PENINGKATAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA

PENINGKATAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI
MENGGUNAKAN METODE BERBAGI PENGALAMAN DENGAN CARA
3M (MENGAMATI, MENIRU, MEMODIFIKASI)

M. Harsa Bahtiar
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Semarang
Harsa.ajja@gmail.com

Abstrak
Menulis sering dirasakan menjadi satu hal yang berat dan susah untuk
dijalankan, lebih khususnya oleh siswa yang sedang menempuh studi disekolah.
Keterampilan dalam menulis mutlak dimiliki oleh setiap siswa dalam menempuh
kegiatan studi karena keterampilan menulis merupakan salah satu dari
keterampilan berbahasa setelah menyimak, membaca, dan berbicara. Dalam
kegiatan menulis dikelas, sering siswa kesulitan dalam membuat karya tulis
kreatif yang salah satunya adalah menulis cerita pendek. Kesulitan yang
menghalangi proses kreatif siswa salah satunya adalah kesulitan menemukan
gagasan dan mengembangkan topik.
Dengan adanya permasalahan tersebut, ada banyak metode untuk
mengatasinya. Metode yang dapat digunakan untuk membantu siswa menemukan

gagasan dan mengembangkan topik adalah metode Berbagi Pengalaman dengan
menggunakan cara 3M (Mengamati, Meniru, Memodifikasi) yang dapat
digunakan pada siswa jenjang SMA kelas XI.
Kata Kunci : Menulis, Cerita Pendek, Berbagi Pengalaman, 3M.

PENDAHULUAN
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah
menyimak, membaca, dan berbicara. Kemampuan dalam menulis juga
harus dimiliki oleh setiap makhluk hidup selain dari ketiga keterampilan
tersebut.

Menulis

merupakan

wujud

kemahiran

berbahasa


yang

mempunyai manfaat besar bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa.
Dengan menulis siswa dapat menuangkan segala keinginan hati, perasaan,
keadaan hati di saat susah dan senang, sindiran, kritikan dan lainnya.

Tulisan yang baik dan berkualitas merupakan manifestasi dan keterlibatan
aktivitas berpikir atau bernalar yang baik. Hal ini dimaksudkan bahwa
seorang penulis harus mampu mengembangkan cara-cara berpikir rasional.
Pada saat melakukan aktivitas menulis, siswa dituntut berpikir untuk
menuangkan

gagasannya

berdasarkan

skemata,

pengetahuan,


dan

pengalaman yang dimiliki secara tertulis. Aktivitas tersebut memerlukan
kesungguhan untuk mengolah, menata, mempertimbangkan secara kritis
gagasan yang akan dicurahkan dalam bentuk tulisan atau karangan.
Jadi pada dasarnya, keterampilan menulis merupakan serangkaian
aktivitas berpikir menuangkan gagasan untuk menghasilkan suatu bentuk
tulisan. Secara lebih mendalam, Akhadiah (1994:2-3) menyatakan bahwa
aktivitas menulis yang dimaksud adalah aktivitas untuk mengekspresikan
ide, gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambing-lambang
kebahasaan. Secara lebih luas, Rofi’udin (1997:16) menjelaskan tahapan
menulis meliputi, tahap pra-menulis, penulisan draf (pengedrafan),
revisi/perbaikan, penyuntingan, dan pubilikasi. Dari beberapa pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis sebagai proses melalui tiga
tahap yakni tahap pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Pada tahap
pramenulis yang dilakukan menulis adalah menyusun draf sampai batas
menulis kerangkan tulisan, selanjutnya tahap menulis draf kasar dan yang
terakhir tahap pasaca menulis yang meliputi tahap revisi, menyunting,
bahkan mengikuti uji coba.

