PENGARUH ETNIS, PERMODALAN, DAN PENDIDIKAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEEFEKTIFAN MENGELOLA USAHA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1

PENGARUH ETNIS, PERMODALAN, DAN
PENDIDIKAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA
JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN
EMOSIONAL DENGAN KEEFEKTIFAN MENGELOLA
USAHA
Studi Kasus Pada Pedagang Konveksi di Pasar Beringharjo
Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh:
Windrati Nuratri
NIM: 021334073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Hidup memberikan segala pada barang
siapa tahu dan pandai menerima”

“Apa yang kamu lihat, baca, dan dengar
pahamilah lebih dahulu dan pakailah bercermin”
(Pramoedya Ananta Toer)

Semua Kupersembahkan Untuk – Mu dan untuk
Semua yang kusayangi dan kukasihi …………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 September 2007
Penulis

Windrati Nuratri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

ABSTRAK
PENGARUH ETNIS, PERMODALAN, DAN PENDIDIKAN TERHADAP
HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN
EMOSIONAL DENGAN KEEFEKTIFAN MENGELOLA USAHA
Studi Kasus pada Pedagang Konveksi di Pasar Beringharjo DIY
Windrati Nuratri
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh etnis terhadap
hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha; (2)
pengaruh etnis terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan
keefektifan mengelola usaha; (3) pengaruh jumlah modal terhadap hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha; (4) pengaruh
jumlah modal terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan
mengelola usaha; (5) pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha; (6) pengaruh tingkat
pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan
mengelola usaha.
Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Beringharjo Kodya Yogyakarta pada
bulan Januari sampai Februari 2007. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 231
orang. Jumlah sampel adalah 139 orang. Pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data yang
digunakan observasi dan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model
persamaan yang dikembangkan oleh Chow.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) etnis berpengaruh negatif terhadap
hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha (p =
0,029 < α = 0,05); (2) etnis berpengaruh positif terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha (p = 0,003 < α =
0,05); (3) permodalan berpengaruh positif terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha (p = 0,014 < α = 0,05); (4)
permodalan berpengaruh positif terhadap hubungan antara kecerdasan emosional
dengan keefektifan mengelola usaha (p = 0,001 < α = 0,05); (5) pendidikan
berpengaruh positif terhadap hubungan antara jiwa kewirausahan dengan
keefektifan mengelola usaha (p = 0,031 < α = 0,05); (6) pendidikan berpengaruh
positif terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan

mengelola usaha (p = 0,016 < α = 0,05).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ETHNIC, BUSINESS CAPITAL, AND
EDUCATION TOWARD THE RELATIONSHIP BETWEEN THE
ENTREPRENEURSHIP SPIRIT, THE EMOTIONAL INTELLIGENCE
AND THE BUSINESS MANAGEMENT EFFECTIVENES
A Case Study On Garment Merchants in Beringharjo Market DIY
Windrati Nuratri
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2007
The objectives of this research were to know: (1) ethnic influence toward
the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management
effectivnes; (2) ethnic influence toward the relationship between the emotional
intelligence and the business management effectivnes; (3) business capital
influence toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the

business management effectivnes; (4) business capital influence toward the
relationship between the emotional intelligence and the business management
effectivnes; (5) education influence toward the relationship between the
entrepreneurship spirit and the business management effectivnes; (6) education
influence toward the relationship between the emotional intelligence and the
business management effectivnes.
This research was conducted in Beringharjo market in the City of
Yogyakarta from January to February 2007. The population of the research was
231 people. The amount of the sample was 139. The sample taken by using simple
random sampling technique. The technique of collecting data were observation
and questionnaire. The technique of analyzing the data was the equation model
that was improved by Chow.
The result of the research shows that: (1) ethnic was negative influence
toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business
management effectivnes (p = 0,029 < α = 0,05); (2) ethnic was positive influence
toward the relationship between the emotional intelligence and the business
management effectivnes (p = 0,003 < α = 0,05); (3) business capital was positive
influence toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the
business management effectivnes (p = 0,014 < α = 0,05); (4) business capital was
positive influence toward the relationship between the emotional intelligence and

the business management effectivnes (p = 0,001 < α = 0,05); (5) education was
positive influence toward the relationship between the entrepreneurship spirit and
the business management effectivnes (p = 0,031 < α = 0,05); (6) education was
positive influence toward the relationship between the emotional intelligence and
the business management effectivnes (p = 0,016 < α = 0,05).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan bimbingannya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENGARUH ETNIS, PERMODALAN, DAN PENDIDIKAN TERHADAP
HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN
EMOSIONAL DENGAN KEEFEKTIFAN MENGELOLA USAHA” studi kasus
pada pedagang konveksi di Pasar Beringharjo DIY. Skripsi ini ditujukan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana khususnya pendidikan
akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama proses penyusunan skripsi hingga selesai tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak yang terus menerus memberikan dukungan serta masukan.
Maka dengan segenap ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. S. Widanarto P., S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

5. B. Indah Nugraheni, S.Pd., SIP., M.Pd. selaku dosen penguji terimakasih
kritik dan saran yang telah diberikan untuk menjadikan penulisan skripsi ini
menjadi lebih baik.
6. Bapa di surga, terima kasih selalu mendengarkan doaku. Alm. Mbah Karso
(kakung dan putri), Alm. Mbah Prapto (kakung dan putri), Alm. kedua

kakakku Sri (Respati) dan Tri (Hasta), terimakasih aku tahu kalian selalu
membantuku dari surga.
7.

Bapak dan ibu, terima kasih atas semua pengorbanan kalian dan terima kasih
untuk setiap doa yang kau lantunkan.

