Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembelajaran Geometri pada Siswa Tunanetra di SLB-A Dria Adi Semarang T1 202008004 BAB II

(1)

5 A. Kegiatan Pembelajaran

Pem belajaran berkenaan dengan kegiat an guru m engajar sert a bagaim ana sisw a belajar. Kegiat an m engajar yang dilakukan oleh guru sangat m em pengaruhi kegiat an belajar sisw a. Apabila guru m engajar dengan pendekat an yang bersifat m enyajikan at au eksposit ori, m aka sisw a akan belajar dengan cara m enerim a, dan apabila guru m engajar dengan m enggunakan pendekat an yang lebih m engakt ifkan sisw a sepert i pendekat an inkuiri, m aka sisw a akan belajar dengan cara yang akt if pula. Kegiat an pem belajaran merupakan suat u kegiat an yang disadari dan direncanakan. M enurut Ibrahim (2010), suat u kegiat an berencana at au kegiat an yang direncanakan m enyangkut t iga hal, yait u: perencanaan/ persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Perencanaan Pem belajaran

Apabila seorang guru akan m engajarkan bahan pengajaran m engenai set iap pokok/ sat uan bahasan kepada sisw a, t erlebih dahulu guru harus m engadakan persiapan. Hal ini dim aksudkan agar proses belajar m engajar dapat berjalan dengan lancar, sehingga t ujuan yang t elah dit et apkan dapat t ercapai. Hal-hal yang perlu diperhat ikan dalam m em persiapkan proses belajar, ant ara lain :

a) M erum uskan t ujuan pem belajaran yang akan dicapai.

Tujuan pem belajaran merupakan kom ponen ut am a yang t erlebih dahulu harus dirum uskan oleh guru, karena m erupakan sasaran dari proses belajar mengajar. Tujuan pem belajaran diart ikan sebagai perilaku hasil belajar yang dicapai oleh sisw a set elah m ereka m enem puh proses belajar m engajar. M isalnya, sisw a mem iliki kem am puan berhit ung yang lebih baik. Dengan kat a lain, t ujuan pem belajaran dew asa ini selalu berpusat pada sisw a. Dengan dem ikian, keberhasilan proses pem belajaran lebih banyak dinilai dari seberapa jauh perubahan perilaku yang diinginkan t elah t erjadi pada diri sisw a.

M enurut Wina Sanjaya (2009), t erdapat beberapa alasan m engapa t ujuan perlu dirum uskan dalam m erancang suat u progam pem belajaran, ant ara lain: (i) rum usan t ujuan yang jelas


(2)

dapat digunakan unt uk m engevaluasi efekt ivit as keberhasilan proses pem belajaran, (ii) t ujuan pem belajaran dapat digunakan sebagai pedom an dan panduan kegiat an pem belajaran, (iii) dengan adanya t ujuan yang jelas dapat m em bant u guru dalam m enent ukan m at eri pem belajaran, m et ode, m edia, dan sum ber belajar, sert a dalam m enent ukan dan m erancang alat evaluasi unt uk m elihat keberhasilan sisw a. Oleh sebab it u, guru perlu m em ahami dan t eram pil dalam m erum uskan t ujuan pem belajaran.

b) M enent ukan dan m enyusun alat evaluasi.

Penilaian at au evaluasi pada dasarnya memiliki kegunaan, yait u unt uk m enget ahui seberapa jauh sisw a t elah m enguasai t ujuan pem belajaran yang t elah dit et apkan dan unt uk m enget ahui bagian dari program pem belajaran yang m asih lem ah dan perlu diperbaiki. Adapun unt uk m enilai sejauh m ana t ujuan pem belajaran t elah dikuasai oleh sisw a dapat digunakan berbagai cara ant ara lain t es t ert ulis, t es lisan, dan t es perbuat an/ t indakan.

c) M enent ukan m at eri dan kegiat an belajar m engajar

M enurut Ibrahim (2010) t erdapat 4 hal yang perlu diperhat ikan dalam menet apkan m at eri pelajaran, yait u: kesesuaian t ujuan inst ruksional, t ingkat pendidikan/ perkem bangan sisw a, t erorganisasi secara sist em at ik dan berkesinam bungan, dan m encakup hal-hal yang bersifat fakt ual m aupun konsept ual. Selanjut nya menurut Winkel (2004), m at eri/ bahan pelajaran harus disesuaikan dalam t araf kesulit annya dengan kem am puan sisw a unt uk m enerim a dan m engolah bahan it u (keadaan aw al sisw a yang akt ual).

Krit eria pemilihan m at eri pelajaran berkait an erat dengan t ujuan inst ruksional, keadaan aw al yang akt ual dan kom ponen-kom ponen lain dalam proses belajar-m engajar. Perlu dipilih m at eri pelajaran yang paling sesuai, baik dari segi kuant it at if m aupun kualit at if, sehingga dapat m em bant u dalam m encapai t ujuan inst ruksional seefekt if dan seefisien m ungkin.

Set elah dit et apkan m at eri yang akan dibahas, selanjut nya yait u m enent ukan m et ode pem belajaran. Ada beberapa m et ode yang biasa digunakan dalam kegiat an belajar m engajar, ant ara


(3)

lain yait u: m et ode ceramah, t anya jaw ab, diskusi, dem ost rasi, eksperimen, berm ain peran, dll. Hal t erpent ing dalam pem ilihan m et ode yait u disesuaikan dengan t ujuan inst ruksional, m at eri yang akan disam paikan, dan w akt u dan sarana yang t ersedia.

Selanjut nya kom ponen lain yang perlu dikem bangkan dalam rangka m encapai t ujuan pem belajaran yait u kegiat an belajar m engajar. Kegiat an belajar mengajar yang akan dilaksanakan dirinci m enurut kegiat an guru dan kegiat an sisw a. Jenis-jenis kegiat an yang dilakukan oleh guru dan sisw a t ergant ung dari jenis m et ode pem belajaran yang digunakan. Agar pem belajaran yang direncanakan dapat t erselesaikan pada w akt unya, dalam merencanakan kegiat an-kegiat an pem belajaran sebaiknya sekaligus dit et apkan pula alokasi wakt u yang disediakan unt uk m asing-m asing kegiat an.

d) M em ilih m edia dan alat pem belajaran

Berbagai m acam m edia dapat dikat egorikan berdasarkan ciri t ert ent u. Winkel (2004) m em buat klasifikasi yait u (a) m edia visual yang tidak m engunakan proyeksi, misalnya papan t ulis, buku pelajaran, papan yang dapat dit em peli gam baran dan t ulisan (display board); (b) m edia visual m enggunakan proyeksi, sepert i fil, kaset video, proyekt or unt uk lem bar t ransparan yang dibuat dari plast ik; (c) m edia audit if, seperti gram ofon, kaset yang berisikan ceram ah at au w aw ancara dengan seseorang , kaset m usik; (d) m edia kom binasi visual-audit if yang diciptakan sendiri sepert i serangkaian dia (slide) dikom binasikan dengan kaset audio, at au diproduksikan oleh perusahaan sepert i disket video dan program kom put er yang dapat berbicara.

