Pend idikan Multikultural dalam menanamka

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
“PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MENANAMKAN
NASIONALISME PADA USIA SEKOLAH DASAR”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh :
Nuraini Amalia

( 1815162796 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
SEMESTER IV/ 108

Nuraini Amalia : Pendidikan Multikultural dalam Menanamkan Naionalisme pada usia Sekolah Dasar

Nuraini Amalia
Universitas Negeri Jakarta
Email : Nurainiamalia177@gmail.com
Abstract

Through this article the authors want to build a conception of multicultural
education in instilling nationalism in primary school age. multicultural education
is the process of cultivating a respectful, sincere and tolerant way of living against
the diversity of cultures that live in a pluralistic society. References indicate that
there are currently some problems, especially with regard to the development of
narrow ethnic awareness in some areas of the country. Not infrequently inter-ethnic
relations cause excessive sentiments in some areas that disrupt the unity and unity
of the nation that was built since the nation and this country stands. This
phenomenon encourages awareness to make an effort to develop nationalism
among the Indonesian nation With the development of a multicultural-based
education model, and is expected to be one effective method of reducing conflict. In
addition, multicultural education can instill at once change the minds of learners
to truly sincerely appreciate the diversity of ethnicity, religion and intergroup. the
goal of multicultural education, is crucial to the integration of the nation as it is in
harmony with the nationalist development effort in Indonesia to face the challenges
of time and to create a harmonious life in a pluralistic society.
Keyword : Multicultural Education, Instilling Nasionalism, Education in primary schools

Kata Kunci : Pendidikan multicultural, Menanamkan Nasionalisme, Pendidikan di SD


Page

Melalui artikel ini penulis ingin membangun konsepsi tentang pendidikan
multikultural dalam menanamkan nasionalisme pada usia sekolah dasar. pendidikan
multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus dan toleran
terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat
pluralisme. Berbagai referensi menunjukkan bahwa dewasa ini terdapat beberapa
masalah, terutama terkait dengan berkembangnya kesadaran etnis yang sempit di
beberapa wilayah negara ini. Tidak jarang hubungan antar etnis menimbulkan
sentimen yang berlebihan di beberapa daerah sehingga mengganggu persatuan dan
kesatuan bangsa yang dibangun sejak bangsa dan negara ini berdiri. Fenomena
seperti ini mendorong kesadaran untuk melakukan suatu upaya guna
mengembangkan nasionalisme di kalangan bangsa Indonesia Dengan
pengembangan model pendidikan berbasis multikultural, dan diharapkan mampu
menjadi salah satu metode efektif meredam konflik. Selain itu, pendidikan
multikultural bisa menanamkan sekaligus mengubah pemikiran peserta didik untuk
benar-benar tulus menghargai keberagaman etnis, agama dan antargolongan. tujuan
dari pendidikan multikultural, sangat penting bagi integrasi bangsa karena selaras
dengan upaya pembangunan nasionalisme di Indonesia untuk menghadapi
tantangan waktu dan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dalam

masyarakat yang serba majemuk.

2

Abstrak

Nuraini Amalia : Pendidikan Multikultural dalam Menanamkan Naionalisme pada usia Sekolah Dasar

A. Pendahuluan
Dalam konteks Indonesia, pendidikan multikultural menjadi suatu
keniscayaan, karena kondisi sosial budaya bangsa dan negara Indonesia yang sangat
beragam. Indonesia merupakan negara yang sangat luas dengan jumlah penduduk
yang besar dan dengan budaya yang sangat beragam. Sekitar 200 juta penduduk
yang tersebar kurang lebih dari 13.000 pulau. Wilayah Indonesia tersusun atas 33
provinsi, 440 kabupaten/kota, 5.263 kecamatan, serta 62.806 desa. Terdapat
puluhan suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda, dan lebih dari 660 bahasa
daerah yang digunakan oleh penduduk Indonesia.
Pemerintah telah menetapkan tujuan pembangunan pendidikan nasional
jangka menengah, yang diantaranya adalah meningkatkan pemerataan kesempatan
belajar pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan bagi semua warga negara

secara adil, tidak diskriminatif, dan demokratis tanpa membedakan , menurunkan
secara signifikan jumlah penduduk buta aksara; memperluas akses pendidikan
nonformal bagi penduduk laki-laki maupun perempuan yang belum sekolah, tidak
pernah sekolah, buta aksara, putus sekolah dalam dan antar jenjang serta penduduk
lainnya yang ingin meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan
Pertimbangan-pertimbangan itulah yang perlu dikaji dan direnungkan ulang
bagi subjek pendidikan di Indonesia salah satunya dengan mengembangkan model
pendidikan multikultural. Yaitu pendidikan yang mampu mengakomodir sekian
ribu perbedaan dalam sebuah wadah yang harmonis, toleran, dan saling
menghargai. Inilah yang diharapkan menjadi salah satu pilar kedamaian,

Page

3

kesejahteraan, kebahagian, dan keharmonisan kehidupan masyarakat Indonesia.

