PENGARUH KEHIDUPAN KOS TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

PENGARUH KEHIDUPAN KOS

TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN

MAHASISWA IAIN SALATIGA

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Oleh:

ONE EMI NASITOH

NIM 111-12-035

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  iii iv

v

vi

  

MOTTO

( : )

“Jangan bertanya tentang kelakuan seseorang, tapi lihatlah siapa temannya.

  

Karena orang itu biasanya mengikuti temannya "

  

PERSEMBAHAN

  Karya ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Orangtuaku tercinta yang telah mendidik, memberikan dukungan, do’a, dan perhatian. Semoga hasil dari skripsi ini bisa memberikan kebahagiaan dan kebanggaan.

  2. Seluruh keluargaku yang senantiasa mendoakanku, dan memberikan motivasi bagiku.

  3. Sahabat dan teman-temanku.

  4. Civitas academica IAIN Salatiga.

  5. Para pencari ilmu. vii

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul “Pengaruh Kehidupan Kos terhadap Sikap Keberagamaan Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun 2016” bisa diselesaikan.

  Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Sang Teladan Utama, Nabi Muhammad shalallahu‟ alaihi wassalam, juga kepada para shahabat, keluarga dan orang yang istiqomah mengikuti petunjuk Beliau.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih setulusnya kepada :

  1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Agus Ahmad Suadi, Lc., M.A selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu kelancaran proses belajar penulis selama di IAIN

  5. H. M. Farid Abdullah S.Pd.I., M.Hum. selaku pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk, dan dengan sabar viii meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini sampai dapat terselesaikan dengan baik.

  6. Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk, dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

  7. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

  8. Bapak dan Ibu saya (Bapak A.M. Ikhwani dan Ibu Isnanik), serta saudara- saudara yang senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil, dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  9. Bapak Perangkat Desa, dan pemilik kos yang telah meluangkan waktu dan mengizinkan penulis melaksanakan penelitian.

  10. Mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di kos khususnya Aconk dan Afida, yang telah meluangkan waktu serta memberikan bantuan kepada penulis untuk penelitian.

  11. Teman-teman senasib seperjuangan PAI 2012, khususnya Hidayatul Maghfiroh, Putri Rifa Anggraeni, Milatur Rodiyah, dan Fitriyaningsih.

  Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

  12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dorongannya. ix x

  

ABSTRAK

  Nasitoh, One Emi. 2016. Pengaruh Kehidupan Kos terhadap Sikap

  Keberagamaan Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun 2016 . Skripsi. Fakultas

  Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: H. M. Farid Abdullah S.Pd.I., M.Hum.

  Kata Kunci: Kehidupan Kos, Sikap Keberagamaan.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara Kehidupan Kos terhadap Sikap Keberagamaan Mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana kehidupan kos mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016?, (2) bagaimana sikap keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di kos tahun 2016?, (3) apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kehidupan kos terhadap sikap keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016?.

  Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Subjek penelitian yang dilibatkan sebanyak 40 responden. Analisis data dilakukan dengan dibantu program SPSS (Statistical Packade for Social Sciences) 19 dengan teknik analisis regresi linier sederhana.

  Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa varian kehidupan kos dari 40 responden yang berada dalam kategori baik sebanyak 8 mahasiswa atau 20 %. Adapun dengan kategori sedang ada 16 mahasiswa atau 40 % dan dalam kategori kurang baik terdapat 16 mahasiswa atau 40 %.Varian sikap keberagamaan dari 40 responden yang berada dalam kategori baik sebanyak 13 mahasiswa atau 32,5 %. Adapun dengan kategori sedang ada 17 mahasiswa atau 42,5 %. kemudian yang berada dalam kategori kurang baik sebanyak 10 mahasiswa atau 25,0 %. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Nilai R Square dalam tabel sebesar 0,517. Angka tersebut berarti bahwa sebesar 51,7 % sikap keberagamaan yang terjadi dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel kehidupan kos. Nilai F hitung dari tabel ANOVA lebih besar dari nilai F tabel (40,748 > 4,10). Artinya, kehidupan kos berpengaruh terhadap sikap keberagamaan. Hasil uji t hitung untuk variabel kehidupan kos lebih besar dari nilai t tabel (6,383 > 2,024). Artinya, koefisien regresi signifikan. Kesimpulannya, hipotesis yang diajukan oleh penulis dapat diterima, bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kehidupan kos terhadap sikap keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016. xi

  xii

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL ..................................................................................................... i LEMBAR BERLOGO ................................................................................ ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... v MOTTO ....................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii KATA PENGANTAR ................................................................................. viii ABSTRAK ................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 9 B. Hipotesis Penelitian .................................................................... 27 C. Operasionalisasi Konsep ............................................................ 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ....................................... 30 B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 30 C. Populasi dan Sampel .................................................................. 31 D. Variabel Penelitian ..................................................................... 32 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 32 F. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 33

