Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TGT Siswa Kelas 4 SD Negeri Seworan Wonosegoro Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran IPS

  Ilmu-ilmu sosial mempunyai peran yang penting bagi Ilmu Pengetahuan Sosial (lPS), karena ilmu-ilmu sosial merupakan sumber utama dari materi IPS.

  IPS adalah salah satu pelajaran yang membekali siswa untuk mengembangkan penalaran disamping mengembangkan nilai dan moral. Dalam proses pembelajaran guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi pembelajaran interaktif dan edukatif yaitu interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Guru sebagai agen pembahasan memiliki peranan untuk menyampaikan hal-hal baru yang bersifat inovatif kepada siswa.

  Dalam Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran pokok, yang diajarkan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Kajian IPS sangat luas, kajian Ips mencakup peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS sub materi yang terdapat dalam

  pelajaran IPS yaitu Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata

  pelajaran IPS, siwa diharapkan dapat menjadi masyarakat yang demokratis dan bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang cinta akan perdamaian. Di masa depan siswa akan menghadapi tantangan berat dalam kehidupan bermasyarakat, karena persaingan global akan selalu berkembang setiap saat. Pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan berbgai aspek yang sangat berguna dalam kehidupan diantaranya sapek pengetahuan, aspek pemahaman, dan aspek kemampuan analisis terhadap kondisi sosial yang berada dalam masyarakat.

  Mata pelajaran IPS disusun sebaik mungkin supaya dapat mudah dicerna oleh siswa. Pembelajaran IPS yang baik disampaikan secara sistematis, komprehensif, dan terpadu untuk menuju keberhasilan dan kedewasaan dalam

  Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pentingnya pelajaran IPS untuk dikuasai siswa. Untuk menghadapi tantangan persaingan dunia di masa depan maka menurut Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

  1. Mengenal konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

  2. Memiliki kemampuan untuk berpikir secara logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

  3. Mempunyai komitmen dan kesadaran tentang nilai-nilai sosial dan rasa kemanusiaan.

  4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan semangat berkompetisi dalam masyarakat majemuk, di tingkat lokal, tingkat nasional, maupun global. Materi pelajaran IPS sangat luas, dan berdekatan dengan mata pelajaran lain. Ranah pembelajaran IPS mengkaji keadaan sosial yang terjadi dalam sebuah masyarakat. Dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi berbagai aspek sebagai berikut.

  a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan. b.Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan.

  c. Sistem Sosial dan Budaya.

  d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

  Uraian di atas menggambarkan mata pelajaran IPS sangat penting untuk di kuasai siswa. Tugas guru adalah mentransfer ilmu tersebut kepada peserta didik agar dapat terjun dalam masyarakat serta mencitakan kesejahteraan dalam masyarakat. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan. Standar proses pembelajaran sudah diatur dalam PP. No. 19 Tahun pendidikan yang berkaitaan dengan pelaksanaan pembelajaran dalam satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

  Salah satu prinsip pendidikan adalah diselenggarakaan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hidup. Dalam proses pendidikan membutuhkan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi diri dan kreativitas siswa. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigm proses pendidikan, yaitu dari paradigm pengajaran, ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Pada proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

  Mengingat keragaman budaya, keragaman latar belakang serta karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki mutu tinggi, proses pembelajaran setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar proes. Proses pembelajaraan pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berprtisipasi aktif, serta memberikan ruaang yang cukup bagi prakaarsa, kreaativitas, daan kemaandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

  Sesuai dengan amanat Pertauran Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan, salah satu standar yang harus dikembangkan guru adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikaan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaaran pada satuan pendidikan dsaar dan menengah diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses tersebut berlaku untuk jenjang pendiidkan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.

  Sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007, standar proses tersebut mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanan pada pembelajaran, untuk terciptanya proses pembelajaran, yang bermutu, efektif dan efisien.

  Dalam proses pembelajaran terdapat materi yang disampaikan. Materi tersebut tidak boleh keluar dari tujuan dan ruang lingkup mata pelajaran IPS. Materi tersebut dipetakan dalam standar kompetendi dan kompetensi dasar yang harus dicapai setiap siswa. Daftar standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas empat semester satu dapat dilihat pada silabus pembelajaran kelas empat semester satu dibawah ini.

