Terapi reward dan punishment untuk menangani perilaku bullying di sekolah MI Darul Ulum Tambakrejo Waru Sidoarjo.

(1)

TERAPI

REWARD

DAN

PUNISHMENT

UNTUK MENANGANI

PERILAKU

BULLYING

DI MI DARUL ULUM TAMBAKREJO

WARU SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Achmad Alfian Mufid (B03211039)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Achmad Alfian Mufid (B03211039). Terapi Reward dan Punisment Untuk Menangani Perilaku Bullying di MI Darul Ulum Tambak Rejo Sidoarjo. Fokus penelitian adalah 1) Bagaimana terapi reward dan punishment untuk menangani perilaku bullying di sekolah MI DARUL ULUM Tambakrejo? 2) Bagaimana hasil proses terapireward dan punishment terhadap perilaku bullying di sekolah MI DARUL ULUM Tambakrejo?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunaka metode kualitatif dengan analisa deskriptif komperatif. Dalam menganalisa hasil akhir dari pelaksanaan Terapi Reward dan Punisment Untuk Menangani Perilaku Bullying di MI Darul Ulum Tambakrejo Sidoarjo. menggunakan analisa deskriptif komperatif, yang mana penulis membandingkan data teori dan data yang terjadi di lapangan. Proses yang dilakukan konselor yang pertama adalah Identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, selanjutnya treatment dengan langkah yang pertama adalah Dalam proses konseling yang dilakukan, konselor mengajak konseli untuk berusaha mengurangi perilaku bullying yang dilakukan kepada temanya, denagn cara memberikan nasihat-nasihat dan mencoba menganalogikan jika yang menjadi korbanya adalah konseli sendiri. Konselor juga akan memberikan reward ketika konseli mampu mengurngi perilaku bullying yang dilakukan, sebaliknya jika konseli tidak bisa mengurangi perilaku bullying maka dia akan mendapatkan punishment. Perilaku bullying yang dilakukan akan mempengaruhi perkembangan korban maupun si pelaku sendiri.

Setelah konselor memberi terapi kepada konseli, ada beberapa perubahan perilaku yang terjadi pada konseli, sebelum mendapatkan terapi reward dan punishment koseli sering melakukan bullying fisik, bullying non fisik, dan bullying mental tapi setelah mendapatkan terapi reward dan punishmet adalah konseli lebih tenang mendengarkan guru yang sedang menerangkan, tidak lagi melakukan bullying fisik kepada teman yang lebih lemah, dan tidak lagi melakukan diskriminasi kepda temannya.

.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN OTENTISITASI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGNTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Defisi Konsep ... 6

F. Metode Penelitian ... 10

1. Jenis Penelitian ... 10

2. Subjek Penelitian ... 10

3. Tahap-tahap penelitian ... 10

a. Tahap Pra Lapangan ... 11

b. Tahap Persiapan Lapangan ... 13

c. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 13

4. Jenis dan Sumber Data ... 15

a. Jenis Data ... 15

b. Sumber Data ... 16

5. Teknik Pengumpulan Data ... 17

6. Teknik Analisis Data ... 19

7. Teknik Keabsahan Data... 21


(8)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoritik ... 27

1. Bullying ... 27

a. Pengertian Bullying ... 27

b. Faktor-Faktor Bullying ... 28

c. Bentuk-Bentuk Bullying... 30

2. Reward ... 32

a. Pengertian Reward ... 32

b. Bentuk-Bentuk Reward ... 33

c. Tujuan Reward ... 34

3. Punisment ... 34

a. Pengertian Punisment ... 34

b. Macam-Macam Punisment ... 35

B. PenelitianTerdahulu ... 37

BAB III PENYAJIAN DATA PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 40

1. Sejarah Berdirinya MI Darul UlumTambakrejo ... 40

2. Data Pengurus MI Tambakrejo ... 44

3. Letak Geografis MI Darul UlumTambakrejo ... 45

4. Visi dan Misi MI Tambakrejo ... 46

5. Keadaan Masyarakat Sekitar MI Tambakrejo ... 46

6. Struktur Organisasi Sekolah MI Tambakrejo ... 47

7. Keadaan Sarana dan Prasarana MI Tambakrejo ... 48

8. Data Inventaris MI Tambakrejo ... 51

9. KeadaanSiswa MI Tambakrejo ... 52

10.Keadaan Guru dan Staff MI Tambakrejo ... 53

11.PembagianTugasMengajar MI Tambakrejo ... 54

12.Fenomena Bullying di MI Tambakrejo ... 55

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

1. Proses Terapu Reward dan Punisment untuk Menangani kasus Bullying di Sekolah MI DarulUlumTambakrejo ... 58


(9)

a. IdentifikasiMasalah ... 59

b. Diagnosis ... 61

c. Prognosis ... 62

d. Treatmen ... 62

e. Evaluasi dan Follow Up ... 67

2. Deskripsi Hasil Akhir Pelaksanaan Terapi Reward dan Punisment untuk Menangani Perilaku Bullying ... 68

BAB IV ANALISA DATA A. Analisis Data Reward dan Punisment untuk Menangani Perilaku Bullying di Sekolah ... 70

B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan Terapi Reward dan Punisment untuk Menangani Perilaku Bullying di Sekolah ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa tahun yang lalu, anak-anak berseragam sekolah selalu identik dengan kaum terpelajar karena keluhuran ilmu dan akhlaknya.Maka sangatlah wajar jika masyarakat menaruh hormat dan harapan yang sangat besar kepada mereka.Namun, kini cita positif itu semakin pudar seiring dengan mencuatnya tindakan kekerasan di kalangan pelajar, baik kekerasan secara fisik maupun mental.Betapa tidak, hampir setiap hari selalu saja ada berita tentang kekerasn di lingkungan pelajar.

Salah satunya adalah marak terjadi kasus bullying di antara anak-anak serta kebanyakan terjadi justru di lingkungan sekolah.Bullying dapat merubah kegiatan di sekolah yang awalnya menyenangkan, belajar sambil berteman dan bersosialisasi dengan teman menjadi menakutkan bahkan menjadi mimpi buruk bagi mereka.Sadar atau tidak sebenarnaya bullying membawa citra buruk pada kehidupan sekolah. Menurut Ken Rigby bullying merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi, menyebabkan seseorang menderita, aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, bisanya berulang, dan dilakukan dengan perasan senang.1

1

Tim Yayasan Semai Jiwa Amini(Sejiwa), BULLYING:Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak, (Jakarta : PT Grasindo,2008), hal 2


(11)

Contoh kasus bullying yang menghebohkan publik adalah beredarnya video kekerasan sejumlah siswa di salah satu sekolah dasar swasta di kotabukittinggi Sumatra barat. Dalam video yang diunduh di youtube tersebut tampak seorang siswi berseragam SD dan berjilbab berdiri di pojok ruangan.Sementara beberapa siswa termasuk siswi lainnya, secara bergantian melakukan pemukulan dan tendangan.Sang siswi yang menjadi obyek kekerasan tersebut tampak tidak berdaya/pasrah dan menangis, menerima perlakuan kasar teman-temanya itu.Tampak pula adegan tendagan salah seorang siswa yang dilakukan sambil melompat bak aktor laga.Di sela-sela penyikaan, ada juga siswa yang tertawa-tawa sambil mrnghadap kamera dan terdengar pula ungkapan dalam bahasa minang yang meminta agar aksi tersebut dihentikan.2

Penyebab kekerasan anak di sekolah kebanyakan datang dari teman sebaya atau kakak kelas yang melakukan intimidasi terhadap pihak yang lebih lemah.Intimidasi yang dilakukan oleh pihak yang kuat terhadap pihak yang yang lemah, inilah yang disebut sebagai bullying. Apabila bullying terjadi terus-menerus dan tidak segera diselesaikan akan menimbulkan dampak negatif bagi dunia pendidikan kita. Tujuan pendidikan kita tidak akan tercapai, karena anak mengalami hambatan dalam mengaktualisasi dirinya.

Anak-anak di jenjang pendidikan sekolah dasar sangat rentan akan perilaku bullying, seperti keadan yang terjadi di MI Darul Ulum Tambakrejo kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo. Saat ini kasus bullying tengah terjadi di

2

David Setiawan orang KPAI lihat di http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/ danLihatpula https://www.youtube.com/watch?v=rzaECX9-fNo


(12)

MI Darul Ulum Tambakrejo.Ketika jam istirahat, sering kali terdengar anak yang mengolok-ngolok, mengertak, mengucilkan, bahkan hingga berkelahi dan dapat dipastikan pelaku bullying seperti itu adalah anak yang sama. Kejadian seperti diatas dapat dikategorikan sebagai perbuatan bullying.

Kekerasan di sekolah ibarat fenomena gunung es yang nampak kepermukaan hanya bagian kecinya saja. Masalah itu akan terus berulang, jika tidak di tangani secara tepat dan berkesinambungan dari akar persoalannya. Perlu dipikirkan mengenairesiko yang dihadapi anak, dan selanjutnya dapat dicarikan jalan keluar untuk memutus rantai kekerasan yang saling berkaitan. Berbagai pihak bertanggung jawa batas kelangsungan hidup anak, karena anak memiliki hak yang harus dipenuhi oleh Negara, orang tua, guru, dan masyarakat.Diperlukan komitmen bersama dan langkah nyata untuk mencegah bullying di sekolah.