  1. Uji Validitas ......................................................................... 34

  2. Uji Reliabilitas ..................................................................... 37

  G. Analisis Data .............................................................................. 38

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA A. Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................... 39 B. Data Mahasiswa IAIN Salatiga yang Tinggal di Kos ................ 47 C. Kegiatan yang Disukai dan Tidak Disukai Anak Kos ............... 48 D. Analisis Deskriptif ..................................................................... 49

  1. Analisis Data Kehidupan Kos .............................................. 49

  2. Analisis Data Sikap Keberagamaan Mahasiswa Kos ........... 51

  E. Pengujian Hipotesis .................................................................... 54

  1. Bagian Statistik Deskriptif ................................................... 54

  2. Bagian Korelasi .................................................................... 55

  3. Bagian Ringkasan Model (Koefisien Determinasi) ............. 56

  4. Bagian ANOVA ................................................................... 58

  5. Bagian Koefisien Regresi ..................................................... 60

  6. Validitas Model Regresi ....................................................... 62

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 64 B. Saran ........................................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  xiii

  

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Indikator Variabel Kehidupan Kos .............................................. 28TABEL 2.2 Indikator Variabel Sikap Keberagamaan ..................................... 28TABEL 3.1 Hasil Uji Validitas Kehidupan Kos .............................................. 34TABEL 3.2 Hasil Uji Validitas Sikap Keberagamaan ..................................... 36TABEL 3.3 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................... 37TABEL 4.1 Data Mahasiswa yang Tinggal di Kos .......................................... 47TABEL 4.2 Nominasi Skor Kehidupan Kos Tiap Responden ......................... 50TABEL 4.3 Kategori Skor Kehidupan Kos Beserta Jumlah Responden ......... 51TABEL 4.4 Nominasi Skor Sikap Keberagamaan Tiap Responden ................ 53TABEL 4.5 Kategori Skor Sikap Keberagamaan Beserta Jumlah Responden 53TABEL 4.6 Statistik Deskriptif ........................................................................ 54TABEL 4.7 Korelasi ........................................................................................ 55TABEL 4.8 Ringkasan Model .......................................................................... 56TABEL 4.9 ANOVA (Uji F) ........................................................................... 58TABEL 4.10 Koefisien Regresi (Uji t) .............................................................. 60

  xiv

DAFTAR LAMPIRAN

  xv

  Lampiran 1. PEDOMAN WAWANCARA Lampiran 2. KODE PENELITAN Lampiran 3. HASIL WAWANCARA Lampiran 4. DOKUMENTASI Lampiran 5. KUESIONER PENELITIAN Lampiran 6. SKOR Lampiran 7. OUTPUT SPSS VALIDITAS DAN RELIABILITAS

  PENELITIAN Lampiran 8. SURAT KETERANGAN PENELITIAN Lampiran 9. SURAT PEMBIMBING Lampiran 10. LEMBAR KONSULTASI Lampiran 11. NILAI SKK Lampiran 12. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan mahasiswa tidak terlepas dari kehidupan kos, terutama bagi

  mahasiswa yang rumahnya jauh dari kampus, tentu salah satu alternatifnya dengan tinggal di kos. Kebanyakan orang berasumsi bahwa, kehidupan kos adalah kehidupan yang bebas; bebas untuk pulang kapan saja, bebas memasukkan teman semaunya, mengizinkan lawan jenis berkunjung ke tempat kosnya, dan sebagainya. Gaya hidup kebanyakan anak kos juga cenderung dinilai kurang sehat, karena tidak ada pengawasan orang tua dan pemilik kos banyak yang tidak mau tahu terhadap apa yang dilakukan mahasiswa yang menempati kos tersebut, ditambah lagi dengan kos bebas yang tidak diawasi atau ditunggui oleh pemiliknya, mereka jadi hidup seenaknya, seperti makan tidak teratur, begadang, maen ps, menonton film, main kartu, bahkan yang lebih parah melakukan hal yang melanggar norma, mabuk-mabukan, melakukan hal yang tidak semestinya dengan yang bukan muhrim, dan lainnya. Tidak sedikit mahasiswa yang mulanya anak baik-baik, bahkan pernah hidup di pesantren, namun ketika memasuki dunia kampus dan dunia kos-kosan justru akhlaknya menjadi buruk karena pengaruh dari teman- temannya dan lingkungan kos-kosannya yang terlampau bebas.

