Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual dalam Aliran Musik Band Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali) T1 352008604 BAB IV

(1)

BAB IV

ALIRAN MUSIK BLACKMETAL DI WILAYAH KABUPATEN BOYOLALI

Blackmetal merupakan salah satu sub-genre dari Metal Underground. Blackmetal memiliki keunikan dari aliran-aliran musik metal yang lainnya, dari sisi penampilan, lirik lagunya maupun kostum dan aksesoris yang digunakan oleh pemain band dari aliran ini. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini akan mengupas dan menjelaskan lebih banyak tentang Aliran Musik Blackmetal, terutama yang berada di Kabupaten Boyolali.

4.1 Sejarah umum musik Blackmetal

Blackmetal adalah sebuah terms dari aliran ekstrim metal yang dipelopori oleh band NWOBHM (New wave of british heavy metal), bernama VENOM. Venom memberikan cacatan sejarah dengan memberikan konsep awal dari musik Black Metal ini, dengan karakteristik sound yang kasar, vokal yang shrieking dan tema lagu-lagu dengan suasana mistis, paganis dan horror. Gelombang pertama dari musik Black metal selain Venom, ada Bathory dari Swedia, King Diamond / Mercyful Fate dari Denmark juga Celtic Frost / Hellhammer dari Swiss dan

Death SS dari Italia. Jerman juga mencatat band seperti Sodom, Destruction dan

Necronomicon, namun kurang diperhitungkan sebagai pelopor dari Black Metal karena liriknya kebanyakan mengemukakan tentang peperangan, walaupun dari atribut yang digunakan dan konsep musiknya sama seperti pelopor Black Metal lainnya, kecuali untuk Sodom di dalam album In the sign of evil dan


(2)

Necronomicon di album pertamanya yang dapat dikategorikan sebagai album referensi sebagai awal perkembangan aliran black metal ini.

Band gelombang pertama inilah yang merasuki dan menjiwai anak anak muda di Skandinavia untuk memulai sesuatu yang lebih ekstrim dengan penjiwaan paganis sesuai dengan kebudayaan nenek moyang mereka sebagai bangsa Viking. Sedangkan gelombang kedua dari musik Black Metal diawali oleh perkembangan aliran musik ini yang semakin berevolusi dengan berbagai karakter

bermusik dipelopori oleh Mayhem dari Norwegia

(http://dzaoent.blogspot.com/p/sejarah-black-metal.html dipost tanggal 3 Januari 2010).

Seperti yang tertulis adalah artikel yang ditulis oleh mahasiswa ISI Surakarta, dalam artitel tersebut menyebutkan bahwa Blackmetal yang ada di Jawa itu menganut Pagan dan aliran Kejawen. Dalam kamus bahasa Indonesia Pagan dapat diartikan sebagai penyembahan berhala, namun dalam hal ini pagan yang dimaksud adalah ajaran untuk menghargai dan menghormati Tuhan, Alam sekitarnya dan dengan manusia dan atau pagan diartikan sebagai kebudayaan lokal1. Jika kita mengikuti makna pagan dalam kamus bahasa indonesia bisa saja akan banyak orang salah mengartikan makna pagan tersebut, sedangkan padan sendiri ada yang mengartikannya sebagai kebudayaan lokal. Dalam kedjawen juga mengajarkan tentang menghormati dan menghargai yang ada disekitar kita karena semua itu merupakan bentuk ucapan syukur kita untuk apa yang kita dapatkan selama ini.

1“Pagan sepengertian saya adalah budaya lokal, lha pagannya yang ada dijawa ya ritual tersebut” (Wawancara dengan Agung Siramandalem Legion pada tanggal 28 November 2012)


(3)

Usman Genderuwo2 salah satu penikmat musik Blackmetal mengatakan

bahwa “Blackmetal adalah genre musik metal yang memperjuangan kesejatian

atau suatu seni pengekspresian keindahan kegelapan, kuatnya kegelapan, bahwa setiap mahluk hidup mempunyai sisi gelap dalam jiwa mereka yang dalam. Selain itu juga memperjuangkan dan mengingatkan tentang kejayaan leluhur dimasa lampau, mempertahankan tradisi dan budaya lokal dan mengkritisi gaya hidup konsumerisme, ajaran agama dengan pemikiran dangkal, dan mengingatkan kita tentang kematian bahwa harta dan tahta akan membusuk, dan kesejatian kita sebagai jiwa kuat dengan kearifan lokal, hidup dengan alam, partyculary relation with our God, dan bangga sebagai anak ring of fire atau garda nusantara yang jaya.” (Wawancara, 25 Desember 2012). Usman juga mengutarakan bahwa secara garis besar Blackmetal adalah aliran yang antichrist karena sejarah mengatakan aliran ini muncul untuk memerangi kristen yang pada saat itu menggunakan ajaran paksaan, yang tidak mau mengikuti ajaran kristen akan dihancurkan, menurt sejarah disebuah bukit di Norway yang merupakan ground zero kaum pagan norway yang digunakan sebagai tempat merayakan upacara ritual dihancurkan kaum kristen dan dibangun gereja tepat diatasnya, ini merupakan penghinaan yang dilakukan oleh kaum kristen dan sebagai tanda bahwa kristen sama sekali tidak menghormati budaya norway.

