Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus sentra industri kerajinan kulit Manding Bantul, Yogyakarta - USD Repository

  

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN DAN KULTUR

LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA

KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

  Studi Kasus : Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul, Yogyakarta

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Akuntansi Disusun oleh :

VALENTINUS HARIMURTI

  NIM : 021334122

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

Segala kesedihan dan kebahagiaan yang mewarnai proses penulisan skripsi ini

kepersembahkan untuk:

  1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkah Nya

  2. Bapak dan Ibu yang telah memberikan segalanya untuk keberhasilanku

  3. Kakak-kakakku yang selalu mendukungku

  MOTTO

Kita tidak tahu yang akan terjadi pada kita dalam pola hidup yang aneh ini.

  Akan tetapi kita dapat memutuskan yang akan terjadi dalam diri kita…..

Bagaimana cara menghadapinya, apa yang akan kita perbuat dengannya dan

itulah yang pada akhirnya paling menentukan.

  (Josesp Fort Newton) Ketika berhadapan dengan tantangan, carilah jalan, tetapi bukan jalan keluar.

  (David L. Weatherford)

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Valentinus HariMurti Nomor Mahasiswa : 021334122

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

  PENGARUH

  Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

  

PERMODALAN, PENDIDIKAN DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP

HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS

MENGELOLA USAHA

  beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya

  memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 15 September 2009 Yang menyatakan,

KATA PENGANTAR

  Tiada kata lain yang diucapkan pada awal kata pengantar ini, selain ucapan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Pengaruh

  

Permodalan, Pendidikan dan Kultur Lingkungan Kerja Terhadap

Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola

Usaha”. Studi kasus Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul,

  Yogyakarta. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak masukan dan semangat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

  4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing, yang dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima kasih untuk semuanya.

  5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku dosen tamu yang telah memberikan saran dan pengarahan dalam skripsi.

  6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah.

  7. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas segala keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di USD.

  8. Para responden yang ada di sentra Industri Kulit Manding, Bantul yang telah memberikan dukungannya dalam mengisi kuesioner.

  9. Bapak P. Mulyadi dan Ibu C. Sutinah, Mbak Eka dan Mas Agus, yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis. Berkat Allah Bapa selalu beserta kalian semua.

  10. Buat “Wina”. Terima kasih atas dukungannya dan bantuannya.

  11. Keluarga Dukuh dan Simbah-ku Sukowiharjo yang telah bersedia memberikan pengertian, kesabaran, cinta kasih, dukungan, selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

  12. Teman-temanku di PAK C’02 yang telah memberikan semangat hidup, Mas Thomas (thanx uda privat aq), Toro, Sastro, Nina, Cipluk, Putri, Heri, Chandra, Dewi K, Banu. Terima kasih atas bantuannya selama ini dan kebersamaannya.

  13. Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2002 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu.

  14. Keluarga besar PAKir. Ucil, Pak Kemis, Pak Bambang, Pak Munaji, Pak Joko alias Dolok. Terima kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan di parkiran, menemaniku selama kuliah dan menjaga motorku..

  15. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

  Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

  Yogyakarta, 15 September 2009

  

ABSTRAK

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN DAN KULTUR

LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA

KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

  Studi Kasus : Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul, Yogyakarta

  

Valentinus HariMurti

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2009

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. (2) Pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. (3) Pengaruh kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

  Studi kasus dari penelitian ini adalah Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul pada tanggal 18 Maret 2009 sampai dengan 18 Juni 2009. Populasi dari penelitian ini merupakan seluruh pengusaha kulit di Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dengan koefisien regresi = – 0,192 dan ( ρ = 0,507). (2) Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dengan koefisien regresi = 0,150 dan ( ρ = 0,628). (3)a. Tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dengan koefisien regresi = 0,551 dan ( ρ = 1,188). (3)b. Tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi individualism dan collectivism terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dengan koefisien regresi = 1,309 dan ( ρ = 0,530). (3)c. Tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi feminity dan masculinity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dengan koefisien regresi = 1,423 dan ( ρ = 0,620). (3)d. Tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi uncertainty avoidance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dengan koefisien regresi = 3,171 dan ( ρ = 0,245).