  Mahasiswa yang memasuki masa kuliah pada umumnya berada pada tahapan remaja usia akhir, yaitu 18-21 tahun. Secara psikologis maupun sosiologis, remaja umumnya memang rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri yang belum kunjung berakhir, mereka mudah sekali terombang ambing dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat sekitarnya. Gaya hidup hura-hura, seks bebas, menghisap ganja dan zat adiktif lainnya cenderung mudah menggoda para remaja (Baharuddin & Mulyono, 2008:128). Dalam Psikologi Islam karya Jalaluddin (2012:90) juga disebutkan bahwa di usia perkembangan remaja memang dorongan seksual tampak begitu dominan, atau setidak-tidaknya secara psikologis memiliki dampak terhadap nilai-nilai keagamaan. Maksudnya, dorongan seks tak jarang turut mempengaruhi munculnya sikap dan perilaku menyimpang, hingga para remaja tidak merasa salah atau berdosa melakukan perbuatan yang melanggar norma-norma agama. Beberapa hasil penelitian yang mengungkapkan sikap permisif, di kalangan mahasiswa dan mahasiswi perguruan tinggi di beberapa kota besar di Indonesia, seperti hidup seatap tanpa nikah, menjadi bagian dari gejala perilaku menyimpang yang terkait dari penyaluran kebutuhan biologis kaum muda.

  Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur), potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Dalam Jalaluddin (2012: 257) disebutkan bahwa manusia adalah homo religius (makhluk beragama). Namun, potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan dari lingkungannya. Lingkungannya pula yang mengenalkan seseorang akan nilai-nilai dan norma-norma agama yang harus dituruti dan dilakonkan.

  Kehidupan kos-kosan jika dimanfaatkan sebaiknya-baiknya dan diiringi dengan menjadi pribadi yang muslim, justru akan menghasilkan kehidupan yang baik, yaitu dapat menciptakan diri yang mandiri, berpikir dewasa, mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, mampu merancang kehidupan di masa datang, sehingga kehidupannya tertata dengan baik dan mendapat rahmat serta ridho Allah SWT.

  Dalam masa remaja, perubahan sosial yang penting pada masa itu adalah meningkatnya pengaruh kelompok sebaya dan pola perilaku sosial yang lebih matang. Perubahan sosial ini biasanya terjadi pada bagian akhir masa remaja, yaitu antara umur 17-21 tahun. Pada masa ini, perhatiannya terhadap kedudukannya dalam masyarakat lingkungannya terutama di kalangan remaja, sangat besar. Ia ingin diterima oleh kawan-kawannya. Ia merasa sangat sedih kalau dikucilkan dari kelompok teman-temannya. Karena itu ia meniru lagak-lagu, pakaian, sikap dan tindakan teman-temannya dalam satu kelompok. Kadang-kadang remaja dihadapkan pada dua pilihan yang berat, apakah ia mematuhi orang tuanya dan meninggalkan pergaulannya dengan teman-teman sebayanya. Kalau hubungannya dengan orang tuanya kurang serasi, maka pilihan itu akan jatuh kepada kawannya (Daradjat, 1976:116) Dengan kata lain, pada usia remaja, pengaruh lingkungan . masyarakat atau teman kadang-kadang lebih besar daripada pengaruh keluarga, karena remaja sedang mengembangkan kepribadiannya, yang sangat memerlukan pengakuan lingkungan teman-teman dan masyarakat pada umumnya. Melihat pernyataan tersebut, apabila pengaruh lingkungan masyarakat kadang-kadang lebih besar daripada keluarga, lantas bagaimana jika seorang remaja hidup di lingkungan kos yang umumnya bebas dan jauh dari pengawasan keluarga terutama orang tua, apakah dirinya mudah terpengaruh oleh lingkungan kosannya?.

  Sikap keberagamaan seseorang tidak semata-mata dipengaruhi oleh lingkungan di mana mereka bersosialisasi, namun lingkungan memiliki peranan yang tinggi dalam membentuk watak dan sikap keberagamaan seseorang. Semua perubahan jasmani yang begitu cepat pada remaja menimbulkan kecemasan pada dirinya sehingga menyebabkan terjadinya keguncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Bahkan kepercayaan kepada agama yang telah tumbuh pada usia sebelumya, mungkin pula mengalami kegoncangan, karena ia kecewa terhadap dirinya. Maka kepercayaan remaja kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi ragu dan berkurang, yang terlihat dari cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin, kadang-kadang malas, perasaan kepada tuhan tergantung pada perubahan emosi yang sedang dialaminya, kadang-kadang ia merasa sangat membutuhkan tuhan, terutama ketika mereka menghadapi bahaya, takut akan gagal atau merasa dosa. Tetapi kadang-kadang tidak membutuhkan Tuhan, ketika sedang senang, riang, dan gembira.

