Kurikulum dalam dunia pendidikan. doc

1. Pengertian Dan Konsep Kurikulum Menurut Para Ahli
Kurikulum berasal dari bahasa latin “curriculae” yaitu jarak yang ditempuh oleh seorang
pelari dimulai dari Start sampai Finish dan selanjutnya istilah kurikulum di dipakai dalam
dunia pendidikan dengan penegertian jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh siswa
yang bertujuan untuk memperoleh iJasah, kurikulum memang diperuntukkan untuk anak
didik.
Berikut adalah defenisi kurikulum menurut para ahli:
 Murry print
Kurikum didefinisikan sebagai semua ruang pembelajaran terencana yang
diberikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan dan pengalaman yang dinikmati
oleh siswa saat kurikulum itu terapkan. Kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan.
 Romine
Kurikulum mencakup semua temu permbelajaran, aktivitas dan pengalaman yang
diikuti oleh anak didik dengan arahan dari sekolah baik di dalam maupun di luar
kelas
 George A. Beauchamp (1986)
Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mungkin mengandung banyak bahan,
tetapi pada dasarnya itu adalah rencana untuk pendidikan murid selama
pendaftaran mereka di sekolah diberikan ".

 Purwadi (2003)
memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum sebagai ide;
(2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan
panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi
pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh
pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh
peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.

 Zais
1. Kurikulum sebagai program belajar
2. Kurikulum sebagai pelajaran
3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar yang direncanakan
4. Kurikulum sebagai pengalaman di bawah tanggung jawab sekolah
5. Kurikulum sebagai suatu rencana (tertulis) untuk dilaksanakan

Konsep kurikulum sebagai mata pelajaran sangat erat kaitannya untuk memperoleh
ijasah yang menggambarkan kemampuan yang apabila seorang peserta didik berhasil
mendapatkan ijaZah berarti telah menguasai pelajaran sesuai dengan kurikulum sehingga
konsep kurikulum yang seperti ii berorientasi pada isi atau materi pelajaran untuki
memastikan siswa paham mata pelajaran biasanya kurikulum ini mengadakan tes hasil

belajar.
Kurikulum

yang

menganggap

sebagai

rangkaian

mata

pelajaran

haruslah

membutuhkan pertimbagan dari Ahli mata pelajaran apa yang harus diberikan,

dan


pandangan ini dianggap masi sangat tradisional. Seiring berjalannya waktu perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah pesat sehingga situasi ini menambah beban
sekolah yang adalah institusi pendidikan sekolah tidak hanya dituntut untuk membekali
pengetahuan sesuai dengan perkembangan jaman namun juga membekali siswa sesuai
dengan minat dan bakatnya, membentuk moral dan kepribadian serta ketrampilan.
Konsep kurikulum diatas mengalami pergeseran tidak hanya serangkaian mata
pelajaran yang harus ditmpuh namun lebih ke pendekatan pengalaman belajar siswa dari
sekolah maupun dari luar sehingga untuk menentukan langkah konkrit sangatlah sulit dalam
proses pengontrolan serta evaluasi kurikulum. Konsep kurikulum ini juga dikemukakan oleh
para ahli yaitu Donald E.Orlosky, B.Othanel Smith dan Peter F.Olivia yang mengatakan
bahwa kurikulum pada dasarnya ialah suatu perencanaan atau program pengalaman siswa
yang diarahkan sekolah.
Sehingga dapatlah kita katakan bahwa kurikulum mempunyai dua konsep, yaitu:
perencanaan pembelajaran serta bagaimana perencanaan itu diimplementasikan menjadi
pengalaman belajar siswa dalam rangka pengajaran belajar untuk pencapaian tujuan yang
diharapkan.