Musik Blackmetal disajikan sebagai bentuk ekspresi emosional langsung yang dipandang baik sebagai sesuatu yang menghibur, melibatkan dan sahh oleh

2

Wawancara dengan Usman Genderuwo, Vocal Scream dan Growl band Kalabintalu (Blackened Javanical Pagan Folk Metal) pada tanggal 25 Desember 2012


(4)

audiens kawula muda pada umumnya maupun dipandang sebagai sesuatu yang membahayakan tidak terkontrol atau disebut musik setan (Devil’s music) oleh orang-orang tua pada umumnya. Karena audiens pada kalangan usia dewasa telah terbiasa dengan pola tingkah laku yang lebih terkontrol dan formal serta telah terbiasa menahan emosi. (Stratton, 1989)

4.2 Musik di Kabupaten Boyolali

Manusia telah mengenal musik sejak berabad-abad yang lalu, bahkan ketika jaman kehidupan manusia purba, hanya saja konsep mengenai musik mulai banyak dibicarakan sejak abad ke-17 (Passaribu, 1953). Musik bersumber dari

kata “Muse”. Kata “Muse” yang kemudian diambil alih kedalam bahasa Inggris

jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai renungan. Menurut mitologi Yunani Muse dan sembilan saudaranya dewi-dewi kesenian, mereka adalah penciptakan lagu, puisi, seni, dan pengetahuan, mereka lahir dari hasil perkawinan antara Dewa Zeus dengan Dewi Mnemosyne. Hal ini mengambarkan bahwa telah berabad-abad lamanya manusia sesungguhnya menyadari bahwa musik memiliki dampak spiritual yang besar bagi kesejahteraan hidup manusia (Campbell, 1997).

Lepas dari sejarah dan mitologi, disebutkan bahwa musik adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa melodi, irama dan harmoni dengan unsur pendukung bentuk gagasan, sifat dan warna bunyi, namun penyampaiannya masih berpadu dengan unsur-unsur lain seperti bahasa, gerak dan warna (Suharto, 1992). Sedangkan menurut T. Slamet Suparno (2003)


(5)

musik adalah suatu bentuk kesenian yang dapat mengeluarkan aneka perasaan dan gelora jiwa melalui media suara. Dalam hal ini ia lebih menyoroti musik dari sudut pandang budaya, maksudnya sebuah musik dari hasil kebudayaan suatu kelompok masyarakat.

Kabupaten Boyolali sebagai salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah sebesar 101.510,1 hektar secara administratif Kabupaten Boyolali terdiri dari 19 Kecamatan yang terbagi menjadi 262 desa, batas-batas wilayah Kabupaten Boyolali adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Sukoharjo; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.

Secara geografis Kabupaten Boyolali membentang barat-timur sepanjang 48 km, dan utara-selatan 54 km. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal. Jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali berkisar 949.583 jiwa(2008) dengan jumlah kepadatan penduduknya 935,46 jiwa/km2.

Dijaman yang semakin modern dan maju ini muncul bermacam-macam jenis musik, seperti musik Pop, Rock, Jazz, Dangdut, Metal dll. Di Boyolali musik yang muncul juga bermacam-macam variasi dan penikmatnya juga lumayan banyak. Di Boyolali juga sering mengadakan event-event musik yang bertujuan


(6)

untuk mempersatukan perbedaan antara aliran musik yang satu dengan aliran musik yang lain karena musik bersifat bebas dan didalam musik tidak ada perbedaan. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa aliran musik Metal masih memiliki beberapa sub-genre lagi seperti Deathmetal, Gothic, Blackmetal dll. Walaupun aliran-aliran ini penikmatnya hanya sedikit namun dikalangan remaja dan anak-anak cukup memiliki pendukung dan penikmat yang lumayan banyak. Di Boyolali sendiri penggemar dari aliran musik ini cukup banyak. Aliran musik Blackmetal di Boyolali sendiri memiliki beberapa band yang cukup terkenal dikalangannya seperti Siramandalem Legion, Hastonoloyo, Sasmito Gaib, Bhrobosan, Astonoloyo dll.

