KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF DITINJAU DARI IDENTITAS PERAN GENDER
KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF
DITINJAU DARI IDENTITAS PERAN GENDER
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Di susun oleh :
Frenky Dwiyono
NIM : 049114048
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009 SKRIPSI KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF DITINJAU DARI IDENTITAS PERAN GENDER Oleh: FRENKY DWIYONO
NIM : 049114048 Telah disetujui oleh: Pembimbing I
P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. Tanggal …………………
SKRIPSI KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF DITINJAU DARI IDENTITAS PERAN GENDER Dipersiapkan dan ditulis oleh Nama : FRENKY DWIYONO
NIM : 049114048 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 1 Desember 2008 dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. …………………
Sekretaris Dr. Christina Siwi, M.Psi. …………………
Anggota P. Henrietta PDADS., S.Psi. …………………
Yogyakarta, Januari 2009Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan, P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si.
Dedicated to My parents
Tjong Kha Liong
&
Ciu Li Ling
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.Yogyakarta, November 2008 Penulis, Frenky Dwiyono
ABSTRAK
KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF DITINJAU DARI
IDENTITAS PERAN GENDER
Frenky Dwiyono
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecenderungan berperilakuagresif subjek dewasa awal ditinjau dari identitas peran gender. Aspek-aspek
kecenderungan berperilaku agresif, yaitu agresif fisik, agresif verbal, kemarahan, dan
permusuhan. Sedangkan bentuk identitas peran gender terdiri dari identitas peran
maskulin, feminin, androgini, dan tak terbedakan.Subjek dalam penelitian ini berjumlah 110 orang yang berstatus mahasiswa
dengan usia 19-25 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
berbentuk skala. Skala penelitian ini terdiri dari skala kecenderungan berperilaku agresif
dan skala identitas gender. Koefisien reliabilitas dari skala identitas gender berturut-turut
dari yang tertinggi adalah 0,897 untuk identitas peran maskulin, 0,853 untuk idenitas
peran androginy dan tak terbedakan, dan 0,825 untuk identitas peran feminin. Sedangkan
untuk skala kecenderungan berperilaku agresif adalah 0,897.Hasil yang diperoleh dari data yang diolah dengan anava adalah F hitung = 10,48
yang lebih besar dari F tabel = 2,69 (F hitung > F tabel ) dan p = 0,00 (p<0,05). Hal ini
menunjukkan hipotesis penelitian diterima, berarti bahwa ada perbedaan kecenderungan
berperilaku agresif yang signifikan ditinjau dari identitas peran gender, dimana identitas
peran maskulin (mean 100,04) memiliki kecenderungan berperilaku agresif yang lebih
tinggi dibandingkan dengan dengan identitas peran tak terbedakan (mean = 89,97),
androgini (mean = 86,63) dan feminin (mean = 77,60). Kata kunci: identitas peran gender, perilaku agresif
ABSTRACT
THE TENDENCY OF AGGRESSIVE BEHAVIOURS BASED ON
GENDER ROLES IDENTITY
Frenky Dwiyono
Psychology Faculty
University of Sanata Dharma
Yogyakarta
2008
This research aimed to know the difference of early adolescent aggressivebehaviour tendency based on the their gender role identity. The aspects of aggressive
behavior tendency consist physical aggression, verbal aggression, anger, and hostility.