2. Latarbelakang adanya kurikulum
Dilihat dari sisi sejarah, istilah kurikulum (curriculum) adalah suatu istilah yang berasal

dari bahasa yunani. Pada awalnya istilah ini digunakan untuk dunia olah raga, yaitu berupa
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada masa yunani dahutu kata istilah
"kurikulum" digunakan untuk menunjukkan tahapan-tahapan yang dilalui atau ditempuh oleh
seorang pelari dalam perlombaan lari estafet yang dikenal dalam dunia atletik. Dalam proses
lebih lanjut istilah ini ternyata mengalami perkembangan sehingga penggunaan istilah ini
meluas dan merambah ke dunia pendidikan. Sejauh ini belum diketahui secara pasti kapan
istilah kurikulum masuk ke dunia pendidikan. Demikian pula mengenai tokoh yang berkuasa
pada masa itu yang berjasa dalam mengangkat istilah kurikulum ke dunia pendidikan secara
meyakinkan belum ditemukan dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Agaknya persoalan ini memerlukan penelitian sejarah kurikulum yang lebih mendalam untuk
melihat lebih jauh mengenai sejarah peristilahan-peristilahan kurikulum yang dari awalnya
telah berkembang pada masa Yunani (Athena).
Dari sisi etimologi' kata "kurikulum" (curriculum) terambil dari bahasa latin yang
memiliki makna yang sama dengan kata “rarecourse" (gelanggang perlombaan). Kata
"curriculum" dalam bentuk kata kerja yang dalam bahasa latin dikenal dengan istilah
“curere” mengandung arti "menjalankan perlombaan" (running of the race). Sedangkan dari
sudut terminologinya, istilah kurikulum digunakan dalam berbagai versi. Zais menggunakan
istilah kurikulum untuk menunjukkan dua hal yang disebutnya sebagai; (1) rencana
pendidikan untuk siswa (plan for the education of learners) dan (2) lapangan studi (field of
study).

Kurikulum sebagai rencana pendidikan untuk siswa biasa disebut sebagai kurikulum
untuk suatu sekolah. Kurikulum dalam pengertian ini mencakup mata pelajaran yang
tercakup ke dalam lapangan kurikulum (the curriculum field). Adapun kurikulum sebagai
lapangan studi (as a field of study) oleh para ahli kurikulum diberi batasan sebagai berikut;
(1) studi yang berhubungan dengan struktur substantif dari setiap rnata pelajaran dan (2)
prosedur penyelidikan praksis-praksis yang berhubungan dengan struktur sintaksis
(kurikulum). Lebih jelasnya dapat ditegaskan bahwa kurikulum sebagai lapangan studi

mencakup : (a) mata pelajaran yang disajikan dalam kurikulum, dan (b) proses-proses mata
pelajaran yang berhubungan dengan perubahan dan pengembangan kurikulum.
Kurikulum sebagai lapangan studi dapat dilihat akarnya pada gerakan pengikutpengikut Herbart pada akhir abad 19 M. Johan Friedrich Herbart (1776-1841) , seorang
filsuf berkebangsaan Jerman yang mempunyai gagasan-gagasan pendidikan yang cukup luas
pengaruhnya dan diterima oleh masyarakat Amerika Serikat pada akhir pertengahan abad 19.
Teori-teori Herbart tentang pengajaran dan pembelajaran telah menuntut perhatian serius
berbagai kalangan di Amerika untuk melakukan pilihan-pilihan dan pengorganisasian mata
pelajaran.
Gerakan-gerakan dari pengikut Herbart ini berhasil memperlihatkan kesadaran dan
minat yang tinggi terhadap isi kurikulum pendidikan di Amerika, yang olehKliebard (1968)
sebagaimana dikutip oleh Zais dalam Hasibuan (2010), menyebutkan bahwa sejak abad ini
kurikulum telah menjadi isu pendidikan yang populer di Amerika.

