waris eksploitasi klas dalam pe

MAKALAH

EKSPLOITASI LAPISAN TANAH

Disusun Oleh :
Irene Maria Tamara

14410033

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan
“Makalah Penggunaan Kayu Sebagai Bahan Konstruksi.”
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu dosen yang
telah


memberikan

arahan

dan

masukan

dalam

pembuatan

makalah ini. Tidak lupa, penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Orangtua yang selalu memberikan dukungan baik moral
maupun materil dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi para pembaca. Terimakasih
Malang,


(Penulis)

Desember 2015

BAB I
PEMBAHASAN

Pengertian Eksploitasi
Eksploitasi adalah usaha penambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan
galian dan memanfaatkannya. Kegiatan ini dapat dibedakan berdasarkan sifat bahan
galiannya yaitu, galian padat dan bahan galian cair serta gas.
Eksploitasi berasal dari bahasa Inggris, eksploitasi adalah politik pemanfaatan,
eksploitasi adalah untuk kepentingan ekonomi atau kesejahteraan. Ekspolitasi sumberdaya
alam berarti mengambil dan menggunakan sumber daya alam itu untuk tujuan pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.
Eksploitasi sumberdaya alam yang mengabaikan lingkungan akan mengancam
keberlajutan dan ketersedian sumber daya alam itu. pasal 33 ayat (3) Undang - undang Dasar
1945 menggariskan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Salah satu asas penting dalam pemanfaatan kekayaan alam dalam pembangunan
Indonesia adalah pengutamaan pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui. Oleh
karena itu, agar pemanfaatannya dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber
daya alam harus disertai dengan tindakan perlindungan.
Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara
yang rasional antara lain sebagai berikut:
a) Memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui denganhati-hati dan efisien,
misalnya: air, tanah, dan udara.
b) Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran)
c) Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien,serta pendaur-ulangan
(recycling)
d) Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam.

Untuk perencanaan suatu pondasi, kita perlu mengetahui dahulu susunan
lapisan tanah yang sebenamya pada suatu tempat, kita juga perlu mengetahui
basil pengujian laboratorium dari sampel tanah yang diambil dari berbagai
kedalaman lapisan tanah, dan mungkin kalau ada - perlu diketahui pula basil
pengamatan lapangan yang dilakukan sewaktu pembangunan gedung-gedung atau
bangunan-bangunan lain yang didirikan dalam kondisi tanah yang serupa. Untuk
hampir semua bangunan-bangunan besar, eksplorasi mencukupi.


Faktor Pendorong Eksploitasi
Eksploitasi alam terjadi karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas.dimasa
modern seperti saat ini kebutuhan manusia akan sumber daya alam sangatlah tinggi. Padahal
tanpa mereka sadari eksploitasi yang mereka lakukan itu telah merusak lingkungan tempat
mereka hidup sendiri. Salah satu faktor yang mendorong eksploitasi ini terjadi adalah
kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Selain itu faktor ekonomi sangatlah berpengaruh
penting dalam usaha eksploitasi alam ini. Eksploitasi alam seperti pertambangan batu kapur
di daerah padalarang adalah salah satunya, kebutuhan akan bahan mentah odol, semen dll.
Menjadikan gunung kapur itu sebagai lahan pengeruk rupiah yang cukup menjanjikan, selain
karena faktor masyarakat sekitar yang menggantungkan kehidupan mereka dari hasil
pengolahan tambang batu kapur tersebut.
2.3 Pertambangan dan Karakteristik Desa Pertambangan
Pada umumnya jika kita berbicara masalah desa, maka secara tidak langsung kita
akan membahas masyarakat pertanian. Hal ini karena mayoritas masyarakat desa bekerja
dalam sektor pertanian. Sebagaimana diungkapkan oleh Wibberly dalam Tjondronegoro
(1999 : 59) yang mendefinisikan desa sebagai suatu negeri yang memperlihatkan penggunaan
tanah yang luas sebagai ciri penentu, baik pada waktu sekarang maupun beberapa waktu yang
lampau. Jadi pedesaan merupakan kesatuan wilayah yang diorganisir dengan wewenang
otonomi untuk mengatur masyarakat dan wilayah yang dibatasi serta menggambarkan

penggunaan tanahnya untuk kehidupan pertanian, peternakan dan perikanan.
Selain identik dengan pertanian kita juga bisa melihat desa dari segi masyarakat
yang tinggal di daerah pedesaan dan dikategorikan sebagai masyarakat yang masih hidup
dalam suasana dan arah pemikiran pedesaan. Biasanya mereka pekerja, berbicara, berpikir

dan melakukan kegiatan apapun selalu mendasarkan diri pada apa-apa yang biasanya berlaku
di daerah pedesaan (Siswopangripto dan Sastrosupono, 1984:20).
Pada umumnya desa-desa di Indonesia dikelompokkan menjadi beberapa jenis.
Berdasarkan pengertian administratif, kita dapat menjumpai berbagai jenis desa, misalnya
bila dilihat dari jenis tofografi ada desa pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi dan
pantai. Berdasarkan usahanya, ada desa petani sawah menetap, kampung peladang berpindahpindah, desa perkebunan rakyat dan desa nelayan. Namun ada juga desa yang mengadakan
usaha spesifik misalnya desa penghasil buah-buahan, desa industri kapur, genting, desa
kerajinan tangan dan sebagainya. Tetapi satu ciri yang mereka memiliki banyak biasanya
masih ada (Tjondronegoro, 1999:19).
Desa-desa yang memiliki usaha spesifik sebagaimana disebutkan diatas jumlahnya
sangat sedikit, karena pada umumnya desa-desa di Indonesia berada dalam sektor pertanian.
Salah satu desa yang tergolong dalam desa pemilik usaha spesifik adalah desa pertambangan.
Jumlah desa yang bergerak dalam bidang pertambangan di Indonesia memang sangat sedikit,
hal ini karena potensi sumber daya alam berupa bahan galian tambang hanya tersebar pada
daerah-daerah tertentu saja. Sehingga tidak semua daerah sumber daya alamnya dapat

dijadikan sebagai bahan galian tambang.
Pertambangan pada hakikatnya merupakan upaya pengembangan sumber daya alam
mineral dan energi yang potensisal untuk dimanfaatkan secara hemat dan optimal bagi
kepentingan dan kemakmuran rakyat, melalui serangkaian kegiatan eksplorasi, pengusahaan,
dan pemanfaatan hasil tambang. Upaya tersebut bertumpu pada pendayagunaan berbagai
sumber daya, tertutama sumber daya alam mineral dan energi, didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan
manajemen (Ruchiyat, 1980: 162).
Pengolahan dalam bidang pertambangan berbeda halnya dengan pertanian yang
ditentukan oleh musim. Selama sumber bahan galian masih tersedia di alam maka eksploitasi
terhadap sumber daya alam tersebut terus dilakukan. Oleh karena itu etika lingkungan sangat
diperlukan sebagai pengendali dalam pelaksanaan kegiatan pertambangan. Etika lingkungan
merupakan petunjuk atau perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral
lingkungan. Melalui etika lingkungan, kita tidak saja mengimbngi hak dengan kewajiban
terhadap lingkungan tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk
mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam bata kepentingan hidup kita
(Soerjani, 1987 : 15).

Istilah Tambang Dalam Eksploitasi
 Penyiapan Tambang ( Mine Development )

Tahap kegiatan untuk menyiapkan prasarana dan sarana yang akan diperlukan pada tahap
kegiatan penambangan.
 Eksploitasi ( Exploitation )
Penggatian endapan bahan galian dari kulit bumi secara ekonomis dengan menggunakan
sistem penambangan tertentu.
 Batuan Samping ( Country Rock )
(1) Batuan yang mengelilingi massa intrusi batuan beku atau urat bijih; (2) batuan yang tidak
mengandung mineral berharga (berkadar rendah) yang mengelilingi tubuh bijih.
 Mineral Ikutan ( Accessory Mineral; Gangue Mineral )
Mineral pembentuk batuan hasil kristalisasi magma, terdapat dalam jumlah relatif sedikit
(kurang dari 5%), ada tidaknya mineral tersebut dalam batuan tidak berpengaruh dalam
penentuan nama batuan, msl. apatit, zirkon, magnetit, rutil, dan sebagainya.
 Limbah ( Waste )
Zat padat, cair, atau gas yang dibuang, diemisi, atau diendapkan pada lingkungan hidup
dalam jumlah tertentu yang dapat menyebabkan perubahan kualitas lingkungan hidup.
 Mineral Urat ( Vein Mineral )
Mineral-mineral yang mengisi atau membentuk urat.
 Urat Bernas ( Oreshoot )
Bagian dari urat bijih yang memiliki konsentrasi bijih lebih kaya dari sekelilingnya.
 Endapan Berlapis ( Bedded Deposit )

Endapan bijih yang letaknya relatif datar dan sejajar dengan perlapisan batuan induknya.
 Singkapan ( Out Crops )
Bagian dari satuan batuan atau bahan galian berharga yang tersingkap di permukaan bumi.
 Apungan ( Float )

Potongan-potongan lepas dari batuan atau bijih yang terdapat pada atau dekat permukaan
tanah, atau dasar sungai; dapat digunakan sebagai petunjuk adanya mineralisasi; sin.
Serpihan.
 Lapisan Penutup ( Overburden )
Lapisan tanah atau batuan yang berada di atas dan langsung menutupi lapisan bahan galian
berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat menggali bahan galian
berharga itu.
 Batuan Berlapis ( Bedded Rock )
Batuan sedimen yang terdiri dari beberapa lapisan batuan.
 Batuan Dasar ( Bedrock; Base Rock )
Batuan yang berada langsung di bawah lapisan batuan yang ekonomis untuk ditambang; sin.
batuan landas.
 Dinding Atas ( Hanging Wall )
Batuan yang terletak di atas endapan bijih atau urat bijih yang miring.
 Dinding Bawah ( Foot Wall )

Batuan yang terletak di bawah endapan bijih atau urat bijih yang miring.
 Miring,Kemiringan ( Dip; Grade; Slope )
(1) sudut yang dibentuk antara bidang perlapisan batuan dengan bidang horizontal; (2)
besarnya kenaikan atau penurunan jalan/lereng untuk setiap jarak horizontal 100 m (ft),
dinyatakan dalam %; (3) sudut yang dibuat antara bidang horizontal dengan bidang aliran
material pada suatu alat pengolahan bahan galian, dinyatakan dalam derajat.
 Jurus ( Strike )
Garis perpotongan antara bidang perlapisan dan bidang horizontal yang dinyatakan dalam
arah azimut dan tegak lurus terhadap arah kemiringan (dip).
 Terowongan ( Tunnel )
(1) lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus kedua lereng bukit; (2)
lubang bukaan yang berada di bawah tanah atau air, kedua ujungnya berhubungan langsung
dengan udara luar.
 Terowongan Buntu ( Adit, )
Jalan masuk utama ke tambang bawah tanah, berupa terowongan buntu yang dibuat mendatar
dan menghubungkan tempat bawah tanah dengan udara luar atau permukaan bumi; sin.
terowongan buntu.
 Terowongan Silang ( Cross Cut )

Terowongan atau jalan dalam tambang bawah tanah yang menyilang jurus cebakan atau urat.

 Lorong Angkut ( Haulage Drift )
Lubang bukaan yang relatif mendatar pada tambang bawah tanah yang dipergunakan untuk
pengangkutan bijih berai.
 Lorong Angkut Utama ( Main Haulage Way )
Jalan utama pada tambang bawah tanah yang berfungsi untuk pengangkutan bijih berai.
 Lorong Naik ( Raise )
Lubang bukaan miring atau tegak di tambang bawah tanah yang digali dari paras (level)
bawah menuju ke paras diatasnya (lihat juga lorong turun).
 Lorong Turun ( Winze )
Lubang bukaan tegak atau miring di tambang bawah tanah yang digali dari paras (level) atas
menuju ke paras dibawahnya.
 Sumuran Buntu ( Blind Shaft )
Sumuran pada tambang bawah tanah yang tidak berhubungan langsung dengan udara luar
lihat juga sumuran tegak; sin. sumuran buta.
 Lombong ( Stope )
Lubang bukaan dalam tambang bawah tanah tempat penambangan berlangsung.
 Lopak ( Sump )
Sumuran dangkal tempat penampungan air atau lumpur yang bersifat sementara di dalam
tambang sebelum dipompa ke luar; sin. pelimbahan; ceruk.
 Pelombongan Terbuka ( Open Stope )

Cara pelombongan pada cebakan bijih dan batuan samping yang kuat sehingga tidak
memerlukan penyangga buatan; hanya bila diperlukan dapat ditinggalkan sebagian kecil bijih
sebagai pilar-pilar.
 Kribing ( Cribbing )
Penyangga kayu yang terdiri atas susunan balok kayu persegi panjang yang yang dipasang
secara beraturan menutupi dinding sumuran.
 Muka,Permuka Kerja ( Face; Front, )
Permukaan batuan atau bahan galian yang sedang digali (ditambang); sin. medan kerja.
 Sumuran Kombinasi ( Combination Shaft )
Lenis sumuran yang merupakan kombinasi sumuran tegak dan sumuran miring, berfungsi
sebagai jalan keluar masuk utama ke tambang bawah tanah.

 Batuan Tudung ( Cap Rock )
Batuan kurang telap berstruktur cembung yang menutupi batuan waduk atau akuifer
 Pasca Tambang ( Post Mining )
Pasca tambang adalah masa setelah berhentinya kegiatan tambang pada seluruh atau sebagian
wilayah usaha pertambangan eksploitasi/operasi produksi, baik karena berakhirnya izin usaha
pertambangan dan atau karena dikembalikannya seluruh atau sebagian wilayah usaha
pertambangan eksploitasi/operasi produksi.

ecara garis besarnya, sistem dan metode penambangan dibagi atas 4 (empat) bagian,
yaitu :
1. Tambang terbuka (surface mining).
2. Tambang dalam atau tambang bawah tanah (underground mining).
3. Tambang bawah air (underwater mining).
4. Tambang di tempat (insitu mining).
1. Tambang terbuka (surface mining).
Tambang terbuka (surface mining) adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau
aktifitas penambangannya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan
tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar.
Menurut materi yang ditambang, dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
a. “Open Pit / Open Cut / Open Cast / Open Mine mining”.
b. “Stripping mining”. (khusus pada tambang batubara)
c. “Quarrying mining”.
d. “Alluvial Mining”.
2. Tambang dalam atau tambang bawah tanah (underground mining).
Tambang dalam atau tambang bawah tanah (underground mining) adalah metode
penambangan yang segala kegiatan atau aktifitas penambangannya dilakukan di bawah
permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar.
Tambang bawah tanah ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Metode tanpa penyanggaan (Non Supported / Open Stope Method).
b. Metode dengan penyanggaan (Supported Stope Method).
c. Metode ambrukan (Caving Method)
3. Tambang bawah air (underwater mining).
Tambang bawah air (underwater mining) adalah metode penambangan yang kegiatan
penggaliannya dilakukan di bawah permukaan air atau endapan mineral berharganya terletak
di bawah permukaan air.
Menurut jenis peralatan yang digunakan, dibagi atas 4 jenis, yaitu :
a. Menggunakan kapal keruk laut dalam ( > 50 m ).
b. Menggunakan kapal keruk hidrolik.
c. Menggunakan kapal keruk dengan jaring tarik (drag net).
d. Menggunakan kapal isap laut dalam.Tambang di tempat (insitu mining)
4. Tambang di tempat (insitu mining)

Tambang di tempat (insitu mining) adalah metode penambangan yang dilakukan terhadap
endapan mineral dan batuan yang terbentuk secara khusus (model endapan geologi tertentu),
di mana penambangannya langsung dilakukan di tempat tersebut dengan cara khusus pula.
Contohnya adalah gasifikasi batubara, metode pelindian, metode pemanasan bawah tanah,
metode penyaliran metan, dan lain-lain.
Praktek Pertambangan Yang Baik
(Good Mining Practice = GMP).
Praktek pertambangan yang baik (GMP) adalah seluruh proses penambangan yang dilakukan
dari awal hingga akhir harus dilakukan dengan baik dengan mengikuti standar yang telah
ditetapkan, mengikuti norma dan peraturan yang berlaku sehingga dapat dicapai tujuan
pertambangan yang efisien.
Salah satu bagian penting dari tujuan pertambangan adalah pengembangan berkelanjutan
(sustainable development).
Macam-macam tambang batubara terbuka
Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada letak endapan, dan
alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik penambangan pada umumnya dipengaruhi oleh
kondisi geologi dan topografi daerah yang akan ditambang. Jenis-jenis tambang terbuka
batubara dibagi menjadi :
1) Contour Mining
Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara yang tersingkap di lereng
pegunungan atau bukit. Cara penambangannya diawali dengan pengupasan tanah penutup
(overburden) di daerah singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis ketinggian (kontur),
kemudian diikuti dengan penambangan endapan batubaranya. Penambangan dilanjutkan ke
arah tebing sampai dicapai batas endapan yang masih ekonomis bila ditambang.
Menurut Robert Meyers, Contour Mining dibagi menjadi beberapa metode, antara lain
:
a. Conventional Contour Mining
Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada daerah dimana batubara
tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup dilakukan dengan peledakan dan pemboran
atau menggunakan dozer dan ripper serta alat muat front end leader, kemudian langsung
didorong dan ditimbun di daerah lereng yang lebih rendah. Pengupasan dengan contour
stripping akan menghasilkan jalur operasi yang bergelombang, memanjang dan menerus
mengelilingi seluruh sisi bukit.

Gambar 1. Conventional Contour Mining
b. Block-Cut Contour Mining
Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi blok-blok penambangan yang bertujuan
untuk mengurangi timbunan tanah buangan pada saat pengupasan tanah penutup di sekitar
lereng. Pada tahap awal blok 1 digali sampai batas tebing (highwall) yang diijinkan
tingginya. Tanah penutup tersebut ditimbun sementara, batubaranya kemudian diambil.
Setelah itu lapisan blok 2 digali kira-kira setengahnya dan ditimbun di blok 1. Sementara
batubara blok 2 siap digali, maka lapisan tanah penutup blok 3 digali dan berlanjut ke siklus
penggalian blok 2 dan menimbun tanah buangan pada blok awal.
Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan tanah penutup blok 4
dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3 tersingkap semua. Lapisan tanah penutup
blok 5 dipindahkan ke blok 3, kemudian lapisan tanah penutup blok 6 dipindahkan ke blok 4
dan seterusnya sampai selesai. Penggalian beruturan ini akan mengurangi jumlah lapisan
tanah penutup yang harus diangkut untuk menutup final pit.

Gambar 2. Block-Cut Contour Mining
c. Haulback Contour Mining
Metode haulback ini merupakan modifikasi dari konsep block-cut, yang memerlukan suatu
jenis angkutan overburden, bukannya langsung menimbunnya. Jadi metode ini membutuhkan
perencanaan dan operasi yang teliti untuk bisa menangani batubara dan overburden secara
efektif .