4.3 Sekilas tentang sejarah masuknya aliran musik Blackmetal di Boyolali

Musik atau lagu adalah salah satu alternatif hiburan untuk menghilangkan rasa kejenuhan. Semua orang pasti suka musik dan musik yang mereka sukai juga pasti berbeda-beda. Dewasa ini aliran musik yang muncul sudah mulai bermacam-macam salah satunya adalah “Musik Metal Underground”. Aliran musik ini masih memiliki beberapa aliran lagi diantaranya adalah Gothic, Blackmetal, Deathmetal, Brutaldeath dan lain-lain. Istilah Underground atau dalam bahasa Indonesia diartikan bawah tanah, muncul karena aliran musik ini ingin memprotes ataupun memberontak terhadap tatanan-tatanan yang sudah ada dalam kehidupan mereka yang mereka anggap tidak sesuai dan ada pemaksanaan, karena mereka tidak bisa meluapkan kekecewaan mereka terhadap sistem yang ada secara terbuka dimuka umum, akhirnya mereka membentuk aliran musik dan menuangkan semua kekecewaan mereka didalam musik.


(7)

Jika diartikan dari namanya Blackmetal berarti aliran musik metal yang hitam, karena penggambaran dari personil band dan penikmat musik ini selalu menggunakan kostum berwarna hitam (Kaos berwarna hitam dengan logo-logo atau gambar-gambar metal dan nama band metal lokal maupun band metal luar negeri), istilah ini disebutan dengan istilah “Irengan” karena kostum yang mereka pakai identik dengan warna hitam. Berdasarkan hasil wawancara dengan Mbah Gombloh salah satu senior penggemar Blackmetal di Boyolali, Beliau mengatakan bahwa “Aliran musik Blackmetal pertama kali masuk di wilayah Kabupaten Boyolali antara tahun 1990-an dan sekitar tahun itu acara pertama kali diadakan di lapangan Kridanggo sebelum Kantor Kabupaten Boyolali. Band yang membawa wabah Blackmetal untuk pertama kali di Boyolali ini adalah MAKAM band asal Surakarta.”3

Menurut artikel yang di tulis oleh Ilham Riski Satriawan, Mahasiswa Etnomusikologi di ISI Surakarta mengatakan bahwa “Musik Blackmetal Makam berakar pada Paganisme dan ajaran Jawa (Kedjawen). Kelompok musik makam yang berada di kota Surakarta merupakan kelompok musik Blackmetal dengan mengusung konsep sebuah ideologi pagan Jawa dan ajaran Jawa. Ideologi musik makam merupakan sebuah warisan kepercayaan spiritual asli dari nenek moyang suku Jawa. Ajaran Kedjawen Kabuyutan Hangajawi atau Kahayuangan

3

Wawancara dengan Mbah Gombloh senior penggemar musik Blackmetal di Boyolali pada tanggal 26 September 2012


(8)

merupakan salah satu kepercayaan spiritual yang dianut oleh para nenek moyang asli suku Jawa pada jaman dahulu”.4

4.3.1 Sekilas tentang komunitas Pengging Total Hitam

Kelompok merupakan salah satu konsep penting dalam sosiologi, namun belum ada suatu kesepakatan mengenai definisi suatu kelompok. Tapi ada suatu definisi kelompok yang lebih disenangi oleh para sosiolog yang mengartikan istilah kelompok itu adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya dan saling berinteraksi (Paul B Horton, 1999), maka bila ada 2 orang yang antri di toilet tidak bisa disebut suatu kelompok, tetapi bila orang tersebut melakukan suatu interaksi dalam bentuk apapun, maka bisa disebut sebagai kelompok. Karena manusia itu memang spesial tidak seperti makhluk Tuhan lainnya, misalnya saja bayi tidak bisa hidup tanpa bantuan orang tuanya, karena manusia itu mempunyai suatu akal, pikiran, naluri, perasaan, hasrat, dan juga nafsu.

Hubungan antar manusia, manusia memiliki suatu hasrat yaitu hasrat untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (masyarakat) dan juga dengan lingkungan di sekitarnya, maka untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut manusia membutuhkan suatu pikiran, perasaan dan kehendak. Jadi pada dasarnya pengertian dari kelompok itu adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaanya dan saling

4

Diposkan oleh Rencansih di 1:07 PM. http://sanggit.blogspot.com/2012/10/musik-black-metal-makam-berakar-pada.html diunduh tanggal 20 Oktober 2012


(9)

berinteraksi. Semua itu menimbulkan kelompok-kelompok sosial/social group, sehingga untuk terbentuknya suatu kelompok diperlukannya beberapa persyaratan, yaitu:

Adanya kesadaran sebagai dari suatu kelompok.

Memiliki suatu struktur, kaidah serta pola perilaku yang sama.

Mempunyai norma-norma yang mengatur hubungan di antara anggotanya.

Mempunyai kepentingan bersama.

Adanya interaksi dan komunikasi diantara anggotanya.

