MAKALAH Dampak Kebijakan Terhadap Perdag

MAKALAH
“Dampak Kebijakan Terhadap
Perdagangan Internasional”
Sebagai Prasyarat Mata Kuliah Hukum Dagang
Dosen Pengampu :

Drs. Totok Sugiarto S.H.,M.H

Disusun Oleh :
NAMA

:

DERY BUDI BIMANTARA

NIM

:

14.641.0046


FAKULTAS

:

EKONOMI /MANAJEMEN

UNIVERSITAS PANCA MARGA
PROBOLINGGO
2015

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta
salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutpengikutnya hingga akhir zaman.
Penyusunan makalah Dampak Kebijakan Terhadap Perdagangan Internasional ini
dibuat Penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Hukum Dagang.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun,
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan

pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Probolinggo,

Mei 2015

Dery Budi Bimantara

DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perdagangan Interasional
2.2 Hambatan Perdagangan Perdagangan Iternasional
2.3

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan bisnis yang akhir-akhir
ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari semakin berkembangnya arus
peredaran barang, jasa, modal dan tenaga kerja antar negara. Kegiatan ini dapat terjadi
melalui hubungan ekspor impor, investasi, perdagangan jasa, lisensi dan waralaba (license
and franchise), hak atas kekayaan intelektual dan alih teknologi, yang pada akhirnya
memberikan pengaruh terhadap kegiatan ekonomi lainnya, seperti perbankan, asuransi,
perpajakan dan sebagainya.
Untuk mendukung terlaksananya kegiatan bisnis antar negara diperlukan suatu instrumen

hukum dalam bentuk regulasi baik nasional maupun internasional seperti pengaturan dalam
hukum perdagangan internasional (international trade law). Oleh karena itu dengan masuknya
Indonesia sebagai anggota perdagangan dunia melalui ratifikasi Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement on Establishing The World Trade Organization
(WTO) membawa konsekuensi bagi Indonesia, yaitu harus memetuhi seluruh hasil kepakatan
dalam forum WTO, serta melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional
sesuai dengan hasil kesepakatan WTO (Muhammad Sood, 2005: 7).
Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan bebas mendorong produk industri dalam negeri
untuk mampu bersaing dengan produk impor, baik di dalam negeri sendiri maupun di pasar
ekspor. Hal ini merupakan problem besar bagi Indonesia karena kemampuan produk
Indonesia dari segi kualitas maupun kuantitas masih lemah. Salah satu permasalahan yang
dialami oleh Indonesia dalam menghadapi perdagangan bebas adalah sulitnya membendung
terjadinya lonjakan produk impor, sehingga mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing
yang pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, dan selanjutnya akan
muncul dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja, terjadinya pengangguran serta
bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri. Lebih-lebih Indonesia sedang mengahadapi
pasar bebas ASEAN pasca AFTA sejak tahun 2003 yang kemudian diikuti oleh pasar bebas
Cina-ASEAN melalui kesepakatan CAFTA sejak Tangga 1 Januari tahun 2010, dan
selanjutnya APEC yang akan berlaku untuk negara berkembang pada tahun 2020.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut diperlukan pengaturan tentang tindakan

pengamanan (Safeguard) dalam upaya melindungi industri dalam negeri. Tindakan
pengamanan atau disebut safeguard merupakan salah satu instrumen kebijakan perdagangan
yang hampir mirip dengan kebijakan anti dumping dan anti subsidi. Ketiganya sama-sama
diatur dalam persetujuan WTO, dan sama-sama dapat dikenakan tarif bea masuk tambahan
apabila menimbukan kerugian (injury) terhadap negara pengimpor.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa perma-salahan sebagai
berikut: bagaimana pengaturan tindakan pengamanan (safeguard) dalam perdagangan
internasional, bagaimana pelaksanaan tindakan pengamanan dalam perdagangan
internasional.
2.1 Rumusan Masalah
1. Teori apa saja yag terdapat pada Perdagangan Internasional ?
2.Apa faktor pedorong pada Perdagangan Internasional ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud
dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah
suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara,

perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.
Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra,
Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan
beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi,
kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.
A. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri,
perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain
disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat
perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor.
Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang,
taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
Model Ricardian
Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin merupakan konsep
paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam Sebuah model Ricardian, negara
mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti
model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-negara akan menjadi
spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model
Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari
buruh dan modal dalam negara.

Model Heckscher-Ohlin
Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar kelebihan
komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini tidak
membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis
model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga
neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional.
Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan
dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor
barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan
mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif.
Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji
empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung
untuk mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal dan
sebagainya.
Faktor Spesifik
Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah mungkin ketika
modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor spesifik merujuk ke
pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari produksi, seperti modal fisik, tidak
secara mudah dipindahkan antar industri. Teori mensugestikan jika ada peningkatan dalam
harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi spesifik ke barang tersebut akan untuk


pada term sebenarnya. Sebagai tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan
(seperti buruh dan modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi untuk
pengendalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua pemilik keuntungan bagi
pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah peningkatan dalam pemenuhan
modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi
pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan.
Model Gravitasi
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisis yang lebih empiris dari pola
perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model gravitasi, pada bentuk
dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara
dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga
memperhitungkan jarak dan ukuran fisik di antara dua benda. Model ini telah terbukti
menjadi kuat secara empiris oleh analisis ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan,
hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar
dari model ini.
B. MANFAAT PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut.

Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri

Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktorfaktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain.
Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang
tidak diproduksi sendiri.

Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang
diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang
sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila
negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan
maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan
turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat
menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar
negeri.

Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi
yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.

C. FAKTOR PENDORONG
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di
antaranya sebagai berikut :

Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara

Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
mengolah sumber daya ekonomi

Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual
produk tersebut.

Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya,
dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya
keterbatasan produksi.

Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.


Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.


Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.
Perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat di bidang ekonomi saja. Manfaatnyadi
bidang lain pada masa globalisasi ini juga semakin terasa. Bidang itu antara lain
politik,sosial, dan pertahanan keamanan. Di bidang ekonomi, perdagangan internasional
dilakukan semua negara untuk memenuhikebutuhan rakyatnya. Negara dapat diibaratkan
manusia, tidak ada manusia yang bisahidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Begitu juga
dengan negara, tidak ada negara yangbisa bertahan tanpa kerja sama dengan negara lain.
Negara yang dahulu menutup diri dariperdagangan internasional, sekarang sudah membuka
pasarnya. Misalnya, Rusia, China, danVietnam. Perdagangan internasional juga memiliki
fungsi sosial. Misalnya, ketika harga bahanpangan dunia sangat tinggi. Negara-negara
penghasil beras berupaya untuk dapatmengekspornya. Di samping memperoleh keuntungan,
ekspor di sini juga berfungsi secarasosial. Jika krisis pangan dunia terjadi, maka bisa
berakibat pada krisis ekonomi. Akibatberantainya akan melanda ke semua negara. Pada era
globalisasi ini banyak muncul perusahaan multi nasional. Perusahaan sepertiini sahamnya
dimiliki oleh beberapa orang dari beberapa negara. Misalnya, saham telkomseldimiliki oleh
beberapa orang dari Indonesia dan Singapura. Perusahaan multi nasional sepertiini dapat
mempererat hubungan sosial antar bangsa. Di dalamnya banyak orang dari berbagainegara
saling bekerja sama. Maka terjadilah persabatan di antara mereka. Perdagangan internasional
juga bermanfaat di bidang politik. Perdagangan antar negarabisa mempererat hubungan
politik antar negara. Sebaliknya, hubungan politik juga bisamempererat hubungan dagang.
Perdagangan internasional juga berfungsi untuk pertahanan keamanan. Misalnya, suatunegara
nonnuklir mau mengembangkan senjata nuklir. Negara ini dapat ditekan dengandikenai
sanksi ekonomi. Artinya, negara lain tidak diperbolehkan menjalin hubungan dagangdengan
negara tersebut. Biasanya upaya seperti ini harus dengan persetujuan PBB. Hal inidilakukan
demi terciptanya keamanan dunia. Perdagangan internasional juga terkait dengan pertahanan
suatu negara. Setiap negaratentu membutuhkan senjata untuk mempertahankan wilayahnya.
Padahal, tidak semua negaramampu memproduksi senjata. Maka diperlukan impor senjata.
Untuk mencegah perdagangan barang-barang yang membahayakan, diperlukan kerjasama
internasional. Barang yang membahayakan tersebut misalnya senjata gelap, obatobatanterlarang, hewan langka, ternak yang membawa penyakit menular, dsb. Untuk
kepentinganinilah pemerintah semua negara memiliki bea cukai. Instansi ini dibentuk
pemerintahsuatu negara untuk memeriksa barang-barang dan bagasi ketika memasuki suatu
negara.Pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat apakah pajaknya telah dibayar. Pemeriksaan
jugauntuk mengecek barang-barang tersebut barang selundupan ataupun barang terlarang
atautidak. Cara yang digunakan dalam pemeriksaan antara lain dengan melihat dokumen
barang,menggunakan detektor barang berbahaya, atau menggunakan anjing pelacak.
D. PERATURAN/REGULASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilatera antara dua negara. Selama
berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme kebanyakan negara memiliki tarif
tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional. pada abad ke 19, terutama di
Britania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang terpenting dan pandangan
ini mendominasi pemikiran di antaranegara barat untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal
tersebut membawa mereka ke kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang
Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan usaha
untuk membuat regulasi lobal dalam perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan
tersebut kadang-kadang berujung pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari
perdagangan yang tidak adil yang tidak menguntungkan secara mutual.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara yang
berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif untuk
industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh

Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya mendukung penuh
perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis dominan, sekarang Amerika Serikat,
Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak
negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas
karena telah menjadi kuat secara ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan
untuk menegosiasikan usaha non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan
fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan perdagangan
pertemuan dan prosedur cukai.
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas dan sektor
manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada beberapa tahun terakhir,
bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang,
merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada perjanjian internasional
besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang
dan jasa lainnya.
Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam rangka
memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi Besar membuat
kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi tersebut.
Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade Organization pada
level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional seperti MerCOSUR di Amerika
Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa anatara 27
negara mandiri. Pertemuan Buenos Aires tahun 2005 membicarakan pembuatan dari Free
Trade Area of America (FTAA) gagal total karena penolakan dari populasi negara-negara
Amerika Latin. Kesepakatan serupa seperti MAI (Multilateral Agreement on Invesment) juga
gagal pada tahun-tahun belakangan ini.
E. KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PENGARUHNYA
Kebijaksanaan di Bidang Impor

Kebijakan mengenai tarif bea masuk komoditi: Keputusan Menteri Keuangan No.
60/KMK.01/2002 s/d/ No. 100/KMK.01/2002. Bea masuk untuk garment ditetapkan antara
15% s/d 20%.

