PERKEMBANGAN PENGAMAL DOA KAUTSARAN PADA TAREKAT SHIDDIQIYYAH DI LOSARI PLOSO JOMBANG JAWA TIMUR (1956-2009).

(1)

PERKEMBANGAN PENGAMAL DOA KAUTSARAN PADA TAREKAT SHIDDIQIYYAH

DI LOSARI PLOSO JOMBANG JAWA TIMUR (1956-2009)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

Oleh: NIA SUSANTI NIM: A0.22.12.013

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: “Perkembangan Pengamal Doa Kautsaran Pada Tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur (1956-2009)”. Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) bagaimana proses turunnya Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur? 2) bagaimana proses penyebaran Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur? dan 3) apa manfaat Doa Kautsaran bagi yang sudah mengamalkannya dari masa ke masa?.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode sejarah. Adapun metode penulisan sejarah yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan beberapa langkah yaitu heuristik (mengumpulkan arsip-arsip terkait dengan pembahasan Doa Kautsaran), verifikasi (kritik terhadap data), interpretasi (penafsiran) serta historiografi (penulisan sejarah). Sedangkan pendekatan dan teori yang digunakan adalah pendekatan sejarah (mendeskripsikan peristiwa pada masa lampau) dan teori yang digunakan yaitu teori fungsionalisme, teori

challenge and response dan teori tingkah laku kumpulan masa (collective behavior).

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, 1) proses turunnya Doa Kautsaran tidak berlangsung begitu saja, tetapi turun secara berangsur-angsur. Turunnya berdasarkan ilham ruhi yang diterima oleh kiai Muchammad Muchtar Muthi ketika melakukan safari (perjalanan). 2) penyebaran Doa Kautsaran berawal dari murid-muridnya. Dilanjutkan tahun 1974 mendirikan sebuah pondok pesantren yang bernama Majmal Bahrain karena saat itu murid-muridnya berkembang pesat. Kemudian pada tahun 1981 ia mendirikan Jamiyah Kautsaran Putri dengan harapan untuk mengorganisir kaum-kaum perempuan, salah satu aktivitas di dalamnya ada pengamalan Doa Kautsaran. Jamiyah Kautsaran Putri ini juga memiliki cabang-cabang di setiap daerah yang ada di Indonesia. Setiap cabang juga memiliki ranting-ranting dan juga kelompok-kelompok tertentu. 3) pengamalan Doa Kautsaran ini dapat dilaksanakan secara individu maupun kelompok. Manfaat yang diperoleh bisa digunakan untuk mendoakan seseorang yang belum lahir ke dunia sampai seseorang itu kembali pada Allah Swt. yakni meninggal dunia.


(6)

ABSTRACT

Thesis entitled “Developmant Devotion of Kautsaran Pray by Tarekat

Shiddiqiyyah at Losari Ploso Jombang Jawa Timur (1956-2009)”. The researches problem in this thesis is 1) how is the process descend Kautsaran Pray by Tarekat Shiddiqiyyah at Losari Ploso Jombang East Java? 2) how is the process proliferation Kautsaran Pray by Tarekat Shiddiqiyyah at Losari Ploso Jombang Jawa Timur? 3) what are the benefiti Kautsaran Pray for finish accomplish from era to era?

Answer that problem, the writer of uses the historical approach. The method used by the author of historical writing uses some steps, they are historical method, by collecting the archieves related to the discussion addressed, verification (criticism of the data), interpretation and how the writing of history. While approach and theory that used historical method, fungsionalisme theory, challenge and response theory collective behavior theory.

In this research, it can be concluded about 1) process descend Kautsaran pray not happen just so, but descend randomly. It descend to be based on ilham ruhi accepted by kiai Muchammad Muchtar Muthi when travel, 2) proliferation Kautsaran Pray to derive from him student. Then at 1974, he built Islamic school with a name Majmal Bahrain because that era many student. Then at 1981, he constructed Jamiyah Kautsaran Putri with hope organize womans. One of activities inside application Kautsaran Pray. Jamiyah Kautsaran Putri also have many branch every regiona at Indonesia. Every region also have twigs and also grups. 3) benefit this Kautsaran Pray can implemented as grups are alone. Fungtion obtained can use for prayed someone not yet to be born to world until that someone come back to Allah Swt. that is died.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PENYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 6

F. Penelitian Terdahulu ... 9

G. Metode Penelitian ... 12


(8)

BAB II PROSES TURUNNYA DOA KAUTSARAN

A. Sejarah Turunnya Doa Kautsaran ... 18

1. Turunnya Ilham Ruhi ... 19

2. Penyusunan Ilham Ruhi ... 23

3. Pembuktian Hikmah Kautsaran ... 25

4. Pemberian Nama Doa Kautsaran ... 26

B. Komposisi Doa Kautsaran ... 36

C. Tujuan Doa Kautsaran ... 44

1. Rohmatun ... 44

2. Barokatun ... 45

3. Yasra ... 46

D. Riwayat Hidup Muchammad Muchtar Muthi ... 48

1. Kelahiran ... 48

2. Pendidikan ... 50

3. Perjuangan Hidup ... 51

BAB III PENYEBARAN DOA KAUTSARAN A. Suasana dan Situasi Ploso, Jombang ... 55

B. Mendirikan Pondok Pesantren ... 57

C. Mendirikan Jamiyah Kautsaran Putri ... 60

1. Sejarah Jamiyah Kautsaran Putri ... 60

2. Dasar Pembentukan Jamiyah Kautsaran Putri ... 61

3. Tujuan Pembentukan Jamiyah Kautsaran Putri ... 62

4. Kepengurusan Jamiyah Kautsaran Putri ... 63


(9)

BAB IV MANFAAT PENGAMALAN DOA KAUTSARAN DARI MASA KE MASA

A. Manfaat ketika dilaksanakan kelompok ... 69 B. Manfaat ketika dilaksanakan sendiri ... 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77 B. saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan dunia. Agama merupakan alat untuk menganalisis hubungan sistem keagamaan dan sistem tindakan. Agama juga dapat menguatkan keteraturan hidup masyarakat. Peran agama dapat dilihat dari segi budaya seperti adat-istiadat. Dalam agama juga disebutkan bahwa manusia harus menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika hal itu dilakukan akan membawa ketentraman dan ketenangan bagi hidup manusia. Oleh sebab itu muncullah tarekat dalam kehidupan manusia.

Pengertian tarekat secara etimologi diambil dari Bahasa Arab

thoriqoh yang berarti jalan, haluan atau madhab. Kata thoriqoh merupakan bentuk muannaths (perempuan), mudzakarnya (laki-laki) adalah thoriq. Thoriqoh sebagaimana thoriq secarabahasa dapat dilihat dalam simbol-simbol konkrit seperti garis pada sesuatu atau lubang-lubang pada bumi, serta segala sesuatu yang bagian-bagiannya saling menempel atau sebagiannya terletak di atas yang lain. Sedangkan secara abstrak thoriqoh berarti kondisi atau petualangan, baik atau buruk. Tarekat juga mempunyai arti yang merujuk pada segolongan orang-orang yang dipandang mulia, yaitu orang-orang yang dihormati dan diakhiri oleh masyarakat karena keluhuran jiwanya.1

1


(11)

2

Tarekat secara sederhana dapat diartikan sebagai cara, jalan atau metode untuk mendekatkan diri pada Allah Swt. Menurut Harun Nasution, tarekat adalah jalan yang ditempuh para calon sufi untuk mendekatkan diri pada Allah Swt.2 Sebuah tarekat biasanya terdiri dari pensucian batin, kekeluargaan tarekat, upacara keagamaan dan kesadaran sosial. Yang dimaksud pensucian jiwa ialah melatih rohani dengan hidup zuhud, menghilangkan sifat-sifat jelek yang menyebabkan dosa dan mengisi dengan sifat-sifat terpuji, taat menjalankan perintah agama, menjauhi larangan, taubat atas segala dosa dan mawas diri terhadap semua amalan-amalannya.3

Sebenarnya membicarakan tarekat tentu tidak bisa terlepas dari bahasan tasawuf, karena pada dasarnya tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf. Di dunia Islam tasawuf telah menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Landasan tasawuf yang terdiri dari ajaran nilai moral dan etika, kearifan, keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu kekhusyuan telah terpancang kokoh sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh mistis keyakinan dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan dengan berbagai kepercayaan atau mistis lainnya. Dengan demikian kajian tasawuf dan tarekat tidak bisa dipisahkan.

Dalam hal ini praktik ubudiyah dan muamalah dalam tarekat, walaupun sebenarnya kegiatan tarekat sebagai sebuah institusi lahir belasan abad sesudah adanya konkrit pendekatan kepada Allah yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad saw. kemudian diteruskan oleh sahabat-sahabatnya,

2

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II (Jakarta: UI Press, 2002), 76.

3

Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), 9.


(12)

3

tabiin, lalu tabiat dan seterusnya sampai kepada auliyaullah dan sampai sekarang ini. Garis yang menyambung sejak Nabi hingga sampai syekh tarekat yang hidup saat ini yang lainnya dikenal dengan silsilah tarekat.

Tarekat Shiddiqiyyah adalah salah satu dari sekian banyak tarekat yang berkembang diseluruh dunia. Konon tarekat ini sudah ada sejak zaman nabi Muhammad saw., meskipun pada masa itu belum menggunakan nama tarekat Shiddiqiyyah. Menurut mursyid tarekat Shiddiqiyyah di Indonesia yakni kiai Muchammad Muchtar bin Abdul Muthi, nama tarekat ini berasal dari gelar yang diberikan Rasulullah saw. kepada sahabat Abu Bakar, yaitu As-Shiddiq, ketika Rasulullah saw. menceritakan pengalamannya seusai melaksanakan Isra dan Mikraj kepada penduduk Mekah, saat itu.

Meskipun diyakini berasal dari nabi Muhammad saw., keadaan tarekat ini pernah melalui segala rintangan dan halangan dalam perkembangannya. Tarekat ini awalnya dinilai sebagai tarekat yang tidak standart (Ghairu Mu’tabaroh), tetapi tahun 2009 sesuai dengan keputusan Kongres Nasional pimpinan Jamiyah Ahli Thoriqoh Mu’tabaroh Indonesia

(JATMI) tarekat ini direkomendasikan dan dimasukkan dalam 40 daftar Tarekat Mu’tabaroh.