M enurut Wina Sanjaya (2009), prinsip pokok yang harus diperhat ikan dalam penggunaan media pada set iap kegiat an pem belajaran adalah bahw a m edia digunakan dan diarahkan unt uk m em perm udah sisw a belajar dalam m em aham i m at eri pelajaran. M edia pem belajaran harus sesuai dengan m inat , kebut uhan dan kondisi sisw a. Sisw a yang mem iliki kem am puan m endengar yang kurang baik, akan sulit m em aham i pelajaran m anakala digunakan m edia yang bersifat audit if. Dem ikian juga sebaliknya, sisw a yang m emiliki kem am puan penglihat an yang


(4)

kurang, akan sulit m enangkap bahan pelajaran yang disajikan m elalui m edia visual.

Selain menent ukan m edia yang akan digunakan, dalam m erencanakan pem belajaran guru perlu m enet apkan alat-alat pengajaran yang akan dipakai. Alat pembelajaran m em punyai peran sangat pent ing sebagai alat bant u unt uk m emperjelas dan m em perm udah penerim aan mat eri pelajaran oleh sisw a dalam rangka m encapai t ujuan-t ujuan pem belajaran. Sebagai cont oh dalam pem belajaran geom et ri, penggaris berfungsi sebagai alat pem belajaran yang sering diperlukan.

Guru yang efekt if m enggunakan beragam st rat egi unt uk m enerapkan st andar-st andar dan m emenuhi t ujuan-t ujuan pem belajaran m ereka. St rat egi pem belajaran it u berbeda-beda, m ulai dari st rat egi-st rat egi pem belajaran yang berpusat pada guru, dim ana guru m em ikul t anggung jaw ab ut am a dalam m encapai t ujuan pem belajaran, hingga st rat egi-st rategi dim ana guru berperan sebagai fasilit at or, dengan m em perkenankan sisw a unt uk m engam bil bagian yang lebih akt if dalam pem belajaran. Pembelajaran yang berpusat pada guru m encakup strat egi pem belajaran “ dim ana peran guru adalah m enghadirkan penget ahuan unt uk dipelajari dan m engarahkan proses pem belajaran sisw a dengan cara yang lebih eksplisit (Shuell dalam David A. Jacobsen, 2009)

St rat egi-st rat egi yang berpusat pada guru meliput i pengajaran langsung (direct inst ruct ion), diskusi-ceram ah (lect ure-discussion), dan diskoveri t erpim pin (guided discovery).

Sedangkan dalam pem belajaran yang berpusat pada sisw a, yait u sisw a-sisw a berada dalam pusat proses pem belajaran sedangkan guru sebagai fasilit at or lebih banyak m em andu sisw a dari pada m engajar m ereka secara langsung. St rat egi-st rat egi pem belajaran yang berpusat pada sisw a m eliput i pem belajaran kooperat if (cooperat ive learning), diskusi (discussion), dan pem belajaran berbasis masalah (problem based learning).

2. Pelaksanaan Pem belajaran

Set elah t ahap perencanaan pem belajaran selesai dipersiapkan, langkah berikut nya yait u m elaksanakan pem belajaran sesuai dengan langkah-langkah/ kegiat an belajar m engajar yang t elah direncanakan. Selam a langkah ini berlangsung, kegiat an evaluasi dilakukan oleh guru


(5)

ant ara lain dalam bent uk kuis, t ugas-t ugas, observasi, dan bert anya langsung kepada sisw a t ent ang pem belajaran yang sedang disajikan, apakah cukup jelas dan sebagainya. Dari kegiat an evaluasi ini, guru dapat m enget ahui bagian-bagian m ana dari m at eri yang belum begit u dipaham i oleh sisw a, dan bagian-bagian m ana yang nam paknya kurang efekt if at au sulit dilaksanakan dengan baik.

At as dasar evaluasi selam a kegiat an belajar m engajar berlangsung, guru dapat m elakukan perbaikan/ penyesuaian sepert i m enjelaskan kem bali m at eri yang belum sepenuhnya dipaham i oleh sisw a, dengan cara yang berbeda sehingga t ujuan pem belajaran dapat t ercapai dengan baik.

3. Evaluasi Pem belajaran

Dalam pengem bangan program pem belajaran, evaluasi m erupakan suat u proses yang bersifat berkelanjut an dan m endasari seluruh proses belajar mengajar yang baik. Fungsi adanya evaluasi yait u unt uk m enget ahui t ingkat efekt ivit as program dalam mencapai t ujuan-t ujuannya dan m engident ifikasi bagian-bagian dari program yang perlu diperbaiki. Cara-cara evaluasi yang dapat dilakukan yait u m elalui t es m aupun nont es sepert i t ugas-t ugas, observasi dan jika perlu dapat pula berupa angket at au w aw ancara dengan sisw a. Dari gabungan hasil evaluasi t ersebut , diharapkan guru dapat m engident ifikasi bagian-bagian m ana dari program pem belajaran yang perlu diperbaiki dan bagaim ana cara m em perbaikinya.

B. Karakteristik dan M asalah Psikologis Sisw a Tunanetra 1. Pengert ian Tunanet ra

Sisw a dengan gangguan penglihat an, dalam bidang pendidikan luar biasa lebih akrab disebut sisw a t unanet ra. Pengert ian t unanet ra t idak saja m ereka yang but a, t et api m encakup juga m ereka yang m am pu m elihat t et api t erbat as sekali dan kurang dapat dim anfaat kan unt uk kepent ingan hidup sehari-hari, t erut am a dalam belajar. Jadi sisw a dengan kondisi penglihat an yang t erm asuk “ set engah m elihat ” , “low vision” at au rabun adalah bagian dari kelom pok sisw a t unanet ra. (T.Sut jihat i S.,2005)

Secara et im ologis, kat a t una berart i luka, rusak, kurang at au t iada m emiliki. Net ra berart i m at a at au penglihat an. Jadi t unanet ra


(6)

berart i kondisi luka at au rusaknya m at a, sehingga m engakibat kan kurang at au t iada m em iliki kem am puan persepsi penglihat an. Seseorang dikat akan t unanet ra jika ia m em iliki visus sent ralis 6/ 60 lebih kecil dari it u. At au, set elah dikoreksi secara m aksim al penglihat annya t idak mem ungkinkan lagi m em pergunakan fasilit as pendidikan dan pengajaran yang biasa digunakan oleh sisw a norm al/ orang aw as (Efendi, 2006)

Definisi t unanet ra (kebut aan) menurut Koest ler adalah sebagai berikut :

Ket ajam an penglihat an pusat 20/ 200 at au kurang pada bagian m at a yang lebih baik dengan kaca m at a koreksi at au ket ajam an penglihat an pusat lebih dari 20/ 200 jika t erjadi penurunan ruang penglihat an di m ana t erjadi pengerut an suat u bidang penglihat an sam pai t ingkat t ert entu sehingga diam et er t erlebar dari ruang penglihat an m embent uk sudut yang besarnya t idak lebih dari 20 derajad pada bagian m at a yang lebih baik. (David Smit h, 1998)

Bila seseorang dapat m em bedakan dari jarak 20 kaki huruf at au sim bol di m ana penglihat an norm al dapat m elakukannya dari jarak 200 kaki, orang t ersebut dikat egorikan m em punyai t ingkat ket ajam an penglihat an 20/ 200 sehingga dapat dikat akan but a secara hukum . Definisi ini juga m enunjuk orang yang menunjukkan luas ruang penglihat an 20 derajat at au kurang dianggap but a secara hukum . Hal ini m engacu pada keadaan, sepert i ret init is pigment osa, dim ana ket ajam an penglihat an t et ap di dalam bat as norm al nam un bidang penglihat an t elah mengalam i pengurangan sebagai akibat kelainan yang serius (Smit h, 1998).