(Horton, 1999)

Komunitas Metal Underground merupakan suatu komunitas yang melakukan pergerakan secara diam-diam atau tidak diketahui banyak orang. Mereka menyebut gerakan tersebut dengan UR (Underground Resistance) dan tidak memilih jalur formal untuk mendirikan suatu perkumpulan. Alasan mereka tidak mau menjadi suatu komunitas yang formal karena mereka merasa hal tersebut hanya merupakan birokrasi yang berbelit-belit (Birokrasi Kompleks). Terdapat suatu keyakinan dalam diri mereka yaitu jika ingin menyuarakan suara, cukup dengan beraksi dari diri sendiri dan orang-orang sekitar yang dekat. Sehingga komunitas Underground lebih condong atau terlihat suatu wadah untuk kumpul atau nongkrong. Mereka pun memilih untuk nongkrong di emperan toko pada malam hari. Hal tersebut dikarenakan banyak dari mereka merasa berkumpul di siang hari terlihat lebih menarik perhatian, terlebih mereka sadar bahwa mereka


(10)

merupakan kaum yang dikesampingkan oleh masyarakat dan dianggap sebagai sesuatu yang meresahkan.

Persamaan keyakinan baik berupa hobi, gaya hidup, paham, dsb, dalam diri merekalah yang membuat persaudaraan mereka lebih erat karena merasa sama rasa, rata dan tanpa perbedaan, terlebih terdorong dari pribadi sendiri yang secara sadar untuk masuk ke dalam komunitas tersebut tanpa paksaan. Setelah masuk ke dalam komunitas, secara sadar maupun tidak, biasanya individu tersebut akan mengikuti pola life style dari komunitas tersebut. Kelompok/komunitas Blackmetal ini bisa dibilang peminatnya lebih sedikit dibandingkan dengan peminat aliran musik yang lainnya. Seperti komunitas yang ada di Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Di daerah ini terdapat komunitas Metal yang masih berusaha untuk menjaga eksistensi bermusik mereka dan kekompakan mereka bukan hanya dalam aliran Blackmetal namun juga aliran musik lain seperti Deathmetal, Hardcore, Gothicmetal dll, walaupun mereka sadar bahwa peminat aliran musik ini lebih sedikit dibandingkan dengan aliran musik yang lainnya, namun mereka tetap berusaha untuk menjaga eksistensi mereka dalam bermusik.

Komunitas ini adalah PTH (Pengging Total Hitam), komunitas ini terdapat di Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Sejarah awal mula munculnya Komunitas PTH (Pengging Total Hitam) terbentuk antara tahun 2003. Pendiri komunitas ini adalah Pak Doddik (Traxtor/Mortorg/Tragical Memories) dan Yusuf Wiyono Bassis Siramandalem Legion. Tujuan terbentuknya komunitas ini adalah mereka ingin semua aliran musik atau semua genre itu bisa menyatu


(11)

dalam satu wadah dan dalam wadah itu mereka bisa saling bertukar pikiran, bertukar pengalaman dan saling menghargai antara satu genre dengan genre yang lainnya. Untuk membuktikan bahwa komunitas ini berjalan dan terorganisasi dengan baik, PTH (Pengging Total Hitam) beberapa kali membuat sebuah event musik, event musik yang paling besar yang pernah mereka buat, event yang mereka buat hingga 2 hari berturut-turut, dengan tema “The Day Dark Fest”.

Komunitas Pengging Total Hitam, dengan mentor, Doddik (Traxtor/Mortorg/Tragical Memories) dan dibantu supervisi Kusworo (Holy Flesh), pada tahun 2010 anak-anak muda Pengging menggagas sebuah event metalfest yang digelar selama dua hari berturut turut. Sebuah kegiatan mengacu pada event metalfest yang ada di luar negeri. Menggarap event metalfest selama dua hari yang membutuhkan persiapan yang luar biasa. Mereka menyiapkannya selama berbulan-bulan. dan tentunya dengan segala sesuatu yang dipersiapkan sedemikian rupa, mengingat dalam dua hari ini, event metalfest menghadirkan nama-nama besar seperti Funeral Inception (Jakarta), Devadata (Surabaya), Rezume (Bali), Tragical Memories (Boyolali), Down For Life (Solo), Siksa Kubur

(Jakarta), dan Venomed (Yogjakarta). Mulai dari venue, sound system, dan segala pernak-perniknya. Acara ini menunjukkan bahwa komunitas PTH (Pengging Total Hitam) memiliki nilai positif dengan menunjukkan kekompakan mereka dalam menggarap sebuah event besar yang dilaksanakan selama 2 hari tersebut.

Selain event yang diselenggarakan selama 2 hari tersebut, event yang mereka garap belum lama juga pada tanggal 10 Juli 2012 mereka kembali menggagas sebuah event yang mendatangkan bintang tamu dari Jakarta


(12)

(SOULSICK), dengan menggarap event ini mampu menunjukkan kekompakan anak-anak PTH (Pengging Total Hitam) bahwa mereka memiliki kemauan untuk maju dan memiliki kreativitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu mereka juga mampu menunjukkan bahwa komunitas PTH bukan hanya tempat atau wadah untuk nongkrong-nongkrong saja namun juga tempat untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam berorganisasi.

4.3.2 Sekilas Tentang SDL (Siramandalem Legion)

Salah satu band dengan aliran Blackmetal yang cukup terkenal diantara penikmat musik Blackmetalnya adalah Siramandalem Legion. Sejarah tentang awal berdirinya band yang bernama Siramandalem Legion ini lahir pada 13 Juni 2000 di tanah Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Awalnya band ini bernama ARWAH GELAP dengan konsep formasi personilnya adalah Blackistadz sebagai vocal dan pemain rhytem, Yusuf Blasstorm sebagai pemain lead guitars, Edo sebagai pemain bass, dan Andri sebagai pemain drumnya. Seiring dengan berjalannya waktu, pada pertengahan tahun 2003 formasi ini berubah dengan additional vocal dipegang oleh Wongso, dikarenakan pada saat itu sang vocal baru ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan.

Pada tahun 2005 formasi ini berubah lagi karena pemain drum dan bassnya sudah tidak sejalur lagi dengan konsep dan idealisme dari Siramandalem sendiri, maka posisi itu diganti oleh Garut sebagai pemain bass, dan Agung sebagai pemain drum yang menggantikan personil yang sebelumnya. Formasi ini berjalan hanya dalam 1 tahun, karena sang bassis keluar untuk pergi merantau


(13)

mencari pekerjaan. Formasi ini bertahan sampai sekarang dan pada formasi ini ada sedikit perubahan yaitu vocal dipegang oleh Blackistadz sekaligus dia juga memainkan lead guitars, Yusuf Blasstorm sebagai pemain bass, dan Agung Dalbarian sebagai pemain drumnya.

Pada tahun 2005 ARWAH GELAP berganti nama dengan SIRAMANDALEM LEGION. Siramandalem Legion ini berarti sebagai tentara penjaga pemandian suci para raja-raja terdahulu KERATON PENGGING HANDAYANINGRAT, karena menurut sejarahnya Pengging dahulu adalah sebuah keraton. Selama perjalanan band Siramandalem Legion, mereka sudah mengikuti berbagai event dalam kota maupun luar kota. Siramandalem Legion mengusung tema DEATH SYMPHONIC JAVANESSE WAR METAL. Konsep musik mereka menggabungkan antara Blackmetal dengan konsep Jawa perang yang kemudian ditambah dengan sedikit ritual. Artis yang mereka sukai diantaranya adalah Marduk, Dark Funeral, Gorgoroth, Ov Hell, Venom, Mayhem, Bathory dll. Siramandalem Legion sudah merekam beberapa karya mereka di Biru Studio yang beralamat di Solo, lagu yang mereka buat diantaranya adalah Tahta Setan dan Gending Kematian, dua lagu ini cukup disukai oleh penikmat musik Blackmetal.

4.3.5 Kegiatan dan Ritual

Blackmetal selalu identik dengan warna hitam, demikian juga dengan personil-personilnya dan sampai penikmati aliran musik ini pun selalu


(14)

Band tersebut adalah “Siraman Dalem Legion”, yang berarti

Siramandalem (pemandian raja atau ratu), sedangkan Legion (pasukan), jadi Siraman Dalem Legion dapat diartikan sebagai pasukan penjaga pemandian raja atau ratu. Dalam setiap penampilannya, mereka, personil Siramandalem Legion selalu menggunakan riasan wajah (corpsepaint), aksesoris-aksesoris dan satu hal yang selalu mereka lakukan sebelum mereka tampil di atas panggung adalah mereka melakukan sebuah ritual. Mereka selalu melakukan ritual sebelum mereka tampil diatas panggung. Sebelum band ini tampil dalam sebuah acara biasanya mereka akan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan yang akan menunjang penampilan mereka diatas panggung. Beberapa kesempatan dalam event yang diadakan beberapa waktu yang lalu, Siramandalem Legion mendapatkan kesempatan untuk tampil dan perform. Pada tanggal 10 Juni 2012 yang lalu PTH (Pengging Total Hitam) membuat sebuah acara dengan tema “Hate Fest”. Dalam event ini Siramandalem Legion mendapatkan kesempatan untuk memeriahkan acara tersebut. Penulis juga mendapatkan kesempatan untuk melihat dan menyimak langsung apa yang dilakukan band ini sebelum mereka tampil diatas panggung. Mula-mula mereka akan merias wajah mereka dengan 2 (dua) warna yaitu hitam dan putih, istilah merias wajah ini disebut dengan Corpse Paint. Mereka merias wajah mereka dengan tujuan ingin menampilkan sisi garang atau sisi seram yang akan menunjang penampilan meraka diatas panggung. Dalam sebuah artikel di Majalah Musik for Life (2011) mengatakan bahwa “Corpse Paint bermaksud untuk menciptakan citra mayat dalam diri mereka, atau secara ideologi


(15)

mereka ingin mengutarakan konsep inhumanity yang immortal, melawan sifat mortal alami dalam diri manusia”.

Pertama yang mereka lakukan adalah membersihkan wajah mereka dengan air ataupun pembersih wajah, lalu mengoleskan bedak putih yang dicairkan dengan air kemudian mereka oleskan di wajah mereka seperti menggunakan masker, agar bedak putih yang mereka pakai cepat mengering, mereka mengipasi wajah mereka, setelah kering wajah mereka akan seperti kertas putih yang siap untuk dilukis. Setelah selesai mengoleskan bedak putih tersebut mereka mengoleskan/menggariskan garis hitam diwajah mereka, warna hitam yang

mereka gunakan adalah “pideh” atau yang biasa digunakan oleh perias pengantin

Jawa “Paes” untuk mempercantik pengantin perempuan dalam adat Jawa. Mereka

menggariskan warna hitam tersebut ke wajah mereka yang putih seperti sudah ada motif di wajah mereka, dengan bebas mereka mengoleskan atau menorehkan pideh sebagai warna hitamnya diwajah mereka sesuai dengan keinginan mereka dan mereka tinggal mempertebal motif diwajah mereka itu. Setelah mereka selesai merias wajah mereka dengan dibantu crew-crew band, mereka mempersiapkan sebuah peralatan yang nantinya akan digunakan sebagai ritual tersebut. Mereka mempersiapkan sebuah Tampah kecil yang didalamnya terdapat kembang-kembang sekaran dan vas untuk meletakkan dupa yang sudah dibakar, dalam tampah tersebut mereka meletakkan stiker-stiker nama band mereka didalamnya.

Pengalaman yang penulis temukan pada saat mengikuti event beberapa waktu yang lalu, saat mereka naik keatas panggung tampah yang diguna ritual tersebut dibawa diatas panggung dan diletakkan ditengah-tengah formasi mereka,


(16)

bahkan mereka menambah efek dupa yang dibakar ini dengan sabut kelapa yang dibakar, dengan dukungan lighting lampu yang cukup mendukung, penampilan band ini cukup membuat merinding ketika mereka memulai lagu pertama mereka “Tahta Setan”. Bau dupa yang menyebar didalam ruangan bercampur dengan asap dari sabut kelapa yang dibakar, membuat penampilan mereka semakin menonjol, bisa merasakan bahwa atmosfer didalamnya cukup membuat merinding. Ketika lagu kedua yaitu “Gending Kematian” membuat penampilan mereka semakin memperlihatkan sisi mistis, dari lagu-lagu yang mereka mainkan seolah-olah membuat suatu energi magis yang menghipnotis semua penonton yang ada di tempat itu untuk menggerakkan tubuh mereka mengikuti alunan nada dan lagu yang mereka lantunkan. Hingga band ini selesai tampil para penonton masih terhipnotis dan masih ingin mendengarkan lagu-lagu yang mereka mainkan.

Setelah mereka tampil biasanya mereka akan langsung merapikan alat musik mereka seperti gitar, bazz dan double pedal serta peralatan yang mereka gunakan tadi. Karena menurut mereka peralatan yang mereka gunakan ibaratnya adalah sebuah senjata bagi mereka. Senjata perang mereka dalam menampilkan sebuah sajian kreatifitas bermusik mereka agar tidak punah.


(1)

dalam satu wadah dan dalam wadah itu mereka bisa saling bertukar pikiran, bertukar pengalaman dan saling menghargai antara satu genre dengan genre yang lainnya. Untuk membuktikan bahwa komunitas ini berjalan dan terorganisasi dengan baik, PTH (Pengging Total Hitam) beberapa kali membuat sebuah event musik, event musik yang paling besar yang pernah mereka buat, event yang mereka buat hingga 2 hari berturut-turut, dengan tema “The Day Dark Fest”.

Komunitas Pengging Total Hitam, dengan mentor, Doddik (Traxtor/Mortorg/Tragical Memories) dan dibantu supervisi Kusworo (Holy Flesh), pada tahun 2010 anak-anak muda Pengging menggagas sebuah event metalfest yang digelar selama dua hari berturut turut. Sebuah kegiatan mengacu pada event metalfest yang ada di luar negeri. Menggarap event metalfest selama dua hari yang membutuhkan persiapan yang luar biasa. Mereka menyiapkannya selama berbulan-bulan. dan tentunya dengan segala sesuatu yang dipersiapkan sedemikian rupa, mengingat dalam dua hari ini, event metalfest menghadirkan nama-nama besar seperti Funeral Inception (Jakarta), Devadata (Surabaya), Rezume (Bali), Tragical Memories (Boyolali), Down For Life (Solo), Siksa Kubur (Jakarta), dan Venomed (Yogjakarta). Mulai dari venue, sound system, dan segala pernak-perniknya. Acara ini menunjukkan bahwa komunitas PTH (Pengging Total Hitam) memiliki nilai positif dengan menunjukkan kekompakan mereka dalam menggarap sebuah event besar yang dilaksanakan selama 2 hari tersebut.

