Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembentukan Kesadaran Karyawan Akan Penerapan Kesetan dan Kesehatan Kerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia T2 912012009 BAB II

BAB 2
TELAAH PUSTAKA
2.1 Kesadaran
Kesadaran adalah sebuah konsep yang mengandung beberapa dimensi
pengertian. Pertama, kesadaran merupakan suatu proses internalisasi
terhadap informasi yang didapatkan dan menjadi nilai-nilai yang dianut
sehingga dapat diwujudkan setiap hari (Yudhanto & Budiharto, 2007).
Kedua, kesadaran adalah reaksi terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di
luar diri individu termasuk pengalaman dari suatu kondisi, yang dapat
mempengaruhi aktivitas manusia (King, 2010). Dengan kata lain, dalam
kesadaran terdapat pengetahuan yang diperoleh. Ketiga, kesadaran juga
harus memberikan kemampuan kepada manusia untuk belajar dari masa lalu,
agar dapat mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi dimasa akan datang
(Rose, 2012). Empat, kesadaran adalah cara untuk mempertahankan diri
dari ancaman serta mengembangkan diri dari lingkungan.
Konsep-konsep mengenai kesadaran tersebut meliputi sikap dan
perilaku. Sikap merupakan pandangan-pandangan atau perasaan yang
disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi,
5

sedangkan perilaku merupakan sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar

( Kohnstamm & Palland, 1984; Yang, 1994). Dari konsep tersebut dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara sikap dan perilaku dapat terjadi ketika
individu tersebut melakukan tindakan terhadap di dalam suatu lingkungan.
2.2 Terbentuknya Kesadaran
Pembentukan kesadaran didasarkan atas berbagai fenomena yang
terjadi di sekitar individu baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga individu memperoleh pengalaman, nilai-nilai, pendidikan (formal
dan tidak formal), sejarah, yang akhirnya membentuk kesadaran dari
individu dalam rangka aktivitas hidup setiap hari (Moran, 2000; Miller,
2002). Lebih jauh lagi, pembentukan kesadaran dapat dilihat dari berbagai
aktivitas manusia yang dipengaruhi oleh kemampuan sensorik dan motorik
(Ponty, 2004). Dari berbagai konsep di atas, pembentukkan kesadaran dapat
terjadi secara bertahap, kesadaran tidak terjadi dengan sendirinya.
Salah satu cara untuk menjelaskan pembentukkan kesadaran, dengan
menggunakan konsep persepsi. Persepsi itu sendiri adalah cara individu
dalam merespon segala sesuatu yang ada disekitarnya (Griffin, 2002). Pada
saat individu mempersepsikan suatu obyek secara berulang kali, maka

6


individu tersebut akan mendapatkan pemahaman khususnya berkaitan
dengan kesadaran.
2.3 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Sistem manajemen K3 memiliki beberapa dimensi pengertian.
Pertama, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) mengacu pada perlindungan
terhadap kesejahteraan fisik seseorang, kondisi fisik, mental, dan stabilitas
emosi (Mathis & Jackson, 2002). Kedua, sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja merupakan suatu upaya yang terencana untuk mencegah
terjadinya musibah kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Siswowardojo,
2003). Disamping dimensi dari sistem manajemen K3, K3 itu sendiri
memiliki beberapa pemahaman. Pertama, K3 adalah suatu program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan
(preventive) terhadap kecelakaan dan penyakit di tempat kerja, dengan cara
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit
dalam bekerja (Argama, 2006). Kedua, World Health Organization (WHO)
menyatakan K3 sebagai akses yang memberikan layanan kesehatan terhadap
pekerja yang ada di tempat kerja/perusahaan (Underhill & Quinlan, 2011).
Ketiga, K3 menjadi salah satu aspek perlindungan terhadap tenaga kerja dan

7


menjadi aset bagi perusahaan dan diatur dalam undang-undang (Epstein,
2012).
Berbicara mengenai K3 sebagai suatu sistem, maka terdapat tiga
alasan mengapa K3 harus dilaksanakan. Pertama, moral artinya pihak
pengusaha berupaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit
ditempat

kerja

didasarkan

alasan

kemanusiaan.

Tujuannya

untuk


mengurangi penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kedua, hukum artinya dengan adanya
aturan perundang-undangan mengenai K3 serta hukuman terhadap pihakpihak yang melanggar, maka setiap perusahaan yang melanggar ketentuan
K3 akan dikenakan denda dan supervisor dapat dipenjara atas kecelakaan
dan penyakit yang terjadi di perusahaan. Ketiga, ekonomi artinya kerugian
yang ditanggung perusahaan dapat jadi cukup tinggi walaupun kecelakaan
dan penyakit yang terjadi hanya kecil, kerugian tersebut meliputi biaya
asuransi sebagai kompensasi karyawan yang mengalami kecelakaan dan
penyakit akibat bekerja (Dessler, 2011). Beberapa aspek penting tentang K3
di perusahaan: (1) Pelatihan keselamatan kerja, bertujuan untuk melatih
karyawan khususnya karyawan baru yang belum mengetahui K3 yang ada
didalam perusahaan dan pelatihannya dilaksanakan dengan berbagai cara
8