Berbicara mengenai bullying tentu banyak sekali yang harus dilakukan untuk mencegahnya, salah satunya adalah memberikan bimbingan kepada para pelaku bullying dengan cara memberikan reward dan punishment dalam proses bullying. Reward atau penghargaan digunakan sebagai bentuk motivasi untuk hasil atau prestasi yang baik sedangkan punishman adalah pemberian sesuatu yang tidak menyenagkan karena seseorang tidak melakukan apa yang diharapkan dan pemberian hukuman akan membuat seseorang menjadi kapokdan tidak akan mengulangi yang serupa lagi.3 Dengan pemberian reward dan punishman dalam proses bullying diharapkan

3

Suharsimi Arikunto, Teknik Belajar yang Efektif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), hal 182


(13)

bisa mengurangi hingga menghilangkan kasus bullying yang ada di sekolah dan lingkungan sekitar.

Opservasi penulis kepada salah satu siswa di sekolah tersebut pada tanggal 28 oktober 2016, sebut saja revan(nama samara). Ketika di dalam kelas sering mebikin ulah, mulai dari tidak mendengarkan guru yang sedang menerangkan, menghina, hingga usil kepada teman-temannya. Perilakunya ini tidak berhenti sampai disitu saja, ketika waktu jam istirahat tiba, revan tidak pernah membeli makanan sendiri melainkan dia selalu menyuruh teman yang lain untuk membeli makan untuknya. Dan dia asik bermain dan usil dengan yang lain, dia menggoda anak-anak yang lemah dengan cara mengambil topi anak tersebut, kemudia di lempar-lemparkan hingga anak tersebut menagis, revan bukanya mengembalikan tapi malah mengolok-olok si anak tersebut dengan kata-kata “ngunu ae kok nagis”(gitu aja kok menagis). Dari kasus tesebut dapat dikategorikan sebagai bullyingyang dilakukan revan kepada anak yang lebih lemah.

Dari sinilah penulis tertarik dan ingin melakukan penelitihan di Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Tambakrejo dikarenakan dari opservasi awal yang dilakukan oleh penulis di sekolah sering terdengar anak yang mengolok-ngolok, mengertak, mengucilkan, bahkan hingga berkelahi ketika waktu istirahat. Madrasah Ibtidaiyah ini merupan salah satu sekolah yang berbasis agama yang sangat menekankan nilai-nilai islam dalam setiap aspeknya. Oleh karena itu penulis melakukan penelitihan yang berjudul


(14)

“Terapi Reward dan Punishmentuntuk Menagani Perilaku Bullying di Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Tambakrejo Waru Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti menfokuskan permasalahan yang dapat di rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana terapi reward dan punishment untuk menangani perilaku bullying di sekolah MI DARUL ULUM Tambakrejo?

2. Bagaimana hasil proses terapireward dan punishment terhadap perilaku bullying di sekolah MI DARUL ULUM Tambakrejo?

C. Tujuan Penelitian

Berpijak dari rumusan masalah yang penulis ajukan dansudah merupakan suatu keharusan bahwa setiap aktivitas mempunyai tujuan yang dicapai, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana terapi reward dan punishment menangani perilaku bullying di sekolah.

2. Bagaimana hasil proses terapi reward dan punishment terhadap perilaku bullying di sekolah.

D. Manfaat Penelitihan

Setelah penulis meneliti kasus ini, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


(15)

1. Manfaat Troritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam bidang bimbingan konseling islam tentang terapi reward dan punishment untuk mengatasi perilaku bullying.

b. Sebagai sumber informasi dan refrensi bagi pembaca atau jurusan Bimbingan Konseling Islam dalam masalah bullying.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan bagi Peneliti, penelitian ini mampu membuka wawasan dan pengetahuan baru bagi peneliti terhadap Terapi Rewarddan Punishment untuk Menangani Perilaku Bullying di Sekolah.

b. Diharapkan dapat dijadikan literatur dan acuan bagi Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam sebagai bahan referensi ketika akan melakukan penelitian selanjutnya, khususnya mengenai Terapi Reward Dan PunishmentUntuk Menangani Perilaku Bullying Di Sekolah.

E. Definisi Konsep

Dalam penelitian ini, perulah peneliti membatasi dari sejumlah konsep yang diajukan dalam penelitian dengan judul “Terapi Reward dan Punishment untuk Menangani Perilaku Bullying di Sekolah Mi Darul UlumTambakrejo”.

Untuk dapat lebih memahami judul diatas, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang terdapat didalamnya. Istilah – istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:


(16)

Reward menurut bahasa berasal dari bahasa inggris “reward” yang berarti penghargaan atau hadiah. Reward digunakan sebagai alat untuk mendidik siswa supaya siswa dapat merasa senang, karena perbuatanya atau pekerjaanya mendapatkan penghargaan. Reward adalah sebuah motivasi kepada siswa agar siswa lebih giat lagi usahnya untuk memperbaiki atau mempertinggikan prstasi dari pada yang telah dapat dicapainya. Dengan kata lain, siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik lagi.4

Punishment bisa diartikan sebagai hukuman atau sanksi.Hukuman adalah perlaksanaan suatu tindakan yang tidak disenangi atau menghilangkan tindakan positif menyusul terjadinya suatu tanggapa, yang akhirnya menurunkan frekuensi tanggapantersebut.5

Punishment biasnya dilakukan ketika apa yang menjadi target tertentu tidak tercapai, atau ada prikaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Jika Punishment merupakan bentuk reinforcement yang positif, maka Punishment sebagai bentuk reinforcement negative, tetapi kalu diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada diri seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat/mlanggar peraturan dan norma.

4

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bndung : Ramadja Karya, 1985), hal. 231.

5

Pandji Anoraga & Sri Suyati, Prilaku Keorganisasian, (Semarang : Pustaka Jaya, 1995), hal. 130.


(17)

Reward and punishment adalah dua kesatuhan yang sukar untuk dipisahkan dan merupakan reaksi konselor atas perbuatan yang telah dilakukan oleh seorang klian.hukuman dan hadiah ditimbulkan atas usaha konselor untuk memperbaiki kerilakuan dan budi pekerti klien atau siswa.

Adapun dalam penelitian ini, hadiah yang akan diberikan kepada Revan jika meninggalkan perilaku bullying antara lain :

a) revan akan mendapatkan pujian dengan kata-kata yang baik, b) selanjutnya akan diberi tanda bola di tabel evaluasi harian Revan, b) jikaRevan bisa meninggalkan perilaku bullying maka penulis, Revan

dan teman-temannya akan melakukan futsal,

Sedangkan hukuman yang akan diberikan jika Revan melakukan tindakan bullying adalah sebagai berikut :

a) teguran pertama Revan akan di tegur dengan kata-kata yang bersifat memotivasi agar bisa meninggalkan perilaku bullying

b) peringatan kedua Revan di beri teguran lebih keras dan membaca istigfar sebnyak 100 kali,

c) peringatan ketiga Revan akan di beri hukuman menulis Istighfar sebanayak 100 kali di dalam kantor waktu istirahat sekolah,

2. Perilaku Bullying

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara,bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bukan kegiatan


(18)

internal (internal activity) seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Menurut sarwono perilaku adalah suatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu yang lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Hal serupa juga diungkapkan oleh Morgan, bahwa perilaku merupakan suatu yang konkrit yang dapat diopservasi, direkam maupun dipelajari.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan kegiatan atau aktifitaas individu yang dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung.

Bullying secara istilah berasal dari kata bull ( Bahasa Inggris) yang berarrti “banteng” yang suka mrnanduk dan Bullying ini adalah sebuah situasi di mana terjadiya penyalah unaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan seseorang/kelompok. pihak kuat disini tidak berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi juga kuat secara mental. Dalam hal ini sang korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan diri karena lemah secara fisik maupun secara mental. Bullying jugamerupakan tindakan negatif dilakukan secara berulang-ulang oleh sebagian siswa atau lebih yang bersifat menyerang karena adanya ketidak seimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat.Berbeda dengan tindakan agresif yang dilakukan hanya dalam satu kali kesemptan dan dalam waktu pendek, bullying terjadi secara berkelanjutan dalam jangka waktu yang cukup


(19)

lama, sehingga korbanya terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi.6

F. Metode Penelitihan

Metode penelitia merupan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

1. Jenis Penelitihan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif di mana metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada obyek dan setelah berada diluar obyek relatif tidak berubah.

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dikarenakan adanya data-data yang didapatkan nantinya adalah data kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, untuk mengetahui serta memahami fenomena secara rinci, mendalam dan menyeluruh.

2. Subjek Penelitihan

6

Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA), Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak, (Jakarta : PT. Grasindo, 2008) Hal. 2


(20)

Subjek dalam penelitihan ini adalah seorang siswa kelas VI di salah satu sekolah Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum, tepatnya di desa Tamabakrejo kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo.

3. Tahap-tahap penelitia

Dalam tahap-tahap penelitian, peneliti menguanakan 3 tahapan sebagaimana yang ditulis dalam buku Lexy J. Moelong dalam bukunya metode penelitian kualitatif, 3 tahapan tersebut antara lain:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahapan ini digunakan untuk menyusun rancanagan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih informan, menyiapkan perlengkapan dan persoalan ketika dilapangan.Semua itu digunakan oleh peneliti untuk memperoleh deskripsi secara global tentang objek penelitian penelitian yang akhirnya menghasilkan rencana penelitian bagi peneliti selanjutnya.

