: Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana J01711

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017


Well-Being; Sosiodemografi di Getasan

Desi1, Nita Agustina1, Bagus Panuntun Sukma Adi2
1. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Kristen Satya Wacana
2. Puskesmas Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang
Kutipan: Desi, Nita Agustina, Bagus Panuntun Sukma Adi. (2017). Well-Being; Sosiodemografi
di Getasan . Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(2)
INFORMASI
Korespondensi

desi@staff.uksw.edu

Keywords: positive and
negative affection,
psychological well-being,
positive or negative
thoughts,

sociodemography, wellbeing

ABSTRACT
The purpose of this research was to investigate the sociodemographic
profile, well-being level in terms of: positive or negative affection,
positive or negative thoughts and psychological well-being, and also
whether there was a relationship between sociodemographic variables
(age, sex, educational background, occupation, income and marital
status) and the well-being of Dusun Bumi Ayu RT 01. There were in
total 80 respondents involved in this research. The respondents were
asked to fill the questionnaires of Scale of Positive and Negative
Experince (SPANE), Positive Thinking Scale (PTS) dan Scale of
Psychological Well Being (PWB) which were adapted into Indonesian
language. The result of the study showed that the majority of the
respondents around (67,5%) were married women (68,7%) in the age
of 17 – 25 (31,25%) and age of 26 – 35 (45%). Respondents with
junior high school education were around (35%) with the livelihood as
a famer (37,5%), monthly income was in the range of >500.000 –
1.500.000. In total of (67.5%) respondents sometimes had the positive
and negative affection, (83,75%) respondents had most positive

thoughts and (58,75%) respondents had the high level of psychological
well-being. Correlation analysis using Pearson Product Moment
showed a result that sociodemography sub variable: sex had a
significant negative correlation with the positive or negative affection
and there was no correlation between sociodemography toward
positive or negative thoughts and psychological well-being.

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil sosiodemografi, tingkat wellbeing dalam hal: afek positif atau negatif, pemikiran positif atau negatif dan
kesejahteraan psikologis serta apakah terdapat hubungan antara variabel
sosiodemografi (usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, pekerjaan,
pendapatan serta status pernikahan) dengan well being pada masyarakat Dusun
Bumi Ayu RT 01. Sebanyak 80 responden yang terlibat, diminta untuk mengisi
tiga jenis kuesioner yang diadaptasi kedalam bahasa Indonesia yaitu Scale of
Positive and Negative Experince (SPANE), Positive Thinking Scale (PTS) dan
Scale of Psychological Well Being (PWB). Hasil penelitian menunjukan bahwa

mayoritas responden sebanyak (67,5%) adalah perempuan dan berstatus menikah
(68,7%) ada pada rentang usia 17 – 25 (31,25%) dan usia 26 – 35 sebanyak 45%.
Responden berpendidikan SMP sebanyak (35%) serta bermata pencaharian sebagi
petani (37,5%), pendapatan perbulan ada pada rentang >500.000 – 1.500.000.
Sebanyak (67.5%) responden kadang-kadang memiliki afek positif atau negatif,
(83,75%) responden berfikir paling positif dan (58,75%) responden memiliki
kesejahteraan psikologis yang tinggi. Analisis korelasi menggunakan Pearson
Product Moment didapatkan hasil bahwa sub variabel sosiodemografi: jenis
kelamin memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan dengan afek positif
atau negatif serta tidak terdapat hubungan antara sosiodemografi terhadap
pemikiran positif atau negatif dan kesejahteraan psikologis.
Kata kunci : Afek positif atau negatif, kesejahteraan psikologis, pemikiran positif
atau negatif, sosiodemografi, well-being



43

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017




I.

potensi-potensi yang positif (Dewi,

PENDAHULUAN

Setiap

orang

2015).

menginginkan

Sebagai bagian bahkan tujuan

kebahagiaan dan kesejahteraan di
dalam


hidupnya,

Aristoteles

bahkan

menyebutkan

bahwa

merupakan

tujuan

kesejahteraan

hidup setiap individu, maka tentunya

filsuf


tingkat

agar kesejahteraan yang dimiliki
dapat terus dipertahankan bahkan

(Desta, et al., 2014). Setiap orang

ditingkatkan. Semakin tinggi tingkat

juga memiliki harapan-harapan yang
ingin dicapai sehingga terpenuhi

Konsep

dalam

hidupannya.

kebahagiaan


lingkungan
memiliki

yang diturunkan dari dua
filsafah

yang

2014).

Pertama

kesenangan
Pandangan

atau

Diener


eudaimonism,

diantaranya

ialah

penilaian

merupakan

terdiri

penelitiannya
bahwa
(well-being)

dipengaruhi oleh beberapa faktor
sosiodemografi,
terhadap


pengalaman

hidup, religious, kepribadian, dan
dukungan sosial. Yang termasuk

ini membuktikan sebuah keyakinan
well-being

dalam

kesejahteraan

dari

aktualisasi dari potensi manusia, hal

bahwa

kesejahteraan


mengemukakan

kebahagiaan.

kedua

tingkat

serta

kehidupannya (Diener, et al., 2009).

memiliki makna
terdiri

disekitarnya,

psikologis yang tinggi terhadap

well-being berawal dari pandangan


well-being

seorang

yang positif terhadap dirinya maupun

persepektif besar mengenai well-

bahwa

pula

bahagia

afek positif, mempunyai pikiran

Terdapat dua paradigma dan

hedonism, yang

semakin

manakala ia lebih sering mengalami

well-being (Lu, 2008).

berbeda(Dustin,

memungkinkan

kebahagiaan seseorang dapat dicapai

dengan konsep kesejahteraan atau

pandangan

kesejahteraan,

individu. Hal ini dapat terjadi sebab

(happiness)

mempunyai arti yang hampir sama

being

seseorang

perlu dievaluasi. Hal ini dimaksukan

utama dari eksistensi hidup manusia

kebahagiaan

kesejahteraan

dalam

dari

faktor

sosiodemografi

meliputi pendapatan, pengangguran,

dipenuhinya atau direalisasikannya

status pernikahan, pendidikan, umur



44

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



dan jenis kelamin, ada tidaknya anak

Kesejahteraan Keluarga Di Jawa

(Mami, 2015).

Tengah Tahun 2009” menyebutkan

Dalam penelitian yang berjudul

hasil bahwa baik tingkat pendidikan

“Analisis Pengaruh Faktor Sosial

maupun produktivitas pekerja dapat

Demografi dan Aktivitas Ekonomi

mempengaruhi well-being seseorang

Terhadap Kesejahteraan Keluarga

dan

Pemulung

bahwa

di

Kota

Denpasar”

Disimpulkan

pendidikan

memiliki

menunjukkan bahwa aspek sosial

hubungan yang negatif terhadap

demografi

tingkat kesejahteraan, dengan kata

mempengaruhi

kesejahteraan

pemulung.

Faktor

lain,

semakin

tinggi

tingkat

pendapatan menjadi faktor dominan

pendidikan tidak lantas membuat

dalam

kesejahteraan

mempengaruhi

variabel

keluarga

semakin

kesejahteraam di kota Denpasar

tinggi pula. Sementara pekerjaan,

(Marhaeni, 2015).

dikatakan sebagai hal yang sangat

Penelitian

lainnya

berjudul

penting karena penghasilannya dapat

“Religiositas, Keberadaan Pasangan

digunakan

dan Kesejahteraan Sosial (Social

kebutuhan hidup, artinya, pekerjaan

Well Being) Pada Lansia Binaan PMI

dapat berpengaruh negatif terhadap

(Palang Merah Indonesia) Cabang

tingkat well-being seseorang jika

Semarang”

menunjukkan

bahwa

kebutuhan hidup tidak tercukupi.

keberadaan

pasangan

hidup

Dengan demikian ada hubungan

berkorelasi

negatif

dengan

yang positif antara produktivitas

kesejahteraan sosial sebesar -0,052

kerja dengan kesejahteraan keluarga,

dengan religiositas. Hal ini berarti

karena semakin tinggi produktivitas

bahwa keberadaan pasangan tidak

kerja seseorang maka semakin besar

meningkatkan kesejahteraan sosial

pula

maupun religiositas pada lansia

semakin tinggi pula kesejahteraan

(Indriana, et al., 2011).

keluarganya (Widyastuti, 2012).

Dalam penelitian yang berjudul
“Analisis



keluarganya.

Hubungan

untuk

penghasilannya

Selanjutnya,

Antara

mencukupi

“Gambaran

sehingga

penelitian
Kesejahteraan

Produktivitas Pekerja dan Tingkat

Psikologis

Pendidikan

Ditinjau Dari Pola Attachment”

Pekerja

Terhadap

43

Pada

Dewasa

Muda

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



menyebutkan

bahwa

terdapat

kehidupan lainnya, yaitu sebesar

perbedaan kesejahteraan antara laki-

14,64 persen. Jika dilihat dari tabel

laki dan perempuan, pada perempuan

Indeks Kebahagiaan pada tahun

cenderung dapat menerima diri apa

2014, Provinsi Jawa Tengah berada

adanya,

pada urutan ke 13 dari 33 Provinsi di

menyadari

dan

mengembangkan potensinya, dapat

Indonesia.

Sementara

menentukan

Kebahagian

menurut

arah

hidupnya

dan

sedangkan

tujuan

klasifikasi

laki-laki

wilayah di Jawa Tengah rata-rata

berlawanan dari perempuan dan

70,01% yang terdiri dari 73,36% di

cenderung memiliki sudut pandang

perkotaan dan 68,31% di pedesaan.

sendiri yang negatif, mereka melihat

Sedangkan jika dilihat dari jenis

dunia hanya dari kaca mata mereka

kelamin, Indeks Kebahagiaan di

saja. Dengan kata lain, perempuan

Jawa

lebih banyak memiliki kesejahteraan

(67,63%

psikologis

perempuan).

ketimbang

pria

(Fransisca, 2008).

belum

Berbicara tentang well-being

Tengah

adalah

laki-laki

67,81%

dan

Penduduk

menikah

cenderung

berstatus

dan

relatif

67,96%

menikah

sama

kebahagiaannya,

Statistik

indeks

Sedangkan yang berstatus cerai

kebahagiaan penduduk Indonesia

hidup 63,38% dan cerai mati 66,30%

tahun 2014 berada pada angka 68,28

(Lumaksono, et al., 2015).

menyebutkan

tersebut

menunjukkan

sekitar

indeks

dan sosiodemografi, Badan Pusat

dengan skala 0 sampai 100. Angka

68

%.

Kecamatan Getasan merupakan

adanya

salah satu kecamatan yang masuk

peningkatan kesejahteraan subjektif

dalam kategori wilayah pedesaan di

penduduk Indonesia dibandingkan

Jawa Tengah dengan luas wilayah

tahun 2013 (indeks kebahagiaan

sebesar 95.020,674 Ha. Menurut

2013 sebesar 65,11). Pada tahun

BPS

2014, pendapatan rumah tangga

Kecamatan Getasan terdiri dari 13

merupakan aspek yang mempunyai

Desa/Kelurahan yaitu Tajuk, Batur,

kontribusi

Kopeng, Tolokan, Wates, Getasan,

terbesar

kebahagiaan
dibandingkan



Indeks

terhadap
seseorang

dengan

Kabupaten

Sumogawe,

aspek

Semarang,

Samirono,

Jetak,

Polobogo, Manggihan, Ngrawan,

44

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



Nogosaren. Pada akhir tahun 2015

daerah, banyak juga dari penduduk

jumlah

Kecamatan

Getasan (anak hingga remaja) yang

Getasan tercatat 49.407 jiwa, yang

sekolah di luar daerah seperti ke

terdiri dari 24.373 laki-laki dan

kecamatan Ngablak (Magelang) dan

25.034

Jumlah

Kota Salatiga (Badan Pusat Statistik

penduduk berdasarkan pendidikan

Kabupaten Semarang, 2016). Dari

dari 13 Desa/Kelurahan tercatat

keberagaman data sosiodemografi di

sebagai berikut :

daerah pedesaan tersebut, peneliti

Tabel.

penduduk

perempuan.

1.1.

Latar

belakang

tertarik

untuk

pendidikan penduduk Kecamatan

hubungan sosiodemografi terhadap

Getasan, Kabupaten Semarang.

well-being pada masyarakat Getasan.