2. Fakt or Penyebab Tunanet ra

Fakt or-fakt or penyebab seseorang m enjadi tunanet ra sebenarnya banyak sekali kem ungkinannya. Begit u pula dalam hal w akt u t erjadi ket unanet raannya, dapat t erjadi pada w akt u dalam kandungan, w akt u dilahirkan, set elah dilahirkan at au set elah dew asa. Nam un pada dasarnya fakt or penyebab t ersebut m enurut Rusli Ibrahim (2005) dapat dikelom pokkan m enjadi lim a penyebab, yait u:

Pert ama, fakt or penyakit ; penyakit yang dialami oleh seorang ibu yang sedang m engandung at au penyakit yang dialam i seseorang sesudah lahir. Penyakit t ersebut m isalnya: Trachom a, Syphylis, Cat aract , Onccerciacis, Glukom a, Radang kornea, dsb. Kedua, fakt or kecelakaan;


(7)

kecelakaan ini dapat t erjadi pada w akt u dilahirkan. M isalnya karena seorang ibu kesulit an dalam melahirkan, sehingga biasanya sering m enggunakan alat -alat sehingga m engganggu organ-organ m at a at au syaraf-syaraf m at a yang m enyebabkan ket unanet raan. Kem ungkinan lain kecelakaan ini t erjadi set elah lahir, m isalnya akibat jat uh, sehingga organ-organ m at a at au syaraf-syaraf m at a m enjadi t erganggu. Ket iga,

deficiency vit amin A (aseroft ol); m erupakan salah sat u penyebab ket unanet raan secara t idak langsung. Sepert i kit a ket ahui bahw a vit am in A diperlukan unt uk pert um buhan sel-sel epit el dan proses oksidasi dalam t ubuh, sert a m engat ur kepekaan rangsangan sinar pada syaraf m at a. Kekurangan vit am in A pada seseorang akan didahului dengan adanya gejala-gejala kurang jelas dalam penglihat an pada w akt u senja hari yang disebut rabun ayam at au Hemeralopia. Kem udian diikut i dengan kerusakan-kerusakan pada sel-sel epit el dan kulit . Jika hal ini dibiarkan t erus-m enerus, m aka akan m enim bulkan kelainan dalam penglihat an. Keempat, fakt or genet ik; yait u fakt or penyebab dari ket urunan yang berasal dari salah sat u at au kedua orang t ua. M isalnya, gangguan penglihat an presbiopia, m yopia, dan hiperm et ropia. Selanjut nya yang t erakhir yait u fakt or yang belum diket ahui penyebabnya, sepert i degenerasi, yait u penurunan ket ajam an penglihat an.

3. Klasifikasi Tunanet ra

M enurut Tram t on dalam Frieda (1998), pengklasifikasian sisw a t unanet ra dapat dikelom pokkan berdasarkan berat ringan dari ket ajam an penglihat annya yait u: Kelompok 0, Absolut Blindness; yait u m ereka yang t idak dapat m elihat cahaya sedikit pun, dim ana t idak dapat m em bedakan ant ara siang dan m alam m elalui penglihat annya. Kelompok 1, Light Percept ion (project ion only); yait u m ereka yang hanya m elihat cahaya sedikit saja, yakni hanya dapat m em bedakan gelap dan t erang sert a m em bedakan siang dan m alam melalui penglihat annya. Kelompok 2, M ot ion percept ion and from percept ion uo t o 5/ 200 (or up t o count s fingers at 3 feet ); yait u m ereka yang selain dapat m em bedakan siang dan m alam juga dapat m elihat bent uk dan gerak benda pada jarak 5 kaki (±1,5m ). Benda t ersebut dapat dilihat orang norm al pada jarak 200 kaki (±60m ). M ereka juga dapat m enghit ung jari-jari t angan pada jarak m aksim al 3 kaki (±1,0m ).


(8)

Kelompok 3, They could count s finger at 3 feet but not 10 feet (or 5/ 200 but not 10/ 200); yait u m ereka yang m em punyai ket ajam an penglihat an unt uk m elihat benda pada jarak 5 kaki (±1,5m ). Apabila benda t ersebut t erlet ak pada jarak 10 kaki (±3m ), m aka t idak dapat dilihat lagi. Benda t ersebut dapat dilihat oleh orang norm al pada jarak 200 kaki (±60m ). At au ia dapat m enghit ung jari-jari t angannya pada jarak 3 kaki (±1,0m ), t et api ia t idak dapat m enghit ung jari-jari t ersebut pada jarak 10 kaki at au kira-kira 3 m et er. Kelompok 4, 10/ 200 but not 20/ 200, yait u m ereka yang m em punyai ket ajam an penglihat an unt uk m elihat benda yang jaraknya lebih dari 10 kaki (±3m ), t et api t idak dapat m elihat nya sejauh 20 kaki (±6m ), benda t ersebut dapat dilihat orang norm al pada jarak 200 kaki (±60m ). Kelompok 5, disebut 20/ 200; yait u m ereka yang m em punyai ket ajam an penglihat an yang dapat m elihat benda sejauh 20 kaki (±6m ), dim ana benda t ersebut dapat dilihat orang norm al pada jarak 200 kaki (±60m ). Kelompok 6,

Bet t er t han 20/ 200, but having periphal vision limit ed t o 20 degress or less in t he w idest diamet er; yait u mereka yang m em iliki ket ajam an penglihat an lebih baik dari orang yang hanya dapat m elihat benda pada jarak 20 kaki (±6m ), t et api kekurangan m ereka hanya m em punyai daerah penglihat an seluas 20 derajad at au kurang. Sedangkan bagi orang yang norm al m emiliki daerah pengliht an seluas 180 derajad.

Sem ent ara it u, T. Sut jihat i S.,(2005) m engelom pokkan t unanet ra ke dalam dua kelom pok, yait u: (1) Kelom pok but a; yait u jika sisw a sam a sekali t idak m am pu m enerim a rangsang cahaya dari luar (visus=0); dan (2) Kelom pok “low vision” ; yait u jika sisw a m asih m am pu menerim a rangsang cahaya dari luar, t et api ket ajam annya lebih dari 6/ 21, at au jika sisw a hanya m am pu mem baca headline pada surat kabar.

Derajat t unanet ra berdasarkan dist ribusinya berada dalam rent angan yang berjenjang, dari yang ringan sampai yang berat . M enurut Efendi (2006), berat ringannya jenjang ket unanet raan didasarkan kem am puannya unt uk m elihat bayangan benda. Jenjang kelainan dit injau dari ket ajam an unt uk m elihat bayangan benda dapat dikelom pokkan m enjadi sebagai berikut : Pert ama, sisw a yang m engalam i kelainan penglihat an yang m em punyai kem ungkinan dikoreksi dengan penyem buhan pengobat an at au alat opt ic t ert ent u.