Nuraini Amalia : Pendidikan Multikultural dalam Menanamkan Naionalisme pada usia Sekolah Dasar

B. Pendidikan Multikultural

Multikultural merupakan suatu paham atau situasi –kondisi masyarakat
yang tersusun dari banyak kebudayaan. Multikultural sering merupakan perasaan
nyaman yang dibentuk oleh pengetahuan. Pengetahuann yang dibangun oleh
ketrampilan yang mendukung suatu proses komunikasi yang efektif, dengan setiap
orang dari sikap kebudayaan yang ditemui dalam setiap situasi yang melibatkan
sekelompok orang yang berbeda latar belakang kebudayaan yang ditemui dalam
setiap situasi yang melibatkan sekelompok orang berbeda.
Multikultural merupakan sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa
kelompok-kelompok etnik atau budaya (ethnic and culture groups) dapat hidup
berdampingan secara damai dalam prinsip co-existence yang ditandai oleh
kesediaan untuk menghormati budaya lain.
Pendidikan multikultural tepat untuk diterapkan pada masyarakat Indonesia
yang memiliki keragaman budaya, karena pendidikan multikultural dalam kerangka
transformatif, menurut Nieto dalam Moeis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pengetahuan bukan sesuatu yang netral atau apolitis. Segala sesuatu yang terjadi
dalam level kelembagaan memberi bekas lepada proses pembentukan pengetahauan
siswa. Terhadap hal ini guru perlu menyadarinya secara utuh.
2. Siswa dididik melihat fenomena kehidupan yang serba beraneka ragam serta
berbagai perspektif yang tercakup di dalamnya.
3. Pendidikan multikultural memberi nilai-nilai tinggi tentang keanekaragaman,


berpikir kritis, reflektif, dan kecakapan tindakan sosial.
4. Pendidikan multikultural adalah sebuah proses pemberdayaan siswa dan juga
guru untuk mengambil tindakan-tindakan transformatif berdasarkan pemahaman
yang benar tentang hak dan tanggung jawabnya.
5. Pendidikan multikultural bukan sekedar mengganti satu perspektif tentang
kebenaran dengan perspektif lain, tetapi merefleksikan kebenaran itu atas dasar
berbagai perspektif yang bahkan saling bertentangan, sehingga dapat memahami

Page

4

realitas secara utuh.

Nuraini Amalia : Pendidikan Multikultural dalam Menanamkan Naionalisme pada usia Sekolah Dasar

6. Pendidikan multikultural memungkinkan siswa mengidealkan nilai-nilai
keadilan, kesetaraan, supremasi hukum, kesamaan kesempatan dalam pendidikan,
tetapi juga mendidik siswa untuk menerima realita nilai tersebut secara kritis.

7. Pendidikaan multikultural dikembangkan berdasarkan sudut pandang dan
pengalaman siswa, bukan dari budaya yang sudah mapan.

Implikasi pemanfaatan perspektif multikultural bagi guru adalah bahwa ia
harus berusaha memahami dan memberikan pelayanan pendidikan kepada
bermacam-macam

kebutuhan

siswa

di

dalam

kelas,

dan

tidak


boleh

menyamaratakan begitu saja secara umum, sehingga setiap peserta didik mendapat
kesempatan menghayati pengalaman sekolah dari hari ke hari dan memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan psikologisnya sesuai dengan bekal pemahaman
kulturalnya menuju kepada kehidupan kolektif sebagai bangsa.
Pendidikan multikultural sangat tepat untuk membangun nasionalisme ke
indonesiaan pada era global, karena pendidikan multikultural memiliki nilai inti
(core value) dalam perspektif lokal maupun global, yakni: (1) ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, (2) tanggung jawab terhadap negara kesatuan, (3)
penghargaan, pengakuan, dan penerimaan keragaman budaya, (4) menjunjung
tinggi supremasi hukum, dan (5) penghargaan martabat manusia dan hak asasi yang
universal.
Pendidikan multikultural ini, walaupun sangat tepat diterapkan di negara
kita, mamun menurut Sparringa terdapat tantangan, yang meliputi: (1)
bagaimanakah masalah kesadaran bersama itu dibangun dalam sebuah ruang yang,
di samping memberikan kebebasan untuk melakukan interpretasi yang serba ragam,
juga mengundang elemen-elemen yang berbeda itu untuk menemukan kebutuhan
bersama bagi sebuah integrasi di tingkat yang lebih tinggi, (2) proses ini tidak

terjadi pada ruang yang terisolasi dari persoalan-persoalan ketidakmerataan, bahkan

perubahan yang berlangsung di tataran global mendiktekan agenda-agenda politik

Page

dialokasikan dan distribusikan dalam masyarakat nasional dan internacional, (3)