Di SMA, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan
yang ditekankan pembinaannya. Aspek menulis difokuskan agar siswa
mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan
perasaan dalam menyusun karangan, menulis surat pribadi, meringkas
buku bacaan, membuat poster, dan menulis catatan dalam buku harian.
Sedangkan pada kemampuan bersastra, standar kompetensi aspek menulis
dijadikan satu dengan aspek keterampilan lainnya, yakni siswa
mengapresiasi ragam sastra anak melalui mendengarkan dan menaggapi
cerita pendek, menulis prosa sederhana, memerankan drama anak tanpa
teks, dan menulis puisi bebas (Depdiknas, 2006:16).
Sebuah tulisan dapat menjadi salah satu cara untuk berkomunikasi,
jadi tidak hanya dengan berbicara. Dalam Rusyana (1986: 16) yang

menyatakan bahwa tulisan merupakan alat komunikasi tidak langsung.
Keterampilan dalam menulis merupakan keterampilan tertinggi yang
dimiliki setelah menyimak, membaca, dan berbicara. Dengan begitu,
seseorang dapat menulis jika sudah mampu melakukan keterampilan
berbahasa yang lain. Membuat sebuah tulisan tentu membutuhkan ide atau
gagasan baik itu didapat dari diri sendiri maupun orang lain. Dalam
menemukan ide atau gagasan inilah yang selalu menjadi penghambat

seorang dalam kegiatan menulis, dan tidak sedikit yang merasa kesulitan
dalam menulis. Hal ini karena ide atau gagasan merupakan dasar dalam
mengembangkan sebuah topik menjadi sebuah tulisan kreatif, yang salah
satunya adalah cerita pendek.
Permasalahan yang timbul akibat dari sulitnya menemukan ide atau
gagasan dalam menulis dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal
dan eksternal. Faktor internal berasal dari siswa tersebut, dapat berupa
malas dan sedikit pengalaman yang dimiliki sehingga menghambat
kegiatan menulis. Faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan menulis
dapat berasal dari lingkungan sekitar baik itu keadaan maupun kegiatan
pembelajaran yang monoton dan membosankan sehingga siswa menjadi
tidak dapat mengembangkan ide atau gagasan yang dimiliki karena
kurangnya motivasi.
Dari kedua faktor yang mempengaruhi tersebut, diperlukan sebuah
metode pembelajaran yang mampu memberikan pemecahan masalah
tentang sulitnya siswa dalam menangkap ide dalam membuat topik dan
mengembangkannya menjadi sebuah cerita kreatif dalam hal ini menulis
cerpen. Metode tersebut adalah metode Berbagi Pengalaman. Metode
berbagi pengalaman merupakan metode yang digunakan oleh guru untuk
siswa dalam sebuah pembelajaran dengan tujuan agar siswa mampu

menulis sebuah cerita dari sebuah pengalaman pribadi orang lain atau
temannya. Dalam menjalankan metode ini siswa dituntut untuk
menemukan sebuah ide dari pengalaman pribadi yang diutarakan oleh
objek pencerita dengan tujuan sebagai stimulus untuk siswa untuk mampu
mengembangkan topik menulisnya. Pada saat mengutarakan pengalaman
pribadi dari objek pencerita, metode berbagi pengalaman ini diterapkan
melalui sebuah urutan kegiatan dengan cara 3M

yaitu kegiatan

mengamati, meniru, dan memodifikasi, dimana saat proses penceritaan
pengalaman pribadi siswa mengamati dengan cara menyimak kemudian
meniru jalannya cerita, setelah siswa mampu menangkap maksud dan
menemukan ide atau gagasan lain, siswa diperbolehkan memodifikasi
cerita dari pengalaman tersebut menjadi cerita yang sesuai dengan
keinginan penulis dan yang pasti harus sesuai kaidah penulisan cerita
pendek.
Penerapan metode ini, guru harus mampu memberikan motivasi
kepada siswa berkaitan dengan keterampilan menulis sehingga siswa
menjadi lebih bergairah dalam melaksanakan pembelajaran dan tujuan

pembelajaran akan tercapai dengan tepat sasaran. Guru harus kreatif dan
memiliki kemampuan dan keterampilan yang lebih baik. Selain itu, media
yang digunakan juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu objek
pencerita harus memiliki cerita yang menarik dan benar-benar berkesan,
baik itu pengalaman yang berkesan baik maupun buruk. Dengan begitu,
penerapan metode berbagi pengalaman dengan cara 3M ini akan lebih
mudah karena elemen-elemen penunjang didalamnya sudah sesuai yang
diharapkan baik itu siswa, guru, media pembelajaran, dan materi yang
diajarkan. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan lebih menarik,
aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
Dalam penggunaan metode berbagi pengalaman dengan cara 3M
(mengamati, meniru, dan memodifikasi) tentunya sangat cocok untuk
siswa kelas XI yang memiliki keinginan lebih untuk mengetahui
lingkungan sekitar dan mengeksplorasi diri melalui sebuah tulisan. Metode
ini mengajak siswa untuk lebih mengenal satu sama lain melalui
pengalaman pribadi yang diceritakan sehingga dalam sebuah pembelajaran
akan timbul suatu rasa kebersamaan yang dapat diibaratkan seperti “sesi
curhat” sehingga pembelajaran menjadi lebih santai dan menyenangkan.
Penulisan cerita dengan menggunakan metode berbagi pengalaman
dengan


