudah dijumpai dalam situasi pekerjaan. Tekanan
didefinisikan sebagai suatu proses yang
terjadi dimana terdapat ketidaksesuaian
antara tuntutan lingkungan dengan kemampuan respon seseorang (Stokols dan
Altman, 1987). Tuntutan lingkungan yang

Andriani, Desain Ruang …

tidak dapat diikuti oleh respon seseorang

merupakan suatu pemicu timbulnya tekanan
Bagi karyawan ataupun pekerja,
hampir sebagian besar waktu dalam satu
hari dihabiskan di tempat kerja. Melihat
banyaknya waktu yang tercurah di tempat
kerja, maka dibutuhkan tempat kerja yang
secara fisik dan psikologis dapat meminimalisir tekanan yang terjadi pada
karyawan di lingkungan kerja tersebut.
Ditinjau secara fisik maka desain ruang
kerja merupakan salah satu faktor yang
memungkinkan dapat terjadinya tekanan,
dimana akhir-akhir ini yang banyak

183

diminati oleh perusahaaan adalah desain
yang rancangan terbuka. Heimstra dan
McFarling (1978) mengemukakan bahwa
tipe rancangan terbuka diperkirakan
mempunyai keuntungan secara sosial dan

psikologis yaitu dapat menimbulkan
perasaan kohesivitas. Dari sisi psikologis,
yang dapat meminimalisir tekanan adalah
privasi dimana privasi memberikan kebebasan pada karyawan untuk membuka
atau menutup diri dari pola interaksi
sosial yang sudah terbentuk.
Burke dan Belcourt. (1999) mendefinisikan tekanan sebagai ketidaksesuaian
antara suatu permintaan dan kemampuan
respon di dalam kondisi dimana permintaan tidak sesuai dengan kemampuan
respon seseorang. Menurut Gibson dkk
(1996) tekanan adalah suatu tanggapan
penyesuaian, diperantarai oleh perbedaan
individu dan/atau proses psikologis, akibat dari setiap tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang menetapkan
permintaan psikologis dan/atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Ciri-ciri tekanan dapat dilihat secara
fisik, dari sisi emosional, intelektual, dan
interpersonal. Secara fisik, orang tekanan
akan sulit tidur atau tidur tidak teratur,
sakit kepala, sulit buang air besar, adanya
gangguan dalam pencernaan, radang usus,

kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit,
urat pada bahu dan leher tegang, keringat
berlebih, berubah selera makan, tekanan
darah tinggi atau serangan jantung, dan
kehilangan energi. Dari sisi emosional,
orang tekanan mudah marah, mudah
tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah
dan cemas, suasana hati mudah berubah,
sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain, mudah
bermusuhan dan menyerang, dan kelesuan mental. Dari sisi intelektual, orang
tekanan mudah lupa, kacau pikirannya,
daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan,
dan pikiran hanya dipenuhi satu pikiran
saja. Dari sisi interpersonal, penderita
tekanan akan acuh dan mendiamkan

184

orang lain, kepercayaan pada orang lain
menurun, mudah mengingkari janji pada

orang lain, senang mencari kesalahan
orang lain atau menyerang dengan katakata, menutup diri secara berlebihan dan
mudah menyalahkan orang lain (Braham
dalam Handoyo, 2001).
Sejauh mana seseorang mau melakukan kontak langsung dengan orang lain
dapat diketahui berdasarkan identifikasi
mengenai privasi yang dikemukakan oleh
Westin (1976). Identifikasi privasi menurut Westin (1976) dikategorikan menjadi kesendirian, keintiman, anonimitas
dan reserve. Kesendirian yaitu seseorang
ingin menyendiri dan bebas dari pengamatan orang lain serta dalam kondisi
privasi yang ekstrem. Keintiman yaitu
keadaan seseorang yang bersama orang
lain namun bebas dari pihak lain.
Anonimitas yaitu keadaan seseorang yang
tidak menginginkan untuk dikenal oleh
pihak lain sekalipun berada di dalam
suatu keramaian umum. Reserve yaitu
keadaan seseorang yang menggunakan
pembatas psikologis untuk mengontrol
gangguan yang tidak dikehendaki