5

ketidakadilan, tentang bagaimana sumber-sumber politik dan ekonomi itu

Nuraini Amalia : Pendidikan Multikultural dalam Menanamkan Naionalisme pada usia Sekolah Dasar

dan ekonomi baru yang mempersempit kesempatan kita untuk mendefinisikan
kembali gagasan-gagasan dasar tentang negara (serba-) bangsa
(the idea of Indonesian (multi-) nation state) tanpa mengindahkan gagasan-gagasan
dan praktik-praktik materialisme-rasional yang dibawa serta oleh ekonomi pasar
global.
Sekolah mempunyai tanggung jawab dan peran penting untuk memelihara

dan usaha terus menerus mendidik siswa-siswi dan masyarakat untuk mampu hidup
bersama dalam keanekaragaman, tanpa masing masing identitas budayanya namun
sekaligus juga mampu memberi jaminan hidup budaya orang lain. Yang lebih
penting bagaimana dalam praktek kehidupan Sekolah Dasar memberikan
kesempatan yang sama kepada seluruh warga negara untuk mengembangkan
budaya mereka, dan juga adanya upaya Sekolah Dasar untuk menanamkan rasa
saling menghormati dan menghargai budaya yang ada di wilayah nusantara ini.
Fungsi dan peran pergurun tinggi sangat strategis dan krusial. Fungsi dan
peran perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan tidak saja terfokus hanya pada
aspek ekonomi atau politik saja, tetapi tidak kalah pentingnya adalah peran sosiokulturalnya. Menurut Husin, perguruan tinggi dituntut tanggung jawab untuk
menjalankan peran sebagai agen integrasi sosial, yaitu menciptakan identitas
budaya bersama, mengarahkan secara bersama-sama individu-individu di kampus
dari

berbagai

kelas

sosial,


etnik,

budaya,

kepercayaan,

agama

dan

menghubungkannya ke dalam masyarakat yang lebih luas. Perguruan tinggi harus
dapat menjadi perekat bangsa, apalagi dalam suasana ketidakpastian sekarang ini.
Mengimplementasikan pendidikan multikultural di sekolah mungkin saja
akan mengalami hambatan atau kendala dalam pelaksanaannya. Ada beb erapa hal
yang harus mendapat perhatian dan sejak awal perlu diantisipasi antara lain sebagai
berikut: (1) Perbedaan Pemaknaan terhadap (2)Pendidikan Multikultural,
Munculnya Gejala Diskontinuitas (3) Rendahnya Komitmen Berbagai Pihak (4)

Page

6

Kebijakan-kebijakan yang Suka Akan Keseragaman.

Nuraini Amalia : Pendidikan Multikultural dalam Menanamkan Naionalisme pada usia Sekolah Dasar

C. Menanamkan Nasionalisme Pada Usia Sekolah Dasar
Jiwa nasionalisme mayoritas masyarakat Indonesia saat ini mengalami
krisis. Salah satu solusi agar dapat keluar dari krisis tersebut dilakukan dengan
cara menanamkan nilai-nilai dan semangat nasionalisme pada seluruh warga
bangsa, khususnya pada generasi muda. Langkah efektif untuk membangun dan
menanamkan jiwa nasionalisme kepada generasi muda ditempuh melalui jalur
pendidikan.
Nasionalisme merupakan suatu konsep penting yang harus tetap
dipertahankan untuk menjaga agar suatu bangsa tetap berdiri dengan kokoh dalam
kerangka sejarah pendahulunya. Dengan semangat nasionalisme yang tinggi maka
eksistensi suatu negara akan selalu terjaga dari segala ancaman, baik ancaman
secara internal maupun eksternal.
Semangat kebangsaan atau nasionalisme telah dibuktikan dengan
keberhasilan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Nilai
semangat nasionalisme harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus
bangsa agar mampu mempertahankan kemerdekaan serta mengisinya.
Setiap negara di dunia pasti mempunyai jiwa nasionalisme. Hal yang
membedakan nasionalisme antar negara terletak pada falsafah negaranya atau
kepribadian bangsa. Untuk di Negara Kesatuan Republik Indonesia nasionalisme
yang diterapkan adalah Nasionalisme Pancasila yakni nasionalisme yang dijiwai
oleh nilai-nilai Pancasila. Nasionalisme ini mengajarkan kepada masyarakat
Indonesia untuk tidak mengagung-agungkan bangsanya sendiri serta tidak
merendahkan bangsa lain.
Lukman Ali (1995 : 653) menjelaskan bahwa metode adalah cara yang
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

Page

7

ditentukan.