cara

mengamati,

meniru

dan

memodifikasi

juga

akan

meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek dalam kegiatan
pembelajaran dan membantu siswa dalam menggali lebih dalam lagi
konsep-konsep yang dimiliki sehingga dalam mendapatkan ide atau

gagasan menjadi lebih ringan dan dalam mengembangkan topik menjadi

lebih mudah.
Dalam artikel ini terdapat tiga rumusan masalah, yaitu dirumuskan
sebagai berikut.
1) Apa yang diperlukan untuk menunjang metode berbagi pengalaman
dengan cara mengamati, meniru, dan memodifikasi ini dalam kegiatan
pembelajaran?
2) Bagaimana metode berbagi pengalaman dengan cara mengamati,
meniru,

dan

memodifikasi

ini

diterapkan

didalam

kegiatan


pembelajaran dalam upaya peningkatan keterampilan menulis cerita
pendek pada siswa kelas XI?
3) Bagaimana mengatasi kemungkinan permasalahan yang timbul dalam
penerapan metode berbagi pengalaman dengan cara mengamati,
meniru, dan memodifikasi ini?
Dari rumusan masalah tersebut, tujuan dari konsep ini yaitu
sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui yang diperlukan dalam metode berbagi pengalaman
dengan cara mengamati, meniru, dan memodifikasi ini dalam kegiatan
pembelajaran?
2) Untuk mengetahui penerapan metode berbagi pengalaman dengan cara
mengamati, meniru, dan memodifikasi ini didalam kegiatan
pembelajaran dalam upaya peningkatan keterampilan menulis cerita
pendek?
3) Untuk mengatasi kemungkinan permasalahan yang timbul dalam
penerapan metode berbagi pengalaman dengan cara mengamati,
meniru, dan memodifikasi ini?
Artikel ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
bagi seluruh elemen pendidikan, manfaatnya sebagai berikut.

1) Bagi guru, penerapan metode berbagi pengalaman dengan cara
mengamati, meniru, dan memodifikasi ini diharapkan dapat efektif
bagi pembelajaran dikelas, tidak hanya khusus untuk menulis cerpen,
namun dapat untuk bidang pelajaran lain,
2) Bagi siswa, penerapan metode berbagi pengalaman dengan cara
mengamati, meniru, dan memodifikasi diharapkan dapat efektif dan

memudahkan siswa dalam menemukan ide dalam menulis cerpen,
sehingga dalam menulis karya kreatif siswa tidak merasa kesulitan,
3) Bagi kegiatan pembelajaran, dengan diterapkannya metode berbagi
pengalaman dengan cara mengamati, meniru, dan memodifikasi
dikelas, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis kreatif
siswa, khususnya menulis cerita pendek. Metode ini dapat menjadi
inovasi dalam pembelajaran karena masih sedikit guru yang
melakukannya.

PEMBAHASAN
Menulis merupakan wujud kemahiran berbahasa yang mempunyai
manfaat besar bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Dengan
menulis siswa dapat menuangkan segala keinginan hati, perasaan, keadaan
hati di saat susah dan senang, sindiran, kritikan dan lainnya. Tulisan yang
baik dan berkualitas merupakan manifestasi dan keterlibatan aktivitas berpikir
atau bernalar yang baik. Hal ini dimaksudkan bahwa seorang penulis harus
mampu mengembangkan cara-cara berpikir rasional. Pada saat melakukan
aktivitas menulis, siswa dituntut berpikir untuk menuangkan gagasannya
berdasarkan skemata, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki secara
tertulis. Aktivitas tersebut memerlukan kesungguhan untuk mengolah,
menata, mempertimbangkan secara kritis gagasan yang akan dicurahkan
dalam bentuk tulisan atau karangan.
Jadi pada dasarnya, keterampilan menulis merupakan serangkaian
aktivitas berpikir menuangkan gagasan untuk menghasilkan suatu bentuk
tulisan. Secara lebih mendalam, Akhadiah (1994:2-3) menyatakan bahwa
aktivitas menulis yang dimaksud adalah aktivitas untuk mengekspresikan ide,
gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambing-lambang kebahasaan.
Secara lebih luas, Rofi’udin (1997:16) menjelaskan tahapan menulis meliputi,
tahap