  Selama ini orang berharap banyak terhadap pendidikan Islam. Lewat pendidikan itu, maka anak-anaknya selain menjadi cerdas, juga diharapkan memiliki akhlak yang baik. Atas dasar itu, maka lembaga pendidikan Islam yang dikenal maju akan menjadi rebutan orang. Namun dibalik kepercayaan itu, harapan masyarakat terhadap pendidikan Islam, termasuk perguruan tingginya dituntut memiliki kelebihan dibanding lembaga pendidikan lain pada umumnya. Masyarakat menginginkan agar nilai-nilai Islam yang selama ini dianggap ideal, berhasil mewarnai perilaku para guru/dosen, siswa/mahasiswa, dan lulusannya. Pada saat ini, masyarakat juga menyadari bahwa jenis lulusan apapun tidak selalu mudah mendapatkan lapangan pekerjaan. Keadaan itu diterimanya. Akan tetapi, masyarakat tidak mau lembaga pendidikan Islam gagal dalam membentuk perilaku atau akhlakul karimah. Lembaga pendidikan Islam harus berhasil membangun perilaku mulia sebagaimana yang tergambar pada ajaran Islam itu sendiri. Mereka merasa sangat kecewa dan segera bertanya-tanya ketika mendengar informasi bahwa dari lembaga pendidikan Islam terdapat perilaku yang tidak mencerminkan gambaran ideal sebagaimana yang dipahami selama ini. (imamsuprayogo.com, diakes tanggal 29 September 2016, pukul 21:10). Sama halnya dengan IAIN Salatiga, IAIN Salatiga sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam merupakan salah satu institusi pendidikan nasional yang memiliki ciri khas keislaman, yang membedakannya dari perguruan tinggi umum lain.

  Ciri keislamannya tidak hanya menjadikan Islam sebagai obyek kajian ilmiah, melainkan lebih dari itu, diharapkan sivitas akademikanya juga mencerminkan kualitas akhlak dan perilaku Islami.

  Realita, ekspektasi dan harapan memang tidak selalu berbanding lurus, seperti salah satu kasus yang terjadi pada tahun lalu, diduga menyuruh sang pacar untuk menggugurkan kandungan hasil hubungan gelapnya, seorang atlet bulutangkis, TH (21) yang masih tercatat sebagai mahasiswa IAIN Salatiga akhirnya harus menikahi pacarnya yang juga mahasiswi di kampus yang sama. Kasus ini terungkap setelah SK mengaku hamil akibat berhubungan intim dengan TH di rumah kos SK (kriminalitas.com, diakses pada 23 April 2016, pukul 10:30). Memang sudah banyak diberitakan dalam media cetak ataupun internet tentang kasus-kasus yang terjadi di lingkungan kos, namun berita tersebut tentunya sangat mengejutkan mengingat pelaku yang statusnya mahasiswa perguruan tinggi islami bahkan pelaku merupakan mahasiswa yang berprestasi. Bagaimana bisa dirinya melakukan hal yang bertentangan dengan ajaran islami. Apakah karena pengaruh kehidupan dan lingkungan kosannya yang terlampau bebas tidak ditunggui oleh pemiliknya dan aturannya yang tidak ketat menjadikan kesempatan bagi dirinya untuk melakukan perbuatan tersebut?. Hal ini menjadi bukti bahwa kadangkala ekspektasi dan realita tidak memiliki hubungan yang searah. Tidak semua mahasiswa perguruan tinggi islam bersikap islami atau berakhlak mulia. Tentunya juga tidak semua mahasiswa berkelakuan seperti kasus tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara kehidupan kos dengan sikap keberagamaan atau akhlak mahasiswa penghuni kos.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

  “PENGARUH KEHIDUPAN KOS TERHADAP SIKAP

KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN 2016”

B. Rumusan Masalah

  Agar pembahasan terfokus pada judul penelitian maka penulis membatasi masalah dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan kos mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016?

  2. Bagaimana sikap keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di kos tahun 2016?

  3. Adakah pengaruh yang signifikan antara kehidupan kos terhadap sikap keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini diadakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kehidupan kos mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016.

  2. Untuk mengetahui sikap keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016.

  3. Untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara kehidupan kos terhadap sikap keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

  1. Manfaat Teoritis

  Secara teoritis, penelitian ini dapat memperluas pengetahuan dan memperkaya khazanah dunia pendidikan Islam baik bagi penulis maupun pembaca.

  2. Manfaat Praktis

  Secara praktis penelitian ini berguna untuk mengetahui realita kehidupan kos dan pengaruhnya terhadap sikap keberagamaan, kemudian setelah mengetahui realita tersebut diharapkan bagi mahasiswa bisa membentengi diri dari pergaulan dan pengaruh yang kurang baik serta bagi lembaga dapat lebih meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan di IAIN Salatiga, khususnya pengawasan dan pembinaan bagi mahasiswa yang hidup di kos agar tidak terpengaruh oleh kehidupan bebas di kos yang negatif.

BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Kehidupan kos

  Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2006: 416-418), hidup adalah masih terus ada, bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya (tt manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan, dipakai juga tt roh). Sedang kehidupan adalah perihal, keadaan, sifat hidup.

  Definisi kehidupan menurut para ahli diakses tanggal 21 Mei 2016 pukul 07:56): a. I Ketut Gede Yudantara Kehidupan merupakan anugerah dan amanah sebagai ciptaan Tuhan.

  Kehidupan merupakan cobaan hidup yang selalu dirundung suatu permasalahan. Kehidupan merupakan penebus dosa serta merupakan suatu proses reinkarnasi.

  b. Campbell, Reece, Mitchell Kehidupan merupakan suatu hirarki, dimana setiap tingkat sruktur biologis merupakan pengembangan dari tingkatan di bawahnya.

  c. Sayyid Quthb

  Kehidupan merupakan rangkaian pengaturan sehingga kita sampai kepada adanya air dan kehidupan.

d. Suhairi Awang Kehidupan merupakan suatu kisah yang penuh berliku.

  kelangsungannya senantiasa berputar-putar di ruang lingkup yang serupa dari satu generasi sejak mula manusia diciptakan hinggalah menjejak kepada waktu yang paling hampir dan kisahnya selalu berulang-ulang.

  e. J. C. Michaels kehidupan adalah perjalanan luar biasa menuju wilayah tak dikenal, sebuah jalur penuh tipu daya melalui hutan-hutan gelap, sebuha tirai gantung diatas kulit pohon yang bercabang-cabang.

  Pengertian kehidupan memang luas dan subjektif. Setiap manusia tentunya memiliki kehidupannya masing-masing. Semuanya memiliki arti kehidupan yang berbeda. Berbeda manusia, konteks kajian, berbeda pula arti kehidupan, dan setiap manusia juga mempunyai jalan masing-masing untuk hidup. Hal inilah yang menyebabkan setiap manusia mempunyai pengertian hidup yang berbeda. Pengertian kehidupan dalam konteks penelitian ini adalah keadaan manusia dalam menjalani hidup selama di dunia (kos).

  Kos atau indekos adalah tinggal di rumah orang lain dengan atau tanpa makan dengan membayar setiap bulan (Poerwadarminta, 2006: 443).

  Kos, kost atau indekost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah

  Kata "kost" sebenarnya adalah turunan dari "In de kost". Definisi "In de kost" sebenarnya adalah "makan di dalam" namun bila frasa tersebut dijabarkan lebih lanjut dapat pula berarti "tinggal dan ikut makan" di dalam rumah tempat menumpang tinggal.

  Seiring berjalannya waktu dan berubahnya zaman, sekarang khalayak umum di Indonesia menyebut istilah "in de kost" dengan menyingkatnya menjadi "kos" saja. Di mana-mana, terutama di berbagai daerah di Indonesia, sentra pendidikan tumbuh berjamuran, terutama swasta. Hal ini diikuti dengan bertambahnya jumlah rumah-rumah atau bangunan khusus yang menawarkan jasa "kos" bagi para yang membutuhkannya. Jasa ini tidaklah gratis, yaitu dengan melibatkan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode, yang biasanya dihitung per bulan atau per minggu. Hal ini berbeda dengan karena umumnya "kos" hanya menawarkan sebuauntuk ditinggali. Setelah melakukan transaksi pembayaran barulah seseorang dapat menumpang hidup di tempat yang dia inginkan diakses tanggal 21 Mei 2016 pukul 09:48). Jadi, kehidupan kos adalah keadaan manusia dalam menjalani hidup selama tinggal di kos.

  Kehidupan kos dalam penelitian ini meliputi dimensi kehidupan pribadi atau aktivitas sehari-hari pengguna kos, kehidupan sosialnya, dan budaya atau gaya hidup yang ada dalam lingkungan kos maupun masyarakat sekitar tempat kos.

  a. Aktivitas Ahmad Omar & Ramayah mengemukakan aktivitas mengacu pada bagaimana setiap individu menghabiskan waktu dan uang yang mereka miliki. Aktivitas juga terkait dengan tindakan nyata seperti pekerjaan atau tindakan yang wajib dilakukan sehari-hari dalam kehidupan individu, bekerja di rumah, atau rekreasi. Umumnya remaja menghabiskan waktu mereka untuk menjalankan aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan. Berbeda halnya dengan kalangan dewasa yang hampir sebagian waktunya tersita untuk pekerjaan, kalangan remaja memiliki proporsi waktu yang seimbang untuk melaksanakan rutinitas sehari-hari dan tetap memiliki waktu luang yang dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan hobi, menikmati hiburan, berbelanja, dll (Aresa, 2012:29).