Nuraini Amalia : Pendidikan Multikultural dalam Menanamkan Naionalisme pada usia Sekolah Dasar

Mengutip pendapat dari Sudjana (2000 : 76) yang mengemukakan bahwa
cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat
untuk menciptakan proses belajar mengajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh
berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru.
Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan
sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik jika
siswa banyak yang aktif dibandingkan dengan guru oleh karenanya metode
mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar
siswa. Proses belajar mengajar yang baik dapat menggunakan berbagai jenis
metode mengajar secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain.
masing-masing metode ada kelemahan serta kelebihannya.
Tugas guru adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan
proses belajar mengajar. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat
bergantung kepada tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar
mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya, metode mengajar ada yang tepat
digunakan untuk siswa dalam jumlah yang besar dan ada yang tepat untuk siswa
dalam jumlah yang kecil. Ada juga yang tepat digunakan di dalam kelas atau di luar
kelas.
Nilai-nilai nasionalisme yang ditanamkan melalui pembiasaan di sekolah
sangat efektif. Karena dengan pembiasaan itu akan langsung diaplikasikan dalam
kehidupannya sehari-hari. Dan dari proses pembiasaan itu akan dapat menurunkan
tata cara berbuat atau kebiasaan hidup kepada anak melalui perilaku anak
atau pemberian contoh dan teladan konkrit dalam kehidupan, agar anak terbiasa
melakukan perbuatan dan kebiasaan hidup secara mandiri. Pelaksanaan pendidikan
nasionalisme melalui pembiasaan ini diwujudkan melalui perilaku yang baik dan
nilai-nilai luhur yang terwujud. Dan semangat berperilaku baik tidak hanya lahir

Page

8

dari proses belajar saja, tetapi dari pembiasaanpembiasaan.

Nuraini Amalia : Pendidikan Multikultural dalam Menanamkan Naionalisme pada usia Sekolah Dasar

D. Penutup
Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Pendidikan multikultural merupakan proses penanaman nilai-nilai dan cara
hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keragaman budaya yang hidup
di tengah-tengah masyarakat plural. Pendidikan multikultural tidak harus berdiri
sendiri, tetapi dapat terintegrasi dalam mata pelajaran dan proses pendidikan
yang ada di sekolah termasuk keteladanan para guru dan orangorang dewasa di
sekolah. Oleh karena itu, pendidika n multikultural haruslah mencakup hal yang
berkaitan dengan toleransi, perbedaan etno-kultural dan agama, bahaya
diskriminasi, penyelesaian konflik dan mediasi, HAM, demokrasi dan pluralitas,
kemanusiaan universal, dan subjek-subjek lain yang

relevan

mengantarkan

terbentuknya masyarakat m adani yang cinta perdamaian serta menghargai
perbedaan. Isi dari pendidikan multikultural harus diimplementasikan berupa
tindakantindakan, baik di sekolah maupun di masyarakat.
Implikasi pemanfaatan perspektif multikultural bagi guru adalah bahwa ia
harus berusaha memahami dan memberikan pelayanan pendidikan kepada
bermacam-macam

kebutuhan

siswa

di

dalam

kelas,

dan

tidak

boleh

menyamaratakan begitu saja secara umum, sehingga setiap peserta didik mendapat
kesempatan menghayati pengalaman sekolah dari hari ke hari dan memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan psikologisnya sesuai dengan bekal pemahaman
kulturalnya menuju kepada kehidupan kolektif sebagai bangsa.
Pendidikan multikultural tepat untuk membangun nasionalisme ke
indonesiaan dalam menghadapi tantangan global, karena memiliki nilai inti (core
value) dalam perspektif lokal maupun global yakni: (a) ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, (b) tanggung jawab terhadap negara kesatuan, (c) penghargaan,
pengakuan, dan penerimaan keragaman budaya, (d) menjunjung tinggi supremasi
hukum, dan (e) penghargaan martabat manusia dan hak asasi yang universal.

Page

membangun nasionalisme ke-Indonesia-an dalam menghadapi tantangan global.

