IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS

DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH

SALATIGA TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh

HIDAYATUL MAGHFIROH

NIM: 111-12-030

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

  

MOTTO

َنيِمَلاَعْلِل ًةَمْحَر الَِّإ َكاَنْلَسْرَأ اَمَو

  

"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam." (QS. 21:107)

PERSEMBAHAN

  Alhamdulillahi rabbilalamin, dengan izin Allah swt skripsi ini telah selesai.

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Ali Suwandi dan Ibu Rohmatun), kakak-kakak, dan adikku yang senantiasa memotivasi dan menasehati.

  

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Implementasi Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tahun 2016 bisa diselesaikan.

  Sholawat dan salam penulis haturkan kepada sang teladan utama, nabi Muhammad shalallahualaihi wassalam, juga kepada para shahabat, keluarga dan orang yang istiqomah mengikuti petunjuk beliau.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih setulusnya kepada :

  1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bpk. Suwardi, MPd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Ibu Ruhayati, M.Pdi. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  4. Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku Pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk, dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

  6. Bapak Ahmad Bahruddin selaku kepala sekolah SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dan seluruh guru, terutama Ibu Heni, Ibu Zulfa, dan Bapak Ahmad yang meluangkan waktu serta memberikan bantuan kepada penulis untuk penelitian.

  7. Siswa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, yang telah meluangkan waktu serta memberikan bantuan kepada penulis untuk penelitian.

  8. Teman-teman senasib seperjuangan PAI 2012, khususnya One Emi Nasithoh dan Putri Rifa Anggraeni.Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

  9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dorongannya.

  Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah Azza wa

  

Jalla mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan balasan yang

berlipat ganda. Aamiin.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun metodologi. Untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.

  Salatiga, 01 Juli 2016 Penulis,

  Hidayatul Maghfiroh

  

ABSTRAK

  Maghfiroh, Hidayatul. 2016. Implementasi Pendidikan Humanis di SMP

  Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016 . Skripsi. Jurusan

  Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag.

  Kata Kunci: Implementasi, Pendidikan Humanis.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji penerapan pendidikan humanis di

SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Sekolah tersebut mampu menerapkan pendidikan

humanis dalam pelaksanaan pembelajarannya. Pertanyaan utama yang akan dijawab

peneliti adalah (1) Apa konsep pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah

Thayyibah? (2) Bagaimana implementasi pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah

Thayyibah? (3) Apa faktor pendukung dan pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah

Thayyibah? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti mendapatkan data

menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian

meliputi pra lapangan, pekerjaan lapangan, dan analisis data. Analisis data pada

penelitian ini menggunakanreduksi data.

  Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) konsep pendidikan humanis di SMP

Alternatif Qaryah Thayyibah adalah pendidikan yang membebaskan siswa untuk belajar

sesuai dengan keinginan dan tanpa ada kekerasan. (2) implemenatsi pendidikan humanis

di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah meliputi (a) metode pembelajaran pendidikan

humanis adalah siswa aktif belajar sesuai dengan keinginannya. (b) Siswa merasa bebas,

senang, dan nyaman. (c) guru seperti teman, sabar, dan baik. (d) Kurikulum disesuaikan

dengan kebutuhan setiap siswa (e) sarana dan prasarana SMP Alternatif Qaryah

Thayyibah (3) (a) faktor pendukung meliputi Siswa tidak tertekan dengan aturan-aturan

yang tidak mereka sukai, siswa bebas dalam proses pembelajaran, siswa betah di

sekolahan tidak cepat-cepat ingin pulang, siswa belajar sesuai keinginannya, dan siswa

senang dan nyaman di sekolah. (b) faktor penghambat adalah siswa yang dalam keadaan

malas maka ia akan melanggar peraturan dan mengabaikan kesepakatan kelompoknya.

  

DAFTAR ISI

JUDUL

.……………………………………………………………........ i

DEKLARASI ............................................................................................. ii

  PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................... iv MOTTO ..................................................................................................... v PERSEMBAHAN ...................................................................................... v KATA PENGANTAR ............................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................. ix DAFTAR ISI .............................................................................................. x

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ............................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 5 E. Penegasan Istilah ............................................................................. 6 F. Metode Penelitian ............................................................................. 11 G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Humanis ....................................................................... 23

  1. Pengertian Pendidikan Humanis ................................................ 23

  2. Guru dalam Pendidikan Humanis .............................................. 25

  3. Metode Pendidikan Humanis ..................................................... 28

  4. Siswa dalam Pendidikan Humanis ............................................. 36 B. Teori-teori Pendidikan Humanis ..................................................... 39

  1. Abraham Maslow ....................................................................... 40

  2. John Dewey ................................................................................ 42

  4. Ki Hajar Dewantara .................................................................... 47 C. Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah ....................................... 48

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah .................... 50

  1. Sejarah ........................................................................................ 50

  2. Letak Geografis .......................................................................... 52

  3. Prestasi ....................................................................................... 53 B. Konsep Filosofis ............................................................................. 54 C.

  Implementasi Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Tahun 2016 .................................................................................... 57

  1. Metode Pembelajaran ................................................................. 57

  2. Siswa .......................................................................................... 63

  3. Guru ........................................................................................... 64

  4. Kurikulum .................................................................................. 67

  5. Sarana dan prasarana .................................................................. 68 D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Humanis di SMP

  Alternatif Qaryah Thayyibah Tahun 2016 ...................................... 70

  1. Faktor Pendukung ...................................................................... 70

  2.Faktor Penghambat ...................................................................... 71

  BAB IV PEMBAHASAN A. Konsep Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Tahun

  2016 ................................................................................................. 73 B. Implementasi Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah

  Tahun 2016 ..................................................................................... 77

  1. Metode Pembelajaran ................................................................. 77

  2. Siswa .......................................................................................... 79

  3. Guru ........................................................................................... 80

  4. Kurikulum .................................................................................. 81

  5.Sarana dan Prasarana ................................................................... 81

  C.

  Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Tahun 2016 ..................................... 83

  1. Faktor Pendukung ...................................................................... 83

  2. Faktor penghambat ..................................................................... 84

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 86 B. Saran ................................................................................................ 87 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu. Di sekolah kita dapat

  memperoleh ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan kita. Sekolah merupakan bagian dari pendidikan bukan pendidikan bagian dari sekolah, karena pendidikan tidak hanya dapat kita peroleh disekolahan. Kita dapat memperoleh pendidikan di keluarga atau lingkungan masyarakat. Akan tetapi masyarakat cenderung memasukkan anaknya di sekolah untuk memperoleh pendidikan.

  Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedogogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan Educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang yang berada di dalam.

  Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan To Educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006: 19). Dalam UU No. 20/2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan.

  Walau demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti.

  Kegiatan pembelajaran di sekolah memiliki berbagai macam cara yang digunakan. Cara tersebut disesuaikan dengan mata pelajaran dan siswa yang diberi pembelajaran. Selain hal tersebut, ada juga tata tertib yang berlaku di setiap sekolah. Tata tertib tersebut memiliki konsekuensi tersendiri. Murid yang melanggar akan terkena hukuman yang telah berlaku di sekolah atau terkena marah oleh guru yang bersangkutan dengan murid. Akan tetapi, beberapa guru menggunakan hukuman yang kurang sesuai dengan siswa.

  Dengan adanya hukuman bagi yang melanggar aturan merupakan cara untuk mencegah adanya hal-hal yang tidak baik dilakukan oleh siswa.

  Murid akan mendapat hukuman apabila terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, memakai seragam tidak lengkap, dan lain-lain. Beberapa hukuman yang diterima murid, ada hukuman yang sifanya tidak mendidik dan malah membuat murid takut untuk sekolah. Apalagi hukuman fisik yang kadang dilakukan oleh beberapa guru. Hal tersebut malah mengajarkan siswa tentang kekerasan.