pra-menulis,

penulisan

draf

(pengedrafan),

revisi/perbaikan,

penyuntingan, dan pubilikasi. Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa menulis sebagai proses melalui tiga tahap yakni tahap
pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Pada tahap pramenulis yang

dilakukan menulis adalah menyusun draf sampai batas menulis kerangkan
tulisan, selanjutnya tahap menulis draf kasar dan yang terakhir tahap pasaca
menulis yang meliputi tahap revisi, menyunting, bahkan mengikuti uji coba.
Di SMA, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan
yang ditekankan pembinaannya. Aspek menulis difokuskan agar siswa
mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam menyusun karangan, menulis surat pribadi, meringkas buku bacaan,
membuat poster, dan menulis catatan dalam buku harian. Sedangkan pada
kemampuan bersastra, standar kompetensi aspek menulis dijadikan satu
dengan aspek keterampilan lainnya, yakni siswa mengapresiasi ragam sastra
anak melalui mendengarkan dan menaggapi cerita pendek, menulis prosa
sederhana, memerankan drama anak tanpa teks, dan menulis puisi bebas
(Depdiknas, 2006:16).
Dari pembelajaran menulis cerpen diharapkan siswa memiliki
kompetensi untuk menyusun karangan dan menulis prosa sederhana. Setelah
mengikuti pembelajaran tersebut siswa diharapkan mampu menyebutkan
beberapa pengalaman yang menarik (menyenangkan, tidak menyenangkan,
mengharukan, dsb), memilih salah satu, dan merinci segi-segi yang hendak
diuraikan tentang satu pengalaman itu, menyusun kerangka cerita, dan
mengembangkan kerangka cerita pengalaman menjadi cerita yang utuh dan
padu. Dengan prosa sederhana inilah yang bisa dikembangkan menjadi
bentuk cerita lainnya, salah satunya cerita pendek (cerpen).
Siswa bisa dianggap lulus dalam pembelajaran jika mampu (1)
menentukan tema, (2) mengembangkan alur (awal, tengah, dan akhir), (3)
menggambarkan karakter tokoh melalui dialog, monolog, dan komentar
pengarang, (4) mendeskripsikan latar dengan menunjukkan bukti paragraph
deskripsi, (5) mengembangkan cerita melalui dialog, narasi, dan komentar
pengarang, dan (6) merevisi hasil cerpen dengan memperhatikan pilihan kata,
tanda baca, dan ejaan, dan mempublikasikan hasil karya secara tertulis dan
lisan.
Pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) penting bagi siswa, karena

cerpen dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan
pikiran. Menurut Widyamartaya (2005:102) menulis cerpen ialah menulis
tentang sebauh peristiwa atau kejadian pokok. Selain iut, menurut
Widyamartaya (2005: 96) menulis cerpen merupakan dunia alternatif
pengarang. Sedangkan Sumardjo (2001: 84) berpendapat bahwa menulis
cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan cerita. Berdasarkan tiga
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis cerpen merupakan
seni/keterampilan menyajikan cerita tentang sebuah peristiwa atau kejadian
pokok yang dapat dijadikan sebagai dunia alternatif pengarang.
Kemampuan menulis cerpen yang dimiliki siswa tidaklah sama.
Sebagian siswa mampu menulis cerpen dengan baik dan sebagian siswa yang
lain masih belum mampu menulis cerpen dengan baik. Kondisi ini diperburuk
dengan rendahnya minat menulis siswa. Dari beberapa sebab rendahnya
kualitas menulis siswa maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya
penanganan khusus dalam pembelajaran menulis siswa sekolah menengah
pertama. Inti penanganan tersebut adalah diperlukannya suatu metode
pembelajaran menulis yang efektif dan efisien bagi siswa. Hal ini dikarenakan
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru memegang peranan yang
penting dalam pembelajaran, sehingga metode pembelajaran dijadikan
sebagai inti penanganan dalam memperbaiki pembelajaran.
Metode pembelajaran yang tepat digunakan adalah metode Berbagi
Pengalaman dengan teknik 3M yaitu mengamati, meniru, dan memodifikasi.
Metode berbagi pengalaman adalah kegiatan menceritakan pengalaman
pribadi yang diperoleh seseorang kepada orang lain dengan maksud tertentu.
Adapun maksud-maksud tersebut antara lain adalah:
a) Agar orang yang mendengarkan cerita dapat ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh orang yang bercerita,
b) Sekadar ingin memberikan informasi kepada orang lain,
c) Ingin memberikan motivasi kepada orang lain yang berkaitan dengan
pengalaman pribadinya,
d) Membuka diri agar diterima oleh orang lain atau lingkungannya,
e) Sekadar untuk memulai pembicaraan kepada lawan bicara.

