Pengaruh permodalan, pendidikan, dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus di Sentra Industri Bakpia Yogyakarta.

(1)

ix

ABSTRAK

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LIGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

Studi Kasus : Sentra Industri Bakpia Yogyakarta Nina Nur Wijayati

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. (2) pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. (3) pengaruh kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Penelitian ini merupakan studi kasus dengan mengambil objek Sentra Industri Bakpia. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0,033 < α= 0,05). (2) tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0, 146 >α= 0,05). (3) tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0,201 > α= 0,05), tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi individualism versus collectivism terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0,771 > α= 0,05), ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi femininity versus masculinity

terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0,026 < α= 0,05), tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi

uncertainty avoidance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0,548 > α= 0,05).


(2)

x

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CAPITAL, EDUCATION, AND

ORGANIZATIONAL CULTURE TOWARDS THE RELATIONSHIP BETWEEN ENTREPRENEURSHIP SPIRIT AND THE EFFECTIVENESS

OF BUSINESS MANAGEMENT

A Case Study : “Bakpia” Industrial Centre of Yo gyakarta Nina Nur Wijayati

Sanata Dharma University Yogyakarta

The aims of research were to know : 1) the influence of capital towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management; 2) the influence of education towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management; 3) the influence of organizational culture towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management.

The research was a case study with the object of “Bakpia” Industrial Centre. To obtain the data, the researcher used questionnaire. The technique used to analyze the data was regression analysis developed by Chow.

The findings showed that : 1) there was influence of capital towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,033 < α= 0,05); 2) there was no influence of education towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,146 >α= 0,05); 3) there was no influence of organizational culture at power distance dimension towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,201 > α= 0,05); there was no influence of organizational culture at individualism versus collectivism dimension towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,771 > α= 0,05); there was influence of organizational culture at femininity versus masculinity dimension towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,026 < α= 0,05); there was no influence of organizational culture at uncertainty avoidance dimension towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,548 > α= 0,05).


(3)

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR

LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA

JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS

MENGELOLA USAHA

Studi Kasus Di Sentra Industri Bakpia Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Nina Nur Wijayati

NIM: 021334108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEM BAH AN

K upersembahkan karya ini unt uk :

† T uhan Y esus K rist us yang D i Surga

?

Bapak dan Ibu T ersayang

?

Adekku Indra dan N ia t ercint a dan


(7)

v

MOTTO

“Segala perkara dapat kutanggung

dalam DIA yang memberikan kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13)

“Batasan segala kemungkinan hanya dapat didefinisikan ketika kita mampu menembus ketidakmungkinan”

(Sir Arthur C Clarke)

“…..In life, we may not always get what we want. We may not always get what we need…

But we get what we deserve…

Cause God always gives us what’s the best…..” (by Amel)


(8)

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Mahakasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak S. Widanarto P, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. FX Muhadi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Ign. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan dukungan dan semangat demi kelancaran penulisan skripsi ini.

6. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bekal pengetahuan dalam proses perkuliahan.

8. Mbak Aris, Pak Wawik, dan Pak Waluyo yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini.

9. Bapak dan Ibu tersayang dan juga adekku yang telah memberikan cinta kasih, semangat, dan doa selama ini. Tanpa kalian semua, aku ga bisa seperti sekarang.


(10)

viii

10.Keluarga Om Tri yang telah banyak membantu ‘mpe ga bisa dihitung lagi… Thankfull buat dukungan selama ini…

11.Andika Putera yang setia mene mani dan selalu memberikan dukungan dan K asih S ayang ?, “Semangat ya…..nyelesein skripsinya. GA BOLEH MALES!!!”

12.Teman2 seperjuangan skripsi; Toro, Sastro & Tomblok. Makacih buat tim yang menyenangkan, mengerti keadaaan satu sama lain, semangat, ketawa-ketiwi sana-sini dan terlebih doa kalian. Tetap SEMANGAT dalam segala hal ya..!! PAK C’02; Cat, Tobing, SPT, Sarinah (makasih LapTopnya), Sigit, Valent, Banu, Satya, Dewi K, Esti, Risa, Dika, Dita, Dewi Kecil, Uci, Astuti, Ima, dan temen PAK ’02 seangkatan lainnya Makasih buat kenangan selama 5 tahun ini…

13.Sahabat2ku; Cipluk, Putri, Sastro, Mitha, Cindy dan Reghe. Semoga persahabatan Qt tidak berhenti di sini tapi selalu terjaga sampai… Pokoknya kalian is the best!

14.GRC (Yanu, Ko2, MDZ, Jeep, Gatir, Me’enk, Angga, Bambang, Ponyep, Renol) yang masih exist sana-sini. Buat sesuatu yang beda dong!! Temen2 Djoyo Community; Kentank, Itok, Tukul, Wahyu, Gabug (Pejuang Cinta), Pak Tua dll. Seneng bisa kenal kalian semua. Sangkuriang (Yuda, Diar, Joko, Teklek, Satya, Singgih dll ga apal namanya) Thanks banget!!

15.Temen2 Perpus (Ellen, Siska, Ziko, Dina, Harpi, Joe, Sinta, Santi, Va2, Leboy, Ko2, Sandra, M’Olla, Tobing, M’Heru, Dhei, Era) kalian buat dunia lebih berwarna.

16.Temen Kos yang baek; M’Atik, M’Yani, M’Pipiet, M’Wiwit, Siska, Lisa, Amel, Yopie, Lilin, Desy, Iis, Yeni dll. Eh, buat Ibu Kos yang…….he3..M’Pon makasih buat kamar 3x3nya.

Penulis


(11)

ix

ABSTRAK

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LIGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

Studi Kasus : Sentra Industri Bakpia Yogyakarta Nina Nur Wijayati

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. (2) pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. (3) pengaruh kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Penelitian ini merupakan studi kasus dengan mengambil objek Sentra Industri Bakpia. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0,033 < α= 0,05). (2) tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0, 146 >α= 0,05). (3) tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0,201 > α= 0,05), tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi individualism versus collectivism terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0,771 > α= 0,05), ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi femininity versus masculinity

terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0,026 < α= 0,05), tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi

uncertainty avoidance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ= 0,548 > α= 0,05).


(12)

x

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CAPITAL, EDUCATION, AND

ORGANIZATIONAL CULTURE TOWARDS THE RELATIONSHIP BETWEEN ENTREPRENEURSHIP SPIRIT AND THE EFFECTIVENESS

OF BUSINESS MANAGEMENT

A Case Study : “Bakpia” Industrial Centre of Yo gyakarta Nina Nur Wijayati

Sanata Dharma University Yogyakarta

The aims of research were to know : 1) the influence of capital towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management; 2) the influence of education towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management; 3) the influence of organizational culture towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management.

The research was a case study with the object of “Bakpia” Industrial Centre. To obtain the data, the researcher used questionnaire. The technique used to analyze the data was regression analysis developed by Chow.

The findings showed that : 1) there was influence of capital towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,033 < α= 0,05); 2) there was no influence of education towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,146 >α= 0,05); 3) there was no influence of organizational culture at power distance dimension towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,201 > α= 0,05); there was no influence of organizational culture at individualism versus collectivism dimension towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,771 > α= 0,05); there was influence of organizational culture at femininity versus masculinity dimension towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,026 < α= 0,05); there was no influence of organizational culture at uncertainty avoidance dimension towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management (ρ= 0,548 > α= 0,05).


(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7


(14)

xii

1. Efektivitas Mengelola Usaha ... 7

2. Jiwa Kewirausahaan... 10

3. Permodalan... 11

4. Pendidikan... 15

5. Kultur Lingkungan Kerja ... 17

B. Penelitian Terdahulu ... 21

C. Hubungan diantara Variabel Penelitian...23

D. Kerangka Berpikir atau Rasionalitas Penelitian... 26

E. Hipotesis Penelitian... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian... 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 30

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 30

D. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Pengukuran... 31

E. Teknik Pengumpulan Data... 34

F. Kisi-Kisi Penyusuna n Kuesioner ... 35

G. Pengujian Instrumen Penelitian...37

H. Uji Prasyarat Analisis ...43

I. Teknik Analisis Data ... 44

BAB VI. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Analisis Data ... 52


(15)

xiii

C. Pembahasan... 78

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN MASALAH, DAN SARAN ...88

A. Kesimpulan... 88

B. Keterbatasan Penelitian...89

C. Saran ...90

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel.3.1 Skala Likert………. 34

Tabel 3.2 Efektivitas Mengelola Usaha……….. 35

Tabel 3.3 Jiwa Kewirausahaan……… 36

Tabel 3.4 Kultur Lingkungan Kerja……… 36

Tabel.3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Efektivits Mengelola Usaha ……… 39