  

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CAPITAL, EDUCATION, AND CULTURAL

WORKING ATMOSPHERE TOWARD THE RELATIONSHIP BETWEEN

THE ENTREPRENEURSHIP SPIRIT AND THE EFFECTIVENESS OF

BUSINESS MANAGEMENT

  A Case Study On Leather Industrial Centre In Manding, Bantul Regency Yogyakarta

  

Valentinus HariMurti

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2009

  This study aims to know: (1) the influence of capital towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management. (2) the influence of education towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management. (3) the influence of cultural working atmosphere towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management.

  This is a case study on Leather Industrial Centre in Manding Bantul Regency on March 18 to June 18, 2009. The research’s population were all leather industrialists in Manding. The data were collected by applying questionnaire. The data analysis was the regression analysis developed by Chow.

  The results of this study show: (1) there is no influence of capital towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management with the regression coefficient = – 0,192 and ( ρ = 0,507); (2) there is no influence of education towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management with the regression coefficient = 0,150 and ( ρ = 0,628); (3)a there is no influence of cultural working atmosphere on power distance point of view towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management with the regression coefficient = 0,551 and ( ρ = 1,188); (3)b there is no influence of cultural working atmosphere on individual and collective point of view towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management with the regression coefficient = 1,309 and

  ρ = 0,530); (3)c there is no influence of cultural working atmosphere on female ( and male point of view towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management with the regression coefficient = 1,423 and ( ρ = 0,620); (3)d there is no influence of cultural working atmosphere on uncertainty avoidance point of view towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................. iv

MOTTO ................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

ABSTRAK ............................................................................................... xi

ABSTRACT ............................................................................................ xii

DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

  xv

  

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................

  1 A. Latar Belakang ..................................................................

  1 B. Identifikasi Masalah ..........................................................

  6 C. Rumusan Masalah .............................................................

  6 D. Tujuan Penelitian ...............................................................

  7 E. Manfaat Penelitian..............................................................

  7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................

  9 A. Efektivitas Mengelola Usaha.............................................

  9 B. Jiwa Kewirausahaan...........................................................

  12 C. Kultur Lingkungan Kerja...................................................

  14 D. Permodalan ........................................................................

  20 E. Pendidikan .........................................................................

  22

  G. Kerangka Berfikir ..............................................................

  32 H. Hipotesis ............................................................................

  33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...........................................

  34 A. Jenis Penelitian ..................................................................

  34 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................

  35 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..........

  35 D. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Pengukuran ....

  36 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................

  40 F. Indikator dan Pengukuran Variabel ..................................

  40 G. Pengujian Instrumen Penelitian .........................................

  42 H. Uji Prasyarat Analisis Korelasi ..........................................

  48 I. Analisis Data .....................................................................

  49 1. Analisis Deskriptif ....................................................

  49 2. Pengujian Hipotesis Penelitian .................................

  49 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...........................

  57 A. Analisis Deskriptif ..............................................................

  57 B. Analisis Data ......................................................................

  72 C. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................

  84 BAB V PENUTUP ...............................................................................

  95 A. Kesimpulan .........................................................................

  95 B. Keterbatasan Penelitian ......................................................

  98 C. Saran ...................................................................................

  99 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 100

  

LAMPIRAN ............................................................................................. 103

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  Tabel 1 Skor Skala Sikap ............................................................................ 39 Tabel 2 Indikator Variabel Efektivitas Mengelola Usaha ..........................

  41 Tabel 3 Indikator Variabel Jiwa Kewirausahaan .......................................

  41 Tabel 4 Indikator Variabel Kultur Lingkungan Kerja .......................................

  42 Tabel 5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Evektifitas Mengelola Usaha ....

  44 Tabel 6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaaan ...............

  45 Tabel 7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Lingkungan Kerja ......

  46 Tabel 8 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ..........................................

  47 Tabel 9 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel ............................................

  47 Tabel 10 Distribusi frekuensi umur perusahaan ...........................................

  57 Tabel 11 Distribusi frekuensi umur pengusaha ............................................

  58 Tabel 12 Distribusi frekuensi jumlah kekayaan usaha .................................

  58 Tabel 13 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri .................................................

  60 Tabel 14 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri .................................................

  61 Tabel 15 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri ditambah modal asing .............

  62 Tabel 16 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri ditambah modal asing ...................... 63 Tabel 17 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden dengan pendidikan rendah .............................................................

  64 Tabel 18 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang memiliki pendidikan rendah ..........................................................

  65

  Tabel 19 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden dengan pendidikan tinggi ..............................................................