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Untuk menyusun rancangan penelitian, terlebih dahulu peneliti membaca fenomena yang ada di masyarakat yaitu tentang perilaku bullying yang sekarang ini sanagat marak di lingkugan sekolah.Apa dampak yang akan terjadi pada siswa yang berperilaku bullying, yang pada dasarnya bullying ini sangatlah merugikan. Adanaya fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk membantu menyelesaikannya, dan selanjutnya peneliti membuat latar belakang


(21)

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep, dan membuat rancangan data-data yang diperlukan untuk penelitian. 2) Memilih Lapangan Penelitian

Setelah membaca fenomena yang ada di kalangan siswa dan anak-anak, kemudian peneliti memilih lapangan penelitian di Lingkungan MI Darul Ulum Tambakrejo Waru Sidoarjo.

3) Mengurus Perizinan

Pertama kali yang harus dilakuakan peneliti setelah memilih tempat peneliti adalah mencari tau siapa saja yang berkuasa dan berwenang member izin bagi pelaksanaan penelian, kemudian peneliti melakukan langkah -langkah persyaratan untuk mendapatkan perizinan tersebut.

4) Menjajaki dan Menilai Keadaan Lngkungan

Maksud dan tujuan penjajakan lapangan adalah agar peneliti berusaha mengenali segala unsur lingkungan social, fisik, keadaan alam serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dilapangan, kemudian peneliti mulai mengumpulka data yang ada dilapangan. 5) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaattkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi serta latar belakang kasus tersebut.Dalam hal ini peneliti memilih beberapa guru, keluarga, dan tetangga sebagai Informan.


(22)

Dalam pelengkapan penelitian, peneliti menyiapkan pedoman wawancara, alat tulis, map, buku, perlengkapan fisik izin penelitian dan semua yang berhubungan dengan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi data secara global mengenai objek penelitian yang akhirnya menghasilkan rencana penelitian.

7) Persoalan Etika Penelitian

Etika penelitian pada dasarnya menyangkut hubungan baik antara peneliti dan subjek penelitian, baik secara perorangan maupun kelompok.Maka peneliti harus mampu memahami budaya, adat-istiadat, maupun bahasa yang digunakan. Kemudian untuk sementara, peneliti menerima seluruh nilai dan norma social yang ada dalam lingkup penelitiannya.

b. Tahap Persiapan Lapanagn

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang mencakup waktu, kegiatan yang di jabarkan secara rinci.Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yan ada di lapangan.7

c. Tahap Pekerjaan

Pada tahap ini peneliti menganalisa data yang telah didapatkan dari lapangan yakni dengan menggambarkan atau menguraikan masalah yang ada sesuai dengan kenyataan.

1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

7


(23)

Untuk memasuki lapangan, peneliti harus memahami latar penelitian terlebih dahulu. Untuk itu hendaknya ia aktif bekerja mengumpulkan informasi dan hendaknya pasif dalam pengertian tidak boleh mengintervensi peristiwa.

Selain itu peneliti juga harus mempersiapkan dirinya secara fisik maupun mental. Pengalihan mental dan kejiwaan peneliti dari suatu latar belakang kebudayaan dan kebiasaan yang barangkali sama sekali lain akan menuntut kesabaran, ketekunan, kejujuran, ketelitian, dan tahu menahan perasaan dan emosi.

2) Memasuki Lapangan

Pada saat terjun langsung di lapangan, peneliti perlu menjalani keakraban hubungan dengan subjek-subjek penelitian.Dengan mempermudah penelitian untuk mendapatkan data atau informasi.Hal yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah harus mampu mempelajari bahasa yang digunakan oleh subjek-subjek peneliti serta kebiasaannya supaya dapat mempermudah dalam menjalani suatu keakraban.

3) Berperan Sambil Mengumpulkan Data

Peneliti ikut berpartisipasi atau berperan aktif di lapangan penelitian tersebut, kemudian mencatat data yang telah didapat di lapangan lalu di analisis. Disini peneliti ikut terjun langsung dan bertatap muka dengan yang di wawancarai dan memberikan bimbingan konseling, guna memberikan pengarahan tentang


(24)

penerapan pengaruh perilaku bullying terhadap siswa agar tidak berujung pada hal-hal yang negatif dan dampak yang buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan mengumpulkan data – data dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, kemudian peneliti menindak lanjuti dan memperdalam berbagai permasalahan yang diteliti.8

4. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptifbukan dalam bentuk angka.

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah : 1) Data Premier

Data premier atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambialan data langsung pada subjek pada sumber informasi yang di cari.9 Data yang langsung diambil dari sumber pertama di lapangan yaitu data tentang latar belakang dan masalah konseli, perilaku konseli, faktor-faktor yang menyebabkan masalah konseli, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir pelaksanaan konseling.

8

Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal 127-147.

9


(25)

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data premier dan dapat diperoleh dari luar objek penelitian.10Atau data yang di peroleh dari sumber kedua atau sumber sekunder.11Diperoleh daro gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan konseli, dan prilaku keseharian konseli.

b. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh.12

1) Sumber Data Premier

Sumber data premier adalah sumber data yang langsung diperoleh penulis di lapangan yaitu informasi dari konseli, siswa madrasah ibtidaiyah yang berperilaku bullying.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang peneliti peroleh dari data premier. Sumber ini dapat di peroleh dari orang disekitarnya seperti keluarga, teman dan tetangga konseli.Dalam penelitian ini data diambil dari ayah konseli, teman konseli dan tetangga konseli.

10

Moh. Nazir, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998). hal 235.

11

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial : Format – format Kuantitatif Dan Kualitati,

(Surabaya : Airlangga Uneversitas Press, 2001),hal. 128

12

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI,


(26)

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tehnik pengumpulan data yang peneliti gunakan sebagai berikut:

a. Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadin-kejadian, perilaku, obyek- obyek yang dilihat dari hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.pada tahap awal opservasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola- pola prilaku dan hubungan yang terus-menerus terjadi. Jika hal itu sudah ditemukan, maka peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan di teliti.13 Dalam observasi ini peneliti mengamati faktor-faktor penyebab terjadinya pola hidup hedonis, proses konseling serta perilaku konseli yang tampak sebelum dan sesudah proses konseling.

b. Wawancara

Menurut Moleong dikutip dari Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial mendefinisikan wawancara

13

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006 ), hal. 224


(27)

adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan dilkukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara ( interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.14 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara mendalam. Peneliti akan menggali data tentang permasalahan yang di hadapi serta menggali latar belakang konseli, sehingga dengan mengetahui latar belakang konseli maka peneliti dapat mengetahui peneybab dari masalah konseli dan menyelsaikan masalah dengan suatu solusi terbaik.

c. Studi Dokumen

Studi dokumen, yaitu meneliti berbagai dokumen serta bahan-bahan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berupa tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan semacamnya. Dokumen yang berbentuk gambar dapat berupa foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Sedangkan dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen dalam

14

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu – ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hal 118.


(28)

penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.15

6. Teknik Analisis Data

Mengingat penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat studi kasus, maka penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan metode kualitatif adalah cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.16

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisis data ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan temanya. Reduksi data dilakukan secara kontinyu, dalam mereduksi data

15

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung : CV. Alfabeta, 2014), hal. 82.

16


(29)

setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Reduksi data memerlukan kecerdasan dan keluasan wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi tersebut, maka wawasan peneliti akan berkembang sehingga dapat mereduksi data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.17 Dalam penelitian ini, data yang hasilkan terlebih dahulu dikelompokkan sesuai dengan temanya yang kemudian dipilih mana data digunakan dalam laporan penelitian dan mana data yang tidak digunakan.

b. Penyajian Data

Data display berarti mendisplay data yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dsb. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.18 Dalam penelitian ini, setelah data direduksi maka selanjutnya data tersebut diolah dalam

17

Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/ Ekonomi Islam, Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hal258.

18

Ismail Nawawi, Metode Penelitia Kualitatif:Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/Ekonomi Islam , Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya,(Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hal. 258


(30)

bentuk narasi sehingga mudah untuk dilakukan analisis terkait dengan permasalahan yang di lapangan.

c. Verivikasi

Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti ada di lapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas menjadi jelas.19

7. Teknik Keabsahan Data

Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yang valid dan reliabel.Untuk itu, dalam kegiatan penelitian kualitatif pun dilakukan upaya validasi data.Objektivitas dan keabsahan data penelitian dilakukan dengan melihat reliabilitas dan validitas data yang diperoleh.Adapun untuk reliabilitas, dapat dilakukan dengan pengamatan sistematis, berulang, dan dalam situasi yang berbeda.

19

Ismail Nawawi, Metode Penelitia Kualitatif:Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/Ekonomi Islam , Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hal. 259.


(31)

Ada tiga teknik agar data dapat memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas,20yaitu:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Sebagaimana sudah dikemukakan, peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri.Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.

Perpanjangan keikut-sertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi:

1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, 2) Membatasi kekeliruan (biases) peneliti,

3) Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.21

Oleh karena itu keikutsertaan dan keterlibatan peneliti dalam mengumpulkan data sangat menentukan untuk penelitian ini peneliti melibatkan diri dalam setting bimbingan konseling islam yang dilakukan konselor pada klien ( anak jalanan), misalnya keterlibatan peneliti tidak hanya sekali dua kali, melainkan sebanyak mungkin hingga terkumpul data yang memadai.