8. Kedua saudaraku Diar “Misuk” dan Wilasti “Gembel” terima kasih banyak.
9. Mbak Ipung dan pedagang konveksi di Pasar Beringharjo yang telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.
10. Teman-temanku : Iin, terimakasih banyak atas semuanya semoga Bapa
membalas amal baikmu. Dewi “Gembul”, Goris “Coeki Gorae”, Yuli
“Kuthil”, Muntari “Mumun”, dan Dwi “Dhephe”, terimakasih atas
dukunganya. Life has begun, this is the real world my friends.
11. Tim sukses “Usar” : Ephi, Harso, Lamdos, Lusi, Kriwul, Rena, Elie, Yoyok,
Indri, Nita, Ria “Dawet”, terimakasih karena telah mendukungku.
12. Sr. Louis dan Br. Tadius terimakasih saya berkesempatan belajar dari
pengalaman kalian.
13. Cicilia Istri W. terimakasih atas bantuannya, semoga sukses selalu.
14. Teman-teman Pak Angkatan 2002, khususnya Pak B (Yuni, Fera, Bowo

Bo’im, Didik, Imas, Erma, Tyas, Dewa, April, dan teman-teman lain yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

tidak dapat saya sebutkan satu per satu) terimakasih atas semua yang pernah
kita lewati bersama, good luck and GBU.
15. Semua yang kusayangi dan kukasihi ….. , terimakasih telah memberi warna
dalam hidupku.
16. Akhirnya Universitas Sanata Dharma yang memberikan sarana, prasarana, dan
kesempatan bagiku untuk belajar.
Penulis sangat menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, karena itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca.

Yogyakarta, 1 September 2007
Penulis

Windrati Nuratri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… 1
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. 2
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. 3
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………. 4
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………….

5

ABSTRAK …………………………………………………………………..

6

ABSTRACT …………………….…………………………………………..

7

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. 8
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..

11

DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. 14
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… 15

BAB 1.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….. 16
B. Batasan Masalah ………………………………………………….. 20
C. Perumusan Masalah ………………………………………………. 20
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 21
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 22
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keefektifan Mengelola Usaha ……………………………………. 23
B. Jiwa Kewirausahaan …….………………………………………... 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

C. Kecerdasan Emosional ……………………………………………. 33
D. Etnis …………….………………………………………………… 37
E. Permodalan ……………………….………………………………. 42
F. Pendidikan ……….……………………………………………….. 45
G. Kerangka Berpikir ………………………………………………..

47

H. Perumusan Hipotesis ……………………………………………..

55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………………………………………….. 56
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………... 56
C. Subjek dan Objek Penelitian ……………………………………... 56
D. Populasi dan Sampel Penelitian .…………………………………... 57
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ………………………….

57

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ……………………………...

62

G. Teknik Pengumpulan Data …..…………………………………… 67
H. Teknik Analisis Data ………………………………………..……

68

BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Pasar Beringharjo ………………………………………..

72

B. Fasilitas dan Sarana Pendukung .………………………………....

74

C. Gambaran Singkat Tentang Pedagang Konveksi …………..…….

75

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data …..……………………………………………….

77

B. Analisis Data ……………………………………………………..

82

1. Pengujian Prasyarat Analisis …………………………………

82

2. Pengujian Hipotesis …………………………………………..

84

3. Pembahasan …………………………………………………..

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………

112

B. Keterbatasan ……………………………………………………..

114

C. Saran ……………………………….……………………………

115

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Variabel Etnis ………………………………………… 43
Tabel 3.2 Klasifikasi Variabel Permodalan …………………………………. 43
Tabel 3.3 Klasifikasi Variabel Pendidikan ………………………………….. 44
Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan …………………. 44
Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional ….…………… 45
Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Keefektifan Mengelola Usaha .……….. 46
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Keefektifan Mengelola Usaha ..……….

48

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Kecerdasan Emosional .……………….

49

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Jiwa Kewirausahaan .………………….

50

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Reliabilitas ………….………………………….

52

Tabel 3.11 Interpretasi Koefisien Korelasi ……….…………………………. 56
Tabel 5.1 Deskripsi Etnis ……………………………………..…….……….

62

Tabel 5.2 Deskripsi Tingkat Permodalan ………………………….….……..

63

Tabel 5.3 Deskripsi Tingkat Pendidikan ……...………………………..……

64

Tabel 5.4 Deskripsi Variabel Jiwa Kewirausahaan ..………………………… 65
Tabel 5.5 Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional………………………… 66
Tabel 5.6 Deskripsi Variabel Keefektifan Mengelola Usaha …….………….. 67
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Normalaitas ……………………………………… 68
Tabel 5.8 Hasil Pengujian Linieritas ………………………………………… 69
Tabel 5.9 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ……………….…………… 80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Kuesioner Penelitian ………………………………………… 105

Lampiran II

Data Untuk Validitas dan Reliabilitas ………………………. 115
Output SPSS Untuk Validitas dan Reliabilitas ……………… 117