Tabel.3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ……… 40

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Lingkungan Kerja ……….... 41

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Pengukuran Reliabilitas ………... 42

Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi………...………… 43

Tabel.4.1 Umur Perusahaan……… 52

Tabel.4.2 Umur Pemilik………..……… 53

Tabel 4.3 Nilai Aset……… 53

Tabel 4.4 Permodalan……….……… 54

Tabel 4.5 Pendidikan………..……… 54

Tabel 4.6 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari reponden yang hanya menggunakan modal sendiri……….…...… 56

Tabel 4.7 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang hanya menggunakan modal sendiri……….… 57

Tabel.4.8 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri dan modal asing……… 58


(17)

xv

Tabel 4.9 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri dan modal asing……… 59 Tabel 4.10 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari reponden

yang berpendidikan rendah………. 60 Tabel 4.11 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari reponden yang

berpendidikan rendah………..…… 61 Tabel.4.12 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari reponden

yang berpendidikan tinggi……….…….. 62 Tabel 4.13 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari reponden yang

berpendidikan tinggi………..………….. 63 Tabel 4.14 Interpretasi Kultur Lingkungan Kerja ditinjau dari dimensi

Power Distance………..……….. 64

Tabel 4.15 Interpretasi Kultur Lingkungan Kerja ditinjau dari dimensi

Individualism versus Collectivism………...…… 65

Tabel 4.16 Interpretasi Kultur Lingkungan Kerja ditinjau dari dimensi

Femininity versus Masculinity……… 66

Tabel 4.17 Interpretasi Kultur Lingkungan Kerja ditinjau dari dimensi

Uncertainty Avoidance……… 67


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian……… 93

Lampiran 2 Data Induk Penelitian……….. 102

Lampiran 3 Uji Validitas dan Rabilitas………...………… 111

Lampiran 4 Uji Normalitas………...……….…. 117

Lampiran 5 Distribusi Frekuensi………. 118

Lampiran 6 Analisis Regresi………... 136

Lampiran 7 Tabel Statistik……….. 155


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil seperti sekarang ini menuntut orang untuk bertindak ekonomis dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut disebabkan oleh sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Mereka berlomba- lomba untuk mencari pekerjaan walaupun lapangan pekerjaan sekarang ini sangat sempit.

Realita yang terjadi di masyarakat, sebagian besar dari mereka menempuh berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka melalui lembaga formal dan non formal (swasta). Banyak diantara mereka yang berhasil berwirausaha dalam bidang non formal yaitu keberhasilan menciptakan karya bagi diri mereka dan kemudian berbagi untuk orang lain. Para wirausaha sebenarnya telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian Nasional. Seperti yang dikatakan Hardjoseputro (1987:5), bahwa salah satu sarana untuk memerangi kemiskinan adalah menciptakan manusia yang terdidik dan terlatih untuk mampu bekerja produktif, sehingga bukan saja mampu mencari pekerjaan sebagai tenaga kerja, tetapi juga mampu menciptakan pekerjaan untuk diri sendiri dan mampu menciptakan kerja bagi orang lain. Dengan kata lain, mereka yang berhasil mendirikan usaha adalah mereka yang mempunyai kemampuan dalam mengelola usaha yang didasari


(20)

adanya jiwa kewirausahaan kultur lingkungan kerja yang mendukung, pendidikan serta permodalan yang dimiliki.

Para wirausaha adalah individu- individu yang berorientasi kepada tindakan dan bermotivasi tinggi, serta berani mengambil risiko dalam mengejar tujuannya (Hardjoseputro, 1987:27). Jiwa kewirausahaan meliputi sifat-sifat dan ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang wirausaha agar sukses dalam menjalankan usaha. Ciri-ciri wirausaha antara lain percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, orisinalitas, dan berorientasi ke masa depan.

Modal merupakan faktor penting dan sangat menentukan untuk dapat memulai dan mengembangkan suatu usaha. Seringkali pengertian modal dikaitkan dengan uang padahal modal dalam berwirausaha bukan hanya uang. Pada awal membangun suatu usaha, wirausaha biasanya hanya menggunakan tabungan pribadi sebagai modal. Adapula wirausaha yang mencari tambahan modal dari pihak lain yaitu bank, investor, dan lain sebagainya.

Segala sesuatu yang bisa dijadikan modal selain uang antara lain, pikiran, kesempatan, waktu, pendidikan, dan pengalaman. Pikiran jika digunakan semaksimal mungkin akan menghasilkan suatu ide yang mendorong manusia untuk berpikir kreatif. Berpikir kreatif ini dapat direalisasikan dengan menciptakan nilai suatu barang dan jasa melalui inovasi. Kebanyakan wirausaha yang berhasil bukan atas ide sendiri tetapi hasil pengamatan dan penerapan ide- ide orang lain dan bisa menjadi peluang.


(21)

Pendidikan dan pengalaman yang diperoleh oleh seseorang juga merupakan modal yang penting. Pendidikan yang mereka dapat baik formal maupun non formal secara langsung bisa diterapkan dalam menjalankan usaha. Meskipun banyak kita jumpai di lingkungan sekitar kita, orang yang berwirausaha kebanyakan tidak menempuh pendidikan yang tinggi. Sebagian besar dari mereka hanya menempuh sampai pendidikan menengah atau kejuruan atau mengikuti latihan- latihan kerja. Pengalaman kegagalan seorang wirausaha dapat dijadikan sebagi acuan dan semangat untuk semakin meningkatkan usaha yang sedang dijalani.

Kinerja usaha seorang wirausaha tidak bisa terlepas dari lingkungan kerjanya. Kultur lingkungan kerja yang baik akan mendukung proses dalam menjalankan usaha. Kultur lingkungan disini bukan hanya secara fisik tetapi juga hubungan antar karyawan dan hubungan pimpinan dengan karyawan. Terkadang lingk ungan kerja yang tidak nyaman membuat karyawan enggan atau malas bekerja atau yang sering terjadi yaitu adanya konflik antara pimpinan dengan karyawannya. Selain itu, pimpinan juga harus bekerja lebih baik sehingga usaha bisa berjalan dengan efektif.

Denga n demikian jiwa kewirausahaan, pendidikan yang tinggi, permodalan yang cukup, dan kultur lingkungan kerja yang mendukung, seorang wirausaha akan berhasil menjalankan usahanya. Peran usaha kecil bagi perekonomian Nasional memang sangat besar. Hal ini sesuai dengan kondisi negara Indonesia yang akan menuju ke arah industrialisasi. Untuk dapat menjadi negara industri yang kuat, sikap mental bangsa harus pula


(22)

diubah sesuai dengan sikap mental yang dituntut oleh industri, terutama sikap mental berdisiplin, sigap dan cekatan, dan cermat. Seperti watak yang dimiliki seorang wirausaha antara lain kepercayaan, tidak tergantung orang lain, tekun dan tabah, bekerja keras, suka pada tantangan, inovatif dan kreatif serta memp unyai pandangan ke depan (Hardjoseputro, 1987:27). Dengan melihat hal di atas, peneliti mengambil judul penelitian tentang “Pengaruh Permodalan, Pendidikan, dan Kultur Lingkungan Kerja Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha”

B. Identifikasi Masalah

Ada dua faktor yang diduga berhubungan dengan keefektivan mengelola usaha. Faktor–faktor bisa berasal dari luar (eksternal) maupun dari dalam (internal). Faktor internal sangat berpengaruh terhadap jalannya usaha. Faktor internal meliputi sumber daya manusia, tanggung jawab sosial, pengalaman usaha, sumber daya keuangan/permodalan, jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional, kultur lingkungan kerja dan lain- lain. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi jalannya usaha. Faktor ini meliputi: kedudukan pasar, pengembangan usaha, lokasi usaha, relasi dengan pihak luar, pesaing, pendidikan, dan lain- lain. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada faktor permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja serta hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha karena terbatasnya waktu, biaya dan tenaga.


(23)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang dari judul “Pengaruh Permodalan, Pendidikan, dan Kultur Lingkungan Kerja Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha”, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?

2. Apakah ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?

3. Apakah ada pengaruh kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?

D. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. untuk mengetahui apakah permodalan berpengaruh terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas menge lola usaha;

2. untuk mengetahui apakah pendidikan berpengaruh terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha;

3. untuk mengetahui apakah kultur lingkungan kerja berpengaruh terhadap antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.


(24)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan-kebijakan dalam hal kewirausahaan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masyarakat untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kegiatan usaha yang sudah dijalani.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan masukan pada masyarakat yang akan merintis usaha baru.

4. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperdalam pengetahuan yang diperoleh melalui bangku kuliah dan memperoleh pengalaman dari hasil penelitian terhadap praktik yang terjadi dalam dunia usaha.

5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

6. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah perbendaharaan bacaan khususnya mengenai kewirausahaan.


