Pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.

(1)

PENGARUH PENDEKATAN SOSIO EMOSIONAL GURU DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA DI MA DARUL ULUM WARU SIDOARJO

SKRIPSI

OLEH:

HALIMATUS SA’DIAH NIM. D31213063

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Halimatus Sa’Diah, D31213063, 2017. Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru terhadap Hasil Belajar Siswa di MA Darul Ulum Waru.

Skripsi. Pendidkan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci:Pendekatan Sosio Emosional, Hasil Belajar, Guru dalam Pembelajaran, Aqidah Akhlak

Guru yang professional akan mampu memahami keadaan fisik dan psikis anak, dengan hal ini guru dapat mengubah dan menyesuaikan strategi atau pendekatan yang harus digunakan. Karena masing masing siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada keterampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Salah satu pendekatan dalam mengelola kelas adalah pendekatan sosio emosional. Pendekatan sosio emosional adalah suatu pendekatan yang menekankan pada hubungan interpersonal.

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah tentang bagaimana pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak, bagaimana hasil belajar siswa, serta bagaimana pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan metode kuantitatif dengan teknik statistik regresi linier sederhana. Sedangkan metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah Observasi, Interview, Angket serta Dokumentasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah aklak di MA Darul Ulum Waru sangat baik. Hasil angket menunjukkan bahwa pendekatan sosio emosional sebesar 82,25%. Sedangkan hasil belajar siswa tergolong sangat baik hal ini bisa dilihat dari prosentase sebesar 91,01%. Hasil lain menunjukkan terdapat hubungan antara pendekatan sosio emosional terhadap hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru yang diperoleh 8,4%, sedangkan 91,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya. Misalnya, faktor lingkungan belajar maupun kecerdasan siswa sendiri seperi IQ, EQ, SQ dan sebagainya.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Peneliian ... 6


(8)

E. Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian... 7

F. Definisi Operasional ... 8

G. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendekatan Sosio Emosional ... 12

1. Pengertian Pendekatan Sosio Emosional ... 12

2. Tujuan Pendekatan Sosio Emosional... 20

3. Ciri-ciri Pendekatan Sosio Emosional ... 21

4. Kelebihan dan Kelemahan Sosio Emosional... 23

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar MP Aqidah Akhlak ... 24

1. Pengertian Hasil Belajar... 24

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 26

3. Indikator Hasil Belajar... 30

4. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak... 36

5. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak... 39

6. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak... 40

C. Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar ... 41

D. Hipotesis Penelitian... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 45


(9)

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 48

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling... 50

D. Teknik Pengumpulan Data... 53

E. Teknik Analisis Data... 56

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 62

1. Sejarah Singkat Beridirinya MA Darul Ulum ... 62

2. Identitas Sekolah... 66

3. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi ... 66

4. Program Madrasah... 69

5. Struktur Organisasi ... 70

6. Keadaan Guru Dan Karyawan ... 71

7. Keadaan Siswa... 74

8. Keadaan Sarana Dan Prasana ... 75

9. Profil Civitas Akademika ... 76

10. Potensi di Sekolah... 79

B. Penyajian Data ... 80

1. Data Observasi... 80

2. Data Wawancara... 81

3. Data Angket ... 82

4. Data Dokumentasi ... 85

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 88


(10)

2. Analisis Data tentang Hasil Belajar... 101 3. Pengujian Hipotesis ... 104

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 121 B. Saran ... 122 C. Diskusi... 124

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar ... 31

Tabel 3.1 Jumlah Siswa-siswi MA Darul Ulum ... 50

Tabel 4.1 Prestasi Madrasah ... 64

Tabel 4.2 Struktur Organisasi ... 70

Tabel 4.3 Guru dan Karyawan ... 71

Tabel 4.4 Keadaan Siswa ... 74

Tabel 4.5 Keadaan Sarana dan Prasarana ... 75

Tabel 4.6 Hasil Angket Pendekatan Sosio Emosional ... 83

Tabel 4.7 Nilai Raport Aqidah Akhlak ... 85

Tabel 4.8 Nama-nama Responden ... 89

Tabel 4.9 Guru Menggunakan Pujian-Pujian yang Bersifat Menghargai Siswa ... 91

Tabel 4.10 Guru Memberikan Contoh yang Baik Kepada Siswa ... 91

Tabel 4.11 Guru Menunjukkan Sikap Menerima Sehingga Siswa Merasa Dipercaya Oleh Guru... 92

Tabel 4.12 Guru Memberikan Kesempatan Kepada Siswa untuk Berperan Aktif Di Dalam Kelas ... 93

Tabel 4.13 Siswa Merasa Nyaman Ketika Proses Pembelajaran... 93

Tabel 4.14 Guru Menjelaskan Tingkah Laku Siswa yang Menyimpang Tanpa Memberikan Penilaian Kepada Siswa ... 94 Tabel 4.15 Guru Menggunakan Bahasa yang Mudah Dimemgerti


(12)

Siswa ... 95 Tabel 4.16 Guru Memahami Kondisi Siswa Ketika Siswa Merasa

Kesulitan... 95 Tabel 4.17 Guru Peduli terhadap Seluruh Siswanya Tanpa

Membeda-bedakan Satu Sama Lain... 96 Tabel 4.18 Guru Membantu Siswa Merencanakan Tindakan

Yang Lebih Baik ... 97 Tabel 4.19 Guru Di Dalam Kelas Sebagai Fasilitator Sehingga

Pembelajaran Berpusat Pada Siswa... 97 Tabel 4.20 Guru Mengajak Berdiskusi Dalam Menyelesaikan Suatu

Permasalahan Dalam Pembelajaran ... 98 Tabel 4.21 Data Rekapitulasi Pendekatan Sosio Emosional Guru ... 99 Tabel 4.22 Rata-rata Nilai Raport Aqidah Akhlak... 101 Tabel 4.23 Skor Pendekatan Sosio Emosional Guru dan Hasil

Belajar Siswa... 105 Tabel 4.24 Persiapan Untuk Menghitung Persamaan Regresi dan

Korelasi Sederhana... 106 Tabel 4.25 Hasil Perhitungan dengan SPSS ... 115


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2 : Surat Bukti Penelitian

Lampiran 3 : Surat Tugas Bimbingan Skripsi Lampiran 4 : Kartu Konsultasi Skripsi

Lampiran 5 : Kisi-kisi Instrumen Angket Pendekatan Sosio Emosional Lampiran 6 : Instrumen Angket Pendekatan Sosio Emosional


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan berasal dari kata didik, yang mengandung arti perbuatan, hal, dan cara. Pendidikan Agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion education, yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja, tetapi lebih ditekankan pada feeling attituted, personal ideals,aktivitas kepercayaan.1

Dalam bahasa Arab, ada beberapa istilah yang bisa digunakan dalam pengertian pendidikan, yaitu ta’lim (mengajar), ta’dib (mendidik), dan

tarbiyah (mendidik). Namun menurut al-Attas (1980) dalam Hasan Langgulung, bahwa katata’dib yang lebih tepat digunakan dalam pendidikan

agama Islam, karena tidak terlalu sempit sekedar mengajar saja, dan tidak terlalu luas, sebagaimana kata terbiyah juga digunakan untuk hewan dan tumbuh-tumbuhan dengan pengertian memelihara. Dalam perkembangan selanjutnya, bidang speliasisai dalam ilmu pengetahuan, kata adab dipakai untuk kesusastraan, dan tarbiyah digunakan dalam pendidikan Islam hingga populer sampai sekarang.2 Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam di sekolah diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam.