  66 Tabel 20 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang memiliki pendidikan tinggi ............................................................ 67 Tabel 21 Interpretasi kultur lingkungan kerja ditinjau dari power distance .. 68 Tabel 22 Interpretasi kultur lingkungan kerja ditinjau dari individualism versus collectivism .........................................................................

  69 Tabel 23 Interpretasi kultur lingkungan kerja ditinjau dari femininity dan

  masculinity ...................................................................................... 70

  Tabel 24 Interpretasi kultur lingkungan kerja ditinjau dari uncertainty avoidance ...................................................................

  71 Tabel 25 Ringkasan hasil pengujian normalitas ...........................................

  72

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ............................................................ 103 Lampiran 2 Data Induk Penelitian ........................................................... 113 Lampiran 3 Uji Validitas dan Realibilitas ............................................... 119 Lampiran 4 Uji Normalitas ...................................................................... 125 Lampiran 5 Distribusi Frekuensi ............................................................. 126 Lampiran 6 Regresi ................................................................................. 143 Lampiran 7 Tabel r .................................................................................. 155 Lampiran 8 Surat-surat ............................................................................ 156

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional saat ini sedang mengalami masa

  pasang surut selama krisis ekonomi melanda Indonesia terutama pada masa puncaknya tahun 1998. Pada tahun 1998 tersebut nilai rupiah mengalami penyusutan terhadap dolar AS paling tinggi selama krisis ekonomi bahkan pernah terjadi 1 Dollar AS dihargai dengan Rp 17.000,-. Akibatnya banyak perusahaan yang gulung tikar termasuk perusahaan/industri skala besar, sedang/menengah, maupun kecil terutama yang sangat tergantung kepada bahan baku impor. Krisis ekonomi ini akan berdampak pada penyusutan karyawan sehingga pemutusan hubungan kerja (PHK) tak dapat dihindari.

  Dengan jumlah PHK yang semakin tinggi dan kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil seperti sekarang ini menuntut orang untuk bertindak ekonomis dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan pengangguran yang ada menyebabkan semakin menurunnya taraf ekonomi bagi golongan keluarga menengah ke bawah yang tinggal di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Semakin sempitnya lapangan kerja dan tingginya tingkat persaingan tanpa ada jalan keluar akan membawa bangsa ini ke dalam kemiskinan yang berkepanjangan.

  Sebagian besar masyarakat menempuh berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka melalui lembaga formal dan non formal (swasta). Lembaga formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional dan diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan lembaga non formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktivitas serta tujuan bersama untuk mendapatkan keuntungan. Banyak diantara mereka yang berhasil berwirausaha dalam bidang non formal yaitu menciptakan karya bagi diri mereka dan kemudian berbagi untuk orang lain. Penciptaan suatu lapangan pekerjaan yang bersifat non formal (swasta) membutuhkan seseorang yang benar-benar mampu melihat peluang usaha dan cara pengelolaanya. Mereka yang berhasil menjalankan usaha karena mereka mempunyai kemampuan dalam berwirausaha yang didasari adanya jiwa kewirausahan, pendidikan dan permodalan yang dimiliki serta mampu menciptakan kultur lingkungan kerja yang kondusif.

  Seperti yang dikatakan S. Haedjoseputro (1987:27), bahwa salah satu sarana untuk memerangi kemiskinan adalah menciptakan manusia yang terdidik dan terlatih untuk mampu bekerja produktif, sehingga bukan saja mampu mencari pekerjaan sebagai tenaga kerja, tetapi juga mampu menciptakan pekerjaan untuk diri sendiri dan mampu menciptakan kerja bagi orang lain. Dengan kata lain, mereka yang melakukan upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (oportunity) dan perbaikan (preparation) hidup akan menciptakan lapangan usaha. (Kusumo, 1997;5).

  Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behaviour) dari hewan tingkat tinggi dari manusia (Ahmadi, 1975:7). Bagaimana seseorang bisa mengetahui kalau memiliki jiwa? Seseorang bisa melakukan hal-hal yang spiritual - bisa berpikir, melakukan hal-hal tanpa dipaksa, menolak untuk melakukan hal-hal, membuat benda-benda, menikmati humor atau buku, atau film, berbicara, mengerjakan berbagai pekerjaan.

