Defisit Anggaran Perekonomian di Indonesia
PENGARUH DEFISIT ANGGARAN TERHADAP
PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Dosen Pengampu :
Drs. H. Edy Yusuf Agung Gunanto, M.Sc P.hD
Disusun Oleh :
Lila Kondi Dabutar
12030113120016
Ulul Ambiya
12030113130184
Agisa Alessandra
12030113130214
Kelas : E
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Anggaran negara merupakan salah satu alat politik fiskal untuk
mempengaruhi arah dan percepatan pendapatan nasional. Adapun mengenai
anggaran yang akan digunakan tergantung pada keadaan ekonomi yang dihadapi.
Dalam keadaan ekonomi yang normal dipergunakan anggaran negara yang
seimbang, dalam keadaan ekonomi yang deflasi dipergunakan anggaran negara
yang defisit dan sebaliknya dalam keadaan ekonomi yang inflasi dipergunakan
anggaran negara yang surplus.
Dalam penyusunan anggaran dikenal adanya surplus anggaran dan defisit
anggaran. Surplus anggaran adalah kelebihan penerimaan pemerintah dari total
pengeluarannya termasuk untuk belanja barang dan jasa serta transfer payment.
Sedangkan defisit anggaran mempunyai makna sebaliknya. Pengaruh defisit
anggaran terhadap perekonomian merupakan isu yang sangat kontroversial dan
selalu menarik untuk dibicarakan. Secara teoritik ada tiga kelompok yang
mempunyai jawaban berbeda atas permasalahan tersebut.
1. Teori Ricardian Equivalence (RE)
Kelompok pertama, yakni kaum Ricardian, dengan teorinya Ricardian
Equivalence (RE) berpendapat bahwa defisit anggaran tidak akan mempunyai
pengaruh apa-apa terhadap perekonomian. Teori ini berasal dari David Ricardo’s
Funding System dan dikemukakan kembali oleh Robbert Barro (1974) sehingga
sering diberi nama Ricardo-Barro Preposition. Preposisi Ricardo Barro
berlandaskan pada asumsi: intergenerational altruism atau immortality, perfect
capital markets, lump sum taxation, dan kondisi bahwa tingkat utang tidak lebih
tinggi daripada pertumbuhan ekonomi. Inti dari preposisi ini menyatakan bahwa
pembiayaan defisit anggaran pemerintah dan utang pemerintah berdampak netral
terhadap aktifitas ekonomi (Blancard, 2000).
2.
Kelompok Neoklasik
Kelompok kedua adalah kelompok neoklasik. Mereka berpendapat bahwa
setiap individu mempunyai informasi yang cukup sehingga mereka dapat
merencanakan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran akan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (miliar rupiah), 2007-2015
Rincian
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
723058
781354
985725
949656
1104902
1311387
1529673
1 667 141
1 793 589
720389
779214
984786
948149
1101162
1310562
1525189
1 665 781
1 790 333
Pendapatan dan Hibah
Penerimaan Dalam
Negeri
Penerimaan pajak
Pajak dalam
negeri
Pajak
perdagangan
internasional
Penerimaan bukan
pajak
Penerimaan
sumber daya
alam
Bagian laba
BUMN
Penerimaan
bukan pajak
lainnya
Pendapatan
Badan
Layanan
Umum (BLU)
Hibah
Pengeluaran
Pengeluaran
Pemerintah Pusat
Belanja pegawai
Belanja barang
Belanja modal
Pembayaran bunga
utang
Subsidi
Subsidi BBM
Subsidi non
BBM
Belanja hibah
Bantuan sosial
Belanja lainnya
Pengeluaran untuk
Daerah
Transfer ke
Daerah
Dana perimbangan
Dana bagi
hasil
Dana alokasi
umum
Dana alokasi
khusus
Dana otonomi
khusus dan
penyeimbang
Dana Desa
Keseimbangan Primer
Surplus/Defisit Anggaran
Pembiayaan Bersih
Pembiayaan Dalam
Negeri
Perbankan
dalam negeri
Nonperbankan
dalam negeri
Pembiayaan Luar
Negeri
Pinjaman
bruto luar
negeri
Penerusan
pinjaman
Pembayaran
cicilan pokok
utang luar
negeri
509462
591978
725843
850255
1032570 waktu
1192994
1 280 389Defisit
1 379anggaran
992
meningkatkan
tingkat742738
konsumsi
sepanjang
hidupnya.
494592
569972
697347
827246
226 474
meningkatkan
tingkat715535
konsumsi
dalam989637
jangka1134289
panjang1 dengan
pajak 22006
untuk
14870
digunakan,
210927
187236
akan
1 328membebankan
488
cara
generasi
berikutnya.
seluruh58705
sumber 53daya
penuh dapat
28496
27203
23009 Jika42933
915 secara
51 504
maka
konsumsi
akan332195
menurunkan
tabungan dan
258944 peningkatan
205411
250907
277992
385 392 tingkat
410 341
suku bunga akan meningkat. Peningkatan suku bunga akan mendorong
146257
126203
173496
132030
163119
177264
197205
225 955
254 270
19100
23404
30794
24000
27590
28001
33500
40 000
44 000
permintaan investasi swasta menurun, sehingga kaum Neoklasik menyimpulkan
bahwa dalam kondisi kesempatan kerja penuh, defisit anggaran yang permanen
45570
37629
49211
39894
45167
53492
77991
94 088
89 824
akan menyebabkan
investasi
swasta
tergusur
(crowding-out).
Secara
umum kaum
Neoklasik berpendapat bahwa defisit anggaran akan merugikan perekonomiaan.
3.
–
2669
763571
5093
5442
9487
Kelompok
Keynesian
2140
939
1507
854660
1037067
Kelompok
15031
19235
23499
25 349
22 247
3740
825
4484
1 360
3 256
1047666adalah
1229558
1435407
1683011
2039483
ketiga
kaum
Keynesian
yang1842495
berpendapat
bahwa defisit
504776
573431 mempengaruhi
716376
725243 perekonomian.
836578
964997Kelompok
1154381
1249943
1392442
anggaran
Keynesian
mengasumsikan
101202
128169
143556
160364
180825
215862
241606
637842
647310
72186
52397
77688
107090
137850
188002
200735
612101
745132
bahwa pelaku ekonomi mempunyai pandangan jangka pendek (myopic),
hubungan
73130
101539
antar
generasi
erat, serta
semua pasar
posisi
93802
82176tidak
135854
151975 tidak
184364
– selalu dalam
–
85087
91366
101658
keseimbangan.
Salah115595
satu
115209
122217
113244
–
– kerja dan
ketidakseimbangan
terjadi di pasar
tenaga
102924
97875
166701
157820
187624
208850
317219
–
–
61838
45807
103568
106527
136614
168560
274743
–
–
dalam perekonomian selalu terjadi pengangguran. Menurut kaum Keynesian,
defisit52068
anggaran
akan 51293
menigkatkan
pendapatan
dan kesejahteraan
serta
konsumsi
41086
63133
51010
40290
42476
–
–
–
–
–
7192
1797yang dibiayai
3621
–
–
pada
giliran
berikutnya.
Defisit 771
anggaran
utang,
yang berarti
beban
51409
67402
67848
64291
63184
47764
73609
–
–
18838
34683
65123
30715
15261
28530
19983
–
–
258795
281229
320691
322423
392980
470410
528630
592552
647041
pajak pada masa sekarang relatif menjadi lebih ringan, akan menyebabkan
peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Peningkatan pendapatan yang
siap dibelanjakan akan meningkatkan konsumsi
dan592552
sisi permintaaan
secara
528630
637975
250343
266780
296952
keseluruhan.
Jika
68462
66071
peningkatan
85719
sisi
306023
334324 belum
399986 dalam
444798 kondisi
487931 kesempatan
516401
perekonomian
penuh,
81405
83558
101962
113712
127692selanjutnya
permintaan
akan100055
mendorong
produksi
dan
164787
179507
186414
203485
225533
273815
311139
341219
352888
peningkatan
pendapatan
nasional.
Pada periode
selanjutnya,
peningkatan
17094
21202
24819
21133
25233
26116
31697
33000
35821
pendapatan nasional akan mendorong perekonomian melalui efek multiplier
Keynesian.
8452
14449
Karena
defisit 58656
anggaran
konsumsi
dan tingkat
23739
16400
70424meningkatkan
83832
104621
121574
–
–
–
–
–
–
–
–
9066
pendapatan
sekaligus,
tingkat
tabungan
dan
akumulasi
kapital
juga
meningkat.
44574
18060
50316
17585
-9447
-1802
-40094
-54.069
-93926
40513
51342
98010
124656
124020
pendek73306
akan menguntungkan
perekonomian.
153338
175354
245895
55068
89975
60790
107891
125266
125912
172792
196258
269710
12962
300
16629
7129
12657
8947
14307
4398
4468
42106
89675
44161
100762
112609
116965
158485
191860
265242
-14555
-16669
-9448
-9881
-610
-1892
-19454
-20.904
-23815
40275
42989
52161
57606
58933
54282
45919
39132
47037
–
–
–
-8644
-11725
-8914
-6968
-1.226
-4319
-54830
-59658
-61609
-58843
-47818
-47260
-58405
-58.81
-66533
Menurut
kaum
Keynesian
secara
keseluruhan,
defisit
anggaran
dalam jangka
-73306
-51342
-98010
-124656
-124020
-153338
-175.354
-245895
-40513
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan defisit anggaran dengan tingkat suku bunga di
Indonesia?
2. Bagaimana hubungan defisit anggaran dengan daya beli masyarakat?
3. Bagaimana hubungan defisit anggaran dengan tingkat investasi di
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Defisit Anggaran Terhadap Tingkat Suku Bunga
(Oleh: Ulul Ambiya, 12030113130184)
Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Adapun jumlah pinjamannya
disebut pokok utang (principal), sedangkan persentase dari pokok utang yang
dibayarkan sebagai imbal jasa ( bunga ) dalam suatu periode tertentu disebut suku
bunga. Tingkat suku bunga biasanya dinyatakan dalam persen (%) untuk jangka
waktu tertentu. Berdasarkan pengertiannya dalam dunia perbankan, suku bunga
bisa diartikan menjadi dua:
1. Suku bunga simpanan, merupakan tingkat bunga yang diberikan
bank sebagai balas jasa karena nasabah mempercayakan uangnya
untuk disimpan atau ditabung pada bank yang bersangkutan.
2. Suku bunga pinjaman, merupakan tingkat suku bunga yang
dikenakan oleh bank kepada kreditor yang meminjam uang dari
bank.
Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari
pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu.
Tingkat suku bunga akan berfluktuasi sehingga berpengaruh pada keinginan
masyarakat untuk meminjam uang di bank. Semakin rendah suku bunga maka
semakin tinggi keinginan masyarakat untuk meminjam uang di bank. Artinya pada
tingkat suku bunga rendah, masyarakat akan lebih terdorong untuk meminjam
uang di bank untuk
memenuhi kebutuhannya. Adapun fungsi suku bunga
menurut Sunariyah (2004:81) adalah :
Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan.
Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah
uang beredar..
Faktor–faktor yang memengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga pinjaman
dan suku bunga simpanan adalah sebagai berikut :
Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana sementara pemohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat
terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga
simpanan secara otomatis akan meningkatkan bunga pinjaman.
Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan maka disamping faktor promosi,
yang paling utama pihak perbankan harus memerhatikan pesaing. Dalam
arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka jika hendak
membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan diatas
bunga pesaing misalnya 18%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman
harus berada dibawa bunga pesaing.
Kebijakan pemerintah
Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh melebihi bunga
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Harga laba yang diinginkan
Sesuai dengan target yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar
maka bunga akan besar dan sebaliknya.
Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka semakin tinggi bunganya,
hal ini disebabkan besar kemungkinan risiko dimasa akan datang.
Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan dan sebaliknya.
Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena
biasanya perusahaan yang bonafid kemungknan risiko macet
kredit
dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
Produk yang kompetitif
Produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran.
Hubungan baik.
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer)
dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan keaktifan dan
loyalitas nasabah yang bersangkutan dengan pihak bank. Nasabah utama
biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga
dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
Teori Suku Bunga
1.
Teori Klasik
Menurut Teori Klasik, teori tingkat suku bunga merupakan teori
permintaan penawaran terhadap tabungan. Teori ini membahas tingkat suku
bunga sebagai suatu faktor pengimbang antara permintaan dan penawaran
daripada investable fund yang bersumber dari tabungan.
2.
Teori Keynessian, Preferensi Liquiditas
Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori liquidity
prefence. Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan
fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi di pasar uang. Artinya
tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang.
Gambar (a) menunjukkan uang kas diperlukan untuk setiap tingkat pendapatan,
berapapun tingkat suku bunga yang berlaku nilai MT dan MP tidak elastis
terhadap perubahan tingkat suku bunga. Pada gambar (b) permintaan uang untuk
spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga, yaitu:
Apabila tingkat bunga tinggi permintaan rendah karena orang lebih suka
memegang surat berharga seperti obligasi daripada memegang uang.
Sebagai contoh, pada r0 permintaan uang pada spekulasi adalah sebanyak
MS1 semakin menurun tingkat bunga semakin banyak permintaan uang
untuk spekulasi karena orang lebih suka memegang uang daripada
obligasi. Sebaliknya MSp elastis terhadap perubahan tingkat suku bunga
dan mempunyai hubungan yang negatif.
Sebagaimana sudah dikemukakan pada bagian terdahulu, hubungan antara
tingkat suku bunga dan tingkat harga berbanding terbalik. Jika tingkat suku bunga
meningkat, maka surat-surat berharga akan turun demikian pula sebaliknya.
Karena itu pada tingkat suku bunga yang sangat rendah, orang akan cenderung
memegang uang kas daripada surat-surat berharga. Seandainya jumlah uang
beredar bertambah besar, orang akan cenderung tetap memilih memegang uang
kas. Keadaan seperti ini disebut perangkap liquiditas (liquidity trap) sebab semua
uang kas terperangkap ditangan untuk menghindari kerugian dan tidak akan
beredar sebagai uang aktif.
Dalam teori Keynes menjelaskan bahwa permintaan uang dipengaruhi oleh
suku bunga ( i ), harga(P), dan kuantitas barang(Q). Selanjutnya, bila permintaan
uang naik maka investasi akan berkurang, dan selanjutnya berkurangnya investasi
akan mengakibatkan permintaan agregat berkurang.
Pengaruh defisit anggaran terhadap suku bunga
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2003, defisit anggaran pemerintah adalah selisih kurang antara pendapatan
negara dan belanja negara dalam tahun anggaran yang sama. Dan terjadi surplus
anggaran apabila sebaliknya yaitu penerimaan negara lebih besar dari belanja.
Defisit anggaran ditandai dengan kurangnya pembiayaan pengeluaran negara
karena kurangnya penerimaannya yang berasal dari pajak.
BI Rate
(Berdasarkan hasil dari Rapat Dewan
Gubernur)
Tanggal
BI
Siaran Pers
Rate
17 Maret 2016 6.75 %
Pranala Siaran
Pers
18 Februari
2016
7.00 %
Pranala Siaran
Pers
14 Januari 2016 7.25 %
Pranala Siaran
Pers
17 Desember
2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
17 Nopember
2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
15 Oktober
2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
17 September
Pranala Siaran
7.50 %
2015
Pers
18 Agustus
2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
14 Juli 2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
18 Juni 2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
19 Mei 2015
7.50 % Pranala Siaran
Pers
14 April 2015 7.50 %
Pranala Siaran
Pers
17 Maret 2015 7.50 %
Pranala Siaran
Pers
17 Februari
2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
15 Januari 2015 7.75 %
Pranala Siaran
Pers
11 Desember
2014
7.75 %
Pranala Siaran
Pers
18 Nopember
2014
7.75 %
Pranala Siaran
Pers
13 Nopember
2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
7 Oktober 2014 7.50 %
Pranala Siaran
Pers
11 September
2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
14 Agustus
2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
10 Juli 2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
12 Juni 2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
8 Mei 2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
8 April 2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
13 Maret 2014 7.50 %
Pranala Siaran
Pers
13 Februari
2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
9 Januari 2014 7.50 %
Pranala Siaran
Pers
12 Desember
2013
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
12 Nopember
2013
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
8 Oktober 2013 7.25 %
Pranala Siaran
Pers
12 September
Pranala Siaran
7.25 %
2013
Pers
29 Agustus
2013
15 Agustus
2013
7.00 %
Pranala Siaran
Pers
6.50 % Pranala Siaran
Pers
11 Juli 2013
6.50 %
Pranala Siaran
Pers
13 Juni 2013
6.00 %
Pranala Siaran
Pers
14 Mei 2013
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
11 April 2013
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
7 Maret 2013
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
12 Februari
2013
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
10 Januari 2013 5.75 %
Pranala Siaran
Pers
11 Desember
2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
8 Nopember
2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
11 Oktober
2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
13 September
Pranala Siaran
5.75 %
2012
Pers
9 Agustus 2012 5.75 %
Pranala Siaran
Pers
12 Juli 2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
12 Juni 2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
10 Mei 2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
12 April 2012 5.75 %
Pranala Siaran
Pers
8 Maret 2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
9 Februari 2012 5.75 %
Pranala Siaran
Pers
12 Januari 2012 6.00 %
Pranala Siaran
Pers
Dalam studi empiris yang dilakukan R Maryatmo (2004), dimana
menghasilkan kesimpulan bahwa defisit anggaran akan mempengaruhi tingkat
suku bunga. Fokus penelitiannya adalah membuktikan dan mensimulasikan
pengaruh kebijakan defisit anggaran terhadap perubahan suku bunga, kurs, dan
tingkat harga. Dalam persamaan struktural, pengaruh defisit anggaran bersifat
tidak langsung terhadap ketiga variabel moneter tersebut. Secara deskriptif dapat
dijelaskan bahwa pengaruh defisit anggaran terhadap variable moneter dapat
melalui dua jalur. Transmisi pengaruh itu melalui jalur sektor riil dan jalur sektor
moneter. Melalui jalur moneter defisit anggaran akan mempengaruhi jumlah uang
beredar. Sedangkan defisit anggaran akan mempengaruhi sektor riil melalui
pengeluaran dan penerimaan pemerintah dan selanjutnya mempengaruhi
permintaan agregat. Pengaruh defisit anggaran terhadap jumlah uang beredar
adalah karena sumber pendanaan. Defisit anggaran yang didanai dari utang luar
negeri
yang
dirupiahkan
akan
meningkatkan
uang
inti
dan
akhirnya
mempengaruhi jumlah uang beredar. Defisit anggaran akan mempengaruhi
variabel moneter juga melalui perubahan permintaan agregat. Defisit anggaran
berarti perubahan pengeluaran pemerintah dan atau perubahan pendapatan yang
siap dibelanjakan, yang juga berarti perubahan permintaan agregat. Untuk melihat
dampak berbagai skenario kebijakan defisit anggaran terhadap variabel moneter
akan ditampilkan contoh dampak kebijakan defisit anggaran terhadap suku bunga.
Defisit yang terjadi pada anggaran pemerintah berarti pemerintah
melakukan kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif. Pengeluaran pemerintah yang
terjadi saat ini untuk membiayai proyek yang menggunakan daya sangat besar,
misalnya membangun infrastruktur, akan menghasilkan output dalam waktu yang
relatif lama, sementara saat ini pemerintah sudah mengeluarkan yang antara lain
untuk membayar upah buruh. Hal ini akan meningkatkan daya beli masyarakat
dan permintaan masyarakat terhadap output meningkat. Kenaikan permintaan
output tidak diimbangi dengan kenaikan penawaran akibat adanya time lag antara
pengeluaran
pemerintah
untuk
proyek
dengan
output
proyek
tersebut
mengakibatkan harga-harga naik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
defisit anggaran pendapatan dan belanja pemerintah berakibat meningkatnya laju
inflasi. Pada masa di mana perekonomian mengalami kenaikan harga (inflasi)
akan muncul usaha pemerintah atau bank sentral untuk menurunkan laju inflasi.
Kebijakan yang dipilih oleh bank sentral biasanya dengan menaikkan suku bunga.
Suku bunga merupakan salah satu faktor yang menentuan tinggi rendahnya
investasi, di samping faktor lain seperti regulasi pemerintah, keamanan, dan lainlainnya. Kenaikan suku bunga berdampak terhadap menurunnya gairah
perusahaan melakukan investasi. Menurunnya investasi akan mengurangi
kemampuan perekonomian menciptakan lapangan kerja dan pada akhirnya akan
menimbulkan pengangguran.
2.2 Dampak Defisit Anggaran Terhadap Daya Beli Masyarakat
(Oleh : Agisa Alessandra, 12030113130214)
Definisi daya beli adalah kemampuan membayar untuk memperoleh
barang yang dikehendaki atau diperlukan. Pengeluaran tidak perlu mengecil,
tetapi penerimaan yang mengecil tahun ini bisa ditutup dengan penerimaan yang
lebih besar dari tahun – tahun mendatang. Artinya, sebagian penerimaan dari
tahun ini merupakan utang yang harus ditutup oleh tahun – tahun mendatang.
Istilahnya adalah anggaran defisit/defisit anggaran. Dengan kata lain defisit
anggaran terjadi apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaanya lebih
besar
daripada
pengeluarannya..Faktor
yang
mempengaruhi daya
masyarakat yaitu:
1. Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga atau pikiran
yang telah disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi
pendapatan seseorang makin tinggi pula daya belinya dan semakin beraneka
ragam kebutuhan yang harus dipenuhi, dan sebaliknya.
2. Tingkat Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin
dipenuhinya. Contohnya seorang sarjana lebih membutuhkan computer
dibandingkan seseorang lulusan sekolah dasar.
beli
3. Tingkat Kebutuhan
Kebutuhan setiap orang berbbeda-beda. Seseorang yang tinggal di kota daya
belinya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tinggal di desa.4.
Kebiasaan Masyarakat
Di zaman yang serba modern muncul kecenderungan konsumerisme didalam
masyarakat. Penerapan pola hidup ekonomis yaitu dengan membeli b arang dan
jasa yang benar-benar dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah
meningkatkan kesejahteraan hidup.
5. Harga Barang
Jika harga barang naik maka daya beli konsumen cenderung menurun sedangkan
jika harga barang dan jasa turun maka daya beli konsumen akan naik. Hal ini
sesuai dengan hokum permintaan.
6. Mode
Barang-barang yang baru menjadi mode dalam masyarakat biasanya akan laku
keras di pasar sehingga konsumsi bertambah. Dengan demikian mode dapat
mempengaruhi konsumsi.
Pemerintah Indonesia selalu melaksanakan kebijakan anggaran defisit.
Pada masa pemerintahan Orde Baru secara konsep anggaran pemerintah
berimbang, namun secara substansi kebijakan anggaran yang ditempuh
pemerintah adalah defisit. Defisit anggaran belanja pemerintah pada masa
pemerintahan Orde Baru ditutupi dengan utang luar negeri yang dicatat dalam
Anggaran
Pendapatan
Belanja
Negara
(APBN)
sebagai
Penerimaan
Pembangunan. Namun sejak tahun 2000 defisit anggaran pemerintah ditutupi
dengan pinjaman dari dalam negeri dan dari luar negeri. Definisi defisit anggaran
Berdasar Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003,
adalah selisih kurang antara pendapatan negara dan belanja negara dalam tahun
anggaran yang sama.
Dalam penyusunan APBN biasanya diadakan pada dua pilihan, antara
kebijakan defisit atau surplus. Kebijakan defisit menjadi pilihan ketika tujuan
makro ekonomi dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, sehingga pemerintah lebih banyak melakukan pengeluaran (ekspansif).
Tetapi sebaliknya jika tujuan anggaran adalah mengendalikan laju pertumbuhan
ekonomi maka pemerintah akan mengurangi pengeluarannya (kontraktif).
Bagi Indonesia, berdasarkan sejarah kebijakan APBN-nya bahwa
kebijakan defisit mempunyai hubungan dengan rezim kekuasaan. Dengan defisit
memberikan konsekuensi tekanan berat dalam APBN, yaitu lewat pembayaran
bunga cicilan. Akibat kebijakan defisit juga APBN menjadi sensitif terhadap
kondisi makro ekonomi.
Untuk menutupi anggaran belanja negara yang lebih besar daripada
anggaran pendapatan, pemerintah akan menggunakan kekuasaannya untuk
membuat kebijakan dan memeperoleh sumber pendanaan baik dari luar negeri
maupun dalam negeri. Pemerintah pemerintah akan memanfaatkan sumber –
sumber pembiayaan utang dan nonutang. Pembiayaan utang bersumber dari SBN,
pinjaman luar negeri, dan pinjaman dalam negeri. Sedangkan pembiayaan
nonutang bersumber dari penerimaan cicilan pengembalian, hibah dan hasil dari
pengelolaan aset.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(miliar rupiah), 2012-2015
Rincian
(1)
Pendapatan dan Hibah
Penerimaan Dalam Negeri
Penerimaan pajak
Pajak dalam negeri
Pajak perdagangan internasional
Penerimaan bukan pajak
2012
(7)
2013
(8)
2014
(9)
1 667
1311387
1529673
141
1 665
1310562
1525189
781
1 280
1032570
1192994
389
1 226
989637
42933
277992
1134289
58705
332195
474
53 915
385
392
225
Penerimaan sumber daya alam
Bagian laba BUMN
Penerimaan bukan pajak lainnya
Pendapatan Badan Layanan Umum
177264
28001
53492
197205
33500
77991
955
40 000
94 088
19235
825
23499
4484
25 349
1 360
184249
1435407
1683011
5
124994
Pengeluaran Pemerintah Pusat
Belanja pegawai
Belanja barang
Belanja modal
Pembayaran bunga utang
Subsidi
Subsidi BBM
Subsidi non BBM
Belanja hibah
Bantuan sosial
Belanja lainnya
Pengeluaran untuk Daerah
Transfer ke Daerah
Dana perimbangan
Dana bagi hasil
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus
Dana otonomi khusus dan penyeimbang
Dana Desa
Keseimbangan Primer
964997
215862
188002
151975
122217
208850
168560
40290
1797
47764
28530
470410
399986
100055
273815
26116
70424
–
-1802
1154381
241606
200735
184364
113244
317219
274743
42476
3621
73609
19983
528630
528630
444798
101962
311139
31697
83832
–
-40094
3
637842
612101
–
–
–
–
–
–
–
–
592552
592552
487931
113712
341219
33000
104621
–
-54,069
-
Surplus/Defisit Anggaran
Pembiayaan Bersih
Pembiayaan Dalam Negeri
Perbankan dalam negeri
Nonperbankan dalam negeri
Pembiayaan Luar Negeri
Pinjaman bruto luar negeri
Penerusan pinjaman
Pembayaran cicilan pokok utang luar
-124020
124020
125912
8947
116965
-1892
54282
-8914
-153338
153338
172792
14307
158485
-19454
45919
-6968
175,354
175354
196258
4398
191860
-20,904
39132
-1,226
-47260
-58405
-58,81
(BLU)
Hibah
Pengeluaran
negeri
Sumber: Kementerian Keuangan
Data 2014 dan 2015 dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia 2015.
Data diatas merupakan cuplikan data alokasi anggaran 4 tahun terakhir.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa pada 2 tahun terakhir terdapat
beberapa perbedaan pemberian alokasi anggaran yang cukup signifikan. Sejak
2014 dilakukan pengurangan secara besar – besaran pada beberapa sektor
pengeluaran pemerintah pusat khususnya subsidi. Disisi lain pemerintah
cenderung menginvestasikan dananya untuk pengeluaran daerah. Harapannya
pengalokasian APBN untuk daerah dapat meningkatkan infrastruktur dan
pembangunan daerah.
Penerapan anggaran defisit yang diterapkan pemerintah Indonesia
ditujukan untuk dapat mengalokasikan pengeluarannya pada pos – pos tertentu
sehingga pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan meningkat pada
beberapa tahun terakhir sepertinya sempat membuat penurunan daya beli
masyarakat. Hal ini dapat disebabkan karena dilakukannya penghapusan total
pada dana subsidi sehingga meningkatkan harga barang dan secara langsung
menurunkan tingkat daya beli masyarakat.
Meskipun demikian dampak perekonomian global juga menjadi pemicu
turunnya daya beli masyarakat.
Konsumsi Rata-Rata per Kapita Seminggu Beberapa Macam
Bahan Makanan Penting, 2007-2014
Jenis Bahan Makanan
Beras lokal/ketan
Jagung basah dengan kulit
Jagung pocelan/pipilan
Ketela pohon
Ketela rambat
Gaplek
2010
2011
2012
2013
2014
1,62
1,733
1,721
1,675
1,642
6
0,01
0,018
0,012
0,011
0,011
3
0,02
0,030
0,023
0,029
0,025
3
0,06
0,097
0,044
0,001
0,111
0,055
0,002
0,069
0,045
0,002
0,067
0,045
0,001
6
0,05
0,00
Ikan dan udang segar 1
Ikan dan udang diawetkan
Daging sapi/kerbau
Daging ayam ras/kampung
Telur ayam ras/kampung 2
Telur itik/manila/asin
Susu kental manis
Susu bubuk kaleng manis
Bawang merah
Bawang putih
Cabe merah
Cabe rawit
Kacang kedelai
Tahu
Tempe
2
0,27
0,271
0,282
0,259
0,263
4
0,42
0,451
0,486
0,471
0,431
9
0,00
0,007
0,009
0,007
0,005
5
0,08
0,080
0,083
0,076
0,078
6
0,17
0,200
0,199
0,178
0,169
1
0,04
0,077
0,080
0,068
0,055
7
0,05
0,064
0,063
0,052
0,058
9
0,04
0,023
0,040
0,018
0,025
3
0,47
0,485
0,260
0,293
0,453
0,259
0,287
0,530
0,307
0,317
0,396
0,231
0,273
7
0,3
0,28
0,24
0,249
0,001
0,232
0,001
0,269
0,001
0,244
0,001
2
0
0,13
0,134
0,142
0,134
0,135
6
0,13
0,133
0,140
0,136
0,136
3
0,20
0,195
0,195
0,205
0,197
5
0,11
0,159
0,143
0,133
0,117
5
1,22
1,475
1,416
1,242
1,275
9
0,09
0,142
0,139
0,102
0,105
9
Minyak kelapa/jagung/goreng
lainnya
Kelapa
Gula pasir
Gula merah
Catatan:
1
Ikan segar meliputi ikan darat, laut, dan udang
2
Satu butir telur ayam kampung diperkirakan beratnya sebesar
0,05 kg
Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Triwulan I-2013 dan Triwulan I-2014, BPS
Sumber : Publikasi Statistik Indonesia
Berdasarkan data diatas, terjadi penurunan beberapa barang komoditi pada
tahun – tahun terakhir. Daya beli masyarakat menurun pada beberapa tahun
terakhir. Meskipun demikian, penurunan ini tidak terlihat signifikan, karena
pemerintah menerapkan kebijakan disektor lain yang dapat meningkatkan daya
beli masyarakat seperti penerapan beberapa paket kebijakan yang salahsatunya
digunakan untuk mempertahankan daya beli masyarakat, peningkatan PTKP pajak
per 2015 sehingga masyarakat menengah – bawah dapat meningkatkan
pendapatan. Harapan pemerataan ekonomi pun dapat tercapai.
2.3 Dampak Defisit Anggaran Terhadap Tingkat Investasi
(Oleh : Lila Kondi Dabutar, 12030113120016)
Pemerintah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan investasi guna
mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan Investasi adalah kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan fiskal
yang ekspansif dinilai dapat mendorong investasi melalui peningkatan
peningkatkan
Agregat
Demand
(permintaan Agregat).
Kebijakan
fiskal
pemerintah tersebut tertuang dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara). APBN memuat tentang keseluruhan penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. APBN disusun berdasarkan perkiraan kemampuan pemerintah dalam
menghimpun pendapatan negara. Dalam perkiraan tersebut ada dua hal yang
kemungkinan bisa terjadi yaitu surplus atau defisit anggaran. Defisit Anggaran
terjadi bila total pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaan. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003,
defisit anggaran pemerintah adalah selisih kurang antara pendapatan negara dan
belanja negara dalam tahun anggaran yang sama. Dan terjadi surplus anggaran
apabila sebaliknya yaitu penerimaan negara lebih besar dari belanja.
Pada kenyataannya kondisi ABPN di Indonesia dari tahun 1990 sampai
2012 cenderung mengalami defisit anggaran yang terus meningkat. Sebenarnya
jika dilihat pada periode tahun 1990 sampai dengan 1997, defisit APBN
cenderung stabil. Pada periode tersebut pemerintah mencoba untuk menetapkan
balance budget. Akan tetapi tahun 1998 mulai terjadi defisit yang cukup
signifikan. Hal ini dikarenakan pada tahun 1998 adalah periode jatuhnya tempo
pembayaran bunga dan cicilan hutang pemerintah, yang didominasi oleh utang
luar negeri kemudian disusul dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Pada saat krisis tersebut Pemerintah harus melakukan kebijakan ekspansi fiskal.
Hal ini dikarenakan lemahnya permintaan pada saat terjadi krisis ekonomi.
Dengan melakukan kebijakan ekspansi fiskal maka pemerintah mengharapkan
dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang menurun tersebut. Periode
berikutnya setetelah terjadi kiris ekonomi yang melanda Indonesia, defisit
anggaran mangalami fluktuatif pada periode tahun 1999 sampai tahun 2005. Pada
masa itu pemerintah masih menyesuaikan dengan keadaan ekonomi pasca krisis,
apakah mengambil kebijakan ekspansi atau kontraksi. Kemudian pada periode
2006 sampai 2012 APBN selalu mengalami defisit anggaran. Walaupun
penerimaan pemerintah cenderung meningkat, akan tetapi pengeluaran pemerintah
terlebih untuk pembayaran cicilan utang dan bunga serta subsidi masih lebih besar
jumlahnya. Mulai tahun 2006 defsit anggaran dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan. Bahkan pada tahun 2012 defisit APBN Indonesia telah
mencapai angka 190.105 Milyar.
Menurut J.M Keynes Kebijakan fiskal yang ekspansif dinilai dapat
mendorong investasi melalui peningkatan peningkatkan Agregat Demand
(permintaan Agregat). Keynes berpendapat peningkatan permintaan agregat
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan investasi dan selanjutnya akan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Keynes hal ini dikarenakan dengan
adanya kebijakan fiskal ekspansif dari pemerintah akan meningkatkan daya beli
daya beli masyarakat. Dengan meningkatnya daya beli masyarakat maka akan
meningkatkan jumlah permintaan yang pada akhirnya mendorong peningkatan
produksi.
BAB III
KESIMPULAN
Defisit anggaran merupakan anggaran yang memang direncanakan untuk
defisit, karena budget constraint, pengeluaran pemerintah direncanakan lebih
besar dari penerimaan pemerintah. Defisit anggaran mempengaruhi daya beli
masyarakat suatu negara melalui mekanisme suku bunga yang meningkat. Ketika
terjadi defisit anggaran terjadi ditandai kurangnya pembiayaan pengeluaran
negara karena kurangnya penerimaannya yang berasal dari pajak. Untuk itu,
negara berupaya menggunakan kebijakannya terutama meningkatkan suku bunga
bank. Dengan meningkatnya tingkat bunga, investasi dalam negeri akan menurun,
yang berarti peluang modal asing cenderung masuk mengalir ke dalam negeri
untuk memenuhi kebutuhan investasi dalam negeri. Apabila ini terjadi, maka
defisit anggaran mempunyai dua dampak yang berkaitan, yaitu : pertama, defisit
anggaran akan meningkatkan harga karena subsidi dihapuskan; kedua, dengan
tingginya harga membuat daya beli masyarakat melemah.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 28 No. 2 November 2015 Agustinus Bata
Simi Suhadak Raden Rustam Hidayat Fakultas Ilmu Administrasi
Indraprayoga 2006 IPB
Elfidiono. Analisis Dampak Defisit Anggaran Terhadap Investasi Dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia: Studi Kasus Tahun 1990 – 2011.
Universitas Brawijaya:Malang.
Pramuaji, Teguh. 2008. Analisis Dampak Defisit Anggaran Terhadap Ekonomi
Makro Di Indonesia (Tahun 1993 -2007). Universitas Diponegoro:
Semarang.
Izzamafruhah. “Pengantar Ekonomi Makro”. 3 Maret 2016.
https://izzamafruhah.files.wordpress.com/2013/01/pengantar-ekonomimakro-babvii.pdf
Dokumen.tips. “Makalah Defisit Anggaran Negara”. 3 Maret 2016
http://dokumen.tips/documents/makalah-defisit-anggaran-negara.html
https://core.ac.uk/download/files/379/11717596.pdf
Bi.go.id. “Jurnal Ekonomi”. 3 Maret 2016.
http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnalekonomi/Documents/da1e1492027740468a61cb5bcf321ff9fdampakmon1.p
df lampirkan
Wikipedia.com. “Suku Bunga”. 3 Maret 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bunga
Seputarforex.com. “Artikel Ekonomi”. 3 Maret 2016.
http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=122127&
Qudsiy, Nadhiva. “Ekonomi Moneter Teori Suku Bunga”. 3 Maret 2016.
http://nadhivaqudsiy.blogspot.co.id/2015/03/ekonomi-moneter-teori-sukubunga.html
Kajianpustaka.com. “Teori Suku Bunga”. 3 Maret 2016.
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/teori-suku-bunga.html
Ismail, Alim. “Teori Ekonomi Makro Perekonomian Terbuka”. 3 Maret 2016.
http://alimismail.students.uii.ac.id/2014/06/03/teori-ekonomi-makroperekonomian-terbuka/
Unair.ac.id. “Journal Ekonomi”. 3 Maret 2016.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-admp73df7f120efull.pdf
lampirkan
Yogy. “Suku Bunga dan Defisit Anggaran”. 3 Maret 2016.
https://aeyogy.wordpress.com/tag/suku-bunga-dan-defisit-anggaran/
Sukardi. “Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional”. 17 Maret
2016
http://dokumen.tips/documents/beberapa-factor-yang-mempengaruhidaya-beli-masyarakat-yaitu.html
Handayani, Retno. “Dampak Defisit Anggaran Terhadap Ekonomi Makro”. 17
Maret 2016
https://itsmysimple.files.wordpress.com/2011/10/h0810099-retnohandayani.docx
Lubis, Abu Saman.”Defisit Anggaran dan Implikasinya”. 17 Maret 2016
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggarandan-perbendaharaan/20920-defisit-anggaran-dan-implikasinya
Algifari.”Pengaruh Defisit Anggaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia”. 16 Maret 20116
www.stieykpn.ac.id/images/artikel/riset%20defisit%20artikel.docx
https://www.bps.go.id
www.bappenas.go.id
Lampiran
Defisit Anggaran Jadi 1,9 Persen Pada APBN-P 2015
Jakarta, 16/02/2015 Kemenkeu - Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan (APBN-P) yang telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) pada Jumat (13/2) lalu, pemerintah menargetkan dapat menekan defisit
anggaran hingga 1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau sebesar
Rp222,5 triliun.
Angka tersebut mengalami penurunan sebesar Rp23,4 triliun jika dibandingkan
target defisit anggaran dalam APBN 2015 yang sebesar Rp245,9 triliun, atau 2,21
persen dari PDB. Pemerintah berharap, penurunan target defisit anggaran tersebut
dapat memberikan efek positif bagi perekonomian Indonesia.
“Penurunan defisit anggaran tersebut diharapkan dapat memberikan signal positif
bagi masyarakat, para pemangku kepentingan dan pelaku usaha, baik di dalam
maupun luar negeri,” demikian ungkap Menteri Keuangan Bambang P.S.
Brodjonegoro dalam rapat paripurna pengesahan Rancangan Undang-Undang
(RUU) APBN-P 2015 menjadi undang-undang pada Jumat (13/2).
Penurun target defisit anggaran tersebut tidak lepas dari postur pendapatan dan
belanja negara yang ditetapkan dalam APBN-P 2015. “Postur APBN-P dimana
pendapatan negara dan hibah sebesar Rp1.761,6 triliun, belanja negara Rp1.984,1
triliun,” ungkap Menkeu. Ia merinci, anggaran belanja tersebut terdiri atas belanja
pemerintah pusat sebesar Rp1.319,5 triliun dan transfer ke daerah, termasuk dana
desa sebesar Rp664,6 triliun.
Lebih lanjut Menkeu mengungkapkan bahwa pemerintah telah mengusulkan
beberapa kebijakan, seperti realokasi belanja kurang produktif kepada
pengeluaran yang lebih produktif, termasuk juga dukungan pada Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dalam pembangunan infrastruktur, serta defisit yang tetap
terjaga pada level yang sehat.
“Pada akhirnya kita harapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia, sehingga tingkat kesejahteraan
atau target pembangunan yang sudah disepakati bisa dicapai dengan baik,”
jelasnya.(nv)
PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Dosen Pengampu :
Drs. H. Edy Yusuf Agung Gunanto, M.Sc P.hD
Disusun Oleh :
Lila Kondi Dabutar
12030113120016
Ulul Ambiya
12030113130184
Agisa Alessandra
12030113130214
Kelas : E
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Anggaran negara merupakan salah satu alat politik fiskal untuk
mempengaruhi arah dan percepatan pendapatan nasional. Adapun mengenai
anggaran yang akan digunakan tergantung pada keadaan ekonomi yang dihadapi.
Dalam keadaan ekonomi yang normal dipergunakan anggaran negara yang
seimbang, dalam keadaan ekonomi yang deflasi dipergunakan anggaran negara
yang defisit dan sebaliknya dalam keadaan ekonomi yang inflasi dipergunakan
anggaran negara yang surplus.
Dalam penyusunan anggaran dikenal adanya surplus anggaran dan defisit
anggaran. Surplus anggaran adalah kelebihan penerimaan pemerintah dari total
pengeluarannya termasuk untuk belanja barang dan jasa serta transfer payment.
Sedangkan defisit anggaran mempunyai makna sebaliknya. Pengaruh defisit
anggaran terhadap perekonomian merupakan isu yang sangat kontroversial dan
selalu menarik untuk dibicarakan. Secara teoritik ada tiga kelompok yang
mempunyai jawaban berbeda atas permasalahan tersebut.
1. Teori Ricardian Equivalence (RE)
Kelompok pertama, yakni kaum Ricardian, dengan teorinya Ricardian
Equivalence (RE) berpendapat bahwa defisit anggaran tidak akan mempunyai
pengaruh apa-apa terhadap perekonomian. Teori ini berasal dari David Ricardo’s
Funding System dan dikemukakan kembali oleh Robbert Barro (1974) sehingga
sering diberi nama Ricardo-Barro Preposition. Preposisi Ricardo Barro
berlandaskan pada asumsi: intergenerational altruism atau immortality, perfect
capital markets, lump sum taxation, dan kondisi bahwa tingkat utang tidak lebih
tinggi daripada pertumbuhan ekonomi. Inti dari preposisi ini menyatakan bahwa
pembiayaan defisit anggaran pemerintah dan utang pemerintah berdampak netral
terhadap aktifitas ekonomi (Blancard, 2000).
2.
Kelompok Neoklasik
Kelompok kedua adalah kelompok neoklasik. Mereka berpendapat bahwa
setiap individu mempunyai informasi yang cukup sehingga mereka dapat
merencanakan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran akan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (miliar rupiah), 2007-2015
Rincian
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
723058
781354
985725
949656
1104902
1311387
1529673
1 667 141
1 793 589
720389
779214
984786
948149
1101162
1310562
1525189
1 665 781
1 790 333
Pendapatan dan Hibah
Penerimaan Dalam
Negeri
Penerimaan pajak
Pajak dalam
negeri
Pajak
perdagangan
internasional
Penerimaan bukan
pajak
Penerimaan
sumber daya
alam
Bagian laba
BUMN
Penerimaan
bukan pajak
lainnya
Pendapatan
Badan
Layanan
Umum (BLU)
Hibah
Pengeluaran
Pengeluaran
Pemerintah Pusat
Belanja pegawai
Belanja barang
Belanja modal
Pembayaran bunga
utang
Subsidi
Subsidi BBM
Subsidi non
BBM
Belanja hibah
Bantuan sosial
Belanja lainnya
Pengeluaran untuk
Daerah
Transfer ke
Daerah
Dana perimbangan
Dana bagi
hasil
Dana alokasi
umum
Dana alokasi
khusus
Dana otonomi
khusus dan
penyeimbang
Dana Desa
Keseimbangan Primer
Surplus/Defisit Anggaran
Pembiayaan Bersih
Pembiayaan Dalam
Negeri
Perbankan
dalam negeri
Nonperbankan
dalam negeri
Pembiayaan Luar
Negeri
Pinjaman
bruto luar
negeri
Penerusan
pinjaman
Pembayaran
cicilan pokok
utang luar
negeri
509462
591978
725843
850255
1032570 waktu
1192994
1 280 389Defisit
1 379anggaran
992
meningkatkan
tingkat742738
konsumsi
sepanjang
hidupnya.
494592
569972
697347
827246
226 474
meningkatkan
tingkat715535
konsumsi
dalam989637
jangka1134289
panjang1 dengan
pajak 22006
untuk
14870
digunakan,
210927
187236
akan
1 328membebankan
488
cara
generasi
berikutnya.
seluruh58705
sumber 53daya
penuh dapat
28496
27203
23009 Jika42933
915 secara
51 504
maka
konsumsi
akan332195
menurunkan
tabungan dan
258944 peningkatan
205411
250907
277992
385 392 tingkat
410 341
suku bunga akan meningkat. Peningkatan suku bunga akan mendorong
146257
126203
173496
132030
163119
177264
197205
225 955
254 270
19100
23404
30794
24000
27590
28001
33500
40 000
44 000
permintaan investasi swasta menurun, sehingga kaum Neoklasik menyimpulkan
bahwa dalam kondisi kesempatan kerja penuh, defisit anggaran yang permanen
45570
37629
49211
39894
45167
53492
77991
94 088
89 824
akan menyebabkan
investasi
swasta
tergusur
(crowding-out).
Secara
umum kaum
Neoklasik berpendapat bahwa defisit anggaran akan merugikan perekonomiaan.
3.
–
2669
763571
5093
5442
9487
Kelompok
Keynesian
2140
939
1507
854660
1037067
Kelompok
15031
19235
23499
25 349
22 247
3740
825
4484
1 360
3 256
1047666adalah
1229558
1435407
1683011
2039483
ketiga
kaum
Keynesian
yang1842495
berpendapat
bahwa defisit
504776
573431 mempengaruhi
716376
725243 perekonomian.
836578
964997Kelompok
1154381
1249943
1392442
anggaran
Keynesian
mengasumsikan
101202
128169
143556
160364
180825
215862
241606
637842
647310
72186
52397
77688
107090
137850
188002
200735
612101
745132
bahwa pelaku ekonomi mempunyai pandangan jangka pendek (myopic),
hubungan
73130
101539
antar
generasi
erat, serta
semua pasar
posisi
93802
82176tidak
135854
151975 tidak
184364
– selalu dalam
–
85087
91366
101658
keseimbangan.
Salah115595
satu
115209
122217
113244
–
– kerja dan
ketidakseimbangan
terjadi di pasar
tenaga
102924
97875
166701
157820
187624
208850
317219
–
–
61838
45807
103568
106527
136614
168560
274743
–
–
dalam perekonomian selalu terjadi pengangguran. Menurut kaum Keynesian,
defisit52068
anggaran
akan 51293
menigkatkan
pendapatan
dan kesejahteraan
serta
konsumsi
41086
63133
51010
40290
42476
–
–
–
–
–
7192
1797yang dibiayai
3621
–
–
pada
giliran
berikutnya.
Defisit 771
anggaran
utang,
yang berarti
beban
51409
67402
67848
64291
63184
47764
73609
–
–
18838
34683
65123
30715
15261
28530
19983
–
–
258795
281229
320691
322423
392980
470410
528630
592552
647041
pajak pada masa sekarang relatif menjadi lebih ringan, akan menyebabkan
peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Peningkatan pendapatan yang
siap dibelanjakan akan meningkatkan konsumsi
dan592552
sisi permintaaan
secara
528630
637975
250343
266780
296952
keseluruhan.
Jika
68462
66071
peningkatan
85719
sisi
306023
334324 belum
399986 dalam
444798 kondisi
487931 kesempatan
516401
perekonomian
penuh,
81405
83558
101962
113712
127692selanjutnya
permintaan
akan100055
mendorong
produksi
dan
164787
179507
186414
203485
225533
273815
311139
341219
352888
peningkatan
pendapatan
nasional.
Pada periode
selanjutnya,
peningkatan
17094
21202
24819
21133
25233
26116
31697
33000
35821
pendapatan nasional akan mendorong perekonomian melalui efek multiplier
Keynesian.
8452
14449
Karena
defisit 58656
anggaran
konsumsi
dan tingkat
23739
16400
70424meningkatkan
83832
104621
121574
–
–
–
–
–
–
–
–
9066
pendapatan
sekaligus,
tingkat
tabungan
dan
akumulasi
kapital
juga
meningkat.
44574
18060
50316
17585
-9447
-1802
-40094
-54.069
-93926
40513
51342
98010
124656
124020
pendek73306
akan menguntungkan
perekonomian.
153338
175354
245895
55068
89975
60790
107891
125266
125912
172792
196258
269710
12962
300
16629
7129
12657
8947
14307
4398
4468
42106
89675
44161
100762
112609
116965
158485
191860
265242
-14555
-16669
-9448
-9881
-610
-1892
-19454
-20.904
-23815
40275
42989
52161
57606
58933
54282
45919
39132
47037
–
–
–
-8644
-11725
-8914
-6968
-1.226
-4319
-54830
-59658
-61609
-58843
-47818
-47260
-58405
-58.81
-66533
Menurut
kaum
Keynesian
secara
keseluruhan,
defisit
anggaran
dalam jangka
-73306
-51342
-98010
-124656
-124020
-153338
-175.354
-245895
-40513
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan defisit anggaran dengan tingkat suku bunga di
Indonesia?
2. Bagaimana hubungan defisit anggaran dengan daya beli masyarakat?
3. Bagaimana hubungan defisit anggaran dengan tingkat investasi di
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Defisit Anggaran Terhadap Tingkat Suku Bunga
(Oleh: Ulul Ambiya, 12030113130184)
Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Adapun jumlah pinjamannya
disebut pokok utang (principal), sedangkan persentase dari pokok utang yang
dibayarkan sebagai imbal jasa ( bunga ) dalam suatu periode tertentu disebut suku
bunga. Tingkat suku bunga biasanya dinyatakan dalam persen (%) untuk jangka
waktu tertentu. Berdasarkan pengertiannya dalam dunia perbankan, suku bunga
bisa diartikan menjadi dua:
1. Suku bunga simpanan, merupakan tingkat bunga yang diberikan
bank sebagai balas jasa karena nasabah mempercayakan uangnya
untuk disimpan atau ditabung pada bank yang bersangkutan.
2. Suku bunga pinjaman, merupakan tingkat suku bunga yang
dikenakan oleh bank kepada kreditor yang meminjam uang dari
bank.
Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari
pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu.
Tingkat suku bunga akan berfluktuasi sehingga berpengaruh pada keinginan
masyarakat untuk meminjam uang di bank. Semakin rendah suku bunga maka
semakin tinggi keinginan masyarakat untuk meminjam uang di bank. Artinya pada
tingkat suku bunga rendah, masyarakat akan lebih terdorong untuk meminjam
uang di bank untuk
memenuhi kebutuhannya. Adapun fungsi suku bunga
menurut Sunariyah (2004:81) adalah :
Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan.
Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah
uang beredar..
Faktor–faktor yang memengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga pinjaman
dan suku bunga simpanan adalah sebagai berikut :
Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana sementara pemohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat
terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga
simpanan secara otomatis akan meningkatkan bunga pinjaman.
Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan maka disamping faktor promosi,
yang paling utama pihak perbankan harus memerhatikan pesaing. Dalam
arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka jika hendak
membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan diatas
bunga pesaing misalnya 18%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman
harus berada dibawa bunga pesaing.
Kebijakan pemerintah
Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh melebihi bunga
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Harga laba yang diinginkan
Sesuai dengan target yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar
maka bunga akan besar dan sebaliknya.
Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka semakin tinggi bunganya,
hal ini disebabkan besar kemungkinan risiko dimasa akan datang.
Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan dan sebaliknya.
Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena
biasanya perusahaan yang bonafid kemungknan risiko macet
kredit
dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
Produk yang kompetitif
Produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran.
Hubungan baik.
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer)
dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan keaktifan dan
loyalitas nasabah yang bersangkutan dengan pihak bank. Nasabah utama
biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga
dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
Teori Suku Bunga
1.
Teori Klasik
Menurut Teori Klasik, teori tingkat suku bunga merupakan teori
permintaan penawaran terhadap tabungan. Teori ini membahas tingkat suku
bunga sebagai suatu faktor pengimbang antara permintaan dan penawaran
daripada investable fund yang bersumber dari tabungan.
2.
Teori Keynessian, Preferensi Liquiditas
Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori liquidity
prefence. Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan
fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi di pasar uang. Artinya
tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang.
Gambar (a) menunjukkan uang kas diperlukan untuk setiap tingkat pendapatan,
berapapun tingkat suku bunga yang berlaku nilai MT dan MP tidak elastis
terhadap perubahan tingkat suku bunga. Pada gambar (b) permintaan uang untuk
spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga, yaitu:
Apabila tingkat bunga tinggi permintaan rendah karena orang lebih suka
memegang surat berharga seperti obligasi daripada memegang uang.
Sebagai contoh, pada r0 permintaan uang pada spekulasi adalah sebanyak
MS1 semakin menurun tingkat bunga semakin banyak permintaan uang
untuk spekulasi karena orang lebih suka memegang uang daripada
obligasi. Sebaliknya MSp elastis terhadap perubahan tingkat suku bunga
dan mempunyai hubungan yang negatif.
Sebagaimana sudah dikemukakan pada bagian terdahulu, hubungan antara
tingkat suku bunga dan tingkat harga berbanding terbalik. Jika tingkat suku bunga
meningkat, maka surat-surat berharga akan turun demikian pula sebaliknya.
Karena itu pada tingkat suku bunga yang sangat rendah, orang akan cenderung
memegang uang kas daripada surat-surat berharga. Seandainya jumlah uang
beredar bertambah besar, orang akan cenderung tetap memilih memegang uang
kas. Keadaan seperti ini disebut perangkap liquiditas (liquidity trap) sebab semua
uang kas terperangkap ditangan untuk menghindari kerugian dan tidak akan
beredar sebagai uang aktif.
Dalam teori Keynes menjelaskan bahwa permintaan uang dipengaruhi oleh
suku bunga ( i ), harga(P), dan kuantitas barang(Q). Selanjutnya, bila permintaan
uang naik maka investasi akan berkurang, dan selanjutnya berkurangnya investasi
akan mengakibatkan permintaan agregat berkurang.
Pengaruh defisit anggaran terhadap suku bunga
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2003, defisit anggaran pemerintah adalah selisih kurang antara pendapatan
negara dan belanja negara dalam tahun anggaran yang sama. Dan terjadi surplus
anggaran apabila sebaliknya yaitu penerimaan negara lebih besar dari belanja.
Defisit anggaran ditandai dengan kurangnya pembiayaan pengeluaran negara
karena kurangnya penerimaannya yang berasal dari pajak.
BI Rate
(Berdasarkan hasil dari Rapat Dewan
Gubernur)
Tanggal
BI
Siaran Pers
Rate
17 Maret 2016 6.75 %
Pranala Siaran
Pers
18 Februari
2016
7.00 %
Pranala Siaran
Pers
14 Januari 2016 7.25 %
Pranala Siaran
Pers
17 Desember
2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
17 Nopember
2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
15 Oktober
2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
17 September
Pranala Siaran
7.50 %
2015
Pers
18 Agustus
2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
14 Juli 2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
18 Juni 2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
19 Mei 2015
7.50 % Pranala Siaran
Pers
14 April 2015 7.50 %
Pranala Siaran
Pers
17 Maret 2015 7.50 %
Pranala Siaran
Pers
17 Februari
2015
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
15 Januari 2015 7.75 %
Pranala Siaran
Pers
11 Desember
2014
7.75 %
Pranala Siaran
Pers
18 Nopember
2014
7.75 %
Pranala Siaran
Pers
13 Nopember
2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
7 Oktober 2014 7.50 %
Pranala Siaran
Pers
11 September
2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
14 Agustus
2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
10 Juli 2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
12 Juni 2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
8 Mei 2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
8 April 2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
13 Maret 2014 7.50 %
Pranala Siaran
Pers
13 Februari
2014
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
9 Januari 2014 7.50 %
Pranala Siaran
Pers
12 Desember
2013
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
12 Nopember
2013
7.50 %
Pranala Siaran
Pers
8 Oktober 2013 7.25 %
Pranala Siaran
Pers
12 September
Pranala Siaran
7.25 %
2013
Pers
29 Agustus
2013
15 Agustus
2013
7.00 %
Pranala Siaran
Pers
6.50 % Pranala Siaran
Pers
11 Juli 2013
6.50 %
Pranala Siaran
Pers
13 Juni 2013
6.00 %
Pranala Siaran
Pers
14 Mei 2013
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
11 April 2013
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
7 Maret 2013
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
12 Februari
2013
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
10 Januari 2013 5.75 %
Pranala Siaran
Pers
11 Desember
2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
8 Nopember
2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
11 Oktober
2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
13 September
Pranala Siaran
5.75 %
2012
Pers
9 Agustus 2012 5.75 %
Pranala Siaran
Pers
12 Juli 2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
12 Juni 2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
10 Mei 2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
12 April 2012 5.75 %
Pranala Siaran
Pers
8 Maret 2012
5.75 %
Pranala Siaran
Pers
9 Februari 2012 5.75 %
Pranala Siaran
Pers
12 Januari 2012 6.00 %
Pranala Siaran
Pers
Dalam studi empiris yang dilakukan R Maryatmo (2004), dimana
menghasilkan kesimpulan bahwa defisit anggaran akan mempengaruhi tingkat
suku bunga. Fokus penelitiannya adalah membuktikan dan mensimulasikan
pengaruh kebijakan defisit anggaran terhadap perubahan suku bunga, kurs, dan
tingkat harga. Dalam persamaan struktural, pengaruh defisit anggaran bersifat
tidak langsung terhadap ketiga variabel moneter tersebut. Secara deskriptif dapat
dijelaskan bahwa pengaruh defisit anggaran terhadap variable moneter dapat
melalui dua jalur. Transmisi pengaruh itu melalui jalur sektor riil dan jalur sektor
moneter. Melalui jalur moneter defisit anggaran akan mempengaruhi jumlah uang
beredar. Sedangkan defisit anggaran akan mempengaruhi sektor riil melalui
pengeluaran dan penerimaan pemerintah dan selanjutnya mempengaruhi
permintaan agregat. Pengaruh defisit anggaran terhadap jumlah uang beredar
adalah karena sumber pendanaan. Defisit anggaran yang didanai dari utang luar
negeri
yang
dirupiahkan
akan
meningkatkan
uang
inti
dan
akhirnya
mempengaruhi jumlah uang beredar. Defisit anggaran akan mempengaruhi
variabel moneter juga melalui perubahan permintaan agregat. Defisit anggaran
berarti perubahan pengeluaran pemerintah dan atau perubahan pendapatan yang
siap dibelanjakan, yang juga berarti perubahan permintaan agregat. Untuk melihat
dampak berbagai skenario kebijakan defisit anggaran terhadap variabel moneter
akan ditampilkan contoh dampak kebijakan defisit anggaran terhadap suku bunga.
Defisit yang terjadi pada anggaran pemerintah berarti pemerintah
melakukan kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif. Pengeluaran pemerintah yang
terjadi saat ini untuk membiayai proyek yang menggunakan daya sangat besar,
misalnya membangun infrastruktur, akan menghasilkan output dalam waktu yang
relatif lama, sementara saat ini pemerintah sudah mengeluarkan yang antara lain
untuk membayar upah buruh. Hal ini akan meningkatkan daya beli masyarakat
dan permintaan masyarakat terhadap output meningkat. Kenaikan permintaan
output tidak diimbangi dengan kenaikan penawaran akibat adanya time lag antara
pengeluaran
pemerintah
untuk
proyek
dengan
output
proyek
tersebut
mengakibatkan harga-harga naik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
defisit anggaran pendapatan dan belanja pemerintah berakibat meningkatnya laju
inflasi. Pada masa di mana perekonomian mengalami kenaikan harga (inflasi)
akan muncul usaha pemerintah atau bank sentral untuk menurunkan laju inflasi.
Kebijakan yang dipilih oleh bank sentral biasanya dengan menaikkan suku bunga.
Suku bunga merupakan salah satu faktor yang menentuan tinggi rendahnya
investasi, di samping faktor lain seperti regulasi pemerintah, keamanan, dan lainlainnya. Kenaikan suku bunga berdampak terhadap menurunnya gairah
perusahaan melakukan investasi. Menurunnya investasi akan mengurangi
kemampuan perekonomian menciptakan lapangan kerja dan pada akhirnya akan
menimbulkan pengangguran.