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan variabel kriterium adalah tekanan sedangkan variabel
prediktornya adalah desain ruang kerja
rancangan terbuka dan privasi. Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner.
Kuesioner disusun dalam bentuk
skala likert empat pilihan jawaban yaitu
dari “Sangat Sesuai” hingga “Sangat
Tidak Sesuai”. Kuesioner pertama terdiri
atas gejala tekanan yang dirasakan oleh
karyawan, dimana gejala tekanan ini
mengacu pada Burham dalam Handoyo
(2001) yaitu gejala fisik, emosional,
intelektual dan interpersonal. Kuesioner
kedua merupakan alat untuk mengetahui
syarat pertimbangan fisik desain ruang
kerja yang dikemukakan oleh Noyes

Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009


(2001), yaitu karakteristik pengukuran
fisik tubuh manusia, karakteristik faktor
lingkungan dan karakteristik pengaturan
tata letak dan perawatan perlengkapan
atau peralatan. Kuesioner ketiga merupakan alat ukur untuk mengetahui privasi
yang dikemukakan oleh Westin (1967),
yaitu kesendirian, keintiman, anonimitas
dan reserve.
Teknik sampling yang digunakan
adalah teknik purposive sampling dimana
sampling yang diambil merupakan karyawan dan karyawati yang bekerja di
kantor pusat dan memiliki ketentuan bekerja dalam ruangan yang berdesain
rancangan terbuka, melakukan pekerjaan
administratif dengan waktu kerja 5 hari
dalam seminggu dan kurang lebih 8
jam/hari, menggunakan komputer sewaktu bekerja dan mempunyai masa kerja
kurang lebih satu tahun.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diuji menggunakan analisis
regresi agar dapat diketahui pengaruh

desain ruang kerja dan privasi karyawan
terhadap tekanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 dan 2 menunjukkan output
SPSS. Tabel 1 menunjukkan nilai korelasi dan koefisien determinasi desain
ruang kerja dan privasi dengan tekanan.
Nilai korelasi berganda adalah 0.619.
Angka ini menunjukkan bahwa hubungan
antara desain ruang kerja terbuka dan
privasi dengan tingkat tekanan adalah
kuat dan searah. Nilai koefisien determinasi sebesar 0.383. Hal ini berarti 38.3%
tekanan dapat dijelaskan oleh variabel
desain ruang kerja dan privasi secara
bersama-sama, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.
Hasil ini agak mengherankan dan
berbeda dari beberapa penelitian sebelumnya. Pada umumnya penelitian sebelumnya menemukan pengaruh negatif
dari rancangan ruang kantor terbuka

Andriani, Desain Ruang …


dengan tekanan dalam bekerja. Demikian
juga dengan privasi, sebagian besar
penelitian menunjukkan hubungan negatif
antara privasi dengan tekanan dalam
bekerja.
Menurut Singelton (1989) dengan
memiliki privasi berarti para pekerja memiliki kebebasan untuk mengatur aliran
informasi dengan mengurangi gangguan
dan memaksimalkan percaya diri. Privasi
merupakan tingkat interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki oleh seseorang
pada suatu kondisi atau situasi tertentu.
Tingkat privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan,
yaitu keinginan untuk berinteraksi dengan
orang lain, atau justru ingin menghindar
dengan berusaha supaya sukar dicapai
oleh orang lain dengan cara mendekati
atau menjauhinya (Prabowo, 1998). Lang
(1987) berpendapat bahwa tingkat privasi
tergantung dari pola perilaku dalam
konteks budaya dalam kepribadiannya

dan aspirasi dari keterlibatan individu.
Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya
penggunaan pembatas simbolik atau
pembatas nyata juga jarak merupakan
mekanisme untuk menunjukan privasi.
Uji model, seperti yang ditunjukkan
Tabel 2, signifikansi uji adalah 0,001;
dengan demikian berarti ada pengaruh
desain ruang kerja dan privasi secara
bersama-sama yang signifikan terhadap
terjadinya tekanan. Hal ini diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Noyes (2001). Penelitian ini mengukur
tingkat kepuasan karyawan mengenai
kepuasan terhadap ruang kerjanya. Dalam
penelitian ini terdapat tiga jenis ruang
kerja yaitu konvensional, rancangan
terbuka dan terbuka. Hasil yang diperoleh
dari penelitian tersebut adalah karyawan
yang menempati ruang konvensional

lebih memiliki kepuasan terhadap ruang
kerjanya dibandingkan dengan karyawan
yang menempati ruang kerja dengan
rancangan terbuka.