Tarekat ini memiliki amalan dengan nama yang cukup menarik diteliti, yakni “Doa Kautsaran” yang di dalamnya terdapat bacaan zikir dan doa. Proses turunnya Doa Kautsaran ini juga tidak langsung turun secara lengkap begitu saja, tetapi berproses secara berangsur-angsur melalui ilhām


(13)

4

cukup menarik, mulai dari penamaan doa sampai penyebarannya. Manfaatnya pun juga sudah banyak dirasakan oleh yang mengamalkannya. Untuk lebih jelasnya dalam skripsi ini akan dibahas mengenai perkembangan Doa Kautsaran beserta manfaat yang secara riil diperoleh.

Penelitian ini memulai bahasannya sejak 1956, karena ilhām rūhī itu turun, ketika sang mursyid melakukan perjalanan. Ilhām rūhī itu turun secara berangsur-angsur sehingga sampai terbentuk susunan Doa Kautsaran. Kemudian peneliti membatasi batasan penelitian sampai 2009 karena mulai tahun 1956-2009 perjalanan tarekat Shiddiqiyyah berkembang pesat meskipun pernah mengalami berbagai tantangan. Diantara tahun-tahun tersebut juga terdapat pembentukan Jamiyah Kautsaran Putri yang nantinya juga akan dibahas dalam skripsi ini. Dari latar belakang di atas peneliti bermaksud menyusun skripsi ini dengan Judul ”Perkembangan Pengamal Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur (1956-2009).”

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini efektif dan efisien dalam memperoleh hasil temuan ilmiah, maka pengkajian skripsi ini diarahkan untuk menjawab tiga topik utama yang didasarkan pada pemaparan dalam latar belakang masalah di atas. Adapun rumusan masalah pada pembahasan skripsi ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana proses turunnya Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur?


(14)

5

2. Bagaimana proses penyebaran Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur?

3. Apa manfaat Doa Kautsaran bagi yang sudah mengamalkannya dari masa ke masa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses turunnya Doa Kautsaran Pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur.

2. Untuk mengetahui proses penyebaran Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur.

3. Untuk mengetahui manfaat Doa Kautsaran bagi yang sudah mengamalkannya dari masa ke masa.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan hasil penelitian ini, sekurang-kurangnya diharapkan:

1. Secara Akademik (Praktis)

a. Memberikan tambahan kazanah keilmuan sejarah Indonesia pada umumnya dan sebagai bahan referensi dalam bidang sejarah dan kebudayaan Islam pada khusunya, serta memberikan informasi bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian.


(15)

6

b. Sebagai pelengkap kazanah ilmu pengetahuan agama dan memberikan wacana bagi perkembangan perbendaharaan ilmu pengetahuan Islam, terutama dalam bidang sejarah.

2. Secara Ilmiah (teoritis)

a. Bagi penulis, penyusunan penelitian ini digunakan untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Strata Satu (S1) di Fakultas Adab dan Humaniora dalam Progam Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.

b. Untuk memperkaya kajian sejarah yang ada di Indonesia yang berupa perkembangan Doa dengan metode tarekat.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Menurut Sartono Kartodirjo, penggambaran kita mengenai suatu peristiwa sangat bergantung pada pendekatan, yaitu dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan, dan sebagainya.4 Dengan pendekatan tersebut maka akan memudahkan penulis untuk merelasikan antara ilmu sosial sebagai ilmu bantu dalam penelitian sejarah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa pendekatan diantaranya pendekatan sejarah. Sebagai sebuah ilmu, sejarah membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur, tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan

4

Sartono Kartodirjo. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1993), 4.


(16)

7

melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.5 Pendekatan sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana latar belakang dan perkembangan Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur.

Teori dalam disiplin sejarah seringkali juga disebut dengan kerangka referensi atau skema referensi. Kerangka teori atau kerangka referensi merupakan perangkat atau kaidah yang memandu sejarawan untuk menyelidiki masalah yang akan diteliti, dalam menyusun bahan-bahan yang telah diperolehnya dari sumber-sumber, dan juga mengevaluasi penemuannya.6 Teori merupakan pedoman guna mempermudah jalannya penelitian dan sebagai pegangan pokok bagi peneliti disamping sebagai pedoman, teori adalah salah satu sumber bagi peneliti dalam memecahkan masalah penelitian.7 Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsionalisme. Teori ini dikemukakan oleh Malinowski seperti yang dikutip oleh Suwardi Endaraswara. Fungsionalisme budaya menghendaki agar peneliti mampu mengeksploitasi budaya tertentu. Teori ini berhubungan dengan naluri manusia yang sadar akan kebutuhannya dalam bidang ketenangan jiwanya.8 Inti dari teori fungsionalisme Malinowski adalah bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu

5

Taufik Abdullah, Sejarah dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), 105.

6

Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah (Surabaya: Tanpa Penerbit, 2008), 14.

7

Djarwanto, Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penelitian Skripsi (Jakarta: Liberty, 1990), 11.

8

Suwardi Endaraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006), 100-101.


(17)

8

rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.

Tarekat sangat berhubungan dengan ketenangan jiwa, karena tarekat adalah sebuah kegiatan zikir untuk menselaraskan antara jasmani dan rohani. Maka dari itu tarekat sangat berhubungan dengan hati, sedangkan hati yang menentukan baik buruknya manusia. Pada kenyataannnya tarekat yang awalnya disebut sebagai suatu metode, cara atau jalan yang ditempuh seseorang untuk mencapai tingkat spiritual tertinggi telah berkembang menjadi sebuah institusi keagamaan yang mengikat para anggotanya dalam sebuah ikatan tali persaudaraan.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori Challenge and response yang dikemukakan oleh Arnold Joseph Toynbee. Teori ini menjelaskan adanya perubahan sosial.9 Kemudian dalam perubahan sosial penelitian ini menggunakan Growth of civilization yaitu perkembangan kebudayaan. Dalam penelitian ini tantangan dari masyarakat itu yang menjadi (challenge), dan tantangan tersebut menyebabkan masyarakat memiliki beberapa respon terhadap Doa Kautsaran ini (response). Ketika penyusun Doa Kautsaran terselesaikan dan diamalkan tentuntunya akan mendapatkan respon dari masyarakat. Mereka ada yang mau ikut mengamalkan, ada yang masih ragu untuk mengamalkan, bahkan tidak ikut mengamalkan. Kemudian Doa Kautsaran ini seiring berjalannya waktu mengalami perkembangan.

9Muhammad Fuad bin Ganti, “Sejarah Perkembangan Tarekat Qadiriyah Wa Naqshabandiyah di


(18)

9

Untuk menganalisis aktivitas ketika melakukan Doa Kautsaran, dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan teori tingkah laku kumpulan massa yang dikemukakan oleh Neil Smelser. Teori ini juga disebut collective Behavior. Dalam teori ini dinyatakan bahwa suatu kumpulan masa adalah suatu kelompok yang saling bertindak dan berinteraksi.10

F. Penelitian Terdahulu

Untuk mengetahui dari sisi mana penelitian yang telah diungkap dan sisi lain yang belum terungkap diperlukan kajian penelitian terdahulu. Penelusuran penelitian terdahulu sangat diperlukan sebab dengan melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu, dapat diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas, serta hasilnya yang mungkin dapat disumbangkan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait.

Penelitian tentang tarekat tidak pernah ada habisnya. Banyak orang yang tertarik untuk meneliti tarekat karena antara tarekat yang satu dengan yang lainnya memiliki keunikan tersendiri. Penelitian tarekat banyak dimuat di dalam jurnal ilmiah, skripsi, tesis, ataupun disertasi. Adapun yang menjadi kajian terdahulu dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. TIM IAIN Sunan Ampel, Laporan Hasil Penelitian Thoriqot Ghoiru

Mu’tabaroh: Studi tentang Eksistensi dan Potensi Gerakan Minoritas Shufi

Dalam kehidupan Agama dan Sosial di Jawa Timur, 1992. Isi dari

10


(19)

10

penelitian tersebut menjelaskan bahwa tarekat Shiddiqiyyah pada periode itu senantiasa diwarnai oleh berbagai hambatan dan kontroversi status. Namun, setelah diadakan penyelidikan oleh badan koordinasi aliran kemasyarakatan tentang tarekat-tarekat yang ada di tingkat I Jawa Timur yang disampaikan kepada kejaksaan agung Republik Indonesia di Jakarta, maka gerakan tarekat Shiddiqiyyah yang berpusat di Losari Ploso Jombang memperoleh pengakuan keberadaannya dari pemerintah pada tanggal 15 Januari 1973. Dalam penelitan di atas tidak ada pembahasan mengenai Doa Kautsaran seperti yang penulis teliti.

2. Drs. Abd. Syakur, M.Ag, Disertasi berjudul “Gerakan Tarekat Shiddiqiyyah Pusat Losari Ploso Jombang (Studi tentang Strategi Bertahan, Struktur Mobilisasi dan Proses Pembingkaian)”, 2008. Di dalamnya membahas tentang tarekat Shiddiqiyyah semula merupakan kelompok zikir yang dipimpin oleh kiai Muchammad Muchtar Muthi yang bergerak dalam bidang ketenangan batin, kanoragan dan kadigdayaan. Seiring berjalannya waktu akhirnya kelompok zikir itu menjadi kelompok tarekat. Dalam penelitian tersebut tidak dibahas lebih khusus tentang Doa Kautsaran.

3. Zaenu Zuhdi , Disertasi berjudul “Ibadah Penganut Tarekat: Studi tentang Afiliasi Madhab Fikih Tarekat Qadiriyah wa Naqshabandiyah, Shiddiqiyyah dan Shadhiliyah di Jombang”, 2013. Disertasi ini membahas mengenai pola variasi ibadah penganut tarekat di Jombang yang berlainan


(20)

11

dengan fikih ibadah madhab. Di dalamnya tidak ada pembahasan mengenai Doa Kautsaran seperti yang penulis akan teliti.

4. Totok, skripsi berjudul “Studi tentang Sejarah Ajaran Tarekat Shiddiqiyyah di Desa Wage, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo (1985-2006), 2009. Isi dari skripsi tersebut membahas perkembangan tarekat Shiddiqiyyah yang khusus berada di Desa Wage, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. Pembahasan Doa Kautsaran tidak dibahas dalam penelitian ini. pada penelitian ini lebih dijelaskan tentang ajaran dan aktivitas tarekat Shiddiqiyyah.