Whereas gender roles identity form consisted of masculine role identity, feminine role
identity, androginy role identity, and undifferentiated role identity.The whole research subject were 110 university students, which were about 19-25
years old. The methods of data collection were obtained by applying scales. The scales of
this research were the scale of aggressive behavior tendency and gender role identity
scale. The reliability of variable of gender roles identity were 0,897 for masculine role
identity, 0,853 for androginy and undifferentiated role identity, and 0,825 for feminine
role identity. Whereas the reliability for aggressive behavior tendency scale was 0,897.The research result that processed by anova shown F count = 10,48 larger than F
table = 2,69 (F count >F table ) and p = 0,00 (p<0,05). This result shown that hypothesis on this
research was accepted. It means theres was a significant difference of aggressive
behavior tendency among the subjects gender role identity. The subject with masculine
role identity (mean = 100,04) significantly have much higher aggressive behavior
tendency than the subjects with undifferentiated (mean = 89,97), androginy (86,63), and
feminine (mean = 77,60) role identity.Keywords: gender role identity, aggressive behaviour
Lembar Pernyataan Persetujuan
Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Frenky Dwiyono Nomor Mahasiswa : 049114048Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Kecenderungan berperilaku agresif ditinjau dari identitas peran gender
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan loyalty kepada saya selama tetap
mencamtumkan nama saya sebagai penulis.Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 20 Desember 2008 Yang menyatakan, Frenky Dwiyono
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segalaberkah dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Kecenderungan berperilaku agresif ditinjau dari Identitas Peran Gender”
ini. Penulis merasa tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dan melewati setiap
hambatan dan tantangan yang penulis alami selama proses penulisan ini tanpa kemurahan
dan penyertaan-Nya.Dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas
dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang senantiasa meluangkan waktu dan
pikirannya, yang telah memberikan saran, nasehat, bimbingan, waktu, pemikiran, tenaga,
dukungan materi, dan dukungan moril. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yoygakarta dan dosen pembimbing skripsi penulis.
2. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan mengajarkan banyak hal kepada penulis.
3. Karyawan-karyawan Universitas Sanata Dharma, khususnya karyawan di Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan sumbangan ilmu dan tenaga.
4. Papa dan mama terkasih, terima kasih atas segala cinta, semangat, dukungan, dan bantuan selama ini … Kamchia…
5. Abang-abang dan kakak-kakakku serta adik-adikku. Terima kasih atas bantuan,
hiburan, semangat, dan motivasinya. Thanks …
6. Teman-teman iromejan 54 yang sekarang sudah pindah, Herman, Andre, Sandy &
lainnya… thanks
7. Teman-temanku Hetty yang kecil, Galih dudul, Aji, Yoan, Nico, Ronald, Nana
dan seluruh teman lainnya, terima kasih telah menjadi bagian dalam kuliah dan hidupku, Tetap Bersemangat dan selamat berjuang menuju The New Real World…
8. Saudara-saudaraku yang tersebar di seluruh penjuru dunia, yang telah memberi
pelajaran berharga tentang kehidupan kepadaku.
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Namun demikian, penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membacanya dan semoga berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.Yogyakarta, Oktober 2008 Penulis Frenky Dwiyono
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. iHALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………... ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………………... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………...… v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
ABSTRACT .............................................................................................................. vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………….. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................
1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................
7 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................
7 BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................
8 A. Kecenderungan Berperilaku Agresif .......................................................
8 1. Pengertian Perilaku Agresif ..............................................................
8
2. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif .......................................................
10 3. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Agresif ......................................
14 B. Identitas Peran Gender ..........................................................................
18 1. Pengertian Identitas Peran Gender ............................................
18 2. Bentuk-bentuk Identitas Peran Gender......................................
21 3. Perkembangan Pembentukan Identitas Peran Gender ..............
26 C. Penelitian yang relevan ........................................................................
30 D. Kecenderungan Berperilaku Agresif Berdasarkan Identitas Peran Gender 30
E. Hipotesis ..............................................................................................
34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................
35 A. Jenis Penelitian ....................................................................................
35 B. Identifikasi Variabel Penelitian............................................................
35 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian.............................................
35 D. Subjek Penelitian ................................................................................
38 E. Alat Pengumpulan Data ......................................................................
38 F. Validitas dan Reliabilitas ....................................................................
40 G. Analisis Data........................................................................................
42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................
44 A. Persiapan Penelitian .............................................................................
44 1. Uji coba alat ukur ..........................................................................
44 2. Hasil uji coba alat ukur .................................................................
44 B. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................
49 C. Hasil Penelitian....................................................................................
50
1. Deskripsi hasil penelitian ...............................................................
50 D. Uji Asumsi Penelitian ..........................................................................
53 1. Uji normalitas sebaran ...................................................................
54 2. Uji homogenitas varian ..................................................................
54 3. Uji hipotesis ....................................................................................