  Ibn Khaldun berpendapat bahwa hukum yang keras dalam pengajaran, berbahaya pada murid, khususnya bagi anak-anak kecil.

  Karena itu termasuk tindakan yang dapat menyebabkan timbulnya kebiasaan buruk. Kekasaran dan kekerasan dalam pengajaran terhadap jiwa dan mencegah perkembangan pribadi anak yang bersangkutan. Kekerasan membuka jalan ke arah kemalasan dan keserongan, penipuan, serta kelicikan. Misalnya, tindak-tanduk dan ucapannya berbeda dengan yang ada dalam pikiran, karena takut mendapatkan perlakuan tirani bila mereka mengucapkan yang sebenarnya. Kecenderungan-kecenderungan ini kemudian menjadi kebiasaan dan watak yang berurat dan berakar di dalam jiwa (Kosim, 2012: 102). Hal ini pada gilirannya akan merusak sifat kemanusiaan yang seyogianya dipupuk melalui hubungan sosial dalam pergaulan. Orang-orang yang seperti itu merasa dirinya kecil dan tidak mau berusaha.

  Meskipun demikian bukan berarti hukuman tidak diperbolehkan dalam pendidikan, akan tetapi hukuman tersebut haruslah bersifat edukatif.

  Hukuman tersebut hendaknya diterapkan oleh guru dalam keadaan terpaksa karena tidak ada jalan lain (sesudah semua cara yang lemah- lembut tidak berhasil). Pendidikan yang seperti itulah yang mencerminkan adanya pendidikan kemanusiaan.

  Pendidikan yang mencerminkan kemanusiaan tersebut adalah pendidikan yang humanis. Dalam pendidikan humanis guru tidak sekedar melakukan transfer of knowledge atau transfer of values kepada murid, akan tetapi mengharuskan seorang guru untuk mempersiapkan murid dengan kasih sayangnya sebagai individu yang saleh dalam arti memiliki tanggung jawab sosial, religius, dan lingkungan hidup. Dengan demikian, bisa menjadi insan kamil, yakni sempurna dalam kacamata peradaban manusia dan sempurna dalam standar agama (Mas’ud, 2002: 196).

  Dalam pendidikan yang humanis, peserta didik dipandang sebagai makhluk unik yang memiliki berbagai macam potensi dan kecerdasan yang berbeda-beda. Dengan demikian, maka akan menciptakan pembelajaran yang demokratis, mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Setiap anak mempunyai kelemahan di samping kekuatan yang dimilikinya, keberanian di samping rasa takutnya, bisa marah, kecewa, dan gembira. Hal tersebutlah yang membuat karakteristik setiap anak berbeda. Jadi wajar jika ada anak pintar dan bodoh, berbakat dan tidak berbakat, introvert dan ekstrovert. Keragaman inilah yang membuat munculnya berbagai macam kecerdasan pada anak yang dapat mempengaruhi cara pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru. Tidak semua murid dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. Ketika ulangan, wajar jika ada murid yang mendapat nilai bagus, cukup bagus, atau malah mendapat nilai jelek. Walau dipaksa atau diancam jika murid tersebut belum paham maka tentu tidak bisa mengerjakan soal.

  Tidak semua pendidikan di sekolah menerapkan pendidikan yang humanis. Salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan humanis adalah Alternatif Qaryah Thayyibah. Sekolah tersebut sejajar dengan kampung Isy Les Moulineauk di Prancis, Kecamatan Mitaka di Tokyo, dan lima

  (Bahruddin, 2007: 5). Oleh karena itu, penulis mengambil judul

  “Implementasi Pendidikan Humanis Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016”.