5. Sri Rahayu Faizah, skripsi berjudul “Sejarah Tarekat Shiddiqiyah di Desa Sri Rande Deket Lamongan: Studi tentang Salat Jumat (1972-1973)”, 2013. Skripsi ini lebih memfokuskan bahasan tentang salat Jumat yang dilaksanakan oleh penganut tarekat Shiddiqiyyah, sehingga tidak ada pembahasan mengenai Doa Kautsaran.

6. Ahmad Khuzaini, skripsi yang berjudul “Shiddiqiyyah: studi perubahan status Tarekat dari Ghairu Mu’tabarah ke Mu’tabarah oleh JATMI (1957-2009 M), 2015. Isi dari skripsi ini menjelaskan tentang perubahan status tarekat Shiddiqiyyah yang awalnya termasuk golongan tarekat ghoiru mu’tabarah menjadi tarekat mu’tabaroh yang disahkan oleh JATMI. Di dalamnya tidak ada pembahasan tentang Doa Kautsaran.

Dari keenam macam judul yang pernah diteliti di atas tidak ada yang membahas lebih khusus mengenai amalan Doa Kautsaran yang diamalkan


(21)

12

oleh penganut tarekat Shiddiqiyyah. Dalam amatan peneliti belum ada yang membahas lebih khusus mengenai perkembangan amalan Doa Kautsaran ini.

G. Metode Penelitian

Metode merupakan seperangkat prosedur, alat atau piranti yang digunakan (sejarawan) dalam tugas meneliti dan menyusun sejarah.11 Metode penelitian pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yaitu ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara yang masuk akal. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Metode yang digunakan dalam mengkaji penelitian ini adalah metode sejarah. sedikitnya ada dua pendapat tentang pengertian metode sejarah, antara lain sebagai berikut:

Pertama, Gilbert J. Garraghan menyatakan bahwa yang dimaksud metode sejarah ialah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis, dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam pengumpulan sumber, penilaian secara kritis terhadapnya, kemudian menyajikan sebagai sintesis, biasanya dalam bentuk tertulis.

11


(22)

13

Kedua, Louis Gottschalk berpendapat bahwa metode sejarah sebagai proses, proses pengujian dan analisis sumber atau laporan dari masa lampau secara kritis. Hasil rekontruksi imajinatif masa lampau berdasarkan data atau fakta yang diperoleh lewat proses itu disebut historiografi (penulisan sejarah). Adapun langkah-langkah praktis yang harus dilalui oleh peneliti dalam menyusun skripsi ini antara lain sebagai berikut:12

1. Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data, atau jejak sejarah. Sejarah tanpa sumber maka tidak bisa bicara. Maka sumber dalam penelitian ini merupakan hal yang paling utama yang akan menentukan bagaimana aktualisasi masa lalu manusia bisa dipahami orang lain. peneliti mengumpulkan sumber berasal dari dokumen-dokumen, foto-foto, buku-buku, dan wawancara.

a. Sumber primer, adalah sumber yang dihasilkan atau ditulis oleh pihak-pihak yang secara langsung terlibat atau menjadi saksi mata dalam peristiwa yang akan diteliti ini. Sumber-sumber tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Syeich Muchtarullah Almutjaba, Sejarah Penyusunan Doa Kautsaran, Jombang: Al Ikhwan

2) Muchtarulloh Almujtaba, Kautsaran dan Dasar Wirid Kautsaran,

Jombang: Al Ikhwan

12


(23)

14

3) Muchtarulloh Almujtaba, Doa-doa Muqoddimah Kautsaran dan Syair Pohon Shiddiqiyyah, Jombang: Al Ikhwan

4) Muchtar Mu’thi, Moch. Informasi tentang Shiddiqiyah, Jombang:

YPS, 1992

5) Wawancara langsung

a) Salah satu Khalifah Shiddiqiyyah yaitu Bapak Adib

b) Kesaksian dari Pengamal Doa Kautsaran baik secara berkelompok maupun sendiri-sendiri yaitu mbak Laili, bapak Asmuin, bapak Munaji, ibu Mahfudz, mas Jefri Alamsyah, mbak Lia dan mas Tomi.

b. Sumber sekunder, adalah sumber yang dihasilkan oleh orang yang hidup sezaman, tetapi tidak terlibat atau menyaksikan secara langsung peristiwa yang ditulis. Sumber-sumber tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Pranoto. Sejarah Thoriqoh Shiddiqiyyah Fase Pertama: Kelahiran Kembali Nama Thoriqoh Shiddiqiyyah. Jakarta: Aspeka Pratama. 2014.

2) A. Munajin Nasih. Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid.

Jombang: Al-Ikhwan. 2006.

2. Kritik sumber adalah satu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh agar memperoleh kejelasan apakah sumber tersebut kredibel atau tidak, dan apakah sumber tersebut autentik apa tidak.13 Pada proses

13


(24)

15

ini dalam metode sejarah biasa disebut dengan istilah kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat apakah isi sumber tersebut cukup kredibel atau tidak, sedangkan kritik ekstern adalah kegiatan peneliti untuk melihat apakah sumber yang dipaparkan autentik ataukah tidak, dalam artian asli, turunan, palsu, serta relevan tidaknya suatu sumber. Tujuan kritik sumber ini untuk menyeleksi data menjadi fakta. Sehingga setelah mendapatkan data-data penulis berusaha melakukan kritik sumber dengan cara memilah-milah data yang ada kemudian dianalisa.

3. Interpretasi atau penafsiran adalah suatu upaya peneliti untuk melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah diuji autentisitasnya terdapat saling berhubungan. Pada tahap interpretasi penulis mencari saling hubung antar berbagai fakta yang telah ditemukan kemudian menafsirkannya. Penulis juga akan mencoba untuk bersikap se-objektif mungkin terhadap penyusunan penelitian ini.

4. Historiografi adalah menyusun atau merekontruksi fakta-fakta yang telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran peneliti terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis. Pada tahap ini rangkaian fakta yang telah ditafsirkan disajikan secara tertulis sebagai kisah atau cerita sejarah. Untuk menggambarkan perkembangan Doa Kautsaran dalam penelitian ini menggunakan model diakronis. Model diakronis lebih mengutamakan


(25)

16

memanjangnya lukisan yang berdimensi waktu, dengan sedikit saja luasan ruangan.

H. Sistematika Bahasan

Untuk mempermudah pemahaman dalam menyajukan pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini, maka perlu adanya langkah-langkah yang sistematis dalam penulisan skripsi ini, dimana apabila dijabarkan maka pokok bahasannya terdiri dari lima bab.

Bab pertama berupa pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan. Bab ini untuk mengarahkan pembaca pada subtansi penelitian dan menjadi kerangka acuan dari penelitian ini.

Bab kedua membahas proses turunnya Doa Kautsaran. Mulai dari turunnya ilhām rūhī, penyusunan ilhām rūhī, pengamalan ilhām rūhī sampai pemberian nama Doa Kautsaran. Tidak hanya itu pada bab ini juga dijelaskan komposisi, tujuan Doa Kautsaran dan riwayat hidup kiai Muchammad Muchtar Muthi.

Bab ketiga membahas penyebaran Doa Kautsaran mulai dari suasana Losari Ploso Jombang kemudian pendirian pondok pesantren Majmal Bahrain, pendirian Jamiyah Kautsaran Putri sampai membentuk cabang-cabang Jamiyah Kautsaran Putri.


(26)

17

Bab keempat membahas manfaat yang diperoleh bagi penganut tarekat Shiddiqiyyah yang mengamalkan Doa Kautsaran. Manfaat itu diperoleh dari masyarakat dilihat dari masa ke masa.

Bab kelima merupakan penutup yang terbagi atas kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah hasil analisa dan pemaparan bab-bab sebelumnya dari awal sampai akhir. Tidak lupa penulis menyertakan saran-saran untuk membangun demi kesempurnaan kepada pembaca maupun penulis sendiri.


(27)

18

BAB II

PROSES TURUNNYA DOA KAUTSARAN

A. Sejarah Turunnya Doa Kautsaran

Asal mula timbulnya doa berawal dari kisah manusia yang pertama kali diciptakan oleh Allah Swt. Mereka adalah nabi Adam as beserta istrinya yang bernama ibu Hawa. Saat itu nabi Adam dan ibu Hawa sedang tertipu dengan bujuk rayu iblis. Keduanya melanggar larangan-larangan Allah Swt. sehingga Allah Swt. kecewa dan membuang mereka ke bumi. Kemudian nabi Adam dan ibu Hawa memohon ampun kepada Allah Swt. seraya berdoa:

    



  









Artinya: keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.1

Jadi jelaslah bahwa asal mula doa itu bersamaan dengan manusia yang bernama Adam dan Hawa sewaktu di surga kemudian doa itu diikuti oleh hampir seluruh bangsa manusia yang ada di muka bumi.2

Begitu halnya dengan Doa Kautsaran tidak turun dengan begitu saja, doa ini memiliki proses tersendiri. Doa Kautsaran pertama kali diperoleh seorang Mursyid dari tarekat Shiddiqiyyah yaitu kiai Muchammad Muchtar

1

al-Qur’an, 7 (Al A’raaf): 23.

2


(28)

19

Muthi. Jadi sebelum ia menyebarkan ajaran tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur ia terlebih dahulu mendapatkan Doa Kautsaran.