Lampiran III

Data Penelitian ……………………………………………… 121

Lampiran IV

Output SPSS Untuk Deskripsi Data ….……………….……. 142

Lampiran V

Output SPSS Untuk Normalitas dan Linieritas ..…………… 146

Lampiran VI

Output SPSS Untuk Korelasi dan Regresi ……..….……… .. 147

Lampiran VII Daftar Tabel …………………………..………….…………. 154
Lampiran VIII Surat Ijin Penelitian ……………………….…….…………. 157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sekitar awal tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Banyak
perusahaan besar tidak mampu bertahan karena kondisi perekonomian yang
labil dan kian memburuk. Dampaknya adalah banyak perusahaan melakukan
PHK terhadap para karyawannya. Para penganggur akibat PHK ini banyak
yang memutuskan untuk bekerja di sektor informal atau mendirikan usaha.
Usaha yang didirikan adalah usaha kecil. Skala usaha kecil menurut UU No.23
tahun 1999 adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak dua
ratus juta atau penjualan tahunan di bawah satu milyar, berdiri sendiri dan
bukan merupakan cabang atau anak perusahaan, berbentuk perseorangan,
koperasi atau badan usaha baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum.
Bentuk usaha kecil adalah perusahan perseorangan, dimana seorang
pengusaha berperan sebagai pemilik sekaligus juga sebagai pengelola. Tingkat
keberhasilan pengelolaan usaha dapat diukur dari tingkat efisiensi dan
efektifitas perusahan itu sendiri. Arifin Sitio (2004), dalam makalahnya
“Efektivitas Usaha Anggota Koperasi Yang Peduli Lingkungan”, menuliskan
pendapat Hodge (1984:299) mengenai keefektifan sebagai kemampuan
organisasi untuk mencapai segala keperluannya. Hal ini berarti bahwa
organisasi mampu menyusun dan mengorganisasikan sumber daya untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

mencapai tujuan. Keefektifan mengelola usaha tergantung pada ketekunan,
kerajinan, kegigihan, keuletan, dan kerjasama yang baik dengan berbagai
pihak Faktor-faktor lain yang diduga kuat mempengaruhi keefektifan
pengusaha dalam mengelola usaha antara lain: kultur keluarga, penerapan
business entity, jiwa kewirausahaan, dan kecerdasan emosional.
Jiwa kewirausahaan didefinisikan sebagai rasa percaya diri dalam
mengelola usaha, kreatif, ketekunan, keuletan, berorientasi kedepan dan berani
mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Jiwa kewirausahaan dapat
ditingkatkan dengan cara: kerja keras, disiplin, belajar, memanfaatkan waktu,
dan memperbaiki sikap mental. Jiwa kewirausahaan yang dimiliki seseorang
diduga berhubungan keefektifan dalam mengelola usaha. Semakin tinggi jiwa
kewirausahaan seseorang diduga semakin tinggi pula keefektifan mengelola
usaha. Sedangkan kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk
memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi sendiri.
Kecerdasan emosional sendiri bukan merupakan bawaan lahir sehingga dapat
dipelajari, dilatih, dan dikembangkan. Kesuksesan bisnis memang sangat
terkait langsung dengan kecerdasan emosi. Seorang wirausahawan yang
memiliki kecerdasan emosional optimal akan berpeluang mencapai puncak
keberhasilannya

(http://www.purdiechandra.com/jm/content/view/93/46).

Atau dengan kata lain semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, diduga
kemampuan mengelola usahanya cenderung semakin efektif.
Derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional
dengan keefektifan mengelola usaha diduga kuat dipengaruhi oleh etnis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

permodalan, dan pendidikan. Etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan
kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma, bahasa, agama, sejarah,
geografis, dan hubungan kekerabatan (http://www.lin.go.id). Etnis dalam
penelitian ini difokuskan pada etnis Jawa dan Cina karena kedua etnis tersebut
banyak ditemui dilokasi penelitian. Pola pendidikan keluarga dalam setiap
etnis berpengaruh pada pembentukan jiwa kewirausahaan dan kecerdasan
emosional yang akan berpengaruh pada kemampuan seseorang mengelola
usaha. Pola pendidikan pada anak etnis Cina yang cenderung dituntut untuk
berprestasi membuat anak-anak Cina lebih dapat mengembangkan jiwa
kewirausahaan dan kecerdasan emosionalnya. Sementara pola pendidikan
etnis Jawa yang cenderung santai dan tidak terlalu menuntut membuat anakanak Jawa tidak mampu mengembangkan jiwa kewirausahaan dan kecerdasan
emosionalnya dengan baik. Diduga derajat hubungan jiwa kewirausahaan,
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha etnis Cina lebih
tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa.
Modal diperlukan untuk dapat memulai usaha, tidak hanya berupa
uang dan barang tetapi juga pengalaman, dan pengetahuan. Dalam hal ini
modal diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menjalankan
usaha. Modal dapat berupa uang atau barang. Semakin besar modal yang
dimiliki semakin besar pula ukuran suatu perusahan. Seorang wirausahawan
yang kreatif, berorientasi ke depan, inovatif, dan percaya diri akan mampu
menggunakan modal yang dimilikinya dengan baik sehingga dapat mengelola
usahanya secara efektif. Selain itu pengusaha yang memiliki kecerdasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

emosional tinggi akan mampu mengelola modal yang dimilikinya dengan
baik. Diduga semakin tinggi jumlah modal yang digunakan semakin tinggi
pula derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional
dengan keefektifan mengelola usaha.
Pendidikan

adalah

proses

pembentukan

kecakapan–kecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
manusia. Seperti dikemukakan di atas bahwa jiwa kewirausahaan dan
kecerdasan

emosional

dapat

dipelajari,

dilatih

dan

dikembangkan.

Pembentukan jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dapat dimulai
dari pendidikan informal (keluarga dan masyarakat), pendidikan formal
(sekolah)

maupun

melalui

maupun

pendidikan

nonformal

(lembaga

pengembangan ketrampilan). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin ia dapat mengelola emosinya dengan baik dan semakin mampu pula
ia mengembangkan jiwa kewirausahaan pada dirinya yang akhirnya
berpengaruh pada kemampuan mengelola usaha. Dengan kata lain semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula derajat hubungan
antara jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional dengan keefektifan
mengelola usaha, begitu pula sebaliknya.
Penelitian

ini

dimaksudkan

untuk

mengetahui

apakah

etnis,

permodalan, dan pendidikan yang berbeda berpengaruh pada hubungan antara
jiwa kewirausahaan,

kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola

usaha. Selanjutnya penelitian ini dirumuskan dengan judul “PENGARUH
ETNIS, PERMODALAN, DAN PENDIDIKAN TERHADAP HUBUNGAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN

KEEFEKTIFAN

MENGELOLA

USAHA.