Ada tiga jenis perlatan yang sering digunakan, yaitu :
a. Truk atau front-end loader
b. Scrapers
c. Kombinasi dari scrapers dan truk

Gambar 3. Haulback contour mining
d. Box-Cut Contour Mining
Pada metode box-cut contour mining ini lapisan tanah penutup yang sudah digali, ditimbun
pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis singkapan hingga membentuk suatu tanggultanggul yang rendah yang akan membantu menyangga porsi terbesar dari tanah timbunan.

Gambar 4. Box-Cut Contour Mining
2) Mountaintop removal method
Metode mountaintop removal method ini dikenal dan berkembang cepat, khususnya di
Kentucky Timur (Amerika Serikat). Dengan metode ini lapisan tanah penutup dapat terkupas
seluruhnya, sehingga memungkinkan perolehan batubara 100%.

Gambar 5. Mountaintop Removal Methode
3) Area mining method
Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat permukaan pada
daerah mendatar sampai agak landai. Penambangannya dimulai dari singkapan batubara
yang mempunyai lapisan dan tanah penutup dangkal dilanjutkan ke yang lebih tebal sampai
batas pit.
Terdapat tiga cara penambangan area mining method, yaitu :
a. Conventional area mining method
Pada cara ini, penggalian dimulai pada daerah penambangan awal sehingga penggalian
lapisan tanah penutup dan penimbunannya tidak terlalu mengganggu lingkungan. Kemudian
lapisan tanah penutup ini ditimbun di belakang daerah yang sudah ditambang.

Gambar 6. Conventional Area Mining Methode
b. Area mining with stripping shovel
Cara ini digunakan untuk batubara yang terletak 10–15 m di bawah permukaan tanah.
Penambangan dimulai dengan membuat bukaan berbentuk segi empat. Lapisan tanah penutup
ditimbun sejajar dengan arah penggalian, pada daerah yang sedang ditambang. Penggalian
sejajar ini dilakukan sampai seluruh endapan tergali.

Gambar 7. Area Mining with Stripping Shovel
c. Block area mining
Cara ini hampir sama dengan conventional area mining method, tetapi daerah penambangan
dibagi menjadi beberapa blok penambangan. Cara ini terbatas untuk endapan batubara
dengan tebal lapisan tanah penutup maksimum 12 m. Blok penggalian awal dibuat dengan
bulldozer. Tanah hasil penggalian kemudian didorong pada daerah yang berdekatan dengan
daerah penggalian.

Gambar 8. Block Area Mining
4) Open pit Method
Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki kemiringan (dip) yang besar
dan curam. Endapan batubara harus tebal bila lapisan tanah penutupnya cukup tebal.
a. Lapisan miring
Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari satu lapisan (single seam)
atau lebih (multiple seam). Pada cara ini lapisan tanah penutup yang telah dapat ditimbun di
kedua sisi pada masing-masing pengupasan.

Gambar 9. Open Pit Methode Lapisan Miring
b. Lapisan tebal
Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan tanah penutup dan
penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah ditambang. Sebelum dimulai, harus tersedia
dahulu daerah singkapan yang cukup untuk dijadikan daerah penimbunan pada operasi
berikutnya.
Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah penutup maupun penggalian batubaranya,
digunakan sistem jenjang (benching system).

Gambar 10. Open Pit Methode Lapisan Tebal

1.2 Penambangan batubara bawah tanah
Metode penambangan batubara bawah tanah ada 2 buah yang populer, yaitu:
– Room and Pillar
– Longwall
1.2.1 Room and Pillar
Metode penambangan ini dicirikan dengan meninggalkan pilar-pilar batubara sebagai
penyangga alamiah. Metode ini biasa diterapkan pada daerah dimana penurunan (subsidence)
tidak diijinkan. Layout Metode Room and Pillar dapat dilihat pada Gambar. Penambangan ini
dapat dilaksanakan secara manual maupun mekanis.