1Ramayulis,

Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 3

2 Nazarudin Rahman,

Manajemen Pembelajaran ; Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Cet I. (Yogyakarta: Pustaka Felicha.


(15)

2

Adanya pendidikan agama Islam di madrasah atau sekolah sebenarnya memiliki banyak fungsi, seperti: meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt, pedoman hidup, menyesuaikan diri dengan lingkungan, sebagai perbaikan diri dan menyangkal hal-hal negatif dari lingkungannya.3

Namun saat ini PAI kurang diminati siswa, karena banyak hal. Misal saja karena PAI tidak termasuk di dalam mata pelajaran yang di ujikan saat ujian nasional. Selain itu materi-materi yang diajarkan hampir semua sama, mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah dan juga keterbatasan guru dalam mengelola kelas. Pelaksanaan PAI di sekolah masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Di samping itu kelulusan peserta didik dalam pendidikan agama Islam hanya diukur dengan seberapa banyak hafalan dan kemampuan mengerjakan ujian tertulis di kelas, penanaman kepribadian dan akhlak karimah kurang mendapat perhatian padahal materi agama Islam syarat dengan muatan nilai-nilai.4

Kondisi yang demikian dapat disebabkan oleh banyak hal. Misalnya kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Kenyataan di lapangan menunjukkan terdapat berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi guru, antara lain: 1) adanya keragaman dalam proses pembelajaran dan penggunaan pengetahuan, 2) belum adanya alat ukur yang akurat untuk

3Ibid., h.15 4Ibid.,


(16)

3

mengetahui kemampuan guru, 3) pembinaan yang dilakukan belum mencerminkan kebutuhan, dan 4) kesejahteraan guru belum memadai.5

Untuk menanggulangi hal tersebut dibutuhkannya peran seorang guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas perlu dinilai dengan baik, karena jika guru mampu mengelola kelas dengan baik maka tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.6 Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru dalam mengelola kelas. Indikator dari kegagalan tersebut ditunjukkan dengan prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar kompetensi yang ditentukan.

Pendekatan merupakan suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan.7 Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan. Selain metode memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan Islam, pendekatan juga menempati posisi yang berarti pula untuk memantapkan penggunaan metode-metode tersebut dalam proses pendidikan, terutama proses belajar mengajar.

Oleh karena itu salah satunya yakni pendekatan sosio emosional. Menurut Djamarah dan Zain mengatakan bahwa pendekatan sosio emosional dalam pembelajaran adalah suasana perasaan dan suasana sosial

(social-5Depdiknas, KBBI Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 6 6Euis Karwati dan Donni Juni Priansa,

Manajemen Kelas,(Bandung: Alfabeta, 2014), h.66

7Ramayulis,


(17)

4

emostionalclimate appoach) di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan Psikologi Klinis dan konseling (penyuluhan).8

Hasil belajar merupakan gambaran tentang bagaimana siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hasil belajar merupakan output nilai yang berbentuk angka atau huruf yang didapat siswa setelah menerima materi pembelajaran melalui sebuah tes atau ujian yang disampaikan guru. Dari hasil belajar tersebut guru dapat menerima informasi seberapa jauh siswa memahami materi yang dipelajari. Menurut penelitian Wasty (2003) pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga dengan demikian peningkatan hasil belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar yang telah diraih sebelumnya.

Hasil belajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil. Masukan itu berupa rancangan dan pengelolaan motivasional yang tidak berpengaruh langsung terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Perubahan itu terjadi pada seseorang dalam disposisi atau kecakapan manusia yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui usaha yang sungguhsungguh dilakukan dalam satu waktu tertentu atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil belajar yang diharapkan biasanya berupa prestasi belajar yang baik atau optimal. Namun dalam 8Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,

Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,


(18)

5

pencapaian hasil belajar yang baik masih saja mengalami kesulitan dan prestasi yang didapat belum dapat dicapai secara optimal.9

Dalam peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yakni motivasi untuk belajar. Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran berbagai upaya dilakukan yaitu dengan peningkatan motivasi belajar. Dalam hal belajar siswa akan berhasil kalau dalam dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar dan keinginan atau dorongan untuk belajar, karena dengan peningkatan motivasi belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan perilaku siswa dalam belajar.

Di MA Darul Ulum guru dituntut mampu menyampaikan materi pelajaran serta dapat menguasai kelas, hal ini di terapkan dengan harapan siswa mendapatkan hasil belajar yang baik atau paling tidak memenuhi ketuntasan minimal penguasaan materi pembelajaran yang telah ditetapkan.

Tertarik dengan fenomena diatas, maka penulis ingin mengadakan penelitian dan mengkaji lebih lanjut terkait pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran dengan hasil belajar siswa yang akan dibahas dalam

skripsi “PENGARUH PENDEKATAN SOSIO EMOSIONAL GURU

DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA MA DARUL ULUM WARU SIDOARJO”.

9Nashar,

Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta: Delia


(19)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo?

3. Bagaimana pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin di capai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.


(20)

7

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, diharapkan berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

2. Secara praktis, diharapkan mampu memberikan wawasan dan bahan tambahan referensi kepada pembaca umum

E. Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah tidak terlepas dari variabel yang tercantum pada judul penelitian. Dalam penelitian terdapat pendekatan sosio emosional guru sebagai variabel X , dan varibel Y nya adalah hasil belajar. Dengan subjek penelitian para siswa-siswa dan pelaku pendidikan yang berlokasikan di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo.

Agar tidak terjadi pembahasan yang meluas, maka peneliti memaparkan batasa-batasan masalah. Hal ini berguna agar tidak keluar dari lingkup permasalahan penelitian. Adapun batasan-batasan tersebut adalah:

1. Penelitian ini membicarakan tentang pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa. 2. Penelitian ini difokuskan pada pendekatan sosio emosional pada siswa


(21)

8

F. Definisi Operasional

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tetang judul penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan sedikit teori yang terdapat dalam judul

penelitian ini yaitu “Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru PAI terhadap Hasil Belajar Siswa Di MA Darul Ulum Waru Sidoarjo”.

1. Pendekatan Sosio Emosional : Secara etimologi pendekatan berasal dari kata dekat, artinya tidak jauh, setelah mendapat awalan pe dan akhiran an maka artinya yaitu: Proses, perbuatan, cara mendekati; Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti atau metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.10

Sosio merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.11

Sedangkan emosi merupakan hasil informasi antara faktor subjektif (proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar) dan faktor biologi (proses hormonal).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosio emosional merupakan bentuk hubungan antara guru dan siswanya di mana hal ini adanya keterkaitan antar keduanya dalam menciptakan suatu kondisi belajar yang baik, efektif serta efisien.

10Depdiknas,KBBI Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). 11Yusuf, Syamsu L.N. dan Nani M. Sugandhi,

Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2011) , h.122


(22)

9

Maksud dari pendekatan sosio emosional yang akan dibahas peneliti yaitu bagaimana pendekatan interpersonal antara guru dengan siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswanya.

Indikatornya : keterbukaan antara guru dan siswa, penerimaan, dan kepercayaan guru kepada siswa atau sebaliknya, rasa simpati guru terhadap siswanya, guru berkomunikasi secara efektif, guru dalam mengembangkan kreatifitas serta kepribadian siswa, serta suasana kelas yang demokratis.