Penelitian

ini

merupakan studi kasus pada pedagang konveksi di Pasar Beringharjo
Yogyakarta.

B. Batasan Masalah
Ada banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas mengelola usaha
diantaranya etnis, kultur keluarga, permodalan, pendidikan, penerapan bisnis
entity, jiwa kewirausahaan, dan kecerdasan emosional. Secara spesifik
penelitian ini memfokuskan apakah ada perbedaan hubungan jiwa
kewirausahaan, kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha
ditinjau dari etnis, permodalan, dan pendidikan.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan
dengan keefektifan mengelola usaha?
2. Apakah ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara kecerdasan
emosional dengan keefektifan mengelola usaha?
3. Apakah ada pengaruh jumlah modal terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

4. Apakah ada pengaruh jumlah modal terhadap hubungan antara kecerdasan
emosional dengan keefektifan mengelola usaha?
5. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha?
6. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara
jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jumlah modal terhadap hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jumlah modal terhadap hubungan
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
5. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap
hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
6. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap
hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

E. Manfaat Penelitian
a. Bagi Subjek Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan sumbangan
informasi bagi pengusaha konveksi untuk mengetahui sejauh apa jiwa
kewirausahaan, kecerdasan emosional, etnis, permodalan, dan pendidikan
mempengaruhi efektivitas pengelolaan usaha.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dapat menjadi salah satu bahan acuan bagi
pelaksanaan penelitian yang relevan di masa datang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Keefektifan Mengelola Usaha
1. Pengertian Keefektifan Mengelola Usaha
Mitsuyuki Masatsugu (1991) menjelaskan bagaimana cara
menjalankan perusahaan antara lain dengan menjaga tujuan agar selalu
terlihat jelas, memiliki gambaran transaksi keuangan, mengetahui titik
impas, mengusahakan biaya semurah-murahnya, menghilangkan yang
tidak diperlukan (membuang barang-barang yang tidak diperlukan) misal
barang-barang bekas, efisiensi tinggi dan upah tinggi. Marbun (1986:49122) menjelaskan bagaimana memanajemeni perusahaan kecil supaya
sukses.
a. Analisis situasi dan diri yang tajam dan tepat
Dalam mengelola perusahaan haruslah dimulai dengan perencanaan
yang matang, penuh perhitungan tentang segala kemungkinan yang
dapat mensukseskan usaha dan hal-hal yang dapat mengagalkan
kegiatan usaha. Untuk itu seorang pengusaha perlu melakukan analisis
kekuatan, kelemahan dan peluangnya. Pengkajian sebab-sebab
kegagalan ini dimaksudkan sebagai cermin supaya pengusaha tahu
persis siapa dirinya, mau ke mana, resiko-resiko apa yang perlu
dihadapi

dan

bagaimana

menghindarkan

atau

paling

sedikit

mengurangi resiko tersebut. Sebelum memulai usaha seorang calon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

pengusaha harus memperhatikan beberapa hal seperti: peluang usaha,
pengetahuan tentang usaha yang akan dijalankan, siapa pesaing dan
calon pesaing, seberapa besar pangsa pasar, pemasok, penentuan lokasi
usaha, dan kemungkinan mendapatkan tambahan modal.
b. Perencanaan dan Pengendalian Yang Mantap
Semua perusahaan, termasuk perusahaan kecil, harus memiliki
perencanaan. Perencanaan adalah alat yang sangat ampuh untuk
menentukan prioritas, mengukur kemampuan, mengukur keberhasilan,
dan kegagalan. Jika mengelola perusahaan tanpa perencanaan
bagaimana perusahaan dapat mengetahui mau kemana, bagaimana
sampai di sana, apa yang harus dilakukan sehubungan dengan
keterlambatan, rintangan dan kelemahan yang lainnya. Perencanaan
adalah proses mulai dari mencari data, mengadakan analisis situasi dan
analisis diri (SWOT) hingga penyusunan segala tindakan yang akan
diambil dalam periode tertentu untuk mencapai tujuan serta bagaimana
proses evaluasinya sampai selesai akhir masa perencanaan. Rencana
adalah uraian yang berisi segala hal yang akan dikerjakan serta uraian
langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran dalam
periode tertentu. Dari kedua rumusan tersebut menjadi jelas bahwa
perencanaan adalah proses untuk mencapai tujuan yang dibagi dalam
berbagai sasaran dan dituangkan serta dijabarkan dalam rencana
langkah-langkah bagaimana mencapai sasaran. Suatu rencana tidaklah
lengkap apabila tidak disertai anggaran. Anggaran merupakan rencana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25

jangka pendek yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka biasanya
rupiah. Dalam praktiknya rencana anggaran adalah salah satu alat
kendali yang sangat berguna dan sangat membantu. Jenis anggaran ini
disesuaikan dengan bidang kegiatan perusahaan. Tetapi yang jelas
setiap perusahaan termasuk perusahaan kecil harus memiliki anggaran
pendapatan, anggaran penjualan, anggaran biaya, pegawai, dan biaya
umum. Semua anggaran ini harus dicatat dan dikendalikan dengan
cermat dan penuh disiplin. Kemudian jika dalam praktik terjadi
penyimpangan, seorang pengusahan dapat langsung melakukan
tindakan koreksi atau perbaikan menuju efektivitas dan efisiensi
manajemen. Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung
perusahaan telah mengadakan pengendalian berencana terhadap semua
kegiatan perusahaan.
c. Perusahaan Kecil dan Pemasaran
Semua perusahaan baik kecil maupun besar dari segala jenis usaha
harus dapat mempraktikan manajemen pemasaran. Untuk dapat
bertahan dan bertumbuh serta berkembang maka bagi perusahan kecil
tidak ada jalan lain kecuali harus mengerti, meresapi, dan menjalankan
dalam praktik aspek-aspek atau paling sedikit dasar-dasar manajemen
pemasaran. Semakin besar ukuran suatu usaha, apabila mau bertahan
dan bertumbuh, tidak ada jalan lain kecuali dengan mempraktikan
manajemen yang benar. Dalam memasarkan barangnya seorang
pengusaha kecil harus memperhatikan hal-hal berikut: mengetahui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26