1. Turunnya Ilhām Rūhī

Sebelum turunnya ilhām rūhī kiai Muchammad Muchtar Muthi melakukan safari (perjalanan) dari daerah satu ke daerah lainnya dan juga dari makam satu ke makam lainnya. Safari itu dilakukan pada tahun 1956, ketika melakukan perjalalan ia mengamalkan wirid khusus yang tidak boleh dikerjakan dengan duduk melainkan dengan berjalan. Safari ini ia laksanakan karena adanya dorongan dari sebuah hadis yang berbunyi:

لَص ِه ا ُل ْوُس َر َل اَق

اْوحِصَت اْو ُرِف اَس : َمَلَس َو ِهْيَلَع ُه ا ى

اْوُ ق َز ْرَ ت َو

Artinya: bersabda Rasulullah saw.: “Bermusafirlah (berpergianlah), kamu akan diberi kesehatan dan kamu akan diberi rezeki”.3

Perjalanan kiai Muchammad Muchtar Muthi diawali dari daerah Tuban, tepatnya pada makam Ibrahim Asmoroqondi. Makam syekh Ibrahim Asmoroqondi terletak di Desa Gesik Harjo Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Syekh Ibrahim Asmoroqondi dikenal sebagai ayahanda Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel), diperkirakan lahir di Samarkhand, Asia Tengah pada abad XIV. Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi hidup sekitar 1351 sampai 1425 M. Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi

3


(29)

20

adalah orang yang suci, seorang pendidik yang sabar dan telaten, beliau dikenal sebagai ahli fikih dan ilmu kanoragan. Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi seorang yang taat menjalankan ajaran Islam, memiliki kebatinan yang tinggi dan karomah.4

Setelah dari makam Asmoroqondi ia melanjutkan perjalanan ke makam Sunan Bonang Tuban. Salah satu putra dari pasangan Sunan Ampel dan Dyah Siti Manila binti Arya Teja yaitu Sunan Bonang yang terkenal dengan sebutan Makdum Ibrahim. Sunan Bonang diperkirakan hidup sekitar tahun 1467-1525 M. Sunan Bonang adalah wali yang amat berjasa mengubah jalan hidup Raden Syahid dari lingkaran kehidupan yang sesat kepada jalan yang benar.5 Tepat di Pasujudan ia mendapatkan

ilhām rūhī yang pertama yang berupa sembilan macam surat yang ada di

dalam Alquran. Surat-surat itu yaitu Surat al-Fatihah, Surat al-Ikhlas, Surat al-Falaq, Surat an-Nas, Surat al-Insyirah, Surat al-Qadar, Surat al- Kautsar, Surat an-Nasr dan Surat al-Ashr.

Setelah 7 hari di Pasujudan, lalu berjalan lagi hingga pekalongan. Di sana turunlah ilhām rūhī yang kedua yaitu istigfar, salawat Nabi dan

Baqiyatus olihat yang terdiri dari subhānallāh, alhamdulillāh dan allāhuakbar.

Selanjutnya ia melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai di gunung Sambung Cirebon bermalam di sana, di makamnya Syekh Dzatul Kahfi (Syekh Nurul Iman). Komplek makam Gunung Sembung berada di

4Siti Nur Mahmudah, “Kepurbakalaan Komplek Makam Syekh Ibrahim Asmoroqondi di Tuban

(Studi Sejarah dan Akulturasi), (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya 2015), 51.

5


(30)

21

Dusun Astana, Kecamatan Cirebon Utara. Komplek makam terletak di sebelah barat jalan raya yang menghubungkan Cirebon dan Indramanyu.6 Syekh Dzatul Kahfi dikenal juga dengan nama Syekh Idhofi atau Syekh Nurul Jati atau Syekh Jati adalah tokoh penyebar Islam di wilayah Cirebon dan leluhur dari pembesar Sumedang.7 Di makam tersebut turunlah ilhām rūhī yang ketiga yaitu nafi isbat yang berbunyi kalimat Lā Ilā Hailallāh.

Setelah beberapa malam di sana, kemudian ia berjalan lagi menuju Banten. Mendekati Banten turun ilhām rūhī yang ke empat berupa Asmaul Husna (Yā Ro mān Yā Ro īm, Yā Qorīb Yā Mujīb, Yā Fattā

Rozzāq, Yā afī Yā Na īr) sampai masuk Banten.

Ketika di Banten, ia bermalam di makamnya Maulana Yusuf tepatnya di Kesembon. Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan merupakan putra dari Maulana Hasanuddin pendiri kesultanan Banten. Ia melanjutkan kekuasaan ayahnya di Banten dalam rentang waktu 1570-1585.8 Di makam Maulana Yusuf ia bermujahada di bawah pohon jati yang sekarang dongkelnya ia pindah ke lokasi Istianah. Di makam Maulana Yusuf turunlah ilhām rūhī doa yaitu Yā Qoiyal Hājat, Yā

Mujibad Da’wāt.

Diatas telah dijelaskan turunnya Doa Kautsaran berdasarkan

ilhām rūhī yang diterima oleh kiai Muchammad Muchtar Muthi. Disini

6 Disparbud, “

Syekh Datul Kahfi”, dalam http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=234&lang=id (15 Nopember 2015)

7Wikipedia, “

Syekh Datuk Kahfi”, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Datuk_Kahfi (15 Nopember 2015)

8 Wikipedia, “

Maulana Yusuf”, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Maulana_Yusuf (15 Nopember 2015).


(31)

22

penulis akan menjelaskan tentang ilhām rūhī itu. Pengertian Ilham menurut kamus besar Bahasa Indonesia berati 3 hal yaitu petunjuk Tuhan yang timbul di hati, pikiran (angan-angan) yang timbul dari hati, dan bisikan hati. Sedangkan menurut Hamdi, Ilham adalah penyampaian suatu makna, pikiran atau hakikat di dalam jiwa atau hati secara melimpah. Maksudnya Allah Swt. menciptakan padanya ilmu dharuri yang ia tidak dapat menolaknya.9 Selanjutnya, mengenai kata rūhī, kemungkinan merupakan istilah dari kiai Muchammad Muchtar Muthi sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari ilhām shayōn, oleh sebab itu ia menggunakan istilah ilhām rūhī untuk memperkuat bahwa ilham tersebut memang benar-benar berasal dari petunjuk Allah Swt.

Sehingga ilhām rūhī yang diterima oleh kiai Muchammad Muchtar Muthi ini merupakan sebuah petunjuk dari Allah Swt. yang berasal dari bisikan hatinya. Sebenarnya awal mula turunnya ilhām rūhī dikarenakan kiai Muchammad Muchtar Muthi melakukan beberapa wirid khusus, yang tidak boleh dikerjakan dengan duduk, melainkan harus dengan jalan.10 Apa yang diwiridkannya tidak bisa dijelaskan untuk umum, hanya ia sendiri yang mengetahui wirid khusus tersebut. Ketika berada di suatu daerah atau di sebuah makam, ia berkonsentrasi dengan memperbanyak dzikir dan menggunakan teknik pernafasan. Hati yang bersih dengan diisi banyak berdzikir dan berkonsentrasi menimbulkan turunnya ilhām rūhīyang diterima oleh kiai Muchammad Muchtar Muthi.

9Hamdi Blogger, “Makna Ilham dan Wahyu”, dalam http://Hamdiblogger.blogspot.com

(18 Nopember 2015)

10


(32)

23

2. Penyusunan Ilhām Rūhī

Proses penyusunan Doa Kautsaran berdasarkan ilhām rūhī yang turun. Setelah kiai Muchammad Muchtar Muthi mendapatkan ilhām rūhī ia menyusunnya untuk diamalkan. Awalnya ia menunggu beberapa saat mungkin akan turun ilhām rūhī lagi, tetapi ternyata tidak ada lagi. Sehingga ia menyusunnya berdasarkan urutan turunnya ilhām rūhī, bukan berasal dari pemikiran ia sendiri.

Seiring berjalannya waktu susunan ini mengalami penambahan-penambahan. Namun, penambahan-penambahan itu tidak meninggalkan

ilhām rūhī yang turun. Adapun penambahan-penambahan tersebut yaitu

sebagai berikut:

a. Syair Muqoddimah ketika pengamalan Doa Kautsaran antara lain sebagai berikut:11

Syair Pohon Shiddiqiyyah

Atas Berkat Rahmat Allah Maha Kuasa 2x Pohon Shiddiqiyyah Tumbuh di Nusantara 2x Hidup dan Berkembang dengan Bijaksana 2x Atas berkenannya Allah Maha Esa 2x

Al amdulillāhirobbil’alamīn

Syair Sumber Kemerdekaan dan Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia

Jangan kamu lupa, jangan kamu lengah Atas berkat rahmat Allah Maha Kuasa Dengan Berkat Rahmat Allah Maha Kuasa Bangsa Indonesia telahlah merdeka

Jangan kamu lupa, jangan kamu lengah Atas berkat rahmat Allah Maha Esa

11

Muchtarulloh Almujtaba, Doa-doa Muqoddimah Kautsaran dan Syair Pohon Shiddiqiyyah (Jombang: Al Ikhwan), 14-15.


(33)

24

Dengan berkat rahmat Allah Maha Esa Berdirilah Negara Republik Indonesia Jangan kamu lupa, jangan kamu lengah Atas berkat rahmat Allah Maha Pemurah Dengan berkat rahmat Allah Maha Pemurah Kita wajib syukur akanlah nikmatnya

Kedua syair diatas merupakan ciptaan dari kiai Muchammad Muchtar Muthi sendiri bukan orang lain. kedua syair tersebut selalu digunakan ketika ada acara-acara besar tarekat Shiddiqiyyah, jadi tidak hanya digunakan pada Doa Kautsaran saja.

b. Wasilah yang terdiri 7 macam karena ilhām rūhī yang pertama dibaca 7 kali. Wasilah juga ada hubungannya dengan tawasul. Pengertian tawasul menurut Bahasa yaitu sebagaimana menurut Ibnu Manzur yang berkata: “al-Wasilah” bermakna al-Qurbah (pendekatan), seperti contoh bahwa si fulan berperantara kepada Allah Swt. dengan suatu wasilah yaitu melakukan suatu perbuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Sedangkan tawasul menurut syariat adalah ibadah yang dengan dimaksudkan tercapainya ridho Allah Swt. dan surga.12 Adapun wasilah tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Ilā aḍrat al-Nabī al-Mu afā Muhammad allāllāhu ‘alayhi wasallam (al-Fāti ah).

2) Wa ilā aḍrati arwā i jamī’i al-Anbiyā’ wa al-mursalīn ‘alayhim al- alātu wa al-Salām (al-Fāti ah).

12


(34)

25

3) Wa ilā aḍrati arwā i jamī’i al-A ābi wa ahli bayt al-Nabī

al-āhirīna roḍiyallāh ‘anhum (al-Fāti ah).

4) Wa ilā aḍrati arwā i jamī’ al-Awliyā’ wa al-‘Ulamā’ wa

al-Shuhadāi’ wa al- āli īna wajamī’i al-Mu’minīna wa al-

Mu’mināti wa al-Muslimīna wa al-Muslimāti aynamā kānū min

mashāriq al-Arḍi ilā maghāribihā barrihā wabahrihā shay’u lillāhi lahum (al-Fāti ah).

5) Wa ilā aḍrati arwā i jamī’ al-Malāikat fī al-Samawāti wa al-

Arḍi khu ū an sayyidinā jibrīl wa mika’il wa isrā’il wa i rafīl

‘alaihi mu al- alāti wa al-Salām (al-Fāti ah).