Gamabr 11. Room and Pillar Methode
1.2.2 Longwall
Metode penambangan ini dicirikan dengan membuat panel-panel penambangan dimana
ambrukan batuan atap diijinkan terjadi di belakang daerah penggalian. Layout Metode

Longwall dapat dilihat pada Gambar. Penambangan ini juga dapat dilaksanakan secara
manual maupun mekanis.

Gambar 12. Longwall

1.3 Penambangan dengan Auger (Auger Mining)
Auger mining adalah sebuah metode penambangan untuk permukaan dengan dinding
yang tinggi atau penemuan singkapan (outcrop recovery) dari batubara dengan pemboran
ataupun penggalian bukaan ke dalam lapisan di antara lapisan penutup. Auger
mining dilahirkan sebelum 1940-an adalah metode untuk mendapatkan batubara dari sisi kiri
dinding tinggi setelah penambangan permukaan secara konvensional. Penambangan batubara
dengan auger bekerja dengan prinsip skala besar drag bit rotary drill. Tanpa merusak
batubara, auger mengekstraksi dan menaikkan batubara dari lubang dengan memiringkan
konveyor atau pemuatan dengan menggunakan loader ke dalam truk.
Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining adalah tugas yang mudah jika
dilakukan bersamaan dengan pemakaian metode open cast atau open pit. Setelah kondisi
ndinding tinggi, auger drilling dapat ditempatkan pada lokasi. Kondisi endapan yang dapat
menggunakan metode ini berdasarkan Pfleider (1973) dan Anon (1979) adalah endapan yang
memiliki penyebaran yang baik dan kemiringannya mendekati horisontal, serta
kedalamannya dangkal (terbatas sampai ketinggian dinding dimana auger ditempatkan.

Gambar 13. Auger Mining Methode

Gambar 14. Auger Drills

BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber daya alam (SDA) merupakan anugerah Tuhan yang harus kita syukuri
dengan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dan kita jaga kelestariannya. Eksploitasi
sumber daya alam secara berlebih-lebihan tanpa memperhatikan aspek peran dan fungsi alam
ini terhadap lingkungan dapat mendatangkan berbagai macam bencana alam seperti tanah
longsor, banjir, kabut asap, pemanasan global hingga bencana lumpur panas Sidoarjo yang
sangat merugikan masyarakat.
Bencana tanah longsor disebabkan oleh penggundulan yang dilakukan oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian hutan. Ketika hutan dalam keadaan
gundul maka formasi tanah akan menjadi larut dan menggelincir diatas bidang licin pada saat
terjadi hujan. Sehingga bencana banjir yang disertai tanah longsor tidak dapat dihindarkan
lagi.
Bencana banjir yang selalu terjadi setiap tahun hampir di seluruh wilayah Indonesia
disebabkan oleh polah tingkah manusia yang suka membuang sampah sembarangan yang
mengakibatkan rusaknya tata guna lahan dan air. Tata guna lahan dan air menyebabkan laju
erosi dan frekuensi banjir meningkat.
Eksploitasi hutan di daerah hulu yang dapat menghilangkan fungsi hutan di daerah
hulu sebagai penutup lahan terhadap tumpahan air hujan dan penghambat kecepatan aliran
permukaan juga dapat menyebabkan banjir. Pembangunan dan penataan sarana-sarana fisik
yang tidak teratur dan pengguanaan lahan yang tidak seimbang di kota-kota besar seperti
Jakarta merupakan salah saru sebab ibu kota negara ini tidak pernah absen dari bencana
banjir. Contoh: Tidak diperhatikannya aspek drainase, banyaknya bangunan di bantaran
sungai, berubahnya fungsi lahan dan lain-lain.
3.2 Saran
Banyak sekali eksploitasi sumber daya alam yang membawa dampak terhadap kehidupan.
Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga harus mampu menjaga kelestarian
sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan kehilangan fungsinya sebagai pengendali

keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap pembangunan yang dilakukan harus
berwawasan lingkungan mengenalisis mengenai dampak lingkungan yang akan terjadi.