jumlah calon pembeli dan jumlah pesaing, barang yang disukai dan
yang tidak disukai, tempat usaha yang strategis, memberikan
pelayanan yang simpatik (pembungkusan barang yang menarik, bahasa
yang simpatik, dan strategi harga), melakukan promosi sederhana
seperti penawaran langsung kepada konsumen yang datang, dekorasi
dan penataan barang yang menarik, memberikan potongan khusus, dan
memasang iklan di surat kabar atau membuat selebaran.
d. Perusahaan Kecil dan Keuangan
Semua perusahaan seharusnya mempunyai manajemen keuangan.
Karena hanya dengan pembukuan yang rapih dan teratur serta
berdisiplin,

perusahaan

dapat

mengukur

kegagalan

dan

keberhasilannya serta bagaimana prospeknya. Perusahaan kecil demi
eksistensi dan masa depannya harus mengelola keuangannya secara
ketat dan berdisiplin. Perusahaan minimal harus mempunyai rencana
pemasukan dan pengeluaran. Adanya rencana keuangan yang
sederhana ini memungkinkan perusahaan mengendalikan keuangannya
dengan berencana demi mencapai hasil perusahaan yang maksimal.
Perencanaan dan pengendalian keuangan sangat vital bagi eksistensi
dan terlebih-lebih bagi masa depan perusahaan. Seorang pengusaha
harus tahu dan mengerti serta mampu menerapkan pedoman-pedoman
dasar dalam keuangan. Adapun pokok-pokok yang perlu dicatat
seperti hasil penjualan, penerimaan tunai, jumlah pembelian,
pembayaran tunai, utang dagang, catatan gaji, dan persediaan barang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27

Semua catatan tersebut harus dikelola dengan penuh disiplin sehingga
menjadi sumber informasi yang paling penting untuk mengambil
kebijakan dan untuk mengetahui posisi perusahaan saat ini apakah
laba, rugi atau impas, dan tindakan apa yang perlu segera dilakukan
untuk mengatasinya.
e. Perusahaan Kecil, Organisasi dan Personalia
Pada dasarnya setiap organisasi bagaimanapun kecilnya harus
menjalankan prinsip-prinsip organisasi. Perusahaan kecil pun juga satu
organisasi. Perusahaan kecil, terutama mereka yang sudah mempunyai
1 atau 2 karyawan atau lebih, ada baiknya sejak semula telah mengenal
prinsip-prinsip organisasi yaitu bersama-sama dengan orang lain lewat
kerjasama yang efektif dan efisien demi mencapai tujuan. Dengan
demikian ada pembagian kerja, ada pembagian wewenang dan
tanggung jawab demi melancarkan usaha untuk mencapai hasil yang
dikehendaki. Yang jelas orang dalam perusahaan tahu tugas dan
tanggung jawabnya, siapa yang memberi perintah, kapan dilakukan
dan bagaimana sistem evaluasinya. Dari segi personalia, hubungan
kerja yang baik terjadi apabila antara majikan dan karyawan terdapat
saling pengertian mau mencapai apa, kapan, caranya bagaimana, serta
berapa imbalan yang mereka dapat. Ada baiknya pemilik perusahaan
kecil menggariskan kebijakan personalia yang matap berupa:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28

1. Pedoman jam kerja per hari, per mingu, masa cuti, cuti sakit, dan
lain-lain.
2. Adanya gaji minimum dan tunjangan yang minimal cukup untuk
hidup wajar karyawan yang bersangkutan.
3. Memperhatikan

ketentuan

yang

terdapat

dalam

peraturan

perburuhan.
4. Menetapkan cara seleksi dan persyaratan penerimaan karyawan.
5. Menetapkan syarat-syarat naik pangkat dan hukuman.
Keefektifan berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa
hasil, berhasil guna. Keefektifan berarti keberhasilan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1995:250). Menurut Anthony (1992:14) dalam bukunya
Sistem

Pengendalian

Manajemen

keefektifan

diartikan

sebagai

kemampuan suatu unit untuk mencapai suatu tujuan yang dinginkan.
Arifin Sitio (http://www.smecda.com/deputi7/file8infokop/edisi%2024/
arifin) mengungkapkan definisi menurut Roulette dan Hodge. Roulette
(1991:1) mendefinisikan keefektifan adalah dengan melakukan hal yang
benar pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang panjang, baik pada
organisasi tersebut dan pelanggan. Hodge (1984:299) menguraikan bahwa
keefektifan sebagai ukuran suksesnya organisasi didefinisikan sebagai
kemampuan organisasi untuk mencapai segala keperluannya. Hal ini
berarti bahwa organisasi mampu menyusun dan mengorganisasikan
sumber daya untuk mencapai tujuan. Sementara menurut Peter Drucker
menggunakan kata benar untuk merumuskan makna efisiensi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29