Dalam perkembangan lebih lanjut, peristiwa-peristiwa penting dalam pendidikan
dilakukan oleh sejumlah pihak, sehingga minat untuk membicarakan kurikulum pun semakin
tumbuh secara intensif. Apalagi setelah didirikannya suatu komite yang dikenal dengan nama
Komite Sepuluh (The Committee of Ten) oleh Presiden Harvard, Charles W. Elliot. Komite ini
memberikan laporan pendidikan yang begitu mengagumkan pada tahun 1893. Laporan ini
menjadi isu penting pendidikan yang benar-benar menonjol pada tahun tersebut. Selanjutnya
untuk dua dekade terakhir, keberadaan komite menjadi lebih kuat karena dapat memberikan
pengaruh terhadap berdirinya organisasi yang memberikan perhatian serius terhadap
pendidikan.
Kehadiran organisasi- organisasi ini semakin menunjukkan pentingnya pembicaraanpembicaraan yang berhubungan dengan persoalan isi dan organisasi kurikulum. Dalam waktu
yang sama John Dewey melakukan pula percobaan-percobaan untuk mengembangkan
inovasi di sekolah laboratorium terkenal di Universitas chicago. Kendatipun perhatian yang
dipusatkan pada isu kurikulum sudah ada pada saat itu, namun dilihat dari sisi individu yang
benar-benar memberikan perhatian khusus kepada kurikulum belum ada pada waktu itu,
sehingga pemikiran ke arah tenaga spesialis kurikulum pun belum muncul pada waktu itu.
Pemikiran ke arah tenaga spesialis kurikulum baru muncul sesudah tahun 1918, yaitu
ketika diterbitkannya buku pertama yang membahas tentang kurikulum olehFranklin Bobbitt,
berjudul "The Curriculum". Lahirnya karya di atas menjadi awal munculnya kebutuhan untuk
memunculkan tenaga-tenaga spesialis kurikulum yang menjadikan kurikulum sebagai


Lapangan studi. Karya Bobbitt kemudian diikuti oleh munculnya karya-karya lain yang
berbicara secara khusus dalam bidang kurikulum.
Beberapa buku kurikulum lainnya diterbitkan oleh para teorisi dan praktisi pendidikan
di mana mereka telah berpikir sebagai seorang tenaga spesialis kurikulum. Mereka ini antara
lain adalah W.W. Charters dari Universitas Ohio yang menerbitkan buku yang berjudul
"Curriculum Construction" (Konstruksi Kurikulum) pada tahun 1923. Demikian juga pada
tahun berikutnya, buku berjudul "How Ta Make A Curriculum" merupakan karya besar kedua
yang ditulis oleh Bobbitt.
Dalam tahun 1926 perkumpulan masyarakat nasional (The National Society) Amerika
yang bergerak dalam pendidikan menerbitkan buku dalam bentuk review 685 halaman, berisi
tinjauan ulang tentang perkembangan kurikulum, dan diberi judul “The Foundation and
Technique of Curriculum Construction". Dua dari bagian buku tahunan yang dipublikasikan
oleh perkumpulan masyarakat nasional ini, disiapkan oleh sebuah komite yang terdiri dari
para sarjana kurikulum. Komite ini diketuai olehHarold Rugg , beranggotakan antara
lain : Franklin Bobbitt, W.W.Charters , danCharles Judd.
Sejak masa ini kurikulum telah menjadi lapangan studi yang dalam perkembangan
lebih lanjut mengalami variasi. Ada yang menyebutnya dengan istilah "Curriculum
Conscious” dengan memuat program-program revisi kurikulum dalam sistem sekolah.
Denver misalnya dalam tahun 1922 menggulirkan studi kurikulum dengan mengangkat tema
"Rencana Perbaikan Kurikulum". Demikian pula St. Louis dalam tahun 1925 menarik

perhatian masyarakat nasional Amerika, karena kajian kurikulum yang berhubungan dengan
program revisi komprehensif. Kajian ini telah melibatkan beratus-ratus tenaga pengajar dan
juga kelompok besar dari tenaga konsultan kurikulum. Proyek ini secara keseluruhan telah
berhasil mendorong berkembangnya komunitas pendidikan pada masa-masa selanjutnya.