(25)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Kajian Teoritik

1. Efektivitas Mengelola Usaha

Sebuah usaha pasti memerlukan pengelolaan yang baik agar usahanya tetap berjalan dan bertahan. Disinilah seorang pemimpin perusahaan atau sebuah usaha dituntut mampu mengelola usahanya secara efektif. Efektivitas disini berarti kemampuan seseorang untuk menggerakkan organisasi sedemikian rupa sehingga organisasi mampu mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan dengan pengorbanan yang lebih kecil dengan hasil yang dicapai.

Menurut Kamus Indonesia Kontemporer (1984:695) mengelola berarti memimpin, mengendalikan, mengatur dan mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju, dan sebagainya serta bertangung jawab penuh atas pekerjaan tertentu.

Dasar-dasar yang harus dimiliki seorang pengusaha agar bisa menghadapi tantangan dalam bisnisnya yaitu :

a. Semangat kerja, mencintai apa yang dikerjakannya sehingga membuat terus berkarya menghasilakan prestasi-prestasi baru tiada henti. Ketika menghadapi halangan atau kegagalan, tidak putus asa dan justru belajar dari kegagalan.


(26)

b. Seorang pengusaha harus memiliki impian. Impian merupakan wujud dari visi dan misi seseorang dalam berkarya. Dengan mimpi pikiran akan terfokus dan memudahkan mencapai apa yang diinginkan. c. Tegas dalam mengambil keputusan. Menunda pekerjaan merupakan

kerugian bagi pengusaha. Kecepatan dalam mengambil keputusan yang tepat merupakan kunci keberhasilan dan keputusan harus diterapkan secara konsisten agar hasil yang diharapkan bisa segera terwujud.

d. Dedikasikan seluruh tenaga, waktu dan pikiran untuk pekerjaan. Kadang kala seseorang harus bekerja sedikitnya 13 jam sehari dan tujuh hari seminggu agar impian terwujud.

e. Rinci. Pengusaha harus bisa memperhatikan hal yang detail dari proses produksi usahanya dan tidak bersikap masa bodoh. Dengan demikian ia mengetahui kendala yang dhadapi dan cara mengatasinya. Ia juga tidak mau dibohongi bawahannya.

f. Tidak menggantungkan hidup pada nasib. Yang menentukan apa yang ingin anda kerjakan dan hidup anda tidak ditentukan oleh satus merealisasikan diri sendiri adalah anda sendiri

g. Dana. Menjadi kaya bukan tujuan utama seorang wirausahawan uang hanya untuk ukuran keberhasilan. Bila suskses uang akan datang dengan sendirinya.


(27)

h. Bagi-bagi. Kepemilikan usaha dibagikan kepada karyawan karena tanpa mereka bisnis tidak akan jalan. Karena itu, karyawan harus harus diperhatikan agar ada rasa memiliki terhadap perusahaan . i. Memilki etika moral. Pengusaha sukses selalu memiliki moralitas

dalam menjalankan bisnis. Moralitas ini menjadi penting karena funsi berfungsi sebagai kendalai diri agar tidak terjebak pada praktik bsinis yang menghalalkan segala cara.

j. Mampu belajar dan mendengarkan. Pengusaha harus terus belajar dan mendengarkan masukan dari orang lain, tidak tergantung pada bakat alam, berbagai ajang diskusi seminar, sekolah, konferensi menjadi tempat baginya untuk terus mengasah pengetahun dibidangnya.

k. Rencana bisnis. Seseorang pengusaha selau memiliki rencana bsinis yang akan dikembangkan. Penyusun rencana bsinis ini penting sebgai arahan dalam mencapai tujuan perusahaan

l. Hasil terbaik. Pengusaha sukses ingin mencapai prestasi terbaik dan prestasi itu akan menjadi kepuasan tersendiri yang sulit diganti dengan apapun (www.Republika.co.id).

Jadi efektivitas mengelola usaha adalah kemampuan seseorang untuk mengelola, menggerakkan, memimpin, mengendalikan, mengatur dan mengusahakan organisasi supaya lebih baik sedemikian rupa sehingga organisasi mampu mencapai tujuan tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan dengan pengorbanan yang lebih kecil dengan hasil yang dicapai.


(28)

2. Jiwa Kewirausahaan

Banyak kata yang hampir sama atau identik dengan kata “jiwa”. Dari beberapa sumber mengatakan wirausahawan yang sukses biasanya memiliki “mental”, “bakat” atau “kepribadian” lewat proses pembelajaran sejak dini (www.e-psikologi.com). Bakat ini merupakan kumpulan-kumpulan dari kebiasaan tertentu yang dimiliki oleh wirausahawan dan mengakar di dalam diri mereka. Beberapa contoh kebiasaan tersebut adalah menghitung untung rugi, setiap tindakan atau keputusan yang diambil, melihat peluang dan menganalisis kebutuhan pasar, mengelola sumber daya (planning, organizing, directing, dan controlling), bekerja keras secara konstan dan mencari solusi bagi masalahnya serta kebiasaan “jatuh bangun” sehingga tidak takut lagi membuat keputusan.

Jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh seorang usahawan tetapi dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif serta bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun kalangan masyarakat umum seperti karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, dan pimpinan organisasi lainnya.

Kreativitas diartikan sebagai kemampuan mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahakan persoalan dan menghadapi peluang (thinking new think). Inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan menghadapi peluang (doing new think).


(29)

Menurut Hardjoseputro (1987:27), seorang wirausaha yang mempunyai jiwa kewirausahaan akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu berani me ngambil risiko, memiliki kreativitas, imajinasi, inovasi dan pengembangan ide, bisa bekerja dalam tim, memiliki kepercayaan diri, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, memiliki ilmu pengetahuan yang luas, cekatan, berorientasi pada karir atau pekerjaan, memiliki kemampuan manajerial, gaya kepemimpinan yang mendukung dalam menjalankan pekerjaan, memusatkan perhatian pada pencapaian pertumbuhan usaha dan keuntungan serta mampu mengendalikan diri dengan baik.

3. Permodalan

Setiap kegiatan usaha baik profit oriented maupun non profit oriented, selalu membutuhkan dana untuk modal yang digunakan untuk membelanjai dan menjalankan usahanya. Istilah modal yang biasa digunakan pada abad ke-16 dan abad ke-17 menunjukkan adanya pengertian-pengertian antara lain sebagai berikut.

a. Modal dalam pengertian persediaan uang yang digunakan untuk membeli barang yang akan dijual untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan

b. Modal dengan maksud untuk menggambarkan persediaan yang berupa barang-barang karena itu maka istilah modal digunakan untuk dua pengertian.


(30)

Dalam pengertian akuntansi, modal adalah nilai bersih dari suatu perusahaan yang tampak dalam perkiraan modal dari seorang pemilik tunggal, jumlah perkiraan modal dari peserta-peserta dalam perusahaan firma, jumlah stock modal, surplus modal, surplus dan cadangan surplus dalam suatu perusahaan. Dalam pengertian usaha, modal diartikan sebagai kekayaan atau aktiva yang sebenarnya yang dimiliki usaha itu dalam pengertian uang, milik yang berwujud seperti pabrik dan perlengkapan atau milik yang tidak berwujud seperti goodwill, merk dagang, paten, dan milik lainnya yang serupa.

Menurut Vermogen (Sumita, 1974:11) modal ialah kolektivitas dari barang-barang yang masih ada dalam proses produksi yang dimaksud dengan modal dalam masalah permodalan ialah modal sebagai kolektivitas yang dinilai dengan uang dan yang merupakan daya beli dari barang-barang modal itu yang disebut kekayaan.

Adapun masalah yang terdapat dalam manajemen permodalan yaitu masalah kuantitatif dan kualitatif. Masalah kuantitatif biasanya meliputi masalah yang berhubungan dengan penentuan modal yang diperlukan dan masalah kapitalisasi. Masalah kualitatif berhubungan dengan jangka waktu permodalan. Manajemen permodalan berhubungan dengan suatu kegiatan untuk melengkapi suatu usaha dengan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan yang ditujukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang dikalkulasikan.


(31)

Adapun Faktor- faktor yang mempengaruhi komposisi modal kerja:

a. sifat kegiatan perusahaan itu sendiri; b. faktor- faktor ekonomi;

c. peraturan-peraturan pemerintah yang berhubungan dengan pengendalian kredit;

d. tingkat bunga yang berlaku; e. besarnya uang yang beredar; f. tersediannya bahan-bahan dipasar;

g. kebijaksanaan yang berlaku diperusahaan itu sendiri

Sumber pendanaan usaha berskala kecil umumnya dari pendanaan pribadi. Seorang calon wirausaha, pertama kali akan menggunakan tabungan pribadi dan kemudian mencoba mendapatkan akses pada tabungan keluarga dan teman. Beberapa sumber pendanaan asing adalah sebagai berikut.

a. Investor Perorangan 1) Tabungan pribadi

Tabungan Pribadi adalah sumber pendanan ekuitas yang paling sering digunakan dalam memulai bisnis baru. Sebuah bisnis baru memerlukan ekuitas untuk memperhitungkan margin atau kesalahan.