keefektifan. Efisiensi berarti melakukan sesuatu secara benar (do thing
right), sedangkan keefektifan adalah melakukan sesuatu yang benar (do
the right thing). Efisiensi ditekankan pada penghematan dalam
penggunaan input untuk menghasilkan suatu output tertentu. Upaya ini
diwujudkan melalui beberapa penerapan konsep dan teori manajemen
yang tepat. Sedangkan keefektifan ditekankan pada tingkat pencapaian
atas tujuan yang diwujudkan melalui penerapan leadership dan pemilihan
strategi yang tepat (http://www.tazkiaonline.com/article.php?sid=416).
Jadi keefektifan mengelola usaha dikatakan baik jika suatu usaha
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh usaha itu sendiri.
Sebaliknya keefektifan mengelola usaha dikatakan kurang baik jika suatu
usaha tidak berhasil dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2. Dimensi Mengelola Usaha
Siti Adiprigandari A Suprapto mengungkapkan (www.republika.
com), seorang pengusaha harus memiliki dasar yang kuat agar dapat
mengelola usahanya dengan baik. Dasar-dasar tersebut antara lain:
a. Semangat kerja. Mencintai apa yang harus dikerjakan sehingga
membuatnya terus berkarya menghasilkan prestasi-prestasi baru tiada
henti. Ketika menghadapi halangan atau kegagalan, tidak putus asa dan
justru belajar dari kegagalan.
b. Seorang pengusaha harus memiliki impian. Impian merupakan wujud
dari visi dan misi seseorang dalam berkarya. Dengan mimpi pikiran
akan terfokus dan memudahkan mencapai apa yang diinginkan.
c. Tegas dalam mengambil keputusan. Menunda pekerjaan merupakan
kerugian bagi pengusaha. Kecepatan dalam mengambil keputusan
yang tepat merupakan kunci keberhasilan dan keputusan harus
diterapkan secara konsisten agar hasil yang diharapkan akan segera
terwujud.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30

d. Dedikasikan seluruh tenaga, waktu, dan pikiran untuk pekerjaan.
Kadangkala seseorang harus bekerja sedikitnya 13 jam sehari dan tujuh
hari seminggu agar impiannya segera terwujud.
e. Rinci. Pengusaha harus bisa memperhatikan hal yang detail dari proses
produksi usahanya dan tidak bersikap masa bodoh. Dengan demikian,
ia bisa mengetahui kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya. Ia
juga tidak mudah dibohongi bawahannya.
f. Tidak menggantungkan hidup pada nasib. Yang menentukan apa yang
ingin Anda kerjakan dan hidup Anda tidak ditentukan oleh atasan
melainkan diri sendiri adalah Anda sendiri.
g. Dana. Menjadi kaya bukan tujuan utama seorang wirausahawan. Uang
hanya ukuran keberhasilan. Bila sukses uang akan datang dengan
sendirinya.
h. Bagi-bagi. Kepemilikan usaha dibagikan kepada karyawan-karyawan
karena tanpa mereka bisnis tidak akan berjalan. Karena itu, karyawan
harus diperhatikan agar ada rasa memiliki terhadap perusahaan.
i. Memiliki etika moral. Pengusaha sukses selalu memiliki moralitas
yang baik dalam menjalankan bisnisnya. Moralitas ini menjadi penting
karena berfungsi sebagai kendali diri agar tidak terjebak kepada
praktik bisnis yang menghalalkan segala cara.
j. Mampu belajar dan mendengarkan. Pengusaha harus terus belajar dan
mendengarkan masukan dari orang lain, tidak tergantung pada bakat
alam. Berbagi ajang diskusi seminar, sekolah, konferensi menjadi
tempat baginya untuk terus mengasah pengetahuan di bidangnya.
k. Rencana bisnis. Seorang pengusaha selalu memiliki rencana bisnis
yang akan dikembangkan. Penyusunan rencana bisnis ini penting
sebagai arahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Ketika menyusun
rencana bisnis biasanya seseorang pengusaha melibatkan konsultan
bisnis professional.
l. Hasil terbaik. Pengusaha sukses selalu ingin mencapai prestasi
terbaiknya. Prestasi itu akan menjadi kepuasan tersendiri yang sulit
diganti apapun.

B. Jiwa Kewirausahaan
1. Pengertian Jiwa Kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan adalah rasa percaya diri (yakin, optimis, dan
penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif
berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki
kepemimpinan (berani tampil beda), dan berani mengambil resiko dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31

penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan) (Suryana, 2003:2).
Jiwa kewirausahaan didefinisikan sebagai rasa tanggung jawab, kreativitas
dan mampu mengambil keputusan (http://www.pikiran-rakyat.com).
Sementara itu Eri Sudewo (Media Akuntansi, 1999:16-17) dalam ceramah
lokakarya

yang

diadakan

di

kantor

IAI

mengatakan

bahwa

enterpreneurship mempunyai arti keberanian dalam mengambil resiko
yang bersumber pada kemampuan sendiri untuk berkarya dan berusaha.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jiwa
kewirausahaan merupakan rasa percaya diri dalam mengelola usaha,
kreatif, ketekunan, keuletan, berorientasi ke depan dan berani mengambil
resiko dengan penuh perhitungan.
Untuk mencapai entrepreneur yang ideal, seseorang harus mau
meningkatkan lagi kemampuan yang ada dalam dirinya. Di antara upayaupaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan enterpreneurship adalah
dengan:
a. Kerja keras. Kerja keras adalah kunci untuk mencapai sesuatu agar
mendapat hasil yang maksimal. Menjalani pekerjaan dengan tekun,
tidak mudah menyerah tetapi selalu kreatif menemukan pemecahan
masalah yang dihadapi, tidak takut bersaing untuk kemajuan agar
dapat menciptakan kreasi-kreasi baru yang berguna bagi kemajuan
diri.
b. Disiplin. Memenuhi komitmen yang telah dibuat, misalnya dengan
selalu tepat waktu dalam segala hal, bertanggung jawab dalam setiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32