2. Hasil Belajar : Sebuah perubahan tingkah laku yang tampak setelah berakhirnya perbuatan belajar baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan karena didorong dengan adanya usaha dari rasa ingin terus maju untuk menjadikan diri menjadi lebih baik.12

Indikatornya : nilai raport A atau tergolong Baik –Amat Baik dalam mata pelajaran aqidah akhlak semester gasal 2016/2017.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan suatu aspek yang sangat penting karena sistematika pembahasan ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca dalam mengetahui isi skripsi ini. Sistematika pembahasan dalam skripsi ini diklasifikasikan menjadi lima bab yang terbagi menjadi sub-sub bab yang saling berkaitan. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut

BAB I : PENDAHULUAN

12

Skripsi Umi Nur Afiya, Pengaruh Program Sertifikasi Guru Terhadap Hasil Belajar PAI di SMPN 1 Soko Tuban(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012), h. 24


(23)

10

Merupakan bab pendahuluan, yang terdiri dari A) Latar belakang masalah B) Rumusan masalah C) Tujuan penelitian D) Kegunaan penelitian E) Penelitian terdahulu F) Ruang lingkup dan batasan masalah G) Definisi operasional H) Sistematika pembahasan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini memuat hal yang berkaitan dengan teori-teori yang telah peneliti pelajari dari literatur yang ada. Pada bab ini akan dibahas mengenai A) tinjauan tentang pendekatan sosio emosional : pengertian pendekatan sosio emosional, tujuan pendekatan sosio emosional, ciri-ciri pendekatan sosio emosionanl, kelebihan dan kelemahan dari pendekatan sosio emosional B) Tinjauan tentang hasil belajar mata pelajaran aqidah akhlak : pengertian hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, indikator dalam hasil belajar, penilaian hasil belajar, pengertian mata pelajaran aqidah akhlak, fungsi dan tujuan mata pelajaran aqidah akhlak, ruang lingkungan mata pelajaran aqidah akhlak, metode mengajar mata pelajaran aqidah akhlak, evaluasi mata pelajaran aqidah akhlak C) Pengaruh pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa D) Hiposis penelitian,

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang A) Jenis penelitian, B) Indentifikasi variable dan indikator C) Instrumen penelitian, D) Penentuan populasi, sempel, dan teknik sampling, E) Teknik pengumuman data, dan F) Teknik analisis data


(24)

11

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Merupakan bab metode penelitian, yang berisi tentang : A) Gambaran umum obejk penelitian B) Penyajian data C) Analisis data dan Pengujian hipotesis.

BAB V : PENUTUP


(25)

12 BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendekatan Sosio Emosional

1. Pengertian Pendekatan Sosio Emosional

Kata pendekatan sering di sinonimkan dengan kata approach yang berasal dari bahasa Inggris. Pendekatan sendiri secara bahasa berasal dari kata dekat yang berarti pendek, tidak jauh, hamper, akrab, dan menjelang. Sementara pendekatan secara bahasa dapat diartikan sebagai proses atau cara perbuatan mendekati.13

Memang secara bahasa, pendekatan merupakan proses atau cara perbuatan mendekati. Tetapi secara istilah, pendekatan bersifat aksiomatis dan menyatakan suatu pendirian, filsafat, keyakinan atau paradigm terhadap subject matter.14 Jadi, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa pendekatan merupakan cara pandang seseorang terhadap suatu subjek.

Sosio merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.15

Sedangkan emosi merupakan hasil informasi antara faktor subjektif (proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar) dan faktor biologi (proses hormonal).

13Hasan Alwi dkk,

Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.246.

14

Novan Ardy Wiyani, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep Pendidikan MonokhotomikHolistik, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012), h.185.

15

Yusuf, Syamsu L.N. dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2011) , h.122.


(26)

13

Sosioemosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu.

Dalam pendekatan sosio emosional dalam manajemen kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan iklim sosio emosional yang positif di dalam kelas. Sosio emosional yang positif berarti ada hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik. Dalam pendekatan ini guru menjadi kunci dalam pembentukan hubungan pribadi dan peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.16

Dari deskripsi di atas, pendekatan sosio emosional dapat diartikan sebagai cara pandang yang menganggap bahwa kelas yang kondusif dapat dicapai dengan menciptakan hubungan yang harmonis antaraguru dengan peserta didik serta antar peserta didik. Jadi, dapat dikatakan bahwa kondisi kelas yang kondusif dapat tercapai jika hubungan antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik terjalin dengan baik. Untuk mewujudkan jalinan tersebut, seorang guru harus mampu membangun komunikasi dan interaksi secara positif dengan peserta didiknya.

Pendekatan sosio emosional ini mendasarkan pada asumsi sebagai berikut:17

16

Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 147.

17

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), h. 182.


(27)

14

• Iklim sosio dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa serta siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif. Asumsi ini mengharuskan seorang wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling menghargai dan saling menghormati antarpersonal di kelas. Setiap personal diberi kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga timbul suasana sosial dan emosional yang menyenangkan pada setiap personal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

• Iklim sosio dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang didasari dengan hubungan manusiawi yang efektif. Dari asumsi ini berarti dalam pengelolaan kelas seorang wali/guru kelas harus berusaha mendorong guru-guru agar mampu dan bersedia mewujudkan hubungan manusiawi yang saling penuh perhatian, hormat menghormati dan saling menghargai. Guru harus didorong menjadi pelaksana yang berinisiatif dan kreatif serta selalu terbuka pada kritik. Di samping itu, berarti guru harus mampu dan bersedia mendengarkan pemdapat, saran, gagsan, dan lain-lain dari siswa sehingga pengelolaan kelas berlangsung dinamis.


(28)

15

Dalam pendekatan iklim sosio emosional dalam pengelolaan kelas terdapat beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu:

a. Menurut Carl A. Rogers

Ide yang menyangkut ciri-ciri pendekatan iklim sosio emosional ini dapat dijumpai dalam tulisan-tulisan Carl Rogers. Pokok pikiran Rogers menyatakan bahwa faktor yang amat berpengaruh terhadap peristiwa belajar adalah mutu sikap yang ada dalam hubungan interpersonal antara guru (sebagai fasilitator) dan siswa (sebagai pelajar). Menurut Rogers, beberapa sikap yang perlu dimiliki guru untuk membantu siswa belajar adalah:18

1) Sikap kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak berpura-pura.

Guru perlu mengenal dirinya dengan baik dan menampilkan dirinya sendiri sebagai mana adanya. Guru hendaknya menyadari perasaan-perasaannya sendiri, menerima perasaan itu dan jika perlu mengkomunikasikan perasaan itu. Tindakan guru harus sesuai dengan perasaan itu dan tidak pernah berpura-pura. Pengembangan hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif amat dipengaruhi oleh kemampuan guru menampilkan dirinya sebagaimana adanya. Menurut Rogers, penampilan diri sebagaimana adanya merupakan sikap yang paling penting yang mempengaruhi proses belajar.

18


(29)

16

2) Sikap menerima, menghargai, mau membantu dan percaya.

Penerimaan guru merupakan sikap kedua yang juga amat penting dalam membantu siswa belajar. Perimaan guru mengisyaratkan bahwa guru memandang siswa sebagai individu yang berharga.19 Hal ini juga menandakan adanya kepercayaan guru kepada siswa. Jika tingkah laku siswa diterima guru, maka siswa itu akan merasa bahwa ia dipercaya dan dihormati. Dengan demikian, guru yang menghormati dam mempercayai siswa akan mempunyai kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim sosio emosional yang dapat membantu kesuksesan belajar siswa.

