PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN ARGOMULYO SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

PENERAPAN METODE WAHDAH

DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL- QUR’AN

  

SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA

CEBONGAN ARGOMULYO SALATIGA

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

TUTIK KHOIRUNISA

  

NIM 111-12-047

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

ISTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2016

  

نارقلا ةلمح ىتّما قادشا

Yang paling mulia diantara umatku adalah orang yang hafal Al- Qur‟an

  

(HR. Tirmidzi) Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Kedua orang tuaku tersayang yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang sepanjang masa, kesabaran yang tiada tara, dan keikhlasan do‟a- do‟anya.

  2. Suamiku tersayang yang selalu memberikan do‟a, semangat, motivasi, dan kasih sayang yang tiada henti, serta selalu setia mencarikan saya referensi.

  3. Ibu Nyai Zulaecho AH yang saya hormati dan selalu saya harapkan ridho dan berkah ilmunya, serta terimakasih telah memberikan ijin saya untuk penelitian.

  4. Dik Danang, adikku yang selalu menggangguku saat belajar, dan terimakasih atas do‟anya.

  5. Alumni Pondok Al-Muntaha atas kesediaan kalian memberikan informasi dan ilmu dalam menghafal Al- Qur‟an.

  6. Sahabat-sahabatku di Pondok Al-Muntaha sevisi dan semisi yang sangat aku sayangi dan banggakan.

  7. Kummi, Milkha, Muja, dan Zahra terimakasih atas dukungan, bantuan dan semangat dari kalian.

  8. Semua temanku PAI‟B terimakasih atas dukungan dan semangat kalian serta motivasi yang kalian berikan. Ku kan kenang masa-masa saat bersama.

  Persahabatan yang tulus akan terjaga.

  Assalamu‟alaikum, Wr.Wb Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

  SWT yang telah memberikan ni‟mat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Penerapan Metode Wahdah Dalam

  Meningkatkan Hafalan Al- Qur‟an Santri Pondok Pesantren Al-Muntaha

  Cebongan Argomulyo Salatiga ”.

  Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. Beliaulah Rasul utusan Allah yang membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini. Yang kita nantikan syafa‟atnya di yaumul qiyamah.

  Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya pihak yang membantu dan membimbing. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku pembimbing skripsi yang selalu memberi semangat, bimbingan, arahan dan kesabaran kepada penulis.

  5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd., selaku pembimbing akademik yang selalu membimbing dengan penuh kesabaran.

  6. Bapak dan Ibu dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  Semua pihak yang selalu membantu dalam penulisan ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan, untuk itu peneliti menerima saran maupun kritik yang sekiranya dapat peneliti gunakan sebagai perbaikan dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

  Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

  Salatiga, Juni 2016 Tutik Khoirunisa NIM 111-12-047 Khoirunisa, Tutik. 2016. Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan

  Hafalan Al- Qur‟an Santri Pondok Pesantren Al-Muntaha Argomulyo Cebongan Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama

  Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.

  Kata Kunci: penerapan metode wahdah dan meningkatkan hafalan Al-

  Qur‟an Penelitian ini terfokus pada penerapan metode wahdah dalam meningkatkan hafalan al-

  Qur‟an bagi santri di podok pesantren Al-Muntaha. Metode wahdah adalah merupakan menghafalkan al-

  Qur‟an dengan cara satu persatu terhadap ayat yang hendak dihafalnya secara berulang-ulang. Tidak sedikit dari santri yang mengeluhkan tentang sulitnya menghafal al-

  Qur‟an, itu disebabkan banyaknya santri yang belum mengetahui tentang metode-metode yang dapat digunakan dalam menghafal al-

  Qur‟an. Agar menghafal al-Qur‟an menjadi lebih ringan, tentu sebagai santri harus memahami berbagai metode yang dapat diterapkan dalam menghafal. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah penerapan metode wahdah dalam meningkatkan hafalan santri?. Dan (2) bagaimanakah efektivitas metode wahdah dalam hafalan santri?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research). Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik data melalui observasi dan wawancara. Metode analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif.

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas santri menerapkan metode wahdah dalam meningkatkan hafalannya. Para santri banyak yang belum mengetahui metode apa yang digunakannya, melalui wawancara ini mereka mengungkapkan cara mereka dalam menghafal setelah itu peneliti menyimpulkan. Para santri menerapkan metode ini karena mereka merasa cocok dengan cara yang digunakannya. Para santri menggunakan metode wahdah dengan cara (a) mempersiapkan al-

  Qur‟an pojok, (b) membaca satu persatu ayat-ayat yang hendak dihafalnya, dan (c) setiap ayat yang hendak dihafalkan dibaca berulang-ulang sepuluh sampai dua puluh kali hingga membentuk pola dalam bayangannya.