9

Pendidikan multikultural mempunyai tujuan yang selaras dengan upaya

Nuraini Amalia : Pendidikan Multikultural dalam Menanamkan Naionalisme pada usia Sekolah Dasar

Daftar Pustaka

A. Buku
Abdullah,“Multikulturalisme”,Jakarta Kompas:2016.
Ahmad,Nazili shaleh”Pendidikan dan Masyarakat”,Jogjakarta:Kulon Progo,2011.
Alo Liweri,”Makna Budaya” Halaman 16.
Arifudin,IIS.”Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural di sekolah” Jurnal
Pemikiran Alternatif Pendidikan, Purwokerto ;2007
Az zet, Akhmad muhaimin“Pendidikan yang Membebaskan”,Jogjakarta: Ar ruzz
media,2011.
Barba,Robertta H,”Science In The Multicultural Classroom”:a guide to teaching
and learning/Robertta H.Barba.-2and ed.
Choirul Mahfud,”Pendidikan Multikultural”Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2006.
Maslikhah,”Quo Vadis Pendidikan Multikultur”Surabaya:2007.
Masyharuddin,”Mendesain

Pendidikan

Agama

Multikultural”,

Dalam

Jurnal,STAIN Kudus;2006,hlm 24.
Molan Benyamin,Nugroho,Warsito Djoko,Hendar Putranto,”Multikulturalisme
(Belajar hidup bersama dalam perbedaan)”,Jakarta:2011.
M. Ainul yaqin,”Pendidikan Multikultural Cross Cultural Understanding
Demokrasi”
Naim Ngainun, Ahmad,“Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasinya”

Page

Setiadi elly,dkk,”Ilmu Sosial dan Budaya Dasar”,Jakarat:2016.

10

,Jogjakakarta: Ar-Ruzz Media,2010.

Nuraini Amalia : Pendidikan Multikultural dalam Menanamkan Naionalisme pada usia Sekolah Dasar

Soeharto Bohar,”Perencanaan Pendidikan Institusional dan Pendekatannya”,
Bandung: IKIP Fakultas Ilmu Pendidikan,1974.
Sue,Deraldwing, Davi sue,”Counseling The Culturally Diverse”, Canada:2009.
Sugihastuti,”Teori dan Apresiasi Sastra”, Yogyakarta:2002.
Uha,Ismail Nawawi,”Budaya Organisasi Kepemimpinan”, Jakarta:2013.
Wardiah,Mia lasmi,”Teori Perilaku dan Budaya Organisasi”, Bandung:2016.
Wakins,William,H,”Multicultural education:Toward a historical and political
inquiry” Dalam Journal winter online (Illions,university of Illinois,
number 1 volume 44:1994
Zubaedi,”Paradigma Multikulturalisme dan implementasinya dalam dunia
pendidikan”, Jakarta:2005.

B. Jurnal
A. Priyatno,“Hidup Berbangsa & Etika Multikultural”, Surabaya: Forum Rektor
Simpul Jawa Timur Universitas Surabaya, 2003, h. 6.
D.T. Sparringa, “Multikulturalisme dalam Multiperspektif di Indonesia”, Surabaya:
Forum Rektor Simpul Jawa Timur Universitas Surabaya, 2003, h. 17.
D.T. Sparringa, “Multikulturalisme dalam Multiperspektif di Indonesia”, Surabaya:
Forum Rektor Simpul Jawa Timur Universitas Surabaya, 2003, h. 18.
Ibnatul Annis Muthoharoh,”Pendidikan Nasionalisme Melalui Pembiasaan di
Sekolah Dasar”,FIS Universitas Negeri Semarang:Indonesia.

Page

R. Wiriaatmadja,”Pendidikan Sejarah di Indonesia Perspektif Lokal, Nasional, dan
Global”, Bandung: Historia Utama Press, 2002, h. 272

11

I. Moeis,”Pendidikan Multikultural Transformatif dalam PIPS Sebuah Sarana
Alternatif Menuju Masyarakat Madani”, Makalah disamapaikan pada
Seminar Nasional Pendidikan IPS, tanggal 5 Agustus 2006, Bandung:
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia:2006.

Nuraini Amalia : Pendidikan Multikultural dalam Menanamkan Naionalisme pada usia Sekolah Dasar

Tukiran,”Pendidikan Multikultural dan Nasionalisme Indonesia”,Purwokerto :
Jurnal UIN Jakarta.
Tutuk Ningsih,”Pendidikan Mulikultural Dalam Membentuk Karakter Bangsa”
Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.

Page

12

Z. Husin,“Etika Multikultural dan Tanggung Jawab Perguruan Tinggi Sebuah
Catatan Pengantar”, Surabaya: Forum Rektor Simpul Jawa Timur
Universitas Surabaya, 2003, h. 16.