3) Sikap mau mengerti dengan penuh empati

Pengertian penuh emapti merupakan kemampuan guru untuk memahami keadaan siswa sesuai dengan pandangan siswa itu sendiri. Kemampuan ini menunjukan kepekaan guru terhadap perasaan-perasaan siswa dan kepekaan gutu untuk tidak memberikan penilaian terhadap keadaan siswa. Pengertian mendalam yang tanpa disertai penilaian ini perlu dilengkapi empati dari guru terhadap siswa. Jika hal ini terjadi, maka siswa akan merasa bahwa guru mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh siswa. Dengan demikian, hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif akan berkembang, dan selanjutnya pengaruh besar terhadap kegiatan belajar siswa.


(30)

17

b. Menurut Haim C. Ginnot

Dalam pengembangan iklim sosio emosional yang positif ginot menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh guru. Yang perlu diperhatikan adalah komunikasi itu ialah bahwa guru hendaklah membicarakan keadaan yang dijumpai pada waktu itu dan tidak membicarakan pribadi ataupun sifat-sifat siswa.20 Jika guru di hadapkan pada perilaku siswa yang tidak menyenangkan, guru disarankan agar menjelaskan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakan, dan apa yang sebaliknya dilakukan. Sebagai tambahan, Ginot mengemukakan sebuah daftar saran tentang cara-cara yang hendaknya dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi secara efektif, yaitu sebagai berikut:

1) Alternative pembicaraan pada keadaan siswa. Janganlah menilai sifat atau pribadi siswa, sebab hal ini dapat merendahkan martabat siswa.

2) Jelaskanlah keadaan sebagaimana adanya, nyatakanlah perasaan tentang keadaan itu, dan jelaskan harapan anda berkenaan dengan keadaan itu.

3) Kemukakanlah perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari anda untuk membangkitkan pemahaman para siswa tentang keadaan yang mereka hadapi.


(31)

18

4) Hilangkanlah kekerasan dengan himbauan kerjasama dan penyajian kesempatan bagi para siswa untuk bertindak secara bebas.

5) Kurangilah keengganan/penolakan siswa dengan jalan tidak memerintah atau menuntut mereka melakukan sesuatu yang dapat membangkitkan sikap mempertahankan diri.

6) Kenalilah, terimalah dan hormatilah ide-ide serta perasaan-perasaan siswa yang dapat membangkitkan keasadaran akan harga diri mereka.

7) Hindarkanlah usaha diagnosis dan prognosis yang menghasilkan pemberian ciri-ciri tertentu pada siswa yang seringkali tidak tepat. 8) Jelaskan prosesnya, bukan menilai hasil-hasilnya atau orangnya.

Berikanlah bimbingan bukan kritik.

9) Hindarilah pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar yang dapat menimbulkan kemarahan atau sikap bertahan.

10) Hindarilah penggunaan kata-kata kasar, sebab hal ituu dapat menghilangkan harga diri siswa.

11) Tahanlah keinginan untuk memberi pemecahan masalah yang sedang dihadapi siswa, gunakan waktu yang tersedia untuk membimbing siswa sehingga mereka mampu mengatasi sendiri masalah itu.

12) Berusahalah untuk berbicara singkat saja misalnya hindari pemberian ceramah yang panjang lebar dan bertele-tele karena hal itu tidak akan memotivasi siswa.


(32)

19

13) Perhatikan dan amatilah pengaruh kata-kata tertentu terhadap siswa.

14) Pakailah pujian-pujian yang bersifat menghargai siswa, karena hal itu bersifat produktif misalnya hindarilah pemakaian pujian-pujian atas pertimbangan-pertimbangan yang tidak wajar, karena hal itu bersifat destruktif.

15) Dengarkanlah apa yang dikatakan para siswa dan doronglah mereka untuk menyatakan ide-ide dan perasaan-perasaan mereka.

Dari uraian-uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosio emosional merupakan bentuk hubungan antara guru dan siswanya dimana hal ini adanya keterkaitan antar keduanya dalam menciptakan suatu kondisi belajar yang baik, efektif serta efisien. Untuk menciptakan suasana belajar yang harmonis, disini guru memiliki peranan penting dalam melaksanakan proses belajar-mengajar itu sendiri. seorang guru harus berusaha mendorong siswa agar mampu dan bersedia mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh saling pengertian, hormat menghormati dan saling menghargai. Guru harus mendorong menjadi pelaksana yang berinisiatif dan kreatif serta selalu terbuka pada kritik. Disamping itu berarti juga guru harus mampu dan bersedia mendengarkan pendapat, sasaran, gagasan dan lain-lain dari siswa sehingga terjadi suasana pembelajaran yang dinamis. Untuk menciptakan hubungan baik dengan siswa, guru perlu menerapkan sikap-sikap yang efektif, meliputi sikap terbuka, menerima dan


(33)

20

menghargai siswa, empati dan demokratis. Sikap-sikap tersebut sangat dibutuhkan apabila seorang pengajar mengingingkan secara maksimal dalam membantu peserta didik dalam belajarnya.

2. Tujuan Pendekatan Sosio Emosional

Secara umum tujuan penerapan pendekatan Sosio Emosional sama dengan tujuan penerapan pendekatan yang lain, yakni untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan kondusif.

Tapi perbedaan pendekatan Sosio-Emosional menurut Djamarah, yaitu "menekankan pada terciptanya iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas, artinya ada hungan yang baik, yang positif antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa".21

Sementara itu Glasser dalam Rohani, menyatakan "bahwa pendekatan Sosio-Emosional dapat membina rasa tanggung jawab, sosial dan harga diri siswa dengan cara mengarahkan siswa untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapinya.22

Selanjutnya Dreikus dalam Rohani, mengemukakan "Pendekatan Sosio-Emosional dapat menciptakan suasana pembelajaran dalam kelas yang demokrasi, yang mana siswa diperlakukan sebagai manusia secara

21

Syaiful Bahri,Strategi Belajar, h. 203

22

Ahmad Rohani,Pedoman Penyelenggara Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara1991), h. 142


(34)

21

bijaksana dalam mengambil keputusan, disamping diberikan kesempatan untuk menanggung konsekuensi atas perbuatan siswa itu sendiri.23

Jadi tujuan dari Pendekatan Sosio-Emosional adalah untuk menciptakan suasana belajar yang demokrasi, sehingga dapat membina rasa tanggung jawab sosial, dan harga diri siswa, dan akhirnya terjalin hubungan yang positif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

3. Ciri - ciri Pendekatan Sosio Emosional

Hubungan guru - siswa dikatakan adanya iklim Sosio Emosional yang baik, apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat seperti yang dikatakan Thomas Gordon.24

a. Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan terbuka diri satu sama lain.

b. Tanggap, bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai orang lain. c. Saling ketergantungan, antara satu dengan yang lain.

d. Kebebasan, yang mernperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya dan kepribadiannya. e. Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang

pun yang terpenuhi.

Sedangkan menurut Arikunto, Pendekatan Sosio-Emosional yang baik adalah adanya hubungan yang baik antara guru dengan siswa, dengan ciri-ciri sebagai berikut:25

23

Ibid, h. 143

24


(35)

22

a. Memiliki keterbukaan (Opennes or Tranperency) sehingga masing-masing pihak merasa bebas dalam bertindak dan saling menjaga kejujuran.

b. Mengandung rasa saling menjaga, saling mernbutuhkan serta saling berguna bagi pihak lain.

c. Diwarnai oleh rasa saing tergantung satu sama lain.

d. Masing-masing pihak merasakan terpisah satu sama lain, sehingga saling memberikan kesempatan untuk mengembangkan keuni kan, kreatifitasnya dan individualisasinya.

e. Dirasakan masing-masing pihak sebagai tempat bertemunya kebutuhan-kebutuhan, sehingga kebutuhan satu sama lain dapat terpenuhi bersama-sama dengan melalui terpenu hinya kebutuhan pihak lain.