(32)

2) Teman dan saudara

Kadang-kadang, pinjaman dari teman atau saudara dapat menjadi satu-satunya sumber yang tersedia bagi pendanaan baru. Jenis pendanaan ini lebih didasarkan pada hubungan pribadi daripada analisis keuangan. Untuk meminimalkan kesempatan terjadinya kehancuran hubungan pribadi yang penting, wirausaha harus merencanakan pembayaran sesegera mungkin.

3) Investor perorangan lain

Sejumlah orang besar secara pribadi berinvestasi dalam kegiatan kewirausahaan milik orang lain. Mereka terutama adalah orang yang dengan pengalaman bisnis moderat sampai dengan yang signifikan, tapi juga professional dan kaya (Longenecker, 2000:304).

b. Bank

Bank adalah penyedia utang utama bagi perusahaan kecil. Bank membatasi pemberian pinjaman untuk menyediakan modal kerja.

c. Program yang didukung pemerintah

Beberapa program pemerintah memberikan pendanaan bagi bisnis berskala kecil. Pemerintah telah mengalokasikan sejumlah uang yang meningkat untuk mendanai bisnis baru. Program pemerintah yang mendukung dengan didirikan beberapa saran untuk membangun tempat bisnis baru.


(33)

d. Sumber pendanaan lain

1) Lembaga keuangan berdasarkan komunitas

Lembaga keuangan berdasarkan komunitas adalah pemberi pinjaman yang melayani komunitas yang berpenghasilan rendah dan menerima dana dari pemerintah. Pemberi pinjaman berdasarkan komunitas ini memberikan modal pada bisnis yang tidak mempunyai atau bahkan sedikit akses untuk pendanaan pendirian perusahaan.

2) Perusahaan besar

Perusahan besar memberikan jumlah dana terbatas bagi investasi dalam perusahaan yang kecil.

4. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa Yunani adalah ‘paedagogie’, yang terdiri dari kata ‘pais’ yang artinya anak dan ‘again’ diterjemahkan membimbing. Jadi paedagogie adalah bimbingan yang diberikan kepada anak. Banyak tokoh pendidikan yang mengartikan kata pendidikan (Abu Ahmadi, 1991:68-72) antara lain :

1) John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.


(34)

2) Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

3) Ki Hajar Dewantara

Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

4) Driyarkara mengartikan pendidikan sebagai hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah- ibu-anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai dengan mana dia bisa berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan. b. Jenis-Jenis pendidikan

Menurut sifatnya, pendidikan dibedakan menjadi :

1) Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari- hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, pergaulan sehari hari, maupun dalam pekerjaan, masyarakat, keluarga, dan organisasi.

2) Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung di sekolah antara lain SD,


(35)

SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi (D1, D2, D3, S1, S2, dan S3).

3) Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Misalnya Balai Latihan Kerja, kursus, dan les privat.

Menurut Zahara Idris (1981:9) pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam artian seuapaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia yang bertanggung jawab.

Pendidikan dan pengalaman yang diperoleh seseorang juga merupakan modal penting untuk memulai suatu usaha, modal utama adalah apa yang telah seseorang itu peroleh dan mahir. Coba perhatikan, siapa-siapa yang memulai usaha baru di daerah kita. Mereka pastilah orang yang pernah merantau atau minimal pernah belajar atau magang pada usaha serupa (Wijandi, 1998: 20).

5. Kultur Lingkungan Kerja

Manusia selalu berhubungan dan saling membutuhkan antara satu sama lain. Hal ini juga terjadi di setiap lingkungan kerja. Hubungan antar pekerja di lingkungan kerja dapat membentuk sebuah kultur. Menurut


(36)

Amstrong (Wibowo, 2004:37), misalnya kultur perusahaan didefinisikan sebagai pola sikap, keyakinan, asumsi, dan harapan yang dimiliki bersama, yang mungkin tidak dicatat, tetapi membentuk cara bagaimana orang-orang bertindak dan berinteraksi dalam organisasi dan mendukung bagaimana hal-hal tersebut dilakukan. Sedangkan, menurut Daft dalam Wibowo (2004:38) kultur perusahaan merupakan penerapan nilai- nilai dalam suatu masyarakat yang terikat bekerja di bawah naungan suatu perusahaan.

Ada pendapat lain tentang kultur lingkungan kerja yaitu menurut Hoffstede (1980:35-93). Beliau mengatakan bahwa dalam organisasi ada empat dimensi yang berkaitan dengan perbedaan secara konkrit dalam hal sikap, opini, keyakinan, dan perilaku yaitu jarak kekuasaan (power distance), individualism versus collectivism, masculinity versus femininity, dan penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance).

Jarak kekuasaan (power distance) dalam lingkungan kerja terbagi atas dua bagian yaitu jarak kekuasaan yang tinggi dan jarak kekuasaan yang rendah. Dalam jarak kekuasaan yang tinggi, manajer yang dianggap ideal adalah paternalistik dan menjadi pusat dalam pengambilan keputusan. Seorang manajer diharapkan memiliki pengetahuan, kemampuan dan kebijaksanaan yang lebih unggul dibanding bawahannya. Selain itu, manajer seminimal mungkin berkonsultasi pada bawahannya agar bawahan tidak kehilangan rasa hormat dan juga manajer menggunakan taktik yang tegas dalam mempengaruhi untuk


(37)

mempertahankan ketidaksetaraan posisinya, namun di lain pihak juga diharapkan untuk lebih peka dan menggunakan taktik yang halus.

Dalam jarak kekuasaan yang rendah, manajer diharapkan lebih banyak berkonsultasi dengan bawahannya dan menghargai kesetaraan. Taktik untuk mempengaruhi bawahan yang baik adalah dengan rational tactis yakni menggunakan fakta- fakta, logika, dan tawar- menawar untuk menjelaskan mengapa suatu keputusan, opini atau tindakan diambil (Salis, 2003 : 278).

Dimensi ya ng kedua adalah individualism versus collectivism.

Adanya perbedaan dalam dimensi individualism versus collectivism akan berpengaruh dalam perbedaan secara nyata dalam sikap nilai- nilai, keyakinan, dan perilaku yang berkaitan dengan keaadan perusahaan tempat mereka bekerja. Jika pada masyarakat yang memiliki budaya individualistis cenderung menganggap waktu pribadi adalah penting dan membuat perbedaan yang jelas antara waktu untuk diri mereka pribadi dengan waktu untuk perusahaan, mereka juga menekankan arti pentingnya kebebasan, tantangan, melibatkan bawahannya dalam pengambilan keputusan dan konflik lebih mungkin terjadi pada masyarakat ini yang sangat menghagai setiap orang untuk mempertahankan hak- hak pribadinya.

Dalam masyarakat yang memiliki budaya collectivism cenderung menganggap waktu untuk perusahaan lebih penting, mereka tidak menekankan arti pentingnya kebebasan, tantangan, dan inisiatif dalam


(38)

tugas, promosi dalam budaya ini biasanya mendasarkan pada senioritas, pemimpin tidak melibatkan bawahannya dalam pengambilan keputusan, dan konflik jarang sekali muncul karena lebih mengutamakan nilai keharmonisan (Salis, 2003:281). Disamping itu pula, pimpinan memberikan palatihan-pelatihan untuk meningkatkan kinerja karyawan dan untuk memaksimalkan keterampilan kerja para karyawan. Guna menunjang kegiatan-kegiatan tersebut, pimpinan juga memfasilitasi para karyawan dengan memberikan tempat bekerja yang nyaman, misalnya ruangan yang cukup bahaya, ventilasi, dan sebagainya (Ndraha Talisiduhu, 1999 : 245).

Dimensi yang ketiga adalah masculinity versus femininity.

Biasanya dalam masyarakat yang memiliki budaya masculinity tinggi, perbedaan antara pria dan wanita menonjol. Manajer atau supervisor yang dianggap baik adalah yang memiliki perilaku yang dapat memiliki penghargaan, pengakuan, dan memberi inspirasi (Salis, 2003:283). Penghargaan yang dimaksud adalah penghargaan oleh masyarakat terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut sehingga pimpinan semakin mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba dan usahanya pun menjadi maju (Ndraha Taliziduhu, 1999:246).

Dalam masyarakat yang memiliki dimensi femininity menganggap bahwa kerja yang baik menuntut kemampuan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan dan kurang mengutamakan kepentingan diri sendiri. Kesejahteraan bagi karyawan yaitu pimpinan memberikan tempat


(39)

bekerja yang layak bagi karyawan sehingga manajer yang baik misalnya diharapkan memiliki ketrampilan dalam memberikan dukungan monitoring dan membentuk tim kerja yang solid (Salis, 2003: 283).