  

Tabel 2.1

  SK, KD Mata Pelajaran IPS SD kelas 4 semester II

  Kompetensi Dasar Standar Kompetensi

  2.1

  2. Mengenal sumber

  Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya daya alam, kegiatan ekonomi dan

  2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkat-kan kemajuan teknologi di kesejah-teraan masyarakat lingkungan kabupaten

  2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi / kota dan provinsi komunikasi dan transportasi serta pengalaman

menggunakannya

2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

  Sumber : Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang stndar isi

2.1.2. Model Pembelajaran TGT (Teams Game Tournament)

  Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dalam belajar kelompok dan mengandung unsur permainan dan penghargaan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang supaya siswa dapat belajar lebih menyenangkan disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

  Menurut Isjoni (2009: 83) TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa yang mempunyai tingkat kemampuan,

  Slavin (2005: 163) mengemukakan TGT adalah model pembelajaran yang menggunakan turnamen akademik dengan menggunakan kuis-kuis, dimana siswa berlomba sebagai perwakilan kelompok mereka dengan anggota kelompok lain yang kinerja akademik seimbang.

  Pembelajaran model TGT adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa mempermasalahkan perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya bagi kelompok belajarnya, dan mengandung unsur permainan dan penghargaan. (Hamdani, 2011:92).

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT adalal model pembelajaran yang menempatkan siswa ke dalam kelompok belajar, dilanjutkan dengan permainan berkelompok berupa turnamen akademik.

  Masing-masing kelompok terdiri dari anggota yang heterogen dan akan ditandingkan dengan lawan yang homogen dari kelompok lain. Lebih lanjut TGT dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, kompetitif dan menekankan pada pencapaian tujuan dan kesuksesan kelompok dengan berdasarkan pada kinerja

  • – kinerja anggota kelompok. Tujuan dan kesuksesan kelompok tidak hanya dalam memahami suatu pelajaran, hanya bekerja menyelesaikan masalah tetapi juga mempelajari sesuatu melalui kelompok.

  Setelah memahami penegertian model pembelajaran TGT, selanjutnya adalah bagaimana menerapkan model TGT supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 tahapan yaitu: tahap penyajian kelas, tahap belajar dalam kelompok, tahap permainan, tahap pertandingan, dan tahap penghargaan kelompok. Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, dapat disajikan langkah-langkah model pembelajaran TGT sebagai berikut:

  Menurut slavin dalam penerapan model pembelajaran TGT ada beberapa langkah yang perlu ditempuh dalam pembelajaran, yaitu: a.

  Mengajar (teach) Menyampaikan tujuan , langkah-langkah pembelajaran, seerta materi b.

  Belajar Kelompok (team study) Siswa bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri atas 5 sampai 6 siswa dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Dalam kelompok siswa berdiskusi untuk mempersiapkan menghadapi turnamen akademik.

  c.

  Permainan (game tournament) Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing

  • – masing perwakilan kelompoknya masing-masing. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan materi siswa.

  d.

  Penghargaan kelompok (team recognition) Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada skor terbanyak yang didapat masing- masing kelompok.

  Langkah-langkah model pembelajaran TGT menurut Trianto (2010:84) dibagi menjadi tiga langkah, yaitu: a.

  Siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang mempunyai anggota empat orang yang merupakan campuran anggota yang heterogen.

  b.

  Penyajian materi oleh guru, kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasi materi pelajaran.

  c.

  Seluruh siswa dikenai kuis secara mandiri, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat membantu satu dengan lainnya.

  Menurut Amri & Ahmadi, (2010:67) Langkah-Langkah model pembelajaranTGT yang baik adalah sebagai berikut: a.

  Penyajian Kelas (Class Presentations) Pembelajaran diawali dengan guru menyampaikan materi pelajaran, sering disebut dengan presentasi kelas. Pada kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru.

  b.

  Belajar dalam Kelompok (Teams) Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin, etnikdanras. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya, dan untuk mempersiapkan anggotanya mengikuti turnamen akademik yang akan di hadapi.

  c.