3. Cara Mengimplementasikan kurikulum
Implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan, artinya yang
dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk kemudian
dijalankan sepenuhnya. Implementasi kurikulum dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya
apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan segenap hati dan
keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang
atau menyimpang dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-sian antara rancangan
dengan implementasi. Rancangan kurikulum dan implemntasi kurikulum adalah sebuah

sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep linearitas) dalam arti
impementasi mencerminkan rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guru serta
aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai inti kurikulum untuk
memahami perancangan kurikulum dengan baik dan benar.
Implementasi kurikulum dapat dimaknai sebagai aktualisasi rencana atau konsep
kurikulum, proses pembelajaran, realisasi ide, nilai dan konsep kurikulum, serta implementasi

kurikulum sebagai proses perubahan perilaku peserta didik. Implementasi kurikulum pada
hakikatnya dapat dipahami bahwa implementasi kurikulum akan terlihat secara jelas dan
nyata dalam proses belajar mengajar itu sendiri sehingga secara langsung dapat juga
dikatakan proses belajar mengajar yang sedanga dijalankan itulah sebagai implementasi
kurikulum.
Ada beberapa hal yang menjadi komponen dalam merencanakan implementasi
kurikulum, diantaranya adalah:


Rumusan Tujuan, komponen ini membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai

atau yang diharapkan tercapai setelah pelaksanaan kurikulum, yang mengandung hasil-hasil
yang hendak dicapai berkenaan dengan aspek-aspek deduktif, administratif, sosial, dan aspek
lainnya.


Identifikasi Sumber-sumber, komponen ini memuat secara rinci sumber-sumber

yang diperlukan untuk melaksanakan kurikulum. Perlu dilakukan survai untuk mengetahui
sumber-sumber yang digunakan meliputi sumber keterbacaan, sumber audio visual, manusia,

masyarakat dan sumber di sekolah yang bersangkutan.


Peran Pihak-pihak Terkait, komponen ini memuat tentang unsur-unsur ketenagaan

yang bertindak sebagai pelaksanaan kurikulum, seperti tenaga kerja, supervisor, administrator
serta siswa sendiri.


Pengembangan Kemampuan Profesional, komponen ini memuat perangkat

kemampuan yang dipersyaratkan bagi masing-masing unsur ketenagaan yang terkait dengan
implementasi kurikulum.


Penjadwalan Kegiatan Pelaksanaan, komponen ini memuat uraian lengkap dan

rinci tentang jadwal pelaksanaan kurikulum. Penjadwalan ini diperlukan sebagai acuan bagi
para pelaksanaan untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan partisipasinya dan bagi
pengelola dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pelaksanaan pengontrolan dan evaluasi.



Unsur Penunjang, komponen ini memuat uraian lengkap tentang semua unsur

penunjang yang berfungsi menunjang pelaksanaan kurikulum. Unsur penunjang meliputi

metode kerja, manusia, perlengkapan, biaya dan waktu yang tersedia. Semua itu harus
direncanakan secara seksama.


Komunikasi, komponen ini direncanakan sistem dan prosedur komunikasi yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan kurikulum. Jika komunikasi berlangsung efektif, maka
penyelenggaraan pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan berhasil.


Monitoring, komponen ini memuat secara rinci dan komperhensif tentang rencana

kegiatan monitoring sejak awal dimulainya pelaksanaan kurikulum, pada waktu proses
pelaksanaan dan tahap akhir pelaksanaan kurikulum, rencanakan secara cermat monitoring
tersebut, pelaksanaan dan materi yang diperlukan.


Pencatatan dan Pelaporan, komponen ini memuat segala seuatu yang berkenan

dengan pencatatan data dan informasi dan memuat laporan yang berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum. Pencatatan berfungsi ganda yaitu membantu posisi monitoring dan
membantu prosedur evaluasi pelaksanaan kurikulum.


Evaluasi Proses, komponen ini memuat rencana evaluasi proses pelaksanaan

kurikulum. Dalam rencana ini digambarkan hal-hal seperti tujuan, fungsi, metode evaluasi
dan bentuk evaluasi.


Perbaikan dan Redesain Kurikulum, dalam rencana ini perlu diestimasikan

kemungkinan dilakukan upaya perbaikan atau redesain kurikulum yang hendak dilaksanakan.
Perbaikan ini dilakukan atas dasar umpan balik yang bersumber dari hasil evaluasi proses.
Kurikulum merupakan elemen strategis dalam sebuah layanan program pendidikan. Ia
adalah ’cetak biru’ (blue print) atau acuan bagi segenap pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan program. Dalam konteks ini dapatlah dikatakan bahwa kurikulum yang baik
semestinya akan menghasilkan proses dan produk pendidikan yang baik. Sebaliknya,
kurikulum yang buruk akan membuahkan proses dan hasil pendidikan yang juga jelek.
Persoalannya, hubungan antara kurikulum (sebagai rencana atau dokumen) dengan
proses dan hasil pendidikan (kurikulum sebagai aksi dan produk) tidaklah bersifat linear.
Terlalu banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertama, sebagai suatu sistem, mutu sebuah
kurikulum akan ditentukan oleh proses perancangan, pengembangan, pelaksanaan, dan
evaluasinya. Kedua, secara programatik, kualitas sebuah kurikulum ditentukan oleh
kesanggupannya dalam mempertanggungjawabkan berbagai keputusan yang diambil, baik
secara keilmuan, moral, sosial, dan praktikal. Ketiga, secara pragmatik, nilai sebuah
kurikulum ditentukan oleh kemampuannya dalam memberikan layanan pendidikan yang
dapat mendorong peserta didik untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan,
baik oleh peserta didik sendiri maupun oleh masyarakat dan sistem sosial.

Dari perspektif manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) —- yang telah lama
diterapkan dalam mengelola lembaga pendidikan—– pendidikan adalah jasa layanan. Sebagai
sebuah jasa layanan, keberhasilan suatu program pendidikan ditentukan oleh kesanggupannya
dalam memenuhi kepuasan pengguna (customer satisfaction). Itu berarti, kurikulum yang
baik adalah kurikulum yang berorientasi akhir pada kebutuhan dan kepuasan pengguna.

4. Faktor penyebab dan dampak perubahan kurikulum
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan.
Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan yang diinginkan.sebab kurikulum adalah janyung pendidikan, jika jantung itu
berfungsi baik maka keseluruhan badan pun akan berfungsi dengan baik. Dalam sejarah
pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum
yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan
zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.
Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari pengaruh
perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya.
Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional,
termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing
dan menyesuaikan diri dengan perubahan.


Penyebab dan hambatan terjadinya perubahan kurikulum

Kurikulum akan secara terus menerus mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan yang
terjadi ditengah masyarakat, perubahan secara terus menerus itu haruslah di Imbangai dengan
perbaikan pendidikan termaksud perbaikan kurikulum, perubahan kurikulum juga sangan dipengaruhi
dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan kebutuhan manusia, perubahan kurikulum juga
dipengaruhi oleh ekonomi, politik, kebudayaan dengan tujuan untuk kemajuan bangsa dan negara.
Kurikulum dapat dipandang

sebagai buku atau dokumen yang dijadikan pegangan oleh setiap

guru, kurikulum juga dapat disebut sebagai produk pencapaian bagi peserta didik. Kurikulum dapat
juga diartikan sebgai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan direvisi sevi
secara berkala agar tetap relevan sesuai perkembangan Zaman, kurukulum juga dapat kenyataan yang
terjadi didalam kelas, kurikulum dalam arti ini tak mungkin dapat direncanakan sepenuhnya, karna
interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan yang tak dpat diramalkan sebelumnya.

Dalam hal ini guru memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menjadi pengembang kurikulum
dalam kelas itu sendiri, agar kurikulum dapat dipandang sebagai cetusa jiwa pendidika yang berusaha
untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai tertinggi dalam rangka pembentukan kelakuan peserta didik,
kurikulum ini sangat erat dengan kepribadian guru. Kurikulum formal mengubah pedaoman
kurikulum relatif lebih terbatas dati pada kurikulum yang ril.
Kurikulum riil bukan sekedar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami anak dalam
kelas, runag olahraga, warung sekolah, tempat bermain, dll. Mengubah kurikulum berarti mengubah
semua yang terlibat didalamnya yaitu guru, peserta didik, keala sekolah, pengawas sekolah, orang tua,
dan masyarat umumnya yang berkepentingan dalam urusan sekolah.