masalah yang dihadapi, berusaha untuk selalu jujur dalam bertindak,
dan berani bertangung jawab pada setiap tindakan yang telah
dilakukan.
c. Belajar. Ilmu selalu berkembang, maka untuk mengimbanginya kita
dituntut untuk belajar terus-menerus guna meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan kita.
d. Memanfaatkan waktu. Dalam menggunakan waktu kita dituntut untuk
seefisien mungkin, jangan membuang-buang waktu untuk pekerjaan
yang tidak bermanfaat. Gunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat
dan dapat meningkatkan kemampuan diri.
e. Memperbaiki sikap mental. Tumbuhkan sikap mental maju dan buang
jauh-jauh sikap mental yang menghambat. Sikap mental maju yang
dapat meningkatkan enterprenership adalah sigap, cekatan, tak
menunda, tanggap, aktif, rajin, telaten, tekun, jujur dan bertangung
jawab, disiplin, teliti, kerja baik, berjiwa besar, dan mempunyai sikap
wira. Sementara sikap mental yang dapat menghambat adalah malas,
enggan, menunda, diam, pasif, masa bodoh, apatis, tak peduli, culas
dan curang, seenaknya, ceroboh, asal jadi, iri, dengki, dan sangat
personal.
2. Dimensi Jiwa Kewirausahaan
Menurut Eri Sudewo (Media Akuntansi, 1999:16-17) untuk dapat
menjadi seorang wirausaha yang berhasil maka seseorang harus memiliki
sifat atau ciri-ciri sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33

Percaya diri yang tinggi. Seorang enterpreneur mempunyai
keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri dan tidak bergantung para
orang lain serta memandang masalah dengan kaca mata optimisme.
Selalu berorientasi pada tugas dan hasil. Seorang enterpreneur
selalu haus dengan prestasi dan dalam bekerja mengorientasikan
seluruhnya kepada pencapaian laba yang sebesar-besarnya. Dia
melaksanakan pekerjaannya dengan tekun dan jika mengahadapi kendala
dia akan tabah, selalu menguatkan tekadnya untuk terus maju dari dalam
dirinya terus dikobarkan dorongan yang kuat, dia selalu bersemangat
dalam bekerja dan selalu penuh dengan pemikiran-pemikiran yang
mengarah kepada kemajuan.
Tidak ragu dalam mengambil resiko. Seorang enterpreneur
menyukai tantangan yang ada dihadapannya. Tantangan itu membuatnya
semakin bersemangat untuk dapat menaklukkannya. Dia selalu berpikir
sematang mungkin sebelum bertindak.
Jiwa kepemimpinan. Seorang enterpreneur dapat menjadi
jembatan bagi terciptanya hubungan yang baik dalam lembaga maupun
lingkungan tempat tinggalnya. Dia tidak kaku atau mau menang sendiri
tapi mau bermusyawarah dalam memutuskan suatu masalah, mempunyai
jiwa yang arief bijaksana, mau mendengarkan keluhan orang lain, bisa
menerima kritik orang lain yang sifatnya membangun dirinya kearah yang
lebih baik, dan mampu memotivasi orang lain untuk bersama-sama
mencapai tujuan.
Berpikir orisinil. Seorang entrepreneur mempunyai pemikiran
yang inovatif, kreatif, banyak ilham dalam menyelesaikan pekerjaannya
untuk hasil yang lebih baik. Suka bereksperimen mencari yang baru untuk
mendapatkan produk yang lebih kompetitip dan dengan mudah diterima
ditengah masyarakat.
Visi yang jelas. Seorang entrepreneur dalam setiap tindakan yang
dibuatnya selalu berorientasi masa depan.

C. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Josh Hammond menyatakan bahwa emosi adalah sesuatu yang
mempunyai makna penting bagi perusahaan. Menurutnya, emosi adalah
pengorganisasian yang hebat dalam bidang pikiran dan perbuatan.
Meskipun demikian emosi tidak dapat dipisahkan dari penalaran dan
rasionalitas. Dalam bahasa Latin emosi dikatakan sebagai motus anima,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34

yang artinya “jiwa yang menggerakkan kita” (http://www.purdiecandra.
com/jm/content/view/94/46). Lebih lanjut dalam kamus bahasa Inggris
Oxford mendefinisikan emosi sebagai suatu kegiatan atau pergolakan
pikiran, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Bentuk emosi yang muncul kerap
dirasakan atas sikap yang ditampilkan atas dasar suasana perasaan saat itu.
Beberapa contoh emosi yang sering kita rasakan menurut Daniel Goleman
dalam bukunya yang berjudul Kecerdasan Emosional, terbagi menjadi:
amarah, seperti mengamuk, bengis, benci, jengkel, kesal hati, rasa
terganggu, seperti rasa pahit, tersinggung, merasa hebat. Kesedihan,
seperti pedih, sedih, putus asa, kalau depresi berat. Rasa takut, seperti
cemas, takut, gugup, khawatir, waspada, tidak senang, was was, fobia,dan
panik. Kenikmatan, seperti bahagia, gembira, riangan, puas, terhibur,
bangga, takjub, senang sekali. Cinta, seperti penerimaan, persahabatan,
kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasih. Terkejut,
seperti terpana, jengkel, hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
Malu seperti rasa salah, malu hati, kesal hati, hina, aib, hancur lebur
(http://www.binuscareer.com/Article.aspx?id=hLO3fqu87k631%2FWL86
qSqg%3D%3D).
Menurut Goleman (2003:14) kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk mengatur diri kita sendiri dan hubungan kita dengan
orang lain secara efektif yang terdiri dari empat kemampuan mendasar:
kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial dan kemampuan sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35