  Permainan (Game) Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.

  d.

  Pertandingan atau Lomba (Tournament) Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja peserta didik (LKPD).

  Turnamen atau lomba pertama guru membagi peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba.

  e.

  Penghargaan Kelompok (Team Recognition) Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan..

  Uraian di atas memaparkan bagaimana langkah-langkah model dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan ada lima langkah pembelajaran TGT, yaitu: a.

  Menyimak penyajian materi dari guru.

  b.

  Membentuk kelompok belajar @ 5 siswa.

  c.

  Belajar dalam kelompok.

  d.

  Bermain turnamen dengan model kuis-kuis.

  e.

  Menerima penghargaan.

2.1.3 Hasil Belajar

  Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Eko Putro Widoyoko (2009), mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.

  Hasil belajar adalah hasil yang dicapi siswa dalam ranah kognitif dan afektif yang terlihat dalam tindakan dan perilaku pada ranah psikomotor (Anas Sudijono, 2008). Ranah belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.

  Hasil belajar menurut W. Winkel (dalam Naniek S. Wardani, 2012) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka dan simbol.

  Menurut Naniek S. Wardani (2012) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses belajar dan hasil belajar. Hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar diperoleh dari hasil tes dan non tes. Hasil belajar diperoleh dari pengukuran utuh yang mencakup semua aspek dalam pembelajaran.

  Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat dilihat hasil belajar hasilnya berupa skor atau angka yang pengukurannya dilakukan pada saat proses belajar berlangsung, dengan mengukur aspek afektif dan psikomotorik dengan menggunakan non tes, serta hasil belajar dengan mengukur aspek kognitif yang dilakukan dengan menggunakan tes. Kesimpulannya hasil belajar adalah besarnya skor atau angka yang diperoleh dari skor proses belajar dan skor hasil belajar yang mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.

  Sebelum mencari hasil belajar perlu kita pelajari dulu hal-hal yang berkaitan dengan mengukur hasil belajar. Hasil belajar diperoleh melalui proses pengukuran, penilaian dan evaluasi. Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu (dalam Naniek S. Wardani, 2012). Dalam kegiata pengukuran dilakukan penetapan angka, sehingga diperlukan alat ukur yang disebut dengan instrument. Ada dua instrument dalam pengukuran yaitu inteumen standard an idak standar. Instrument standar diantaranya, thermometer, timbangan, penggaris, timbangan dan masih banyak lagi. Instrumen tidak standar diantaranya, jengkal, langkah, depa dan lainya. Dalam dunia pendidikan instrument yang biasa dipakai berupa tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.

  Asesmen adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Kegiatan asesmen dapat dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Kegiatn pembelajaran tersebut bisa dalam suasana forml maupun non formal. Intrumennya biisa melalui tes tertulis, kumpulan kerja peserta didik, poduk, unduk kerja, dan pnugasan.

  Menurut Grifin & Nix (dalam Naniek S. Wardani 2012 ) menyatakan asesmen adalah pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjalaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Asesmenmen tidak hanya mencakup keberhasilan belajar saja, tetapi juga mencakup semua proses mengajar belajar. Kegiatan asesmen tedak terbatas pada karakter peserta didik saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum. Fasilitas, dan administras sekolah juga menjadi cakupan dalam asesmen pendidikan.

  Evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetpkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasi pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah proses pengukuran.

  Tujuan utama pengunaan evaluasi dalam pembelajaran di sekolah adalah membantu guru dan peserta didik untuk mengambil keputusan profesional dalam dalam memperbaiki pembelajaran dalam pembelajaran evaluasi digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian siswa dalam pemahaman meteri dan dimana kelemahan siswa sebagai dasar tindak lanjut yang akan diberikan kepada siswa (Wardani, Naniek Sulistya dan Slameto, 2012).

  Banyak teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi keberhasilan proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar tersebut mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang memenuhi indikator-indikator sebagai dasar penilaian suatu kompetensi dasar. Menurut Naniek S. Wardani (2012) secara umum teknik penilaian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan non tes.

  a.