6) Wa ilā aḍratin khu ū an Shayh Mu tarullāh al-Musjabatu

(al-Fāti ah).

7) Wailā aḍratin ābā anā wa ummaha tina (al-Fāti ah).

c. Bagian ilhām rūhī yang terakhir biasanya menyesuaikan hajat yang di inginkan sehingga doanya berbeda-beda dan ada beberapa doa yang dikhususkan seperti doa salam, doa jaljalud sughro, doanya nabi Ibrahim as (untuk kemakmuran tanah air), doa mohon kaya Ilmu, dan doa raja istigfar.

3. Pembuktian Hikmah Doa Kautsaran

Kiai Muchammad Muchtar Muthi mengamalkan Doa Kautsaran selama 1 tahun setelah tersusunnya Doa Kautsaran tersebut. Saat itu ia ingin membeli kitab Ihya Ulumuddin yang terdiri dari 4 jilid. Tepatnya


(35)

26

tahun 1957, Allah Swt. memberikan rezeki padanya, akhirnya ia bisa membeli kitab Ihya Ulumuddin 1 set (berisi 4 jilid) di toko buku kairo Surabaya seharga 200 ribu.

Tidak hanya dapat membeli kitab Ihya Ulumuddin saja, setelah ia mengamalkan Doa Kautsaran selama setahun, semua yang ia inginkan diberikan kemudahan oleh Allah Swt.13 Melihat adanya keajaiban ini ia lama-lama merasa tidak enak sendiri karena banyak keberkahan yang didapatkan. Ia bertanya pada dirinya sendiri, semua yang ia terima ini merupakan panglulon ataukah ridho dari Allah. Sehingga pada akhirnya ia berkeinginan untuk mengamalkan Doa Kautsaran dengan masyarakat lainnya, yang mau ikut mengamalkannya.

4. Pemberian Nama Doa Kautsaran

Doa menurut Bahasa, adalah al- alabu yang berarti permohonan atau al-nidāu’ yang berarti panggilan. Sedangkan menurut istilah syari, doa adalah meminta pertolongan kepada Allah Swt., berlindung kepada-Nya dan memanggil-kepada-Nya demi mendapatkan manfaat atau kebaikan, dan menolak gangguan atau balak.14 Bila ditinjau kata Doa di dalam Alquran itu banyak sekali, tetapi dari semua kata doa itu memiliki arti yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut:15

13

Syeich Muchtarulloh Almujtaba, Sejarah Penyusunan Doa Kautsaran (Jombang: Al-Ikhwan, 2014), 9.

14

Ahmad bin Abdullah Isa, Ensiklopedi Doa dan Wirid Shohih (Surabaya: Pustaka Elba, 2006), 51.

15


(36)

27

a. Arti ibadah

Berdoa bisa berarti ibadah kepada Allah Swt. Di dalam doa ada rangkaian-rangkain kegiatan mendekatkan diri kepada Allah Swt. sehingga doa itu hendaknya hanya kepada Allah Swt. bukan kepada yang lain.

ْو ُد ْنِم ُع ْدَت َاَو

َكُعَفْ نَ ي ًا َام ِها ِن

Artinya: “Dan janganlah kamu beribadat kepada selain Allah, yaitu kepada sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat kepada kamu dan juga tidak dapat memberimu mudharat kepada kamu”.16

b. Arti memohon pertolongan

Berdoa berarti memohon pertolongan kepada Allah Swt. karena hanya kepada-Nya manusia dan segala ciptaan-Nya memohon pertolongan. Allah maha segalanya, Allah akan selalu memberikan pertolongan kepada siapapun yang meminta pertolongan tanpa terkecuali.

ِه ِن ْو ُد ْنِم ْمُك َء اَدَهُش اْوُع ْداَو

Artinya: “Dan mohonlah pertolongan kamu kepada para pembantu

kamu selain Allah”.17

16

al-Qur’an, 10 (Yunus): 108.

17


(37)

28

c. Arti panggilan

Berdoa berarti memanggil Allah Swt. ketika seseorang itu sedang berdoa berarti secara tidak langsung ia memanggil Allah Swt. Ia akan terus memuji asma Allah Swt. dalam setiap doa-doanya. Suatu saat nanti Allah Swt. juga akan kembali memanggil manusia guna untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya selama hidup di dunia.

ْمُكُع ْدَي َمْوَ ي

Artinya: “(Yaitu) Pada hari Dia memanggil kamu”.18

d. Arti perkataan

Berdoa berarti berkata-kata. Manusia ketika berdoa akan menyusun sebuah kata-kata yang berisi permohonan-permohonan atau permintaan-permintaan kepada Allah Swt. tidak hanya itu, mereka juga selalu memuji Allah Swt. dengan kalimat-kalimat thoyyibah atau asma-asma Allah Swt.

اَوْعَد

ُ

للا َكَن اَحْبُس اَهْ يِف ْم

مُه

Artinya: “Perkataan mereka didalamnya (surga): subhānak

Allāhumma(maha suci engkau wahai Tuhanku)”.19

18

al-Qur’an, 17 (Al Isra’): 52.

19


(38)

29

e. Arti pujian

Berdoa berarti melakukan pujian-pujian kepada Allah Swt. seperti halnya manusia yang hidup di dunia ketika membutuhkan bantuan orang lain, kebanyakan dari mereka sering memuji orang yang dimintai bantuan agar memperoleh bantuan. Begitu juga dengan manusia yang memohon pertolongan kepada Allah Swt. mereka ketika berdoa akan memuji Allah Swt, akan menyanjung Allah Swt. dengan harapan mereka akan mendapat pertolongan dari Allah Swt.

ِن ْْ رلااوُعْد اِو َا َها ْوُع ْدا ِلُق

Artinya: “Katakanlah pujilah Allah atau pujilah Rahman”.

f. Arti permohonan

Berdoa berarti melakukan permohonan. Seseorang ketika berdoa akan memohon kepada Allah Swt. dengan penuh harap. Mereka mengungkapkan berbagai macam permohonan-permohonan dalam keadaan benar-benar membutuhkan.

ْمُكَل ْبِجَتْس َا ْ ِِْوُعْدُا

Artinya: “Mohonlah kamu kepada-Ku, pasti Aku akan

mengabulkan permohonanmu”.20

20


(39)

30

Adapun fungsi dari doa yang terdapat dalam hadis nabi Muhammad saw., antara lain sebagai berikut:21

a. Sebagai Ibadah

Doa merupakan ucapan permohonan dan pujian kepada Allah Swt. dengan cara-cara tertentu. Doa sendiri sebagai ibadah, sebenarnya lebih dari sekedar memohon atau meminta sesuatu kepada Allah Swt. berdoa merupakan jalan untuk membuka komunikasi dengan-Nya dan memelihara komunikasi ini.

َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص ِها ُل ْوُس َر َل اَق

ل

ع د

ِةَد اَبِعْلا َوُ ُء ا

Artinya: Bersabda Rasulullah saw.: “Doa itu Ibadah”. (HR. Tirmidzi)

Doa merupakan aktivitas ibadah yang paling agung. Sebagaimana hadis di atas. Dengan demikian bisa difahami bahwa sebuah ibadah pasti mengandung doa kepada Allah Swt. dan doa tanpa ibadah belumlah sempurna.

b. Sebagai otaknya ibadah

Tentang berdoa, nabi Muhammad saw. juga menyatakan bahwa Doa itu otaknya ibadah, yang bunyinya sebagai berikut:

21


(40)

31

ْوُس َر َل اَق

ُل

ِها

َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص

ُةَد اَبِعْلا خُم ُء اَعدلا :

Artinya: Bersabda Rasulullah saw.: “Doa itu otaknya Ibadah”. (HR. Tirmidzi)

Dikatakan otak ibadah karena doa dapat berfungsi sebagai titik awal, bahkan titik utama, kesadaran keimanan dalam diri manusia. Dengan kata lain nilai utama doa terletak pada terjadinya komunikasi pribadi yang intim dan intens antara manusia dengan Allah Swt. Dalam keintiman komunikasi itu, seseorang tidak hanya memperoleh rasa aman dan damai, tetapi juga perlindungan dan pertolongan Allah Swt.

c. Sebagai kuncinya Rahmat

Doa merupakan kunci pembuka pintu-pintu rahmat. Ketika seseorang itu berdoa maka Allah Swt. akan memberikan taufik serta hidayah-Nya. Meskipun terkadang permintaan-permintaan itu tidak terkabulkan, tetapi Allah Swt. mempunyai rencana lain yang lebih indah untuk seseorang yang benar-benar dekat dengan-Nya dan melimpahkan segala rahmat-Nya untuk mereka.

َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص ِها ُل ْوُس َر َل اَق

ِةَْْ رلا ُح اَتْفِم ُء اَعدلا :

Artinya: Bersabda Rasulullah saw. : “Doa itu kuncinya rahmat”. (HR. Tirmidzi)


(41)

32

d. Sebagai senjata bagi orang mukmin

Doa sebagai senjata dan bisa menguatkan orang mukmin karena adanya pertolongan dari Allah. Letak kekuatannya berada dikeyakinan seseorang yang sedang berdoa, tetapi letak kemakbulannya ada pada kehendak Allah Swt. Doa bisa menjadi senjata untuk melawan hawa nafsu dan godaan setan. Doa juga bisa menjadi senjata untuk melawan kemiskinan, tetapi harus dibarengi dengan usaha kerja keras, hemat dan bersedekah. Dapat disimpulkan, senjata disini bisa diartikan sebagai perlindungan yakni dari Allah Swt. berikut ini bunyi hadisnya:

ُس َر َل اَق

ُل ْو

ِها

َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص

ِنِم ْؤُمْلا ُح َاِس ُء اَعدلا :

Artinya: bersabda Rasulullah saw. : “Doa itu senjatanya orang mukmin”. (HR. Ibnu Hibban dan Tirmidzi)

e. Sebagai tiang agama

Kedudukan salat lima waktu adalah sebagai tiang agama. Di dalam salat terdapat berbagai macam bacaan-bacaan doa, sehingga doa di sini juga bisa dijadikan sebagai tiang agama. Ketika seseorang itu tidak melaksanakan salat ataupun berdoa maka mereka termasuk orang-orang yang tiang agamanya roboh, dalam artian mereka akan jauh dari agama tentunya juga akan jauh dari Allah Swt., sedangkan seseorang yang rajin salat dan berdoa maka tiang agamanya terus tegak