  b. Dimensi sosial Dimensi kesosialan merupakan dimensi yang pada dasarnya setiap individu diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya dengan dasar-dasar yang baik agar dalam perkembangan selanjutnya tidak meninggalkan bibit-bibit perpecahan antara satu dengan yang lainnya demi terciptanya masyarakat yang lebih kondusif. Manusia hidup dalam suasana interdependensi (saling ketergantungan) dalam antar hubungan dan antaraksi.

c. Dimensi kesusilaan

  Susila berasal dari bahasa Sanskerta. Susila berasal dari dua kata yaitu “su” yang artinya baik, dan “sila” yang artinya perbuatan. Jadi susila adalah segala perbuatan yang baik. Jadi hubungan dari hakekat manusia dengan dimensi kesusilaan adalah dimana seluruh dari hakekat manusia hendaknya merupakan susila atau perbuatan yang baik. Disamping itu, dalam menjalankan hakekat sebagai manusia kita juga harus berpedoman pada etika berprilaku yang baik dan sopan terhadap sesama. Nilai kehidupan adalah norma yang berlaku dalam masyarakat, moral ialah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dalam moral diajarkan segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai buruk yang ditinggalkan diakses tanggal 21 Mei 2016 pukul 10:32.

  Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kesusilaan manusia pada lingkungan keseharian pada dasarnya seseorang diharapkan mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalam unsur masyarakat dimana ia tinggal.

  Pengamalan disini tidak hanya pengamalan semata, namun harus diajarkan dan diresapi sedemikian mungkin sampai terciptanya lingkungan yang harmonis dan itu terus berkelanjutan.

d. Gaya hidup

  Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Gaya hidup mempengaruhi segala aspek perilaku konsumsi seseorang. Gaya hidup seseorang merupakan fungsi karakteristik atau sifat individu yang sudah dibentuk melalui interaksi lingkungan (Aresa, 2012: 23).

2. Sikap Keberagamaan

a. Pengertian

  Menurut bahasa, sikap adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan (Poerwadarminta, 2006: 896). Sikap atau dalam bahasa Inggris disebut

  attitude menurut Ngalim Purwanto adalah perbuatan atau tingkah laku

  sebagai respon atau reaksi terhadap suatu rangsangan atau stimulus

  Menurut Gerungan (1981: 149) manusia tidak dilahirkan (1988: 141). dengan sikap-sikap tertentu, akan tetapi sikap tersebut dibentuk oleh seorang individu sepanjang perkembangan hidupnya. Sikap inilah yang berperan besar dalam kehidupan manusia karena sikap yang telah terbentuk dalam diri manusia turut menentukan cara-cara manusia itu memunculkan tingkah laku terhadap suatu obyek. Atau dengan kata lain sikap menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap obyeknya.

  Menurut Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial (Munandar, 2008: 49), sikap merupakan masalah yang lebih banyak bersifat afektif. Sikap

  

menunjukkan penilaian kita (baik positif maupun negatif) terhadap

bermacam-macam entinitas, misalnya: individu-individu, kelompok-

kelompok, obyek-obyek, maupun lembaga-lembaga. Secara umum, sikap

seseorang dianggap mempunyai perilakunya, namun hubungan antara

keduanya sangat lemah karena pada kenyataannya acap kali perilaku

seseorang tergantung pada faktor-faktor situasional yang mempengaruhi

pilihan yang diambil seseorang.

  Keseluruhan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

sikap merupakan kesimpulan atau kecenderungan individu untuk

bertindak terhadap obyek tertentu dengan didasari oleh pandangan,

perasaan dan keyakinannya. Hal inilah yang menyebabkan sikap orang

terhadap sesuatu hal berbeda satu dengan yang lainnya meskipun

menghadapi obyek yang sama.

  Keberagamaan berasal dari kata agama. Menurut asal katanya, kata agama dalam bahasa sansakerta, terdiri dari kata a dan gam. "A" berarti tidak dan "gam" berarti pergi. Jadi kata agama artinya tidak pergi tetap ditempat, langgeng, diwariskan secara turun-temurun (Manaf, 1996:2). Dalam bahasa Arab agama disebut Al Din artinya kepercayaan, paksaan, pembalasan, dan keputusan (Munawir, 2002:437). Ada lagi yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci (Nasution, 1985:9).

  Secara definitif pengertian agama adalah ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul (Nasution, 1985:10). Khadijah Salim sebagaimana dikutip oleh Mujahid Abdul Manaf, mendefinisikan agama adalah peraturan Allah SWT yang diturunkanNya kepada Rasul-RasulNya yang telah lalu yang berisi suruhan, larangan, dan sebagainya yang wajib ditaati oleh umat manusia dan menjadi pedoman serta pegangan hidup agar selamat dunia akhirat (Manaf, 1996:4). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan agama adalah suatu peraturan hidup yang lengkap dengan segala aspeknya bersumber dari Tuhan untuk ditaati oleh manusia.

  Keberagamaan menurut Jalaludin (2000:197) adalah suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Keberagamaan tersebut konsisten antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Perilaku keberagamaan merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang merefleksikan ke dalam peribadatan kepadaNya baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas.

  Sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

b. Dimensi keberagamaan

  Keberagamaan manusia dapat diwujudkan dalam berbagai dimensi. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi saat seseorang melakukan ibadah ritual, aktivitas yang tampak dilihat oleh mata, namun juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi di dalam hati. Menurut Glock dan Stark ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu: dimensi keyakinan (ideologi), dimensi peribadatan (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan (konsekuensial), dan dimensi pengetahuan (intelektual) (Ancok, 1994:77).

  1. Dimensi Keyakinan merupakan tingkatan seseorang dalam berpegang teguh terhadap agama yang dipeluknya dan mengakui kebenaran-kebenaran yang diajarkan agamanya.

2. Dimensi Praktik Agama adalah perilaku pemujaan, ketaatan yang dilakukan sebagai komitmen terhadap ajaran agamanya.

  3. Dimensi Pengalaman yaitu persepsi-persepsi, perasaan, dan sensasi seseorang saat memeluk dan melakukan ritual agama contohnya merasakan kehadiran Tuhan, merasa Tuhan mengabulkan doanya.

  4. Dimensi Pengetahuan Agama: dalam beragama setidaknya seseorang mengetahui dasar-dasar meyakini agama, tata cara ritual, kitab suci maupun tradisi agama.

  5. Dimensi Pengamalan atau Konsekuensi. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari (Ancok, 1994:78).

  Menurut pendapat Djamaludin Ancok, dimensi keberagamaan di atas memiliki kesamaan dengan Islam. Walaupun tidak sepenuhnya sama, dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan syariah, dan dimensi pengamalan disejajarkan dengan akhlak (Ancok, 1994:80).

  Dimensi keyakinan atau akidah Islam adalah tingkatan keyakinan Muslim terhadap kebenaran dan dogma-dogma agamanya.

  Dimensi ini meliputi enam rukun Iman: iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar. Selain itu ada yang harus diimani yaitu sesuatu yang berhubungan dengan yang ghaib, seperti adanya roh dalam jasad, adanya jin dan syetan serta iman akan adanya alam ghaib.

  Dimensi Syari’ah atau praktik agama adalah kepatuhan dan pelaksanaan ibadah atau kegiatan ritual seperti shalat, zakat, puasa, haji, zikir, ibadah qurban, membaca Al Qur’an dan lain-lain.

  Dimensi pengamalan atau akhlak adalah perilaku muslim dalam kehidupan sosialnya yang dimotivasi oleh ajaran agamanya.

  Seperti menolong orang lain, memafkan kesalahan orang lain, berjuang untuk hidup sukses, berkomunikasi dan menjalin tali silaturrahim, bekerja sama dengan orang lain dan sebagainya.

c. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Remaja

  Mahasiswa umumnya amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Hal ini disebabkan karena sebagian besar mahasiswa khususnya mahasiswa baru, masuk ke dalam kategori remaja akhir yang berusia sekitar 18

  • – 21 tahun (Monks, 2001: 262). Mereka mudah sekali berubah-
ubah karena proses pencarian jati diri mereka. Selain itu, mahasiswa juga cenderung mencari sosok panutan yang sesuai dengan diri mereka. Mereka mudah terpengaruh oleh gaya hidup umum di sekitarnya karena kondisi kejiwaan yang labil. Mereka juga cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau memikirkan dampak negatifnya (Suyanto, 2005). Subjek dalam penelitian ini juga akan fokus pada mahasiswa yang berusia 18-21 tahun.

  Oleh sebab itu penulis membahas perkembangan jiwa keagamaan pada remaja.

  Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa Juvenilitas (adolescantium), pubertas, dan nubilitas.

  Sejalan dengan perkembangan jasmani dan ruhaninya, maka agama pada para remaja turut dipengaruhi perkembangan itu. Maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.

  Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah:

1. Perkembangan pikiran dan mental

  Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya. Hasil penelitian Allport, Gillesphy, dan Young menunjukkan: 1) 85% remaja Katolik Romawi tetap taat menganut ajaran agamanya.

  2) 40% remaja Protestan tetap taat terhadap ajaran agamanya.

  Dari hasil ini dinyatakan selanjutnya, bahwa agama yang ajarannya bersifat lebih konservatif lebih banyak berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat pada ajaran agamanya.

