PEMBAGIAN WARIS PADA MASYARAKAT ADAT KAMPUNG PULO DI DESA CANGKUANG KABUPATEN GARUT DIHUBUNGKAN DENGAN HUKUM ISLAM.
ABSTRAK
PEMBAGIAN WARIS PADA MASYARAKAT ADAT KAMPUNG PULO DI
DESA CANGKUANG KABUPATEN GARUT DIHUBUNGKAN DENGAN
HUKUM ISLAM
Zanisa Rantari Arifa
110111090041
Masyarakat Kampung Pulo adalah masyarakat adat yang masih
memegang teguh tradisi leluhur, sehingga mereka ingin tetap
mempertahankan adat istiadat. Di Kampung Pulo menganut sistem
kekerabatan parental dan memeluk agama Islam. Dalam hal pembagian
waris di Kampung Pulo tidak seluruh harta peninggalan diberikan kepada
ahli waris, karena harta peninggalan tersebut terdapat juga harta pusaka.
Harta pusaka di Kampung Pulo berupa enam buah rumah adat yang
diberikan kepada anak perempuan saja. Hal ini berbeda dengan
ketentuan yang ada pada hukum Islam di mana pembagian waris
diberikan kepada anak perempuan dan anak laki-laki. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan menemukan bagaimana cara
menentukan ahli waris di Kampung Pulo serta pembagian harta waris
pada masyarakat Kampung Pulo dihubungkan dengan hukum Islam.
Metode yang digunakan adalah metode yuridis normatif yaitu
mengkaji dan menguji data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier yang berkaitan
dengan penyusunan skripsi. Data yang diperoleh di analisis dengan
metode yuridis kualitatif, yaitu mendeskripsikan data-data yang diperoleh
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai hukum positif.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
adat Kampung Pulo menganut agama Islam dan menganut sistem
kekerabatan parental dalam menentukan ahli waris. Laki-laki dan
perempuan diakui sebagai ahli waris. Harta pusaka tidak diberikan kepada
anak laki-laki, tetapi diberikan secara kolektif kepada anak perempuan.
Pembagian waris di Kampung Pulo menggunakan prinsip “silih
narimakeun”, sehingga masing-masing ahli waris dapat saling menerima
bagiannya dengan sukarela. Pembagian waris di Kampung Pulo juga
menggunakan asas “sepikul segendong”sesuai dengan hukum adat Jawa
Barat dengan memberikan bagian waris anak laki-laki dua bagian dan
anak perempuan satu bagian, maka hal ini sejalan dengan tujuan dari
Agama Islam yaitu kemaslahatan di dunia.
PEMBAGIAN WARIS PADA MASYARAKAT ADAT KAMPUNG PULO DI
DESA CANGKUANG KABUPATEN GARUT DIHUBUNGKAN DENGAN
HUKUM ISLAM
Zanisa Rantari Arifa
110111090041
Masyarakat Kampung Pulo adalah masyarakat adat yang masih
memegang teguh tradisi leluhur, sehingga mereka ingin tetap
mempertahankan adat istiadat. Di Kampung Pulo menganut sistem
kekerabatan parental dan memeluk agama Islam. Dalam hal pembagian
waris di Kampung Pulo tidak seluruh harta peninggalan diberikan kepada
ahli waris, karena harta peninggalan tersebut terdapat juga harta pusaka.
Harta pusaka di Kampung Pulo berupa enam buah rumah adat yang
diberikan kepada anak perempuan saja. Hal ini berbeda dengan
ketentuan yang ada pada hukum Islam di mana pembagian waris
diberikan kepada anak perempuan dan anak laki-laki. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan menemukan bagaimana cara
menentukan ahli waris di Kampung Pulo serta pembagian harta waris
pada masyarakat Kampung Pulo dihubungkan dengan hukum Islam.
Metode yang digunakan adalah metode yuridis normatif yaitu
mengkaji dan menguji data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier yang berkaitan
dengan penyusunan skripsi. Data yang diperoleh di analisis dengan
metode yuridis kualitatif, yaitu mendeskripsikan data-data yang diperoleh
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai hukum positif.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
adat Kampung Pulo menganut agama Islam dan menganut sistem
kekerabatan parental dalam menentukan ahli waris. Laki-laki dan
perempuan diakui sebagai ahli waris. Harta pusaka tidak diberikan kepada
anak laki-laki, tetapi diberikan secara kolektif kepada anak perempuan.
Pembagian waris di Kampung Pulo menggunakan prinsip “silih
narimakeun”, sehingga masing-masing ahli waris dapat saling menerima
bagiannya dengan sukarela. Pembagian waris di Kampung Pulo juga
menggunakan asas “sepikul segendong”sesuai dengan hukum adat Jawa
Barat dengan memberikan bagian waris anak laki-laki dua bagian dan
anak perempuan satu bagian, maka hal ini sejalan dengan tujuan dari
Agama Islam yaitu kemaslahatan di dunia.