Metode berbagi pengalaman dalam kaitannya dalam peningkatan
keterampilan menulis cerita pendek dapat diterapkan melalui permainan yaitu
permainan konsentrasi. Permainan ini sering digunakan dalam berbagai
kegiatan yang berada diluar ruangan, namun dengan sedikit penyesuaian dan
perubahan konsep permainan maka dapat dilakukan didalam ruangan.
Permainan ini tidak hanya melatih konsentrasi melainkan juga kerjasama
kelompok, kesabaran, ketepatan, dan kecepatan dalam memilih keputusan,
sehingga semua peserta harus terlibat aktif dalam permainan. Dengan
demikian, rasa jenuh yang timbul pada diri siswa pada saat kegiatan
pembelajaran dikelas terutama saat pelajaran Bahasa Indonesia menulis cerita
pendek dapat teratasi. Penerapan metode berbagi pengalaman ini digunakan
sebagai media untuk memancing siswa agar mau keluar dari hal yang
dipikirkan secara sempit dipikiran ke hal-hal yang lebih luas yang ada
disekitarnya yaitu berdasarkan cerita pengalaman dari orang lain. Dengan
begitu dalam menemukan gagasan dan mengembangkan topik saat menulis
kreatif dapat membantu siswa untuk lebih menggali apa yang ada
disekitarnya, bukan hanya yang ada dipikirannya sehingga hasil yang ditulis
siswa menjadi lebih kreatif dan variatif.
Strategi 3M (Mengamati-Meniru-Memodifikasi) merupakan strategi
hasil pengembangan dari strategi copy the master. Secara harfiah, copy the
master berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah model untuk ditiru.
Model yang akan ditiru ini tidak hanya terbatas pada peniruan lateral, namun
ada tahap perbaikan. Tahap peniruan sampai dengan perbaikan inilah yang
menonjol dalam strategi ini. Pada dasarnya strategi ini menuntut dilakukan
latihan-latihan sesuai dengan model yang ditawarkan. Selanjutnya strategi ini
dikembangkan menjadi strategi 3M yang lebih sederhana. Strategi 3M hanya
melalui tiga tahap, yakni tahap meniru, mengolah dan mengembangkan.
Tahap meniru diisi dengan kegiatan membaca, mengidentifikasi, selanjutnya
menyadur. Hasil saduran tersebut akan diolah pada bagian alur dan tokoh.
Hasil olah tersebut akan dikembangkan dalam bentuk dialog, monolog, dan
komentar pengarang. Hal inilah yang menjadi kelebihan pada strategi 3M.
Strategi ini mengedepankan proses yang sesuai dengan kemampuan siswa.