Dimensi yang keempat adalah penghindaran ketidakpastian

(uncertainty avoidance) di lingkungan kerja. Pada dimensi ini, sebuah organisasi yang uncertainty avoidance-nya tinggi cenderung memiliki kejadian keluar masuk karyawan yang sering, karyawan yang rendah ambisinya, perilaku yang kurang berani mengambil risiko dan petualangan, dan perilakunya lebih mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang ada. Dalam organisasi yang uncertainty avoidance-nya rendah, karyawan lebih banyak diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam menyelesaikan tugas sehingga manajer dapat lebih memfokuskan pada isu-isu strategik daripada detailnya dan lebih bebas menggunakan ide-ide inovatifnya (Salis, 2003:280)

Jadi kultur lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan atau pekerja dan dapat berpengaruh terhadap kerja dalam menjalankan pekerjaan.

B. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian R. Grace Amalia Tri Andika Sari

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2005) meneliti tentang pengaruh kreativitas terhadap minat berwiraswasta, pengaruh harga diri terhadap minat berwiraswasta, pengaruh pengetahuan kewiraswastaan


(40)

terhadap minat berwiraswasta, dan pengaruh kreativitas, harga diri dan pengetahuan kewiraswastaan secara bersama-sama terhadap minat berwiraswasta

Alat analisis dengan menggunakan Regresi dengan tingkat signifikansi 5 % dapat disimpulkan: 1) ada pengaruh positif dan signifikan kreativitas terhadap minat berwiraswasta. 2) ada pengaruh positif dan signifikan harga diri terhadap minat berwiswasta. 3) ada pengaruh positif dan signifikan kreativitas, harga diri dan pengetahuan kewiraswastaan terhadap minat berwiraswasta.

2. Penelitian oleh Victorianus Kiswantoro

Penelitian yang dilakukan oleh Kiswantoro (1998) meneliti tentang hubungan antara sikap mental wiraswasta dengan tingkat keberhasilan pengusaha kecil. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan bekerja sama dengan orang lain dengan tingkat keberhasilan pengusaha kecil; 2) Untuk mengetahui hubungan antara keuletan seseorang dengan tingkat keberhasilan pengusaha kecil; 3) Untuk mengetahui hubungan antara sikap mental kreativitas seseorang dengan tingkat kebrhasilan pengusaha kecil; 4) Untuk mengetahui hubungan antara sikap tertib hokum seseorang dengan tingkat kebrhasilan pengusaha kecil.

Dari analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) ada hubungan yang positif antara kemampuan bekerja sama seseorang dengan orang lain dengan tingkat keberhasilan berusaha pengusaha kecil kulit di


(41)

kabupaten Bantul 2) ada hubungan yang positif antara sikap keuletan seseorang dengan tingkat keberhasilan berusaha pengusaha kecil kulit di Kabupaten Bantul. 3) ada hubungan yang positif antara sikap mental kreatif dengan tingkat keberhasilan berusaha pengusaha kecil kulit di Kabupaten Ba ntul. 4) ada hubungan yang positif antara sikap tertib hukum dengan tingkat keberhasilan berusaha pengusaha kecil kulit di Kabupaten Bantul.

C. Hubungan Diantara Variabel Penelitian

1. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha

Jiwa Kewirausahaan tidak selalu dimiliki oleh setiap orang. Biasanya jiwa kewirausahaan ini dimiliki oleh seorang wirausaha. Ciri-ciri seorang wirausaha yang memiliki jiwa kewirausahaan antara lain berpikir inovatif, berani mengambil risiko, dan bisa mengendalikan diri dengan baik. Sedangkan seorang wirausaha dikatakan efektif dalam mengelola usahanya jika wirausaha tersebut memiliki kreativitas yang tinggi, kemampuan manajerial yang baik serta memiliki jiwa kepemimpinan. Wirausaha yang selalu berpikir inovatif serta memiliki daya kreativitas yang tinggi dalam menciptakan suatu produk diduga pengelolaan dalam usahanyapun lebih efektif. Semakin tinggi jiwa kewirausahaan semakin tinggi pula efektivitas mengelola usaha nya. Diduga, ada faktor lain yang mempengaruhi hubungan jiwa


(42)

kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha. Faktor tersebut adalah permodalan. Wirausaha yang hanya memiliki modal sendiri tentu berbeda dengan wirausaha yang memiliki modal tambahan dalam hal mengelola usaha. Wirausaha yang memiliki modal yang besar akan lebih bisa mencukupi kebutuhan pokok usahanya dan kebutuhan yang lain. Hal ini berbeda dengan wirausaha yang hanya memiliki modal sendiri. Semakin besar modal yang dimiliki oleh wirausaha tetapi jiwa kewirausahaan yang dimiliki wirausaha tersebut biasa saja diduga pengelolaan usahanya tetap efektif. Jadi modal yang besar, derajat hubungan jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha juga semakin tinggi.

2. Pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha

Jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh seorang wirausaha, misalnya memilki kemampuan manajerial yamg baik juga bisa meningkatkan efektivitas mengelola usaha. Diduga faktor pendidikan yang dimiliki seorang pengusaha juga dapat berpengaruh dalam mengelola usaha. Seorang pengusaha yang berpendidikan rendah (SD, SLTP) tentu berbeda dengan seorang pengusaha yang berpendidikan tinggi (SLTA, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3) dalam hal megelola usaha. Seseorang yang mene mpuh pendidikan sampai pendidikan tinggi lebih banyak mendapatkan ilmu tentang bagaimana cara mengelola usaha yang efektif. Sebaliknya seseorang yang berpendidikan rendah lebih sedikit mendapatkan ilmu dan tidak memiliki kemampuan manajerial yang baik


(43)

sehingga dalam mengelola usaha juga tidak efektif. Jadi pendidikan yang tinggi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha maka derajat hubungannya juga semakin tinggi. Sebaliknya wirausaha yang berpendidikan rendah diduga derajat hubungan jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha juga rendah.

3. Pengaruh kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha

Pada umumnya seorang wirausaha yang berhasil biasanya memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi, misalnya memusatkan perhatian pada pencapaian pertumbuhan usaha dan keuntungan serta mampu mengendalikan diri dengan baik akan lebih bisa mengelola usaha dengan efektif. Di samping itu, faktor perbedaan budaya atau kultur di lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha. Pada lingkungan kerja yang jarak kekuasaannya (power distance) rendah, pimpinan lebih banyak berkonsultasi dengan bawahannya. Jika pimpinan menemui masalah dalam lingkungan kerja maka pimpinan tersebut bisa berkonsultasi dengan bawahannya sehingga kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi bisa diminimalisir dan usahanyapun lebih efektif. Wirausaha yang mengikuti atau memberikan pelatihan pada karyawannya untuk meningkatkan keterampilan (collectivism), serta didukung oleh sifat berani menghadapi tantangan, memberikan kebebasan dalam


(44)

menyelesaikan pekerjaan (individualism), kondisi fisik lingkungan yang mendukung (femininity), pimpinan yang memberikan kesempatan untuk maju bagi bawahannya (masculinity) dan jarang terjadi peristiwa keluar masuknya karyawan (uncertainty avoidance) rendah diduga semakin tinggi derajat hubungan jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha. Dengan demikian kultur lingkungan kerja mempengaruhi hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

D. Kerangka Berpikir atau Rasionalitas Penelitian

1. Jiwa kewirausahaan adalah perilaku inovatif, kreatif, menyukai perubahan, kemajua n, dan tantangan. Efektivitas mengelola usaha adalah kemampuan seseorang untuk mengelola, menggerakkan, memimpin, mengendalikan, mengatur, dan mengusahakan organisasi menjadi lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan, yang diduga berhubungan kuat dengan jiwa kewirausahaan seseorang. Permodalan adalah segala sesuatu yang bisa digunakan untuk membangun sebuah usaha yang diduga berpengaruh terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

2. Jiwa kewirausahaan adalah perilaku inovatif, kreatif, menyukai perubahan, kemajuan, dan tantangan. Efektivitas mengelola usaha adalah kemampuan seseorang untuk mengelola, menggerakkan, memimpin, mengendalikan, mengatur, dan mengusahakan organisasi menjadi lebih


(45)

baik sehingga dapat mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan, yang diduga berhubungan kuat dengan jiwa kewirausahaan seseorang. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan yang dalam kegiatannya formalnya melalui beberapa jenjang pendidikan yang diduga berpengaruh terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

3. Jiwa kewirausahaan adalah perilaku inovatif, kreatif, menyukai perubahan, kemajuan, dan tantangan. Efektivitas mengelola usaha adalah kemampuan seseorang untuk mengelola, menggerakkan, memimpin, mengendalikan, mengatur, dan mengusahakan organisasi menjadi lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan, yang diduga berhubungan kuat dengan jiwa kewirausahaan seseorang. Kultur lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan atau pekerja dan dapat berpengaruh terhadap kerja dalam menjalankan pekerjaan yang diduga berpengaruh terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Dari uraian di atas, maka berikut ini merupakan model yang akan digunakan dalam penelitian.