  Konsep entrepreneurship (kewirausahaan) memiliki arti yang luas. Salah satunya, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan, memiliki karakteristik yang hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah populasi. Definisi lainnya adalah seseorang yang ingin bekerja untuk dirinya.

  Banyak yang mengeluh, bahwa untuk membuka sebuah bisnis sudah tidak ada peluang. Sesungguhnya untuk memulai bisnis dapat kita lakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan pendidikan yang kita punyai. Seperti yang dipaparkan oleh pimpinan Primagama Purdi E Chandra (www.Republika.co.id/cetak berita.asp). Apabila ingin menjadi pengusaha sukses tidak perlu pendidikan yang tinggi-tinggi. Di Indonesia banyak pengusaha sukses tidak tamat sarjana, bahkan ada yang tidak tamat Sekolah Dasar. Demikian pula, sembilan orang terkaya di dunia akademiknya tidak begitu menggembirakan. Itu terjadi karena otak kanannya yang menonjol, ketimbang otak kirinya yang berpikir teoritis dan intelektual. Menurut John Dewey (1974) pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. Pendidikan bukanlah suatu tindakan momentum tanpa dipikirkan tetapi suatu usaha sadar dan bertangung jawab, dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan seseorang, sehingga mampu hidup dan melanjutkan kehidupannya dalam lingkungan yang selalu berubah dan menuntut perubahan (Yusuf, 1986;25). Pendidikan yang baik adalah mampu menciptakan lapangan kerja setelah mereka dibekali dengan ilmu, ketrampilan, dan nilai-nilai dalam masyarakat.

  Banyak pelaku bisnis tidak saja masa lalu tetapi juga pada masa sekarang yang berpandangan bahwa sukses sebuah organisasi bisnis atau perusahaan dan industri, tergantung pada investasi dan aset yang dimiliki. Para pelaku bisnis berpendapat bahwa investasi (modal) merupakan faktor penentu, karena dapat dipergunakan untuk pengadaan prasarana dan sarana serta teknologi yang relevan dalam menjalankan bisnis yang menjadi pilihannya.

  Setiap perusahaan yang sudah mulai beroperasi akan selalu mengadakan pengeluaran uang atau dana untuk membiayai operasi perusahaan seperti untuk membeli bahan mentah, membayar gaji, membayar hutang dan lain sebagainya. Pengeluaran itu disebut ”revenue exspenditure” yaitu pengeluaran uang yang dimaksudkan untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu sebuah pengusaha harus memiliki sejumlah modal dalam bentuk uang untuk menjalankan usahanya secara efektif.

  Untuk memulai suatu usaha biasanya wirausahawan menggunakan modal awalnya dari tabungan pribadi dan kemudian mencoba mendapatkan akses pada tabungan keluarga dan teman, bila dirasa kurang mencukupi, wirausahawan akan mencari pendanaan lain, seperti bank, maupun lembaga keuangan lainnya.

  Kinerja usaha seorang wirausaha tidak bisa terlepas dari lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja atau kondisi tempat dimana kita bekerja juga merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap semangat kerja, serta kebersihan yang terjaga sangat membuat para pekerja senang dalam bekerja. Lingkungan kerja yang seperti ini akan meningkatkan semangat dalam bekerja. Lingkungan kerja merupakan lingkungan dimana para karyawan melaksanakan tugas dan pekerjaannya sehari- hari.(Ahyari,1983:216-217). Dalam suatu unit organisasi, terutama organisasi yang besar, dari manajemen sangat dibutuhkan dua hal yaitu komitmen moral dan keterbukaan dalam komunikasi. Perkembangan sebuah usaha tidak terlepas dari kinerja karyawan atau orang-orang yang ada didalam perusahaan tersebut. Kinerja sangat dipengaruhi oleh semangat, ketenagaan, kesegaran dan faktor-faktor lain yang ada dalam lingkungan perusahaan. Semua karyawan memiliki kebutuhan untuk mengungkapkan diri, ingin diterima sebagai bagian dari "anggota keluarga/perusahaan", ingin dipercaya dan didengar kata-katanya, dihargai oleh manajemen dan bangga terhadap apa yang dikerjakannya. Dengan melihat beberapa hal tersebut penulis mengambil judul penelitian tentang “ Pengaruh Permodalan, Pendidikan dan Kultur

  Lingkungan Kerja terhadap Hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha “.

  B. Identifikasi Masalah

  Ada banyak faktor yang diduga berhubungan dengan keefektivan mengelola usaha. Faktor – faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal.

  Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam yang mempengaruhi jalannya usaha. Faktor ini meliputi: sumber daya manusia, tanggung jawab sosial, pengalaman usaha, sumber daya keuangan/permodalan, jiwa kewirausahaan, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi jalannya usaha. Faktor ini meliputi: kedudukan pasar, pengembangan usaha, lokasi usaha, relasi dengan pihak luar, pesaing, pendidikan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada faktor permodalan, pendidikan, kultur lingkungan kerja, jiwa kewirausahaan serta efektivitas mengelola usaha karena terbatasnya waktu, biaya dan tenaga.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

  1. Apakah ada pengaruh positif dan signifikan permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha ?

  2. Apakah ada pengaruh positif dan signifikan pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha ?

  3. Apakah ada pengaruh positif dan signifikan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha ? D.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menyediakan bukti-bukti tentang adanya: 1. pengaruh positif dan signifikan permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha 2. pengaruh positif dan signifikan pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha 3. pengaruh positif dan signifikan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha.

E. Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah :

  1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan-kebijakan dalam hal kewirausahaan.

  2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan masukan pada masyarakat yang akan merintis usaha baru.

  3. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperdalam pengetahuan yang diperoleh melalui bangku kuliah dan memperoleh pengalaman dari hasil penelitian terhadap praktek yang terjadi dalam dunia usaha.

  4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

  5. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah perbendaharaan bacaan khususnya mengenai kewirausahaan.

  6. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi wirausahawan dalam menjalankan usahanya.

  7. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pedoman, kiat dan proses menuju sukses berwirausaha.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Mengelola Usaha Sebuah usaha pasti memerlukan pengelolaan yang baik agar usahanya

  tetap berjalan dan bertahan. Disinilah seorang pemimpin perusahaan atau sebuah usaha dituntut mampu mengelola usahanya secara efektif. Efektivitas disini berarti kemampuan seseorang untuk menggerakkan organisasi sedemikian rupa sehingga organisasi mampu mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan dengan pengorbanan yang lebih kecil dengan hasil yang dicapai. Mengelola berarti memimpin, mengendalikan, mengatur dan mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju, dan sebagainya serta bertanggung jawab penuh atas pekerjaan tertentu (Kamus Indonesia Kontemporer 1984: 695). Efektivitas adalah semua usaha dan tindakan yang dapat membawa hasil dalam menjalankan sesuatu.

  Seorang pengusaha harus memiliki beberapa dasar yang kuat agar bisa menghadapi tantangan dalam bisnisnya:

  1. Semangat kerja. Mencintai apa yang dikerjakannya sehingga membuat terus berkarya menghasilkan prestasi-prestasi baru tiada henti. Ketika menghadapi halangan atau kegagalan, tidak putus asa dan justru belajar dari kegagalan.

  2. Seorang pengusaha harus memiliki impian. Impian merupakan wujud dari visi dan misi seseorang dalam berkarya. Dengan mimpi pikiran akan terfokus dan memudahkan mencapai apa yang diinginkan.

  3. Tegas dalam mengambil keputusan. Menunda pekerjaan merupakan kerugian bagi pengusaha. Kecepatan dalam mengambil keputusan yang tepat merupakan kunci keberhasilan dan keputusan harus diterapkan secara konsisten agar hasil yang diharapkan bisa segera terwujud.

  4. Dedikasikan seluruh tenaga, waktu dan pikiran untuk pekerjaan.

  Kadang kala seseorang harus bekerja sedikitnya 13 jam sehari dan tujuh hari seminggu agar impian terwujud.

  5. Rinci. Pengusaha harus bisa memperhatikan hal yang detail dari proses produksi usahanya dan tidak bersikap masa bodoh. Dengan demikian ia mengetahui kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya. Ia juga tidak mau dibohongi bawahannya.

  6. Tidak menggantungkan hidup pada nasib. Yang menentukan apa yang ingin anda kerjakan dan hidup anda tidak ditentukan oleh status merealisasikan diri sendiri adalah anda sendiri.

  7. Dana. Menjadi kaya bukan tujuan utama seorang wirausahawan, uang hanya untuk ukuran keberhasilan. Bila sukses uang akan datang dengan sendirinya.