Kecerdasan emosional menurut Cooper (1998:XV) adalah kemampuan
merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekan
emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang
manusiawi. Sedangkan John Mayer, psikolog dari University of New
Hampshire dalam Harmoko (http://www.binuscareer.com/Article.aspx?id=
hLO3fqu87k631%2FWL86qSqg%3D%3D) mendefinisikan kecerdasan
emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara
mengendalikan emosi sendiri.
Goleman mengungkapkan perbedaan antara kecerdasan emosional
dengan kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan intelektual sesungguhnya
merupakan keturunan seseorang yang tidak dapat dirubah, karena
pembawaan sejak lahir. Sedangkan kecerdasan emosional tidak demikian.
Kecerdasan emosional dapat dipelajari, dilatih, dan bisa dikembangkan.
Tetapi perlu diingat bahwa semuanya itu merupakan proses yang
memerlukan waktu, ketekunan, semangat tinggi dan keberanian untuk
mencoba. Kecerdasan emosional merupakan jembatan antara apa yang kita
ketahui, dengan apa yang kita lakukan. Dengan semakin tinggi kecerdasan
emosional, kita akan semakin terampil melakukan apapun yang kita
ketahui benar.
Entrepreneur yang memiliki kecerdaan emosional yang optimal,
akan lebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Mereka akan
tetap menganggap bahwa krisis itu adalah sebuah peluang, peka akan
adanya peluang dalam situasi apapun dan mampu mengatasi berbagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36

konflik. Orang-orang yang benar-benar mengoptimalakan EQ, akan lebih
jeli dalam melihat sebuah peluang. Ia lebih cekatan dalam bertindak dan
lebih punya inisiatif. Atau ia akan lebih siap dalam melakukan negosiasi
bisnis. Lebih mampu melakukan langkah strategis bisnisnya, memiliki
kepekaan, daya cipta, dan komitmen yang tinggi. (http://www.
purdiecandra.com/jm/content/ view/93/46).
Unsur-unsur yang berkaitan dengan kecerdasan emosional menurut
Goleman (1999:274) meliputi:
a. Keyakinan
Perasaan kendali dan penguasaan seseorang terhadap tubuh, perilaku,
dan dunia.
b. Rasa Ingin Tahu
Perasaan bahwa menyelidiki segala sesuatu itu bersifat positif dan
menimbulkan kesenangan.
c. Niat
Hasrat dan kemampuan untuk berhasil dan untuk bertindak
berdasarkan niat itu dengan tekun, ini berkaitan dengan perasaan
terampil, perasaan efektif.
d. Kendali Diri
Kemampuan untuk menyesuaikan dan mengendalikan tindakan dengan
pola yang sesuai dengan usia, suatu rasa, kendali batiniah.
e. Keterkaitan
Kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang lain berdasarkan
pada perasaan saling memahami.
f. Kecakapan Berkomunikasi
Keyakinan dan kemampuan verbal untuk bertukar gagasan, perasaan,
dan konsep dengan orang lain.
g. Koperatif
Kemampuan menyeimbangkan kebutuhan sendiri dengan kebutuhan
orang lain.
2. Dimensi Kecerdasan Emosional
Siprianus Koda dalam “Membedah Dinamika Emosi Sebagai
Struktur Logis-Ilmiah” (Seri Buku Vox, 2000:90) menyatakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kesanggupan manusia dalam menjangkau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37

lima “kawasan” yang paling menentukan keberhasilan hidup seorang
individu.
Pertama, mengenal emosi diri. Pemahaman terhadap perasaan
yang sedang berlangsung adalah dasar kecerdasan emosional. Dengan
kontinuitas proses pemahaman terhadap gejolak perasaan, individu
dimungkinkan untuk menjangkaui wawasan psikologi dan pemahaman
diri, sekaligus pembebasan individu dari belenggu perasaan. Proses ini
akan bermuara pada tercetusnya keputusan–keputusan yang efektif.
Kedua, mengelola emosi. Kesadaran diri merupakan dimensi
penentu bagi penanganan perasaan agar dapat menjelma secara memadai.
Pada individu yang gagal mengelola emosinya, akan terjadi pertarungan
yang tak berkesudahan melawan emosinya sendiri.
Ketiga, memotivasi diri sendiri. Penataan emosi yang memadai
merupakan sarana untuk memotivasi diri dan menguasai diri, serta untuk
bereaksi secara wajar. Kemampuan demikian memperbesar peluang
produktivitas dan efektivitas kerja dalam pelbagai bidang.
Keempat, mengenali emosi orang lain. Kesadaran emosional yang
merupakan landasan sikap empati, mengandung kemampuan menangkap
pesan–pesan sosial yang tersembunyi, yang menginformasikan kebutuhan
dan kehendak orang lain.
Kelima, membina hubungan. Seni membina hubungan, sebagian
besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Berbekal
kemampuan ini, seseorang akan terbantu dalam meraih popularitas, sukses
dalam memimpin dan relasi antar pribadi.

D. Etnis
Etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai,
kebiasaan, adat istiadat, norma, bahasa, agama, sejarah, grografis, dan
hubungan kekerabatan (http://www.lin.go.id). Dalam hal ini penulis hanya
memfokuskan pengelolaan usaha pada etnis Cina dan etnis Jawa. Berikut ini
gambaran umum mengenai etnis Jawa dan etnis Cina.
1. Golongan etnis Jawa
Masyarakat Jawa merupakan salah satu masyarakat asli Indonesia
yang kini hidupnya sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38

umum masyarakat Jawa dibagi menjadi tiga golongan kelas sosial yaitu:
(1) golongan orang biasa dan pekerja kasar atau buruh, (2) golongan
pedagang atau saudagar, (3) golongan pegawai negri, pencatatatan sipil
dan priyayi (Koentjaraningrat,1985:231). Selanjutnya Koentjaraningrat
dalam Martaniah (1984:54-57) menyebutkan mentalitas “priyayi” adalah
sebagai berikut; (1) mereka menganggap hakekat karya adalah kekuasaan,
kedudukan, dan lambing-lambang lahiriah dari kemakmuran; (2) persepsi
waktu mereka lebih ditentukan oleh masa lampau; (3) mereka sangat
menggantungkan diri pada nasib; (4) mereka sangat berorientasi ke arah
atasan, sehingga mematikan hasrat untuk berdiri se