(46)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan anggapan atau pendapat diatas sering kali dipergunakan untuk mengambil keputusan. Berdasarkan landasan tersebut diatas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut.

1. Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

2. Ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

3. Ada pengaruh kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Jiwa Kewirausahaan

Efektivitas Mengelola

Usaha

Kultur Lingkungan

Kerja Pendidikan


(47)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang peneliti gunakan meliputi: 1. Deskriptif Asosiatif atau Korelasi

Dalam penelitian ini peneliti terbatas pada usaha mengungkapkan maksud dan keadaan sebagaimana adanya mengenai efektivitas mengelola usaha, permodalan, pendidikan, jiwa kewirausahaan, dan kultur lingkungan kerja. Selain itu dalam penelitian ini peneliti berusaha mengungkapkan hubungan antar variabel sebagaimana telah diungkapkan diatas.

2. Studi kasus

Penelitian ini hanya terbatas pada permasalahan efektivitas mengelola usaha, jiwa kewirausahaan, permodalan, pendidikan, jiwa kewirausahaan, dan kultur lingkungan kerja. Penelitian ini hanya mendeskripsikan pengaruh permodalan, pendidikan, dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha Sentra Industri di daerah tertentu.

3. Ex Post Facto

Penelitian ini termasuk penelitian ex post facto karena peneliti mengungkapkan kejadian antar fakta yang telah lalu dan mencoba menemukan faktor- faktor yang memungkinkan menjadi penyebab


(48)

peristiwa, mengapa permodalan, pendidikan, dan kultur lingkungan kerja dapat mempengaruhi hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

B. Lokasi dan waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Sentra Industri Bakpia Yogyakarta. Adapun alasan memilih lokasi itu adalah:

a. Merupakan Sentra Industri Bakpia yang besar di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Sentra Industri Bakpia letaknya sangat strategis sehingga transportasinya mudah dijangkau.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Januari hingga 10 Februari 2007.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pengusaha Bakpia di Sentra Industri Bakpia Yogyakarta.

2. Sampel penelitian

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 70 responden (pengusaha).


(49)

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel ditarik dengan sengaja sesuai dengan kriteria dan tujua n tertentu (Arikunto, 1990:128). Oleh karena jumlah populasinya tidak diketahui secara le ngkap maka peneliti memilih

purposive sampling dengan kriteria pengusaha yang akan diteliti yaitu pemilik usaha yang memiliki modal sendiri dan modal asing.

D. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Pengukuran 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariatif atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998:99). Dalam penelitian ini permasalahan pokok atau variabel yang akan diteliti adalah: a. permodalan;

b. pendidikan;

c. kultur lingkungan kerja; d. jiwa kewirausahaan;

e. efektivitas mengelola usaha;

Adapun pengelompokkan variabel dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Variabel terikat

Variabel terikat adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki berbagai aspek atau unsur di dalamnya yang berfungsi untuk


(50)

menyesuaikan diri dengan kondisi lain atau variabel bebas. Varibel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas mengelola usaha. b. Variabel bebas

Variabel bebas adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jiwa kewirusahaan

c. Variabel moderator

Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel bebas dengan terikat. Variabel ini disebut juga sebagai variabel bebas kedua. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah :

1) permodalan; 2) pendidikan;

3) kultur lingkungan kerja;

2. Definisi Operasional

a. Efektivitas mengelola usaha

Efektivitas mengelola usaha adalah kemampuan seseorang untuk menggerakkan organisasi sedemikian rupa sehingga organisasi mampu mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan dengan pengorbanan yang lebih kecil dengan hasil yang dicapai.


(51)

b. Jiwa kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan adalah jiwa yang dimiliki seorang wirausaha dalam menjalankan sebuah usaha sehingga dengan jiwa yang terbentuk mampu membawa hasil yang maksimal.

c. Permodalan

Daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal yaitu berupa uang , barang, dan tenaga kerja.

d. Pendidikan

Pendidikan merupakan segala usaha orang dewasa dalam pergaulan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan yang dalam kegiatan formalnya melalui beberapa jenjang pendidikan.

e. Kultur lingkungan kerja

Kultur lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan atau pekerja dan dapat berpengaruh terhadap kerja dalam menjalankan pekerjaan.

3. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel penelitian menggunakan skala likert, maka variabel- variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi-dimensi. Dimensi-dimensi ini dijabarkan menjadi indikator- indikator yang dapat diukur (Sugiyono, 2001:86). Masing–masing indikator dijabarkan dalam


(52)

bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam 5 (lima) skala sikap. Masing- masing pernyataan dibuat dengan 5 (lima) pilihan jawaban dan masing– masing diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut (Sugiyono, 2001:87).

Tabel 3.1 Skala Likert

Skor untuk pernyataan No Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak setuju 2 4

5 Sangat tidak setuju 1 5

Catatan : Empat skala sikap di atas diberlakukan untuk kuesioner no II, III, dan IV

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner/Angket

Kuesioner/angket yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden sebenarnya.

Kuesioner I : Berupa pertanyaan mengenai identitas responden di Sentra Industri Bakpia di Yogyakarta.

Kuesioner II : Berupa pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai persepsi usahawan tentang keefektivan dalam mengelola usaha.


(53)

Kuesioner III : Berupa pertanyaan mengenai pengaruh jiwa kewirausahaan yang dimiliki usahawan dalam mengelola usahanya.

Kuesioner VI : Berupa pertanyaan mengenai kultur lingkungan kerja di sentra Industri Bakpia.

F. Kisi-Kisi Penyusunan Kuesioner

Tabel 3.2

Efektivitas Mengelola Usaha

No Dimensi Indikator No soal

Kreativitas Rencana bisnis 1, 2, 3

Manajerial Impian hidup 4, 5

Interpersonal Hasil terbaik

Pengendalian dana/modal Pembagian tanggung jawab Semangat kerja

Totalitas

Kepercayaan diri Etika moral

6, 7, 8 9 10, 11 12, 13 14 15, 16 17, 18 Kepemimpinan Pengambilan keputusan 19, 20, 21


(54)

Tabel 3.3 Jiwa Kewirausahaan

Dimensi Indikator No Soal

Resiko 6, 7

Inovasi

Pengembangan ide

1, 2, 3, 4

Kerja kelompok 10

Kepercayaan diri 11, 12

Peraturan 13, 17, 19

Penyesuaian diri 14, 18 Ilmu pengetahuan 21, 22

Cekatan 20

Orientasi karir/pekerjaan 24

Kemampuan manajerial 8, 23 Bentuk kepribadian 26, 27 Gaya kepemimpinan 28, 29, 30 Pencapaian pertumbuhan

usaha

9

Pencapaian keuntungan 32

Kondisi perasaan 15, 16, 31, Pengendalian diri 33, 34

Tabel 3.4

Kultur Lingkungan Kerja

No Dimensi Indikator NoPertanyaan

1 power distance - Hubungan atasan

dan bawahan

1, 2, 3 - Struktur organisasi

yang menyamakan kesetaraan dalam


(55)

perbedaan tugas - Adanya Kesetaraan

dalam perbedaan tanggungjawab

5, 6

2 individualism versus

colectivism

- Kebebasan dalam menyelesaikan pekerjaan

7

- Berani menghadapi tantangan

8 - pelatihan untuk

meningkatkan kinerja karyawan

9

- Kondisi fisik lingkungan kerja

10 - Meningkatkan

keterampilan kerja

11 3 femininity

versus masculinity

- Kesempatan untuk memperoleh laba

12

- Kesempatan untuk maju

13 - Kesejahteraan

karyawan

14, 15, 16 - Penghargaan

masyarakat terhadap produk

17

4 uncertainty avoidance

- Keluar masuknya karyawan

18, 19

- Adanya aturan/ pedoman dalam melaksanakan tugas

20, 21

G. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur


(56)

(Sugiyono, 2002:114). Untuk mengetahui validitas kuesioner yang dibagikan kepada responden maka digunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson (Arikunto, 2000:225)

r

xy

{

Ν

Χ

Χ

}

{

Ν

Υ

Υ

}

Υ Χ − Υ Χ Ν = 2 2 2 1 2 1 1 1 ) ( ) ( ) )( (

Keterangan :

r

xy : Koefisien korelasi yang dicari

X : Skor dari item X Y : Skor Total seluruh item N : Banyaknya responden

Χ : Jumlah dari X (jumlah butir soal)

Υ : Jumlah skor butir soal

Untuk mengetahui validitas butir digunakan taraf signifikansi 5% artinya suatu butir pernyataan dikatakan valid jika koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar dari koefisien korelasi dalam taraf signifikansi 5%.