20

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitafif, (Jakarta: Erlangga, 2009), hal. 145.

21

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 327.


(32)

b. Ketekunan/ Keajegan Pengamatan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.

Seperti yang diuraikan, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor-faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti.Berbeda dengan hal itu, ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.22

Ketekunan pengamatan disini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan pelaksanaan bimbingan konseling islam yang dilakukan oleh konselor (pembina) kepada anak jalanan. Pengamatan yang tekun dan teliti dilakukan untuk mengetahui model bimbingan konseling yang diterapkan pada anak jalanan,

22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)hal. 329-330.


(33)

dan alasan bimbingan konseling yang diterapkan yang diterapkan kepada anak jalanan.

c. Melakukan Trianggulasi.

Trianggulasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan dua atau lebih metode pengumpulan data dalam suatu penelitian.Tujuan trianggulasi ialah untuk menjelaskan lebih lengkap tentang kompleksitas tingkah laku manusia dengan lebih dari satu sudut pandang. Ada empat macam Trianggulasi yaitu: 1. Data Triangulation

Yaitu trianggulasi data, dimana peneliti menguji keabsahan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa sumber tentang data yang sama. Seperti dari guru, dari orang tua murid, dari Komite Sekolah dan seterusnya tentang data kualitas lulusan sekolah.

2. Investigator Triangulation

Investigator triangulation adalah pengujian data yang dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa peneliti dalam mengumpulkan data yang semacam. 3. Theory Triangulation

Theory triangulation yaitu analisis data dengan menggunakan beberapa perspektif teori yang berbeda.


(34)

Methodological triangulation yaitu pengujian data dengan jalan membandingkan data penelitian yang dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang berbeda tentang data yang semacam.23

Dalam hal ini, peneliti dapat mengecek hasil temuannya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Oleh sebab itu peneliti melakukan triangulasi dengan cara mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan agar kepercayaan data dapat dilakukan.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan keadaan beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

BAB I. Pendahulan. Dalam bab ini membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian, antara lain : Pendekatan dan Jenis Penelitian, subjek Penelitian, Tahap – tahap Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tehnik Pengumpulan Data, Tehnik Analisis Data, Tehnik Keabsahan Data, dan terakhir yang termasuk dalam pendahuluan adalah Sitematika Pembahasan.

BAB II. Kajian Teoritis. Dalam bab ini membahas tentang Kajian Teoritik dan Penelitian Terdahulu Yang Relevan. Dalam Kajian Teoritik menjelaskan beberapa reverensi untuk menelaah objek kajian yang di kaji,

23

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hal. 294-295.


(35)

pembahasan meliputi: pengertian reward dan punishment, bentuk-bentuk reward, komponen-kompoen penerapan, tujuan, teknik punishment, pengertian Bullying beserta jenis-jenis dan faktor-faktornya.

BAB III. Penyajian Data. Bab tiga membahas tentang gambaran umum pada subjek penelitian, yakni salah satu siswa yang berperilaku bullying di lingkungan sekolah.

BAB IV. Analisa Data. Bab empat membahas tentanganalisa Terapi Reward and Punishment untuk Mengatasi Perilaku Bullying di Sekolah.

BAB V. Penutup. Bab lima membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(36)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajia Teoritik 1. Bullying

a. Pengertian Bullying

Menurut Ken Ringby bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti, hasrat ini diperlihatkan dalam aksi yang menyebabkan seseorang menderita.Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.1 Istilah lain dari bullying adalah mengintimidasi oaring lain artinya seseorang tersebut melakukan perbuatan secara berulang-ulang terhadap seseorang atau sekelompok orang yang takut pada si pelaku bullying. Pelaku bullying secara sengaja bermaksut menyakiti seseorang secara fisik, emosi atau sosial.2

Pada dasarnya bullying bisa terjadi di lingkungan sekolah, bullying tidak memandang umur atau jenis kelamin korban. Dan yang terjadi korban pada umumnya adalah anak lemah, pemlu, pendiam dan spsial(yang bisa dijadikan bahan ejekan). Berdasarkan difinisi diatas, dapat disimpulkan bahwa bullying adalah perilaku

1

Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulagi kekerasan pada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana,2008) hal 3

2

Les Parson, Bullied Teacher Bullid Studen Gur dan siswa yang terintimidasi, (Jakarta , PT Grasindo, 2009) hal 10


(37)

agresif dan negative seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali yang menyalah gunakan ketidak seimbangan kekutan dengan tujuan untuk menyakiti korbannya secara mental atau secara fisik.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi bullying

Bullying merupakan suatu bagian dari tindakan kekerasan yang berulang kali dilakun oleh seseorang atau anak yang lebih kuat terhapad anak yang lebih lemah. Maka dalam hal ini bullying dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakuan oleh siswa yang gemar melakukan gangguan terhadap teman yang lain.

Adapu factor-faktor yang menyebabkan bullying adalah sebagai berikut:3

a) Lingkungan Sekolah yang Kurang Baik

Salah satu faktor yang menetukan jumlah pelaku intimidasi antar siswa adalah budaya disekolah itu sendiri. Kunci utama dalam budaya di sekolah adalah kadar komitmen antar para staf untuk melakukan sesuatu terhadap intimidasi.4 Sekolah yang mudah terdapat kasus bullying pada umumnya berada dalam situasi sebagai berikut:

1. Sekolah dengn ciri perilaku diskriminatif terhadap guru dan siswa.

3

Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulagi kekerasan pada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana,2008) hal 51-55

4

Las Parson, Bullied Teacher Bullid Studen Gur dan siswa yang terintimidasi, (Jakarta , PT Grasindo, 2009) hal 8


(38)

2. Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru serta satpam.

3. Sekolah dengan kesenjangan besar antara siswa kaya dan miskin.

4. Adanya kedisiplinan yang sangat kaku atau terlalu lemah. 5. Bimbingan tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.5 b) Senioritas Yang Tidak Pernah Diselesaikan

Apabila sekolah tidak pernah menyelesaikan persoalan senioritas yang bersikap sewenang-wenagnya terhadap adek kelas seperti adanya pemaksaan dalam pemilihan ketua osis, tidakan sewenang-wenang pada saat penerimaan siswa baru, dan lalinnya.Hal ini dapat mengakibatkan munculnya bullying. Sekolah harus mampu menyelesaikan persoalan senioritas yang terjadi, karena senioritas dapat berdampak sangat luar biasa terhadap proses belajar mengajar dan interaksi antar siswa. c) Guru Memberikan contoh yang Kurang Baik Kepada Siswa

Pada dasarnya guru itu mendidik dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh-contoh teladan serta sikap-sikap yang baik. Sebaliknya, apabila guru menamkan sikap dan tingkah laku yang kurang baik seperti memberikan hukuman yang berat, atau guru menggunakan kata-kata yang kasar ketika ada siswa yang tidak

5

Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulagi kekerasan pada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana,2008) hal 8


(39)

mengerjakan tugas, maka siswa akan meniru tindakan guru tersebut. Hal ini yang mengakibatkan siswa melakukan tindakan bullying.

d) Ketidak harmonisan dirumah

Selain factor lingkungan di sekolah, masalah senioritas, serta guru yang memeberikan contoh kurang baik, ketidak harmonisan dirumah juga mempengaruhi timbulnya anak untuk bersikap bullying. Ketidak harmonisan di rumah bisa berupa kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua, perceraian orang tua, masalh ekonomi, sikap otoriter orang tua terhadap anak.

e) Karakter Anak (memiliki sikap agresif, pendendam atau iri hati) Karakter anak sebagai pelaku bullying pada umumnya adalah anak yang selalu berperilaku:

a. Agresif baik yang secara fisikal maupun verbal. Anak yang ingin popular, anak yang sering membuat atau selalu mencari kesalahan orang lain dengan memusuhi umumnya.

b. Pendendam, anak pendendam atau iri hati sulit di identifikasi perilakunya karena ia belum tentu agresif, perilakunya juga tidak tampak fisik.

c. Bentuk-bentuk Bullying

Pada dasarnya jenis dan wujud bullying terdapat beberapa jenis. Namun, praktek-praktek bullying dapat dikelompokan menjadi tiga


(40)

kategori: bullying fisik, bullying non fisik (verbal dan non verbal), danbullying mental (psikologis).6

a. Bullying Fisik

Bullying Fisik adalah jenis bullying yang kasat mata artinya yang kelihatan mata/antara si pelaku bullying dan korban terjadi sentuhan secara langsung. Contoh bullying fisik antara lain: memukul, melempar dengan barang, mendorong dan sebagainya. Bullying semacam ini terjadi ketika proses belajar mengajar sengang berlangsung, dimana pelaku bullying biasanya melakukan aksinya kepada korban apabila dia tidak dihiraukan. b. Bullying Non Fisik

Bullying Non Fisik adalah jenis bullying yang kasat mata namun tidak terjadi sentuhan fisik secara langsung.Bullying non fisik dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Bullying Verbal, contohnya: menebar gossip, mentertawakan (menyoraki), berkata kotor kepada korban dan sebagainya. 2) Bullying Non Verbal, contohnya: gerakan (tanggan, kaki atau

anggota badan yang lain) kasar atau mengancam.