B. Fokus Penelitian

  Kaitannya dengan judul penelitian diatas, maka ada beberapa hal yang akan diungkap oleh penulis, yaitu:

  1. Apa konsep pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016? 2. Bagaimana implementasi pendidikan humanis di SMP Alternatif

  Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pendidikan humanis di

  SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Mendiskripsikan konsep pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Tahun 2016.

  2. Mengetahui implementasi pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016.

  3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga Tahun 2016.

D. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan secara praktik dan teoritik.

  1. Praktik a.

  Bagi lembaga pendidikan dapat dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolah.

  b.

  Bagi para pendidik dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran selanjutnya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

  c.

  Bagi siswa sebagai pengalaman yang baru dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

  d.

  Bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan meneliti suatu permasalahan dan menemukan solusinya.

  2. Teoritik Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pendidikan di Indonesia serta dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan yang diperoleh dari penelitian lapangan.

E. Penegasan Istilah

  Dalam pembahasan penelitian ini, penulis melakukan telaah pustaka pada sejumlah penelitian sebelumnya dan buku-buku yang berkaitan dengan tema yang sedang penulis angkat. Serta untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu:

  1. Implementasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi berarti pelaksanaan, penerapan. Sedangkan Browne dan

  Wildavsky mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2004: 70). Para ahli mengatakan implementasi sebagai suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Jadi dapat disimpulkan arti implementasi dalam penelitian ini adalah pelaksanaan atau penerapan dari sebuah rencana yang sistematis.

  2. Pendidikan Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedogogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan Educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan To Educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Wiji, 2006: 19). terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk memperoleh ilmu, pengetahuan, dan keterampilan.

3. Humanis

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia humanis adalah orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas perikemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia.

  Humanisme, sebagaimana halnya rekonstruksionisme, menurut skema George R Knigh, merupakan perkembangan dari progresivisme. Fokus perhatian humanisme adalah manusia (human). Dalam pemikiran edukatif Dewey, humanisme itu merupakan refleksi timbal balik antara kepentingan individu dengan masyarakat. Karenanya pendidikan harus diselenggarakan dengan memusatkan perhatian pada keduanya (Assegaf, 2014: 211-212).

  Definisi umum mengatakan bahwa pendidikan merupakan proses pemanusiaan menuju lahirnya insan bernilai secara kemanusiaan. Agenda utama pendidikan adalah proses memanusiakan manusia menjadi manusia. (Danim, 2006: 4).

  Pendidikan harus disertai kebijakan yang manusiawi. Tanpa kebijakan yang manusiawi, dunia pendidikan justru bisa mendorong munculnya konflik eksternal dan konflik dari dalam diri seseorang (Mulkhan, 2002: 90). Dari sinilah humanisasi pendidikan bisa menjadi media komunikasi antar pribadi dan antar budaya yang terbuka, dialogis, dan konstruktif. Pendidikian dikembangkan sebagai sebuah proyeksi kemanusiaan, karena pada akhirnya seorang siswa harus mempertanggungjawabkan segala tindakannya di dalam kehidupan sosialnya. Kekurangcermatan kebijakan pendidikan dalam memahami siswa sebagai manusia yang unik dan mandiri serta harus secara pribadi mempertanggungjawabkan tindakannya, pendidikan akan berubah menjadi

  “pemasungan” daya kreatif setiap individu. Manusia sebagai makhluk unik berarti setiap manusia memiliki berbagai macam potensi dan kecerdasan yang berbeda-beda.

  Humanisme dalam pendidikan adalah proses pendidikan yang lebih memperhatikan aspek potensi manusia sebagai

  khalifatullah , serta sebagai individu yang diberi kesempatan

  oleh Tuhan untuk mengembangkan potensi-potensinya (Mas’ud, 2002: 135). Jadi, humanis dalam penelitian ini adalah proses pendidikan yang memperhatikan setiap karakteristik orang yang berbeda-beda.

4. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah

  SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah sekolah berbasis komunitas yang berada di desa Kalibening Kota Salatiga. SMP ini mendidik muridnya bersama masyarakat yang selalu bergerak untuk melakukan kerja-kerja pendidikan secara dinamis sesuai dengan hakikat pendidikan yang sepanjang hayat.

  Pendidikan alternatif diorganisasikan dengan pola pendidikan yang kurikulumnya bersifat desentralistik, di mana anak didik dapat memilih materi pembelajaran sesuai dengan minatnya atau keberbakatannya, mengikuti kebutuhan anak dan lingkungan, biaya murah, sederhana, luwes birokrasinya, dan menempatkan anak sebagai subjek (Danim, 2006: 139). Dan metode pendidikannya pun berorientasi pada proses pendidikan yang dilakukan secara dialogis serta memberi kesempatan yang sama antara anak laki-laki dan perempuan.

F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan karena meneliti fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan (Asmani, 2011: 66).

  Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium) di mana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati (Sarosa, 2012: 7). Jadi penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (menyeluruh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

2. Kehadiran Peneliti

  Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat pengumpul data utama. Peneliti berperanserta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif kegiatan dan mengumpulkan data dari pengamatannya selama mengikuti kegiatan (Moleong, 2011: 3)

  3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah

  Kelurahan Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu bulan Mei-Juni 2016.

  Peneliti memilih lokasi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah karena di sekolah tersebut menerapkan pendidikan humanis dalam proses pembelajarannya. Murid-muridnya juga memiliki keterampilan yang beraneka ragam sesuai kemampuan masing-masing tanpa adanya tuntutan atau paksaan.

  4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini meliputi:

  a. Data utama yakni data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian. Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan (Moleong, 2011: 157). Kata-kata dan tindakan didapat dari wawancara atau pengamatan berperanserta untuk mengetahui implementasi pendidikan humanis dalam proses pembelajaran. Data utama penelitian ini, penulis dapatkan dari kepala sekolah, guru-guru, siswa, dan pegawai di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. b. Data kedua atau data sekunder yaitu data tambahan yang berasal dari sumber tertulis dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Data kedua ini digunakan peneliti untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang didapat dari data utama. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari sumber-sumber buku, majalah, artikel, serta data-data lain yang dipandang relevan bagi penelitian ini.

5. Prosedur Pengumpulan Data

  Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a.

  Wawancara Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu (Sarosa, 2012: 45). Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif. Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks.

  Dalam wawancara peneliti dapat mengajukan pertanyaan mengenai fakta, kepercayaan, perspektif seseorang, perasaan, perilaku, standar normatif, dan alasan seseorang melakukan kepala sekolah, guru, pegawai, dan murid SMP Alternatif Qaryah Thayyibah.

  b.

  Observasi Observasi adalah suatu kegiatan pengamatan (Arikunto,

  1998: 234). Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki dalam arti luas, observasi tidak hanya sebatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, pengamatan yang tidak langsung melalui kuesioner dan tes.

  Konsep-konsep penting dalam observasi antara lain: 1.

  Dimensi Situasi Sosial Pada setiap tiap situasi sosial dapat diidentifikasi adanya tempat, pelaku, dan aktivitas. Yang diamati oleh peneliti adalah tempat, pelaku yang terlibat, aktivitas pelaku, objek atau benda fisik yang ada, peristiwa atau rentetan aktivitas, waktu, tujuan yang hendak dicapai para pelaku, dan perasaan yang dirasakan atau diekspresikan para pelaku.

  2. Memperoleh Akses Masuk Akses mendalam dan luas terhadap komunitas yang diteliti harus didapatkan peneliti.

  3. Diterima oleh Komunitas Partisipan Dengan berjalannya waktu dan kehadiran serta keterlibatan peneliti dalam komunitas maka anggota komunitas akan lebih menerimanya sebagai bagian dari mereka.