diantaranya ceramah, peragaan, serta simulasi kecelakaan. (2) Kontes dan
publisitas keselamatan, artinya pihak perusahaan melakukan publikasi
tentang keselamatan dalam bekerja dengan cara membuat poster, nota
khusus, dan artikel terbitan perusahaan. (3) Pengontrolan lingkungan kerja,
dimana menentukan tempat kerja dan peralatan kerja merupakan pendekatan
utama dalam mengantisipasi resiko kecelakaan kerja. (4) Periksaan dan

disiplin, artinya pemeriksaan dilakukan oleh pengawas, anggota komite
keselamatan, serta perwakilan dari pihak asuransi yang bertugas menangani
kompensasi karyawan (Dewi, 2006). Setiap perusahaan yang menjalankan
K3 dengan baik, maka perusahaan tersebut akan memperoleh manfaat
diantaranya: produktivitas yang meningkat karena menurunnya jumlah hari
kerja yang hilang, menurunnya biaya asuransi dan biaya kesehatan, serta
meningkatkan keuntungan perusahaan.
2.4 Sistem K3, Kesadaran, dan Perilaku Individu
Sistem K3 merupakan sebuah sistem yang dipakai perusahaan untuk
menjalankan semua kebijakan mengenai K3 dan mengelola resiko
kecelakaan (Baer & Frese 2003). Sehingga setiap perusahaan yang
menjalankan sistem K3 dapat efektif dalam mengontrol setiap lingkungan
kerja yang ada di perusahaan. Setiap perusahaan yang menjalankan sistem
9

K3, maka perusahaan tersebut dapat melakukan penilaian terhadap seluruh
karyawan khususnya berkaitan dengan penerapan K3 (Robson, and Sale,
2001).

Apabila


perusahaan

menerapkan

sistem

K3,

maka

akan

meningkatkan citra perusahaan. Salah satu cara perusahaan dalam
menjalankan

sistem

K3


dengan

menanamkan

kesadaran

kepada

karyawannya. (Cooper, 2000) menyatakan kesadaran karyawan akan sistem
K3 dapat mempermudah karyawan dalam melaksanakan K3 itu dan
sebaliknya apabila sistem K3 yang itu diterapkan, maka kesadaran karyawan
akan K3 juga baik. Apabila perusahaan dan karyawan sama-sama menyadari
betapa pentingnya K3 dalam bekerja, maka potensi-potensi yang dapat
menyababkan kecelakaan kerja dapat diatasi (Morrison, Payne, and Wall,
2003).
Perilaku juga dibahas dalam konteks ini, karena perilaku berkaitan
dengan bagaimana seseorang bertindak dalam sebuah konteks. Perilaku
manusia merupakan semua tindakan/ kegiatan setiap manusia yang dapat
diamati secara langsung maupun dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003). Perilaku dapat dibagi ke dalam tiga unsur utama, yaitu

pengetahuan/kognitif, sikap/afektif, serta tindakan/psikomotor (Azwar,
2007). Dari kesadaran setiap individu, maka akan menghasilkan perilaku
10

yang berbeda-beda juga, misalnya perilaku pekerja yang pernah mengalami
suatu kecelakaan pada saat bekerja maka mereka akan cenderung berhatihati dalam bekerja dan memperhatikan segala sesuatu yang berhubungan
dengan keselamatan dirinya saat bekerja. Namun sebaliknya pekerja yang
tidak pernah mengalami kecelakaan pada saat bekerja maka mereka akan
kurang memperhatikan/tidak sadar akan hal-hal yang beresiko kecelakaan
dalam bekerja, dan perilakunya tidak akan berhati-hati dalam bekerja seperti
mereka yang pernah mengalami kecelakaan (Simanjuntak, 2003: King,
2010: Akpan, 2011: Rockers et al, 2012). Lebih lanjut lagi, pendekatan yang
dilakukan dalam menjalankan K3 adalah dengan menggunakan pendekatan
perilaku dan pendekatan fisik yang dimana perilaku mengarah pada peranan
dari setiap peserta/ karyawan serta pendekatan fisik mengarah kepada
pendidikan, pelatihan, dan pemakaian alat pelindung yang telah ditetapkan
(Mentang, 2013).

11


Dokumen yang terkait

MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT COCA COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA SEMARANG

1 10 91

PERBEDAAN KEDISIPLINAN KERJA DITINJAU DARI INSENTIF PADA KARYAWAN DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA.

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Pengaruh Budaya Perusahaan terhadap Kinerja Karyawan pada PT Coca Cola Bottling: studi kasus pada marketing

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembentukan Kesadaran Karyawan Akan Penerapan Kesetan dan Kesehatan Kerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia T2 912012009 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembentukan Kesadaran Karyawan Akan Penerapan Kesetan dan Kesehatan Kerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia T2 912012009 BAB IV

0 2 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembentukan Kesadaran Karyawan Akan Penerapan Kesetan dan Kesehatan Kerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia T2 912012009 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembentukan Kesadaran Karyawan Akan Penerapan Kesetan dan Kesehatan Kerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembentukan Kesadaran Karyawan Akan Penerapan Kesetan dan Kesehatan Kerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kinerja pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kinerja pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia

0 0 9