Jenis-jenis perubahan

Kurikulum pasti mengalami perubahan sesuai perkemnbangn Zaman dan kebutuhan manusia
namaun tidak selamanya perubahan bersifat sama, Brikut adalah perubahan kurikulum :
1. Perubahan kurikulum sebagian
Perubahan kurikulum yang hanya terjadi pada kompenen tertentu saja dan tidak
mempengaruhi komponenten yang lain , contohnya, pemanbahan satu mata pelajaran tidak
akan mempengaruhi metode mengajar.
2. Perubahan menyeluruh
Perubahan keseluruhan sistem kurikulum mengalami perubahan yang tergambar jelas
dalam tujuannya .

 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum
Bebasnya sejuamlah wilayah tertentu didunia, dalam kekuasaan kaum kolonialis dan merdekanya
negara-negara tersebut mereka menyadari bahwa selama ini mereka dibina dalam pendidikan yang
tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional untuk itumereka mulia merencanakan memnaggadakan
perubahan yang cukup penting dalam kurikulum dan sisitem pendidikan yang ada, kita dapat melihat
perubahan kurikulum mas penjajahan dan masa kemerdekaan semua itu menyesuaikan dengan
keadaan jaman dan kebutuhan manusianya.
Perkembangan IPTEK yang pesat disatu pihak berkembangnya dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan yang diajarkan disekolah,perkembangan dalam ilmu pengetahuan psikologi komunikasi
dan lain-lain menghasilkan cara-cara baru dalam peoses belajar-mengajar. Pertembuhan yang pesat
dari pendidik dunia, dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang
dalam dunia pendidikan hal ini menyebabkan bahwa pendekatan yang digunakan selama ini dalam
pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalua perlu di ubah untuk memenuhi kebutuhan akan

pendidikan yang besar, tujan pendidikan dapat berubah secara punda mental bila suatu negara beralih
dari negara yang dijajah menjadi negara merdeka.


Kesulitan dalam perubahan kurikulum

Mengadakan pembaharuan memerlukan pemikiran dan tenaga yang lebiha banyak, tidak semua
orang bekerja lebih banyak dari pada yang diperlukan bahwa guru=-guru tidak mendapat
kesempatan dan wewenang untuk mengadakan perubahan karna

pengaturan-pengaturan

administratif. Guru itu hanya diharapkan mengikuti instruksi atasan dalam pembaharuan kurikulum
ternyata bahwa mencetus ide-ide lebih mudah dari pada menerapkannya dalam praktek, bersifat
kritis terhadap pembaharuan kurikulum adalah sifat yang sangat diperlukan karena pembaharuan
bukan hanya sekedar pada mode yang timbul pada suatu saat untuk lenyap lagi dalam waktu yang
tidak sama.


Strategi kepemimpinan dalam perubahan kurikulum

Strategi yang dimaksud adalah sebuah serangkaian rencana dalam usaha pencapaina tujuan
dalam perubahan kurikulum, untuk mengubaha kurikulum dapat di ikutu dengan startegi :
a) Mengubah seluruh sisitem pendidikan yang hanya dapat dilakukan oleh pusat yakni
deptdikbud karena mempunyai wewenag penuh untuk mengadakan perubahan
kurikulum secara total
b) Mengubah kurikulum tingkat lokal, kurikulum yang nyata, riil yang terdapat dimana
guru dan peserta didik itu berada yakni disekolah kususnya dalam kelas, semakin
kreatif seorang guru dalam menghadapi permasalahan maka semakin hidup pula
hidup pula kurikulum yang di Implementasikan didalam kelas dan begitu sebaliknya,
pelaksaan kurilukulum didalam kelas terhadap peserta didik yang berbada oleh
karena itu guru dituntut untuk memmiliki pengalaman dan wawasan yng luas untuk
merangkul semua peserta didik ddan menyesuaikan diri dengan mudah.
c) Memberika pendidikan inservice dan pengembangan staf
Inservica training dianggap lebih formal dengan rencana yang lebih ketata dan
dilaksakan atas intruksi atasan, pengembangan staf lebih tak formal, lebih bebas
dangan penyesuainay terhadap guru, mis: dapat disuruh mengobservasi dan menilai
dirinya mengajar yan telah dividio tape, apa yang dipelajar dalam inservice dan
pengemabnagn staf handaknya dipraktekkan.
d). Super visi, tujuannya untuk membantu guru menadakan perbaikan dalam pengajaran,
supervisi adalah memberi pelayanan kepada guru untuk memperoleh proses belajarmengajar yang lebih efektif, apabila dirasa perlau maka pengawasa sekola dapat
memberi demonstrasi bagaimana caranya mempraktekkan
e.) reoeganisasi sekolah,reoerganisasi diadakan manakala sekolah itu ingin merombak
seluruh car mendidik disekolah itu dengan menerima cara yang baru sama sekali, hal ini