  4. Asas Timbal Balik Dalam melakukan penelitian, para partisipan akan menyisihkan waktu dan tenaga untuk menjadi narasumber. Kesediaan peneliti untuk menjadi konsultan atau menyelesaikan masalah di komunitas bisa menjadi balasan.

  5. Informan Kunci Leedy dan Ormrod (dalam Sarosa, 2012: 59) informan kunci adalah partisipan yang karena kedudukannya dalam komunitas memiliki pengetahuan khusus mengenai orang lain, proses, maupun peristiwa secara

  6. Jangka Waktu Studi Lapangan Peneliti dapat mengakhiri studi lapangan ketika telah mendapatkan pemahaman terhadap situasi yang diteliti dan tidak ada lagi temuan baru.

  7. Peralatan Peneliti dapat menggunakan perekam suara, perekam video, kamera, dan alat dokumentasi lain.

  8. Catatan Lapangan Catatan lapangan merupakan sumber data yang berharga. Catatan berupa komentar dari peneliti mengenai apa yang diamati.

  c.

  Dokumentasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan. Pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, potongan koran, dan bahan referensi lain).

  Dokumen yang digunakan meliputi denah lokasi sekolah, ketika penelitian berlangsung, RPP, dokumen sekolah, dan visi misi sekolah. Dokumen digunakan peneliti untuk memperkuat dan melengkapi berbagai macam informasi yang ditemukan selama proses penelitian dilaksanakan.

  a.

  Analisis Data Menurut Bogdan dan Briklen (dalam Moleong, 2011 :248) mendefinisikan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

  Menurut Miles dan Huberman (dalam Emzir, 2011: 129) ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:

1. Reduksi Data

  Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan transformsian data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana

  2. Model Data Model data adalah suatu kumpulan informasi tersusun yang membolehkan pendeskripsian dan pengambilan tindakan. Bentuk paling sering dari model data kualitatif adalah teks naratif. Teks naratif adalah tulisan yang berisi rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu yang dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir. Selain dalam bentuk teks naratif, bentuk lain dari model data kualitatif adalah matrik, grafik, jaringan kerja, dan bagan.

  3. Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus menerus selama berada di lapangan. Sejak permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan- penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.

  Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara: memikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang catatan lapangan, tinjauan kembali dan tukar pikiran antarteman sejawat, dan upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Setelah metode analisis deskripstif yaitu memaparkan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.

  a.

  Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data merupakan upaya agar hasil penelitian yang disajikan valid dan dapat dipertanggungjawabkan

  (Moleong, 2011: 324-332). Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas sejumlah kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (comfirmability).

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik ketekunan pengamatan peneliti dan triangulasi.

  Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal- hal tersebut secara rinci. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

  b.

  Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau informasi yang didapat bisa dibuktikan kevalidannya. Hal itu dicapai dengan: 1)

  Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan.

  2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

  3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

  4) Membandingkan keadaan dan pendapat seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.

  5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

  Melalui teknik triangulasi setiap data yang didapatkan akan dibandingkan dengan data-data lainnya sehingga menjadi suatu data yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

  c.

  Tahap-tahap Penelitian 1.

  Tahap Pra-lapangan Tahap pra lapangan adalah tahap di mana ditetapkannya apa saja yang harus dilakukan sebelum seorang peneliti masuk ke lapangan obyek studi (Kasiram, 2010: 281). Tahapan yang a) Menyusun proposal penelitian

  b) Mengurus perijinan

  c) Mencari informasi tentang lokasi

  d) Observasi

  e) Membuat daftar pertanyaan untuk wawancara

  f) Menyiapkan perlengkapan penelitian

g) Mempelajari etika dalam penelitian.

2. Tahap Penelitian Lapangan

  Pada tahap penelitian lapangan, peneliti mempersiapkan dirinya untuk menghadapi lapangan penelitian dengan mamahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran sambil mengumpulkan data yang diperoleh. Selain itu peneliti juga melakukan beberapa wawancara pada murid, guru, kepala sekolah, atau pegawai di lokasi dan melakukan dokumentasi.

G. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman, dan penelaahan terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji maka perlu adanya sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut.

  Bab I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,

  kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II : Kajian Pustaka Berisi tentang implementasi pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dalam kajian pustaka. Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian Bab ini berisi tentang kondisi umum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah

  dan penyajian data tentang implementasi pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah.

  BAB IV: Pembahasan Bab ini berisi pembahasan tentang konsep pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, implementasi pendidikan humanis di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dan faktor pendukung dan penghambat pendidikan humanis yang diterapkan. Bab V : Penutup Penulisan skripsi ini diakhiri kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Humanis 1. Pengertian Pendidikan Humanis Menurut George F. Keller (dalam Suwarno, 2006: 20), pendidikan

  memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman memengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, atau lembaga-lembaga lain.

  Humanisme merupakan kesatuan dari manusia yang wajib memanusiakan manusia lainnya. Humanisme, sebagaimana halnya progesivisme merupakan bagian dari fokus perhatian manusia (human). Memanusiakan manusia dalam pendidikan berarti usaha memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan alat-alat potensialnya seoptimal mungkin untuk dapat difungsikan sebagai sarana bagi pemecahan masalah-masalah hidup dan kehidupan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya manusia, dan pengembangan sikap iman dan takwa kepada Allah Swt (Muhaimin, 2007: 148).

  Menurut Kartini Kartasapoetra (dalam Maslikhah, 2009: 31) humanis adalah sesuatu yang berhubungan dengan sikap yang terfokuskan pada kepentingan manusia. Menurut Jusuf Amir Faisal pendidikan humanisme mendasarkan pada teori Immanuel Kant yang mengutamakan peranan aktif pikiran yang akan menumbuhkan kesadaran manusia akan sejarah peradabannya, dengan demikian memahami gejala-gejala alam, kemudian diterapkan pada peradaban manusia yang dikenal dengan hukum perkembangan dan perubahan.

  Pendidikan dihadapkan pada konsep utama yang merumuskan pendidikan humaniora sebagai general education yang mengutamakan pendidikan moral dan agama.

  R.A. Kartini, (dalam Danim, 2006: 171) dalam notesnya tanggal 19 April 1903 yang dikirim kepada pemerintah Hindia Belanda antara lain menulis, pertama, kepandaian merupakan salah satu capaian mulia dalam hidup, dalam makna aktualitas pribadi untuk berbuat baik dan luhur. Kedua, kecerdasan otak yang tinggi bukanlah untuk ijazah melainkan untuk keluhuran budi pekerti.

  Manusia sebagai makhluk yang dapat mendidik dan dididik (homo

  

educabile ) pada dimensi ini manusia berpotensi sebagai objek dan

  subjek pengembangan diri. Oleh karea itu manusia tidak bisa berkembang tanpa rangsangan dari luar, seperti pendidikan misalnya.

  Maka, pendidikan harus berpijak pada potensi yang ada pada manusia kebebasan memilih, sadar diri, memiliki norma, dan kebudayaan. Implikasinya sebagai berikut: a.

  Pendidikan lebih bersifat menyediakan stimulus agar peserta didik secara otomatis memberikan respon.

  b.

  Pendidik tidak dapat memaksakan kehendak kepada peserta didik.

  c.

  Demokratisasi merupakan model pendidikan yang sangat relevan untuk pengembangan potensi dasar manusia, sekaligus membantu menanamkan sikap percaya diri dan tanggung jawab.

  d.

  Proses pendidikan harus selalu mengacu pada sifat-sifat ketuhanan (Assegaf, 2004: 205).

  Sekolah merupakan tempat dimana kepentingan setiap diri dihargai dan secara sadar diletakkan sebagai bagian integral kepentingan bersama dan kepentingan nasional. Guru bukanlah orang yang serba dan paling mengerti dunia anak dan siswa. Guru adalah seseorang yang mampu mendorong siswa menyadari diri dan kemampuannya sendiri.

2. Guru dalam Pendidikan Humanis

  Tenaga pendidik atau guru merupakan pihak yang melaksanakan pendidikan. Guru tidak hanya dihormati oleh manusia, bahkan Allah sendiri pun menghormati karena ilmunya. Allah berfirman (QS Al- Mujadilah [58]: 11):

   اوُحَسْفاَف ِسِلاَجَمْلا يِف اوُحاسَفَ ت ْمُكَل َليِق اَذِإ اوُنَمآ َنيِذالا اَهُّ يَأ اَي اوُنَمآ َنيِذالا ُهاللا ِعَفْرَ ي اوُزُشْناَف اوُزُشْنا َليِق اَذِإَو ْمُكَل ُهاللا ِحَسْفَ ي ريِبَخ َنوُل َمْعَ ت اَمِب ُهاللاَو ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذالاَو ْمُكْنِم

  (Muhaimun, 2007: 156)

  

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan

kepadamu: berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah,

niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila

dikatakan: berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang

yang diberi lmu pengetahuan beberapa derajad. Dan allah akan

mengetahui apa yang akan kamu kerjakan.

  Penghormatan manusia berupa sikap, pujian, dan sanjungan bahkan membalas jasanya dengan materi. Allah akan meninggikan drajatnya karena guru merupakan sosok manusia berilmu.

  Menurut Al-Abrasyi, sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir, syarat dan sifat guru itu antara lain adalah: a.

  Guru harus selalu mengetahui karakter murid.

  b.

  Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya.

  c.

  Guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.

  Bagi guru, mengetahui karakter murid sangatlah penting harus ikhlas, sabar, jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya, dan juga harus mampu mengelola murid dan tegas dalam bertindak serta meletakkan perkara secara profesional. Guru juga harus mempelajari psikis anak didik dan bersikap adil kepada semua siswa.

  Guru merupakan pemimpin bagi murid di sekolah. Teori kepemimpinan humanistik menghendaki setiap individu di beri kondisi yang bebas, yang memungkinkannya merealisasikan potensi-potensi internal yang ada dengan tidak melupakan tujuan komunitas kelompoknya. Likert (dalam Baharuddin, 2011: 185) berpendapat bahwa pemimpin harus memperhitungkan harapan- harapan, nilai-nilai, dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang berlangsung.

  Dalam kaitannya dengan ini, seorang guru harus melaksanakan tugasnya sebagai pendidik harus melibatkan peserta didiknya secara aktif dan dinamis. Guru juga perlu memahami setiap peserta didik mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing yang berbeda.

  Menurut Hamacheek (dalam Aprilianalistria, 2007: 10), guru- guru yang efektif adalah guru-guru yang manusiawi. Mereka mempunyai rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis dibandingkan otoriter, dan mereka harus mampu berhubungan dengan mudah dan wajar dengan para murid, baik secara perorangan maupun kelompok.

3. Metode Pendidikan Humanis

  Di sini metode tidak hanya diartikan sebagai cara mengajar dalam proses belajar-mengajar bagi seorang guru, tapi dipandang sebagai upaya perbaikan komprehensif dari semua elemen pendidikan sehingga menjadi sebuah iklim yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan.

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA TUNARUNGU DI SMPLB WANTU WIRAWAN SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 187

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

0 1 174

PERSEPSI HIJABERS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DI KOMUNITAS HIJABERS KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 132

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM PADA KESENIAN TRADISIONAL RODAT DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

0 0 142

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA ALQUR’AN MELALUI METODE YANBUA PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 SALATIGA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 132

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMP N 1 WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 102

MEDIASI PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2012-2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 88

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 3 127

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BALITA DI TAMAN PENGASUHAN ANAK (TPA) ASSALAM BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 6102 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 109

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN ANAK DI DUSUN KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 96