(42)

33

dalam artian keimanan semakin kuat dan salalu dekat dengan Allah Swt. berikut ini bunyi hadisnya:

ُل ْوُس َر َل اَق

ِها

َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص

ِنْي ِدلا ُد اَمِع ُء اَعدلا :

Artinya: bersabdala Rasulullah saw. : “Doa itu tiangnya agama”. (HR. Tirmidzi)

f. Menjadi cahaya langit dan bumi

Cahaya adalah sesuatu yang secara esensial benderang dan menerangi yang lain. Doa merupakan cahaya langit dan bumi. Cahaya disini bisa diartikan sebagai penerang jiwa dan hati manusia yang sedang berdoa. Sehingga dengan berdoa manusia akan senantiasa hati dan jiwanya tersinari oleh cahaya tersebut. Mereka akan senantiasa dalam perlindungan dan pertolongan Allah Swt. karena Allah merupakan cahaya semesta Alam. Berikut ini bunyi hadis mengenai hal tersebut:

َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص ِها ُل ْوُس َر َل اَق

ِت اَوَمسلا ُر ْوُ ن ُء اَعدلا :

ِضْر َْااَو

Artinya: bersabda Rasulullah saw.: “Doa itu jadi cahayanya langit dan bumi”. (HR. Tirmidzi)


(43)

34

g. Bisa menjadi tentaranya Allah

َر َل اَق

ُل ْوُس

ِها

َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص

ِها َاَنْجَا ْنِم ُدْنُج ُء اَعدلا :

Artinya: bersabdalah Rasulullah saw.: “Doa itu tentara dari tentaranya Allah Swt.” (HR. Tirmidzi)

h. Bermanfaat terhadap sesuatu yang telah turun dan yang belum turun.

اَق

ُل ْوُس َر َل

ِها

َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص

َل َزَ ن ا ِِ ُعَفْ نَ ي ُء اَعدلا :

ُلِزْنَ ي ََْ ا َِِو

Artinya: bersabda Rasulullah saw.: “Doa itu bermanfaat terhadap sesuatu yang telah turun dan dari sebagian sesuatu yang belum turun”. (HR. Tirmidzi)

Maksud dari hadis diatas yaitu, ketika seseorang akan mendapatkan balak atau musibah kemudian didahului dengan berdoa maka balak atau musibah itu tidak jadi turun dan apabila balak atau musibah itu sudah turun kemudian orangnnya berdoa, maka dibebaskan dari berbagai macam balak.

i. Bisa menolak balak

Doa itu bisa menolak balak, bisa bermanfaat terhadap musibah yang telah menimpa seseorang. Apabila musibah itu masih tergantung, maka musibah itu akan diangkat atau jika akan juga


(44)

35

menimpanya maka ia akan diberikan kesabaran dan akan terasa ringan baginya untuk menjalaninya atau menjadikannya ridho terhadap musibah tersebut sehingga ia bisa menikmati musibah itu terjadi. Sedangkan ketika musibah itu belum menimpanya maka Allah Swt. akan mengangkatnya sebelum musibah itu terjadi. Sehingga manusia diharapkan agar banyak-banyak berdoa dalam setiap waktu.

ُل ْوُس َر َل اَق

ِها

َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص

ِء َاَبْلا دُرَ ي ُء اَعدلا :

Artinya: bersabdalah Rasulullah saw.: “Doa itu bisa menolak balak”. (HR. Tirmidzi)

Di atas telah dijelaskan tentang berbagai macam pengertian, maksud dan fungsi Doa. Adapun maksud dari kiai Muchammad Muchtar Muthi memberi nama Doa Kautsaran yaitu berasal dari kalimat kautsar. Kalimat tersebut berasal dari Alquran yang bebunyi Innā a’oināk al-kauthar. Bunyi kalimat tersebut berasal dari Surat al-Kautsar. Arti dari Kautsar yaitu Khoiron Kathirān (kebaikan yang banyak).22 Kemudian dari kalimat tersebut kautsar itu timbullah istilah Kautsaran. Hal ini dapat disamakan dengan kalimat maulud muncul istilah mauludan, rejeb muncul istilah rejeban, tahlil muncul istilah tahlilan, manakib muncul istilah manakiban, jadi kalimat kautsar timbullah istilah kautsaran. Adanya pemberian nama tersebut diharapkan mampu memberikan kebaikan yang banyak sesuai dengan arti kautsar itu sendiri.

22


(45)

36

Kata Kautsar selain terdapat di dalam Alquran juga terdapat didalam beberapa kitab, antara lain yaitu disebutkan didalam tafsir Ibnu Abbas halaman 520:23

اَنْ يَطْعَا ان ِا

َُم اَي َك اَنْ يَطْعَا :ُل ْوُقَ ي َرَ ث ْوَكْلا َك

َرْ يِيَكْلا َرْ يََْا ُدم

Artinya: “Sesungguhnya Saya berikan kepadamu Al-Kautsar

(dikatakan), Aku berikan kepadamu Yaa Muhammad kebaikan yang Banyak”.

Di dalam kitab Almufrodat al-Fadzil Quran, bab huruf “Kaf”, halaman 443, diterangkan

لا ُمْيِظَعْلا ُرْ يََْا َوُ

ُ اَطْعَا ىِذ

َو

َملَس َو ِهْيَلَع ُها ىلَص ِِنلا

Artinya: Kautsar itu ialah kebaikan yang agung, yang diberikan ia kepada Nabi Muhammad saw.

B. Komposisi Doa Kautsaran

Doa Kautsaran ini bisa dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu: 1. Bagian pertama berisi surat-surat Alquran, yaitu:

a. Surat al-Fatihah (Surat ke 1)

Ibnu Qayyim Rahmatullah dalam kitabnya ibbun Al-Nabawi (hal. 178), berkata tentang keutamaan surat al-Fatihah:24

23

Muchtarulloh Almujtaba, Kautsaran dan Dasar-dasar Wirid Kautsaran (Jombang: Al-Ikhwan, 2012), 1-2.

24


(46)

37

“Surat al-Fatihah mengandung banyak hal. Diantaranya

mengikhlaskan ibadah kepada Allah, pujian-pujian terhadap-Nya, memasrahkan urusan, memohon pertolongan, bertawakkal, dan meminta pokok segala keberuntungan kepada-Nya. Pokok itu adalah hidayah, yang dengannya segala nikmat datang, dan segala bencana menjadi tertolak. Karena itulah al-Fatihah menjadi salah satu obat penawar yang paling mujarab.”

b. Surat al-Ikhlas (Surat ke 112)

Abu Said Al-Khanafi menerangkan tentang latar belakang dan manfaat pengamalan Surat al-Ikhlas sebagai berikut:

“Surat ini dinamakan surat Al-Ikhlas artinya bersih atau lepas, maka barang siapa yang membacanya dan mengamalkannya dengan hati yang ikhlas maka ia akan dilepaskan kesusahan-kesusahan duniawi, dimudahkan didalam gelombang sakaratul maut, dihindarkan dari kegelapan kubur dan kengerian dihari

kiamat.”

c. Surat al-Falah (Surat ke 113) d. Surat an-Nas (Surat ke 114)

Di dalam Shahih nasa’ (no. 5446), as-Shahih Al-Musnad (no. 981), dan Shohih Al-Matjar Ar-Rabih (no. 780). Dari Uqbah bin Amir ia berkata:25

“saya pernah berjalan bersama Rasulullah saw., lalu beliau bersabda ‘wahai Uqbah, katakanlah!’ Aku berkata, ‘apa yang harus

aku katakan, wahai Rasulullah?’ Lalu beliau terdiam. Kemudian

beliau berkata lagi, ‘wahai Uqbah, katakanlah?’ lalu aku berkata,

‘wahai Rasulullah! apa yang harus saya katakan?’ Lalu beliau terdiam, kemudian aku berdoa, ‘Ya Allah ulangi pertanyaan itu padaku’. Maka beliau bersabda, ‘wahai Uqbah katakan!’, Aku

25


(47)

38

berkata, ‘apa yang harus aku katakan wahai Rasulullah?’ Maka

beliau berkata, ‘katakanlah Qul A’uudzuu birobbil falaq’Ṭ Saya pun membacanya sampai selesai kemudian beliau bersabda,

‘Katakanlah!’ Aku berkata, ‘Apa yang harus aku katakan wahai Rasulullah’ Lalu beliau membaca Qul A udzu Birobbin Naas. Saya

pun membacanya sampai selesai. Lalu beliau bersabda, ‘wahai

Uqbah! Tidak ada seorang pun yang meminta atau memohon perlindungan kepada Allah dengan surat yang lebih baik dari

keduanya.”

e. Surat Alam Nasroh (Surat ke 94)

Di dalam Tafsir Anwār at-Tanzīl: Jilid 2, halaman 444, telah dijelaskan sebagai berikut:

لَص ِِنلا ِنَع

ى

ُها

ِهْيَلَع

َََْا َةَر ْوُس َا َرَ ق ْنَم :َملَس َو

َف ْح َرْشَن

ِنَء اَج اََ َاَك

َِّع َح َرَفَ ف مَتْغُم اَنَاَو

Artinya: keterangan dari Rasulallah saw.: “barang siapa yang

membaca surat Alam Nasroh, maka seakan-akan ia mendatangi

saya dan saya sedang kesusahan ia menggembirakan saya.”

f. Surat al-Qodar (Surat ke 97)

Kegunaan surat al-Qadar antara lain sebagai berikut:

1) barangsiapa yang mengambil air, kemudian dibacakan surat al-Qadar 36 kali, kemudian air tersebut digunakan merebus pakaian yang masih baru, maka yang memakai pakaian tersebut akan diberi oleh Allah Swt. rezeki yang lapang.

2) barangsiapa yang ingin mengetahui tempat pasangan sihir yang ditanam dirumahnya, maka masuklah ke kamar yang gelap dan


(48)

39

bacalah surat ini, maka ia akan mendapat petunjuk atau mengetahui dalam mimpi, dimana tempat sihir itu ditanam.

g. Surat al-Kautsar (Surat ke 108)

Kegunaan surat ini antara lain sebagai berikut:26

1) barangsiapa yang ingin menang menghadapi lawan atau dalam urusan pengadilan atau ingin dikeluarkan dari tawanan, maka masuklah ketempat yang sunyi dan bacalah surat ini 313 kali. Insyaallah akan dikabulkan oleh Allah Swt. apa yang diniatkannya. 2) barangsiapa yang menulisnya dan digunakan azimat, maka azimat tersebut akan menjadi penangkis dari kejelekan musuh-musuh anda dan anda tidak akan dihadapkan pada masalah yang tidak diinginkan.