2.2 Dampak Defisit Anggaran Terhadap Daya Beli Masyarakat
(Oleh : Agisa Alessandra, 12030113130214)
Definisi daya beli adalah kemampuan membayar untuk memperoleh
barang yang dikehendaki atau diperlukan. Pengeluaran tidak perlu mengecil,
tetapi penerimaan yang mengecil tahun ini bisa ditutup dengan penerimaan yang
lebih besar dari tahun – tahun mendatang. Artinya, sebagian penerimaan dari
tahun ini merupakan utang yang harus ditutup oleh tahun – tahun mendatang.
Istilahnya adalah anggaran defisit/defisit anggaran. Dengan kata lain defisit
anggaran terjadi apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaanya lebih
besar
daripada
pengeluarannya..Faktor
yang
mempengaruhi daya
masyarakat yaitu:
1. Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga atau pikiran
yang telah disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi
pendapatan seseorang makin tinggi pula daya belinya dan semakin beraneka
ragam kebutuhan yang harus dipenuhi, dan sebaliknya.
2. Tingkat Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin
dipenuhinya. Contohnya seorang sarjana lebih membutuhkan computer
dibandingkan seseorang lulusan sekolah dasar.
beli
3. Tingkat Kebutuhan
Kebutuhan setiap orang berbbeda-beda. Seseorang yang tinggal di kota daya
belinya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tinggal di desa.4.
Kebiasaan Masyarakat
Di zaman yang serba modern muncul kecenderungan konsumerisme didalam
masyarakat. Penerapan pola hidup ekonomis yaitu dengan membeli b arang dan
jasa yang benar-benar dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah
meningkatkan kesejahteraan hidup.
5. Harga Barang
Jika harga barang naik maka daya beli konsumen cenderung menurun sedangkan
jika harga barang dan jasa turun maka daya beli konsumen akan naik. Hal ini
sesuai dengan hokum permintaan.
6. Mode
Barang-barang yang baru menjadi mode dalam masyarakat biasanya akan laku
keras di pasar sehingga konsumsi bertambah. Dengan demikian mode dapat
mempengaruhi konsumsi.
Pemerintah Indonesia selalu melaksanakan kebijakan anggaran defisit.
Pada masa pemerintahan Orde Baru secara konsep anggaran pemerintah
berimbang, namun secara substansi kebijakan anggaran yang ditempuh
pemerintah adalah defisit. Defisit anggaran belanja pemerintah pada masa
pemerintahan Orde Baru ditutupi dengan utang luar negeri yang dicatat dalam
Anggaran
Pendapatan
Belanja
Negara
(APBN)
sebagai
Penerimaan
Pembangunan. Namun sejak tahun 2000 defisit anggaran pemerintah ditutupi
dengan pinjaman dari dalam negeri dan dari luar negeri. Definisi defisit anggaran
Berdasar Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003,
adalah selisih kurang antara pendapatan negara dan belanja negara dalam tahun
anggaran yang sama.
Dalam penyusunan APBN biasanya diadakan pada dua pilihan, antara
kebijakan defisit atau surplus. Kebijakan defisit menjadi pilihan ketika tujuan
makro ekonomi dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, sehingga pemerintah lebih banyak melakukan pengeluaran (ekspansif).
Tetapi sebaliknya jika tujuan anggaran adalah mengendalikan laju pertumbuhan
ekonomi maka pemerintah akan mengurangi pengeluarannya (kontraktif).
Bagi Indonesia, berdasarkan sejarah kebijakan APBN-nya bahwa
kebijakan defisit mempunyai hubungan dengan rezim kekuasaan. Dengan defisit
memberikan konsekuensi tekanan berat dalam APBN, yaitu lewat pembayaran
bunga cicilan. Akibat kebijakan defisit juga APBN menjadi sensitif terhadap
kondisi makro ekonomi.
Untuk menutupi anggaran belanja negara yang lebih besar daripada
anggaran pendapatan, pemerintah akan menggunakan kekuasaannya untuk
membuat kebijakan dan memeperoleh sumber pendanaan baik dari luar negeri
maupun dalam negeri. Pemerintah pemerintah akan memanfaatkan sumber –
sumber pembiayaan utang dan nonutang. Pembiayaan utang bersumber dari SBN,
pinjaman luar negeri, dan pinjaman dalam negeri. Sedangkan pembiayaan
nonutang bersumber dari penerimaan cicilan pengembalian, hibah dan hasil dari
pengelolaan aset.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(miliar rupiah), 2012-2015
Rincian
(1)
Pendapatan dan Hibah
Penerimaan Dalam Negeri
Penerimaan pajak
Pajak dalam negeri
Pajak perdagangan internasional
Penerimaan bukan pajak
2012
(7)
2013
(8)
2014
(9)
1 667
1311387
1529673
141
1 665
1310562
1525189
781
1 280
1032570
1192994
389
1 226
989637
42933
277992
1134289
58705
332195
474
53 915
385
392
225
Penerimaan sumber daya alam
Bagian laba BUMN
Penerimaan bukan pajak lainnya
Pendapatan Badan Layanan Umum
177264
28001
53492
197205
33500
77991
955
40 000
94 088
19235
825
23499
4484
25 349
1 360
184249
1435407
1683011
5
124994
Pengeluaran Pemerintah Pusat
Belanja pegawai
Belanja barang
Belanja modal
Pembayaran bunga utang
Subsidi
Subsidi BBM
Subsidi non BBM
Belanja hibah
Bantuan sosial
Belanja lainnya
Pengeluaran untuk Daerah
Transfer ke Daerah
Dana perimbangan
Dana bagi hasil
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus
Dana otonomi khusus dan penyeimbang
Dana Desa
Keseimbangan Primer
964997
215862
188002
151975
122217
208850
168560
40290
1797
47764
28530
470410
399986
100055
273815
26116
70424
–
-1802
1154381
241606
200735
184364
113244
317219
274743
42476
3621
73609
19983
528630
528630
444798
101962
311139
31697
83832
–
-40094
3
637842
612101
–
–
–
–
–
–
–
–
592552
592552
487931
113712
341219
33000
104621
–
-54,069
-
Surplus/Defisit Anggaran
Pembiayaan Bersih
Pembiayaan Dalam Negeri
Perbankan dalam negeri
Nonperbankan dalam negeri
Pembiayaan Luar Negeri
Pinjaman bruto luar negeri
Penerusan pinjaman
Pembayaran cicilan pokok utang luar
-124020
124020
125912
8947
116965
-1892
54282
-8914
-153338
153338
172792
14307
158485
-19454
45919
-6968
175,354
175354
196258
4398
191860
-20,904
39132
-1,226
-47260
-58405
-58,81
(BLU)
Hibah
Pengeluaran
negeri
Sumber: Kementerian Keuangan
Data 2014 dan 2015 dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia 2015.
Data diatas merupakan cuplikan data alokasi anggaran 4 tahun terakhir.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa pada 2 tahun terakhir terdapat
beberapa perbedaan pemberian alokasi anggaran yang cukup signifikan. Sejak
2014 dilakukan pengurangan secara besar – besaran pada beberapa sektor
pengeluaran pemerintah pusat khususnya subsidi. Disisi lain pemerintah
cenderung menginvestasikan dananya untuk pengeluaran daerah. Harapannya
pengalokasian APBN untuk daerah dapat meningkatkan infrastruktur dan
pembangunan daerah.
Penerapan anggaran defisit yang diterapkan pemerintah Indonesia
ditujukan untuk dapat mengalokasikan pengeluarannya pada pos – pos tertentu
sehingga pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan meningkat pada
beberapa tahun terakhir sepertinya sempat membuat penurunan daya beli
masyarakat. Hal ini dapat disebabkan karena dilakukannya penghapusan total
pada dana subsidi sehingga meningkatkan harga barang dan secara langsung
menurunkan tingkat daya beli masyarakat.
Meskipun demikian dampak perekonomian global juga menjadi pemicu
turunnya daya beli masyarakat.
Konsumsi Rata-Rata per Kapita Seminggu Beberapa Macam
Bahan Makanan Penting, 2007-2014
Jenis Bahan Makanan
Beras lokal/ketan
Jagung basah dengan kulit
Jagung pocelan/pipilan
Ketela pohon
Ketela rambat
Gaplek
2010
2011
2012
2013
2014
1,62
1,733
1,721
1,675
1,642
6
0,01
0,018
0,012
0,011
0,011
3
0,02
0,030
0,023
0,029
0,025
3
0,06
0,097
0,044
0,001
0,111
0,055
0,002
0,069
0,045
0,002
0,067
0,045
0,001
6
0,05
0,00
Ikan dan udang segar 1
Ikan dan udang diawetkan
Daging sapi/kerbau
Daging ayam ras/kampung
Telur ayam ras/kampung 2
Telur itik/manila/asin
Susu kental manis
Susu bubuk kaleng manis
Bawang merah
Bawang putih
Cabe merah
Cabe rawit
Kacang kedelai
Tahu
Tempe
2
0,27
0,271
0,282
0,259
0,263
4
0,42
0,451
0,486
0,471
0,431
9
0,00
0,007
0,009
0,007
0,005
5
0,08
0,080
0,083
0,076
0,078
6
0,17
0,200
0,199
0,178
0,169
1
0,04
0,077
0,080
0,068
0,055
7
0,05
0,064
0,063
0,052
0,058
9
0,04
0,023
0,040
0,018
0,025
3
0,47
0,485
0,260
0,293
0,453
0,259
0,287
0,530
0,307
0,317
0,396
0,231
0,273
7
0,3
0,28
0,24
0,249
0,001
0,232
0,001
0,269
0,001
0,244
0,001
2
0
0,13
0,134
0,142
0,134
0,135
6
0,13
0,133
0,140
0,136
0,136
3
0,20
0,195
0,195
0,205
0,197
5
0,11
0,159
0,143
0,133
0,117
5
1,22
1,475
1,416
1,242
1,275
9
0,09
0,142
0,139
0,102
0,105
9
Minyak kelapa/jagung/goreng
lainnya
Kelapa
Gula pasir
Gula merah
Catatan:
1
Ikan segar meliputi ikan darat, laut, dan udang
2
Satu butir telur ayam kampung diperkirakan beratnya sebesar
0,05 kg
Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Triwulan I-2013 dan Triwulan I-2014, BPS
Sumber : Publikasi Statistik Indonesia
Berdasarkan data diatas, terjadi penurunan beberapa barang komoditi pada
tahun – tahun terakhir. Daya beli masyarakat menurun pada beberapa tahun
terakhir. Meskipun demikian, penurunan ini tidak terlihat signifikan, karena
pemerintah menerapkan kebijakan disektor lain yang dapat meningkatkan daya
beli masyarakat seperti penerapan beberapa paket kebijakan yang salahsatunya
digunakan untuk mempertahankan daya beli masyarakat, peningkatan PTKP pajak
per 2015 sehingga masyarakat menengah – bawah dapat meningkatkan
pendapatan. Harapan pemerataan ekonomi pun dapat tercapai.