Disamping itu Ahmad Rohani berpendapat, pendekatan Sosio-Emosional yang baik adalah adanya sikap :26

a. Guru bersikap "hangat" dalam membina sikap persahabatan dengan semua siswa, menghargai siswa dan menerima siswa dengan berbagai keterbatasannya.

b. Guru bersikap adil, sehingga siswa diperlakukan sama tanpa tumbuh rasa dianak tirikan atau disisihkan.

c. Guru bersikap obyektif terhadap kesalahan siswa dengan melakukan sanksi sesuai dengan tata tertib bila siswa melanggar disiplin yang telah disetujui bersama.

25

Suharsimi Arikunto,Manajemen Pengajaran, (Jakarta: RIneka Cipta, 1993), h. 40

26


(36)

23

d. Guru tidak menghukum siswa di depan teman-temannya, sehingga menyebabkan siswa kehilangan muka.

e. Guru tidak menuntut siswa untuk mengikuti aturan-aturan yang diluar kemampuan siswa untuk mengikutinya.

f. Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi siswa yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan disiplin yang berlaku sebagai suru tauladan yang baik.

Jadi beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berjalannya pendekatan Sosio-Emosional dalam kelas dengan baik apabila adanya sikap : keterbukaan antara guru dan siswa (adanya sikap bersahabat dengan siswa), saling menjaga hubungan baik (guru bersikap adil, obyektif, tidak rnenuntut siswa, tidak menghukum siswa di depan kelas, dan memberikan penghargaan serta hadiah atas perilaku siswa yang berperilaku positif), kebebasan dalam berkreativitas, dan saling memenuhi kebutuhan antara guru dengan siswa.

4. Kelebihan dan Kelemahan dari Pendekatan Sosio Emosional a. Kelebihan Pendekatan Sosio Emosional

1) Siswa merasa nyaman di kelas karena terjalin hubungan yang baik dengan guru.

2) Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas.


(37)

24

3) Pelajaran diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa nyaman, tentram, dan aman dengan situasi yang ada.

4) Terbinanya sikap demokratis.

5) Selalu ada penghargaan, jadi setiap kegagalan tidak akan membunuh motivasi siswa.

6) Siswa belajar untuk saling menghargai teman ataupun guru.27 b. Kekurangan Pendekatan Sosio Emosional

1) Apabila hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.

2) Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka diperlukan keterampilan guru yang lebih baik untuk membuat iklim sosio emosional yang kondusif.28

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kalimat yang terdiri dari dua kata yakni

“Hasil” dan “Belajar”. Hasil berarti sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha. Belajar adalah usaha memperoleh kepandaian atau ilmu.

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.29

27Euis dan Donni Juni,

Manajemen Kelas, h. 93

28


(38)

25

Menurut Warsito dalam Depdiknas (2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.30

Menurut Hamalik bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.31

Berdasarkan hasil definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif.

Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat

29

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22

30

Depdiknas, Bunga Ramapi Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK dan SLB), (Jakarta: Depdiknas, 2006), h. 125

31


(39)

26

menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik.32

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum hasil belajar dipengaruhi oleh 2 hal yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologis

1) Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Foktor ini dibedakan menjadi dua macam

a) Keadaan jasmani, keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil yang maksimal.

b) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis, selama proses belajar berlangsung peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca


(40)

27

indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.

2) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaaan psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi,minat, sikap dan bakat.

a) Kecerdasan/intelegensi siswa b) Motivasi

c) Ingatan d) Minat e) Sikap f) Bakat

g) Konsentrasi belajar h) Rasa percaya diri i) Kebiasaan belajar j) Cita-cita siswa b. Faktor eksternal

Selain faktor endogen, faktor eskternal juga dapat mempengaruhi proses belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.


(41)

28

Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarha siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baikk ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa.

a) Lingkungan sosial sekolah

Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bag siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b) Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.


(42)

29

Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial yaitu: a) Lingkungan alamiah

Adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar siswa. Siswa akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar. Dari kenyataan tersebut, orang cendurung akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari, selain karena daya serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan udara harus di perhatikan, agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam keadaan suhu panas, tidak akan maksimal.33

b) Faktor instrumental

Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,

33


(43)

30

fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus dan lain sebaginya.

c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa)

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, dosesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siwa.

3. Indikator Hasil Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.34 Indikator hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom dengan


(44)

31

Taxonomy of Education Objectives membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotorik.35

Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar

Ranah/Jenis Prestasi Indikator

A. Ranah Kognitif

1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan

2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan

2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan kembali

3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 4. Aplikasi/Penerapan 1. Dapat memberikan contoh

2. Dapat menggunakan secara tepat

5. Analisis (Pemeriksaan dan pemilahan secara teliti)

1. Dapat menguraikan 2. Dapat

mengklasifikasikan/memil

35

Burhan Nurgiantoro,Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekokah, (Yogyakarta: BPFE, 1988), h.42.


(45)

32

ah-milah

6. Sintesis (Membuat paduan baru dan utuh)

1. Dapat menghubungkan materi-materi, sehingga menjadi kesatuan baru 2. Dapat menyimpulkan 3. Dapat

menggeneralisasikan (membuat prinsip umum) B. Ranah Sikap (Afektif)

1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap

menerima

2. Menunjukkan sikap menolak

2. Sambutan 1. Kesediaan

berpartisipasi/terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan 3. Apresiasi (Sikap menghargai) 1. Menganggap penting dan

bermanfaat

2. Menganggap indah dan harmonis


(46)

33

3. Mengagumi

4. Internalisasi (Pendalaman) 1. Mengakui dan Meyakini 2. Mengingkari

5. Karakterisasi (Penghayatan) 1. Melembagakan atau meniadakan

2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari

C. Ranah karsa/keterampilan (Psikomotor)

1. Keterampilan bergerak dan bertindak

Kecakapan

mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya 2. Kecakapan ekspresi verbal

dan non-verbal

1. Kefasihan

melafalkan/mengucapkan 2. Kecakapan membuat

mimik dan gerakan jasmani


(47)

34

Menurut Bloom dkk yang dikutip Harjanto dalam bukunya Nanang H. dan Cucu S. Indikator-indikator dalam ketiga ranah adalah sebagai berikut:36

a. Indikator aspek kognitif

1) Ingatan atau pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat bahan yang telah dipelajari.

2) Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan menangkap pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan.

3) Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.

4) Analisis (analysys), yaitu kemampuan menguraikan, mengidentifikasi, dan mempersatukan bagian yang terpisah, menghubungkan antar bagian guna membangun suatu keseluruhan. 5) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan,

mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan dan sebagainya.

6) Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan suatu kriteria.

b. Indikator aspek afektif

1) Penerimaan (receiving), yaitu kesediaan untuk menghadirkan dirinya untuk menerima atau memerhatikan pada suatu perangsang. 36Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana,

Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h.23


(48)

35

2) Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi reaksi, menunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara sukarela. 3) Penghargaan (valuing), yaitu kepekatanggapan terhadap nilai atas

suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen. 4) Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan berbagai

nilai yang berbeda, memecahkan konflik antarnilai, dan membangun sistem nilai, serta pengkonseptualisasian suatu nilai. 5) Pengkarakterisasian (charachterization), yaitu proses afeksi di

mana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang membentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional. c. Indikator aspek psikomotor

1) Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk memimbing efektifitas gerak.