3) barangsiapa yang ingin rezeki, harta, kedudukan, maka bacalah tiap hari 1000 kali.

h. Surat An Nasr (Surat ke 110)

Di dalam Tafsir Anwār at-Tanzīl: Jilid 2, halaman 454, telah dijelaskan sebagai berikut:

ِرْجَْاا َنِم َيِطْعُاَء اَج اَذِاَا َرَ ق ْنَم :ُم َاسلاَو ُة َاصلا ِهْيَلَع ُهْنَعَو

ُم َاسلاَو ُة َاصلا ِهْيَلَع ٍدمَُم َعَم َدِهَش ْنَمَك

ُةكَم ِحْتَ ف َمْوَ ي

Artinya: keterangan dari Rasulullah saw.: “Barang siapa membaca idhā jā a, ia diberi pahala laksana pahalanya orang yang mati

26


(49)

40

syahid dengan Muhammad saw. dalam waktu terbukanya kota

Mekah”.

i. Surat Al Ashr (surat ke 103)

Di dalam Tafsir Anwār at-Tanzīl: Jilid 2, halaman 450, telah dijelaskan sebagai berikut:

لَص ِِنلا ِنَع

ى

ُها

ِهْيَلَع

ُهَل ُهاَرَفَغ ِرْصَعْلا َةَر ْوُس َا َرَ ق ْنَم :َملَس َو

ْوَص اَوَ ت ْن ِِ َن اَك َو

ِْبصل اِب ْوَص َوَ تَو ِقَحْلِبا

Artinya: keterangan dari Rasulullah saw.: “Barang siapa yang membaca surat Wa al-’A ri, Allah Swt. memberikan ampun akan dosanya. Dan ialah sebagaian dari orang yang telah mengajak kepada al- aq dan kepada soal al- abru”.

Saat Doa Kautsaran, pembacaan 9 Surat diatas dibaca sebanyak tujuh kali pembacaan. Dalam pembacaan surat tersebut tidak diawali dengan bacaan taawudz, tetapi hanya diawali dengan bacaan basmallah

saja, selanjutnya tanpa basmalah sampai ke tujuh. Menurut Budi menjelaskan bahwa bacaan basmalah yang pertama itu sudah mewakili dari ke tujuh kali pembacaan masing-masing surat, sehingga tidak perlu membaca basmalah lagi.27

2. Bagian Kedua berisi a. Istigfar

Dengan istigfar seseorang akan mendapatkan ridho dari Allah Swt. Ia membuat setan benci dan jauh darinya. Dengan istigfar pula,

27


(50)

41

rezeki, harta, anak-anak, dan turunnya hujan menjadi semakin banyak dan melimpah ruah. Juga dengan istigfar, suatu kaum menjadi kuat. Mereka selalu diliputi rahmat, serta bisa selamat dari siksa api neraka di akhirat kelak. Hal ini terdapat dalam ayat al-Quran yaitu:

                            

Artinya: (10) Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, (11) niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, (12) dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.28

Istigfar dalam susunan Doa Kautsaran ini berbeda dengan istigfar pada umumnya. Istigfar yang digunakan dalam Doa Kautsaran berbunyi:

مْيحَرلارْوفغْلا هرفْغتْسا

Artinya: Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha pengampun dan Maha penyayang.

Sebenarnya yang membedakan istigfar pada Doa Kautsaran dengan istigfar pada umumnya terletak di bagian belakangnya. Bunyi istigfar pada umumnya yaitu:

28


(51)

42

مْيظعْلا هرفْغتْسا

Artinya: Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha agung.

Perbedaan yang terlihat yaitu antara maha agung dengan maha pengampun dan maha penyayang. Menurut salah satu pengamal Doa Kautsaran yang lebih cocok itu maha pengampun dan maha penyayang. Hal ini di karenakan seseorang itu hendaknya memohon pengampunan itu lebih pasnya kepada yang maha pengampun dan maha penyayang.29

b. Salawat Nabi

Seseorang yang mengucapkan salawat atas Nabi saw. akan mendapat sepuluh kali salawat, setiap kali ia mengucapkan salawat kepada beliau. Dengan mengucapkan salawat, seorang hamba menjadi terangkat sepuluh derajat, mendapat sepuluh kebaikan dan terhapus sepuluh kesalahan. Orang yang membaca salawat atas nabi Muhammad saw. maka doanya akan cepat terkabul.

Bacaan salawat pada Doa Kautsaran ini juga memiliki perbedaan dengan bacaan salawat pada umumnya. Bacaan salawat pada Doa Kautsaran berbunyi:

دَمحم ىلع ِلص َم للا

ِلس

ْم

c. Baqiyatu ōlihāt (subhānallāh, alhamdulillāh dan allāhuakbar) 3. Bagian ketiga berisi Tahlil (Lā ilā ha illallāh)

29


(52)

43

Bacaan diatas merupakan empat kalimat yang paling disukai Allah Swt. Apabila seseorang membaca kalimat tersebut maka seseorang tersebut juga akan disukai Allah Swt. Telah bersabda Rasulullah saw.:

“Yang lebih disukai kalam bagi Allah swt. ialah empat hal yaitu:

subhānallāh, alhamdulillāh wa Lā ilā ha illallāh allāhuakbarṬ Tidak jadi

apa bagimu dengan empat kalimat ini manakah yang kamu baca pertama”.

(Sumroh bin Jundab, HR. Muslim, halaman 16)

Dalam melafalkan tahlil ketika membaca Doa Kautsaran juga memiliki perbedaan dengan yang lain. kalimat tahlil yang pertama, kedua dan ketiga itu dibunyikan secara bergantian antara pimpinan pembaca Doa Kautsaran dengan jamaahnya. Menurut Budi salah satu pengamal Doa Kautsaran menjelaskan bahwa membaca kalimat tahlil secara bergantian dengan bersama itu memiliki perbedaan, ia lebih terasa hatinya tersentuh ketika dibunyikan secara bergantian dari pada dibunyikan secara bersama-sama. Setelah membaca tiga kali kalimat tahlil secara bergantian dilanjutkan membaca tahlil secara bersama.

4. Bagian keempat berisi Asmaul Husna, yaitu:

a. Yā Ra mān - Yā Ra īm

b. Yā Qarīb - Yā Mujīb

c. Yā Fattā - Yā Razzāq

d. Yā afīẓ -Yā Na īr

Delapan Asma’ul Husna di atas ialah sebagian dari 99 Asma’ul


(53)

44

bagi Allah itu ada 99 nama yakni serratus kurang satu. Barang siapa menghafalkannya (menyebut diluar kepala) niscaya akan dimasukkan

kedalam surga”. Oleh karena itu di dalam Doa Kautsaran terdapat 8 kalimat Asma’ul Husna.

5. Bagian kelima berisi Doa (menyesuaikan dengan hajat)

Pada bagian doa, ada yang membedakan dengan doa yang ada pada umumnya. Dalam doa Kautsaran terdapat beberapa doa yang beda, bunyinya sebagai berikut:

مُه للا

للا ,ِن اَْْ ِْا اِب اَنَل ْمِتْخ ا

مُه

ِتْخ ا

ِمَاْس ِْا اِب اَنَل ْم

اَِِ ,

ِه

َِْْلَس ْرُمْلا ِدِيَس

ِلُدْمَْحا َو ,

ل

َِْمَل اَعْلا ِبَر ِه

C. Tujuan Doa Kautsaran

Tujuan Doa Kautsaran terbagi menjadi 3 hal, antara lain sebagai berikut:

1. Raḥmātun

Kata Rahmat menurut kitab Al Mufrodat yaitu:

ُلَضْفِا َو ْنُم اَع ْنِا ِها َنِم ًةََْْر ن َا

Artinya: “sesungguhnya rohmat dari Allah itu ialah bermacam -macam kenikmatan dan ber-macam-macam keutamaan”.

Nikmat saja kalau tidak utama itu bukan rahmat. Keutamaan saja kalau tidak ada kenikmatan itu pun juga bukan rahmat. Jadi satu kesatuan


(54)

45

dari nikmat dan keutamaan itulah yang disebut rahmat. Mungkin uang dari hasil merampok bisa dinikmati, tetapi oleh karena jalannya tidak utama, maka itu tidak bisa disebut rahmat. Sumber tujuan rahmat ini juga diambilkan dari hadis:

ِةَْْرلا ُح اَتْفِم ُء اَع دلا

:ملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص

ِها

ُل ْوُس َر َل اَق

Bersabda Rasulullah saw: “Doa itu kuncinya rahmat”.

2. Barakatun

Barokah merupakan tetapnya kebaikan ketuhanan dalam sesuatu. Kalau kita mendapatkan kebaikan dari Allah Swt. dan kebaikan itu tetap pada diri kita, inilah yang dinamakan barokah. Sumbernya tujuan barokah ini terdapat dalam Alquran:

                       

Artinya: Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.30

30


(55)

46

3. Yasra

Tujuan yang ketiga adalah Yasra, maknanya kemudahan. Sumber tujuan yang ketiga ini banyak tersebut di dalam Alquran. Diantaranya terdapat pada ayat:

a. Wayassirlī Amrī

                       

Artinya: berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”.31

b. Fainnama’ al-U’sri yusrō

      

Artinya: karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.32

c. Innama’ al-U’sri yusrō

      

Artinya: Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.33

d. Ba’da u’sri yusrō

                    31

al-Qur’an, 20 (Thaahaa): 25-28.

32

al-Qur’an, 94 (Alam Nasyrah): 5.

33


(56)

47                                                                         

Artinya: hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.34

e. Yurīdullāhu bikum al-yusro

                                                                                                                                                                                         

Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.35

34

al-Qur’an, 65 (Ath Thalaaq): 7.