  Metode wahdah terbukti efektif dalam meningkatkan hafalan. Dari hasil penelitian terbukti bahwa mayoritas santri yang menggunakan metode wahdah mampu menyelesaikan hafalannya dengan waktu yang relatif singkat dan standar. Sedangkan santri yang menggunakan metode lain, membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan santri yang menggunakan metode yang wahdah.

  HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN LOGO IAIN .............................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ............................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................ v HALAMAN MOTO ...................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. viii HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ x HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................ xi HALAMAN DAFTAR TABEL DAN BAGAN............................................ xiv HALAMAN LAMPIRAN ............................................................................. xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1 B. Fokus Masalah ........................................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5 D. Kegunaan Peneliti ................................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 6 F. Metode Penelitian ................................................................................... 8 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan ....................................................... 8 2. Kehadiran Peneliti ............................................................................. 9 3. Lokasi Penelitian ............................................................................... 9 4. Sumber Data ...................................................................................... 9

  Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 11 6. Analisis Data ..................................................................................... 13 G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 14

  BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Al-Qur‟an Pada Masa Rasulullah Saw ............... 15 1. Periode Mekah .................................................................................. 18 2. Periode Madinah ............................................................................... 18 B. Tahfizh Al-Qur‟an .................................................................................. 18 1. Pengertian Tahfizh Al-Qur‟an .......................................................... 18 2. Syarat-syarat Tahfizh Al-Qur‟an ...................................................... 19 3. Keutamaan Tahfizh Al-Qur‟an ......................................................... 24 4. Adab Tahfizh Al-Qur‟an ................................................................... 27 5. Kaidah Penting dalam Tahfizh Al-Qur‟an ........................................ 28 C. Berbagai metode Menghafal Al-Qur‟an ................................................. 30 D. Metode Wahdah ...................................................................................... 32 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren ...................................................... 33 1. Profil Pondok Pesantren Al-Muntaha ............................................... 33 2. Tujuan Pondok Pesantren Al-Muntaha ............................................. 34 3. Letak Geografis ................................................................................. 35 4. Struktur Kepengurusan ..................................................................... 36 5. Kegiatan Santri di Pondok Pesantren Al-Muntaha ........................... 37 6. Bimbingan dan Penyuluhan .............................................................. 42 B. Temuan Penelitian .................................................................................. 42 1. Penerapan Metode Wahdah .............................................................. 42 2. Efektivitas metode wahdah ............................................................... 5o

  A.

  Penerapan Metode Wahdah dalam Meningkatkan Hafalan .................... 55 B. Efektivitas Metode Wahdah dalam Meningkatkan Hafalan ................... 62

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................. 67 B. Saran ....................................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

TABEL 3.1 Struktur Pengurus Pondok Pesantren Al-Muntaha ................ 36TABEL 3.2 Jadwal Kegiatan Santri ........................................................... 38TABEL 4.1 Data Khotmil Qur‟an .............................................................. 63TABEL 4.2 Penggunaan Metode dan Waktu gang Dibutuhkan ................ 64

1. Daftar Riwayat Hidup 2.

  Daftar Nilai SKK 3. Lembar Konsultasi

  PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

  Al- Qur‟an adalah kalam Allah yang bernilai mu‟jizat, yang di turunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara malaikat

  Jibril, diriwayatkan kepada ita dengan mutawatir, membaca terhitung sebagai ibadah dan tidak akan di tolak kebenarannya. Kitab al- Qur‟an sesungguhnya adalah bacaan yang mulia dan tidak ada yang menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci (Ahsin, 1994:1-2). Allah berfirman:

          “sesungguhnya Kamilah yang menurunka Al-Qur‟an dan sesungguhnya Kami benar- benar memeliharanya.”(QS. Al-Hijr:9)

  Dengan penjagaan ganda inilah yang telah ditanamkan Allah dalam jiwa Muhammad untuk mengikuti langkah kenabiannya, maka al- qur‟an akan tetap terjaga dalam benteng yang kokoh. Hal demikian tidaklah lain merupakan proses Allah dalam mewujudkan janjiNya, bahwa Ia akan menjamin terpeliharanya Al-

  Qur‟an. Al- Qur‟an selayaknya dipelihara dalam bentuk hafalan dan tulisan. Dengan demikian apabila salah satunya ada ang melenceng, maka yang stunya akan meluruskan. Kita tidak dapat menyandarkan hanya kepada hafalan seseorang sebelum hafalannya sesuai dengan tulisan yang telah disepakati oleh para sahabat, yang dinukilkan kepada kita dari generasi ke dengan kita tidak dapat menyandarkan kepada tulisan penulis sebelum tulisan itu sesuai dengan hafalan berdasarkan isnad yang shahih dan mutawatir (Ahsin, 1994:3). Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Dr. Muhaamad Abdullah Daraz yang di kutip dari buku bimbingan praktis menghafal al-

  Qur‟an karya Ahsin W, ia berkata: “ Ia dinamakan al-Qur‟an karena ia dibaca dengan lisan dan dinamakan al-

  Kitab karena ia ditulis dengan pena” Menghafal al-

  Qur‟an merupakan langkah awal dalam suatu proses penjagaan al- Qur‟an. Kekhawatiran dan kesulitan didalam menghafal al-

  Qur‟an akan dirasakan para penghafal al-Qur‟an. Dalam hal ini proses menghafal al- Qur‟an secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: pertama, menghafal terlebih dahulu walaupun sang penghafal belum mengetahui seluk beluk ulumul Qur‟an, gaya bahasa maupun makna yang terkandung didalamnya, selain hanya bisa membacanya dengan baik.