54 E. Pembahasan ..........................................................................................
56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
60 A. Kesimpulan ...........................................................................................
60 B. Saran .....................................................................................................
61 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
62 LAMPIRAN ............................................................................................................
65
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 2.1 Pembagian bentuk agresi menurut Buss .................................................. 12Tabel 2.2 Perbedaan Emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan ... 23Tabel 3.1 Blueprint Skala Identitas peran gender sebelum uji coba ........................ 39Tabel 3.2 Blueprint Skala Kecenderungan berperilaku agresif sebelum uji coba … 39 Table 4.1 Skala kecenderungan berperilaku Agresif setelah uji coba .....................46 Tabel 4.2 Skala Identitas peran gender setelah uji coba .......................................... 48
Tabel 4.3 Deskripsi data penelitian ......................................................................... 50Tabel 4.4 Pengkategorisasian Identitas peran gender subjek dengan median split.. 51Tabel 4.5 Subjek penelitian berdasarkan identitas peran gender ............................ 52Tabel 4.6 Kecenderungan berperilaku agresif subjek berdasarkan identitas peran gender ..............................................................................53 Tabel 4.7 Urutan perbedaan kecenderungan berperilaku agresif subjek berdasarkan identitas peran gender ......................................................... 56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Reliabilitas Skala Kecenderungan Berperilaku agresif dan Daya beda item,
Reliabilitas Skala Identitas Peran Gender dan Daya beda item
Lampiran 2 Skala Penelitian Sebelum Uji Coba, Skala penelitian dan Data PenelitianLampiran 3 Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji ANOVA, Post Hoc Test
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat ada anggapan bahwa laki-laki cenderung memiliki perilaku agresif yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Padahal
saat ini juga telah banyak tindak kekerasaan yang dilakukan perempuan. Misalnya Zulkidah alias Idah, bocah berusia enam tahun warga Sanggau, Kalimantan Barat, menjadi korban penganiayaan ibu tiri hingga lumpuh (16 Agustus 2007, Liputan6.com) dan aksi kekerasan yang dilakukan oleh geng pelajar putri Sekolah Menengah Atas bernama Geng Nero di Pati, Jawa Tengah (14 Agustus 2008, Liputan6.com).
Pada kasus-kasus di atas, kita bisa melihat bahwa perilaku agresif sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan.
Contoh-contoh kasus tersebut juga tidak hanya menunjukkan keberanian dan kenekatan yang dilakukan individu dalam berperilaku agresif, melainkan sudah menunjukkan adanya kecenderungan berperilaku agresif telah menjadi suatu fenomena. Fenomena yang dimaksud adalah walaupun individu telah mengetahui bahwa perilaku yang cenderung agresif itu bertentangan dengan aturan-aturan yang ada dan memberikan resiko kerugian pada diri sendiri dan orang lain, tetapi justru mereka melakukannya dengan begitu mudah dan tanpa beban. Perilaku yang cenderung agresif ini seakan-akan telah menjadi suatu perbuatan yang dibenarkan berdasarkan sudut pandang mereka sendiri.