35


(57)

48

D. Riwayat Hidup Muchammad Muchtar Muthi 1. Kelahiran

Kiai Muchammad Muchtar Muthi lahir pada hari Ahad Kliwon menjelang fajar tanggal 28 Robiul Akhir 1347 H, bertepatan pada tanggal 14 Oktober 1928, di Dukuh Losari Rowo, Desa Losari, Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang.36 Ia adalah putra keenam dari pasangan Haji Abdul Muthi dan Nyai Nashicah. Pada hari kelahirannya, menurut cerita Ibunda Nyai Nasichah dibarengi dengan suatu bencana alam yang melanda Jombang. Penduduk menjadi ribut karena berpuluh-puluh rumah hancur berantakan. Puluhan manusia terenggut jiwanya akibat kejadian itu. Orang-orang menyebut kejadian itu dengan sebutan Prahoro yang berarti keributan. Hampir semua rumah-rumah penduduk hancur diterpa angin yang sangat dahsyat. Hanya ada sebuah rumah yang masih berdiri tegak saat itu yaitu rumah tempat kelahiran kiai Muchammad Muchtar Muthi dilahirkan.37

Kiai Muchammad Muchtar Muthi memiliki berbagai macam

Hariqatul ‘adah atau sering disebut dengan hal-hal diluar kebiasaan. Saat

ia masih kecil memiliki perilaku dan kebiasaan yang tidak biasanya dimiliki oleh seorang anak kecil. Adapun Hariqatul ‘adahnya antara lain sebagai berikut:38

36

Pranoto, et al., Sejarah Thoriqoh Shiddiqiyyah Fase Pertama (Jakarta: ASPEKA PRATAMA, 2014), 1.

37

A. Munjin Nasih, Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid (Jombang: Al Ikhwan, 2006), 10.

38


(58)

49

a. Tidak menyukai makan nasi dan minum air putih

Tidak seperti orang Indonesia pada umumnya yang menjadikan nasi sebagai makanan pokok. Justru kiai Muchammad Muchtar Muthi tidak suka makan nasi. Bahkan bertahun-tahun ia tidak pernah makan nasi putih. Makanan yang ia konsumsi saat itu berupa kue Brubi (sejenis Nagasari, makanan pisang yang dibungkus tepung dan daun pisang). Termasuk hal aneh lagi ia juga tidak suka minum air putih. Ia lebih suka minum teh dalam kesehariannya. Namun ketika ia berusia 8 tahun sudah mulai makan nasi.

b. Berani dan Cerdik

Sejak kecil kiai Muchammad Muchtar Muthi memang tidak mengenal rasa takut meski ia sebenarnya juga sering menemui hal-hal yang menakutkan seperti melihat hantu, melihat jangkrik yang aneh. Kecerdikannya juga sudah tertanam mulai kecil, hal ini terlihat ketika ia menggoda polisi Belanda, ia juga pernah mengetahui ibunya pergi keluar rumah padahal ibunya tidak izin, selain itu ia pernah menggembosi ban motor pasangan suami istri karena tidak membawakannya kue dan lain-lain.

c. Gemar Wayang Kulit

Sesuatu yang aneh lagi yang dimiliki kiai Muchammad Muchtar Muthi adalah menyukai wayang kulit. Jarang sekali anak kecil menyukai wayang kulit, kebanyakan orang dewasa yang lebih menyukai. Kegemaran ia terhadap wayang kulit memang luar biasa.


(1)

77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah diuraikan beberapa bab dari penelitian tentang

“Perkembangan Doa Kautsaran Pada Tarekat Shiddiqiyyah di Losari, Ploso, Jombang (1956-2009), penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang

dipergunakan sebagai bahan pemikiran atau pertimbangan sebagai berikut:

1. Doa Kautsaran tidak langsung turun begitu saja. Doa ini turun secara

berangsur-angsur. Saat itu mursyid tarekat Shiddiqiyyah yang bernama

kiai Muchammad Muchtar Muthi yang menerima ilhām rūhī ketika

melakukan perjalanan tahun 1956. Ia melakukan perjalanan dari daerah

satu ke daerah lainnya, dari makam satu ke makam yang lainnya. Makam

yang dikunjunginya merupakan makam orang-orang yang menyebarkan

Islam di beberapa daerah dan dikenal banyak orang. Setelah ia menerima ilhām rūhī, ia menyusun dan memberikan nama sesuai dengan keadaan yang terjadi.

2. Penyebaran Doa Kautsaran berlangsung dengan cukup baik. Pertama kali

doa ini hanya diamalkan oleh kiai Muchammad Muchtar Muthi saja.

Adanya banyak keberkahan yang telah didapatkannya menyebabkan ia

terdorong untuk menyebarkan Doa Kautsaran ini. Akhirnya ia

berkeinginan untuk berbagi dengan yang lainnya. Dari situlah kiai


(2)

78

juga ia membuat sebuah gubuk yang digunakan untuk melaksanakan

pengamalan doa tersebut bersama dengan muridnya. Selain itu, ia juga

mampu membangun sebuah pondok pesantren yang megah bernama

Majmal Bahrain tahun 1974. Saat itu ia dibantu oleh murid-muridnya

sendiri. Keindahan sani ukir yang menghiasi pondok pesantren ini seakan–

akan membuat orang-orang yang berkunjung menjadi takjub. Tidak

berhenti disitu saja ia juga membentuk Jamiyah Kautsaran Putri tahun

1981 dan juga berkembang menjadi cabang-cabang di beberapa daerah

yang tersebar di Indonesia.

3. Pengamalan Doa Kautsaran bisa dilaksanakan secara berkelompok dan

juga sendiri. Keduanya memiliki kesamaan manfaat. Doa Kautsaran ini

bisa digunakan untuk seseorang yang belum lahir (masih dalam

kandungan ibunya) sampai meninggal dunia. Mengamalkan Doa

Kautsaran sama halnya dengan berzikir. Sehingga ketika sesorang itu

mengamalkan Doa Kautsaran akan merasakan kedamaian dan ketentraman

hati, merasa dekat dengan Allah Swt., bisa membersihkan jiwa dari


(3)

79

B. Saran

Setelah menguraikan tentang penelitian ini, penulis dengan sangat

rendah hati ingin memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat, saran

yang ingin disampaikan sebagai berikut:

1. Kegiatan keagamaan sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh Jamiyah

Kautsaran Putri hendaknya terus dilaksanakan, karena dengan adanya

kegiatan Doa Kautsaran mampu mengembangkan budaya berzikir dalam

Jamiiyah Kautsaran Putri.

2. Harapan yang begitu besar terhadap Jamiyah Kautsaran Putri untuk tetap

di jalurnya, sebagai wadah (gerakan moral) keagamaan sehingga

terciptanya kehidupan beragama dalam masyarakat pada umumnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. Sejarah dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1987.

Almusjtaba, Muchtarulloh. Doa-doa Muqoddimah Kautsaran dan Syair Pohon

Shiddiqiyyah. Jombang: Al-Ikhwan. Tanpa Tahun.

_________. Kautsaran dan Dasar-dasar Wirid Kaustaran. Jombang: Al-Ikhwan.

2012.

_________. Sejarah Penyusunan Doa Kautsaran. Jombang: Al-Ikhwan. 2014.

Anas, Abu. Ulasan Lengkap Tawassul. Jakarta: Darul Haq. 2013.

Aqil bin Ali Al-Mahdi, Muhammad. Mengenal Tarekat Sufi. Jakarta: Pustaka Pelajar,

2001.

Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning Pesantren dan Thoriqot. Bandung: Mizan.

1995.

Dhofier, Zamachsyari. Tradisi Pesantren. Yogyakarta: LP3ES. 1980.

Djarwanto. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penelitian Skripsi.

Jakarta: Liberty. 1990.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Kenudayaan. Yogyakarta: Pustaka

Widyautama. 2006.

Isa, Ahmad Bin Abdullah. Ensiklopedi Doa dan Wirid Shohih. Surabaya: Pustak

Elba. 2006.

Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:

Gramedia. 1993.

Kasdi, Aminuddin. Memahami Sejarah. Surabaya: UUP. 2011.

Mulyati, Sri. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia.

Jakarta: Kencana. 2004.

Mu’thi, Muchammad Muchtar. Informasi tentang Thoriqoh Shiddiqiyyah Jilid ke-3. Jombang: Al-Ikhwan. 2005.

Nasih, A. Munjin. Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid. Jombang: Al-Ikhwan.


(5)

Nasution, Harun. Islam Ditijau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II. Jakarta: UI Press.

2002.

Pranoto, et al. Sejarah Thoriqoh Shiddiqiyyah Fase Pertama. Jakarta: Aspeka

Pratama. 2014.

Rifai, Muhammad. K.H. Wahab Hasbullah: Biografi Singkat 1888-1971.Jogjakarta:

Garasi House Of Book. 2010.

Roucek, Joseph S. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Bina Aksara. 1984.

Sanihiyah, TM. Himpunan Doa dan Dzikir Pilihan. Surabaya: Al-Falah, Tanpa

Tahun.

Widjiaksono. Mengislamkan Tanah Jawa. Bandung: Mizan. 1995.

Zulaicha,Lilik. Metodologi Sejarah. Surabaya: Tanpa Penerbit. 2008.

Internet:

http://Hamdiblogger.blogspot.com

http://www.disparbud.jabarprov.go.id. Diakses pada tanggal 15 Nopember 2015. www.wikipedia.com diakses pada tanggal 15 Nopember 2015.

www.worlddeventer.com diakses pada tanggal 13Nopember 2015.

Wawancara:

Bapak Adib. Kholifah Shiddiqiyyah. Wawancara. Ploso, Jombang. 29 September 2015.

Bapak Asmuin. Guru Agama sekaligus warga shiddiqiyyah. Wawancara. Warugunung, Dawarblandong, Mojokerto. 27 Desember 2015.

Bapak Munaji. Warga Shiddiqiyyah. Wawancara. Sumberdadi, Dawarblandong. Mojokerto. 13 Desember 2015.

Budi. Warga Shiddiqiyyah. Wawancara. Mojokerto. 27 Nopember 2015.

Ibu Mahfud. Masyarakat sekitar Lokasi Pusat Shiddiqiyyah. Wawancara. Ploso, Jombang. 19 Desember 2015.


(6)

Jefri Alamsyah. Warga Shiddiqiyyah. Wawancara. Sidoarjo. 10 Desember 2015. Lia. Warga shiddiqiyyah. Wawancara. Sidoarjo. 26 Desember 2015.

Mbak Laili. Penjaga Kantor Jami’iyah Kautsaran Putri. Wawancara. Ploso, Jombang. 26 Nopember 2015 dan 26 Desember 2015.