2) Kesiapan(set),yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan.

3) Respons terbimbing (Guide respons), yaitu tahap awal belajar keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang dipertunjukkan kemudian mencoba-coba dengan menggunakan tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak.

4) Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang melukiskan proses di mana gerak yang telah dipelajari, kemudian


(49)

36

diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir.

5) Respons nyata kompleks (complex over respons), yaitu penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit, aktivitas motoric berkadar tinggi.

6) Penyesuaian (adaptation), yaitu keterampilan yang telah dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan kondisi yang khusus dalam suasana yang lebih problematis.

7) Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.

4. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Aqidah menurut bahasa berasal dari kata

yang

berarti ikatan. Sedangkan arti aqidah menurut istilah adalah :

Artinya : "Aqidah Islam ialah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang Islam artinya mereka menetapkannya atas kebenarannya.37

Menurut syara’ kepercayaan (aqidah) ialah iman yang kokoh

terhadap segala sesuatu yang disebut secara tegas oleh Al-Qur'an dan hadits shahih.

37Moh. Rifa’I


(50)

37

Sebagian ulama fiqih mendefinisikan aqidah sebagai sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk dirubahnya. Ia beriman sesuai dengan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti iman kepada Allah SWT, hari akhirat, kitab-kitab Allah dan rasul-rasul Allah SWT.38

M. Rifa’i memberi batasan bahwa aqidah ialah sesuatu yang harus

dibenarkan oleh hati yang dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin dan mantap tidak dipengaruhi oleh syak wasangka.39

Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yaitu jamaknya

yang artinya tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral atau budi pekerti. Sedangkan akhlak menurut istilah didefinisikan sebagai berikut: a. Ibnu Maskawaih mendefinisikan

Artinya :"Sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu).” b. Prof Dr. Ahmad Amin menjelaskan

38

Muhammad Abdul Qodir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Bimbaga, 1985), h. 115

39


(51)

38

Artinya : "Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak adalah kehendak yang dibiasakan artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamai

akhlak.”

c. Imam Al-Ghazali mengemukakan

Artinya : "Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan yang dengan gampang dan mudah

tanpa memerlukan fikiran dan pertimbangan”.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya artinya sesuatu perbuatan atau sumber tindak tanduk manusia yang tidak dibuat-buat dan perbuatan yang dapat dilihat adalah gambaran dari sifat-sifatnya yang tertanam dalam jiwa, jahat atau baiknya.40

Mata pelajaran Aqidah Akhlak ialah suatu usaha mata pelajaran yang menjajarkan dan membimbing siswa untuk dapat mengetahui, memahami dan meyakini ajaran Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.41

Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang harus direalisasikan dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan yang

40

Proyek Pembinaan dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Bimbaga, 1984). h. 134

41

Depag RI,Mata Pelajaran Aqidah Akhlak, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1994) h. 1-2


(52)

39

harmonis pada siswa, sebab pelajaran Aqidah Akhlak bukan hanya bersifat kognitif semata melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu seorang guru dalam melaksanakan pengajaran Aqidah Akhlak harus senantiasa memberi tauladan yang baik bagi siswa saat berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian pengajaran Aqidah Akhlak yang disampaikan oleh guru dapat diterima oleh siswa semaksimal mungkin sehingga tujuan yang telah diprogramkan dapat tercapai.

5. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah berfungsi sebagai: a. Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau

menghayati dan meyakini dengan keyakinan yang benar tentang Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhirat dan qadla qadarNya.

b. Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam tentang akhlak baik yang berhubungan dengan manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam lingkungan.

Adapun tujuan mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah adalah : a. Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan keyakinan yang


(53)

40

tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

b. Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang buruk baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan sehingga menjadi manusia yang berakhlak manusia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Agar siswa memiliki aqidah yang benar serta akhlak yang baik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

6. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Secara garis besar, pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah meliputi keserasian, kesetaraan dan keseimbangan yang bermateri pokok sebagai berikut :

a. Hubungan vertikal antara manusia dengan Allah SWT, mencakup segi aqidah yang meliputi : iman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari akhirat dan qadla qadarnya. Hubungan horizontal antara manusia dengan manusia mencakup segi akhlak yang meliputi kewajiban membiasakan akhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain serta menjauhi akhlak yang buruk. Hubungan manusia dengan alam lingkungan yang bersifat pelestarian alam, hewan, tumbuh-tumbuhan sebagai kebutuhan hidup manusia.


(54)

41

C. Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Hasil Belajar Siswa

Pendekatan iklim sosio emosional merupakan salah satu jenis pendekatan yang bisa di lakukan oleh seorang guru dalam mengelola kelas selain jenis-jenispendekatan yang ada. Menurut saya pendekatan iklim sosio emosional memang cukup baik jika di terapkan di dalam pengelolaan kelas.

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara siswa dengan guru ataupun siswa dengan siswa lainnya dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio emosional yang baik. Pembinaan hubungan yang baik (report) antara guru dan siswa dalam masalah manajemen kelas adalah hal yang sangat penting.

Dengan terciptanya hubungan baik guru dengan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistic, realistic dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang dilakukan serta terbuka terhadap hal-hal yang akan ada pada dirinya. Dalam hal-hal ini guru pengajar yang akan menerapkan pendekatan hubungan interpersonal (antar pribadi) perlu menyadari kenyataan bahwa cinta da rasa harga diri merupakan dua kebutuhan dasar yang ingin dimiliki oleh pembelajar jika pembelajar itu ingin mengembangkan perasaan harga diri sukses. Suatu pengalaman sukses perlu muncul pada diri pembelajar dan pembelajar perlu belajar meraih sukses melalui pengalaman sendiri. Tugas belajar dalam pengelolaan kelas adalah membuka kemungkinan sebesar-besarnya bagi pembelajar bertindak dan


(55)

42

menghayati sendiri. Bagi pembelajar merupakan kesempatan untuk memandang dirinya sebagai individu yang berharga.

Oleh karena itu setiap pembelajar perlu dilayani dengan penuh penghargaan sehingga pengajar mengupayakan sejauh mungkin kemungkinan yang menimbulkan kegagalan yang efeknya bisa membunuh motivasi, kecemasan, tanpa harapan, dan menyingkirkan perangsang timbulnya tingkah laku menyimpang. Kelas yang di liputi oleh hubungan intrerpersonal yang baik merupakan kondisi yang beriklim sosio emosional yang baik. Kelas yang berkondisi dan bersituasi demikian menjadikan pembelajar merasa mau dan tentram tanpa suatu ancaman atau dikejar-kejar oleh kekuasaan dan penekanan tertentu.

Penekanan sistem sosio emosional berakar dari pandangan yang mengutamakan hubungan saling menerima , sikap empati sebagai sesame manusia. Melalui pendekatan ini peserta didik benar-benar percaya bahwa seorang guru mempunyai dedikasi yang penuh dalam membina belajar mereka. Apabila peserta didik berperilaku menyimpang maka seorang guru dapat memisahkan kesalahan dari orang yang berbuat salah dan menolak perbuatan menyimpang tersebut. Penciptaan iklim sosio emosional terjadi bila terdapat keterlibatan pengajar dalam suasana belajar itu untuk mengembangkan tanggung jawab sosial dan merasa dirinya berarti bagi orang lain. Bagi mereka yang melakukan perilaku menyimpang hendaknya dibantu untuk memperbaiki diri dan janganlah mengucilkan anak tersebut, karena hal tersebut dapat menjadikannya tidak percaya diri dan menganggap dirinya


(56)

43

tidak berguna dan pada akhirnya peranan seorang guru sangatlah berpengaruh terhadap apa yang terjadi pada anak didiknya tersebut.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis kerja/hipotesis alternatif yang berlambangkan (Ha). Hipotesis ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel Independent (X) dengan variable Dependent (Y). yakni adanya pengaruh yang signifikan antara pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak dengan hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru. 2. Hipotesis nol/hipotesis nihil yang berlambangkan (Ho). Hipotesis ini

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel Independent (X) dengan variabel Dependent (Y). Yakni tidak adanya pengaruh antara pendekatan sosio emosional guru dalam pembelajaran aqidah akhlak dengan hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru.