NO

PENDIDIKAN

JUMLAH (ORANG)

1

Belum Tamat SD

8.749

2

SD/Sederajat

19.445

3

SLTP/Sederajat

7.960

4

SLTA/Sederajat

3.881

5

SMK

234

5

Diploma I/II

163

6

Diploma III/Akademi

230

7

SI

506

8

SII/SIII

28

JUMLAH

41.196

Sementara untuk pendapatan, rata-



mengidentifikasi

Penelitian ini bertujuan untuk

rata penduduk di Kecamatan Getasan

mengidentidikasi

dan

berpenghasilan antara Rp. 750.000

mendeskripsikan

profil

sampai

1.200.000

sosiodemografi (usia, jenis kelamin,

perbulan, dengan mayoritas bekerja

latar belakang pendidikan, jenis

sebagai petani/pekebun dan sebagian

pekerjaan, pendapatan per bulan, dan

kecil berwiraswasta baik di daerah

status perkawinan), tingkat well-

Kecamatan Getasan ataupun di luar

being yang diukur dari 3 aspek yaitu

daerah, bahkan ada yang mencari

afek positif dan negatif, pemikiran

mata pencaharian diluar daerah.

positif atau negatif dan kesejahteraan

Selain pekerja yang bekerja di luar

psikologis, serta adakah hubungan

dengan

Rp.

45

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



antara sosiodemografi dengan well-

dengan rincian 26 orang laki-laki dan

being pada masyarakat Kecamatan

54 orang perempuan yang masuk

Getasan.

katergori remaja awal (12 tahun), bisa
baca tulis dan sehat secara fisik dan
II.

psikis, namanya tercantum dalam surat

METODE

Kartu Keluarga (KK).

Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif

dengan

Untuk mengukur well-being,

menggunakan

penelitian ini

pendekatan korelasional deskriptif.
Responden

penelitian

menggunakan

kuesioner yaitu Scale of Positive and

ditentukan

Stratified

Negative

Random

(PWB)

dari tingkat Desa, Dusun hingga

Ketiga

secara acak dengan cara pengundian.
Darinya didapatkan Desa Sumogawe,
Dusun Bumi Ayu RT 01, Kecamatan

sampel

ditentukan

87

Positive

yang

Thinking

Scale

(PTS)

koefisien reliabilitas Alpa: 0,756
dengan validitas pernyataan (korelasi
total pernyataan) yang berkiasar
antara 0,526 – 0,733.

dan 7 kuisioner dianggap tidak valid.



diuji

berkiasar antara 0,475 – 0,682.

kuisioner yang terisi dengan lengkap

80

tersebut

(korelasi total pernyataan) yang

menggunakan

kuisioner yang disebar hanya 80

berjumlah

digunakan,

0,745 dengan validitas pernyataan

jumlah

kemudian diberi kuisioner. Dari 87

Responden

Sebelum

bahasa

(SPANE) koefisien reliabilitas Alpa:

penelitian.

responden

Indonesia.

instrumen

dalam

Positive and Negative Experince

rumus Slovin sehingga didapatkan
sejumlah

ke

telah

hasil uji tersebut diperoleh: Scale of

112 orang, yang kemudian dilabeli

pengambilan

tersebut

reliabilitas dan validitasnya, dari

kriteria sebagai responden berjumlah

Selanjutnya

kuesioner

diadaptasi

ketiga

lokasi

penelitian. Penduduk yang memenuhi

populasi

ketiganya

Robert Biswas-Diener tahun 2009.

tingkatan tersebut, sampel ditentukan

sebagai

yang

dikembangkan oleh Ed Diener and

Rukun Tetangga (RT). Pada setiap

menjadi

(SPANE),

Scale of Psychological Well Being

(tingkatan) di dalam populasi mulai

yang

Experince

Positive Thinking Scale (PTS) dan

Sampling yaitu memperhatikan strata

Getasan

menggunakan tiga

Scale of

Psychological Well Being (PWB)

orang

46

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



koefisien reliabilitas Alpa: 0,789

Selanjutnya, Positive Thinking Scale

dengan validitas pernyataan (korelasi

(PTS), yang merupakan alat ukur

total pernyataan) yang berkiasar

seberapa

antara 0,678

- 0,915. Ini berarti

didominasi oleh pikiran positif atau

ketiga instrument tersebut dapat

negatif. Kuesioner ini terdiri dari 22

dinyatakan

pernyataan, yang terbagi menjadi 11

valid

dan

dapat

digunakan.



seseorang

pernyataan negatif dan 11 pernyataan

Scale of Positive and Negative
Experince

banyak

(SPANE)

positif.

merupakan

diberi

Pada pernyataan negatif,
skor

0

jika

responden

kuesioner yang digunakan untuk

menjawab “TIDAK” dan 1 apabila

mengukur

afek

menjawab “YA”. Sementara untuk

positif dan negatif muncul pada

11 peryataan positif diberi skor 1

beberapa minggu terakhir. Kuesioner

jika jawabannya “YA” dan 0 untuk

ini terdiri dari 12 pernyataan masing-

jawaban

masing 6 pernyataan positif dan 6

dinyatakan

pernyataan negatif. Rentang skor tiap

paling negatif apabila skor akhir

pertanyaan ialah 1 untuk pilihan

pada rentang 0-11 dan skor 12-22

sangat tidak setuju sampai 5 untuk

dininterprestasikan

pilihan sangat setuju, dan untuk

pemikiran paling positif. Selanjutnya

pernyataan negatif, skor dihitung

untuk Scale of Psychological Well-

terbalik.

dinyatakan

Being (PWB), digunakan untuk

selalu memiliki perasaan positif

mencari tahu tingkat kesejahteraan

apabila skor akhir ada pada rentang

psikologis seseorang. Meliputi 8

17-26. Selanjutnya,

skor 7-16

pernyataan positif yang harus diberi

diinterpretasikan sering memiliki

skor 1 (untuk jawaban sangat tidak

perasaan positif, skor -3 hingga 6

setuju) sampai 5 (untuk jawaban

dinyatakan kadang-kadang memiliki

sangat

perasaan positif, skor -13 sampai -4

dinyatakan memiliki kesejahteraan

berarti jarang memiliki perasaan

psikologis yang tinggi apabila skor

positif, dan tidak pernah memiliki

akhir

perasaan positif jika skor akhir

Selanjutnya,

berkisar pada -24 sampai -14.

diinterprestasikan

seberapa

Responden

sering

47

“TIDAK”.

Responden

memiliki

memiliki

setuju).

pada

pemikiran

Responden

rentang

36-40.

skor

29-35
memiliki

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



kesejahteraan psikologis yang tinggi,

pemikiran positif atau negatif dan

skor 22 hingga 28 dinyatakan

kesejahteraan psikilogis, maka hasil

memiliki kesejahteraan psikologis

penelitian

sedang, skor 15 sampai 21 berarti

menggunakan uji non parametrik

memiliki kesejahteraan psikologis

“Korelasi Pearson Product Moment”

yang

dengan

rendah,

dan

memiliki

taraf

akan

di

analisa

signifikansi

0,05.

kesejahteraan psikologis yang sangat

Disimpulkan tidak ada hubungan

rendah jika skor akhir berkisar pada

antar dua variabel jika p-value lebih

8 sampai 14.

besar dari taraf signifikansi.

Untuk menguji Hipotesis Nol
(H0) bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan
(usia,

antara

jenis

III.

1. Deskripsi Profil Sosiodemografi

sosiodemografi

kelamin,

HASIL

Responden.

status

Kriteria yang masuk dalam profil

belakang

sosiodemografi di penelitian ini

pendidikan, jenis pekerjaan, dan

meliputi usia, jenis kelamin, status

pendapatan per bulan) dengan well

pernikahan,

being; Afek positif atau negatif,

pendidikan, jenis pekerjaan, dan

pernikahan,

latar

pendapatan per bulan.



ini

48

latar

belakang

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



Tabel

1.1

Profil

sosiodemografi

responden
Karakteristik
(f)
a. Usia
12 - 16 tahun
17 - 25 tahun
26 - 35 tahun
36 - 45 tahun
46 - 55 tahun
b. Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
c. Pendidikan

12
25
36
2
5

15%
31,25%
45%
2,5%
6,25%

26
54

32,5%
67,5%


Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Diploma
S1
S2
d. Pekerjaan

15
14
28
13
1
9
0

18,75%
17,5%
35%
16,25%
1,25%
11,25%
0%

Tidak Bekerja

16

20%

Wirasawasta

14

17,5%

Wirausaha

5

6,25%

PNS

7

8,75%



Pensiunan

4

5%

Petani

30

37,5%

Lainnya

4

5%

e. Pendapatan



< 500.000,-

16

20%

500.001 - 1.500.000

32

40%

1.500.001 - 2.500.000

25

31,25%

2.500.001 - 3.500.000

5

6,25%

> 3.500.000

2

2,5%

f. Status Pernikahan



Jumlah Responden (n=80)
(%)



Tidak Menikah

19

23,75%

Menikah

55

68,75%

Cerai Hidup

2

2,5%

Cerai Mati

4

5%

Nikah Siri

0

0%

42

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



sangat rendah. Sementara responden
Tabel diatas menjelaskan bahwa

yang berpendapatan sedang ada 25

terdapat 54 orang (67,5%) yang

orang (31,25%), di susul dengan

berjenis kelamin perempuan dan

responden yang punya penghasilan

sisanya yaitu 26 orang (32,5%)

tinggi dan sangat tinggi berjumlah

berjenis kelamin laki-laki. Sebanyak

total

36 orang (45%) berusia antara 26-35

responden yang sudah menikah

tahun, terbanyak kedua ialah pada

sejumlah 55 orang (68,75%), dan

rentang usia 17-25 tahun (25 orang

yang belum menikah ada 19 orang

atau 31,25 %). Latar belakang

(23,75%).

7

orang.

Sebagian

besar

pendidikan masyarakat yaitu SMP
sebesar 28 orang (35%), dan yang

2. Well Being
Well-being

tidak sekolah sebanyak 15 orang

banyak aspek. Kebahagiaan adalah

30 orang (37,5%) bekerja sebagi

kesatuan

petani dan 16 orang (20%) tidak
pada

utuh

dari

pengalaman

emosi, pikiran dan perasaan yang

karakteristik

bersifat subjektif (evaluasi diri).

pendapatan, total ada 48 responden

2.1. Scale of Positive and Negative

yang berpenghasilan di bawah atau

Experince (SPANE)

sama dengan Rp. 1.500.000/bulan.
Jumlah tersebut tentunya masih di

Scale of Positive and Negative

bawah UMR Kabupaten Semarang

Experince

(Rp. 1.745.000), bahkan 16 dari 48

untuk mengukur afek responden

responden

tersebut

dalam 5 kategori. Setelah dilakukan

penghasilan

kurang

memiliki

(SPANE)

digunakan

sama

pengambilan dan analisa data kepada

dan

seluruh responden dalam penelitian

masuk dalam kategori pendapatan

ini, didapatkan hasil sebagai berikut.

dengan

Rp.

atau

500.000/bulan

Grafik 2.1.1 Hasil interprestasi
Scale of Positive and Negative
Experince (SPANE)



sebuah

konsep kebahagiaan yang terdiri dari

(18,75%). Untuk pekerjaan sebanyak

bekerja,

merupakan

42

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



67,5
54
0
Selalu memiliki
afek positif

16,25
13

16,25
13

Sering memiliki
afek positif

Kadang-kadang Jarang memiliki
memiliki afek
afek positif
positif
jumlah

0
Tidak pernah
memiliki afek
positif

prosentase

Bahwa dari 80 responden tidak ada

jarang memiliki afek positif

yang selalu memiliki afek positif dan

sering memiliki afek positif.

dan

tidak juga yang merasa tidak pernah
2.2. Positive Thinking Scale (PTS)

memiliki afek positif. Lebih dari

Positive

setengah partisipan yaitu sejumlah

memiliki

yang bertujuan untuk mengukur

afek

pemikiran positif responden. Berikut

negatif. Sedangkan masing-masing
13

responden

(16,25%)

(PTS)

dari pernyataan negatif dan positif

kadang memiliki afek positif dan
kadang

Scale

merupakan instrumen yang terdiri

67,5% atau 54 orang merasa kadang

kadang

Thinking

adalah hasil perhitungannya.

merasa

Grafik 2.2.1 Hasil interprestasi
Positive Thinking Scale (PTS)
83,75
67

16,25
13
Berfikir paling negatif

Berfikir paling positif
jumlah

Dari data di atas rata-rata responden
merasa

berfikir

paling

prosntase

2.3. Scale of Psychological Well-

positif

Being (PWB)

sejumlah 67 orang 83,75% dan

Untuk

mentukan

sisanya sebesar 13 orang 16,25%

psikologi

merasa berfikir paling negatif.