  Sebaliknya, agama yang ajarannya kurang konservatif- dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang pengembangan pikiran dan mental para remaja, sehingga mereka banyak meninggalkan ajaran agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pikiran dan mental remaja mempengaruhi sikap keagamaan mereka.

2. Perkembangan Perasaan Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja.

  Perasaan sosial, etis, dan estetis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya, bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi dorongan seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual.

  Didorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah terperosok kea rah tindakan seksual yang negatif.

  Dalam penyelidikannya sekitar tahun 1950-an, Dr. Kinsey mengungkapkan, bahwa 90% pemuda Amerika telah mengenal masturbasi, homoseks, dan onani.

  3. Pertimbangan sosial Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialis. Hasil penyelidikan Ernest Harms terhadap 1.789 remaja Amerika antara usia 18-29 tahun menunjukkan, bahwa 70% pemikiran remaja ditujukan bagi kepentingan: keuangan, kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan diri, dan masalah kesenangan pribadi lainnya. Sedangkan masalah akhirat dan keagamaan hanya sekitar 3,6%, masalah sosial 5,8%

  4. Perkembangan Moral Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Tipe moral yang juga terlihat pada para remaja juga mencakupi:

1) Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangan pribadi.

  2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik. 3) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama.

  4) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.

  5) Deviant, menolak dasar dan hokum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.

  5. Sikap dan Minat Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil minatnya).

  Howard Bell dan Ross, berdasarkan penelitiannya terhadap 13.000 remaja di Maryland terungkap hasil sebagai berikut: 1)

  Remaja yang taat (ke gereja secara teratur)….45% 2) Remaja yang sesekali d an tidak sama sekali…..35% 3) Minat terhadap: Ekonomi, keuangan, materiil, dan sukses pribadi……..73% 4) Minat terhadap masalah ideal, keagamaan, dan sosial 21%

  6. Ibadah 1) Pandangan para remaja terhadap ajaran agma, ibadah, dan masalah doa sebagaimana yang dikumpulkan oleh Ross dan Oskar Kupky menunjukkan: a) Seratus empat puluh delapan siswi dinyatakan bahwa 20 orang di antara mereka tidak pernah mempunyai pengalaman keagamaan sedangan sisanya (128) mempunyai pengalaman keagamaan yang 68 di antaranya secara alami (tidak melalui pengajaran resmi).

  b) Tiga puluh satu orang di antara yang mendapat pengalaman keagamaan melalui proses alami, mengungkapkan adanya perhatian mereka terhadap keajaiban yang menakjubkan di balik keindahan alam yang mereka alami.

  2) Selanjutnya mengenai pandangan mereka tentang ibadah diungkapkan sebagai berikut: a) Empat puluh dua persen tak pernah mengerjakan ibadah sama sekali.

  b) Tiga puluh tiga persen mengatakan mereka sembahyang karena mereka yakin Tuhan mendengar dan akan mengabulkan doa mereka.

  c) Dua puluh tujuh persen beranggapan bahwa sembahyang dapat menolong mereka meredakan kesusahan yang mereka derita.

  d) Delapan belas persen mengatakan bahwa sembahyang menyebabkan mereka menjadi senang sesudah menunaikannya.

  e) Sebelas persen mengatakan bahwa sembahyang mengingatkan tanggung jawab dan tuntutan sebagai anggota masyarakat.

f) Empat persen mengatakan bahwa sembahyang merupakan kebiasaan yang mengandung arti penting.

  Jadi, hanya 17% mengatakan bahwa sembahyang bermanfaat untuk berkomunikasi dengan Tuhan, sedangkan 26% di antaranya menganggap bahwa sembahyang merupakan media untuk bermeditasi (Jalaluddin, 2012: 74-77).

3. Pengaruh Kehidupan Kos terhadap Sikap Keberagamaan

  Anak kos yang berasal dari daerah lain atau kota lain yang biasa dikatakan dengan anak pendatang, sangat berbeda dengan daerah yang mereka tinggali untuk sekarang ini contohnya bisa kita lihat dari segi sosial budaya mereka dari asal mereka sendiri dan ekonomi mereka sangatlah jauh berbeda dengan daerah yang mereka tinggali di lingkungan kos. Sehingga mau tak mau mereka yang berasal dari daerah lain atau kota lain harus bisa menyesuaikan diri.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

PERSEPSI HIJABERS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DI KOMUNITAS HIJABERS KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 132

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN SURAT AN NAHL AYAT 90-91 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 83

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL- QUR’AN MELALUI METODE RESITASI PADA PESERTA DIDIK KELAS XII SMK SULTAN FATTAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 113

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN ARGOMULYO SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 85

PENGARUH PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA KELAS X SMA 3 NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 110

PENGARUH PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA KELAS X SMA 3 NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 110