  Teknik Tes Tes berasal dari bahasa perancis kuno “testum” yang berarti piring yang digunakan untuk menyisihkan logam mulia. Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar

  Trait pendidikan meliputi ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, atau bakat seseorang atau kelompok. pertantanyaan dalam tes merupakan alat untuk menggali informasi yang berbentuk pertanyaan atau tugas yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan seseorang atau kelompok sebagai alat ukur tes harus kemampuan obyek yang diukur. Tugas dalam tes harus memenuhi kriteria yakni dapat mengungkap ketrampilan dan bakat seseorang atau kelompok yang diukur. Adapun fungsi minimal dari tes yaitu:

  1) Mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau seperangkat pencapaian terhadap tujuan tertentu.

  2) Menentukan kedudukan atau perangkat peserta didik dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tertentu.

  Hasil tes belajar dilihat dari jawaban pesrta didik yang ditunut dalam menjawab atau memecahkan persoalan yang dihadapinya dibagi menjadi tiga yakni tes lisan, tes tertulis, dan tes tindakan atau perbuatan. Penggunaan setiap jenis tes harus menyesuaikan kawasan perilaku peserta didik yang akan di ukur.

  b.

  Teknik Non Tes Teknik non tes berisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak memliki jawaban benar atau salah. Teknis nontes dapat memakai intrumen yang berbentuk kuesioner atau inventori. Peserta didk diminta memberikan jawaban atau perndapat terhadap sejumlah pertanyaaan atau pernyataan adalah pisip dari kuesiner. Inventori merupakan instmen berisi tentang laporan diri yakni keadaan peserta didik. Hasil pengukuran yang berupa angka disebut kuantitatif dan yang bukan berupa angka di sebut kualitatif.

  Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor. Ada beberapa macam teknik non tes yaitu: a. Observasi

  Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang telah dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. b. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara mendalam yang didapat secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian siswa.

  c. Angket Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap.

  Selain ketiga teknik non tes di atas masih ada teknik non tes yang lain diantaranya: work sample analysis (analisa sampel kerja), task analysis (analisis tugas), checklists dan rating scales, portofolio, komposisi dan presentasi, proyek individu dan kelompok.

  Dalam melakukan penilaian harus memiliki patokan supaya penilaian memiliki hasil yang tepat. Penilaian tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam kelomok sesuai sengan patokan kurikulum tetapi juga mengukur kemampuan siswa sesuai dengan kemampuan kelompoknya. Menurut Naniek S. Wardani (2012) Secara garis besar acuan penilaian dibagi menjadi dua yakni penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan.

  a.

  Penilaian acuan norma Penilaian acuan norma adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil belajar kelompoknya. PAN dilakukan dengan cara membandingkan nilai seorang siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi seluruh siswa dalam kelas/kelmpok sebagai dasar penilaian. Secara garis besar Pan adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok, nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain yang termasuk di dalam kelompokitu. Dasar penilaian acuan kelompok adalah dari asumsi sebagai berikut:

  1) Bahwa setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen akan selalu didapati kelompok yang baik, sedang dan kelompok yang kurang, yang

  2) Bahwa tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relative dari peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu, yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di atas, di tengah, atau di bawah.

  Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan skor siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan tes secara teliti. Adapun ciri-ciri dan adalah sebagai berikut:

  1) PAN digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainya.

  2) PAN menggunakan kriteria yang bersifat relatif. 3)

  Nilai PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penuasaan siswa tentang materi pelajaran yang di teskan tetapi hanya menunjukkan kedudukan pesrta didik alam kelompknya. 4)

  PAN kecenderungan mengelompokkan siswa dalam rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya. 5) PAN memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.

  b.

  Penilaian Acuan Patokan Penilaian acuan patokan (PAP) sering disebut juga dengan criteria

evaluation yang merupakan pengukuran dengan menggunakan acuan kriteria.

  Dalam pengukuran ini siswa di komparasikan dengan kriteria yang sudah ditentukan terlebuh dahulu dalam tujuaan instruksional bukan dengan penampilan siswa yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tergantung pada penguasaan materi atas kiteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional.