Validitas dalam penelitian ini diukur denga n menggunakan Program SPSS 12 (lihat lampiran 3 halaman 110-115). Untuk mengetahui validitas instrumen (kuesioner) terlebih dahulu item instrumen ini diujicobakan kepada 30 responden. Dalam pengujian validitas dicari koefisien validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan skor yang ada dengan skor total.

Setiap item pernyataan dalam kuesioner dikatakan valid apabila

r

hitung >

r

tabel. Peneliti meggunakan taraf signifikansi 5%. Uji validitas menggunakan sejumlah sample berukuran n = 30 dan 21 item


(57)

kuesioner efektivitas mengelola usaha (Y), 34 item kuesioner jiwa kewirausahaan (X1), dan 21 item kuesioner kultur lingkungan kerja (X4) yang dijawab oleh responden dengan dk = n- 2 (dk = 30- 2 = 28), sehingga

r

tabel = 0,239. Untuk menentukan apakah instrumen valid atau tidak maka ketentuannya adalah jika

r

hitung >

r

tabel, maka instrumen dikatakan valid dan sebaliknya jika

r

hitung <

r

tabel maka instrumen dikatakan tidak valid.

Berdasarkan hasil pengukuran validitas dari setiap item memperlihatkan bahwa

r

hitung >

r

tabel. Dengan demikian ins trumen penelitian dalam hal ini adalah kuesioner dikatakan valid. Adapun rangkuman dari hasil pengukuran validitas tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5

Rangkuman hasil pengukuran validitas Variabel efektivitas mengelola usaha

No item r hitung r tabel Ke t

1 0,356 0,239 Valid

2 0,751 0,239 Valid

3 0,764 0,239 Valid

4 0,583 0,239 Valid

5 0,572 0,239 Valid

6 0,557 0,239 Valid

7 0,459 0,239 Valid

8 0,751 0,239 Valid

9 0,748 0,239 Valid

10 0,519 0,239 Valid

11 0,394 0,239 Valid

12 0,751 0,239 Valid

13 0,780 0,239 Valid

14 0,499 0,239 Valid

15 0,302 0,239 Valid

16 0,764 0,239 Valid

17 0,583 0,239 Valid


(58)

19 0,553 0,239 Valid

20 0,677 0,239 Valid

21 0.465 0,239 Valid

Sumber : data penelitian diolah

Tabel 3.6

Rangkuman hasil pengukuran validitas Variabel jiwa kewirausahaan

No item r hitung r tabel Ket

1 0,679 0,239 Valid

2 0,760 0,239 Valid

3 0,434 0,239 Valid

4 0,578 0,239 Valid

5 0,696 0,239 Valid

6 0,585 0,239 Valid

7 0,576 0,239 Valid

8 0,763 0,239 Valid

9 0,641 0,239 Valid

10 0,628 0,239 Valid

11 0,679 0,239 Valid

12 0,651 0,239 Valid

13 0,618 0,239 Valid

14 0,760 0,239 Valid

15 0,353 0,239 Valid

16 0,760 0,239 Valid

17 0,499 0,239 Valid

18 0,714 0,239 Valid

19 0,578 0,239 Valid

20 0,582 0,239 Valid

21 0,492 0,239 Valid

22 0,344 0,239 Valid

23 0,704 0,239 Valid

24 0,617 0,239 Valid

25 0,578 0,239 Valid

26 0,601 0,239 Valid

27 0,760 0,239 Valid

28 0,792 0,239 Valid

29 0,578 0,239 Valid

30 0,697 0,239 Valid

31 0,696 0,239 Valid

32 0,585 0,239 Valid

33 0,576 0,239 Valid

34 0,599 0,239 Valid


(59)

Tabel 3.7

Rangkuman hasil pengukuran validitas Variabel kultur lingkungan kerja

No item r hitung r tabel Ket

1 0,354 0,239 Valid

2 0,544 0,239 Valid

3 0,665 0,239 Valid

4 0,496 0,239 Valid

5 0,485 0,239 Valid

6 0,340 0,239 Valid

7 0,689 0,239 Valid

8 0,664 0,239 Valid

9 0,247 0,239 Valid

10 0,243 0,239 Valid

11 0,578 0,239 Valid

12 0,402 0,239 Valid

13 0,507 0,239 Valid

14 0,515 0,239 Valid

15 0,760 0,239 Valid

16 0,469 0,239 Valid

17 0,405 0,239 Valid

18 0,739 0,239 Valid

19 0,261 0,239 Valid

20 0,689 0,239 Valid

21 0,311 0,239 Valid

Sumber : data penelitian diolah

2. Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah tingkat kestabilan atau keandalan alat ukur dalam mengukur gejala. Tujuan analisis reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang sama. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas digunakan persamaan Alpha Cronbach (Husein Umar, 2002 : 125) :

r

i= 

  

  Σ       − 2 2 1 ) 1 ( t b k k σ σ


(60)

Keterangan:

r

i : Reabilitas Instrumen

k : Jumlah butir pertanyaan

2

b σ

Σ : Jumlah Varians butir

2

t

σ : Total Varians

Jika hasil perhitungan Alpha Cronbach diatas nilai 0,60 maka dikatakan bahwa instrumen penelitian tersebut adalah reliabel, Nunnaly dalam Ghozali (2003:133).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Program SPSS 12 (lihat lampiran 3 halaman 111-115). Dari hasil analisis diperoleh

r

i untuk variabel efektivitas mengelola usaha (Y)

sebesar 0,926, variabel jiwa kewirausahaan (X1) sebesar 0,953, dan variabel kultur lingkungan kerja (X4) sebesar 0,881. kemudian harga

r

i

tersebut dikonsultasikan dengan

r

tabel dengan taraf signifikansi 5%. Diperoleh bahwa

r

tabelnya sebesar 0,239. Untuk mene ntukan apakah instrumen reliabel atau tidak maka ketentuannya adalah jika

r

i >

r

tabel,

maka instrumen dikatakan tidak reliabel. Tabel 3.8

Rangkuman hasil pengukuran reliabilitas

Sumber : data penelitian diolah

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut (kuesioner) sudah memenuhi syarat instrumen yang baik, yaitu

Variabel r hitung r tabel Keterangan

Efektivitas mengelola usaha 0,926 0,239 Sangat andal Jiwa kewirausahaan 0,953 0,239 Sangat andal Kultur lingkungan kerja 0,878 0,239 Sangat andal


(61)

valid dan reliabel sehingga instrumen tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh data.

Seberapa besar tingkat keandalan butir kuesioner dapat diukur dengan tabel interpretasi di bawah ini (Sugiyono, 2001:183).

Tabel 3.9

Intrepretasi Korelasi

Berdasarkan tabel interpretasi di atas dapat disimpulkan bahwa

r

hitung variabel efektivitas mengelola usaha sebesar 0,926 termasuk dalam kategori sangat andal,

r

hitung variabel jiwa kewirausahaan sebesar 0,953 termasuk dalam kategori sangat andal, dan

r

hitung variabel kultur lingkungan kerja sebesar 0,878 termasuk dalam kategori sangat andal.

H. Uji prasyarat analisis Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan tes satu sample Kolmogorov Smirno v (Siegel, 1997:59) dengan rumus :

( )

( )

[

Fo x Sn x

]

D= −

No Koefisien r Tingkat Keandalan

1 0,000 – 0,099 Sangat rendah

2 0,200 – 0,399 Rendah

3 0,400 – 0,599 Sedang

4 0,600 – 0,7990 Andal


(62)

Keterangan:

D = Deviasi Maksimum

Fo = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditemukan Sn = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Jika nilai asymp. sig. (2-tailed) > dari 0,05, maka distribusi data dikatakan normal. Atau menggunakan rumus chi kuadrat ( Sugiyono, 2001 : 226) yaitu :

(

)

fh fh

fo 2

2 =Σ −

χ

keterangan :

2

χ = Chi kuadrat

fo = Frekuensi observasi fh = frekuensi harapan

Dengan derajat kebebasan (db)= fh-1, signifikansi 5% maka suatu ubahan dikatakan normal bila χ2 hasil hitungan lebih kecil dariχ2 tabel pada taraf signifikansi 5%.

I. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data ada 2 tahap yang harus dilalui yaitu : analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan teknik yaitu analisis regresi.


(63)

Analisis ini digunakan untuk memaparkan data penelitian dalam bentuk tabel dan menghitung mean, median, modus, standar deviasi, dan menghitung persentase dari masing- masing variabel.