Model Agresi Afektif Umum (the General Affective Aggression
Model ) yang dikembangkan Anderson dan koleganya (Lindsay and Anderson,
2000) juga dikonseptualisasikan teoritis mengenai antesenden agresi yaitu
bahwa antesenden agresi dipengaruhi oleh perbedaan individu dan variabel
situasional. Perbedaan individu tersebut meliputi ciri sifat (ciri sifat
bermusuhan), sikap terhadap kekerasan, keyakinan tentang kekerasan, nilai-
nilai yang berhubungan dengan kekerasan, dan keterampilan (misalnya
berkelahi). Sedangkan variabel situasional meliputi isyarat-isyarat kognitif,
ketidaknyamanan atau kesakitan, frustasi, serangan (misalnya menyebabkan
cedera) dan keterampilan. Penulis dalam hal ini memfokuskan penelitian pada
anteseden perilaku agresif yang terjadi karena perbedaan individual khususnya
sikap terhadap kekerasan, keyakinan tentang kekerasan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan kekerasan yang sudah tertanam dalam identitas diri
individu.Menurut Fromm (1986; Koeswara, 1988), sesungguhpun faktor-faktor
genetis atau biologis terlibat dalam kemunculan agresi manusia seperti halnya
dalam agresi hewan, namun agresi manusia tidak dapat disimpulkan sebagai
bersumber pada naluriah. Agresi manusia merupakan persoalan eksistensial
yang bersumber pada kondisi-kondisi sosial dan situasional, dimana
pendidikan, perlakuan, dan situasi-situasi yang diterima individu sejak usia
dini memainkan peranan penting dalam pengembangan agresi pada individu
tersebut. Dalam hal ini, Berkowitz (1995) juga menyetakan bahwa seorang
yang bertindak agresif didorong oleh beberapa tujuan, seperti: mengembalikan
konsep diri yang terancam, mengembalikan kekuasaan dan kendali,
meningkatkan status sosial, dan mendapatkan dukungan orang lain.Para ahli teori belajar juga menekankan bahwa perilaku agresif
dihasilkan oleh “pola asuh (nurture)”, yaitu diperoleh melalui proses belajar
seperti kebanyakan bentuk perilaku sosial lainnya (Bandura, 1983; dalam
Krahe, 2001). Selain itu, Huesmann (1998; dalam Krahe, 2001) juga
menyatakan bahwa perilaku sosial pada umumnya, dan perilaku agresif pada
khususnya, dikontrol oleh repertoar perilaku yang diperoleh melalui proses
sosialisasi awal. Sosialisasi (Koeswara, 1988) adalah proses belajar yang luas,
yang mengandung sejumlah faktor, meliputi standar, nilai atau norma dan
kebiasaan yang menjadi kriteria atau ukuran bisa dan tidak bisa diterimanya
atau diharapkannya suatu tingkah laku oleh atau menurut kelompok sosial.Bila seorang anak-anak telah berulang kali merespon (atau melihat
orang lain merespon) situasi konflik dengan perilaku agresif, dan perilaku itu
mampu mengatasi konflik dengan keuntungan di pihaknya. Mereka
berkemungkinan mengembangkan sebuah representasi kognitif yang
tergeneralisasi di mana konflik berkaitan erat dengan agresi. Dalam skrip
agresif melekatlah keyakinan normatif yang mengarahkan keputusan individu
mengenai apakah sebuah respon tertentu dianggap cocok untuk keadaan
tertentu atau tidak.Menurut tinjauan model peran sosial (Krahe, 2001), kecenderungan
berperilaku agresif ini diperoleh sebagai bagian peran gender maskulin dalam
proses sosialisasi. Identitas peran gender adalah seperangkat sifat yang
mengambarkan sikap dan perilaku individu yang didasarkan pada kesadaran
dan disesuaikan dengan harapan serta norma-norma masyarakat. Gender
merupakan konstruksi sosial yang sekarang ini sering disebut sebagai konsep
dalam diri laki-laki dan perempuan yang membuat mereka itu berbeda satu
sama lainnya (Belenky, Clinchy, Goldberger, & Tarule, 1986; dalam Joseph,
Markus,& Tafarodi, 1992).Gender diasumsikan sebagai atribut, minat, dan kebiasaan yang
diasosiasikan dengan kebudayaan khusus bagi pria dan wanita yang akan
direfleksikan sebagai maskulinitas dan femininitas (Ashmore, 1990; dalam
Cramer & Neyedley, 1998). Menurut Santrock (2002), peran gender ini
merupakan seperangkat harapan yang menggambarkan bagaimana laki-laki
dan perempuan seharusnya berpikir, merasa dan bertindak.Bem (Berk, 1989) mengemukakan bahwa pengenalan peran gender
didasarkan pada proses penyerapan informasi dari lingkungan oleh anak, yang
didasarkan pada skema gender. Skema peran gender mengandung dimensi
sosial dan intelektual, merupakan suatu jaringan yang saling berhubungan dan
membentuk bagian dasar dari kerangka konseptual seseorang individu