  

Kedua, mempelajari uslub bahasa dengan mendalami bahasa Arab dengan

  segala aspeknya sebelum menghafal sehingga setelah merasa cukup ia mulai proses menghafal (Ahsin, 1994:19).

  Program pendidikan menghafal al- Qur‟an adalah program menghafal dengan mutqin atau hafalan yang kuat terhadap lafadz-lafadz al-

  Qur‟an dan menghafal makna-maknanya dengan kuat yang memudahkan untuk menghadirkannya didalam sebuah permasalahan yang di hadapi, karena al-

  Qur‟an selalu ada dan hidup di hati sepanjang waktu, Lahim, 2008:19).

  Masing-masing dari umat islam tentu saja bercita-cita untuk menghafal al- Qur‟an. Banyak dari mereka yang berkeyakinan bahwa mereka mampu menghafalnya ayat demi ayat hingga akhirnya sampai 30 juz. Akan tetapi setelah mereka memutuskan untuk menghafal, banyak sekali bisikan-bisikan yang membuat semangat mereka luntur, banyaknya ayat yang mirirp, susahnya mengingat ayat yang sama bahkan karena mereka merasa terlalu sibuk dengan kegiatannya sehari-hari membuat mereka merasa tidak ada waktu untuk menghafal.

  Menghafal al- Qur‟an tidak semata-mata hanya konsisten didalam hafalannya, akan tetapi kerumitan mencakup ketepatan membaca dan pengucapan lafadz tidak bisa di abaikan begitu saja, sebab kesalahan sedikit saja adalah suatu dosa. Apabila hal ini dibiarkan dan tidak dijaga secara ketat maka kemurnian al-

  Qur‟an menjadi tidak terjaga dalam setiap aspeknya. Oleh karena itu menghafal al- Qur‟an tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu usaha yang ekstra dan mempelajari banyak ilmu-ilmu al- Qur‟an sebelum menghafalnya.

  Al- Qur‟an adalah kalam Allah, yang akan mengangkat derajat mereka di surga (Abdul Rauf, 2015: 57), oleh karena itu para penghafal al-

  Qur‟an perlu mengetahui hal-hal atau upaya agar mutu hafalnnya tetap terjaga dengan baik karena menghafal al- Qur‟an berbeda dengan menghafal yang lainnya. Para penghafal hendaknya tidak perlu khawatir menghafal al- Qur‟an telah dijamin akan di mudahkan oleh Allah. Allah berfirman:

         

“Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,

Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?.

   (QS. Al-Qamar:17)

  Maksudnya adalah Allah akan memudahkan bagi umatnya untuk menghafal al- Qur‟an. Jika ada umatnya yang berniat akan menghafal al-

  Qur‟an sudah pasti akan dimudahkan oleh Allah sesuai dengan janji-Nya sesuai dengan ayat di atas. Bagi para penghafal seharusnya tidak perlu ada kekhawatiran dalam sulitnya menghafal karena sudah jelas akan dimudahkan, dan tidak perlu merasa sulit dalam penjagaannya karena sesungguhnya yang sungguh menjaga al-

  Qur‟an adalah Allah. Kita hanya perlu berusaha dan berdo‟a dalam hal menghafal maupun menjaga hafalan.

  Proses menghafal al- Qur‟an bisa dikatakan mudah, tetapi tidak semudah kita membayangkannya. Para penghafal biasanya mengeluhkan akan hafalannya yang semula baik-baik saja dan lancar dalam suatu saat hafalannya menjadi kacau dan tidak sempurna. Sedikit sekali para penghafal yang mengeluhkan tentang sulitnya hafalan, tetapi sulitnya dalam penjagaan. Salah satu cara yang di anggap mudah dan diterapkan di Pondok Pesantren hafalan al-

  Qur‟an adalah metode wahdah yakni, metode menghafalkan al- Qur‟an dengan menghafalkan satu per satu ayat-ayat yang hendak di hafal secara berulang-ulang hingga hafal, kemudian mencapai satu halaman (Ahsin, 1994:63).

  Setelah melihat uraian latar belakang di atas penulis mencoba meneliti tentang Metode Wahdah hafalan al- Qur‟an, dengan judul

  Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan Hafalan Santri Pondok Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga.

B. Fokus Penelitian

  Dari pemaparan diatas peneliti membuat fokus penelitian sebagai batasan agar permasalahan tidak meluas dan membuat penelitian tidak valid dan tidak reliabel. Terkait judul di atas maka penelitian ini berfokus pada penerapan metode wahdah yang akan menjawab dua permasalahan yaitu: 1.

  Bagaimana penerapan metode wahdah dalam meningkatkan hafalan al- Qur‟an santri ponpes Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga? 2. Bagaimana efektivitas metode wahdah dalam hafalan santri di ponpes

  Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode wahdah dalam meningkatkan hafalan al- Qur‟an santri ponpes Al-Muntaha Cebongan

  Argomulyo Salatiga 2. Untuk mengetahui efektivitas metode wahdah dalam meningkatkan hafalan santri di ponpes Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga

   Kegunaan Peneliti

  Penelitian yang dilakukan ini di harapkan akan memberi manfaat, baik manfaat secara teoritis, maupun secara praktis.

1. Secara teoritis

  Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuwan khususnya dibidang metode menghafal al- Qur‟an. Serta hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana keilmuwan yang mengangkat penggunaan metode wahdah dalam usaha meningkatkan kemampuan menghafal al-

  Qur‟an 2. Secara praktis a.

  Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para santri dalam meningkatkan hafalan al- Qur‟an.

  b.

  Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam meningkatkan kualitas hafalan santri.

E. Penegasan Istilah

  Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti pembahasan, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul di atas antara lain: 1.

  Metode Wahdah Metode Wahdah adalah metode menghafalkan al-

  Qur‟an dengan menghafal satu per satu ayat-ayat yang hendak dihafalkan (Ahsin, 1994: 63). Sehingga secara sederhana metode wahdah adalah metode Qur‟an dengan menghafal ayat satu persatu secara berulang-ulang hingga benar-benar hafal, kemudian lanjut ke ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama.

  2. Santri Santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadat, orang yang sholeh (Depdikbud, 1997: 374). Santri di sini adalah sebagai objek penelitian.

  3. Hafalan Kata hafalan berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab dikatakan al-hafizh dan memiliki arti ingat (Yunus, 2010:105). Maka kata hafalan dapat diartikan dengan mengingat atau menjaga ingatan.

  4. Al-Qur‟an Al-

  Qur‟an adalah kalam Allah yang memiliki mu‟jizat, diturunkan kepada nabi dan rasul, dengan melalui perantara malaikat Jibril, ditulis dalam berbagai mushaf, dinukilkan kepada kita dengan cara mutawatir, yang dianggap ibadah membacanya, dimulai dengan surat al-Fatihah dan di akhiri dengan al-Nas (Amin Suma, 2014:63).

  5. Meningkatkan Kata meningkatkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata kerja yang berarti menaikkan dan mempertinggikan.

  Sedangkan menurut Moeliono seperti yang dikutip Sawiwati, peningkatan adalah sebuah cara atau usaha yang dilakukan untuk

  (Sawiwati, 2009:4).

  Jadi yang di maksud dengan metode wahdah dalam meningkatkan hafalan adalah sebuah cara yang di gunakan santri untuk menghafalkan al- Qur‟an agar hafalan menjadi lebih kuat dan utuh, serta hafalan menjadi lebih baik.

F. Metode Penelitian

  Kedudukan metode penelitian sangat penting dalam suatu penelitian ilmiah. Metode penelitian merupakan teknik atau sebuah cara yang di gunakan demi keberhasilan penelitian sesuai hasil yang diinginkan. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

  Suatu penelitian dikatakan memenuhi syarat apabila penelitian tersebut memperhatikan pendekatan penelitian dan konsisten dalam memilih jenis penelitian dalam pelaksanaannya. Secara umum, metode penelitian ada dua macam, yakni metode kuantitatif dan metode kualitatif. Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan metode kualitatif dalam pelaksanaannya.

  Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri (Fuchan, 1992:21). Penelitian ini dilakukan dengan cara pendekatan induktif di lapangan, kemudian lapangan.

  2. Kehadiran Peneliti

  Kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Dalam peneltian ini peneliti berperan tidak hanya sebagai instrument saja melaikan juga sebagai pengamat dan pengumpul data. Disamping itu kehadiran peneliti di Pondok Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subyek atau informasi.

  3. Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian dilaksanakan. Penelitian yang penulis lakukan ini mengambil lokasi di Pondok Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga.

  4. Sumber Data

  Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Pada tahap ini peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Penelitian itu sendiri merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu hal dengan menggunakan prosedur penelitian yang baik. pendukung (sekunder) a.

  Data Primer Data primer menurut (Suryabrata,1995:84) merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya atau sumber-sumber dasar yang terdiri dari buku-buku atau saksi utama dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di lapangan.

  Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penggalian data dari pesantren Al-Muntaha dengan mencari keterangan dari orang yang terlibat secara langsung terutama para santri, pengasuh, pengurus, dan dewan

  asatidz . Sebagai sumber untuk menggali informasi terkait fokus

  penelitian, untuk mendapatkan informasi ini peneliti menggunakan metode wawancara.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat atau diperoleh secara tidak langsung, data sekunder mencakup data yang diperoleh arsip-arsip, dokumen, catatan, dan laporan pondok pesantren.

  Hal ini dilakukan karena data yang digali harus valid sehingga peneliti harus melakukan pengamatan secara langsung lengkap dan dapat dipertanggung jawabkan.

5. Prosedur Pengumpulan Data

  Sebuah penelitian haruslah tersusun secara sistematis dan memenuhi semua aspek yang menjadi syarat sebuah penelitian. Salah satu aspek yang merupakan syarat sebuah penelitian adalah adanya data yang terkumpul melalui beberapa teknik atau pengumpulan data.

  Teknik pengumpulan data yang penulis terapkan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut: a.

  Observasi Sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena- fenomena yang diselidiki (Hadi, 1989: 136). Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan fenomena yang dijadikan pengamatan (Sudiyono, 1996: 76). Metode ini digunakan penulis untuk mengetahui secara langsung kegiatan menghafal dan metode wahdah yang telah diterapkan di Pondok Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo. Catatan data yang diperoleh adalah hasil dari mengamati secara langsung kegiatan-kegiatan santri atau kegiatan belajar mengajar santri serta ikut terjun langsung dalam kegiatan santri sehingga data yang diperoleh benar-benar valid.

  Metode Wawancara Secara umum yang disebut wawancara adalah metode yang dilakukan dengan pertanyaan secara lisan kepada orang lain dengan maksud agar orang lain memberi jawaban. Dalam metode wawancara terjadi komunikasi antara penulis dengan subyek (Surakhmad, 1989: 174). Metode ini diterapkan kepada para santri dan pengasuh pondok karena mereka memiliki peran penting dalam aktivitas menghafal al-

  Qur‟an. Didalam wawancara ini terjadi interaksi atau hubungan timbal balik antara penulis dengan subyek, penulis memberikan pertanyaan dan subyek menjawab. Sehingga terciptalah tanya jawab yang menghasilkan data konkret.

  c.

  Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian berupa catatan, arsip-arsip dan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan yang menunjang hafalan santri pondok pesantren Al-Muntaha.

6. Analisis Data

  Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain, sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning) (Muhadjir, 1998: 124).

  Miles dan Huberman menggambarkan bahwa analisis data kualitatif model air akan melalui tiga alur, meliputi; reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Sebagaimana yang dikemukakan Miles dan Huberman berkaitan dengan gambaran mengenai kualitatif model alir, penelitian yang penulis lakukan ini juga menerapkan analisis data kualitatif model alir. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari data-data tertulis dilapangan.

  Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap informasi yang terkumpul yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan bertahap, melalui esimpulan-kesimpulan sementara untuk menuju kesimpulan akhir yang memiliki kepercayaan tinggi setelah data mencukupi untuk penarikan kesimpulan (Sutopo, 2008: 75). Sebagaimana yang dinyatakan Sutopo, penarikan kesimpulan dalam penelitian ini nantinya akan dilakukan bertahap.

   Sistematika Penulisan

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab dan setiap bab ada masing-masing sub bab yang berisis sebagai berikut:

  BAB I: merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB II: Kajian Pustaka. Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi: metode pembelajaran al- Qur‟an pada masa Rosulullah saw, tahfizh al-Qur‟an, berbagai metode dalam menghafal al-

  Qur‟an dan metode wahdah.

  BAB III: paparan data dan temuan peneliti. Berisi tentang gambaran umum pondok pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga meliputi: profil pondok pesantren, tujuan, letak geografis, struktur kepengurusan, kegiatan santri, bimbingan dan penyuluhan. penerapan metode wahdah dan efektivitas metode wahdah dalam hafalan santri di pondok pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga.

  BAB IV: Pembahasan. Bab ini berisikan tentang analisis penerapan metode wahdah dalam meningkatkan hafalan santri dan efektivitas metode wahdah dalam hafalan santri pondok pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga .

  BAB V: Penutup. Bab terakhir ini berisikan kesimpulan dan saran

  LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah Saw

  Al- Qur‟an sebagai mu‟jizat Nabi Muhammad untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi atau Rasul Allah dan bahwa al-

  Qur‟an adalah firman Allah, bukan ucapan/ciptaan Nabi Muhammad sendiri. Mu‟jizat terbesar yang diterima Nabi Muhammad adalah kitab suci al-

  Qur‟an (Zuhdi, 1993:22). Mu‟jizat hanya diberikan Allah kepada para nabi dan Rasul-Nya. Orang-orang biasa tidak akan mungkin dan tidak akan sanggup mendatangkan apa yang telah didatangkan oleh orang yang nyata-nyata telah memproklamirkan, bahwa dirinya itu adalah seorang nabi dan pesuru Allah. Didalam al-

  Qur‟an terdapat banyak sekali mu‟jizat ma‟nawi daripada mu‟jizat aqli (Chalil,1952:56).

  Untuk memahami al- Qur‟an, kita harus mengkaji terlebih dahulu tentang sirah Rasulullah saw, mengenai akhlak dan karakter beliau, serta memahami sabda dan perbuatan beliau. Karena Rasul telah menjelaskan al-

  Qur‟an dengan sabda beliau serta mengaplikasikannya dengan perbuatan dan budi pekerti (As-Sirjani, 2013:23). Rasulullah adalah suri tauladan yang merupakan perwujudan sosok manusia sempurna dan di cintai Allah swt. Allah juga berkehendak agar setiap mukmin menjalankan kehidupannya dengan meneladani Rasul. Allah berfirman:

  

           

      ”sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:21)

  Karena itu, segala daya upaya yang dilakukan untuk mentadaburi al- Qur‟an tanpa melakukan pengkajian terhadap sirah Rasul akan menjadi daya upaya yang masih mengandung kekurangan. Sebab, Rasul adalah teladan nyata yang merealisasikan kitab Allah. Kita harus mengambil penjelasan Rasul dalam memahami al-

  Qur‟an. Melalui sunnah qauliyah dan amaliyah yang digunakan Rasul dalam menjelaskannya. Sebab Allah telah menjadikan Rasul sebagai penjelas dari al- Qur‟an.

  Sebagaimana telah diketahui dalam kitab sejarah, dan telah diakui oleh para ulama ahli tarikh, baik kawan maupun lawan, pribadi nabi Muhammad adalah seorang Ummi, seorang yang tak pandai membaca maupun menulis (Chalil,1952:56). Beliau tidak pernah membaca kitab-kitab kuna, tulisan dalam buku kina, dan tidak pernah pula menulis atau mencatat kitab-kitab kuna dengan tangan kanannya. Karena jika beliau dapat menulis, membaca dengan tangan kanannya, niscaya orang yang membantahal-

  Qur‟an akan semakin ragu padanya.

  Pembelajaran al- Qur‟an yang disampaikan kepada nabi Muhammad adalah dengan mendengarkan malaikat Jibril menyampaikan ayat-ayat al-

  Qur‟an barulah nabi muhammad melafadzkannya setelah Jibril selesai. lisannya itu adalah dari kekuasaan Allah. Potensi nabi hanya di tuangkan untuk menghafal dan menghayatinya, agar nabi dapat menguasai al- Qur‟an yang di turunkan. Setelah beliau hafal, beliau membacakan atau memperdengarkan hafalannya kepada orang-orang dengan tenang agar mereka dapat menghafal dan memantapkannya.

  Pada saat itu sengaja dibentuk dengan hafalan yang tertanam di dalam dada para sahabat dan penulis teks, dan tidak dibukukan didalam satu mushaf dikarenakan Nabi menunggu wahyu yang akan turun berikutnya. Sebagian ayat-ayat al-

  Qur‟an ada yang dimansukh oleh ayat yang lain. Jika pada masa Nabi segera dibukukan maka kemungkinan adanya perubahan ketika ada ayat yang turun lagi atau ada ayat yang dimansukh dengan ayat yang lain.

  Membaca al- Qur‟an harus dengan lidah bahasa dan lagu bangsa Arab, maka sudah tentu menulis al-

  Qur‟an dengan huruf Arab. Karena jika al- Qur‟an ditulis dengan huruf selain Arab, misalnya dengan huruf latin, tentu akan ada beberapa perubahan bacaannya yang tidak sesuai lagi dengan asalnya. Demikianlah, tidak dapat disangkal lagi, bahwa al-

  Qur‟an itu harus ditulis dengan huruf Arab (Chalil, 1952:36-37).

  Sedangkan menurut Al- „Azami (2005:63-69) membagi pengajaran al-

  Qur‟an pada masa Rasul menjadi 2 yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.

  Periode Mekkah Pada zaman ini, Nabi Muhammad mengajarkan al-

  Qur‟an kepada para sahabat, lalu sahabat sebagai guru al- Qur‟an. Arus pendidikan di

  Mekah berjalan tanpa dapat dihalangi kendati berhadapan dengan berbagai hambatan dan siksaan yang dikenakan secara paksa dari masyarakat; sikap tegas merupakan bukti yang meyakinkan adak keterikatan dan rujukan mereka terhadap kitab Allah. Para sahabat selalu menanamkan ayat-ayatnya pada kabilah mereka melewati batas lembah kota Mekah yang dapat memperkuat tumbuhnya keislaman sebelum hijrah ke Madinah.