Kebijakan mengenai barang yang diatur tataniaganya: Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No. 642/MPP/Kep/9/2002. Impor gombal baru dan bekas (Ex.
6310.90.000) yang sebelumnya boleh diimpor oleh importir umum limbah (IU Limbah)
menjadi dilarang sama sekali.
Kebijaksanaan di Bidang Ekspor

Kebijakan mengenai ketentuan umum di bidang ekspor: Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No. 575/MPP/Kep/VIII/2002. Tekstil dan Produk Tekstil (Ex
HS 4202, 5001s/d 6310, Ex 6405), khusus untuk ekspor tujuan negara kuota (Amerika
Serikat, Uni Eropa, Kanada, Norwegia dan Turki) termasuk ke dalam barang yang diatur
ekspornya.

Kebijakan mengenai kuota: Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Nomor : 311/Mpp/Kep/10/2001 tentang Ketentuan Kuota Ekspor Tekstil Dan Produk Tekstil.
Seperti diketahui, beberapa negara importir menerapkan sistem kuota untuk impor tekstil dan
produk tekstil mereka. Untuk itu Pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai kuota dan
manajemen kuota yang transparan agar pemanfaatan kuota lebih optimal, memberi
kemudahan serta lebih memberi kepastian bagi dunia usaha.
Investasi

Kebijakan mengenai daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal:
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 96 Tahun 1998. Industri pertekstilan tidak
tercantum didalam daftar negatif investasi, kecuali bidang usaha yang dicadangkan untuk
industri kecil/usaha kecil yang bekerjasama dengan pengusaha menengah atau besar. Bidang

industri kecil/usaha kecil yang dicadangkan untuk pengusaha kecil ini untuk industri garment
adalah industri peci dan kopiah.
Lingkungan

Kebijakan mengenai kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL: Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 17 Tahun 2001. Industri garment dan TPT pada
umumnya tidak termasuk ke dalam industri yang wajib dilengkapi oleh AMDAL. Akan
tetapi, di dalam ketentuan umum, disebutkan bahwa AMDAL diperlukan untuk industriindustri yang tingkat pembebasan lahannya pada wilayah urban: metropolitan dengan luas > 5
ha, kota besar dengan luas > 10 ha, kota sedang dengan luas > 15 ha, kota kecil dengan luas >
20 ha. Untuk wilayah pedesaan, luas yang disyaratkan adalah > 30 ha.
Perjanjian Internasional

ATC (Agreement on Textiles and Clothing): Program pengganti MFA yang mulai
berlaku 01-01-1995 dengan masa transisi sepuluh tahun. Berdasarkan perjanjian ini, sektor
garment dan tekstil akan sepenuhnya terintegrasi dengan WTO pada tanggal 01-01-2005.
Setelah tanggal tersebut ATC akan tidak berlaku lagi dan yang berlaku hanya perjanjian
WTO. 4.5. Dampak terhadap Industri Garment
Kebijakan Pemerintah
Industri garment merupakan salah satu industri andalan Indonesia dan sampai saat ini
merupakan salah satu industri yang menjadi penyumbang devisa terbesar bagi negara. Oleh
karena itu, secara umum kebijakan pemerintah diarahkan untuk mendukung keberadaan
industri tersebut dan mampu bersaing, baik di pasaran dalam negeri maupun ekspor. Di
bidang investasi, sektor industri pertekstilan masih terbuka lebar, baik dalam rangka
penanaman modal dalam negeri maupun asing (PMA).
Kebijakan di bidang impor dan ekspor juga masih diarahkan untuk melindungi industri
garment tersebut, antara lain dengan mengenakan bea masuk yang cukup tinggi terhadap
produk impor (antara 15% – 20%), melarang impor gombal baru maupun bekas dan memberi
kemudahan ekspor bagi produsen yang berniat mengekspor produknya. Mengingat produk
garment adalah produk yang dikenakan kuota oleh beberapa negara importir maka
pemerintah, melalui serangkaian kebijakan, berusaha mengatur agar kuota ekspor tersebut
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Kebijakan Kuota
Dalam perdagangan internasional, penerapan kuota TPT oleh beberapa negara tertentu
dianggap membantu memperluas perdagangan global. Hal ini karena negara eksportir secara
lama kelamaan akan kehabisan kuota, yang akan mendorong para buyer untuk mencari
negara baru yang belum memperoleh hambatan kuota. Dengan semakin meningkatnya
ekspor, negara produsen baru tersebut lambat laun akan dikenai kuota juga. Hal ini akan
mendorong para buyer untuk mencari negara baru lagi yang masih belum terkena kuota.
Bagi pengusaha garment, adanya kebijakan kuota tersebut cenderung merugikan karena
mereka harus mendapatkan jatah kuota untuk dapat mengekspor ke negara-negara kuota
meskipun mereka telah memperoleh order dari buyer. Hal itu menimbulkan potensi kerugian
bagi pengusaha karena sebenarnya mereka mampu memenuhi order tersebut. Potensi
kerugian juga dapat timbul karena buyer mengalihkan order ke negara lain karena takut
bahwa kuota untuk komoditi yang dipesannya telah terlampaui.
Perjanjian Internasional (ATC)
Pada intinya, ATC adalah perjanjian penghapusan kuota. Tujuan utama dari ATC adalah untuk
membawa sektor ini sesuai dengan peraturan GATT/WTO yang melarang adanya hambatan
kuantitatif dalam perdagangan. Berdasarkan data dari sekretariat GATT, pengaruh dari
dimasukkannya Putaran Uruguay pada tahun 2005 akan meningkatkan nilai perdagangan
menjadi US$ 500 miliar. Hal itu berarti jauh diatas angka perdagangan 1994, yakni US$ 129

miliar untuk tekstil dan US$ 140 miliar untuk garment. Selain itu, penerapan ATC juga
menyimpan potensi pertumbuhan tambahan yang mencapai US$ 100 miliar.
Dampak keseluruhan dari ATC adalah bahwa negara-negara dengan nilai ekspor tekstil dan
garment cukup besar kemungkinan besar akan memperoleh keuntungan dari ATC tersebut,
terutama adalah beberapa eksportir dinamis di Asia.
ATC merupakan periode persiapan bagi negara-negara berkembang agar siap menghadapi
perdagangan internasional tekstil dan garment yang bebas kuota mulai awal tahun 2005.
Hambatan kuantitatif dalam perdagangan internasional diharapkan akan hilang begitu ATC
tidak berlaku lagi, akan tetapi akan banyak hambatan non-tarif yang muncul. Kenyataan
bahwa proses integrasi di dalam ATC yang jauh dari memuaskan mungkin merupakan berkah
tersembunyi karena memberikan waktu bagi negara-negara berkembang untuk
mempersiapkan diri menuju perdagangan yang lebih bebas dan transparan.
Terdapat banyak wilayah perdagangan bebas seperti NAFTA, EU, AFTA, dll., yang diijinkan
oleh WTO. Dimungkinkan untuk memberikan perlakukan khusus diantara naggota-anggota
wilayah perdagangan bebas tersebut. Negara-negara yang menjadi anggota wilayah
perdagangan tersebut akan diuntungkan karena bebas bea masuk, sementara yang bukan
anggota akan tetap dikenakan tarif (7% – 32% untuk AS dan 17-18% untuk Kanada
misalnya).
Dengan demikian, setelah ATC, perdagangan diharapkan akan bebas dari kuota, akan tetapi
tarif masih tetap berlaku. Dengan demikian masih akan muncul problem-problem baru begitu
ATC hilang. Salah satu masalah potensial adalah Eco-label, metoda produksi dan produk
yang ramah lingkungan. Saat ini, hal itu bukan merupakan hal yang wajib, akan tetapi pada
suatu hari akan menjadi masalah bagi negara berkembang. Hal yang mirip seperti social
clause, code of conduct dan child labour merupakan potensi masalah. Sama juga dengan rules
of origin dan anti-dumping. Dengan kata lain, dengan selesainya ATC, perdagangan
internasional untuk tekstil dan garment tidak akan menjadi bebas, akan tetapi akan menjadi
lebih liberal dan transparan.
Bagi Indonesia, dengan dihapuskannya kuota maka daya saing di pasar internasional menjadi
faktor kunci dalam mempertahankan ekspornya. AFTA akan menguntungkan Indonesia,
namun wilayah-wilayah perdagangan bebas lainnya akan memberikan hambatan bagi
produk-produk dari Indonesia. Dengan demikian, Indonesia harus bersaing, tidak saja dengan
negara-negara eksportir garment utama, akan tetapi juga produsen yang ada di wilayahwilayah perdagangan bebas tersebut.
2.2 F. HAMBATAN PERDAGANGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Setiap negara selalu menginginkan perdagangan yang dilakukan antarnegara dapat berjalan
dengan lancar. Namun, terkadang kegiatan perdagangan antarnegara juga mengalami
beberapa hambatan. Hambatan-hambatan inilah yang dapat merugikan negara-negara yang
melakukan perdagangan internasional. Berikut ini beberapa hambatan yang sering muncul
dalam perdagangan internasional.
a. Perbedaan Mata Uang Antarnegara
Pada umumnya mata uang setiap negara berbeda-beda. Perbedaan inilah yang dapat
menghambat perdagangan antarnegara. Negara yang melakukan kegiatan ekspor, biasanya
meminta kepada negara pengimpor untuk membayar dengan menggunakan mata uang negara
pengekspor. Pembayarannya tentunya akan berkaitan dengan nilai uang itu sendiri. Padahal
nilai uang setiap negara berbeda-beda. Apabila nilai mata uang negara pengekspor lebih
tinggi daripada nilai mata uang negara pengimpor, maka dapat menambah pengeluaran
bagi negara pengimpor. Dengan demikian, agar kedua negara diuntungkan dan lebih mudah
proses perdagangannya perlu adanya penetapan mata uang sebagai standar internasional.
b . Kualitas Sumber Daya yang Rendah

Rendahnya kualitas tenaga kerja dapat menghambat perdagangan internasional. Mengapa?
Karena jika sumber daya manusia rendah,
maka kualitas dari hasil produksi akan rendah pula. Suatu negara yang memiliki kualitas
barang rendah, akan sulit bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan oleh negara lain
yang kualitasnya lebih baik. Hal ini tentunya menjadi penghambat bagi negara yang
bersangkutan untuk melakukan perdagangan internasional.
c . Pembayaran Antarnegara Sulit dan Risikonya Besar
Pada saat melakukan kegiatan perdagangan internasional, negara pengimpor akan mengalami
kesulitan dalam hal pembayaran. Apabila
membayarnya dilakukan secara langsung akan mengalami kesulitan. Selain itu, juga
mempunyai risiko yang besar. Oleh karena itu negara pengekspor tidak mau menerima
pembayaran dengan tunai, akan tetapi melalui kliring internasional atau telegraphic transfer
atau menggunakan L/C.
d . Adanya Kebijaksanaan Impor dari Suatu Negara
Setiap negara tentunya akan selalu melindungi barang-barang hasil produksinya sendiri.
Mereka tidak ingin barang-barang produksinya tersaingi oleh barang-barang dari luar negeri.
Oleh karena itu, setiap negara akan memberlakukan kebijakan untuk melindungi barangbarang dalam negeri. Salah satunya dengan menetapkan tarif impor. Apabila tarif impor
tinggi maka barang impor tersebut akan menjadi lebih mahal daripada barang-barang dalam
negeri sehingga mengakibatkan masyarakat menjadi kurang tertarik untuk membeli barang
impor. Hal itu akan menjadi penghambat bagi negara lain untuk melakukan perdagangan.
e . Terjadinya Perang
Terjadinya perang dapat menyebabkan hubungan antarnegara terputus. Selain itu, kondisi
perekonomian negara tersebut juga akan mengalami kelesuan. Sehingga hal ini
dapatmenyebabkan perdagangan antarnegara akan terhambat.
f . Adanya Organisasi-Organisasi Ekonomi Regional
Biasanya dalam satu wilayah regional terdapat organisasiorganisasi ekonomi. Tujuan
organisasi-organisasi tersebut untuk memajukan perekonomian negara-negara anggotanya.
Kebijakan serta peraturan yang dikeluarkannya pun hanya untuk kepentingan Negara-negara
anggota. Sebuah organisasi ekonomi regional akan mengeluarkan peraturan ekspor dan impor
yang khusus untuk negara anggotanya. Akibatnya apabila ada negara di luar anggota
organisasi tersebut melakukan perdagangan dengan negara anggota akan mengalami
kesulitan.
G.
Alat Pembayaran dalam Perdagangan Internasional
Ketika melakukan transaksi jual beli, untuk mendapatkan barang yang kalian inginkan,
tentunya kalian akan membayarnya dengan uang yang berlaku di tempat tersebut. Sama
halnya perdagangan internasional, pada saat terjadi kegiatan ekspor dan impor barang, uang
yang digunakan sebagai alat pembayarannya, yaitu berupa devisa.
a. Pengertian Devisa
Devisa adalah alat pembayaran luar negeri atau semua barang yang dapat diterima di dunia
internasional sebagai alat pembayaran. Beberapa barang yang dapat digunakan sebagai devisa
atau alat pembayaran luar negeri, yaitu emas dan perak, valuta asing, dan wesel asing. Negara
yang mempunyai banyak devisa berarti mempunyai kekayaan dalam bentuk mata uang asing
yang besar di dalam negeri. Devisa yang diperoleh suatu negara dapat berupa devisa umum
dan devisa kredit. Devisa umum adalah devisa yang diperoleh dari kegiatan perdagangan
antarnegara dan tidak ada kewajiban untuk mengembalikan. Adapun devisa kredit adalah
devisa yang diperoleh dari pinjaman atau bantuan dari luar negeri dan ada kewajiban untuk
mengembalikan.
b . Fungsi Devisa

Setiap negara memerlukan devisa untuk melancarkan perdagangannya dengan negara lain.
Negara yang memiliki devisa tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran luar negeri.
Devisa mempunyai beberapa fungsi berikut ini.
1) Membiayai perdagangan luar negeri yang berupa impor barang dan jasa.
2) Membayar pokok utang, cicilan utang, bunga utang atau utang luar negeri.
3) Membiayai pembinaan dan pemeliharaan hubungan luar negeri, yaitu untuk kedutaan,
konsulat, biaya kontingen olahraga, misi
kebudayaan ke luar negeri.
4) Mengatasi kesulitan perekonomian negara dalam kaitannya dengan pembayaran luar
negeri.
5) Memudahkan terjadinya transaksi dalam perdagangan internasional.
c . Sumber Devisa
Devisa yang diperoleh suatu negara dapat berasal dari berbagai sumber. Berikut ini beberapa
sumber devisa.
1 ) Ekspor barang
Apabila suatu negara mengekspor barang ke negara lain, maka negara tersebut akan
memperoleh devisa dari negara pengimpor berupa devisa. Semakin banyak barang yang
diekspor, maka devisa yang akan diperoleh juga semakin banyak.
2 ) Penerimaan jasa
Penerimaan jasa adalah penerimaan devisa yang berasal dari pengiriman jasa-jasa ke luar
negeri. Apabila suatu negara mengadakan atau menyelenggarakan jasa untuk negara lain,
maka negara tersebut akan memperoleh devisa. Misalnya Indonesia mengirimkan tenaga
kerjanya ke negara lain, berarti Indonesia akan memperoleh devisa atas jasa yang telah
digunakan oleh negara lain. Selain pengiriman jasa tenaga kerja, ekspor jasa dapat berupa
jasa pengiriman barang-barang ke luar negeri serta jasa dari pelabuhan dan bandar udara.
3 ) Penerimaan dari Turis mancanegara
Banyaknya turis yang datang ke Indonesia dapat menambah devisa negara. Turis-turis yang
datang dari negara lain, tentunya akan membawa uang dari negara asalnya. Akan tetapi uang
dari negaranya tidak bisa digunakan di Indonesia. Untuk itu, para turis harus menukarkan
uangnya menjadi mata uang rupiah. Penukaran uang asing menjadi uang rupiah akan menjadi
devisa bagi Indonesia. Semakin banyak turis mancanegara yang datang maka pemasukan
devisa akan semakin banyak.
4 ) Pinjaman luar neger negeri
Pinjaman luar negeri yang berupa uang, secara langsung dapat menambah devisa. Pinjaman
ini dapat digunakan untuk membayar semua pembiayaan ke luar negeri. Meskipun ada
kewajiban untuk mengembalikan, akan tetapi uang yang diperoleh dari luar negeri tetap akan
menambah devisa negara.
5 ) Bantuan luar negeri
Bantuan yang diperoleh dari luar negeri dapat berupa barang ataupun uang. Apabila
bantuannya berupa barang, maka hal ini dapat menghemat devisa negara. Mengapa? Karena
negara dapat memperoleh barang tanpa harus membayarnya. Sedangkan bantuan yang berupa
uang, otomatis dapat langsung menambah devisa negara.
6 ) Pungutan bea masuk
Bea masuk yang diperoleh dari pungutan biaya barang-barang luar negeri yang dimasukkan
ke Indonesia, dapat menambah devisa. Semakin banyak arus barang luar negeri yang masuk
ke Indonesia maka devisa yang diperoleh akan semakin banyak. Akan tetapi pada
kenyataannya, banyak barang-barang yang masuk tanpa ada izin (diselundupkan), sehingga
hal ini dapat mengurangi perolehan devisa bagi negara.
7 ) Kiriman uang asing dari luar negeri ke dalam negeri

Jumlah TKI yang bekerja di luar negeri cukup banyak, sehingga dapat memberikan
sumbangan devisa ke negara kita cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pengiriman
uang asing dari TKI yang bekerja di luar negeri untuk keluarganya yang ada di Indonesia.
Uang asing yang dikirimkan dari luar negeri harus ditukar menjadi uang rupiah di bank
devisa. Penukaran inilah yang dapat menambah simpanan devisa bagi negara.
H. VALUTA ASING
Setiap negara mempunyai mata uang yang berbeda-beda. Mata uang yang dapat digunakan
sebagai alat pembayaran di negara lain dinamakan valuta asing. Misalnya Pak Andre ingin
mengimpor alat-alat elektronik dari Singapura. Untuk membayar barang-barang yang
diimpornya, Pak Andre harus menukarkan mata uang rupiahnya menjadi mata uang
Singapura. Mata uang Singapura ini disebut valuta asing. Contoh-contoh valuta asing lainnya
dapat kalian perhatikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 7.4 Daftar Nama-Nama Mata Uang dari Beberapa Negara
Apabila sesuatu barang ditukar dengan barang lain, tentu di dalamnya terdapat perbandingan
nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar itu sebenarnya merupakan harga di dalam pertukaran
tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, terdapat
perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang
sering disebut kurs (exchange rate). Misalnya US$1 sama dengan Rp9.200,00, berarti untuk
mendapatkan satu dollar Amerika Serikat dibutuhkan Rp. 9.200,00. Kurs valuta asing
seringkali mengalami perubahan, kadang menguat, namun terkadang juga melemah.
Perubahan ini disebabkan karena permintaan dan penawaran mata uang asing. Sebagai
contoh, pada tanggal 31 Maret 2008 nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebesar
Rp9.200,00 (US$1 = Rp9.200,00). Pada tanggal 1 April 2008, besarnya nilai rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat Rp9.203,00 (US$1 = Rp9.203,00). Berubahnya kurs rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat menunjukkan bahwa harga dollar Amerika Serikat semakin tinggi
sehingga dapat disebut dollar Amerika Serikat menguat. Bagaimana dengan kurs rupiah
terhadap dollar? Kuatnya nilai dollar terhadap rupiah menyebabkan nilai rupiah menurun.
Mata uang asing dapat diperjualbelikan. Tempat untuk jual beli valuta asing di bank devisa
atau money changer. Penghitungan dalam jual beli valuta asing didasarkan pada kurs jual dan
kurs beli. Kurs jual adalah kurs yang diberlakukan oleh bank apabila bank menjual mata uang
asing. Adapun kurs beli adalah kurs yang diberlakukan oleh bank apabila membeli mata uang
asing. Perhatikan contoh berikut ini.
Apabila kita perhatikan di tempat-tempat penukaran valuta asing, harga kurs jual akan lebih
tinggi dibandingkan kurs belinya. Mengapa demikian? Karena mereka ingin mendapatkan
keuntungan. Keuntungan jual beli valuta asing dapat diperoleh dari selisih kurs jual dengan
kurs beli.
I. KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Kebijakan yang diberlakukan pada perdagangan internasional, bertujuan untuk melindungi
industri dalam negeri. Kebijakan untuk melindungi barang-barang dalam negeri dari
persaingan barang-barang impor disebut proteksi. Proteksi dalam perdagangan internasional
terdiri atas kebijakan tarif, kuota, larangan impor, subsidi, dan dumping.
1. Tarif
Tarif adalah hambatan perdagangan berupa penetapan pajak atas barang-barang impor.
Apabila suatu barang impor dikenakan tarif, maka harga jual barang tersebut di dalam negeri
menjadi mahal. Hal ini menyebabkan masyarakat enggan untuk membeli barang tersebut,
sehingga barang-barang hasil produksi dalam negeri lebih banyak dinikmati oleh masyarakat.
2. Kuota
Kuota adalah bentuk hambatan perdagangan yang menentukan jumlah maksimum suatu jenis
barang yang dapat diimpor dalam suatu periode tertentu. Sama halnya tarif, pengaruh
diberlakukannya kuota mengakibatkan harga-harga barang impor menjadi tinggi karena

jumlah barangnya terbatas. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pembatasan jumlah
barang impor sehingga menyebabkan biaya rata-rata untuk masing-masing barang meningkat.
Dengan demikian, diberlakukannya kuota dapat melindungi barang-barang dalam negeri dari
persaingan barang luar negeri.
3. Larangan Impor
Larangan impor adalah kebijakan pemerintah yang melarang masuknya barang-barang
tertentu ke dalam negeri. Kebijakan larangan impor dilakukan untuk menghindari barangbarang yang dapat merugikan masyarakat. Misalnya melarang impor daging sapi yang
mengandung penyakit Anthrax.
4. Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah dengan memberikan bantuan kepada produk dalam
negeri. Subsidi yang dilakukan pemerintah dapat berupa keringanan pajak, pemberian
fasilitas, pemberian kredit bank yang murah ataupun pemberian hadiah atau insentif dari
pemerintah. Adanya subsidi, harga barang dalam negeri menjadi murah, sehingga barangbarang hasil produksi dalam negeri mampu bersaing dengan barang-barang impor.
5. Dumping
Dumping adalah kebijakan yang dilakukan oleh suatu negara dengan cara menjual barang ke
luar negeri lebih murah daripada dijual di dalam negeri.
J. DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA
Perdagangan internasional membawa pengaruh yang cukup besar dalam perekonomian
Indonesia. Pengaruh tersebut ada yang bersifat positif, ada pula yang negatif. Berikut ini
beberapa dampak yang ditimbulkan dari pedagangan internasional.
1. Dampak Positif Perdagangan Internasional
Berikut ini beberapa dampak positif perdagangan internasional.
a. Saling membantu memenuhi kebutuhan antarnegara
Terjalinnya hubungan di antara negara-negara yang melakukan perdagangan dapat
memudahkan suatu negara memenuhi barang-barang kebutuhan yang belum mampu
diproduksi sendiri. Mereka dapat saling membantu mengisi kekurangan dari setiap negara,
sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi.
b. Meningkatkan produktivitas usaha
Dengan adanya perdagangan internasional, kemajuan teknologi yang digunakan dalam proses
produksi akan meningkat. Meningkatnya teknologi yang lebih modern dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan dalam menghasilkan barang-barang.
c. Mengurangi pengangguran
Perdagangan internasional dapat membuka kesempatan kerja baru, sehingga hal ini menjadi
peluang bagi tenaga kerja baru untuk memasuki dunia kerja. Semakin banyak tenaga kerja
yang digunakan oleh perusahaan, maka pengangguran dapat berkurang.
d. Menambah pendapatan devisa bagi negara
Dalam kegiatan perdagangan internasional, setiap negara akan memperoleh devisa. Semakin
banyak barang yang dijual di negara lain, perolehan devisa bagi negara akan semakin banyak.
2. Dampak Negatif Perdagangan Internasional
Selain dampak positif, perdagangan internasional juga memberikan dampak negatif bagi
perekonomian Indonesia. Berikut ini beberapa dampak negatif dari perdagangan
internasional.
a. Adanya ketergantungan dengan negara-negara pengimpor
Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang yang tidak diproduksi dalam negeri, pemerintah
akan mengimpor dari negara lain. Kegiatan mengimpor ini dapat mengakibatkan
ketergantungan dengan negara pengimpor.
b. Masyarakat menjadi konsumtif

Banyaknya barang-barang impor yang masuk ke dalam negeri menyebabkan semakin banyak
barang yang ada di pasar baik dari jumlah, jenis, dan bentuknya. Akibatnya akan mendorong
seseorang untuk lebih konsumtif, karena semakin banyak barang-barang pilihan yang dapat
dikonsumsi.
c. Mematikan usaha-usaha kecil
Perdagangan internasional, dapat menimbulkan persaingan industri dengan negara-negara
lain. Industri yang tidak mampu bersaing tentu akan mengalami kerugian, sehingga akan
mematikan usaha produksinya. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan
pengangguran.
Kebijakan perdagangan internasional adalah segala tindakan pemerintah/negara, baik
langsung maupun tidak langsung untuk memengaruhi komposisi, arah, serta bentuk
perdagangan luar negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun kebijakan yang dimaksud dapat
berupa tarif, dumping, kuota, larangan impor, dan berbagai kebijakan lainnya. Jika
dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, maka perdagangan
internasional sangatlah rumit dan kompleks.
Rumitnya perdagangan internasional disebabkan oleh hal-hal berikut:

Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.

Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya.

Perbedaan antara negara yang satu dengan yang lainnya baik dalam bahasa, mata uang,
taksiran atau timabangan, hukum dalam perdagangan, dan sebagainya.

Sumber daya alam yang berbeda.
1. Kebijakan Proteksi.
Kebijakan proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri yang
sedang tumbuh (infant industry), dan melindungi perusahaan baru dari perusahaanperusahaan besar yang semen-mena dengan kelebihan yang ia miliki, selain itu persainganpersaingan barang-barang impor.
Tujuan kebijakan proteksi adalah:

Memaksimalkan produksi dalam negri.

Memperluas lapangan kerja.

Memelihara tradisional.

Menghindari resiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu
komoditi andalan.

Menjaga stabilitas nasional, dan tidak menggantungkan diri pada negara lain.
Kebijakan proteksi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Tarif.
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang-barang dagangan yang melintasi daerah
pabean ( cutom area ). Sementara itu, barang-barang yang masuk ke wilayah negara
dikenakan bea masuk. Efek kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang.
Dengan pengenaan bea masuk yang besar, mempunyai maksud memproteksi industri dalam
negri sehingga meningkatkan pendapatan negara dan juga membatasi permintaan konsumen
terhadap produk-produk impor dan mendorong konsumen menggunakan produk domestik.
Macam-macam penentuan tarif, yaitu:

Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang
diangkut menuju negara lain (di luar costum area).

Bea Transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain.

Bea Impor (import duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang masuk dalam suatu negara (tom area).
2)
Kuota.

Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi jumlah barang yang diperdagangkan.
Ada tiga macam kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota ekspor. Kuota impor
adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota produksi adalah pembatasan
dalam jumlah barang yang diproduksi, dan kuota ekspor adalah pembatasan jumlah barang
yang diekspor.
Tujuan diberlakukannya kuota impor di antaranya:
• Mencegah barang-barang yang penting berada di luar negri.
• Menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup.
• Mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai stabilitas harga
di dalam negeri.
3)
Dumping.
Dumping adalah kebijakan pemerintah umtuk menjual barang di luar negeri dengan harga
yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya produksi. Kebijakan
dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor,
terutama menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang mempunyai
industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong pemerintah
negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih
tinggi), atau sering disebut counterveiling duties. Hal ini dilakukan untuk menetralisir
dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara lain. Predatory dumping dilakukan
dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar negeri. Setelah persaingan di luar negeri
mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu melakukan
predatory dumping.
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:

Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga kurva
permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.

Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat
membeli barang dari luar negeri.
4)
Subsidi.
Subsidi adalah kebijakan pemerintah yang diberikan untuk menurunkan biaya produksi
barang domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan dapat
bersaing dengan barang impor. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong jumlah
ekspor, karena eksportir dapat menawarkan harga yang lebih rendah. Namun tindakan ini
dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus ke arah perang subsidi.
5)
Larangan Impor.
Larangan impor adalah kebijakan pemerintah dimaksudkan untuk melarang masuknya
produk-produk asing ke dalam pasar domestik. Dengan tujuan untuk melindungi produksi
dalam negri.
2. Kebijakan Perdagangan Bebas.
Kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan pemerintah yang menghendaki perdagangan
internasional berlangsung tanpa adanya hambatan apapun. Pihak-pihak yang mendukung
kebijakan ini beralasan bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan setiap negara
berspesialisasi memproduksi barang dan menjadikannya keungglan komparatif.
3. Kebijakan Autarki.
Kebijakan autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri
dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer,
sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang
menganjurkan adanya perdagangan bebas.
2.3 KEBIJAKAN PERDANGANGAN INTERNASIONAL
Kebijakan internasional memang sering di lakukan untuk meningkatkan GDP suatu negara ,
untuk selanjutnya saya akan membahas semua tentang kebijakan perdangangan

internasioanal dalam perspektif saya , yang di dapat dari berbagai sumber dari internet
maupun buku .
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud
dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah
suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara,
perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.
Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun yang lalu , tapi juga
berdampak terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad
belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan
transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.
hal-hal yang membuat perdagangan internasional itu lebih rumit:
1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.
2. Barang harus dipindahkan dari negara satu ke negara lainnya. Dalam proses ini barang
akan memerlukan pemeriksaan dan pengawasan dari negara pengirim ataupun negara
penerima dari pemerintah masing-masing negara.
3. Antara masing-masing negara terdapat perbedaan bahasa, mata uang, timbangan, taksiran,
atau hukum yang berlaku.
4. Sumberdaya alam yang berbeda.
Selanjutnya kebijakan perdagangan internasional, dapat di simpulakan yaitu kebijakan yang
rangkaian tindakannya , yang akan diambil untuk mengatasi kesulitan atau masalah hubungan
perdagangan internasional guna melindungi kepentingan nasional (dalam negeri ).
L. RUANG LINGKUP KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Jenis-jenis kebijakan internasional dapat diberlakukan untuk impor dan ekspor, diantaranya :
Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor bertujuan untuk mempengaruhi
struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi/mendorong pertumbuhan
industri dalam negeri dan juga menghemat devisa. Karena dengan kebijikan dibidang ini
pemerintah dapat menekan angka pengeluaran devisa negara guna pembiayaan barang
import.
Kebijakan import dapat dikelompokan menjadi 2 macam kebijakan, yaitu sebagai berikut:
1.Kebijakan tariff barrier
2.Kebijakan tariff non barrirer
Macam- macam kebijakan berdasarkan barrier dan non barrier, yaitu :
1. Kuota, merupakan jumlah yang ditetapkan untuk suatu kegiatan dalam satu masa atau
suatu waktu tertentu. Jadi, kuota dalam impor adalah total jumlah barang yang dapat diimpor
dalam masa tertentu. Jumlah itu diperkirakan tidak akan mengganggu industri dalam negeri.
Ketika diberlakukan perdagangan bebas, kuota tidak dapat dipakai lagi karena dapat
menghambat perdagangan internasional.
Dampak kebijakan kuota bagi negara importir.
a. Harga barang melambung tinggi,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi berkurang,
c. Meningktanya produksi di dalam negeri.
Dampak kebijakan kuota bagi negara eksportir.
a. Harga barang turun,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi bertambah,
c. Produ

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46