mengenai peran gender. Setiap individu berbeda dalam derajat penggunaan
skema peran gender untuk memproses informasi mengenai diri mereka sendiri
dan orang lain. Konsep diri seseorang pada akhirnya berasimilasi dengan
skema gender.Ada empat tipe peran gender, yaitu maskulin, feminin, androgini dan
tak terbedakan (Bem, 1981). Setiap peran gender memiliki karakteristik
sendiri yang mempengaruhi perilaku seseorang. Bem (1975) mengatakan
bahwa peran gender maskulin lebih menunjukkan peran karakteristik sifat
mandiri, agresif, ambisius, dominan, dan kurang responsif terhadap hal yang
berhubungan perasaan. Feminin dengan sifat ketergantungan terhadap orang
lain, tidak tegas, tidak percaya diri, sensitif terhadap orang lain dan hangat
dalam hubungan interpersonal. Meskipun begitu, peran gender laki-laki dan
perempuan dianggap setara dan dapat dipertukarkan. Artinya pada saat
tertentu laki-laki bisa berperan sebagai orang yang lemah lembut, emosional
dan penuh kasih sayang. Sebaliknya, pada saat tertentu pula perempuan bisa
menjadi perkasa, rasional dan bersikap sebagai pemimpin. Peran gender yang
dapat dipertukarkan disebut peran gender berorientasi androgini. Sedangkan
peran yang tidak terbedakan merujuk pada orang yang memiliki sifat-sifat
maskulin dan feminin yang rendah.Saat ini sebenarnya sudah banyak penelitian tentang kecenderungan
perilaku agresif tetapi kebanyakan penelitian itu melihat perbedaan tersebut
sekedar terjadi karena perbedaan jenis kelamin yaitu berbeda antara laki-laki
dan perempuan yang disebabkan secara biologis atau fisik. Padahal
sebenarnya perbedaan kecenderungan berperilaku agresif juga bisa terjadi
karena perbedaan pemahaman akan dunia sosial, dimana perilaku agresif
sebenarnya terkait dengan maskulinitas seseorang. Maskulinitas dalam diri
individu yang membuat individu berkecenderungan berperilaku agresif.
Berdasarkan pernjelasan-penjelasan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa peran gender yang berbeda akan menunjukkan perilaku agresif yang berbeda pula.
B.
Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan kecenderungan perilaku agresif ditinjau dari identitas peran maskulin, feminin, androgini dan tidak terbedakan? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kecenderungan perilaku agresif ditinjau dari identitas peran maskulin, feminin, androgini dan tak terbedakan.
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan pada ilmu psikologi sosial, terutama dalam konteks penelitian – penelitian yang berkaitan dengan perilaku agresif dan gender.
2. Manfaat Praktis Penelitian diharapkan dapat membantu mahasiswa dan masyarakat luas untuk memahami tentang perilaku agrsif sehingga mereka bisa membantu untuk membina dan mengembangkan perilaku yang lebih bisa diterima secara sosial.
BAB II LANDASAN TEORI A. Kecenderungan berperilaku Agresif 1. Pengertian Kecenderungan Berperilaku Agresif Berkowitz (1999) menyebutkan bahwa perilaku agresif adalah bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik
maupun secara verbal (dengan kata-kata). Orang yang mengalami dorongan agresif adalah orang yang sering melihat ancaman dan tantangan, dan yang cepat menyerang orang yang membuatnya tidak tenang sehingga mereka sangat mungkin mempunyai sikap jahat terhadap orang lain. Aronson (1972; dalam Koeswara, 1988) juga mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku yang dijalankan individu dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu. Sementara itu, menurut Moore dan Fine (1968, dalam Koeswara, 1988), agresi didefinisikan sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-objek.
Pemahaman tentang perilaku agresif dapat pula dijelaskan berdasarkan komponen psikis yang terlibat (Krahe, 2001), yakni niat atau tujuan perilaku untuk melukai (merugikan) orang lain atau objek, harapan pelaku (agresor) bahwa tindakannya akan mencelakakan korban atau menghasilkan sesuatu dan
Baron (1977, dalam Koeswara, 1988) juga menyatakan bahwa perilaku agresi
adalah tingkah laku individu yang ditunjukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Baron
dan Richardson (1994, dalam Krahe, 2001) juga menambahkan bahwa agresi
merupakan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau
melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perlakuan itu.