bisa terjadi bila sekolah akan menjalankan tim teaching non grading metode unit, open
school dan lain sebagainya
f). Eksperimentasi dan penilaian, kemajuan komunikasi dan transportasi membuka
pendidikan kita bagi berbagai pengaruh dibagian lain didunia ini, ciri khusus kemajuan
ialah perubahan dan perbaikan pendidikan disekolah, mencobakan metode atau bahan
baru.pada dasarnya setiap kurikulum baru diuji sebelum disebarkan disemua sekolah,
resiko perubahan kurikulum baru tanpa uji coba sangat besar resikonya dpata
memnghambutkan tanaga dan biaya banyak tanpa jaminan bahwa pembaharuan itu akan
membawa perbaikan sehingga sebelum semuanya terlanjur dan menyita banyak waktu,
tenaga, dan juga materi sebaiknya kurikulum yang akan diterapkan diperlukan adanya
ujicoba terlebih dahulu.

5. Peranan

Kurikulum

Dalam

Mengembangkan

Pendidikan

Berkarakter Untuk Peserta Didik
Dalam praktek pendidikan nasional dewasa ini, terdapat distorsi antara cita-cita
pendidikan nasional dengan realitas sosial yang terjadi. Berbagai fenomena nasional
menunjukkan gejala-gejala yang mengkhawatirkan terkait dengan karakter generasi dan elit
bangsa. Hal yang lebih mengkhawatir lagi adalah bahwa anomali karakter bangsa tersebut
tidak sedikit yang terjadi di dalam lingkungan pendidikan itu sendiri, bahkan dilakukan oleh
oknum pelaku pendidikan. Fenomena yang mengkhawatirkan tersebut diantaranya dapat kita
simak dari berita yang dipublikasikan berbagai media seringkali membuat kita miris
mendengarnya, perkelahian (sisiwa-siswa, siswa guru, anak orang tua, siswa kepala sekolah),
pergaulan bebas, siswa dan mahasiswa terlibat kasus narkoba, remaja usia sekolah yang
melakukan perbuatan amoral, kebut-kebutan di jalanan yang dilakukan remaja usia sekolah,
menjamurnya geng motor yang beranggotakan remaja usia sekolah, siswa bermain di pusat
perbelanjaan pada saat jam pelajaran .
Indikator lain yang menunjukkan adanya gejala rusaknya karakter generasi bangsa
bisa dilihat dari praktek sopan santun siswa yang kini sudah mulai memudar, diantaranya
dapat dilihat dari cara berbicara sesama mereka, prilakunya terhadap guru dan orangtua, baik
di sekolah maupun di lingkungan masyarakat, kata-kata kotor yang tidak sepantasnya
diucapkan oleh anak seusianya seringkali terlontar. Sikap ramah terhadap guru ketika
bertemu dan penuh hormat terhadap orangtua pun tampaknya sudah menjadi sesuatu yang
sulit ditemukan di kalangan anak usia sekolah dewasa ini. Anak-anak usia sekolah seringkali
menggunakan bahasa yang jauh dari tatanan nilai budaya masyarakat. Bahasa yang kerap

digunakan tidak lagi menjadi ciri dari sebuah bangsa yang menjunjung tinggi etika dan ke
lemah lembutan.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum

memungkinkan penyesuaian

program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada guna menunjang
pengembangkan potensi peserta didik menuju terbentuknya peserta didik yang cerdas
otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya dalam hal-hal yang positi . Kurikulum juga
harus disusun dengan memperhatiukan aspek gejala sosial yang berkembang (kontekstual),
sehingga rancangan kurikulum memberikan dampak bagi penyelesaian masalah-masalah
yang berkembang di masyarakat seperti masalah ruksaknya karakter bangsa sebagaimana
diuraikan pada bagian pendahuluan.
Pendidikan karakter termasuk dalam sebuah pedagogi yang memberikan penekanan
pada nilai-nilai idealisme. Ia termasuk dalam pedagogi idealis. Dalam perjalanan waktu,
pedagogi yang sifatnya idealis ini pun memberikan penekanan yang berbeda, terutama
berkaitan dengan unsur nilai-nilai yang menjadi agen pengubahan sejarah. Pendidikan
karakter sebagai sebuah pandangan pedagogi memberikan tiga matra penting setiap tindakan
edukatif maupun campur tangan internasional bagi sebuah kemajuan pendidikan. Mata ini
adalah individu, sosial, dan moral (Doni Koesoema (2007:143) . Oleh karena itu, pembaruan
dalam dunia pendidikan, serta penerapan program karakter dalam setiap lembaga pendidikan
tidak dapat melepaskan diri dari tiga matra ini, jika pembaruan ini ingin disebut sebagai
sebuah pembaruan yang integral.
Pendidikan berbasis karakter apa pun yang diterapkan di dalam sekolah tidak dapat
melepaskan diri dari konteksnya yang lebih luas, terlebih struktur-struktur yang
mempengaruhi bagaimana seorang individu yang terlibat dalam dunia pendidikan berperan
sebagai subjek moral yang aktif.
Fungsi Kurikulum
Terdapat sejumlah fungsi kurikulum yang dapat dikaji sebagai berikut:
1. Fungsi Penyesuaian

Fungsi penyesuaian mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mengarahkan siswa agar memiliki sifar well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
2. Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota
dan bagian integral masyarakat.ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Fungsi Diferensiasi
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan
layanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan baik dari
aspek fisik maupun psikis.
4. Fungsi Persiapan
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memprsiapkan
siswa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
5. Fungsi Pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar
yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat kaitannya
dengan fungsi diferensiasi karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti
pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat
dan kemampuannya.
6. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima potensi
dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya. Maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan sendiri potensi yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahankelemahannya
Peranan Kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah memiliki peranan
yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendiidikan. Terdapat tiga peranan
yang dinilai sangat penting yaitu:
1.

Peranan konservatif: Peranan ini menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan

sebagai sarana utuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang dianggap masih
relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa.
2.

Peranan kreatif: Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu

mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.
3.

Peranan kritis dan evaluatif: Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan

bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami
perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu
disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter
Kurikulum dapat dimaknai sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan kurikulum
hendaknya memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasakan perinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung
pecapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif
terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adar istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.

Kurikulum meliputi substansi koponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dan keterkaitan dan kesinambungan yang
bermakna dan tepat antarasubtansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang berkembang secara dinamis.semangat dan dan isi kurikulum, memberkan pengalaman
belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembanan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan

kurikulum

dilakukan

dengan

melibatkan

pemangku

kepentingan

(strakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasik
di dalamnya kehidupan kemasyarakaran, dunia usaha dalam dunia kerja.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan
mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsesama
jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA
Naba,

naeng.

“Sejarah

dan

Asal

Usul

Kurikulum.

28

februari

http://kangdaengnaba.blogspot.com/2012/08/sejarah-dan-asal-usulkurikulum.html.
Latifahtul muzamiroh, mida.2013. kupas tuntas kurikulum.jakarta: kata pena
Sanjana, wina.2008.kurikulum dan pembelajaran. Bandung :kencana
Mamalik, oemar.2010.kurikulum dan pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara

2014.