2. Periode Madinah

  Di zaman ini, nabi sebagai maha guru al- Qur‟an, lalu para sahabat sebagai pengajar al-

  Qur‟an. Hasil pendidikan diperiode madinah ini adalah para

  Huffazh. Kesempatan memperlajari kitab suci yang berjalan bersama

  gelombang manusia yang terlibat dalam penyebarannya, ternyata membuahkan banyak para sahabt yang secara cermat menghafal al- Qur‟an. Akan tetapi banyak dari mereka yang terbunuh di Yamama dan di Bir Ma‟una, B.

   Tahfizh Al-Qur’an 1. Pengertian Tahfizh Al-Qur’an Tahfizh al-

  Qur‟an terdiri dari dua kata, yaitu Tahfizh dan al- Qur‟an, yang mana keduanya memiliki arti yang berbeda. Pertama,

  Tahfizh yang berarti menghafal, menghafal berasal dari kata dasar

  , yaitu lawan dari lupa,

  اظفح ظفحي - ظفح yang berarti selalu ingat atau sedikit lupa (Yunus, 2010:105).

  • - hafal yang dari bahasa arab

  Sedangkan menurut Nawabudin “menghafal adalah mengungkapkan satu demi satu dengan tepat” (Nawabudin, 1991:24).

  Al- Qur‟an secara bahasa berarti “bacaan”. Secara istilah, al-Quran adalah kalam Allah yang tiada tandingannya (mu‟jizat), diturunkan kepada nabi Muhammad, penutup para nabi dan rasul dengan perantara malaikat jibril, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, dan di tulis dengan mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta mempelajarinya suatu ibadah (Ash- Shabuuny, 1991:15). Semua definisi al-

  Qur‟an yang diberikan para ahli, selalu diawali dengan penyebutan al- Qur‟an sebagai kalam Allah (Amin Suma, 2014:23).

  Dengan demikian, yang dimaksud dengan

  tahfizhul Qur‟an adalah

  menghafal al- Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat didalam mushaf al-

  Qur‟an dimulai dari surat Al-Fatihah dan di akhiri surat An- Nas dengan maksud beribadah kepada Allah.

2. Syarat- Syarat Tahfizh Al-Qur’an

  Menurut Sugianto (2004:52-55) sebelum memulai untuk menghafal al- Qur‟an seorang penghafal hendaknya memenuhi syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyahnya. Adapun syaratnya tersebut diantaranya adalah (1) persiapan pribadi, (2) bacaan al-

  Qur‟an yang baik dan benar, (3) mendapat izin dari orang tua, wali, dan suami kontinuitas dalam menghafal al- Qur‟an, (6) sanggup memelihara hafalan dan yang ke (7) adalah memiliki mushaf sendiri.

  Sedangkan menurut Ahsin (1994:48-54), diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki periode menghafal al-

  Qur‟an, ialah (1) mampu mengosongkan benaknya dari segala yang akan mengganggunya, (2) niat yang ikhlas, (3) memiliki keteguhan dan kesabaran, (4) istiqomah, (5) menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela, (6) izin dari orang tua, wali dan suami, (7) mampu membaca dengan baik.

  Dari beberapa pendapat di atas dapat terlihat bahwa syarat-syarat menghafal al- Qur‟an sebagai berikut: a.

   Niat yang ikhlas

  Ketika kita ingin memutuskan sesuatu maka seharusnya kita memperbaiki niat awal kita terlebih dahulu, supaya tujuan kita dalam menghafal al-

  Qur‟an beanr-benar hanya mencari Ridho Allah. Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan seseorang ke tempat tujuan, akan membentengi atau menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya. Allah berfirman:

            “Katakanlah: Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama

”.(QS. Az-Zumar:11) Rasulullah saw. Bersabda: 

  ِّمُكِن اًَََِّاَو ِثاَّيُِّناِب ُل اًَاعَ الْا اًَََِّا ُهُحَزاجِه اجََاَك اًٍََف يَىََ اَي ٍئِزايا

اَياَُدِن ُهُحَزاجِه اجََاَك اٍَيَو ِهِناىُسَرَو ِالله ًَنِا ُهُحَزاجِهَف ِهِناىُسَرَو الله ًَنِا

  ِهايَنِاَزَج اَه اَي ًَنِا ُهُحَزاجِهَف اَهُحِكاَُي ٍتَئَزايِااوَا Artinya: “sesungguhnya sah dan tidaknya amal itu tergantung pada niat. Dan dianggap bagi tiap orang apa yang diniatkan.

  Maka siapa yang berhijrah semata-mata karena taat kepada Allah dan rasulullah. Dan siapa yang berhijrah karena keuntungan dunia yang dikejarnya, atau karena perempuan yang akan dikaw ininya, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia niatkan”.

  (HR.Bukhari-Muslim, Al-Kitabu bud u al-wahyu, bab bud u al-

  wahyu:1) b.