  8. Bagi-bagi. Kepemilikan usaha dibagikan kepada karyawan karena tanpa mereka bisnis tidak akan jalan. Karena itu, karyawan harus harus diperhatikan agar ada rasa memiliki terhadap perusahaan .

  9. Memilki etika moral. Pengusaha sukses selalu memiliki moralitas dalam menjalankan bisnis. Moralitas ini menjadi penting karena berfungsi sebagai kendali diri agar tidak terjebak pada praktik bisnis yang menghalalkan segala cara.

  10. Mampu belajar dan mendengarkan. Pengusaha harus terus belajar dan mendengarkan masukan dari orang lain, tidak tergantung pada bakat alam, berbagai ajang diskusi seminar, sekolah, konferensi menjadi tempat baginya untuk terus mengasah pengetahun dibidangnya.

  11. Rencana bisnis. Seseorang pengusaha selalu memiliki rencana binis yang akan dikembangkan. Penyusunan rencana bisnis ini penting sebagai arahan dalam mencapai tujuan perusahaan.

  12. Hasil terbaik. Pengusaha sukses ingin mencapai prestasi terbaik dan prestasi itu akan menjadi kepuasan tersendiri yang sulit diganti apapun. (www.Republika.co.id/cetak berita.asp)

  Jadi efektivitas mengelola usaha adalah kemampuan seseorang untuk mengelola, menggerakkan, memimpin, mengendalikan, mengatur dan mengusahakan organisasi supaya lebih baik sedemikian rupa sehingga organisasi mampu mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan dengan pengorbanan yang lebih kecil dengan hasil yang dicapai.

B. Jiwa Kewirausahaan

  Jiwa merupakan sesuatu yang abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perilaku, pikiran, perasaan dan kemauan seseorang dan yang memberi corak kepadanya.(Hamzah, 1950 : 10)

  Banyak para tokoh yang memberikan pendapatnya tentang pengertian dari jiwa, salah satunya adalah Plato yang mengemukakan bahwa jiwa merupakan sesuatu yang berasal dari dunia yang lain dan lebih tinggi dari pada dunia yang dapat musnah seperti apa yang dapat kita lihat. Menurut Hamzah (1950: 13),”Bahwa jiwa merupakan daya hidup dari pada makhluk yang hidup”.

  Pengertian Ilmu jiwa dilihat dari ilmu filsafat, merupakan ilmu yang berasal dari pengalaman-pengalaman sementara dengan cara merenung yang disusun secara logis dan sistematis hingga mewujudkan keutuhan. Jiwa tidak dapat ditangkap dengan indera kita, dengan kata lain jiwa adalah abstrak.

  Dari jiwa kita hanya tahu gejala-gejalanya yang sering disebut sebagai kemampuan atau potensi-potensi jiwa. Potensi jiwa sangat banyak sekali, karena dengan jiwa kita bisa berfikir, mengingat, berfantasi, merasa sedih, menikmati keindahan, membedakan baik buruk dan adanya kemauan.

  Seseorang pasti mempunyai kemampuan atau potensi jiwa dalam setiap diri mereka sendiri seperti gejala cipta, gejala rasa, gejala kehendak, gejala kombinasi. Gejala-gejala tersebut apabila sampai pada taraf yang tinggi akan menghasilkan suatu kerangka berfikir untuk membuat keputusan, menyatakan pendapat, perasaan sosial, perasaan diri sendiri, perasaan intelektual, menimbulkan kemauan sugesti dan lain-lain (Susanta, 1967: 45)

  Kewirausahaan memiliki konsep nilai, yang dibedakan menjadi: (1)

  

person has a value dan, (2) an object has value. Konsep yang pertama

  menyatakan bahwa nilai yang dianut seseorang akan dijadikan sebagai ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Oleh karena itu, watak yang melekat pada seorang wirausaha akan menjadi ciri-ciri kewirausahaan yang dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan.

  Dalam kewirausahaan, ada dua sistem nilai yang menonjol yaitu sistem nilai primer pragmetik dan sistem nilai moralitas. Sistem nilai primer pragmetik dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilakunya, misalnya kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, dan lain-lain. Sementara sistem nilai moralistik mencakup keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerjasama, keteladanan, dan keutamaan.