  Penggunaan PAP letak materi yang telah dan belum dikuasai setiap inividu dapat diketahui. Bimbingan individu dapat diberikan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Pengembangan materi bagi yang telah mengusainya juga dapat dilakukan oleh guru.

  Apabila dalam penentuan nilai tes belajar menggunakan PAP maka pada standar mutlak. Artinya pemberian nilai pada siswa dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor mentah hasi tes yang dimiliki masing-masing siswa dengan skor maksimum ideal yang mungkin dapat dicapai siswa.

  Penentuan nilai siswa dilakukan dengan jalan memebandingkan skor mentah hasil tes dengan skor maksimum idealnya, maka penentuan nilai yang beracu pada kriteria sering dikenal dengan istilah penentuan nilai secara ideal, atau penentuan nilai secara teriotik, atau penentuan nilai secara das sollen.

  Penilaian acuan patokan sanagt cocok diterapkan pada tes-tes formatif, dimana guru ingin mengetahui sejuahmana siswa telah terbentuk setelah ereka mengalami pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan PAP dapat membantu guru mengetahui kelompok siwa yang penguasaan tinggi, sedang, maupun rendah. Guru akan dapat melakuakan upaya upaya yang dinilai perlu agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.

  Kriteria Ketuntasan Minimum merupakan kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dan harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik evaluasi hasil belajar.

  Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari KKM dibawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. KKM menjadi acuan bersama pendidik, pesrta didik, dan orang tua. KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar pesrta didik. Dalam penetuan KKM, guru seharusnya memperhatikan berikut ini: a.

  Tingkat Kompleksitas, suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh

  1. Guru yang memahami kompetensi yang harus diajarkan kepada siswa 2.

  Guru yang kreatif dan inovatif dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

  3. Guru harus menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan kepada siswa.

  4. Siswa dengan kemampuan penalaran tinggi.

  5. Siswa didik yang cakap/terampil dalam menerapkan konsep.

  6. Siswa didik yang cermat, kreatif, dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan.

  7. Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan.

  8. Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar siswa dapat mencapai ketuntasan belajar.

  b. sumberdaya pendukung dalam penyelenggaraan Kemampuan pembelajaran pada masing-masing sekolah.

  1. Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai pesrta didik seperti perpustakaan, labortorium, dan alat/bahan untuk proses pembelajaran.

  2. Ketersedian tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah.

  Kemampuan sumber daya pendukung jika melampaui standar minimal, termasuk tinggi, sekitar standar minimal, termasuk sedang, dan jika jauh dari standar, termasuk rendah.

  c.

  Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa disekolah yang bersangkutan.

  Pencapaian KKM perlu dianalisis untuk dapat ditindaklanjuti sesuai dengan hasl yang diperoleh. Tindak lanjuk perlu dilakuakan untuk perbaikan dan pengempurnaan alam pelaksanaan pembelajaran maupun evaluasi. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan penetapan KKM pada semester atau tahun pelajaran berikutnya.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Dalam sebuah pembuata karya tulis penelitian, peneliti memerlukan landasan yang kuat untuk mendukung penelitan tersebut. Landasan itu dapat berupa penelitian yang sudah dilakukan peneliti lain yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adanya dasar yang kuat akan menambah kekuatan pelaksanaan penilitian tersebut. Penelitan yang relevan dengan penelitan yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TGT (Teams Game Tournament) Pada Siswa Kelas 4 SD N Seworan Wonosegoro Boyolali Tahun Pelajaran 2015-2016 sebagai berikut. Penelitian yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Semester II, oleh Meylia Dwi Tristiyana tahun 2014.

  Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SDN Padaan 02 melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh siswaKelas V di SDN Padaan 02 yang seluruhnya berjumlah 19 siswa. Mata pelajaran yang diteliti adalah Matematika(pembagian dan perkalian pecahan serta perbandingan skala) Penelitian ini menggunakan jenis penelitian PTK. Data siswa diperoleh dari data semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini siswadiberikan tindakan yaitu dengan model pembelajaran tipe TGT pada mata pelajaran Matematika. Setelah dilaksanakan analisis data diketahui terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan itu dapat ditunjukan dengan siswa yang tuntas dengan KKM 75 pada setiap siklus meningkat. Pada siklus I pertemuan 1 siswa yang tuntas 11(57,9%) siswa dan yang belum tuntas 8(42,1%) siswa. Sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa yang tuntas KKM adalah 13( 68,42 %) dan yang belum tuntas adalah 6(31,58%). Pada siklus II Pertemuan 2 siswa yang tuntas KKM adalah 19 siswa(100%) tuntas. Hasil penelitian ini menyatakan adanya peningkatan hasil pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswapada mata pelajaran matematika di kelas V SDN Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014.

  Penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Kelas IV SD Negeri 2 Ngropoh Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 oleh Melina Kristiyani tahun 2014.

  Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SDN Padaan 02 melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh siswaKelas V di SDN Padaan 02 yang seluruhnya berjumlah 19 siswa. Mata pelajaran yang diteliti adalah Matematika(pembagian dan perkalian pecahan serta perbandingan skala) Penelitian ini menggunakan jenis penelitian PTK. Data siswa diperoleh dari data semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini siswadiberikan tindakan yaitu dengan model pembelajaran tipe TGT pada mata pelajaran Matematika. Setelah dilaksanakan analisis data diketahui terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan itu dapat ditunjukan dengan siswa yang tuntas dengan KKM 75 pada setiap siklus meningkat. Pada siklus I pertemuan 1 siswa yang tuntas 11(57,9%) siswa dan yang belum tuntas 8(42,1%) siswa. Sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa yang tuntas KKM adalah 13( 68,42 %) dan yang belum tuntas adalah 6(31,58%). Pada siklus II Pertemuan 2 siswa yang tuntas KKM adalah 19 siswa(100%) tuntas. Hasil penelitian ini menyatakan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas V SDN Padaan 02 Kecamatan Pabelan

  Penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Turnament (TGT) Berbantuan Pohon Pintar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri Gerlang Kabupaten Batang Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 oleh Ika Windarti tahun 2013.

  Latar belakang masalah adalah pemilihan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang akan diajarkan sehingga dalam mengikuti pembelajaran siswa kurang begitu bersemangat dan dalam pembelajaran keaktifan siswa tidak begitu terlihat, hal ini berdampak pada hasil belajar siswa. Rumusan masalahnya adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Team Game Turnament (TGT) berbantuan “pohon pintar” dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Gerlang Kabupaten Batang semester I tahun pelajaran 2013/2014?”. Metode penelitian: penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research. Model PTK dengan menggunakan 2 siklus. Masing- masing siklus terdiri dari 4 tahap yakni :1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gerlang Kecamatan Blado Kabupaten Batang sebanyak 40 siswa. Teknik pengumpulan data adalah teknik tes dan observasi. Adapun instrument penelitiannya dengan menggunakan butir soal dan lembar observasi.Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif komparatif yang meliputi perbandingan, mean, dan persentase. Hasil penelitian adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Gerlang. Hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibanding hasil belajar siswa setelah pembelajaran tanpa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal ini berdasarkan ketuntasan dan rata-rata hasil belajar siswa dengan KKM 60 pada materi FPB dan KPK meningkat dari kondisi prasiklus hingga siklus II. Pada kondisi pra siklus siswa yang tuntas 60% dengan rata-rata 59,5, pada kondisi Siklus I menjadi 70 %dengan rata-rata 65,25 dan pada akhir siklus II menjadi 85% dengan rata-rata 76,5. Saran bagi guru hendaknya dalam pelaksanaan siswa terutama TGT, karena dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan serta melakukan tindak lanjut terhadap siswa yang tidak tuntas KKM. Bagi siswa hendaknya lebih banyak berlatih untuk bekerjasama dan mengutaran pendapat dalam pembelajaran. Bagi kepala sekolah hendaknya memberikan saraan kepada guru lain untuk menerapkan model kooperatif TGT pada pelajaran yang relevan dan menyedian sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran.