(57)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang

tepat untuk melakukan sesuatu. Sedangkan metodologi adalah sebuah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawaban.42

Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap sesuatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.43 Penelitian sangat erat hubungannya dengan metodologi. Penelitian bisa disebut sebagai cara pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau proses penemuan, baik itu discovery maupun invention.44

Dengan demikian metode Penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi–asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.45

42Deddy Mulyana,

Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.145.

43

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.2.

44

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.3.

45

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Penelitian, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.52.


(58)

45

Metodologi penelitian adalah kegiatan yang secara sistematis, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti itu sendiri.46

Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian juga dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami memecahkan, dan mengantisipasi masalah.47

Penelitian dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk menguji jawaban-jawaban sementara. Agar dapat dikatakan sistematis, maka diperlukan cara-cara yang dapat dipertanggung jawabkan secara alamiah. Adapun dalam penelitian ini rencana pemecahan bagi persoalan yang akan diselidiki antara lain:

A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Judul penelitian “Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Hasil Belajar Siswa di MA Darul

Ulum Waru”. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan data kuantitatif.

46

Ibid., h.17.

47

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,


(59)

46

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan analisis data berupa angka untuk mengukur kebenaran mengenai apa yang ingin diketahui, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dengan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.48

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian.

a. Tahap Penelitian

Rancangan penelitian ini dibagi 3 tahap yakni: 1) Penentuan masalah penelitian

Dalam tahap ini peneliti mengadakan studi pendahuluan yaitu membaca buku-buku yang relevan dengan permasalahan peneliti dan melakukan observasi awal terlebih dahulu.

2) Pengumpulan data

Pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan sumber data yaitu buku-buku dan data lapangan.

48


(60)

47

3) Analisis data dan penyajian data

Yaitu menganalisis data yang masuk dan akhirnya ditarik kesimpulan, berdasarkan judul yang diangkat dan permasalahan yang ada, peneliti mengumpulkan informasi yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan angket.

b. Sumber Data

Adapun sumber data dari penelitian ini terdapat dua jenis, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data tersebut meliputi:

a. Sumber data primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.49 Adapun sumber pertama dalam penelitian tentang Pengaruh Pendekatan Sosio Emosional Guru dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Hasil belajar Siswa di MA Darul Ulum Waru adalah siswa MA Darul Ulum waru, guru aqidah akhlak, serta pihak-pihak berkaitan.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, yang berwujud laporan, buku uraian dan sebagainya.50 Adapun sumber data sekunder diperoleh dengan mengutip dari sumber lain, yang

49

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h.129.

50


(61)

48

termasuk dari data sekunder di sini adalah dokumentasi raport, sarana dan prasarana, dan sumber data lainnya yang mendukung.

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian 1. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel dapat diartikan sesuatu yang menjadi obyek penelitian.51 Secara teoritis variabel dapat di definisikan sebagai atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.52

Seringkali variabel penelitian dinyatakan sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti. Variabel penelitian yang digunakan ada dua jenis yaitu variabel Independen sebagai variabel bebas (X) dan variabel Dependen sebagai variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.53

Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Pendekatan Sosio Emosional

51

Suharsimi,Prosedur Penelitian, h.18.

52

Sugyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R n D, (Bandung: Alfabet, 2009), h.38.

53


(62)

49

Pendekatan sosio emosional dikatakan sebagai variabel (X) karena variabel ini mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen.

Adapun indikatornya adalah:

1) Keterbukaan antara guru dan siswa

2) Penerimaan dan kepercayaan guru kepada siswa atau sebaliknya 3) Rasa simpati guru terhadap siswanya

4) Guru berkomunikasi secara efektif

5) Guru dalam mengembangkan kreatifitas serta kepribadian siswa 6) Suasana kelas yang demokratis

b) Hasil Belajar

Hasil belajar dikatakan sebagai variabel (Y) karena variabel ini adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat. Indikatornya adalah nilai raport A atau tergolong Baik - Amat Baik dalam mata pelajaran aqidah akhlaq semester gasal 2016-2017.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya baik.54 Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode observasi, interview, angket serta dokumentasi. Metode ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh pendekatan sosio emosional

54


(63)

50

guru dalam pembelajaran aqidah akhlak terhadap hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.55

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan objek penelitian.56 Apabila ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti dalam suatu wilayah. Maka dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa MA Darul Ulum Waru yang keseluruhannya berjumlah siswa 1025, rinciannya adalah :

Tabel 3.1

Jumlah Siswa-siswi MA Darul Ulum Waru

55

Sugiyono,Metode Peneitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, h. 70

56

Ine Amirman dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h.53.

Kelas Jumlah Siswa

X 360 siswa


(64)

51

2. Sampel

Sampel adalah bagian terkecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.57 Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila jumlah populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Sampel juga dapat diartikan sebagai wakil populasi yang diteliti.58

Untuk mengetahui besar kecilnya sampel ini, tidak ada ketentuan yang baku. Menurut Nana Sudjana dan Sutrisno Hadi menyatakan bahwa tidak ada ketentuan baku atau rumus yang pasti tentang berapa persen yang harus diambil populasi.

Sedangkan Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa apabila subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar, dapat

57

Maman Abdurahman dkk,Dasar-dasar Metode Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.129.

58

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.109.

XII 268 siswa


(65)

52

diambil 10 % - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Semakin banyak responden yang diambil, maka semakin baik pula data yang diperoleh.

Adapun Cara pengambilan sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Cara dalam pengambilan sampel tersebut dikenal dengan tehnik sampling.

Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, peneliti menggunakan Tehnik sampling pengambilan sampel acak berstrata secara proporsional (proporsional stratified random sampling), yakni pengambilan sampel secara acak dengan adanya strata kelas dan masing-masing strata kelas diambil sampel secara acak serta dilakukan secara proporsional

Teknik pengambilan data ini disebut berkelompok karena karena keseluruhan populasi di kelompokan ke dalam kelas-kelas yaitu kelas X, XI dan XII. Namun dalam penelitian ini, penulis terfokus pada pengelompokan kelas XI yang dalam sampel ini ada sepuluh kelas di ambil 10% dari jumlah yang ada, yaitu :

XI IPA 1 terderi dari 40 siswa = 4 siswa XI IPA 2 terdiri dari 40 siswa = 4 siswa XI IPA 3 terdiri dari 38 siswa = 4 siswa XI IPA 4 terdiri dari 39 siswa = 4 siswa XI IPS 1 terdiri dari 40 siswa = 4 siswa XI IPS 2 terdiri dari 40 siswa = 4 siswa XI IPS 3 terdiri dari 40 siswa = 4 siswa


(66)

53

XI IPS 4 terdiri dari 40 siswa = 4 siswa XI IPS 5 terdiri dari 40 siswa = 4 siswa XI IPS 6 terdiri dari 40 siswa = 4 siswa

Jumlah siswa kelas XI adalah 397 siswa sehingga didapatkan 40 responden yang dijadikan sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dikehendaki sesuai dengan permasalahan dalam skripsi ini, maka penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Metode Observasi yakni metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti sendiri.59 Atau suatu teknik pengumpulan data dimana peneliti langsung mengadakan pengamatan ke lokasi penelitian untuk melihat fenomena yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.60

Observasi atau pengamatan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Untuk memudahkan pelaksanaan observasi, maka penelitian ini menggunakan observasi secara langsung, artinya observasi yang dilakukan berdasarkan kerangka pokok dan memuat data-data yang

59

Burhan Bungin,Metodologi Penelitian, h. 144.