Selain event yang diselenggarakan selama 2 hari tersebut, event yang mereka garap belum lama juga pada tanggal 10 Juli 2012 mereka kembali menggagas sebuah event yang mendatangkan bintang tamu dari Jakarta


(2)

(SOULSICK), dengan menggarap event ini mampu menunjukkan kekompakan anak-anak PTH (Pengging Total Hitam) bahwa mereka memiliki kemauan untuk maju dan memiliki kreativitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu mereka juga mampu menunjukkan bahwa komunitas PTH bukan hanya tempat atau wadah untuk nongkrong-nongkrong saja namun juga tempat untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam berorganisasi.

4.3.2 Sekilas Tentang SDL (Siramandalem Legion)

Salah satu band dengan aliran Blackmetal yang cukup terkenal diantara penikmat musik Blackmetalnya adalah Siramandalem Legion. Sejarah tentang awal berdirinya band yang bernama Siramandalem Legion ini lahir pada 13 Juni 2000 di tanah Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Awalnya band ini bernama ARWAH GELAP dengan konsep formasi personilnya adalah Blackistadz sebagai vocal dan pemain rhytem, Yusuf Blasstorm sebagai pemain lead guitars, Edo sebagai pemain bass, dan Andri sebagai pemain drumnya. Seiring dengan berjalannya waktu, pada pertengahan tahun 2003 formasi ini berubah dengan additional vocal dipegang oleh Wongso, dikarenakan pada saat itu sang vocal baru ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan.

Pada tahun 2005 formasi ini berubah lagi karena pemain drum dan bassnya sudah tidak sejalur lagi dengan konsep dan idealisme dari Siramandalem sendiri, maka posisi itu diganti oleh Garut sebagai pemain bass, dan Agung sebagai pemain drum yang menggantikan personil yang sebelumnya. Formasi ini berjalan hanya dalam 1 tahun, karena sang bassis keluar untuk pergi merantau


(3)

mencari pekerjaan. Formasi ini bertahan sampai sekarang dan pada formasi ini ada sedikit perubahan yaitu vocal dipegang oleh Blackistadz sekaligus dia juga memainkan lead guitars, Yusuf Blasstorm sebagai pemain bass, dan Agung Dalbarian sebagai pemain drumnya.

Pada tahun 2005 ARWAH GELAP berganti nama dengan SIRAMANDALEM LEGION. Siramandalem Legion ini berarti sebagai tentara penjaga pemandian suci para raja-raja terdahulu KERATON PENGGING HANDAYANINGRAT, karena menurut sejarahnya Pengging dahulu adalah sebuah keraton. Selama perjalanan band Siramandalem Legion, mereka sudah mengikuti berbagai event dalam kota maupun luar kota. Siramandalem Legion mengusung tema DEATH SYMPHONIC JAVANESSE WAR METAL. Konsep musik mereka menggabungkan antara Blackmetal dengan konsep Jawa perang yang kemudian ditambah dengan sedikit ritual. Artis yang mereka sukai diantaranya adalah Marduk, Dark Funeral, Gorgoroth, Ov Hell, Venom, Mayhem, Bathory dll. Siramandalem Legion sudah merekam beberapa karya mereka di Biru Studio yang beralamat di Solo, lagu yang mereka buat diantaranya adalah Tahta Setan dan Gending Kematian, dua lagu ini cukup disukai oleh penikmat musik Blackmetal.

4.3.5 Kegiatan dan Ritual

Blackmetal selalu identik dengan warna hitam, demikian juga dengan personil-personilnya dan sampai penikmati aliran musik ini pun selalu menggunakan warna hitam sehingga disebut dengan “irengan”.


(4)

Band tersebut adalah “Siraman Dalem Legion”, yang berarti Siramandalem (pemandian raja atau ratu), sedangkan Legion (pasukan), jadi Siraman Dalem Legion dapat diartikan sebagai pasukan penjaga pemandian raja atau ratu. Dalam setiap penampilannya, mereka, personil Siramandalem Legion selalu menggunakan riasan wajah (corpsepaint), aksesoris-aksesoris dan satu hal yang selalu mereka lakukan sebelum mereka tampil di atas panggung adalah mereka melakukan sebuah ritual. Mereka selalu melakukan ritual sebelum mereka tampil diatas panggung. Sebelum band ini tampil dalam sebuah acara biasanya mereka akan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan yang akan menunjang penampilan mereka diatas panggung. Beberapa kesempatan dalam event yang diadakan beberapa waktu yang lalu, Siramandalem Legion mendapatkan kesempatan untuk tampil dan perform. Pada tanggal 10 Juni 2012 yang lalu PTH (Pengging Total Hitam) membuat sebuah acara dengan tema “Hate Fest”. Dalam event ini Siramandalem Legion mendapatkan kesempatan untuk memeriahkan acara tersebut. Penulis juga mendapatkan kesempatan untuk melihat dan menyimak langsung apa yang dilakukan band ini sebelum mereka tampil diatas panggung. Mula-mula mereka akan merias wajah mereka dengan 2 (dua) warna yaitu hitam dan putih, istilah merias wajah ini disebut dengan Corpse Paint. Mereka merias wajah mereka dengan tujuan ingin menampilkan sisi garang atau sisi seram yang akan menunjang penampilan meraka diatas panggung. Dalam sebuah artikel di Majalah Musik for Life (2011) mengatakan bahwa “Corpse Paint bermaksud untuk menciptakan citra mayat dalam diri mereka, atau secara ideologi