(9)

Sisw a yang t erm asuk dalam kelom pok ini t idak dikat egorikan dalam kelom pok t unanet ra sebab ia dapat m enggunakan fungsi penglihat an dengan baik unt uk kegiat an belajar. Kedua, sisw a yang m engalam i kelainan penglihat an, m eskipun dikoreksi dengan pengobat an at au alat opt ik t ert ent u m asih m engalam i kesulit an m engikut i kelas regular sehingga diperlukan kom pensasi pengajaran unt uk m enggant i kekurangannya. Sisw a yang memiliki kelainan penglihat an dalam kelom pok kedua dapat dikat egorikan sebagai sisw a tunanet ra ringan sebab ia m asih bisa m em bedakan bayangan. Pada prakt ik percakapan sehari-hari sisw a yang m asuk dalam kelom pok kedua ini lazim disebut sisw a t unanet ra sebagian (part ially seeing-children). Ket iga, sisw a yang m engalam i kelainan penglihat an yang t idak dapat dikoreksi dengan pengobat an atau alat opt ik apapun, karena sisw a t idak m am pu lagi m em anfaat kan indera penglihat annya. Ia hanya dapat dididik m elalui saluran lain selain m at a. Pada percakapan sehari-hari, sisw a yang m engalam i kelainan penglihat an dalam kelom pok ini dikenal dengan sebut an but a (t unanet ra berat ). Term ologi but a berdasarkan rekom endasi dari The Whit e House Conference on Child Healt h and Educat ion di Am erika (1930), “ Seseorang dikat akan but a jika t idak dapat m em pergunakan penglihat annya unt uk kepent ingan pendidikannya” (Pat ton dalam Efendi, 2006)

4. Karakt erist ik Psikologis Sisw a Tunanet ra

M enurut Rusli Ibrahim (2005), m asalah-m asalah psikologis yang diakibat kan oleh ket unanet raan it u m eliput i :

a) Aspek Kognit if

Karena kurang at au t idak adanya ket ajam an penglihat an, m aka sisw a t unanet ra t idak dapat m engam at i sesuat u dengan penglihat annya sepert i orang aw as. Dengan demikian, m ereka berusaha m engat asi kekurangannya it u dengan menggunakan indera lain sepert i, indera perabaan, pendengaran, pengecap, pem bau dan pengalam an kinest et is.

Akt ivit as keindraan sisw a t unanet ra t erbat as dalam ruang lingkup dan keanekaan, sehingga diperlukan langkah-langkah pendidikan unt uk dapat m engat asi kekurangan t ersebut sejauh m ungkin. Kekurangan ini dapat diat asi dengan jalan m eningkat kan ket ajam an indera yang m asih berfungsi, yait u


(10)

dengan lat ihan dan mem berikan m ot ivasi pada siswa t ersebut . Sepert i m enggunakan huruf Braille m erupakan pem anfaat an fungsi perabaan.

b) Int eligensi dan prest asi belajar

Int elegensi sisw a t unanet ra pada prinsipnya sam a dengan sisw a norm al lain pada um um nya. Perubahan int elegensi adalah karena fakt or-fakt or yang m enyert ai ket unanet raannya. Jadi int elegensi yang langsung m enurun akibat ket unanet raan it u t idak ada. Int elegensi yang rendah dapat dihubungkan dengan sebab ket unanet raannya, m isalnya yang disebabkan oleh radang ot ak (meningit is)

Prest asi akadem ik sisw a t unanet ra di sekolah lebih lam bat bila dibandingkan dengan sisw a norm al. Ket erlam bat an it u disebabkan ket erbat asan penglihat annya dit am bah lagi dengan kurangnya sarana yang m enunjang dalam proses belajarnya. Ket erlam bat an dalam m em asuki sekolah dan dalam pengalam an belajar hanya t erbat as pada pendengaran dan perabaan.

c) Perkem bangan m ot orik dan fakt or m obilit as (kem am puan berpindah t em pat )

Perkem bangan m ot orik sisw a t unanet ra cenderung lam bat dibandingkan dengan sisw a norm al pada um um nya. Hal ini sebagai akibat dari ket idakserasian koordinasi fungsional ant ara fungsi psikis (kognitif, afekt if, konagt if) yang kurang m endukung dengan syst em persyarafan dan ot ot (neuromuscular syst em), t erm asuk ket erbat asan kesem pat an yang diberikan lingkungan. Bagi sisw a t unanet ra, penguasaan perilaku psikomot or dasar, sepert i berjalan dan m emegang benda, sudah m enjadi m asalah besar yang t idak m udah dikuasainya dengan baik.

Sisw a t unanet ra m engalam i ham bat an dalam kem ampuan berpindah t em pat . Hilang at au t erganggunya penglihat an m enjadikan mereka t ergant ung pada indera lain yang m asih berfungsi. Ket erbat asan m obilit as m enghasilkan keadaan yang m em punyai pengaruh t erhadap dua aspek dalam kehidupan sisw a t unanet ra, yait u : aspek kesem pat an pengalam an dan hubungan sosial.


(11)

d) Perkem bangan fakt or em osional

Perkem bangan em osi sisw a t unanet ra biasanya akan sedikit t erham bat dibandingkan dengan sisw a yang norm al. Hal ini disebabkan sisw a t unanet ra m em iliki kem am puan penglihat an yang t erbat as, t erut am a dalam proses belajarnya. Bagi sisw a t unanet ra t ent u m engalami kesulit an dalam belajar secara visual t ent ang st im ulus-st im ulus apa saja yang harus direspons secara em osional. Karena it u bagi sisw a t unanet ra bent uk respons em osional lebih banyak diekspresikan secara verbal ket im bang non-verbal.

Ada m asalah-m asalah em osional lain yang dihadapi oleh sisw a t unanet ra, yait u ada gejala-gejala em osi yang kurang seim bang, at au pola-pola em osi yang negat if dan berlebihan, sepert i: t erbent uknya perasaan t akut , m alu, khawat ir/ cem as, m udah t ersinggung, gam pang m arah, iri hat i, m udah curiga, dan rasa sedih yang berlebihan. Sem ua it u akibat dari ket idak m am puan at au ket erbat asan penglihat an yang dim iliki, sehingga ia t idak m am pu m endet eksi secara t epat kem ungkinan bahaya m isalnya, reaksi orang lain at au lingkungan t erhadap dirinya, at au kurang kasih sayang lingkungan t erhadap dirinya, atau m ungkin ada perlakuan lingkungan m asyarakat yang kurang adil t erhadap dirinya, dan sebagainya.

e) Fakt or-fakt or sosial dan kepribadian

Di dalam kehidupan sosial, ket unanet raan pada dasarnya t idak m engganggu kom unikasi, t et api akan m engham bat gerak ekspresif. Sebab gerak-gerik m uka m aupun gerak isyarat sebagian besar diperoleh dengan m enirukan berdasarkan penglihat an.

Sisw a t unanet ra akan m erasa t erasing dari lingkungannya. Perasaan ini akan m enim bulkan perasaan t idak am an, dan perasaan inilah yang m enyebabkan t im bulnya m asalah pribadi. Fakt or-fakt or yang m em ungkinkan sisw a t unanet ra m engalami m asalah dalam kepribadian, biasanya disebabkan oleh fakt or lingkungan, fakt or t erjadinya ket unanet raan, kesehat an fisik, dan usia m ent alnya. Beberapa ciri yang sering t am pak pada sisw a t unanet ra, ant ara lain: m udah put us asa, t erlalu sensit ive, kurang inisiatif, dll.