2.3 Kerangka Berfikir

  Tidak matangnya perencanaan pembelajaran akan menciptakan pembelajaran yang tidak sistematis dan tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan serta hasil belajar siswa yang didapat masih di bawah KKM yang diterapkan. Proses pembelajaran akan menjadi aspek utama dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif yang akan berdampak positif pada hasil belajar siswa yang memuaskan. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah model pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran yang hanya menggunakan model pembelajaran konvensional.

  Ciri-ciri pembelajaran konvensional yang berlangsung di kelas adalah pembelajaran yang berpusat pada penjelasan guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan penyampaian materi melalui metode ceramah. Selama proses kegiatan pembelajaran, aktivitas yang dilaksanakan siswa tidak pernah dilakukan pengukuran oleh guru. Guru hanya mengukur kemampuan siswa pada aspek kognitif, yakni setelah siswa diberikan tes pada akhir pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui tes, masih dibawah KKM ≥ 80, karena siswa hanya dilakukan pengukuran pada aspek kognitifnya saja, sedangkan untuk aspek afektif dan psikomotorik tidak pernah dilakukan pengukuran.

  Melihat kondisi seperti ini guru harus merancang model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat menempatkan siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, memacu semangat beajar dan persaingan sehat antar siswa. Melalui cara belajar seperti ini, jika siswa diberi tes, tentu hasil belajarnya dapat mencapai optimal (tuntas), selain itu siswa akan tumbuh kreativitas dan keterampilan dalam belajar.

  Berdasarkan orientasi diatas pembelajaran materi selanjutnya akan diterapkan model pembelajaran TGT pada KD 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya, dengan harapan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun langkah-langkah pembelajaran TGT adalah sebagai berikut a.

  Menyimak penyajian materi perkembangan teknologi dari guru.

  b.

  Membentuk kelompok belajar @ 5 siswa.

  c.

  Belajar dalam kelompok.

  d.

  Bermain turnamen dengan model kuis-kuis.

  e.

  Menerima penghargaan. Dampak dari penerapan model pembelajaran TGT adalah pengukuran hasil belajar siswa. Dalam TGT pengukuran dilakukan secara utuh yang meliputi pengukuran proses belajar dan pengukuran hasil belajar dengan KKM yang telah ditentukan. Cakupan pengukuran yang dilakukan secara utuh mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengukuran hasil belajar pada aspek kognitif dilakukan dengan teknik tes formatif, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik dilakukan dengan teknik non tes yang berupa pengukuran unjuk kerja menggunakan rubrik penilaian. Berdasarkan penjabaran di atas, maka secara rinci dapat disajikan melalui gambar bagan berikut:

  Gambar 2.1

  Hubungan Antara Model Pembelajaran TGT dan Hasil Belajar IPS KD 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

  Skor non tes Penyajian materi perkembangan teknologi dari

  Bermain turnamen dengan model kuis Belajar dalam kelompok Membentuk kelompok belajar @ 5 siswa Memberikan penghargaan.

  Butir soal kognitif Rubrik Pengukuran Afektif

  Rubrik Pengukuran psikomotor Skor kognitif

  Skor afektif Skor proses belajar

  Skor psikomotor Skor hasil belajar Skor tes Pembelajaran konvensional Pengukuran kognitif Hasil belajar di bawah KKM

  Model pembelajaran TGT Hasil belajar di atas KKM

2.4. Hipotesis Tindakan

  Dari refleksi kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir masalah maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Peningkatkan hasil belajar IPS diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran TGT kelas 4 SD Negeri Seworan Boyolali semester 2 tahun pelajaran 2015-2016.

  ”

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru, Pola Asuh Otoritatif Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah Salatiga Tah

0 0 28

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru, Pola Asuh Otoritatif Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah Sa

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru, Pola Asuh Otoritatif Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Kartu Bergambar pada Anak Usia 4 Sampai 5 Tahun di Kelompok A TK Kamulyan Terpadu Salatiga

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Model STAD dengan Media Puzzle Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 7

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pembelajaran IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Model STAD dengan Media Puzzle Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Model STAD dengan Media Puzzle Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Model STAD dengan Media Puzzle Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Melalui Model STAD dengan Media Puzzle Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TGT Siswa Kelas 4 SD Negeri Seworan Wonosegoro Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 6