Buss (1995) menyatakan bahwa kemarahan dan permusuhan juga
mengikuti atau mengarahkan pada tindakan agresi. Kemarahan sebagai suatu
emosi negatif yang dialami seseorang dapat menimbulkan perasaan terganggu
dan tidak nyaman. Sedangkan permusuhan sebagai komponen dari agresi
mengandung unsur ketidaksukaan, dendam atau sakit hati dan kebencian
terhadap orang lain. Permusuhan juga melibatkan kecurigaan bahwa orang lain
menyembunyikan atau bermaksud membahayakan dirinya. Permusuhan
meliputi ketidaksukaan, dendam atau sakit hati dan kebencian yang berlangsung
bertahun-tahun lamanya.Dari berbagai pengertian tentang perilaku agresif di atas, maka inti
dari definisi kecenderungan berperilaku agresif mencakup ciri-ciri sebagai
berikut: a.Suatu bentuk kecenderungan berperilaku b. Adanya maksud yang artinya dilakukan secara sengaja c.
Adanya sasaran pelaku atau korban yang berupa orang lain ataupun objek. d.
Tujuan atau harapannya adalah mencelakakan fisik ataupun psikologis korban.
e.
Mengandung unsur kekerasaan, serangan, permusuhan.
f.
Korban tidak menghendaki perilaku agresi tersebut dan agresor menyadari hal tersebut.
g.
Ada rasa ketidaksukaan, dendam, sakit hati dan curiga dari agresor kepada korban.
2. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif Berkowitz (1995) membedakan agresi ke dalam dua macam bentuk
agresi, yakni agresi instrumental dan agresi emosional atau agresi impulsif.
a.
Agresi instrumental adalah perilaku agresif yang mempunyai tujuan lain disamping kejahatan, atau perilaku agresif yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. Agresor memiliki tujuan lain dibenaknya saat menyerang korbannya.
b.
Agresi emosional atau agresi impulsif adalah agresi yang dilakukan ketika seseorang merasa tersinggung dan berusaha ingin menyakiti atau melukai
orang lain.
Buss (dalam Baron & Bryne, 1997) mengelompokan bentuk-bentuk perilaku agresi ke dalam dimensi-dimensi fisik verbal, aktif-pasif dan langsung- tak langsung. Selanjutnya dari interaksi masing-masing dimensi, diperoleh
1. Agresi fisik-aktif-langsung, adalah perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti dengan menggunakan fisik dimana individu aktif dan secara
langsung melakukannya terhadap orang lain, misalnya memukul orang lain.
2. Agresif fisik-aktif-tidak langsung, adalah perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti dengan menggunakan fisik dimana individu aktif dan secara tidak langsung melakukannya terhadap orang lain, misalnya membuat jebakan untuk mencelakakan orang lain.
3. Agresi fisik-pasif-langsung, adalah perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti dengan menggunakan fisik dimana individu pasif dan secara langsung melakukannya terhadap orang lain, misalnya tidak memberi jalan orang yang mau lewat.
4. Agresi fisik-pasif-tidak langsung, adalah perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti dengan menggunakan fisik dimana individu pasif dan secara tidak langsung melakukannya terhadap orang lain, misalnya menolak untuk mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh orang lain.
5. Agresi verbal-aktif-langsung, adalah perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti dengan menggunakan kata-kata dimana individu secara aktif dan secara langsung melakukannya terhadap orang lain, misalnya mencaci maki orang lain.
6. Agresi verbal-aktif-tidak langsung, adalah perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti dengan menggunakan kata-kata dimana individu secara aktif dan
secara tidak langsung melakukannya terhadap orang lain, misalnya
menyebarkan gosip.7. Agresi verbal-pasif-langsung, adalah perilaku yang dimaksudkan untuk
menyakiti dengan menggunakan kata-kata dimana individu secara pasif dan
secara langsung melakukannya terhadap orang lain, misalnya menolak untuk
berbicara.8. Agresi verbal-pasif-tidak langsung, adalah perilaku yang dimaksudkan untuk
menyakiti dengan menggunakan kata-kata dimana individu secara pasif dan
secara tidak langsung melakukannya terhadap orang lain, misalnya
menggerutu.Tabel 2.1 Pembagian bentuk Agresi menurut Buss Perilaku Aktif PasifAgresif Langsung Tak Langsung Langsung Tak Langsung
Fisik Memukul Menjebak Tidak memberi jalan Menolak melakukan
sesuatu Verbal Memaki Menyebar Menolak berbicara / Menggerutu gossip menjawab pertanyaan
Selain itu, Buss & Perry (1992, dalam Silvia & F. Iriani R.D., 2003) dalam
Aggression Questionnaire –nya juga menyatakan bahwa ada 4 aspek yang
terkandung dalam perilaku agresi seseorang, yakni: 1.Agresi Fisik Bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai seseorang secara fisik, yaitu memukul, menendang, menusuk, membakar, dan sebagainya.
2. Agresi Verbal Bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai seseorang secara verbal atau melalui kata-kata, termasuk di dalamnya adalah perilaku argumentatif dan kata-kata yang mengandung unsur permusuhan. Bila seseorang sedang mengumpat, membentak, berdebat, mengejek dan sebagainya, orang itu dapat dikatakan sedang melakukan agresi.
3. Kemarahan Kemarahan sebagai suatu emosi negatif yang dialami seseorang yang dapat menimbulkan perasaan terganggu dan tidak nyaman. Kemarahan merupakan perasaan tidak senang sebagai reaksi atas cedera fisik maupun psikis yang diderita individu.
4. Permusuhan Permusuhan adalah sikap yang negatif terhadap orang lain karena mengandung unsur ketidaksukaan, dendam atau sakit hati dan kebencian terhadap orang lain. Permusuhan juga melibatkan kecurigaan bahwa orang lain menyembunyikan atau bermaksud membahayakan dirinya. Permusuhan meliputi ketidaksukaan, dendam atau sakit hati dan kebencian yang berlangsung bertahun-tahun lamanya (Buss, 1995)
3. Faktor-Faktor Penyebab Kecenderungan Berperilaku Agresif Agresi bukanlah variabel yang muncul secara kebetulan atau otomatis, melainkan variabel yang muncul karena terdapat kondisi-kondisi atau faktor- faktor tertentu yang mengarahkan dan mencetuskannya, yang sering dibedakan ke dalam dua jenis faktor yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal) dan daktor-faktor yang berasal dari luar (eksternal).
a.
Frustasi Dollard-Miller (Koeswara, 1988) mengagaskan bahwa frustasi bisa
mengarahkan individu kepada perilaku agresif. Setiap tindakan agresif pada akhirnya bisa dilacak penyebabnya adalah frustasi. Frustasi sendiri adalah situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuannya sehingga orang
yang frustasi akan marah dan menunjukkan perilaku agresifnya.
Dollard, dkk (dalam Berkowitz, 1995) menyebutkan bahwa
(1) tingkat kepuasan yang diharapkan, (2) seberapa jauh ia gagal memperoleh kepuasan, dan (3) seberapa sering ia terhalang untuk mencapai tujuan.
b.
Proses Belajar Masa Lalu Sears, dkk (1991) mengungkapkan bahwa mekanisme utama yang
menentukan perilaku agresif manusia adalah proses belajar masa lampau. Ketika masih bayi, seorang anak akan menunjukkan perasaan agresifnya yang sangat impulsif itu dengan cara menangis keras-keras, memukul- mukulkan tangannya, menghantam apa saja yang dapat dijangkaunya. Pada awal kehidupannya, seorang bayi belum menyadari kehadiran orang lain, sehingga perasaan agresifnya belum diarahkan pada diri seseorang.
Berbeda ketika individu sudah memasuki masa dewasa, individu akan melakukan perilaku agresif pada beberapa situasi dan menekan amarah dalam situasi yang lain, bertindak agresif pada orang tertentu dan bukan pada orang lain. Individu dewasa akan semakin mampu untuk mengendalikan dorongan impulsif agresifnya dan hanya melakukan perilaku agresifnya dalam situasi tertentu saja.
1) Reinforcement Sears, dkk (1991) menjelaskan bahwa proses munculnya perilaku agresif ditunjang pula adanya proses penguatan (reinforcement) atau peneguhan. Penguatan atau peneguhan yang diberikan pada perilaku menimbulkan kecenderungan perilaku tersebut akan diulangi di masa yang akan datang. Oregan (dalam Berkowitz, 1995) juga menyatakan bahwa peneguhan dari saudara Si Anak agresif, akan meneguhkan perilaku agresifnya.
2) Modeling Berkowitz (1995) mengungkapkan bahwa contoh-contoh yang diberikan oleh orang lain kepada anak juga bisa mempengaruhi kecenderungan agresif anak, tak peduli apakah orang lain itu ingin ditiru atau tidak. Teori modeling ini dikemukakan oleh Bandura yang mendefinisikannya sebagai pengaruh yang timbul ketika orang melihat orang lain (model) bertindak dengan cara tertentu dan kemudian meniru perilaku orang tadi. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh orangtua atau teman-teman yang ditunjukkan kepada Si Anak adan berkontribusi pada pembentukan kecenderungan tetap terhadap perilaku agresif anak (Berkowitz, 1991). Proses belajar melalui orang lain (Vicarious Learning) ini akan meningkat bila perilaku orang dewasa tersebut diberi penguatan dan bila situasinya mendukung identifikasi terhadap model orang dewasa itu (Sears, dkk, 1991).
c.
Perasaan Negatif dan Kejadian Tidak Menyenangkan Berkowitz (1995) menyatakan bahwa semua perasaan negatif, semua perasaan tidak enak adalah dorongan dasar bagi perilaku agresif.
mengakibatkan munculnya dorongan agresif. Bukan terusiknya harga diri
seseorang itu sendiri yang menghasilkan dorongan untuk menyerang
pengganggu, melainkan karena perasaan terlukanya. Namun, kita semua
tahu bahwa orang tidak selalu tidak menyenangkan saat merasa tidak
enak, mereka bisa mengendalikan diri dan menahan dorongan agresifnya.
Berkowitz (1995) menjelaskan bahwa ada beberapa kejadian tidak
enak yang menyebabkan manusia berperilaku agresif, seperti suhu tinggi
yang menyiksa, berada dalam ruangan yang penuh dengan asap rokok, bau
tidak sedap dan bahkan pemandangan menjijikan ternyata meningkatkan
kekerasan yang ditunjukkan kepada orang lain. Selain itu tekanan sosial
dalam bentuk tingginya tingkat pengangguran, inflasi, atau modernisasi
yang cepat, keadaan ekonomi yang lemah, dan kondisi politik dapat
meningkatkan perilaku agresif.Selain itu, seseorang yang bertindak agresif didorong oleh
beberapa tujuan, yaitu: menyudahi hubungan yang tidak enak,
mengembalikan konsep diri yang terancam, mengembalikan kekuasaan
dan kendali, meningkatkan status sosial, dan mendapatkan dukungan orang lain (Berkowitz, 1995). B.
Identitas Peran Gender 1.
Pengertian Identitas Peran Gender a.
Pengertian Gender Gender seringkali diartikan sebagai kelompok laki-laki
perempuan, atau perbedaan jenis kelamin. Untuk memahami kata gender, haruslah dibedakan antara seks atau jenis kelamin dengan gender. Secara struktur biologis atau jenis kelamin, manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan yang masing-masing memiliki alat dan fungsi biologis yang melekat serta tidak dapat dipertukarkan. Laki-laki tidak dapat menstruasi, karena tidak memiliki organ peranakan. Sedangkan perempuan tidak bersuara berat, tidak berkumis, karena keduanya memiliki hormon yang berbeda.
Wiliam-de Vries (2006) menyatakan bahwa gender sama sekali berbeda dengan pengertian jenis kelamin. Gender bukan jenis kelamin.