   Izin dari orang tua

  Walaupun hal ini tidak merupakan suatu keharusan atau kejelasan, tetapi hal ini akan menciptakan kenyamanan dan pengertian antara kedua belah pihak, yakni antara orang tua dengan anak, suami dengan istri. Seseorang yang telah memutuskan untuk menghafal adalah seseorang yang telah merelakan waktu untuk senantiasa berlama-lama dengan al- Qur‟an.

c. Istiqomah

  Yang dimaksud istiqomah yaitu konsisten yakni, tetap menjaga keajekan dalam proses menghafal al- Qur‟an. Seorang penghafal harus menjaga kontinuitas dan efisien terhadap waktu.

  Seorang penghafal yang konsisten akan sangat menghargai waktu, dimana dan kapan saja ada waktu luang, ia akan selalu kembali kepada al- Qur‟an.

   Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat tercela

  Perbuatan maksiat dan perbuatan tercela merupakan suatu perbuatan yang harus dijauhi bukan saja oleh orang yang menghafal al-

  Qur‟an, tetapi jiga semua kaum muslim pada umumnya. Keduanya mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang sedang menghafal al-

  Qur‟an, sehingga akan merusak konsentrasi yang terlah terbina dan terlatih. Dalam kitab

  Ta‟limul- Muta‟alim

  oleh Syeikh Al-Alamah Az-Zamubi dikatakan:

  

ميهنا ةلاصوءاذغنا ميهقحو تبظاىًناودجنا ظفحنا بابسا

بىَذناةزثكو ًصاعًناف ٌايسُنا درىياياياو .ٌازقناةأزقو

قئلاعناو لاغشناةزثكوايَدنارىيا ًف ٌزحلْاو وىًهناو

  “yang menjadi sebab-sebab hafal antara lain ialah bersungguh- sungguh, keajekan/kontinuitas, sedikit makan, memperbanyak shalat malam dan memperbanyak membaca al- Qur‟an. Adapun yang menyebabkan menjadi pelupa adalah: perbuatan maksiat, banyaknya dosa, bersedih karena urusan-urusan keduniaan, banyaknya kesibukan yang kurang berguna dan banyaknya hubungan yang tidak mendukung”.(As‟ad, 1978:78)

  Diantara penyakit tercela adalah antara lain: iri hati, bakhil, pemarah, dusta, ingkar, mengumpat, membicarakan aib seseorang, cinta dunia,sombong dan masih banyak lagi. Jika seprang penghafal dihinggapi penyakit tersebut maka usaha dalam menghafal al-

  Qur‟an akan menjadi lemah. Maka dari itu penyakit hati seperti penyakit diatas wajib disingkirkan dari seorang penghafal al-

  Qur‟an. Karena akan mengganggu kelancara

  Qur‟an, dengan demikian akan menciptakan keselarasan antara penghafal dan kesucian al- Qur‟an.

  e. Keteguhan dan kesabaran

  Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor yang sangat penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal al- Qur‟an. Karena dalam proses menghafal akan banyak sekali diemui berbagai macam kendala. Oleh karena itu, untuk senantiasa dapat melestarikan hafalan perlu keteguhan dan kesabaran, karena kunci utama keberhasilan menghafal al-

  Qur‟an adalah ketekunan menghafal dan mengulang-ulang ayat-ayat yang telah dihafalkannya.

  f. Mampu membaca dengan baik

  Sebelum seseorang penghafal melangkah keperiode menghafal, seharusnya ia terlebih dahulu meluruskan bacaan dan memperlancar bacaannya. Ini dimaksudkan agar calon penghafal benar-benar lurus dan lancar membacanya, serta ringan lisannya untuk mengucapkan fonetik arab. Dalam hal ini hendaknya seorang penghafal terlebih dahulu: meluruskan bacaannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, memperlancar bacaannya, membiasakan lisan dengan fonetik arab, dan memahami bahasa dan tata nahasa arab. Dikarenakan masalah tersebut mempunyai fungsional penting dalam menunjang tercapainya tujuan menghafal al- Qur‟an (Ahsin, 1994:54).

   Keutamaan Tahfizh Al-Qur’an

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEWIBAWAAN PENGASUH TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DESA GEDANGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 103

PENGARUH INTENSITAS MEMBACA AL-QUR’AN BERDZIKIR DAN MENJAGA WUDHU TERHADAP PENGENDALIAN EMOSI SANTRI DI PONDOK PESANTRENTARBIYATUL ISLAM (PPTI) AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 149

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 187

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN GADGET TERHADAP KEDISIPLINAN MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN SALATIGA TAHUN 2015

1 0 107

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN SURAT AN NAHL AYAT 90-91 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 83

SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMAL FALAH SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

0 0 125

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI

0 0 136

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL- QUR’AN MELALUI METODE RESITASI PADA PESERTA DIDIK KELAS XII SMK SULTAN FATTAH SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 113

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB ‘AQIDATUL AWAM KARYA SAYID AHMAD AL – MARZUKI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 2 112

METODE PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN DI PONDOK PESANTREN BUSTANU USYSYAQIL QUR’AN DESA GADING KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

1 16 113