(12)

C. Tinjauan Tentang Geometri 1. Pengert ian Geomet ri

Geom et ri m erupakan cabang m at em at ika m engenai bangun, bent uk, dan ukuran benda-benda, dan t elaah atau sifat-sifat t et ap (invat ian) dari elem en-elem en yang diket ahui, dibaw ah pengaruh grup-grup t ransform asi khusus (Djat i Keram i, 2003). Selanjut nya, Reys (1998) m engat akan bahw a geom et ri adalah st udi t ent ang bidang dat ar dan bangun ruang dan berbagai bent uk dalam ruang. Jadi, geom et ri adalah bagian dari m at em at ika yang merupakan penget ahuan t ent ang hubungan dan pem aham an secara m endalam t ent ang bangun ruang dan bidang dat ar sert a sifat-sifat nya yang berguna dalam berbagai sit uasi dan berkait an dengan t opik m at em at ika dan pelajaran lainnya.

Geom et ri sudah dipelajari sejak sekolah dasar sam pai dengan perguruan t inggi ant ara lain geomet ri bidang, geom et ri ruang, geom et ri analist ik, dsb. Pada geom et ri bidang (dim ensi dua) dan geom et ri ruang (dim ensi t iga) di sekolah m enengah t elah dipelajari bangun-bangun t it ik, garis, bidang dat ar, dsb dengan sifat-sifat nya yang sederhana. Bangun-bangun at au benda-benda perlu didefinisikan, unt uk m endefinisikan sesuat u perlu diket ahui pengert ian-pengertian sebelum nya.

2. Pem belajaran Geom et ri

Van Hiele m engem ukakan 5 (lim a) t ahapan siswa dalam belajar geom et ri, yait u (a) t ahap pengenalan, yait u t ahap ket ika sisw a m ulai m engenal bent uk geomet ri secara keseluruhan, t et api ia belum m enget ahui sifat -sifat dari bent uk geom et ri t ersebut , (b) t ahap analisis, yait u t ahap ket ika sisw a m ulai m engenal sifat-sifat dari bent uk geom et ri yang diam at i, (c) t ahap pengurut an, yait u t ahap ket ika sisw a m ulai dapat m em buat kesim pulan, m engait kan, dan m engurut kan, (d) t ahap deduksi, yait u t ahap ket ika sisw a dapat m enarik kesim pulan secara dedukt if, m ulai dapat m em aham i dan m enggunakan t eorem a at au dalil dan aksiom a at au post ulat dalam pem bukt ian, (e) t ahap akurasi, yait u t ahap yang t erm asuk kat egori t inggi karena kom pleks, pada t ahap ini sisw a m ulai m enget ahui pent ingnya ket epat an dari prinsip-prinsip dasar yang m endasari sebuah pem buktian.

Di dalam proses pem belajarannya, pendekat an dan st rat egi pem belajaran bersandar pada pendapat yang m enyat akan bahw a


(13)

pem aham an suat u konsep at au penget ahuan dibangun sendiri (dikonst ruksi) oleh sisw a. Ini berart i, suat u rum usan, konsep at au prinsip dalam geom et ri ruang, seyogyanya dit em ukan kem bali oleh sisw a dengan bim bingan guru (guided reinvent ion). Pem belajaran yang m engkondisikan sisw a unt uk m enem ukan kem bali, m em buat sisw a t erbiasa melakukan penyelidikan dan m enem ukan sesuat u, dan hal ini akan sangat berm anfaat pada bidang lainnya m aupun dalam kehidupan sehari-hari.

Pem belajaran geom et ri ruang unt uk sisw a harus dimulai dari benda-benda konkret sepert i t em pat kapur, kerangka kubus, dadu dan benda-benda lainnya diubah ke bent uk semi konkret yang berupa gam bar kubus sehingga pada akhirnya sisw a t ersebut akan dapat m em iliki penget ahuan t ent ang kubus t ersebut yang sudah bersifat abst rak yang ada didalam pikiran t iap-t iap sisw a.

D. Pembelajaran M atematika Sisw a Tunanetra 1. Pem belajaran Sisw a Tunanet ra

M enurut pandangan behavioral m enegaskan bahw a pem belajaran m erupakan perubahan perilaku, yang dengannya seseorang bertindak dalam sat u sit uasi t ert ent u. Pem belajaran selalu m enghasilkan sat u perubahan pada seseorang yang belajar (Anit a E. Woolfolk,2004). Pem belajaran pada hakekat nya adalah proses int eraksi ant ara pesert a didik dengan lingkungannya, sehingga t erjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (M ulyana 2003). Sedangkan m enurut Wina Sanjaya (2009) “ Pem belajaran m em punyai art i sebagai pencipt aan sist em lingkungan yang m erupakan seperangkat perist iw a yang dicipt akan dan dirancang unt uk m endorong, m enggiat kan, m endukung, dan m em ungkinkan t erjadinya belajar” .

Berdasarkan pengert ian t ersebut di at as, pem belajaran sisw a t unanet ra adalah proses int eraksi ant ara sisw a yang m enyandang t unanet ra dengan lingkungannya, dan proses pencipt aan sist em lingkungan yang merupakan seperangkat perist iw a yang dicipt akan dan dirancang unt uk m endorong, m enggiat kan, m endukung dan m em ungkinkan t erjadinya sisw a t unanet ra belajar, sehingga t erjadi perubahan perilaku sisw a t unanet ra kearah yang lebih baik.


(14)

2. Pem belajaran M at em at ika Sisw a Tunanet ra

Pengert ian pem belajaran m at em at ika m enurut beberapa ahli adalah suat u akt ivit as yang disengaja unt uk m em odifikasi berbagai kondisi yang diarahkan unt uk t ercapai t ujuan m elalui kegiat an penalaran. Pem belajaran m at em at ika sisw a t unanet ra m erupakan proses pencipt aan sist em lingkungan yang merupakan seperangkat perist iw a yang dicipt akan dan dirancang unt uk m endorong, m enggiat kan, m endukung dan mem ungkinkan terjadinya sisw a t unanet ra belajar m at em at ika, sehingga t erjadi perubahan perilaku at au ket eram pilan m at em at ika sisw a t unanet ra kearah yang lebih baik. Pada prinsipnya, pem belajaran m at em at ika siswa t unanet ra sam a dengan pem belajaran m at em atika sisw a norm al di sekolah form al pada um um nya. Hanya saja pada pem belajaran m at em at ika sisw a t unanet ra dibut uhkan beberapa pra syarat yait u ant ara lain, penggunaan huruf Braille at aupun gam bar t im bul unt uk sisw a t unanet ra dengan kat egori but a dan pem besaran huruf at au t ulisan unt uk sisw a t unanet ra dengan kat egori low vision.

3. Alat Pem belajaran unt uk Sisw a Tunanet ra

Unt uk pem belajaran berhit ung at au m at em at ika sisw a t unanet ra perlu dilat ih unt uk m enggunakan salah sat u alat bant u m at em at ika sam pai benar-benar lancar m enggunakannya. Baru set elah it u guru dapat m em perkenalkan penggunaan jenis alat bant u m at em at ika yang lain kepada sisw a t unanet ra. M enurut Sm it h (1998), alat -alat bant u yang dapat digunakan dalam pem belajaran m at em at ika bagi sisw a t unanet ra ant ara lain sebagai berikut :

a) Bacaan dan Tulisan Braille (Braille Reading and Writ ing)

Sisw a dianggap t unanet ra (but a t ot al) jika mereka t idak dapat m em baca huruf bahkan dalam keadaan khusus sekalipun. Bagi siswa t unanet ra, kem am puan m em baca dan m enulis m elalui huruf Braille m enjadi pent ing unt uk kom unikasi dan pem belajaran. Huruf Braille adalah suat u sist em yang m enggunakan kode berupa t it ik-t it ik yang dit onjolkan unt uk m enunjukkan huruf, angka, dan sim bol-sim bol lainnya. Sist em ini berdasarkan pada susunan enam t it ik (six-dot cell) dengan dua t it ik horisont al dan t iga t it ik vert ikal.