Bullying semacam ini biasanya terjadi ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung pada saat pelaku bullying tidak menggerjakan tugas yang diberikan oleh guru atau melakukan hal-hal lain yang melanggar aturan kelas sehingga mendorong

6

Yayasan Semi Jiwa, Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak, (Jakarta: PT Grasindo, 2008)


(41)

pelaku untuk melakukan hal-hal seperti: menebar gosip, mengancam dan sebainya. Bullying seperti ini akan tetap berlanjut ketika korban benar-benar pelakukan hal-hal yang dilakukan pelaku.

c. Bullying Mental

Bullying Mental merupakan jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap mata atau telinga jika kita tidak waspada mendeteksinya.Karena praktek bullying seperti ini terjadi secara diam-diam dan diluar pemantuan kita. Contohnya: mempermalukan, mengucilkan, dan sebainya.

2. Reward

a. Pengertian Reward

Dalam kamus bahasa inggris rewarddiartikan sebagai ganjaran atau penghargaan.7 Munurut M. Ngalim Purwanto, reward yaitu alat untuk pendidikan anak-anak supaya anak-anak dapat meras senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.8Suharsimi arikunto menjelaskan bahwa penghargaan merupakan suatu yang diberikan seseorang karena sudah mendapatkan prestasi dengan yang dikehendaki, yakni mengikuti peraturan sekolah yang sudah ditentukan,9 penghargaan atas prestasi

7

Jhon M, Echola dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesi, (Jakarta: Gramedia, 1996) hal 485

8

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Ramadja Karya,1973) hal 182

9

Suharsimi arikunto, Teknik Belajar yang Efektif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990) hal 182


(42)

bisa diberikan berupa bentuk materi dan non materi yang masing-masing sebagai bentuk motivasi positif untuk seseorang.

b. Bentuk-bentuk Reward

Reward yang diberikan kepada siswa bentuknya bermacam-macam. Secara garis besar reward dapat dibedakan menjadi empat yaitu:10

1) Pujian

Pujian adalah satu bentuk reward yang paling mudah dilakukan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus sekali dan lain sebagainya, ataupun berupa kata-kata yang bersifat sugesti, Misalnya. “nah lain kali pasti akan lebih baik lagi”.

2) Penghormatan

Reward berupa penghormatan ini biasanya berbentuk penobatan. Pelajar yang layak diberikan teward, diberikan penghormatan dengan diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman-temannya.

3) Hadiah

Hadiah yang diberikan biasanya perkara yang disukai dan diharapkan. Dalam pemberian reward ini bisa dengan cara melalui hal berhubungan dengan yang dia senangi. Disini bisa

10

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973) hal 159-161


(43)

diberikan hadiah yang berhubungan dengan yang biasa dia lakukan, seperti hobi.

Hobi adalah suatu kesengan yang seringkali dilakukan ketika waktu-waktu senggang diluar aktifitas setiap hari.Biasnya hobi tumbuh secara otodidak, tanpa adanya bimbingan pada saat memuali pertama kali.

4) Tanda Penghargaan

Dengan ganjaran hadiah, tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan barang tersebut, melainkan kesan atau nilai kenangnya.Reward simbolis ini biasanya berbentuk medali, trofi, dan sertifikat.

c. Tujuan Reward

Pemberian reward tidak selamanya bersifat baik, namun tidak menutup kemungkinan bahwa pemberian reward merupakan satu hal yang bernilai positif dan mempunyai tujuhan yang baik buat seorang siswa.11

3. Punishmant

a. Pengertian Punishmant

Menurut kamus umum bahasa Indonesia secara bahasa (harfiyah) hukuman (punishment) adalah siksa, dan sebaginya yang dilekatkan kepada orang yang melanggar undang-undang dan

11

Suharmisi Arikunto, Teknik Belajar yang Efektif, (jakarta: PT Rineka Cipta, 1990) hal 163


(44)

sebagainya.12Punishment adalah penderitan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh pendidik (guru) sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan.13 Hukuman juga dapat diartikan pemberian sesuatu yang tidak menyenangkan, karena seseorang tidak melakukan apa yang diharapkan. Hukuman diberikan agar seseorang menjadi jerah dan tidak melakukan lagi, artinya sebuah upaya dalam memberikan sanksi agar anak tidak melakukan kesalahan yang sama.

b. Macam-macam Punishment

Adapun macam-macam punishmat adalah sebagai berikut:

a) Punishment preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Hukuman ini bermaksut untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran dilakukan. Antara hal-hal yang termasuk dalam punishment preventif adalah:14

I. Tata Tertip

Tata Tertip adalah sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati dalam suatu situasi atau dalam suatu tata

12

WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,1994) hal 364

13

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung, Ramadja Karya, 1985) hal 186

14

Amir Daian Indrakusuma, Pengantar ilmu pendidikan, (Surabya, Usaha Nasional, 1973) hal 140-141


(45)

kehidupan, misalnya tata tertip didalam kelas, tata tertip ujian sekolah dan sebagainya.

II. Anjuran dan Perintah

Anjuran adalah suatu saran atau ajakan untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang berguna.Misalnya, anjuran untuk belajar setiap hari, ajakan untuk menepati waktu, dan sebaginya.

III. Larangan

Larangan sebenarnya sama dengan perintah. Jika perintah merupakan suatu keharusan untuk berbuat, sedangkan larangan pula adalah suatu keharusan untuk meninggalkan sesuatu yang merugikan.

IV. Paksaan

Paksan adalah suatu perintah dengan kekerasan terhadap siswauntuk melakukan sesuatu. Paksan dilakukan dengan tujuan agar proses pendidikan tidak terganggu dan terhambat. V. Disiplin

Disiplin berarti adanya kesedian untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan.Kepatuhan disini bukan halnya karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhanyang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturanpengaturan tersebut.


(46)

b) Punishment represif, yaitu hukuman yang dilakukan karena adanya pelanggaran. Adapun yang termasuk dalam punishment retatif sebagai berikut:15

I. Pemberitahun kepada individu yang telah melakukan kesalahan karena ia belum tahu aturan yangharus dipatuhi. II. Teguran. Teguran adalah pemberitahuan kepada siswa

tentang kesalahan yang telah dilakukan dan ia telah tahu aturan yang seharusnya dipatuhi.

III. Peringatan. Peringatan diberikan kepada siswa yang telah berulang kali melakukan kesalahan dan telah ditegur berulang kali.

IV. Hukuman. Hukuman diberikan kepada seseorang yang tetap melakukan pelanggaran walaupun sudah ditegur dan diperingantan beberapa kali.

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Nama : Ahmad Budi Arianto

Tahun : 2010

Judul : Membangun Karakter Siswa Melalui Penghargaan (Reward) dan Hukuman (Punishmant) di SMP Negeri 25 Surabaya

Perbedaan : Penelitian inifokus pada proses dan hasil akhir pelaksanaan Reward dan Punishmant

15

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan , (Surabaya, Usaha Negara, 1973) hal 142


(47)

dalammembangun karakter siswa SMP Negeri 25 Surabaya.

Persamaan : Sama-sama menggunakan Reward dan Punishmant dalam penelitihan yang dilakukan dan menggunakan jenis penelitian kualitatif.

2. Nama : Muhammad Syifaussurur

Tahun : 2017

Judul : Penerapan teknik Reward and Punishman untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV MI Bina Bangsa Kerembangan Jaya Surabaya Perbedaan : Penelitian ini fokus pada proses penerapan dan

hasil teknik Reward and Punishmant untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa MI Bina Bangsa Kerembanagan Jaya Surabaya.

Persamaan : Sama-sama menggunakan teknik Reward and Punishman dan menggunakan jenis penelitian kualitatif.

3. Nama : Moch Amiruddin Ashar

Tahun : 2016

Judul : Bullying dalam Al-Qur’an: Study Analisa Teori dan Kaidah M. Quraish Shihab serta Ibnu Kathir dalam Menafsirkan Yaskhar


(48)

Perbedan : Penelitian ini berfokus untuk mengetahui teori dan khidah yang digunakan M. Qurais Shihab dan Ibnu Kathir dalam menafsirkan yaskhar pada ayat-ayat mengejek.

Persamaan : sama-sama menggunakan kekerasn(bullying) dalam penelitan yang dilakukan oleh peneliti dan menggunakan jenis penelitian kualitatif.

4. Nama : Moch. Kafabiy

Tahun : 2015

Judul : Perlakuan Bullying pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya.

Perbedaan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena perikau bullying pada siswa dan factor apa saja yang mempengaruhi perilaku bullying di Madrasah Ibtidiyah X Surabaya

Persamaan : Sama-sama menggunakan bullying sebagai focus penelitihan dan menggunakan jenis penelitian kualitatif.


(49)

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MI Darul Ulum Tambakrejo

Pada bab I telah disebutkan dan ditegaskan bahwa obyek penelitian ini penulis lakukan di Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Tambakrejo kecamatan waru kabupaten sidoarjo. Mengenai sejarah berdirinya madrasah ibtidaiyah darul ulum sebagai berikut:

Sekitar tahun 1950 setelah adanya pengukuhan kedaulatan kemerdekaan republik indonesia, situasi pada saat itu belum terpikirkan oleh penduduk desa untuk membuat madrasah (sekolah). Penduduk merasa belum mampu untuk berpikir kearah itu, karena disamping belum siap juga keadaanlah yang belum memungkinkan.

Baru setelah adanya keinginan-keinginan masyarakat desa akan kebutuhan ilmu, juga adanya anjuran pemerintah untuk meningkatkan pendidikannya dengan jalan bersekolah. Hal ini untuk mencegah agar masyarakat indonesia jangan terkena tri buta. Tidak hanya orang dewasa saja yang membutuhakan itu tetapi anaknya pun juga demikian. Di sisi lain karena penduduk desa menginginkan anaknya lebih memahami tentang ajaran agama islam dan mampu mengamalkannya dalam bentuk kegiatan sehari-hari, sehingga terwujud masyarakat yang agamis.

Semula kisah madrasah ini berasal dari desa tambak sumur, tempatnya dirumah bapak imam syafi’i atau diberi julukan pak adnan.


(50)

Pengurusnya terdiri dari penduduk muslim yang berasal dari desa tambak sumur dan desa tambak rejo. Kedua desa ini terkenal dengan keakraban ukhuwah islamiyahnya, Mungkin hal ini yng membawa kemajuan diantara kedua desa tersebut.

Sedangakan letak kedua desa ini saling berdekatan hanya ada batas sungai antara kedua desa tersebut.Namun hal ini tidak menjadi persoalan dan hambatan yang berarti untuk saling berhubungan antara warganya.Dengan jembatan yang membentang antara kedua desa ini menimbulkan kemudahan di dalam berkomunikasi.Letak desa tambak sumur disebelah utara sungai dan desa tambak rejo disebelah selatan sungai.

Pada tahun 1951 pengurus madrasah mau mencari tanah untuk dibangun gedung sekolah.Namun usaha kedua pihak pengurus ini tidak berhasil.Akhirnya seseorang diantara mereka yang bernama suparman mau mewakafkan sebagaian tanahnya untuk gedung madrasah.Berhubung madrasah itu belum mempunyai tanah sendiri dan gedungnya hanya menempel dirumah orang yaitu bapak adnan.Maka wakaf dari bapak suparman tadi diterima dengan senang hati oleh pengurus.Lokasi tanah wakaf tersebut terletak di desa tambak rejo.oleh karena itu sekolahan yang tadinya bermukim dirumah pak adnan (tambak sumur) lalu dipindahkan kedesa tambakrejo. Perpindahan ini para pengurus memberi nama atau istilah “Al–Muhajirin” sekaligus sebagai nama dari kepengurusannya.


(51)

Gedung madrasah pada waktu itu belum ada, hanya lokasi tanahnya sudah tersedia. Maka atas jasa dari kyai mas uabaidah yang telah memberikan mushollahnya untuk dipindahkan ke desa tambak rejo guna dijadikan tempat sekolah atau madrasah. Juga upaya lain banyak diperoleh dari bantuan para dermawan dan para tukang diantaranya pak sadimin dan pak rahmat.

Pondasi pertama dilakukan pada tahun 1951 dan untuk menetapkan penggunaannya pada tahun 1952. Pendirinya adalah bapak kyai bajuri sekaligus sebagai ketua pengurus, di tambah dengan pengurus lainnya seperti H. Ridwan, H. Latif, H. Alwi, H. Hasbullah dan staf lain. Untuk selanjutnya dibangun gedung madrasah, tetapi belum memenuhi persyaratan dari sekolahan. Sehinnga pengurus masih berusaha untuk memperbaikinya baik dengan jalan menggali dana dari orang-orang kaya maupun upaya-uapaya lain yang mendukung.

Beberapa tahun kemudian terjadi perubahan baik mengenai gedung madrasah maupun dari kepengurusannya.Hal ini terjadi pada tahun 1972.Dengan demikian gedung madrasah tidak seperti dulu lagi juga kepengurusannya tidak lagi terdiri dari warga desa tambak sumur.

Sistem pengajarannya klasikal berorientasi pada ajaran pondok yakni 75% pendidikan agama dan 25% pendidikan umum.Dengan adanya hal itu diadakan perpisahan murid, laki-laki ditempatakan diruang tersendiri demikian pula bagi murid perempuan. Dalam tata cara berpakaian harus manutupi aurat bagi perempuan mengenakan kebaya,


(52)

krudung, meksi dan bagi laki-laki mengenakan celana panjang. Aturan seragam sekolah tidak ada kepastian, sehingga murid bebas berpakaian.Hal ini berjalan agak lama karena situasi dan kondisi ekonomi pada masyarakat saat itu.

Pada tahun 1974 terjadi perbaharuan, baik segi kurikulum, peraturan sekolah, seragam sekolah dan sistem pengajarannya. Sebagai pelapor dari pembeharuan ini adalah bapak muhammad mujib. Beliau itulah yang memberikan asumsi atau masukan untuk kemajuan dan peningkatan pendidikan dimadrasah ini. Guru-gurunya sebagai berikut : bapak mujib, bapak mursyid, bapak masrukhin, bapak muhammad ali, bapak sofwan, dan bapak H. Shohib sebagi kepala sekolahnya.

Perna terjadi kendala di madrasah ini sehingga terjadi pepecahan murid.Ini disebabakan oleh salah satu guru yang kurang baik kepribadiaanya.Akibat dari itu banyak murid yang keluar karena berpihak pada guru tersebut yang kemudian bersekolah di madrasah al-asy’ari.Sedangkan murid yang kontra pada guru itu mereka masih tetap di situ.Hal itu tiadak menjadi penghambat bagi murid untuk melnjutkan pelajarannya.

Pada tahun 1979 terjadi peralihan pelimpahan jabatan kepala sekoalh yang asalnya dijabat oleh bapak H. Shohib dilimpahkan pada bapak ahmadi.Di masa menjabat sebagai kepala sekolah madrasah ibtidaiyah darul ulum, banyak perubahan kearah kemajuan di antaranya masalah administrasi sekolah yang sudah mulai membaik begitu pula


(53)

dengan administrasi lainnya.Disamping iti diadakan perehapan dan penambahan gedung dan ruang kelas.

Sektar tahun 1982 atau 3 tahun lebih pak ahmadi menjabat sebagai kepala sekolah. Kemudian mengundurkan diri dan digantikan oleh bapak muhammad sofwan. Kemudian dalam periode 1994 diganti oleh bapak M. Musthofa, beliau menjadi kepala sekolah sampai tahun 2012 dan digantikan oleh bapak H. Abd. Cholik sampai sekarang. Karena letak madrasah begitu strategismaka jumlah muridnya semakin tahun bertambah banyak. Apalagi dikawasan perumahan dan industri di daerah itu. Hal ini menjadi prospek masa depan madrasah yang baik.

Demikian sejarah singkat madrasah ibtidaiyah darul ukum tambak rejo kecamatan waru kabupaten sidoarjo.

2. Data Pengurus Madrasah Ibtidaiyah Tambakrejo

Proses perubah dari prngurus nenjadi yayasan dengan nama Al muhajirin pada tanggal 5 juli 1994 sebagai perintis adalah :

- Bapak H. Ridwan - Bapak H. Abdul Lathif - Bapak H. Wahab - Bapak H. Hasbullah - Bapak Hasan Bisri

Pengurus yayasan sebagai berikut :

Pelindung utama : Bapak Kepala Desa, Bapak Pamong Penasehat umum : 1. H. Ridwan 2. H. Chusen 3. Hasan Bisri


(54)

Ketua I : Bapak H. Hasbullah Ketua II : Bapak Shofwan Dimyati Sekertaris I : Bapak H. Shohib Abdillah Sekertaris II : Bapak Drs. Rahman Hasyim Bendahara I : Bapak Abdul Wahid

Bendahara II : Bapak H. Syakur

Anggota – anggota : - H. Zaeniri - Musiran

- H. Hasan Hadi - Abu Khoir

- H. Alwi Abdul Karim - Amir Hasan

- Supani - H. Abdul Lathif

- H. Aseri - H. Abdul Karim

3. Letak GeografisMI Darul Ulum Tambakrejo

Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Tambakrejo terletak di daerah yang cukup strategis yaitu di kecamatan waru. Di mana di kecamatan tersebut banyak terdapat sekolah MI/SD tetapi karena letaknya sangat jauh jadi banayak warga yang sekolah di MI Darul Ulum Tambakrejo Waru Sidoarjo. Untuk menuju sekolah tersebut sangat mudah karena terletak disebelah selatan jalan raya Tambak rejo. Di mana letak sekolah tersebut bersebelahan dengan :

a. Sebelah Utara Desa Tambak Sumur b. Sebelah Barat Pasar Gedongan

c. Sebelah Selatan Kawasan Industri Desa Tambak Sawah d. Sebelah Timur Desa Tambak Sari


(55)

Di desa Tambakrejo inilah lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah darul ulum berada.Letak sekolahannya sangat strategis, yakni terletak di samping jalan raya desa tambakrejo sehingga mudah dijangkau oleh transportasi.Dan masyarakat di sekitar sekolah tersebut sangat baik dan aman. Sehingga memperlancar jalannya proses belajar mengajar. 4. Visi dan Misi

Visi : membentuk generasi berakhlak, berilmu, dan terampil menuju insan yang unggul

Misi : a. Mengamalkan dan menanamkan nilai-nilai ahlussunah wal jama’ah.

b. Pengembangan potensi siswa di bidang IMTAQ dan IPTEK.

c. Mengharmoniskan hubungan dengan masyarakat. 5. Keadaan Masyarakat Sekitar

Keadaan masyarakat sekitar desa tambakrejo mayoritas berwiraswasta, seperti : menjadi petani, mengelola tambak, tukang bangunan, karyawan pabrik, tukang becak, pemulung, pedagang, ibu rumah tangga, guru dan lain sebagainya. Dari mata pancaharian ini tergambar animo masyarakat mengenai pendidikan bagi anak mereka sangat penting.

Melihat begitu besarnya masyarakat mengenai pendidikan anak-anaknya, maka kiranya sangat tepatlah dan sangat strategis keberadaan MI Darul Ulum Tambakrejo Waru Sidoarjo ini bagi masyarakat sekitar.


(56)

6. Struktur Organisasi Sekolah

Dengan pengamatan struktur organisasi itu, kita dapat melihat dari dokumen di MI Darul Ulum Tambakrejo Waru Sidoarjo beserta orang yang duduk dalam jabatan itu terdiri dari : Kasi mapenda, ketua ma’arif, PPAI, kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, wali kelas, dewan guru, staf TU, Pembina ekstara kurikuler, sarana dan prasarana: perpustakaan, UKS, ruang TU, ruang kelas, lap komputer, dan lap sains. Adapun strutur organisasi di MI Darul Ulum Tambakrejo dapat dilihat seperti di bawah ini :

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH MI DARUL ULUM TAMBAKREJO

UKASYAH HADI S, M. M

WAKA KURIKULUM

H. ABD. CHOLIK, S. Pd.I KEPALA SEKOLAH

Drs. H. M. SYAMSU WAKA KESISWAAN

ATHIK M, S. Pd.i PERPUSTAKAAN

RUBIATUN, S. Ag KEPALA TU

YULIATUL IMAMAH KEPRAMUKAAN H. A. M. NAWAWI

SARANA/PRASARANA

WALI KELAS

DEWAN GURU

H. M. SYAFI’I, S. Pd

KEPALA UKS


(57)

7. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di MI Darul Ulum Tambakrejo yang mendukung proses belajar mengajar antara lain :

a. Gedung sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Tambakrejo sudah memiliki gedung sebanyak 14 lokal sebagi ruang belajar. Dan ditambah ruang kantor, ruang guru, ruang laboratorium, ruang koprasi, ruang perpustakaan, kamar kecil / WC untuk guru dan murid, lapangan sains, sehingga jalannya proses belajar mengajar tidak terganggu dan dapat berjalan dengan lancar.

b. Ruang koprasi

Dalam melayani kebutuhan siswa Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Tambakrejo menyediakan koprasi dengan menjual alat – alat sekolah, perlengkapan pramuka, makanan dan minuman yang merupakan kebutuhan para siswa di sekolah yang semua di tangani oleh staf atau pegawai di sekolah.

c. Ruang perpustakaan

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.Perpustakaan sekolah sangat memegang peranan yang sangat penting, karena dengan adanya perpustakaan para siswa dapat memperkaya pengetahuan dan sebagi bahan penunjang materi pelajaran sekolah.

Ruang perpustakan di buka setiap hari senin- sabtu pada waktu istirahat sekolah, sehingga banyak siswa yang berkunjung pada waktu


(58)

istirahat sekolah. Yang setiap harinya tidak kurang dari 30 siswa yang mengunjungi.Baik itu meminjam buku atau pun sekedar membaca buku-buku yang ada di perpustakaan.

d. Mushallah

Untuk menigkatkan nilai-nilai keagamaan siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Tambakrejo, maka dengan adanya mushallah yang dijadikan satu dengan masjid yang terletak di depan Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Tambakrejo yang sudah berjalan bertahun-tahun lamanya. Mushallah tersebut di samping digunakan untuk shalat fardhu dan shalat sunnah oleh siswa. Mushallah tersebut juga biasanya di gunakan untuk kegiatan sekolah dalam acara memperingati hari-hari besar islam.

e. Fasilitas lain yang menunjang Antara lain :

a) Ruang kepala sekolah b) Ruang TU

c) Ruang guru

d) Ruang belajr / kelas e) Ruang laboratorium f) Ruang UKS


(59)

Tabel1.1

Keadaan Bangunan MI Darul Ulum Tambakrejo

NO JENIS JUMLAH KETERANGAN

BAIK RUSAK

1 Ruang belajar / kelas 14 11 3

2 Ruang kepala sekolah 1 1

3 Ruang guru 1 1

4 Ruang TU 1 1

5 Ruang tamu 1 1

6 Ruang koprasi 1 1

7 Ruang perpustakaan 1 1

8 Ruang laboratorium 1 1

9 Ruang computer 1 1

10 Ruang UKS 1 1

11 Kamar mandi/WC guru 2 2

12 Kamar mandi/WC siswa 5 5

13 Tempat parker 1 1


(60)

Sumber : Dokumentasi MI Darul Ulum Tambakrejo pada tanggal 28 oktober 2016

8. Data Inventaris MI Darul Ulum Tambakrejo Tabel 1.2

Keadaan Inventaris MI Darul Ulum Tambakrejo

NO JENIS JUMLAH KETERANGAN

BAIK RUSAK

1 Meja siswa 500 495 5

2 Kursi siswa 255 250 5

3 Meja guru 15

4 Kursi guru 15

5 Lemari kelas 14

6 Meja laboratorium 6


(61)

8 Kursi perpustakaan 5

9 Meja TU 3

10 Kursi TU 3

11 Meja kepala sekolah 2

12 Kursi kepala sekolah 2

13 Meja tamu 2

14 Kursi tamu 8

15 Meja guru di ruangan guru 15

16 Kursi guru di ruangan guru 15

17 Rak buku 5

18 Mesin ketik 5 3 2

19 Komputer 25 24 1

20 Almari 15

21 TV 1

22 Papan tulis 16

23 Alat IPA 40


(62)

S u m b e

rDokumentasi MI Darul Ulum Tambakrejo pada tanggal 28 oktober 2016 9. Keadaan Siswa Mi Darul Ulum Tambakrejo

Tabel 1.3

Data Keadan Murid MI Darul Ulum Tambakrejo TAHUN PELAJARAN 2016 - 2017

NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 I 53 54 107

2 II 88 51 139

25 Perlengkapan ibadah 3

26 Perlengkapan upacara 5

27 Bola voli 4

28 Bola sepak 7

29 Raket 2

30 Tipe recorder 2

31 Wireles 1

32 Lambang Negara 22

32 Foto presiden 22


(63)

3 III 36 47 83

4 IV 58 51 109

5 V 41 32 73

6 VI 35 42 77

JUMLAH 281 277 558

Sumber : Dokumentasi MI Darul Ulum Tambakrejo pada tanggal 28 oktober 2016

10.Data Tentang Keadaan Guru dan Staf

Tabel 1.4

Keadaan Guru Dan Staf MI Darul Ulum Tambakrejo

NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN

TERAKHIR

1 H. Abd. Cholik, S. Pd.I Kepala Sekolah S 1

2 Ukasyah Hadi Saputra, S. Pd. MM Waka

Kurikulum

S 2

3 Drs. H. M. Syamsu Waka

Kesiswaan

S 1

4 H. M. Musthofah, S. Ag Guru S 1

5 Lathifah, S. Pd. I Guru S 1


(64)

7 Maslacaha, S. Pd. I Guru S 1

8 Romlah Guru SMA

9 H. M. Syafi’i, S. Pd. I Guru S 1

10 H. A. M. Nawawi Guru SMA

11 Syamsiyah, S. Pd. I Guru S 1

12 Afifatul Husnah, S.Pd.I Guru S 1

13 Rubiatun, S. Ag Kepala TU S 1

14 Mutik’atus Sholihah, S. Ag Guru S 1

15 Lailatul Muflihah, S. Pd. I Guru S 1

16 Anik Istiqomah, S. Pd Guru S 1

17 Fachrudin Arrozi, S. Pd. I Guru S 1

18 Machrus Abdillah, S. Kom Guru S 1

19 Yuliatul Imamah, S.Pd.I Guru S 1

20 Siti Maryam, S.Hum Guru S 1

21 Athik Maulidiyah, S. Pd. I Guru S 1

22 Achmad Alfian Mufid Guru SMA

23 Indah Zulva Guru Piket SMA

24 Kustiani Kebersihan SMA

25 Imam Satpam SMP


(65)

Tabel 1.5

Pembagian Tugas Mengajar MI Darul Ulum Tambakrejo

NO NAMA GURU MATA PELAJARAN

1 H. Abd. Cholik, S. Pd.I Al –Qur’an Hadist

2 Ukasyah hadi saputra, S. Pd. M M Guru Kelas

3 Drs. H. M. Syamsu Matematika

4 H. M. Musthofah, S. Ag B. Arab

5 Lathifah, S. Pd. I Guru Kelas

6 Achmad Alfian Mufid Guru Kelas

7 Maslacaha, S. Pd. I Guru Kelas

8 Romlah Akidah Akhlak

9 H. M. Syafi’i, S. Pd. I IPS, PJOK

10 H. A. M. Nawawi SBK, B. Jawa

11 Syamsiyah, S. Pd. I Fiqih

12 Siti Maryam, S.Hum Guru Kelas

13 Rubiatun, S. Ag Ketua TU

14 Mutik’atus Sholihah, S. Ag IPA, ke-NU-an

15 Lailatul Muflihah, S. Pd. I SKI


(66)

m

b

e

r

Datasumber : Dokumentasi MI Darul Ulum Tambakrejo pada tanggal 28 oktober 2016

12.Fenomena Bullying di Sekolah MI Darul Ulum Tambakrejo Waru Sidoarjo

Untuk memperoleh data mengenai bullying yang terjadi di MI Darul Ulum, maka peneliti menggali informasi kepada beberapa siswa yang menjadi korban bullying, salah satu wali kelas dan kepada kepala sekolah mengenai fenomena bullying yang terjadi di sekolah, fenomena bullying banyak terjadi ketika di waktu istirahat bahkan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di kelas, karena siswa bebas beraktifitas dan membeli makanan sedangkan para guru kembali ke kantor untuk beristirahat sejenak, aktifitas di waktu istirahat kurang bisa terawasi secara penuh.1

Ada beberapa bentuk bullying yang terjadi di MI Darul Ulum, mulai dari bulling fisik, bullying non fisik dan bullying mental.

1

Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan wali kelas pada tanggal 9-10 maret 2017 di kantor sekolah dan ruang kepala sekolah

17 Fachrudin Arrozi, S. Pd. I PKN

18 Machrus Abdillah, S. Kom Komputer

19 Yuliatul Imamah Bahasa Indonesia

20 Lailiyatul Wachidah, S. Pd Guru

21 Athik Maulidiyah, S. Pd. I Guru


(67)

a. Bullying fisik

Bullying fisik yang terjadi adalah ada beberapa anak yang dipukul, ditendang kakinya dan didorong oleh temannya sendiri tanpa alasan yang jelas dan berulang-ulang. Selama ini tercatat hamper setiap hari korban mendapat perlakuan tersebut karena koban adalah adik kelas dan teman satu kelasnya.2

b. Bullying Non Fisik

Bullying Non Fisik yang terjadi adalah banyak anak-anak yang diejek karena kulitnya hitam(kelas IV), badannya pendek(kelas V), badan gemuk(kelas V), dan lain-lain. Bullying ini sereng terjadi karena kekurangan fisik yang dimiliki oleh korbanya.3

c. Bullying Mental

Bullying Mental yang terjadi adalah anak dikucilkan (seperti: tidak didengarkan ketika berbicara, tidak pernah diajak bermain, dan teman yang lain tidak berinteraksi dengan dia) dari teman-temannya yang lain karena korban tidak mau menuruti kemauan si pelaku bullying sehingga pelaku bullying memprofokasi teman-teman yang lain agar menjahui si korban(gak diboloh)4.

2

Hasil wawancara dengan korban pada tanggal 13 maret 2017 dan observasi peneliti pada tanggal 16-18 maret 2017

3

Hasil wawancara dengan korban pada tanggal 13 maret 2017 dan observasi peneliti pada tanggal 16-18 maret 2017

4

Gak diboloh adalah bahsa khas sidoarjo yang memili arti tidak didukung, tidak berteman(ungkapan agak seseorang dijahui teman yang lain)


(68)

Bullying mental merupakan jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap mata atau telinga jika kita tidak waspada mendeteksinya.

Setelah melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan beberapa guru peneliti melakukan observasi secara langsung pada saat kegiatan belajar mengajar belangsung dan ketika istirahat, banyak sekali ditemukan fenomena bullying yang terjadi di sekolah tersebut, Pelaku bullying selalu semenah-menah terhadap teman-temnya dalam hal apapun dan hanya mementingkan dirinya sendiri.5

Bullying yang selama ini marak terjadi di sekolah-sekolah sangat mengganggu aktifitas belajar mengajar yang ada di sekolah, bullying memeiliki pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak.Maka sangatlah perlu untuk menangani fenomena bullying di sekolah lebih serius.Penanganan yang tepat pada bullying dibutuhkan agar fenomena bullying tidak semakan menyebar dan mengakar, dalam penanganannya seluruh warga sekolah harus ikut berperan aktif.

Perilaku bullying yang banyak terjadi di sekolah MI DARUL ULUM Tambakrejo adalah bullying non fisik karena pelaku melakukan bullying di dasari dari kekurangan fisik yang dimiliki korban. Selama peoses observasi yang dilakaukan

5

Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan wali kelas pada tanggal 9-10 maret 2017 di kantor sekolah dan ruang kepala sekolah


(1)

Konseli sekang mampu beriteraksi dengan baik, teman-teman yang juga tidak merasa terancam ketika berkomunikasi dengan konseli. Konseli juga mampu mengembangkan hobi yang selamini menjadi kegemarannya.


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul

“Terapi Reward dan Punishment untuk Menagani Perilaku Bullying di Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Tambakrejo Waru Sidoarjo” maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pelaksanan penerapan Terapi Reward dan Punishment untuk Menagani Perilaku Bullying di Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Tambakrejo Waru Sidoarjo, dilaksanakan dengan tahapan:

a. Identifikasi masalah, yaitu mencari tahu permasalahan dan informasi menegenai perilaku bullying yang terjadi di sekolah MI DARUL ULUM Tambakrejo Waru Sidoarjo.

b. Diagnosis adalah tahapan yanag dilakukan setelah identifikasi masalah untuk menetapkan masalah yang dihadapi oleh konseli. Diagnosis juga digunakan oleh peneliti untuk mengetahui latar belakang atau faktor-faktor penyebab timbulnya masalah.

c. Prognosis adalah langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah konseli. Dalam hal ini konselor menetapkan jenis terapi reaward dan punishment yang sesuai dengan masalah konseli agar proses konseling bisa terlaksa secara maksimal.


(3)

d. Treatment adalah pelaksanan terapi yang dilakukan oleh konselor terhadap konseli dengan menggunakan terapi reward dan punishmet

hingga konseli mampu mengurangi perilaku bullying.

e. Follow up, tindak lanjut yang dilakukan konselor adalah dengan menanyakan kembali kepada beberapa korban bullying, wali kelas dan kepala sekolah tentang bagaimana perubahan perilaku konseli setelah mendapat terapi reaward dan punishment.

2. Hasil Terapi Reward dan Punishment untuk Menangani Perilaku Bullying

Di Sekolah MI DARUL ULUM Tambakrejo Waru Sidoarjo.

Untuk melihat perubahan diri konseli, konselor melakukan observasi dan wawancara. Adapun perubahan konseli sesudah proses bimbingan dan konseling dengan teknik reward dan punishment adalah perubahan perilaku dari konseli, perubahan yang di alami menurut teman-teman, wali kelas dan kepala sekolah.Konseli mampu mengurangi prilaku bullying

yang dulunya menjadi kebiasannya, beberapa perubhan perilaku konseli adalah lebih tenanag ketika guru sedang menerangkan, Tidak lagi melakukan bullying fisik kepada yang lebih lemah, dan Tidak lagi melakukan diskriminasi kepada teman yang lain, hal ini dibuktikan dengan konseli tidak lagi seing melakukan bullying fisik kepada siswa yang lebih lemah, walaupun terkadang konseli menaggil teman-temanya dengan panggila yang kurang baik dan tidak lagi melakukan diskriminasi terhadap teman-teman yang lain. hal ini dibuktikan dengan konseli tidak lagi seing


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

terkadang konseli menaggil teman-temanya dengan panggila yang kurang baik dan tidak lagi melakukan diskriminasi terhadap teman-teman yang lain.

B. Saran

1. Bagi klien

Hendaknya terus berusaha untuk mengurangi perilaku bullying, karena perilaku bullying bisa mempengaruhi perkembangan korban dan pelaku bullying sendri, terlebih ketika berinterakasi dengan teman yang lain tidak merasa nuyaman.

2. Bagi konselor

Diharapkan mengambil pelajaran dari permasalahan ini, perilaku

bullying sangat banayak terjadi di dunia pendidikan. Supaya konselor bisa lebih berkembang lagi dalam skill bimbingannya, supaya ilmunya bisa lebih bermanfaat bagi orang lain. Paling terpenting jangan melepas konseli ini begitu saja, harus tetap mengikuti perkembanganya sesekali. Selalu menjaga silaturahmi antara konseli dan konselor.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji & Suyati, Sri. 1995. Prilaku Keorganisasian. Semarang : Pustaka Jaya.

Anwar, Saifuddin. 1998. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 1990. Teknik Belajar yang Efektif. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi

Revisi VI. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial : Format – format Kuantitatif Dan Kualitati. Surabaya : Airlangga Uneversitas Press.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu – ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitafif. Jakarta: Erlangga.

Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif – kuantitatif. Malang: UIN-Maliki Press.

Moeloeng, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Ismail. 2012. Metoda Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/ Ekonomi Islam, Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya. Nazir, Moh. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Purwanto, Ngalim. 1985. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bndung : Ramadja Karya.


(6)

Setiawan, David, orang KPAI lihat di

http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/dan Lihat pula

https://www.youtube.com/watch?v=rzaECX9-fNo

Soekanto, Soerjono. 1986. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Suparmoko, M. 1995. Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: BPFE.

Tim Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa). 2008. BULLYING: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta : PT Grasindo.

Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA). 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta : PT. Grasindo.