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ingin menyatakan bahwa ada hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha apabila ditinjau dari permodalan, pendidikan, dan kultur lingkungan kerja. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel–variabel tersebut digunakan model persamaan regresi. a. Hipotesis 1

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubunga n antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

(

)

i

i

=

α

+

β

Χ

+

β

Χ

+

β

Χ

Χ

+

µ

Υ

0 1 1 2 2 3 1 2

Keterangan:

i

Υ = Variabel efektivitas mengelola usaha

0

α = Konstanta

1

Χ = Variabel jiwa kewirausahaan

2


(64)

2

Χ = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel permodalan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh) i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi maka dilakukan pembandingan nilai

signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila

nilai signifikansi koefisien regresi (β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

b. Hipotesis 2

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. 2) Rumus

(

)

i

i

=

α

+

β

Χ

+

β

Χ

+

β

Χ

Χ

+

µ

Υ

0 1 1 2 2 3 1 2

Keterangan:

i

Υ = Variabel efektivitas mengelola usaha

0

α = Konstanta

1

Χ = Variabel jiwa kewirausahaan

2

Χ = Variabel pendidikan

2

Χ = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel pendidikan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh) i


(65)

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi maka dilakukan pembandingan nilai

signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila

nilai signifikansi koefisien regresi (β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

c. Hipotesis 3

1) Kultur Lingkungan Kerja pada dimensi power distance

a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh power distance terhadap

hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh power distance terhadap hubungan

antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

b) Rumus :

(

)

i

i

=

α

+

β

Χ

+

β

Χ

+

β

Χ

Χ

+

µ

Υ

0 1 1 2 2 3 1 2

Keterangan:

i

Υ = Variabel efektivitas mengelola usaha

0

α = Konstanta

1

Χ = Variabel jiwa kewirausahaan

2

Χ = Variabel power distance

2

Χ = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel power distance

3 2 1,β ,β


(66)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi maka dilakukan

pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai signifikansi

koefisien regresi (β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

2) Kultur Lingkungan Kerja pada dimensi individualism versus collectivism

a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh individualism versus collectivism

terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh individualism versus collectivism

terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

b) Rumus :

(

)

i

i

=

α

+

β

Χ

+

β

Χ

+

β

Χ

Χ

+

µ

Υ

0 1 1 2 2 3 1 2

Keterangan:

i

Υ = Variabel efektivitas mengelola usaha

0

α = Konstanta

1

Χ = Variabel jiwa kewirausahaan

2


(67)

2

Χ = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel

individualism versus collectivism

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh) i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi maka dilakukan

pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai signifikansi

koefisien regresi (β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

3) Kultur Lingkungan Kerja pada dimensi femininity versus masculinity

a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada penga ruh femininity versus masculinity

terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh femininity versus masculinity terhadap

hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

b) Rumus :

(

)

i

i

=

α

+

β

Χ

+

β

Χ

+

β

Χ

Χ

+

µ


(68)

Keterangan:

i

Υ = Variabel efektivitas mengelola usaha

0

α = Konstanta

1

Χ = Variabel jiwa kewirausahaan

2

Χ = Variabel femininity versus masculinity

2

Χ = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel femininity versus masculinity

3 2 1,β ,β

β = Koefisie n regresi (besaran pengaruh) i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi maka dilakukan

pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai signifikansi

koefisien regresi (β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

4) Kultur Lingkungan Kerja pada dimensi uncertainty avoidance

a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh uncertainty avoidance terhadap

hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh uncertainty avoidance terhadap hubungan

antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.


(69)

b) Rumus :

(

)

i

i

=

α

+

β

Χ

+

β

Χ

+

β

Χ

Χ

+

µ

Υ

0 1 1 2 2 3 1 2

Keterangan:

i

Υ = Variabel efektivitas mengelola usaha

0

α = Konstanta

1

Χ = Variabel jiwa kewirausahaan

2

Χ = Variabel uncertainty avoidance

2

Χ = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel uncertainty avoidance

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh) i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi maka dilakukan

pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai signifikansi

koefisien regresi (β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.


(70)

52 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

Deskripsi data dalam penelitian ini memaparkan tentang harga rata-rata (Mean), Median, Modus dan Standar Deviasi dari masing- masing variabel.

1. Deskripsi Responden a. Umur Perusahaan

Berikut ini disajikan tabel deskripsi data tentang umur perusahaan para responden di Sentra Industri Bakpia.

Tabel 4.1 Umur Perusahaan

No Umur Perusahaan Frekuensi

Frekuensi Kumulatif (%)

1. < 10 Tahun 35 50

2. 10 - 20 Tahun 34 48,57

3. > 20 Tahun 1 1,43

Total 70 100

Sumber : data penelitian diolah

Dari tabel diskriptif di atas diketahui bahwa umur perusahaan responden terdiri dari <10 tahun sebanyak 35 buah (50%), 10 - 20 tahun sebanyak 34 buah (48,57%), dan >20 tahun sebanyak 1 buah (1,43%).

b. Umur Pemilik

Berikut ini disajikan tabel deskripsi data tentang umur pemilik para responden di Sentra Industri Bakpia.


(71)

Tabel 4.2 Umur Pemilik

No. Umur Pemilik Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)

1. < 30 Tahun 8 11,43

2. 30-50 Tahun 40 57,14

3. > 50 Tahun 22 31,43

Total 70 100

Sumber : data penelitian diolah

Dari tabel di atas diketahui bahwa umur pemilik responden terdiri dari <30 tahun sebanyak 8 orang (11,43%), 30 – 50 tahun sebanyak 40 orang (57,14%), dan >50 tahun sebanyak 22 orang (31,43%).

c. Nilai Aset

Berikut ini disajikan tabel deskripsi data tentang nilai aset para responden di Sentra Industri Bakpia.

Tabel 4.3 Nilai Aset

No Nilai Aset Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)

1. <10 juta 43 61,43

2. 10 juta-20 juta 24 34,28

3. >20 juta 3 4,29

Total 70 100

Sumber : data penelitian diolah

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai aset responden terdiri dari <10 juta sebanyak 43 orang (61,43%), 10 juta – 20 juta sebanyak 24 orang (34,28%), dan >20 juta sebanyak 3 orang (4,29%).


(72)

d. Permodalan

Berikut ini disajikan tabel deskripsi data tentang permodalan para responden di Sentra Industri Bakpia.

Tabel 4.4 Permodalan

No. Jenis Modal F Frekuensi Kumulatif (%)

1. Modal Sendiri 53 75,71

2. Modal Sendiri + Modal Asing 17 24,29

Total 70 100

Sumber : data penelitian diolah

Dari tabel di atas diketahui bahwa responden yang hanya menggunakan modal sendiri sebanyak 53 orang (75,71%) dan responden yang menggunakan modal sendiri dan modal asing sebanyak 17 orang (24,29%)

e. Pendidikan

Berikut ini disajikan tabel deskripsi data tentang pendidikan para responden di Sentra Industri Bakpia.

Tabel 4.5 Pendidikan

No. Jenis Pendidikan F Frekuensi Kumulatif (%) 1. Pendidikan Tinggi 38 54,29

2. Pendidikan Rendah 32 45,71

Total 70 100

Sumber : data penelitian diolah

Dari tabel di atas diketahui bahwa responden yang berpendid ikan rendah sebanyak 38 orang (54,29%) dan responden yang menggunakan berpendidikan tinggi sebanyak 32 orang (45,71%)


(1)

154

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 534.778 3 178.259 5.985 .001(a)

Residual 1965.865 66 29.786

Total 2500.643 69

a Predictors: (Constant), JKxD, JK, D_UA b Dependent Variable: EMU

Coefficients(a)

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Model

B Std. Error Beta

1 (Constant) 54.527 16.900 3.226 .002

JK .193 .141 .329 1.368 .176

D_UA -11.695 19.545 -.870 -.598 .552

JKxD .097 .161 .927 .604 .548

a Dependent Variable: EMU


(2)

155

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

156

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

158

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

159

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap manajemen usaha dengan jiwa kewirausahaan sebagai pemoderator : kasus sentra industri bakpia Jl. Laksa Adisucipto Yogyakarta.

0 1 159

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus sentra industri kerajinan kulit Manding Bantul, Yogyakarta.

0 0 185

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

0 2 188

Pengaruh permodalan, pendidikan, dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus sentra industri Genteng Desa Berjo Godean Yogyakarta.

0 0 165

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap manajemen usaha dengan jiwa kewirausahaan sebagai pemoderator kasus sentra industri bakpia Jl. Laksa Adisucipto Yogyakarta

0 4 157

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 175

SKRIPSI PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 214

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 163

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha - USD Repository

0 0 186

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus sentra industri kerajinan kulit Manding Bantul, Yogyakarta - USD Repository

0 0 183