(15)

b) Keyboarding

Kem am puan m enggunakan keyboarding st andar m erupakan suat u cara agar penyandang t unanet ra dapat berkom unikasi dalam bent uk t ulisan dengan orang lain. Ini dapat m enjadi fakt or pent ing bagi kem am puan sisw aagar dapat m engikut i pendidikan di dalam kelas dengan guru dan sisw a yang dapat m elihat . Sisw a penyandang t unanet ra biasanya diberi pengajaran dalam m enggunakan keyboard sedini m ungkin. Sist em keyboard

digunakan sebagai m odel respon ut am a unt uk t es, pekerjaan rum ah, dan t ugas sekolah lainnya, ket ika huruf Braille t idak dapat digunakan dengan t epat . Hanya sat u kem am puan t ulis t angan yang dit ekankan pada sisw a penyandang t unanet ra yait u dalam m em buat t anda t angan.

c) Alat Bant u M enghit ung (Calculat ion Aids)

Di dalam pelajaran m at em at ika, cipoa (sem poa) t elah m enjadi suat u alat bant u yang pent ing bagi sisw a t unanet ra. Penghit ungan mat em at ika dasar dapat dilakukan dengan m em ainkan biji cipoa (sem poa) dan hasilnya t erdapat dalam bent uk t akt il, yang dapat diraba dengan jari t angan. Kini yang t elah um um digunakan adalah kalkulat or elekt ronik kecil baik m asukan m aupun hasil keluarannya selain dinyat akan dalam bent uk t ulisan yang dapat diam at i secara visual, juga dinyat akan secara verbal sehingga dapat didengarkan at au diam at i secara audit if. Adanya kalkulat or bersuara ini sangat m em bant u penyandang t unanet ra unt uk m elakukan hit ung-m enghit ung.

d) Opt acon

Opt ical-to-Tact ile Convert er (Opt acon) dikem bangkan oleh Laborat orium Elekt ronika Universit as St anford. M esin ini seukuran dengan t ape recorder kecil, bekerja m engubah m at eri yang dicet ak kedalam pola-pola get aran pada ujung jari pem akai. Opt acon t erdiri dari sat u kam era dengan elemen phot osensit ive

yang dihubungkan ke susunan ‘sandi raba’ (t act ile pin) yang sesuai dengan huruf t ert ent u, sat u huruf yang dipindahkan oleh kam era akan m enghasilkan pola get aran t ert ent u yang bisa dirasakan dengan m eraba. Pem akai melet akkan ujung jarinya pada pin dan


(16)

akan m erasakan get aran yang berbeda saat kam era bergerak diat as t iap huruf dan kat a. Kam era ini dapat “ m elihat ” bidang sekit ar ukuran t unggal pada sat u w akt u. Unt uk m enggunakan Opt acon diperlukan persyarat an dan lat ihan yang int ensif.

e) M esin Baca Kurzw eil (Kurzw eil Reading M achine)

M esin ini dapat m em baca suat u buku yang t ercet ak, hasil huruf-hurufnya dikeluarkan dalam bent uk suara. Bila m at eri yang dicet ak dilet akkan pada suat u lem baran kaca pem indah elekt ronik

(scanner) dan m esin dihidupkan dengan m enekan sebuah t om bol, m aka akan t erdengar suara buat an yang m em bacakannya. Bila t om bol ini dit ekan, akan t erdengan suara yang dengan sabar t erus-m enerus akan m engulang kat a, kalim at , paragraf beberapa kali, at au m engeja kat a t ert ent u yang dim int a.

f) Buku Bersuara (Talking Books)

Talking books t elah m enjadi alat pendidikan bagi sisw a t unanet ra. Program Talking Books ini disponsori oleh Library or Congress. Buku dan m ajalah direkam dalam disket at au kaset dan dibagikan kepada sisw a yang m engalam i ham bat an penglihat an secara grat is. Buku-buku ini dibaca oleh pem baca sukarela dan dapat didengar dalam rat a-rat a 160-170 kat a per m enit unt uk fiksi, dan sekit ar 150 kat a per m enit unt uk nonfiksi. Salah sat u kekurangan dalam m endengarkan buku t eks at au m at eri lainnya adalah prosesnya lebih lam bat dibanding bacaan norm al. Biasanya sisw a t unanet ra m em erlukan w akt u lebih lam a dalam m endengarkan sat u bab dibanding sisw a lain yang mem bacanya. Salah sat u solusi bagi pem ecahan m asalah ini yang t elah dikem bangkan adalah compressed speech devices. Alat ini dapat m engurangi/ menghilangkan unsur-unsur yang t idak perlu dari suara yang direkam . Ini dapat m engurangi dist orsi yang cukup besar. Proses ini menghasilkan t ingkat pendengaran yang sem akin m eningkat .

g) Rangka Taylor at au “Taylor Frame” .

Rangka Taylor dibuat dari bahan dan logam yang m empunyai lubang-lubang yang set iap lubang m emiliki delapan segi. Pada


(17)

lubang t ersebut dapat dim asukan bat angan logam yang dapat dirubah-rubah let aknya dalam delapan posisi. Bat ang yang dim asukan dalam lubang, bagian at asnya dapat diraba. Pada set iap bat ang logam kedua ujungnya dapat m enunjukan suat u angka, huruf dan t anda lainnya. Selain unt uk m engerjakan m at em at ika at au berhit ung, rangka Taylor juga m em iliki fungsi unt uk m em buat soal dim ana pengerjaannya dapat dilakukan dengan cara m endat ar at au horizont al m aupun vert ikal.

h) Sem poa at au Abakus

Sem poa at au abakus biasanya t erbuat dari kayu at au plast ik dengan ukuran yang bervariasi. Pada dasarnya sem poa m erupakan sebuah papan bingkai yang dibagian t engah t erdapat palang pemisah yang dari kanan ke kiri t erdapat kisi-kisi/ jari-jari. Pada set iap jari-jari t erdapat sem acam but ir-but ir kelereng yang dapat digeser ke at as dan at au ke baw ah. Palang pem isah ini berfungsi unt uk m em bat asi kelereng yang ada di at as palang dan di baw ah palang. Sem poa at au abakus digunakan unt uk m engerjakan hit ungan, yait u penam bahan, pengurangan, perkalian, pem bagian yang meliput i bilangan bulat m aupun pecahan.