185

Tabel 1. Pengaruh Desain Ruang kerja dan Privasi terhadap Tekanan
Model Summary
Model
1

R

Adjusted
R Square
.341

R Square
.383

.619a

b

Std. Error of
the Estimate
6.365

a. Predictors: (Constant), privasi, desain
b. Dependent Variable: Stres

Tabel 2. Analisis Sidik Ragam
ANOVAb
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
730.101
1174.774
1904.875

df
2
29
31

Mean Square
365.051
40.509

F
9.011

Sig.
.001a

a. Predictors: (Constant), privasi, desain
b. Dependent Variable: Stres

Senada dengan yang dikemukakan
oleh Noyes (2001), penelitian yang dilakukan oleh Brookes dan Kaplan dalam
Evans (1984) menerangkan bahwa masalah utama yang ditemui pada ruang
kerja rancangan terbuka adalah visual
bustle. Visual bustle merupakan salah
satu contoh masalah dari kurangnya
privasi visual yang terjadi pada desain
ruang kerja rancangan terbuka. Visual
bustle adalah gangguan yang berasal dari
orang yang lalu lalang.
Menurut Fisher dkk (1984), pada
umumnya desain lingkungan kerja mempengaruhi kenyamanan dan keamanan
fisik dalam produktivitas. Desain ruang
kerja rancangan terbuka adalah suatu
bentuk ruangan kerja yang hanya dibatasi
oleh pembatas setinggi kira-kira ± 138 cm
dan memiliki luas ± 6 m2 serta pembatasnya terbuat dari bahan yang mudah
untuk dibongkar pasang (Newsham,
2004).
Noyes (2001) mempertimbangkan
faktor fisik yang dapat mempengaruhi
kinerja para karyawan, mencakup antara
lain pengukuran karakteristik fisik tubuh
manusia (antropometri), karakteristik

186

faktor lingkungan, karakteristik pengaturan tata letak perlengkapan atau peralatan yang sesuai dengan karakteristik
pemakai dan status sosial. Antropometri
berhubungan dengan keleluasaan, daya
jangkau, posisi postur tubuh, dan jarak
pandang.
Keleluasaaan terkait dengan ruang
pergerakan untuk rangka tubuh, kaki,
kepala, dan lutut. Keleluasaan yang cukup dapat memberikan kenyamanan dan
kemudahan di dalam menjangkau dan
mengoperasikan peralatan kerja. Adanya
keleluasaan memudahkan karyawan untuk bergerak melepaskan beban statis dan
ketidaknyamanan lainya. Dengan adanya
keleluasaan karyawan akan terhindar dari
kecelakaan kerja. Dalam mendesain ruang kerja yang kaitannya dengan keleluasaan, faktor pakaian yang digunakan
pekerja dan mobilitas kerja merupakan
hal yang perlu diperhatikan.
Daya jangkau dapat didefinisikan
sebagai area kerja yang berkisar dari
ayunan lengan bawah dan lengan bawah
berturut–turut ke kiri dan ke kanan. Daya
jangkau ini berkisar dari area kerja normal dan maksimum. Tujuan daya jangkau

Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009

ini adalah menentukan jarak raih terhadap
peralatan yang digunakan, pengoperasian
papan kontrol, pengaturan kursi dan
semacamnya.
Pada umumnya terdapat dua posisi
dalam bekerja yaitu berdiri, duduk dan
keduanya. Pada posisi duduk diharapkan
dapat untuk mengurangi beban statis,
untuk menjaga postur tubuh, meningkatkan sirkulasi darah. Pada posisi berdiri
karyawan akan cenderung banyak mengalami beban kerja psikologis. Berdiri
dengan jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan cairan tubuh dan darah
menumpuk di kaki. Hal ini dapat mengakibatkan varises. Untuk menghindarinya
karyawan disarankan untuk sering
menggerak–gerakkan kakinya. Duduk dalam waktu yang lama juga dapat berpengaruh buruk pada kesehatan. Gradjean
dalam Pulat (1992) mengemukakan
desain kursi yang jelek dan postur kerja,
dapat menimbulkan sakit pada punggung
dan leher, tulang punggung belakang
membentuk kurva dan otot–otot perut
(abdominal) kendur. Disarankan untuk
tidak bekerja pada posisi duduk dan
berdiri yang terlalu lama. Alternatifnya
adalah menyediakan area kerja dimana
karyawan dapat berganti posisi dari
duduk ke berdiri ataupun sebaliknya.
Jarak pandang para pekerja harus
berada pada areal yang dapat melihat
dengan mudah peralatan dan pekerjaan
yang harus dikerjakan sehingga tidak
terjadi pekerjaan yang tumpang tindih.
Penurunan kinerja karyawan terlihat
signifikan apabila signal dan informasi
yang dibutuhkan tidak terlihat. Peraturan
yang harus diperhatikan dalam kaitannya
dengan jarak pandang adalah dalam jarak
pandang menyampaikan suatu data pada
sudut pandang yang tepat pada penglihatan untuk meminimalisir visual
parallax.
Faktor lingkungan terdiri dari pencahayaan, kebisingan, temperatur, dan
lain-lain. Dua unsur penting harus diperhatikan berhubungan dengan pencaha-

Andriani, Desain Ruang …

yaan dalam ruang kerja yaitu pemilihan
dan penempatan sumber cahaya. Terdapat
dua tipe pencahayaan yaitu pencahayaan
secara umum dan pencahayaan tambahan.
Pencahayaan secara umum berfungsi sebagai sumber pencahayaan di tempat
umum dan di ruang kerja. Pencahayaan
tambahan berfungsi sebagai sumber pencahayaan pendukung kerja pada tempat–
tempat tertentu. Pencahayaan umum sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu
pencahayaan langsung dan pencahayaan
tidak langsung. Pencahayaan langsung
adalah pencahayaan menerangi seluruh
ruang kerja dan biasanya pencahayaan
langsung ini dapat menimbulkan silau.
Sedangkan pencahayaan tidak langsung
merupakan cara untuk mengurang silau,
dan cahaya yang jatuh di suatu objek
sedikit.
Bising dapat diartikan sebagai suara
yang tidak diinginkan. Di dalam lingkungan kerja. bising dapat berupa pembicaraan orang lain, dering telepon, bunyi
ketikan keyboard, langkah kaki seseorang
dan lain sebagainya. Bising merupakan
salah satu penyebab tekanan di lingkungan (Pulat 1992). Kapasitas manusia
menangkap bising pada kisaran 90 dB(A)
selama 8 jam dalam satu hari. Apabila
bising yang diterima seseorang melebihi
batas tersebut, maka seseorang dapat mengalami kehilangan pendengaran untuk
selamanya.
Menurut Pulat (1992) bising dapat
menimbulkan efek mengganggu, pengalihan perhatian, kesiagaan, menghalangi
komunikasi, dan bisa menurunkan produktifitas. Bising merupakan suara yang
tidak diinginkan maka bisa dipastikan
timbulnya bising akan sangat mengganggu kerja. Hal ini akan menimbulkan
perasaan kesal, tidak nyaman, tidak
menyenangkan dan timbul protes pada
orang yang terganggu. Konsentrasi seorang karyawan juga akan terpecah dan
akan langsung mengalihkan perhatiannya
kepada sumber bising. Efek bising pada
kesiagaan dapat bersifat positif pada