2.3 Dampak Defisit Anggaran Terhadap Tingkat Investasi
(Oleh : Lila Kondi Dabutar, 12030113120016)
Pemerintah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan investasi guna
mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan Investasi adalah kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan fiskal
yang ekspansif dinilai dapat mendorong investasi melalui peningkatan
peningkatkan
Agregat
Demand
(permintaan Agregat).
Kebijakan
fiskal
pemerintah tersebut tertuang dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara). APBN memuat tentang keseluruhan penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. APBN disusun berdasarkan perkiraan kemampuan pemerintah dalam
menghimpun pendapatan negara. Dalam perkiraan tersebut ada dua hal yang
kemungkinan bisa terjadi yaitu surplus atau defisit anggaran. Defisit Anggaran
terjadi bila total pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaan. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003,
defisit anggaran pemerintah adalah selisih kurang antara pendapatan negara dan
belanja negara dalam tahun anggaran yang sama. Dan terjadi surplus anggaran
apabila sebaliknya yaitu penerimaan negara lebih besar dari belanja.
Pada kenyataannya kondisi ABPN di Indonesia dari tahun 1990 sampai
2012 cenderung mengalami defisit anggaran yang terus meningkat. Sebenarnya
jika dilihat pada periode tahun 1990 sampai dengan 1997, defisit APBN
cenderung stabil. Pada periode tersebut pemerintah mencoba untuk menetapkan
balance budget. Akan tetapi tahun 1998 mulai terjadi defisit yang cukup
signifikan. Hal ini dikarenakan pada tahun 1998 adalah periode jatuhnya tempo
pembayaran bunga dan cicilan hutang pemerintah, yang didominasi oleh utang
luar negeri kemudian disusul dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Pada saat krisis tersebut Pemerintah harus melakukan kebijakan ekspansi fiskal.
Hal ini dikarenakan lemahnya permintaan pada saat terjadi krisis ekonomi.
Dengan melakukan kebijakan ekspansi fiskal maka pemerintah mengharapkan
dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang menurun tersebut. Periode
berikutnya setetelah terjadi kiris ekonomi yang melanda Indonesia, defisit
anggaran mangalami fluktuatif pada periode tahun 1999 sampai tahun 2005. Pada
masa itu pemerintah masih menyesuaikan dengan keadaan ekonomi pasca krisis,
apakah mengambil kebijakan ekspansi atau kontraksi. Kemudian pada periode
2006 sampai 2012 APBN selalu mengalami defisit anggaran. Walaupun
penerimaan pemerintah cenderung meningkat, akan tetapi pengeluaran pemerintah
terlebih untuk pembayaran cicilan utang dan bunga serta subsidi masih lebih besar
jumlahnya. Mulai tahun 2006 defsit anggaran dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan. Bahkan pada tahun 2012 defisit APBN Indonesia telah
mencapai angka 190.105 Milyar.
Menurut J.M Keynes Kebijakan fiskal yang ekspansif dinilai dapat
mendorong investasi melalui peningkatan peningkatkan Agregat Demand
(permintaan Agregat). Keynes berpendapat peningkatan permintaan agregat
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan investasi dan selanjutnya akan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Keynes hal ini dikarenakan dengan
adanya kebijakan fiskal ekspansif dari pemerintah akan meningkatkan daya beli
daya beli masyarakat. Dengan meningkatnya daya beli masyarakat maka akan
meningkatkan jumlah permintaan yang pada akhirnya mendorong peningkatan
produksi.
BAB III
KESIMPULAN
Defisit anggaran merupakan anggaran yang memang direncanakan untuk
defisit, karena budget constraint, pengeluaran pemerintah direncanakan lebih
besar dari penerimaan pemerintah. Defisit anggaran mempengaruhi daya beli
masyarakat suatu negara melalui mekanisme suku bunga yang meningkat. Ketika
terjadi defisit anggaran terjadi ditandai kurangnya pembiayaan pengeluaran
negara karena kurangnya penerimaannya yang berasal dari pajak. Untuk itu,
negara berupaya menggunakan kebijakannya terutama meningkatkan suku bunga
bank. Dengan meningkatnya tingkat bunga, investasi dalam negeri akan menurun,
yang berarti peluang modal asing cenderung masuk mengalir ke dalam negeri
untuk memenuhi kebutuhan investasi dalam negeri. Apabila ini terjadi, maka
defisit anggaran mempunyai dua dampak yang berkaitan, yaitu : pertama, defisit
anggaran akan meningkatkan harga karena subsidi dihapuskan; kedua, dengan
tingginya harga membuat daya beli masyarakat melemah.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 28 No. 2 November 2015 Agustinus Bata
Simi Suhadak Raden Rustam Hidayat Fakultas Ilmu Administrasi
Indraprayoga 2006 IPB
Elfidiono. Analisis Dampak Defisit Anggaran Terhadap Investasi Dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia: Studi Kasus Tahun 1990 – 2011.
Universitas Brawijaya:Malang.
Pramuaji, Teguh. 2008. Analisis Dampak Defisit Anggaran Terhadap Ekonomi
Makro Di Indonesia (Tahun 1993 -2007). Universitas Diponegoro:
Semarang.
Izzamafruhah. “Pengantar Ekonomi Makro”. 3 Maret 2016.
https://izzamafruhah.files.wordpress.com/2013/01/pengantar-ekonomimakro-babvii.pdf
Dokumen.tips. “Makalah Defisit Anggaran Negara”. 3 Maret 2016
http://dokumen.tips/documents/makalah-defisit-anggaran-negara.html
https://core.ac.uk/download/files/379/11717596.pdf
Bi.go.id. “Jurnal Ekonomi”. 3 Maret 2016.
http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnalekonomi/Documents/da1e1492027740468a61cb5bcf321ff9fdampakmon1.p
df lampirkan
Wikipedia.com. “Suku Bunga”. 3 Maret 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bunga
Seputarforex.com. “Artikel Ekonomi”. 3 Maret 2016.
http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=122127&
Qudsiy, Nadhiva. “Ekonomi Moneter Teori Suku Bunga”. 3 Maret 2016.
http://nadhivaqudsiy.blogspot.co.id/2015/03/ekonomi-moneter-teori-sukubunga.html
Kajianpustaka.com. “Teori Suku Bunga”. 3 Maret 2016.
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/teori-suku-bunga.html
Ismail, Alim. “Teori Ekonomi Makro Perekonomian Terbuka”. 3 Maret 2016.
http://alimismail.students.uii.ac.id/2014/06/03/teori-ekonomi-makroperekonomian-terbuka/
Unair.ac.id. “Journal Ekonomi”. 3 Maret 2016.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-admp73df7f120efull.pdf
lampirkan
Yogy. “Suku Bunga dan Defisit Anggaran”. 3 Maret 2016.
https://aeyogy.wordpress.com/tag/suku-bunga-dan-defisit-anggaran/
Sukardi. “Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional”. 17 Maret
2016
http://dokumen.tips/documents/beberapa-factor-yang-mempengaruhidaya-beli-masyarakat-yaitu.html
Handayani, Retno. “Dampak Defisit Anggaran Terhadap Ekonomi Makro”. 17
Maret 2016
https://itsmysimple.files.wordpress.com/2011/10/h0810099-retnohandayani.docx
Lubis, Abu Saman.”Defisit Anggaran dan Implikasinya”. 17 Maret 2016
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggarandan-perbendaharaan/20920-defisit-anggaran-dan-implikasinya
Algifari.”Pengaruh Defisit Anggaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia”. 16 Maret 20116
www.stieykpn.ac.id/images/artikel/riset%20defisit%20artikel.docx
https://www.bps.go.id
www.bappenas.go.id
Lampiran
Defisit Anggaran Jadi 1,9 Persen Pada APBN-P 2015
Jakarta, 16/02/2015 Kemenkeu - Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan (APBN-P) yang telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) pada Jumat (13/2) lalu, pemerintah menargetkan dapat menekan defisit
anggaran hingga 1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau sebesar
Rp222,5 triliun.
Angka tersebut mengalami penurunan sebesar Rp23,4 triliun jika dibandingkan
target defisit anggaran dalam APBN 2015 yang sebesar Rp245,9 triliun, atau 2,21
persen dari PDB. Pemerintah berharap, penurunan target defisit anggaran tersebut
dapat memberikan efek positif bagi perekonomian Indonesia.
“Penurunan defisit anggaran tersebut diharapkan dapat memberikan signal positif
bagi masyarakat, para pemangku kepentingan dan pelaku usaha, baik di dalam
maupun luar negeri,” demikian ungkap Menteri Keuangan Bambang P.S.
Brodjonegoro dalam rapat paripurna pengesahan Rancangan Undang-Undang
(RUU) APBN-P 2015 menjadi undang-undang pada Jumat (13/2).
Penurun target defisit anggaran tersebut tidak lepas dari postur pendapatan dan
belanja negara yang ditetapkan dalam APBN-P 2015. “Postur APBN-P dimana
pendapatan negara dan hibah sebesar Rp1.761,6 triliun, belanja negara Rp1.984,1
triliun,” ungkap Menkeu. Ia merinci, anggaran belanja tersebut terdiri atas belanja
pemerintah pusat sebesar Rp1.319,5 triliun dan transfer ke daerah, termasuk dana
desa sebesar Rp664,6 triliun.
Lebih lanjut Menkeu mengungkapkan bahwa pemerintah telah mengusulkan
beberapa kebijakan, seperti realokasi belanja kurang produktif kepada
pengeluaran yang lebih produktif, termasuk juga dukungan pada Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dalam pembangunan infrastruktur, serta defisit yang tetap
terjaga pada level yang sehat.
“Pada akhirnya kita harapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia, sehingga tingkat kesejahteraan
atau target pembangunan yang sudah disepakati bisa dicapai dengan baik,”
jelasnya.(nv)