Dalam

hal

ini,

kreativitas

siswa

juga dikembangkan

pada

tahap

mengembangkan atau memodifikasi.
Tahapan strategi 3M mengacu pada beberapa tahapan pembelajaran
menulis pada penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun penjelasannya
sebagai berikut. Adapun rincian dan penjelasan tahap pada strategi 3M
sebagai berikut.
1. Tahap Mengamati
Tahap mengamati diawali dengan kegiatan pramenulis yakni dengan
membaca cerpen yang dijadikan model. Pada tahap ini siswa akan
diberikan satu cerpen yang dijadikan model yang dekat dengan dunia
mereka. Selanjutnya siswa mengidentifikasi unsur cerpen dengan
mengisi bagan yang telah disediakan. Adapun bagan tersebut berisi
tentang siapa, kapan, bagaimana, dimana, mengapa. Setelah itu siswa
akan menyadur cerpen model dengan mengganti unsur tokoh dan latar
yang sesuai dengan dunia siswa.
2. Tahap Meniru
Pada tahap olah siswa akan mengolah atau meniru hasil saduran namun
hanya beberapa unsur. Unsur tersebut adalah tokoh, latar, dan alur.
Pertimbangan digunakannya tiga unsur karena unsur tokoh, latar, dan
alur adalah unsur yang paling mudah dikembangkan secarakreatif dan
untuk efisiensi waktu pembelajaran. Pada tahap mengolah tokoh, yang
dilakukan siswa yakni dengan menambah tokoh dalam cerita,
mendeskripsikan watak tokoh, dan mengubah cerita secara relatif sama.
Sedangkan pada tahap mengolah alur cerita, kegiatan siswa adalah
dengan membuat urutan-urutan peristiwa baru.
3. Tahap Memodifikasi
Tahap mengembangkan dilakukan siswa setelah tahap mengolah. Pada
tahap ini, siswa akan mengembangkan tema baru, mengembangkan tokoh
baru, mengembangkan latar baru, dan mengembangkan peristiwa yang
baru. Adapun rincian dari setiap unsur yang dikembangkan adalah (1)
tema dikembangkan secara orisinil dan unik, (2) mengembangkan tokoh
dengan melengkapi dilaog, monolog, dan komentar, (3) mengembangkan
latar dengan mendeskripsikan secara rinci, (4) mengembangkan peristiwa

dalam kalimat secara lengkap, (5) menggunakan bahasa yang
komunikatif, dan (6) menggunakan ejaan yang benar.
Dalam

penerapannya

metode

berbagi

pengalaman

ini

menggunakan strategi atau teknik 3M yaitu mengamati, meniru, dan
memodifikasi. Berikut langkah-langkah pelaksanaannya.
1. Guru menjelaskan secara akurat metode dan strategi yang digunakan
kepada siswa agar dalam pelaksanaannya siswa tidak kebingungan.
2. Guru memilih salah satu dari siswa untuk menceritakan pengalaman
pribadi dengan tema yang sudah ditentukan agar tidak terlalu luas,
contohnya adalah pengalaman libur lebaran ataupun libur sekolah.
Setelah dianggap cukup, guru berhak mengganti objek pencerita kepada
siswa lain agar cerita lebih bervariatif, dan dilakukan secara terus
menerus hingga guru merasa cukup.
3. Setelah siswa mendengarkan pengalaman dari orang lain dengan
seksama, selanjutnya siswa ditugasi oleh guru untuk menulis hal-hal
yang diperlukan dalam membuat sebuah karya tulis baru. Proses menulis
ini masuk dalam strategi 3M tahap pertama yaitu mengamati. Dalam
tahap mengamati ini siswa mendengarkan cerita pengalaman dari orang
lain atau teman sebaya dan menulis hal-hal yang dianggap penting yang
diperlukan dalam menulis cerita baru.
4. Setelah hal menarik ditulis, siswa disuruh untuk membuat cerita yang
sesuai dengan yang diamati dan ditulis saat proses mendengarkan dan
mengamati. Pada proses ini siswa meniru kegiatan cerita teman sebaya
namun hanya beberapa poin saja sebagai alat pancing mereka dalam
menemukan gagasan baru dan mengembangkan topik.
5. Setelah proses meniru selesai, siswa disuruh untuk membuat sebuah
cerita pendek dari hasil tiruan mereka dengan cara memodifikasi. Dalam
memodifikasi ini guru tidak membatasi kreatifitas siswa agar cerita
pendek yang dibuat oleh siswa adalah hasil yang dilandasi proses kreatif
siswa.

PENUTUP
1. Simpulan

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah
menyimak, membaca, dan berbicara. Di SMA, keterampilan menulis
merupakan salah satu keterampilan yang ditekankan pembinaannya. Aspek
menulis difokuskan agar siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran,
gagasan, pendapat, dan perasaan dalam menyusun karangan, menulis surat
pribadi, meringkas buku bacaan, membuat poster, dan menulis catatan
dalam buku harian. Sedangkan pada kemampuan bersastra, standar
kompetensi aspek menulis dijadikan satu dengan aspek keterampilan
lainnya,

yakni

siswa

mengapresiasi

ragam

sastra

anak

melalui

mendengarkan dan menaggapi cerita pendek, menulis prosa sederhana,
memerankan drama anak tanpa teks, dan menulis puisi bebas.
Metode berbagi pengalaman adalah kegiatan menceritakan
pengalaman pribadi yang diperoleh seseorang kepada orang lain dengan
maksud tertentu. Metode berbagi pengalaman dalam kaitannya dalam
peningkatan keterampilan menulis cerita pendek dapat diterapkan melalui
permainan yaitu permainan konsentrasi. Penerapan metode berbagi
pengalaman ini digunakan sebagai media untuk memancing siswa agar
mau keluar dari hal yang dipikirkan secara sempit dipikiran ke hal-hal
yang lebih luas yang ada disekitarnya yaitu berdasarkan cerita pengalaman
dari orang lain. Dengan begitu dalam menemukan gagasan dan
mengembangkan topik saat menulis kreatif dapat membantu siswa untuk
lebih menggali apa yang ada disekitarnya, bukan hanya yang ada
dipikirannya sehingga hasil yang ditulis siswa menjadi lebih kreatif dan
variatif.
Strategi

3M

(Mengamati-Meniru-Memodifikasi)

merupakan

strategi hasil pengembangan dari strategi copy the master. Secara harfiah,
copy the master berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah model
untuk ditiru. Model yang akan ditiru ini tidak hanya terbatas pada peniruan
lateral, namun ada tahap perbaikan. Tahap peniruan sampai dengan
perbaikan inilah yang menonjol dalam strategi ini. Pada dasarnya strategi
ini menuntut dilakukan latihan-latihan sesuai dengan model yang
ditawarkan. Selanjutnya strategi ini dikembangkan menjadi strategi 3M
yang lebih sederhana.
2. Saran

Dalam artikel ini, penggunaan metode dan teknik dalam kegiatan
pembelajaran menulis cerita pendek adalah dengan metode berbagi
pengalaman dan teknik 3M. Berikut saran yang dapat penulis sampaikan.
1) Pemilihan metode berbagi pengalaman dengan teknik 3M
hendaknya disesuaikan dengan kondisi siswa dan sekolah.
2) Keterampilan menulis adalah keterampilan yang sangat kompleks
yang tidak hanya berupa teori saja, melainkan membutuhkan
latihan-latihan yang dilakukan secara berkala dan terus menerus.
3) Guru harus menguasai metode dan teknik pembelajaran agar tidak
terjadi kesalahpahaman dengan siswa.
4) Dalam praktik pembelajaran, guru harus dapat mempersatukan
empat keterampilan berbahasa agar pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan sesuai dengan tujuan.
5) Apabila siswa mendapat kesulitan, hendaknya guru melakukan
pendekatan sebagai upaya menyelesaikan permasalahan siswa.
6) Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, santai, aktif, dan ceria agar pembelajaran tidak
terasa membosankan.
7) Dalam penerapan metode ini, tidak ada salahnya apabila guru
memasukkan nilai-nilai moral berkaitan dengan pengalamanpengalaman siswa yang disampaikan didepan kelas.

DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti. 1994. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
DEPDIKNAS. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mulyati, Y. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Roekhan. 1991. Menulis Kreatif, Dasar-Dasar dan Petunjuk Penerapannya.
Malang. YA3 Malang.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sumardjo, Jacob. 2001. Beberapa Petunjuk Menulis Cerpen. Bandung: Mitra
Kencana.
Suroto. 1990. Teori Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta:
Erlangga.
Syamsuddin dan Vismaia. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung:
Rosda.
Widyamartaya, Aloys dan Vero Sudiati. 2005. Kiat Menulis Deskripsi dan Narasi,
Lukisan dan Cerita. Yogyakarta: Pusataka Widyatama.
Yuliarti, Nurheti. 2008. Menjadi Penulis Profesional. Yogyakarta: Media
Pressindo.