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Geometri Sisw a Tunanetra

1. Fakt or Pendukung Pem belajaran Geomet ri Sisw a Tunanet ra

Sisw a t unanet ra m emiliki kemam puan int elegensi yang cukup baik dan daya ingat yang kuat. Selain it u juga m emiliki kem am puan t akt il (synt het ic t ouch dan analyt ic t ouch) yait u kem am puan m erasakan objek m elalui ujung-ujung jarinya sebagai indera penglihat an (Delphie, 2006). Sisw a t unanet ra dapat m em aksim alkan kem am puan yang ada pada dirinya saat belajar geom et ri. Unt uk m endeskripsikan suat u benda sisw a t unanet ra menggunakan indera raba dengan jari-jarinya. Siswa t unanet ra m em iliki daya ingat yang kuat unt uk m engingat m at eri pelajaran m at em at ika sehingga konsep yang diberikan oleh guru akan t ert anam dipikiran siswa t unanet ra.


(18)

2. Fakt or Pengham bat Pem belajaran Geom et ri Sisw a Tunanet ra

Fakt or pengham bat pengajaran geom et ri bagi sisw a tunanet ra adalah ket erbat asan pada indera penglihat annya sedangkan unt uk m at eri geom et ri diperlukan indera penglihat an karena adanya kegiat an pengam at an pada benda-benda yang bersifat abst rak. Guru m erasa kesulit an dalam m enyam paikan m at eri yang bersifat visual t erhadap sisw a t unanet ra dikarenakan kurangnya m edia at au alat peraga sebagai penunjang kegiat an belajar m engajar. Jika pun ada m edia at au alat peraga, beberapa diant aranya penggunaan m edia at au alat peraga kurang dapat dim aksim alkan karena dalam pem buat annya t idak m em perhat ikan ham bat an yang ada pada sisw a t unanet ra.


(1)

pem aham an suat u konsep at au penget ahuan dibangun sendiri (dikonst ruksi) oleh sisw a. Ini berart i, suat u rum usan, konsep at au prinsip dalam geom et ri ruang, seyogyanya dit em ukan kem bali oleh sisw a dengan bim bingan guru (guided reinvent ion). Pem belajaran yang m engkondisikan sisw a unt uk m enem ukan kem bali, m em buat sisw a t erbiasa melakukan penyelidikan dan m enem ukan sesuat u, dan hal ini akan sangat berm anfaat pada bidang lainnya m aupun dalam kehidupan sehari-hari.

Pem belajaran geom et ri ruang unt uk sisw a harus dimulai dari benda-benda konkret sepert i t em pat kapur, kerangka kubus, dadu dan benda-benda lainnya diubah ke bent uk semi konkret yang berupa gam bar kubus sehingga pada akhirnya sisw a t ersebut akan dapat m em iliki penget ahuan t ent ang kubus t ersebut yang sudah bersifat abst rak yang ada didalam pikiran t iap-t iap sisw a.

D. Pembelajaran M atematika Sisw a Tunanetra 1. Pem belajaran Sisw a Tunanet ra

M enurut pandangan behavioral m enegaskan bahw a pem belajaran m erupakan perubahan perilaku, yang dengannya seseorang bertindak dalam sat u sit uasi t ert ent u. Pem belajaran selalu m enghasilkan sat u perubahan pada seseorang yang belajar (Anit a E. Woolfolk,2004). Pem belajaran pada hakekat nya adalah proses int eraksi ant ara pesert a didik dengan lingkungannya, sehingga t erjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (M ulyana 2003). Sedangkan m enurut Wina Sanjaya (2009) “ Pem belajaran m em punyai art i sebagai pencipt aan sist em lingkungan yang m erupakan seperangkat perist iw a yang dicipt akan dan dirancang unt uk m endorong, m enggiat kan, m endukung, dan m em ungkinkan t erjadinya belajar” .

Berdasarkan pengert ian t ersebut di at as, pem belajaran sisw a t unanet ra adalah proses int eraksi ant ara sisw a yang m enyandang t unanet ra dengan lingkungannya, dan proses pencipt aan sist em lingkungan yang merupakan seperangkat perist iw a yang dicipt akan dan dirancang unt uk m endorong, m enggiat kan, m endukung dan m em ungkinkan t erjadinya sisw a t unanet ra belajar, sehingga t erjadi perubahan perilaku sisw a t unanet ra kearah yang lebih baik.


(2)

2. Pem belajaran M at em at ika Sisw a Tunanet ra

Pengert ian pem belajaran m at em at ika m enurut beberapa ahli adalah suat u akt ivit as yang disengaja unt uk m em odifikasi berbagai kondisi yang diarahkan unt uk t ercapai t ujuan m elalui kegiat an penalaran. Pem belajaran m at em at ika sisw a t unanet ra m erupakan proses pencipt aan sist em lingkungan yang merupakan seperangkat perist iw a yang dicipt akan dan dirancang unt uk m endorong, m enggiat kan, m endukung dan mem ungkinkan terjadinya sisw a t unanet ra belajar m at em at ika, sehingga t erjadi perubahan perilaku at au ket eram pilan m at em at ika sisw a t unanet ra kearah yang lebih baik. Pada prinsipnya, pem belajaran m at em at ika siswa t unanet ra sam a dengan pem belajaran m at em atika sisw a norm al di sekolah form al pada um um nya. Hanya saja pada pem belajaran m at em at ika sisw a t unanet ra dibut uhkan beberapa pra syarat yait u ant ara lain, penggunaan huruf Braille at aupun gam bar t im bul unt uk sisw a t unanet ra dengan kat egori but a dan pem besaran huruf at au t ulisan unt uk sisw a t unanet ra dengan kat egori low vision.

3. Alat Pem belajaran unt uk Sisw a Tunanet ra

Unt uk pem belajaran berhit ung at au m at em at ika sisw a t unanet ra perlu dilat ih unt uk m enggunakan salah sat u alat bant u m at em at ika sam pai benar-benar lancar m enggunakannya. Baru set elah it u guru dapat m em perkenalkan penggunaan jenis alat bant u m at em at ika yang lain kepada sisw a t unanet ra. M enurut Sm it h (1998), alat -alat bant u yang dapat digunakan dalam pem belajaran m at em at ika bagi sisw a t unanet ra ant ara lain sebagai berikut :

a) Bacaan dan Tulisan Braille (Braille Reading and Writ ing)

Sisw a dianggap t unanet ra (but a t ot al) jika mereka t idak dapat m em baca huruf bahkan dalam keadaan khusus sekalipun. Bagi siswa t unanet ra, kem am puan m em baca dan m enulis m elalui huruf Braille m enjadi pent ing unt uk kom unikasi dan pem belajaran. Huruf Braille adalah suat u sist em yang m enggunakan kode berupa t it ik-t it ik yang dit onjolkan unt uk m enunjukkan huruf, angka, dan sim bol-sim bol lainnya. Sist em ini berdasarkan pada susunan enam t it ik (six-dot cell) dengan dua t it ik horisont al dan t iga t it ik vert ikal.


(3)

b) Keyboarding

Kem am puan m enggunakan keyboarding st andar m erupakan suat u cara agar penyandang t unanet ra dapat berkom unikasi dalam bent uk t ulisan dengan orang lain. Ini dapat m enjadi fakt or pent ing bagi kem am puan sisw aagar dapat m engikut i pendidikan di dalam kelas dengan guru dan sisw a yang dapat m elihat . Sisw a penyandang t unanet ra biasanya diberi pengajaran dalam m enggunakan keyboard sedini m ungkin. Sist em keyboard digunakan sebagai m odel respon ut am a unt uk t es, pekerjaan rum ah, dan t ugas sekolah lainnya, ket ika huruf Braille t idak dapat digunakan dengan t epat . Hanya sat u kem am puan t ulis t angan yang dit ekankan pada sisw a penyandang t unanet ra yait u dalam m em buat t anda t angan.

c) Alat Bant u M enghit ung (Calculat ion Aids)

Di dalam pelajaran m at em at ika, cipoa (sem poa) t elah m enjadi suat u alat bant u yang pent ing bagi sisw a t unanet ra. Penghit ungan mat em at ika dasar dapat dilakukan dengan m em ainkan biji cipoa (sem poa) dan hasilnya t erdapat dalam bent uk t akt il, yang dapat diraba dengan jari t angan. Kini yang t elah um um digunakan adalah kalkulat or elekt ronik kecil baik m asukan m aupun hasil keluarannya selain dinyat akan dalam bent uk t ulisan yang dapat diam at i secara visual, juga dinyat akan secara verbal sehingga dapat didengarkan at au diam at i secara audit if. Adanya kalkulat or bersuara ini sangat m em bant u penyandang t unanet ra unt uk m elakukan hit ung-m enghit ung.

d) Opt acon

Opt ical-to-Tact ile Convert er (Opt acon) dikem bangkan oleh Laborat orium Elekt ronika Universit as St anford. M esin ini seukuran dengan t ape recorder kecil, bekerja m engubah m at eri yang dicet ak kedalam pola-pola get aran pada ujung jari pem akai. Opt acon t erdiri dari sat u kam era dengan elemen phot osensit ive yang dihubungkan ke susunan ‘sandi raba’ (t act ile pin) yang sesuai dengan huruf t ert ent u, sat u huruf yang dipindahkan oleh kam era akan m enghasilkan pola get aran t ert ent u yang bisa dirasakan dengan m eraba. Pem akai melet akkan ujung jarinya pada pin dan


(4)

akan m erasakan get aran yang berbeda saat kam era bergerak diat as t iap huruf dan kat a. Kam era ini dapat “ m elihat ” bidang sekit ar ukuran t unggal pada sat u w akt u. Unt uk m enggunakan Opt acon diperlukan persyarat an dan lat ihan yang int ensif.

e) M esin Baca Kurzw eil (Kurzw eil Reading M achine)

M esin ini dapat m em baca suat u buku yang t ercet ak, hasil huruf-hurufnya dikeluarkan dalam bent uk suara. Bila m at eri yang dicet ak dilet akkan pada suat u lem baran kaca pem indah elekt ronik (scanner) dan m esin dihidupkan dengan m enekan sebuah t om bol, m aka akan t erdengar suara buat an yang m em bacakannya. Bila t om bol ini dit ekan, akan t erdengan suara yang dengan sabar t erus-m enerus akan m engulang kat a, kalim at , paragraf beberapa kali, at au m engeja kat a t ert ent u yang dim int a.

f) Buku Bersuara (Talking Books)

Talking books t elah m enjadi alat pendidikan bagi sisw a t unanet ra. Program Talking Books ini disponsori oleh Library or Congress. Buku dan m ajalah direkam dalam disket at au kaset dan dibagikan kepada sisw a yang m engalam i ham bat an penglihat an secara grat is. Buku-buku ini dibaca oleh pem baca sukarela dan dapat didengar dalam rat a-rat a 160-170 kat a per m enit unt uk fiksi, dan sekit ar 150 kat a per m enit unt uk nonfiksi. Salah sat u kekurangan dalam m endengarkan buku t eks at au m at eri lainnya adalah prosesnya lebih lam bat dibanding bacaan norm al. Biasanya sisw a t unanet ra m em erlukan w akt u lebih lam a dalam m endengarkan sat u bab dibanding sisw a lain yang mem bacanya. Salah sat u solusi bagi pem ecahan m asalah ini yang t elah dikem bangkan adalah compressed speech devices. Alat ini dapat m engurangi/ menghilangkan unsur-unsur yang t idak perlu dari suara yang direkam . Ini dapat m engurangi dist orsi yang cukup besar. Proses ini menghasilkan t ingkat pendengaran yang sem akin m eningkat .

g) Rangka Taylor at au “Taylor Frame” .

Rangka Taylor dibuat dari bahan dan logam yang m empunyai lubang-lubang yang set iap lubang m emiliki delapan segi. Pada


(5)

lubang t ersebut dapat dim asukan bat angan logam yang dapat dirubah-rubah let aknya dalam delapan posisi. Bat ang yang dim asukan dalam lubang, bagian at asnya dapat diraba. Pada set iap bat ang logam kedua ujungnya dapat m enunjukan suat u angka, huruf dan t anda lainnya. Selain unt uk m engerjakan m at em at ika at au berhit ung, rangka Taylor juga m em iliki fungsi unt uk m em buat soal dim ana pengerjaannya dapat dilakukan dengan cara m endat ar at au horizont al m aupun vert ikal.

h) Sem poa at au Abakus

Sem poa at au abakus biasanya t erbuat dari kayu at au plast ik dengan ukuran yang bervariasi. Pada dasarnya sem poa m erupakan sebuah papan bingkai yang dibagian t engah t erdapat palang pemisah yang dari kanan ke kiri t erdapat kisi-kisi/ jari-jari. Pada set iap jari-jari t erdapat sem acam but ir-but ir kelereng yang dapat digeser ke at as dan at au ke baw ah. Palang pem isah ini berfungsi unt uk m em bat asi kelereng yang ada di at as palang dan di baw ah palang. Sem poa at au abakus digunakan unt uk m engerjakan hit ungan, yait u penam bahan, pengurangan, perkalian, pem bagian yang meliput i bilangan bulat m aupun pecahan.

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Geometri Sisw a Tunanetra

1. Fakt or Pendukung Pem belajaran Geomet ri Sisw a Tunanet ra

Sisw a t unanet ra m emiliki kemam puan int elegensi yang cukup baik dan daya ingat yang kuat. Selain it u juga m emiliki kem am puan t akt il (synt het ic t ouch dan analyt ic t ouch) yait u kem am puan m erasakan objek m elalui ujung-ujung jarinya sebagai indera penglihat an (Delphie, 2006). Sisw a t unanet ra dapat m em aksim alkan kem am puan yang ada pada dirinya saat belajar geom et ri. Unt uk m endeskripsikan suat u benda sisw a t unanet ra menggunakan indera raba dengan jari-jarinya. Siswa t unanet ra m em iliki daya ingat yang kuat unt uk m engingat m at eri pelajaran m at em at ika sehingga konsep yang diberikan oleh guru akan t ert anam dipikiran siswa t unanet ra.


(6)

2. Fakt or Pengham bat Pem belajaran Geom et ri Sisw a Tunanet ra

Fakt or pengham bat pengajaran geom et ri bagi sisw a tunanet ra adalah ket erbat asan pada indera penglihat annya sedangkan unt uk m at eri geom et ri diperlukan indera penglihat an karena adanya kegiat an pengam at an pada benda-benda yang bersifat abst rak. Guru m erasa kesulit an dalam m enyam paikan m at eri yang bersifat visual t erhadap sisw a t unanet ra dikarenakan kurangnya m edia at au alat peraga sebagai penunjang kegiat an belajar m engajar. Jika pun ada m edia at au alat peraga, beberapa diant aranya penggunaan m edia at au alat peraga kurang dapat dim aksim alkan karena dalam pem buat annya t idak m em perhat ikan ham bat an yang ada pada sisw a t unanet ra.