  Menurut S. Hardjoseputro, seorang wirausaha yang mempunyai jiwa kewirausahaan akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu berani mengambil risiko, memiliki kreativitas, imajinasi, inovasi dan pengembangan ide, bisa bekerja dalam tim, memiliki kepercayaan diri, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, memiliki ilmu pengetahuan yang luas, cekatan, berorientasi pada karir atau pekerjaan, memiliki kemampuan managerial, gaya kepemimpinan yang mendukung dalam menjalankan pekerjaan, memusatkan perhatian pada pencapaian pertumbuhan usaha dan keuntungan serta mampu mengendalikan diri dengan baik (S. Hardjoseputro, 1987 : 27).

C. Kultur Lingkungan Kerja

  Produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja di kantor. Lingkungan kerja yang nyaman akan mempengaruhi kelancaran dalam bekerja. Menurut Ahyari (1994: 124-125),”Lingkungan kerja sebagai suatu lingkungan dimana karyawan tersebut bekerja dan melaksanakan tugas sehari-hari yang meliputi pelayanan perusahaan terhadap karyawan, kondisi lingkungan kerja, dan hubungan antar karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Lingkungan kerja sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas- tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, kebisingan dan lain sebagainya. Lingkungan kerja dalam setiap perusahaan mempunyai peranan penting karena lingkungan kerja mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugas, kondisi, dan hasil kerjanya. Lingkungan kerja yang baik akan menyebabkan karyawan bekerja dengan baik dan bersemangat.

  Menurut kamus manajemen (N.N,1994:103),”Lingkungan kerja adalah semua faktor fisik, psikologis, sosial, dan jaringan hubungan yang berlaku di dalam organisasi dan berpengaruh terhadap karyawan”.

  Hofstede melihat ada empat dimensi yang mempengaruhi nilai-nilai dalam bekerja yang dikaitkan dengan kerja dalam sebuah organisasi. yaitu

  Power Distance (jarak kekuasaan), Individualism dan Collectivism,

  

Masculinity dan Feminity, dan Uncertainty Avoidance (menghindari

ketidakpastian).

  Dimensi pertama adalah jarak kekuasaan atau Power Distance (PD). Dimensi ini mau menunjukkan perbedaan status atau kekuasaan diantara anggota-anggotanya. Masyarakat yang memiliki budaya PD yang tinggi akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau kebiasaan- kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan. Hal tersebut ditandai adanya hirarki yang ketat dan kekuasaan yang terpusat.

  Sedangkan masyarakat yang memiliki orientsai budaya PD rendah berusaha meminimalkan perbedaan-perbedaan status dan kekuasaan hal itu bisa dilihat dari kurang ketatnya struktur organisasi. Menurut Hofstede, perbedaaan dalam dimensi ini akan berpengaruh dalam perilaku kerja.

  Misalnya dalam perusahaan, seorang manajer yang mempertahankan jarak kekuasaan akan menjadi pusat dalam pengambilan keputusan. Sehingga didapat bahwa manajer yang memiliki pengetahuan yang lebih unggul dari pada bawahannya. Sedangkan manajer yang tidak mempertahankan jarak kekuasaan, diharapkan lebih banyak berkonsultasi dengan bawahannya. Maka diperlukan komunikasi yang baik dengan bawahannya, menghargai kesetaraan. Jarak kekuasan menjelaskan derajat ketergantungan karyawan pada atasannya. Semakin dekat jarak kekuasaan, maka semakin akrab hubungan antara bawahan dengan atasannya, dan semakin rendah (kecil) tingkat ketergantungan bawahan pada atasan yang bersangkutan. (Ndraha, 1999:243)

  Dimensi yang kedua adalah Individualism versus Collectivism (IC). Dimensi ini mengacu pada sejauh mana suatu budaya mendukung tendensi individulistik dan kolektivistik. Masyarakat individualistik mengharapkan anggota-anggotanya untuk mandiri atau bebas dan merealisasikan hak-hak pribadinya, sehingga tumbuh kemandirian secara emosional pada instansi atau perusahaan. Sementara budaya kolektif menekankan kewajiban pada masyarakat atau kelompok daripada hak-hak pribadinya. Bahkan diharapkan untuk mengorbankan kepentingan pribadinya demi tujuan kelompok.

  Adanya perbedaan dalam dimensi IC akan berpengaruh dalam perbedaan secara nyata dalam sikap, nilai-nilai, keyakinan dan perilaku yang berkaitan dengan kerja dan perusahaan. Dimensi IC juga berpengaruh pada perbedaan tentang kepemimpinan ideal yang diharapkan.