Psychological Well-Being (PWB).

digunakan

kesejahteraan
Scale

of

Skala ini memiliki 5 kategori yaitu
sanggat tinggi, tinggi, sedang, rendah



43

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



dan

sangat

rendah,

berikut

merupakan hasil dari Scale of
Psychological Well-Being (PWB).
Grafik 2.3.1

Hasil

interprestasi

Scale of Psychological Well-Being
(PWB)

58,75
47
28,75
23
11,25
9
Memiliki
kesejahteraan
psikologi yang
sangat tinggi

Memiliki
kesejahteraan
psikologi yang
tinggi

Memiliki
kesejahteraan
psikologi sedang

jumlah

0
Memiliki
kesejahteraan
psikologi yang
sangat rendah

prosentase

Sejumlah 80 responden tidak ada

58,75% responden merasa memiliki

yang merasa memiliki kesejahteraan

kesejahteraan psikologi yang tinggi

psikologi yang sangat rendah namun

dan 9 orang 11,25% merasa memiliki

ada 1 orang 1,25% merasa memiliki

kesejahteraan psikologi yang sangat

perasaan psikologi yang rendah hal

tinggi.

ini terjadi

memiliki psikologi sedang hanya

karena lebih dari 50%

menunjukan bahwa sebesar 47 orang

Responden yang merasa

berjumlah 23 orang 28,75%.
3.1 Scale of Positive and Negative

3. Well-being dan Sosiodemografi



1
0
Memiliki
kesejahteraan
psikologi yang
rendah

Penelitian ini menguji ada dan

Experince

tidaknya hubungan antara variabel

Sosiodemografi

sosiodemografi terhadap well-being;

Ada

perasaan

negatif,

variabel sosiodemografi terhadap

pemikiran positif atau negatif dan

well-being: perasaan positif atau

kesejahteraan psikologis digunakan

negatif dapat dilihat pada tabel

uji korelasi.

berikt.

positif

atau

43

tidaknya

(SPANE)

hubungan

dan

antara

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017



Tabel 3.1.1 Hasil uji korelasi antara

Experince

(SPANE)

Scale of Positive and Negative

Sosiodemografi

Pengujian Statistik
(Analisis Korelasi Pearson)

Variabel

dan

Interpretasi
(α=0.05)

SPANE and Jenis Kelamin

r = -0,234

p-value= 0,037

Signifikan

SPANE and Usia

r = 0,044

p-value= 0,695

TidakSignifikan

SPANE and Pendidikan

r = 0,120

p-value= 0,290

Tidak Signifikan

SPANE and Pekerjaan

r = -0,175

p-value= 0,121

Tidak Signifikan

SPANE and Pendapatan

r = -0,023

p-value= 0,838

Tidak Signifikan

SPANE and Status Pernikahan

r = 0,065

p-value= 0,569

Tidak Signifikan

Berdasarkan hasil dari kedua uji

tidak berhubungan dengan Scale of

statistik pada tabel 3.2.1 pada variabel

Positive

jenis

nilai

(SPANE) karena nilai probabilitas

Oleh

lebih besar dari taraf signifikansi,

karena nilai probabilitas lebih kecil

dengan rentang nilai p-value antara

dari

0,182 sampai dengan 0,898.

kelamin

probabilitas

diperoleh

sebesar

taraf

0,037.

signifikansi

(p-

value=0,037

Dokumen yang terkait

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Khutbah Washil bin Atho' wa ma fiha minal asalib al-insyaiyah al-thalabiyah : dirasah tahliliyah

3 67 62

Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Peningkatan Produktivitas sekolah : penelitian di SMK al-Amanah Serpong

20 218 83

Analysis On Students'Structure Competence In Complex Sentences : A Case Study at 2nd Year class of SMU TRIGUNA

8 98 53