(5)

mereka ingin mengutarakan konsep inhumanity yang immortal, melawan sifat mortal alami dalam diri manusia”.

Pertama yang mereka lakukan adalah membersihkan wajah mereka dengan air ataupun pembersih wajah, lalu mengoleskan bedak putih yang dicairkan dengan air kemudian mereka oleskan di wajah mereka seperti menggunakan masker, agar bedak putih yang mereka pakai cepat mengering, mereka mengipasi wajah mereka, setelah kering wajah mereka akan seperti kertas putih yang siap untuk dilukis. Setelah selesai mengoleskan bedak putih tersebut mereka mengoleskan/menggariskan garis hitam diwajah mereka, warna hitam yang mereka gunakan adalah “pideh” atau yang biasa digunakan oleh perias pengantin Jawa “Paes” untuk mempercantik pengantin perempuan dalam adat Jawa. Mereka menggariskan warna hitam tersebut ke wajah mereka yang putih seperti sudah ada motif di wajah mereka, dengan bebas mereka mengoleskan atau menorehkan pideh sebagai warna hitamnya diwajah mereka sesuai dengan keinginan mereka dan mereka tinggal mempertebal motif diwajah mereka itu. Setelah mereka selesai merias wajah mereka dengan dibantu crew-crew band, mereka mempersiapkan sebuah peralatan yang nantinya akan digunakan sebagai ritual tersebut. Mereka mempersiapkan sebuah Tampah kecil yang didalamnya terdapat kembang-kembang sekaran dan vas untuk meletakkan dupa yang sudah dibakar, dalam tampah tersebut mereka meletakkan stiker-stiker nama band mereka didalamnya.

Pengalaman yang penulis temukan pada saat mengikuti event beberapa waktu yang lalu, saat mereka naik keatas panggung tampah yang diguna ritual tersebut dibawa diatas panggung dan diletakkan ditengah-tengah formasi mereka,


(6)

bahkan mereka menambah efek dupa yang dibakar ini dengan sabut kelapa yang dibakar, dengan dukungan lighting lampu yang cukup mendukung, penampilan band ini cukup membuat merinding ketika mereka memulai lagu pertama mereka “Tahta Setan”. Bau dupa yang menyebar didalam ruangan bercampur dengan asap dari sabut kelapa yang dibakar, membuat penampilan mereka semakin menonjol, bisa merasakan bahwa atmosfer didalamnya cukup membuat merinding. Ketika lagu kedua yaitu “Gending Kematian” membuat penampilan mereka semakin memperlihatkan sisi mistis, dari lagu-lagu yang mereka mainkan seolah-olah membuat suatu energi magis yang menghipnotis semua penonton yang ada di tempat itu untuk menggerakkan tubuh mereka mengikuti alunan nada dan lagu yang mereka lantunkan. Hingga band ini selesai tampil para penonton masih terhipnotis dan masih ingin mendengarkan lagu-lagu yang mereka mainkan.

Setelah mereka tampil biasanya mereka akan langsung merapikan alat musik mereka seperti gitar, bazz dan double pedal serta peralatan yang mereka gunakan tadi. Karena menurut mereka peralatan yang mereka gunakan ibaratnya adalah sebuah senjata bagi mereka. Senjata perang mereka dalam menampilkan sebuah sajian kreatifitas bermusik mereka agar tidak punah.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Film Dokumenter Komunitas BMX Boyolali T1 362012066 BAB IV

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual dalam Aliran Musik Band Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali)

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual dalam Aliran Musik Band Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali) T1 352008604 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual dalam Aliran Musik Band Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali) T1 352008604 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual dalam Aliran Musik Band Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali) T1 352008604 BAB V

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual dalam Aliran Musik Band Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali) T1 352008604 BAB VI

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual dalam Aliran Musik Band Siramandalem Legion (Studi Komunitas Blackmetal di Kabupaten Boyolali)

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nuansa Hati: Komposisi Musik Program dengan Format Combo Band T1 852015703 BAB IV

0 0 2

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Video Promosi Pariwisata Kabupaten Boyolali T1 BAB IV

0 2 32

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Groupthink Komunitas Club Motor dalam Solidaritas Kelompok: Studi pada Komunitas RAC Salatiga T1 BAB IV

0 0 5