187

sebagian pekerjaan. Dengan memberikan
bising pada tugas yang sederhana dan
rutin dapat menimbulkan kesiagaan pada
karyawannya. Bising dapat menggangu
dalam menangkap pengucapan kata-kata
yang disampaikan. Dalam ruang kerja,
batas bising yang dapat ditolerir adalah
55 – 60 dB(A) dan akan menjadi masalah
apabila ruang kerja berlokasi dekat
dengan jalan raya. Dalam beberapa penelitian mengenai bising mengungkapkan bahwa bising dapat meningkatkan
kecelakaan kerja dan menimbulkan tingkat akurasi yang rendah.
Terdapat empat variabel yang
mempengaruhi ambient temperatur (Pulat
1992) yaitu, kelembaban, pertukaran udara, beban kerja dan pakaian. Hubungan
antara ke empat faktor yang diajukan oleh
Pulat (1992) mengenai ambient temperatur adalah penurunan tingkat kenyamanan terjadi apabila tingkat kelembaban, nilai insulasi pakaian dan beban
kerja meningkat. Namun, apabila tingkat
pertukaran udara naik maka tingkat
kenyamanan meningkat. Maka yang dapat terjadi apabila kondisi temperatur
yang tidak stabil ialah tekanan akibat
panas yang berlebih dan tekanan akibat
dingin yang berlebih. Tekanan akibat
panas dapat menimbulkan hal–hal seperti
keringat berlebih, mengantuk dan perasaan tidak nyaman. Sedangkan apabila
terjadi tekanan akibat dingin, akan timbul
hal–hal seperti gemetar, hilang kekuatan
pada otot dan sulit konsentrasi.
Pengaturan tata letak dan perawatan perlengkapan atau peralatan mempertimbangkan keterkaitan antar fungsi,
dimana harus terdapat keterkaitan antara
pekerja dan perlengkapan penunjang kerja. Hal ini menerangkan bahwa penempatan perlengkapan penunjang kerja di
dalam satu ruangan akan sangat membantu pekerjaan karyawan, seperti mesin
fotocopi, mesin pemotong dokumen akan
sangat membantu para karyawan administrasi untuk melakukan penggandaan

188

ataupun untuk menghancurkan dokumen
penting yang tidak terpakai
Pertimbangan lainnya adalah perawatan ruang kerja dan mesin kerja,
dimana dalam suatu wilayah kerja perlu
pemeriksaan dan perawatan sehingga
dapat menunjang efisiensi kerja. Pengaturan tata letak dan perawatan perlengkapan atau peralatan juga dilakukan
untuk meminimalisasi kecelakaan kerja.
Potensi kecelakaan kerja harus
dapat dikurangi misalnya pergesekan sol
sepatu dan lantai harus sesuai agar
pekerja tidak mudah terpeleset. Penataan
tempat pe-nyimpanan komponen kerja
juga harus dipertimbangkan, dimana hal
ini dapat mengurangi terbuangnya waktu
pekerja untuk mencari-cari dan memilih
bahan, peralatan dan perlengkapan kerja.
Selain daripada itu, batasan yang
rendah pada ruang kerja tipe rancangan
terbuka memudahkan supervisor dalam
melakukan pengawasan terhadap karyawannya. Setiap tingkah laku karyawan
dapat dengan mudah diawasi oleh supervisor maupun karyawan lain sehingga
privasi yang dimiliki oleh karyawan
menjadi berkurang (Fisher dkk, 1984).
Bahwa privasi adalah suatu cara untuk
dapat menghindari diri dari pandangan
orang lain yang tidak diinginkan dimana
orang lain tersebut mengharapkan seseorang berperilaku sesuai dengan standar
yang ditetapkan dalam lingkungan
tersebut.
Ruang rancangan terbuka yang digunakan memiliki luas 6.5 m2 dan tinggi
142 cm. Hal ini sesuai dengan ketentuan
yang desain rancangan terbuka, sehingga
syarat keleluasaan dan daya jangkau
sudah terpenuhi. Dalam kelompok subjek ini, masing-masing divisi menempati
ruangan rancangan terbuka yang terpisah,
hal ini dilakukan agar alur kerja lebih
terjaga serta meminimalisir kebisingan,
dimana divisi yang lebih membutuhkan
konsentrasi akan ditempatkan terpisah
dari divisi pemasaran yang lebih banyak
berhubungan dengan orang. Dengan luas

Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009

6.5 m2 karyawan atau karyawati masih
memiliki ruang untuk berdiri atau merenggangkan badan serta dengan mudah
mengontrol pekerjaan yang dilakukan.
Pencahayaan yang ada dalam desain
ruang tersebut menggunakan dua lampu
neon putih 20 watt ditempatkan ditengah
cluster.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ditemukan adanya pengaruh desain
ruang kerja yang rancangan terbuka dan
privasi secara bersama-sama yang signifikan terhadap tekanan. Desain ruang
kerja yang baik memperhatikan standar
ergonomi, seperti menetukan jarak raih
terhadap peralatan yang digunakan, pengoperasian papan kontrol dan pengaturan
kursi dapat membantu dalam penyelesain
pekerjaan yang tidak membutuhkan waktu lama.
Memperhatikan pengaturan tata
letak dan perawatan perlengkapan atau
peralatan dalam pekerjaan dapat membantu dalam memberikan hasil pekerjaan
sesuai seperti yang diharapkan. Memperhatikan keleluasaan dalam pergerakan
tubuh, posisi potur tubuh serta jarak
pandang dalam bekerja ini membantu
para karyawan dapat lebih menjaga
kesehatan dan keselamatan dalam bekerja
Saran
Hasil penelitian ini menunjukkan
perbedaan dengan hasil penelitian sebelumnya. Pada umumnya penelitian sebelumnya menunjukkan pengaruh negatif
dari keterbukaan rancangan ruang kantor
dengan tekanan dalam bekerja. Juga
pengaruh negatif dari adanya privasi
terhadap tekanan kerja. Perlu dilakukan
penelitian lanjutan dengan mengganti
metode penelitian. Penggunaan kuesioner
dalam penelitian ini mungkin kurang
tepat. Rancangan percobaan semu mungkin untuk dilakukan. Tekanan dalam
bekerja yang dirasakan ada baiknya di-

Andriani, Desain Ruang …

ukur menggunakan peralatan kedokteran,
sehingga kondisi sebenarnya dari karyawan dapat tertangkap dengan tepat.
Rancangan ruang kerja juga sebaiknya tida ditanyakan menggunakan kuesioner tapi dengan melakukan percobaan.
Dengan percobaan, keakuratan data dapat
dicapai, karena hal itu sangat penting
dalam kasus ini. Perlu juga diuji pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap tekanan bekerja.
Penelitian lanjutan juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh
faktor lainnya terhadap tekanan kerja,
seperti faktor lingkungan (suhu, kelembaban, pencahayaan), faktor individu, dan
faktor psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
Burke dan Belcourt. 1999 Tekanan in the
work place: A comparison of gender
and accupation
http//proquest.
umi.com/pqdweb?did.
Fisher, J.D., Bell, P.A. dan Baum, A.
1984 Enviromental Psychology. 2nd
Edition College Publishing New
York.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnely
JR, J.H. 1996 Organisasi; Perilaku,
Struktur, Proses Alih Bahasa: Nunuk
Adiarni Binarupa Aksara Jakarta.
Heimstra, N.W dan McFarling, L.H. 1978
Enviromental Psychology 2nd Edition
Brooks / Cole Publishing Company
California.
Lang, J. 1987 Creating Architectural
Theory, The Role of The Behavioral
Sciences in Enviromental Design Van
Nostrand Reinhold Company New
York.
Newsham, G.R., Veitch, J.A., Charles,
K.E., Marquardt, C.J.G., Geerts, J dan
Sander, D. 2004 Enviromental
satisfaction in rancangan terbuka
enviroments: satisfaction algorithms
for software http//irc.nrc-cnrc.gc.
ca/ircpub.

189

Noyes, J. 2001 Designing for Humans
Psychology Press Ltd East Sussex.
Prabowo, H. 1999 Seri Diktat Kuliah:
Teknik Penulisan Skripsi Universitas
Gunadarma Depok.
Pulat, B.M. 1992 Fundamental of
Industrial Ergonomics Prentice–Hall
New Jersey.

190

Singelton, W.T. 1989 The Mind at Work;
Psychological Ergonomics Cambridge
University Press Cambridge.
Stokols, D dan Altman, I. 1987
Handbook
of
Enviromental
Psychology A Wiley-Interscience
Publication New York.
Westin, A.F. 1967 Privacy and Freedom
Atheneum

Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009