  Untuk mengukur sisi individualisme, digunakan instrumen yang terdiri dari:

  1. Personal Time, yaitu pekerjaan (job) yang memberikan waktu luang yang cukup untuk diri sendiri dan keluarga.

  2. Freedom, yaitu kebebasan untuk menggunakan cara pendekatan sendiri terhadap pekerjaan.

  3. Challenge, yaitu pekerjaan yang menantang, yang memberikan kebanggaan dan kepuasan dalam melaksanakan (sense of

  accomplishement ) Sedangkan untuk sisi kolektivisme diukur dengan instrumen:

  1. Training, yaitu kesempatan untuk mengalami pelatihan guna meningkatkan job performance.

  2. Physical Conditions, yaitu adanya lingkungan kerja yang baik (ventilasi, cahaya, ruangan, warna, dsb).

  3. Use of skill, yaitu penggunaan keterampilan sepenuhnya dalam melakukan pekerjaan. (Ndraha, 1999:245) Dimensi yang ketiga adalah dimensi masculinity (MA) yang lebih berorientasi materialisme dari pada hubungan kekerabatan. Dimensi ini secara konseptual berguna untuk memahami perbedaaan gender dalam dunia kerja. Dimensi masculinity menunjukan tingkat tingkatan atau sejauh mana suatu masyarakat berpegang teguh pada peran gender atau nilai-nilai seksual yang tradisional yang didasarkan pada perbedaan biologis dan menekankan pada nilai asertivitas, prestasi, dan performansi. Sedangkan dimensi

  

feminnity lebih mengutamakan hubungan interpersonal, keharmonisan dan

kinerja kelompok.

  Perbedaan dalam dimensi ini akan berpengaruh pada struktur organisasi dan corak hubungan dalam suatu perusahaan. Biasanya dalam masyarakat yang memiliki dimensi masculinity tinggi maka perbedaan antara pria dan wanita menjadi menonjol, remaja pria mengharapkan karir pekerjaan yang bagus dan kurang mentolerir kegagalan. Masyarakat yang memiliki dimensi feminity menganggap bahwa kerja yang baik menuntut kemampuan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan orang lain dan kurang mengutamakan kepentingan diri sendiri.

  Ndraha (1999:246) menulis instrumen Hoffstede yang digunakan dalam penelitian. Sisi masculinity digunakan instrumen:

  1. Earning, yaitu pendapatan: kesempatan mendapat job yang menjanjikan pendapatan yang tinggi.

  2. Recognition, yaitu pengakuan atau penghargaan masyarakat terhadap pekerjaan.

  3. Advancement, yaitu kesempatan untuk maju dan mendapat kedudukan tinggi.

  Pengukuran untuk instrument femininity yaitu dengan: 1. Manager, yaitu adanya hubungan baik atasan dan bawahannya.

  2. Cooperation, yaitu kerjasama antar karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan.

  3. Living area, yaitu bertempat tinggal di pemukiman yang layak bagi karyawan dan keluarganya.

  4. Employment security, yaitu ketenangan bekerja selama karyawan suka, tanpa dihantui oleh pemutusan hubungan kerja.

Dokumen yang terkait

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap manajemen usaha dengan jiwa kewirausahaan sebagai pemoderator : kasus sentra industri bakpia Jl. Laksa Adisucipto Yogyakarta.

0 1 159

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus sentra industri kerajinan kulit Manding Bantul, Yogyakarta.

0 0 185

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

0 2 188

Pengaruh etnis, permodalan, dan pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha : studi kasus pada pedagang bumbon/craken di Pasar Beringharjo Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 173

Pengaruh permodalan, pendidikan, dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus sentra industri Genteng Desa Berjo Godean Yogyakarta.

0 0 165

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus counter HP di sepanjang Jalan Gejayan dan Jogja Phone Market Yogyakarta.

0 0 216

Pengaruh permodalan, pendidikan, dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus di Sentra Industri Bakpia Yogyakarta.

0 1 177

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap manajemen usaha dengan jiwa kewirausahaan sebagai pemoderator kasus sentra industri bakpia Jl. Laksa Adisucipto Yogyakarta

0 4 157

Pengaruh etnis, permodalan, dan pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha : studi kasus pada pedagang bumbon/craken di Pasar Beringharjo Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 3 171

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha - USD Repository

0 0 186