60


(67)

54

diperlukan serta telah disusun dan diatur terlebih dahulu. Hal ini dimaksud untuk mencari data terkait dengan penerapan pendekatan sosioemosional.

Dalam metode observasi ini, peneliti tidak hanya mengamati objek studi, tetapi juga mencatat hal-hal yang terdapat pada objek tersebut. Selain itu, metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang situasi dan kondisi secara universal dari objek penelitian, yaitu letak geografis, kondisi sarana dan prasarana, struktur organisasi dan lain sebagainya yang ada di sekolah MA Darul Ulum Waru.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara atau interview adalah alat yang dipergunakan dalam komunikasi yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data sebagai pencari informasi dan dijawab secara lisan pula oleh responden.61

Dalam metode ini penulis mengadakan wawancara kepada guru mata pelajaran Aqidah Akhlak serta siswa untuk mendapatkan informasi sehubung dengan penelitian ini. Harapan dari teknik interview ini adalah peneliti bisa mendapatkan data yang berhubungan dengan pengaruh pendekatan sosio emosional terhadap hasil belajar siswa di MA Darul Ulum Waru.

3. Metode Angket

Metode angket ialah dimana dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah

61


(68)

55

penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan.62 Jadi metode angket adalah metode pengumpulan data dengan membagikan sejumlah item pertanyaan kepada responden untuk dijawabnya. Metode ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data tentang Pendekatan Sosio Emosional Guru dan Hasil Belajar Siswa.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Dalam angket tertutup dalam angket tertutup pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.63

4. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal berupa benda– benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.64 Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, yang berupa raport mata pelajaran Aqidah Akhlak, profil sekolah dan segala sesuatu yang mendukung penelitian.

62

Ibid, h.98.

63

Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.200-201.

64


(1)

✂✄✄

maka 91,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya. Misalnya, faktor

lingkungan belajar maupun kecerdasan siswa sendiri seperti IQ, EQ, SQ,

dan sebagainya.

B. Saran-saran

Sebagai pembahasan akhir dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin

memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan

dalam bidang pendidikan, diantaranya sebagai berikut :

1. Hendaknya kepala madrasah MA Darul Ulum dapat membangunkan

sarana dan prasarana seperti masjid, karena selama peneliti melakukan

observasi belum ditemukan masjid.

2. Hendaknya seluruh siswa MA Darul Ulum tetap menghormati guru jika

guru tersebut menggunakan pendekatan sosio emosional. Jangan sampai

siswa bersikap bebas dan menganggap guru sebagai teman yang akan

menyebabkan siswa cendurung kurang menghargai serta meremehkan

guru.

3. Hendaknya guru lebih mengembangkan lagi pendekatan sosio

emosionalnya karena seorang guru yang baik adalah guru yang dapat

mengenal kepribadian siswa yang nantinya dapat membantu untuk melihat

karakter siswa tersebut. Guru harus mampu memotivasi siswanya agar

siswa dapat menjadi diri mereka yang terbaik, dapat memperbaiki


(2)

☎✆ ✝

4. Hendaknya peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang pengaruh

pendekatan-pendekatan lainnya yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Karena pada dasarnya pendekatan sosio emosional adalah bagian

dari pendekatan manajemen kelas sehingga butuh pendekatan-pendekatan

lain untuk menyempurnakannya. Diharapkan juga untuk lebih kreatif

dalam penelitiannya, lebih teliti, lebih inovatif, jangan lupakan informasi,

kordinasi dan intruksi baik itu dari dosen pembimbing mapun masyarakat


(3)

✞✟ ✠

Diskusi

Pengaruh pendekatan sosio emosional guru terhadap hasil belajar tergolong

rendah, hal ini dapat di lihat dari hasil penelitian melalui angket tentang

pendekatan sosio emosional guru dengan menggunakan perhitungan regresi linier

yakni 82,25% yang masuk dalam nilai interval 75 – 100, sedangkan sisanya

91,6% dipengaruhi oleh faktor internal individu yang terdiri dari keadaan jasmani,

kecerdasan atau intelegensi siswa, motivasi, minat, bakat, rasa percaya diri.

Kemudian juga di pengaruhi oleh faktor eksternal yang terdiri dari lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat serta lingkungan keluarga. Menurut penulis wajar

jika hasil pengaruh pendekatan sosio emosional terhadap hasil belajar tergolong

rendah melihat banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar karena

pada dasarnya hubungan sosioemosional adalah faktor pendukung dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa

Maka dari itu, penulis ingin menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk

mengkaji ulang terkait pendekatan sosio emosional dengan menggunakan

metode-metode yang lebih efektif ataupun meneliti terkait faktor pendukung hasil belajar

yang lain, sehingga dapat mengemukakan faktor pendukung manakah yang paling


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani, Pedoman Penyelenggara Administrasi Pendidikan di Sekolah,

(Jakarta: Bumi Aksara1991)

Burhan Nurgiantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekokah,

(Yogyakarta: BPFE, 1988)

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)

Depag RI,Mata Pelajaran Aqidah Akhlak, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam, 1994)

Depdiknas, Bunga Ramapi Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK

dan SLB), (Jakarta: Depdiknas, 2006)

Depdiknas,KBBI Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005)

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas, (Bandung: Alfabeta,

2014)

Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),

h.246.

Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama, 2005)

Ine Amirman dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta:

Bumi Aksara, 1993)

Maman Abdurahman dkk, Dasar-dasar Metode Statistika Untuk Penelitian,

(Bandung: Pustaka Setia, 2011)

Moh. Rifa’I,Aqidah Akhlak untuk MTs Kelas I, (Semarang: CV Wicaksana, 1994)

Muhammad Abdul Qodir Ahmad,Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:


(5)

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2012)

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2010)

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Penelitian, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013)

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung:

Refika Aditama, 2010)

Nashar,Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran,

(Jakarta: Delia Press)

Nazarudin Rahman, Manajemen Pembelajaran ; Implementasi Konsep,

Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Cet I, (Yogyakarta: Pustaka Felicha. 2009)

Novan Ardy Wiyani, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep

Pendidikan Monokhotomik Holistik,(Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012)

Oemar Hamalik,Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)

Proyek Pembinaan dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Metodik Khusus

Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Bimbaga, 1984)

Purwanto,Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010)

Ramayulis,Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005)

Sanapiah,Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)

Skripsi Umi Nur Afiya, Pengaruh Program Sertifikasi Guru Terhadap Hasil

Belajar PAI di SMPN 1 Soko Tuban (Surabaya: IAIN Sunan Ampel

Surabaya, 2012)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: alfabeta, 2016)


(6)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006)

Sukardi,Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2005)

Sumadi Syubrata,Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1987)

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006)

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif: Suatu

Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010)

Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar, (Jakarta: CV. Rineka Cipta, 2002)

Thomas Gordon,Guru Yang Efektif, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990)

Yusuf, Syamsu L.N. dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik,

(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2011)

Zainal Arifin,Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT