Kontribusi pendapatan sektor kantin terhadap realisasi pajak restoran di kota Surakarta okto

(1)

commit to user

REALISASI PAJAK RESTORAN DI KOTA SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

Oleh :

Okto Bayu Prasetyo F3409050

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii ABSTRACT

THE CONTRIBUTION OF CANTEEN SECTOR INCOME TO THE REALIZATION OF RESTAURANT TAX

INCOME IN SURAKARTA CITY Okto Bayu Prasetyo

F3409050

The objective of research is to obtain the evidence of canteen sector’s contribution to the restaurant tax income in Surakarta City that can be found out from the canteen sector revenue growth level, the obstacles found as well as the attempts taken in Income, Financial and Asset Management Service (DPPKA) of Surakarta City in collecting the restaurant tax, particularly the canteen sector.

The method used in this final project writing was to compare the theory to the data obtained from the Financial and Asset Management Service (DPPKA) of Surakarta City. The techniques of collecting data used were library study on document obtained from the location of research and interview with the officers of Financial and Asset Management Service (DPPKA) of Surakarta City.

The result of research showed that the percentage growth of canteen sector’s revenue realization increased from 2009 to 2010 and decreased in 2011. There were many intentionally violation committed by the taxpayers in the attempt of minimize the outstanding restaurant tax. The limited number of field officers and the lack of socialization about the restaurant tax were also the obstacles found in collecting the restaurant tax.

The conclusion of research was that the mean ratio of canteen sector’s revenue contribution to restaurant tax during 2009-2011 was 0.38%. Based on the result of research, the writers recommended the Financial and Asset Management Service (DPPKA) of Surakarta City to make socialization constantly about the restaurant tax and to give maximum service as well as to improve the system used in order to maximize the restaurant tax income of Surakarta city.


(3)

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tugas akhir dengan judul “KONTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR KANTIN TERHADAP REALISASI PAJAK RESTORAN DI KOTA

SURAKARTA”telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya Program DIII Perpajakan FE UNS.

Surakarta, Juli 2012

Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

Arum Kusumaningdyah Adiati, S.E., M.M., Ak. NRP.340700002


(4)

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan

Surakarta, Juli 2012 Tim Penguji Tugas Akhir

1. Trisninik Ratih W,S.E.,Ak. NRP. 340700003

Penguji

2. Arum Kusumaningdyah A,S.E.,M.M.,Ak.

NRP. 340700002 Pembimbing

(...)


(5)

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain maka anda telah berbuat baik terhadap diri anda sendiri ( Benyamin Franklin)

 Together We Build, Together We Can", yang berarti "Bersama kita membangun, bersama kita pasti bisa"(Penulis)

 Disiplin dalam bertugas, Dewasa dalam bertindak, dan Dinamis dalam

kegiatan (Penulis)

 Kesempatan tidak akan jadi keberuntungan apabila tidak ada kesiapan (Penulis)

Penulis persembahkan kepada:

- Allah SWT

- Bapak dan Ibuku

- Pembimbing,Dosen dan Staff pengajar

- Teman-teman Akuntansi Perpajakan 2009


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul Kontribusi Pendapatan Sektor Kantin Terhadap Realisasi Pajak Restoran di Kota Surakarta ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan magang ini:

1. Allah SWT, yang telah memberi karunia-Nya tanpa batas

2. Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret.

3. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi Diploma 3 Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Arum Kusumaningdyah Adiati,S.E.,M.M.,Ak. selaku Dosen Pembimbing

Tugas Akhir yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan tugas akhir.

5. Bapak Ibu karyawan DPPKA Kota Surakarta yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan penjelasan dan keterangan yang penulis perlukan.


(7)

commit to user

vii

6. Bapak Ibu karyawan UPTD DPPKA Kota Surakarta yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan penjelasan yang penulis perlukan. 7. Orang tuaku yang selalu memberikan motivasi,dorongan semangat serta doa

dalam penyelesaian tugas akhir ini.

8. Kakak,nenek,keponakan,dan saudara semua yang telah memberi dukungan

baik moril maupun materiil.

9. Rekan-rekan D3 Perpajakan angkatan 2009 ”Thank you for everything”

10. Semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dalam penulisan tugas akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya, serta pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juli 2012


(8)

commit to user

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………. i

ABSTRACT………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN………. iii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……… v

KATA PENGANTAR……….. vi

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL………. x

DAFTAR GAMBAR……… xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan………... 1

B. Latar Belakang Masalah………….……….

C. Perumusan Masalah……….

D. Tujuan Penelitian……..……….. E. Manfaat Penelitian……….………..

F. Metodologi Penelitian……….……….

18 22 22 23 23


(9)

commit to user

ix BAB II ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka……….

B. Pembahasan...……….………

26 34 BAB III TEMUAN

A. Kelebihan……….

B. Kelemahan………

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………

B. Saran………..

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

45 46

47 48


(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

II.1 Realisasi Penerimaan Sektor Kantin………

II.2 Kontribusi Penerimaan Sektor Kantin Terhadap Pajak Restoran………

35 37


(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman


(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Formulir Penilaian Magang Kerja

2. Surat Tanda Terima Laporan Kuliah Magang

3. Pendapatan Sektor Kantin Tahun 2009-2011

4. Formulir SPTPD


(13)

commit to user

ii

THE CONTRIBUTION OF CANTEEN SECTOR INCOME TO THE REALIZATION OF RESTAURANT TAX

IN SURAKARTA CITY Okto Bayu Prasetyo

F3409050

The objective of research is to obtain the evidence of canteen sector’s contribution to the restaurant tax income in Surakarta City that can be found out from the canteen sector revenue growth level, the obstacles found as well as the attempts taken in Income, Financial and Asset Management Service (DPPKA) of Surakarta City in collecting the restaurant tax, particularly the canteen sector.

The method used in this final project writing was to compare the theory to the data obtained from the Financial and Asset Management Service (DPPKA) of Surakarta City. The techniques of collecting data used were library study on document obtained from the location of research and interview with the officers of Financial and Asset Management Service (DPPKA) of Surakarta City.

The result of research showed that the percentage growth of canteen sector’s revenue realization increased from 2009 to 2010 and decreased in 2011. There were many intentionally violation committed by the taxpayers in the attempt of minimize the outstanding restaurant tax. The limited number of field officers and the lack of socialization about the restaurant tax were also the obstacles found in collecting the restaurant tax.

The conclusion of research was that the mean ratio of canteen sector’s revenue contribution to restaurant tax during 2009-2011 was 0.38%. Based on the result of research, the writers recommended the Financial and Asset Management Service (DPPKA) of Surakarta City to make socialization constantly about the restaurant tax and to give maximum service as well as to improve the system used in order to maximize the restaurant tax income of Surakarta city.

Keywords: Contribution, Restaurant tax, DPPKA of Surakarta City.


(14)

commit to user

iii

REALISASI PAJAK RESTORAN DI KOTA SURAKARTA Okto Bayu Prasetyo

F3409050

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti besarnya kontribusi sektor kantin terhadap pendapatan pajak restoran Kota Surakarta yang dapat diketahui dari tingkat pertumbuhan penerimaan sektor kantin,hambatan-hambatan yang ditemui serta upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta dalam pemungutan pajak restoran khususnya sektor kantin.

Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah membandingkan teori dan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta. Cara pengumpulan data dengan studi kepustakaan dokumen yang diperoleh dari lokasi penelitian dan melakukan wawancara dengan Pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta.

Hasil dari penelitian adalah persentase pertumbuhan realisasi penerimaan sektor kantin meningkat dari tahun 2009 ke tahun 2010 dan turun pada tahun 2011. Terdapat banyak pelanggaran yang sengaja dilakukan oleh wajib pajak dalam upaya meminimalkan pajak restoran yang terhutang. Kurangnya petugas tenaga lapangan serta kurangnya sosialisasi mengenai pajak restoran juga merupakan suatu hambatan yang ditemui dalam pemungutan pajak restoran.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata ratio kontribusi penerimaan sektor kantin terhadap pajak restoran selama tahun 2009–2011 adalah 0,38%. Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta untuk terus sosialisai mengenai pentingnya pajak restoran dan memberikan pelayanan yang maksimal serta memperbaiki sistem yang digunakan guna memaksimalkan jumlah pendapatan pajak restoran Kota Surakarta.


(15)

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

a. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya pertentangan pendapat antara pro dan kontra Daerah Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk sementara waktu oleh pemerintah dengan mengeluarkan surat penetapan pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang menetapkan daerah Surakarta sebagai daerah karesidenan dan dibentuk daerah baru dengan nama Kota Surakarta.

Peraturan yang telah ada tersebut disempurnakan dengan dikeluarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte kota Surakarta. Kota Surakarta pada waktu itu terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah karanganyar itu baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950. Pelaksana teknis pemerintah haminte kota Surakarta terdiri atas jawatan. Jawatan tersebut antara lain jawatan Sekretariat Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum, Sosial, Kesehatan, Perusahaan P.D.&.K, Pamong Praja, dan jawatan Perekonomian. Penerimaan Pendapatan Daerah waktu itu diurusi oleh jawatan keuangan.


(16)

commit to user

Dengan dikeluarkannya keputusan DPRDS Kota Besar Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerintah, maka Jawatan Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum yang terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusan-urusan tersebut terbagi lagi dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang sebelumnya ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh Urusan Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 23 Februari 1970 No. 259/ X.10/ Kp.70 tentang Struktur Organisasi kotamadya Surakarta termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi bagian dan bagian itu membawahi urusan-urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum Urusan Pajak diganti menjadi Bagian Pajak.

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala daerah Kotamadya Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No. 162/ Kep/ Kdh. IV/ Kp.72 tentang Penghapusan Bagian Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum karena bertalian dengan pembentukan dinas baru. Dinas baru tersebut adalah DIPENDA. Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada saat itu Dinas Pendapatan Daerah dibagi menjadi empat seksi diantaranya Seksi Umum , Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak Pusat/Propinsi yang diserahkan kepada daerah dan Seksi Doleansi/ P3 serta Retribusi dan Leges. Masing-masing seksi Dipimpin oleh Kepala seksi yang dalam menjalankan tugasnya langsung


(17)

commit to user

dibawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah.Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah waktu itu adalah sebagai pelaksana Walikota dibidang perencanaan, penyelenggaraan dan kegiatan dibidang pengelolaan sektor-sektor yang merupakan sumber pendapatan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun 1957 tentang Pajak Daerah terdapat 13 macam Pajak Daerah di Kota Surakarta yang wewenang pemungutan dan pengelolaannya ada pada DIPENDA. Tetapi saat itu baru empat macam Pajak Daerah yang dijalankan dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, yaitu dapat disebutkan sebagai berikut.

1. Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1992.

2. Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 11 Tahun 1971.

3. Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 54 Tahun 1953.

4. Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan Daerah No.

12 Tahun 1971.

Seiring berjalannya waktu tata pemerintahan kota Surakarta mengalami banyak perubahan dan perbaikan, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan peraturan daerah No, 6 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan Daerah No. 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Pada peraturan baru tersebut nama Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) peraturan baru tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Januari


(18)

commit to user

2009 yang mana Dinas tersebut merupakan gabungan dari tiga unsur instansi pemerintah yaitu DIPENDA, Dinas Keuangan dan Kantor Aset. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.Berdasarkan surat keputusan walikota kepala daerah kotamadya Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No. 162/ kep/kdh. IV/ kp.72 tentang penghapusan bagian pajak dari dinas pemerintahan umum karena berkaitan dengan pembentukan dinas baru. Dinas baru tersebut yaitu DIPENDA atau Dinas Pendapatan Daerah yang dipimpin oleh kepala dinas yang kedudukan dan tanggung jawabnya langsung kepada walikota. melalui sekretaris daerah. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau DPPKA dibagi kedalam beberapa bagian atau bidang yang dipimpin langsung oleh seorang kepala bagian yang dalam menjalankan tugasnya langsung dibawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.

b. Kedudukan,Tugas Pokok dan Fungsi DPPKA

Adapun kedudukan, tugas pokok, dan fungsi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut.Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) DPPKA menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas;

2. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan;

3. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib


(19)

commit to user

4. Pelaksanaan perhitungan, penetapan dan angsuran pajak dan retribusi;

5. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta

pendapatan lain;

6. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan

pendapatan lain;

7. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akutansi;

8. Pengelolaan aset barang daerah;

9. Penyiapan penyusunan, perubahan dan perhitungan anggaran pendapatan

dan belanja daerah;

10. Penyelenggaran administrasi keuangan daerah; 11. Penyelenggaraan sosialisasi;

12. Pembinaan jabatan fungsional;

13. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

c. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta

Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset, terdiri dari :

1. Kepala

2. Sekretariat, membawahkan :

1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

2) Subbagian Keuangan.


(20)

commit to user

3. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahkan :

1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan.

2) Seksi Dokumentasi dan Pengelolaan Data.

4. Bidang Penetapan, membawahkan :

1) Seksi Perhitungan.

2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan.

5. Bidang Penagihan, membawahkan :

1) Seksi Penagihan dan Keberatan.

2) Seksi Pengurangan Pajak Daerah.

6. Bidang Anggaran, membwahkan :

1) Seksi Anggaran I. 2) Seksi Anggaran II.

7. Bidang Perbendaharaan, membawahkan :

1) Seksi Perbendaharaan I. 2) Seksi Perbendaharaan II.

8. Bidang Akutansi, membawahkan :

1) Seksi Akutansi I. 2) Seksi Akutansi II.

9. Bidang Aset, membawahkan :

1) Seksi Perencanaan Aset. 2) Seksi Pengelolaan Aset.


(21)

commit to user

11.Kelompok Jabatan Fungsional.

d. Deskripsi Tugas Jabatan dan Struktural 1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang pendapatan. Uraiannya adalah sebagai berikut. 1) Menyusun rencana strategis dan rencana kerja dinas.

2) Memberikan petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas pada

bawahan.

3) Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan dinas sesuai dengan bidang tugas.

4) Menyelenggarakan sistem pengendalian intern pelaksanaan kegiatan agar efektif dan efisien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

5) Menerapkan standar pelayanan minimal.

6) Menyelenggarakan pengelolaan Kesekretariatan meliputi :

a) Perencanaan,Evaluasi, Pelaporan, Keuangan, Umum dan

Kepegawaian.

b) Menyusun kebijakan teknis di bidang pendaftaran, pendataan, dan dokumentasi.


(22)

commit to user

c) Menyusun kebijakan teknis di bidang penetapan, penagihan, anggaran, perbendaharaan, akutansi dan aset.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris, sekretaris mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan,pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

1) Menyusun rencana kerja Sekretariat berdasarkan rencana strategis dan rencana kerja dinas.

2) Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dinas.

3) Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada

bawahan.

4) Merumuskan kebijakan teknis, pembinaan dan pengkoordinasian

penyelenggaraan urusan kesekretariatan.

5) Mengelola administrasi perencanaan, evaluasi dan pelaporan. 6) Mengelola administrasi keuangan.

7) Mengelola administrasi umum.


(23)

commit to user Sekretariat membawahkan :

1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan

Kepala SubbagianPerencanaan, Evaluasi, Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu di bidang perencanaan, evaluasi, dan pelaporan.

2) Subbagian keuangan

Kepala subbagian keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi keuangan. Seperti melakukan penyusunan rencana kerja

subbagian keuangan berdasarkan rencana kerja sekretariat,

menyiapkan bahan usulan perubahan anggaran dan perhitungan anggaran.

3) Subbagian Umum dan Kepegawaian

Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi Umum dan Kepegawaian. Seperti melakukan administrasi surat menyurat dan perjalanan dinas, mengurus peralatan dan perlengkapan kantor, pendokumentasian informasi hukum serta kearsipan dan perpustakaan.

3. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi

Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi mempunyai tugas pokok melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pendaftaran dan pendataan serta dokumentasi dan pengelolaan data seperti


(24)

commit to user

melaksanakan kegiatan pendataan wajib dan obyek pajak daerah serta wajib dan obyek retribusi daerah yang dikelola oleh Dinas, melaksanakan pengelolaan Dokumentasi wajib dan obyek pajak daerah serta wajib dan obyek retribusi daerah yang dikelola oleh Dinas. Bidang pendaftaran, pendataan dan dokumentasi membawahi seksi-seksi sebagai berikut.

1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan

Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pendaftaran dan pendataan meliputi pendaftaran, pendataan, dan pemeriksaan di lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah (WPD) dan Wajib Retribusi Daerah (WRD).

2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data

Kepala seksi Dokumentasi dan Pengolahan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

dokumentasi dan pengolahan data meliputi menghimpun,

mendokumentasi, menganalisa dan mengolah data wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah.

4. Bidang Penetapan

Bidang Penetapan bertugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang perhitungan dan penerbitan surat ketetapan. Seperti melaksanakan penetapan pajak dan retribusi daerah, melaksanakan perhitungan jumlah Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan


(25)

commit to user

jumlah ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang penagihannya dilimpahkan kepada daerah berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan Daftar Himpunan Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan (DHKP PBB).

Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut. 1) Seksi Perhitungan

Kepala Seksi Perhitungan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perhitungan, meliputi perhitungan dan penetapan besarnya pajak dan retribusi daerah.

2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan

Kepala Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Penerbitan Surat Ketetapan, meliputi menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), dan surat-surat ketetapan pajak daerah dan retribusi daerah lainnya.

5. Bidang Penagihan

Kepala Bidang Penagihan mempunyai tugas melakukan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang penagihan dan keberatan dan pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain. Seperti melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas. Bidang Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut.


(26)

commit to user

1) Seksi Penagihan dan Keberatan

Kepala Seksi penagihan dan keberatan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang penagihan dan keberatan, meliputi penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan keberatan dan penyelesaiannya.

2) Seksi Pengurangan Pajak Daerah

Kepala Seksi Pengurangan Pajak Daerah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pengurangan pajak daerah, meliputi mengumpulkan dan mengolah data sebab-sebab pengurangan pajak daerah dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

6. Bidang Anggaran

Kepala Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang anggaran.

Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja.

1) Seksi Anggaran I

Kepala Seksi Anggaran I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang anggaran I.


(27)

commit to user

Kepala Seksi Anggaran II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang anggaran II.

7. Bidang Perbendaharaan

Kepala Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengelolaan perbendaharaan I dan II. Bidang Perbendaharaan terdiri dari dua Seksi.

1) Seksi Perbendaharaan I

Kepala Seksi Perbendaharaan I mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

perbendaharaan I, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan penetapan Uang Persediaan (UP) dari semua SKPD, melakukan penyiapan bahan pembuatan Daftar Gaji Pegawai Negeri Sipil, melakukan penyiapan bahan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

2) Seksi Perbendaharaan II

Kepala Seksi Perbendaharaan II mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

perbendaharaan II, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan penetapan Uang Persediaan (UP) dari semua SKPD, melakukan penyiapan bahan pembuatan Daftar Gaji Pegawai Negeri Sipil,


(28)

commit to user

melakukan penyiapan bahan penerbitan Surat Perintah Pencaran Dana (SP2D).

8. Bidang Akuntansi

Kepala Bidang Akutansi mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang akutansi, seperti merumuskan laporan realisasi anggaran Pemerintah Kota Surakarta secara keseluruhan.

Bidang Akuntansi membawahi seksi-seksi sebagai berikut. 1) Seksi Akuntansi I

Kepala Seksi Akuntansi I mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang akuntansi I, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan laporan arus kas Pemerintah Kota Surakarta secara keseluruhan.

2) Seksi Akuntansi II

Kepala Seksi Akuntansi II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang akuntansi II, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan laporan arus kas Pemerintah Kota Surakarta secara keseluruhan.

9. Bidang Aset

Kepala Bidang Aset mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan aset dan pengelolaan aset, seperti menginventarisasi data barang milik daerah.


(29)

commit to user

Bidang Aset membawahi seksi-seksi sebagai berikut. 1) Seksi Perencanaan Aset

Kepala Seksi Perencanaan Aset mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan aset, seperti memproses pengadaan tanah.

2) Seksi Pengelolaan Aset

Kepala Seksi Pengelolaan Aset mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan aset, seperti melakukan pengawasan barang milik daerah.

10. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

UPTD bertugas untuk memungut dan mengelola Pajak Retribusi Daerah Kota Surakarta.

11. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok ini bertugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas pada Cabang Dinas di Kecamatan.

e. Visi dan Misi DPPKA 1. Visi DPPKA

Terwujudnya peningkatan pendapatan daerah yang optimal dalam rangka menjamin likuiditas keuangan daerah untuk mendukung pembangunan daerah.


(30)

commit to user 2. Misi DPPKA

1) Pengembangan pola intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah.

2) Peningkatan kualitas pelayanan yang bertumpu pada standar

pelayanan.

3) Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional.


(31)

commit to user

Gambar I.1 B

agan

Organi

sasi

DPP

KA Kota S

u

rak

ar


(32)

commit to user B. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam struktur pendapatan Negara,pendapatan pajak memiliki peran yang sangat penting dan menjadi sumber pendapatan utama suatu negara untuk menopang pembiayaan kegiatan pemerintah dan pembangunan nasional. Ditinjau dari lembaga pemungut pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah.Pajak pusat meliputi (i) Pajak Penghasilan,(ii) Pajak Pertambahan Nilai,(iii) PPnBM,(iv) PBB,(v) BPHTB,(vi) Bea Materai. Pajak Daerah meliputi pajak yang dipungut oleh propinsi maupun yang dipungut oleh Kabupaten /Kota ,yang terdiri atas Pajak Hotel,Pajak Reklame,Pajak Restoran,dan lain-lain. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan Retribusi Daerah ,Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Pajak juga digunakan untuk mensubsidi barang-barang yang sangat dibutuhkan masyarakat dan juga membayar utang negara ke luar negeri. Pajak juga digunakan untuk membantu UMKM baik dalam hal pembinaan dan modal.


(33)

commit to user

Pajak Daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang sangat penting untuk membiayai daerah dalam memantapkan otonomi daerah yang nyata, serasi, dinamis, dan bertanggung jawab. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan Retribusi Daerah, Daerah Otonom, yang selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah mencakup semua aspek yaitu aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan. Sebagai ukuran yang lazim mengenai masalah otonomi daerah adalah otonomi dalam bidang keuangan atau serta kemandirian suatu pemerintah daerah dalam rangka membiayai kegiatan pembangunan di wilayahnya.

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta merupakan kantor instansi pelayanan yang berfungsi sebagai pengelola sumber pendapatan daerah yang bertugas memantau penerimaan pendapatan daerah berupa pajak dan retribusi. Oleh karena itu, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarat selaku perangkat daerah yang bertanggung jawab atas pengelolaan Pajak Restoran perlu mengupayakan optimalisasi dalam pemungutan guna memperoleh pendapatan daerah yang cukup besar untuk pembangunan daerah.Salah satu jenis pajak yang dikelola oleh DPPKA Surakarta adalah pajak restoran.Pajak restoran diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 sebagaimana merupakan salah


(34)

commit to user

satu sumber pandapatan asli daerah yang cukup berpotensial dalam rangka mebiayai kegiatan pembangunan di wilayah kota Surakarta

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

Menggeluti bisnis makanan memang tidak ada matinya. Selain menghasilkan keuntungan yang tinggi, makanan juga menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang. Jadi, dimanapun, kapanpun, kita membutuhkan makanan sebagai sumber pokok kehidupan. Salah satu bidang yang bisa digeluti dari bisnis makanan adalah usaha kantin.Kantin di wilayah Surakarta telah mampu menyediakan berbagai macam makanan ataupun minuman sesuai keinginan konsumen. Konsumen utama bisnis kantin adalah pelajar, mahasiswa, sampai karyawan sebuah perusahaan. Biasanya kantin dibuka di komplek sekolah, kampus serta di lingkungan kerja seperti pabrik, hotel, dan perusahaan – perusahaan lainnya.Jumlah kantin yang ada di wilayah Surakarta sendiri sekarang telah banyak dari mulai sekolah,rumah sakit,pusat perbelanjaan,dan perkantoran banyak yang menyediakan kantin.

Segi positif dari hal ini,kantin bisa mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan pendapatan daerah.Bagi sekolah-sekolah kantin memiliki dampak yang sangat postif yaitu memudahkan siswa,guru,dan karyawan sehingga tidak


(35)

commit to user

meninggalkan lokasi sekolah pada saat jam istirahat. Namun,tidak sedikit usaha kantin yang gulung tikar atau dipindah tangankan karena tidak mencukupi biaya operasionalnya.

Berdasarkan uraian diatas,penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai realisasi pendapatan pajak restoran yang berasal dari

Kantin.Oleh karena itu penulis mengambil judul “KONTRIBUSI

PENDAPATAN SEKTOR KANTIN TERHADAP REALISASI PAJAK RESTORAN DI KOTA SURAKARTA “.

C. PERUMUSAN MASALAH

Dari gambaran umum yang telah diuraikan di atas, maka untuk memudahkan penulisan Tugas Akhir ini,penulis mencoba merumuskan masalah yaitu:

a. Bagaimana laju pertumbuhan pendapatan sektor kantin yang telah diperoleh

DPPKA Surakarta ?

b. Bagaimana kontribusi pendapatan sektor kantin terhadap realisasi

pendapatan pajak restoran pada tahun 2009-2011 ?

c. Apa sajakah peraturan-peraturan yang mengatur pajak restoran ?

d. Bagaimana mekanisme pembayaran pajak restoran ?

e. Kendala apa saja yang dihadapi pihak DPPKA dan upaya-upaya apa sajakah

yang dilakukan pihak DPPKA untuk meningkatkan pendapatan pajak restoran ?


(36)

commit to user D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian di atas,tujuan dari adanya penelitian yang dilakukan adalah : a. untuk mengetahui laju pertumbuhan pendapatan sektor kantin yang telah

diterima DPPKA Surakarta.

b. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan sektor kantin terhadap realisasi pajak restoran.

c. Untuk mengetahui apa aturan-aturan yang mengatur pajak restoran.

d. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pembayaran pajak restoran.

e. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dan upaya-upaya yang dilakukan

pihak DPPKA dalam meningkatkan pendapatan pajak restoran

E. MANFAAT PENELITIAN

Dalam penelitian ini manfaat yang dapat diperoleh : a. Bagi Penulis

Dapat memberikan manfaat dalam menerapkan ilmu pengetahuan teoritis ke dalam kondisi nyata dan mendapatkan informasi,dan gambaran mengenai pajak restoran yang berasal dari kantin

b. Bagi Pembaca

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan dapat sebagai referensi serta dijadikan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.


(37)

commit to user

Untuk menambah kepustakaan dan memberikan masukan kepada DPPKA Surakarta khususnya mengenai pajak restoran yang berasal dari

kantin.

F. METODOLOGI PENELITIAN a. Ruang lingkup penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan obyek penelitian di DPPKA Surakarta Jl.Jend.Sudirman 2 Surakarta

b. Jenis dan sumber data

Data variable dalam penelitian ini adalah :

1. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran

2. Contoh restoran adalah rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

3. Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan

Restoran.

4. Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran.

Data yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah :

Data primer yaitu teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian atau karya ilmiah yang diperoleh dari sumber pertama dan biasanya belum diolah


(38)

commit to user

(Ketut,2009).Penelitian ini menggunakan data primer, yang diperoleh langsung dari DPPKA Surakarta

a. Tehnik pengumpulan data

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku,aktor) sehubungan dengan realitas atau gejalayang dipilh untuk diteliti (Pawito:132,2007). Metode pengumpulan data dengan tanya jawab

secara langsung dengan karayawan –karayawan DPPKA Surakarta.

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data primer dengan cara pengamatan (Bilson Simamora,2002:31).Penulis melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan terhadap hal – hal yang diselidiki

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan penulis dengan cara mengumpulkan data – data dan membaca buku – buku yang berhubungan dengan materi penulisan Tugas Akhir.


(39)

commit to user 25 BAB II

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka a. Pengertian Pajak

Pajak merupakan pembayaran wajib masyarakat kepada negara berdasarka undang-undang dengan tidak mendapat balas jasa (kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk membiayai pembangunan nasional (Mila S dan Ida W,2011:153)

Pajak menurut S.I.Djajadiningrat,adalah sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,tetapi bukan sebagai hukuman,menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbale balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum (Siti Resmi,2007)

Pengertian pajak menurut Prof. DR.P.J.A. Adriani,pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut Peraturan-Peraturan,yang langsung dapat ditunjuk,dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggrakan pemerintahan (Irwansyah dan Rayendra,2010:9)


(40)

commit to user

Unsur-unsur pajak menurut Mardiasmo dalam bukunya perpajakan (2009:1) adalah :

1. Iuran dari rakyat kepada negara.

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan undang-undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang – undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbale atau kontraprestasi dari negara secara langsung dapat ditunjuk.Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat lain.

b. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak, yaitu (Erly Suandy,2005:14)

1. Fungsi Budgetair/ Finansial yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya

ke kas negara ,dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

2. Fungsi Regulerend / Mengatur yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik masyarakat di bidang ekonomi,social maupun politik dengan tujuan tertentu.


(41)

commit to user c. Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo dalam bukunya Perpajakan (2009:2) 1. Syarat Keadilan

Sesuai dengan tujuan hukum,yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil.

2. Syarat Yuridis

Pemungutan pajak harus sesuai undang-undang.

3. Syarat Ekonomis

Pemungutan tidak boleh mengaganggu kelancaran kegiatan produksi

maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan

perekonomian rakyat. 4. Syarat Finansiil

Biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutanyang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan .

d. Sistem Pemungutan Pajak 1. Official Assessment System

Adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.


(42)

commit to user Ciri- cirinya :

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

2) Wajib Pajak bersifat pasif

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus 2. Self Assessment System

Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang

Ciri- cirinya :

1) Wewenang untuk menetukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri

2) Wajib pajak aktif,mulai dari menghitung ,menyetor,dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi

3. With Holding System

Adalah suatu sisitem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga ( bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri - cirinya : wewenang menetukan besarnya pajak terutang ada pada pihak ketiga,pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

e. Hambatan Pemungutan Pajak


(43)

commit to user

1. Perlawanan pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak,yang dapat disebabkan antara lain :

1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

2) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat 3) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan dan dilaksanakan dengan baik 2. Perlawanan aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.Bentuknya anatara lain :

1) Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak

melanggar undang-undang.

2) Tax evasion,usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan pajak)

f. Tarif Pajak

Ada 4 macam tarif pajak : 1. Tarif sebanding/proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.


(44)

commit to user 2. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

3. Tarif progresif

Tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar.Tarif progresif dibedakan menjadi tiga,yaitu :

1) Tarif progresif-progresif : kenaikan persentase semakin besar 2) Tarif progresif tetap : kenaikan persentase tetap

3) Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin kecil 4. Tarif Degresif

Persentase tariff yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

g. Pengelompokan Pajak

1. Menurut golongannya

1) Pajak Langsung,yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan kepada orang lain.

2) Pajak tidak langsung,yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan kepada orang lain.

2. Menurut sifatnya

1) Pajak Subjektif,yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.


(45)

commit to user

2) Pajak Objektif,yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3. Menurut lembaga pemungutnya

1) Pajak Pusat,yaitu pajak yang dipungut pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

a) Pajak Penghasilan

b) Pajak Pertambahan Nilai

c) Pajak Penjualan atas Barang Mewah

d) Pajak Bumi dan Bangunan

e) Bea Materai

2) Pajak Daerah,yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah

a) Pajak Propinsi : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

b) Pajak Kabupaten / Kota : Pajak Hotel.Pajak Restoran,dan Pajak Hiburan.

h. Pengertian Pajak Daerah

Menurut UU No.28 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Kriteria pajak daerah :


(46)

commit to user 1. Bersifat pajak dan bukan retribusi.

2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak Propinsi dan/atau objek pajak Pusat.

5. Potensinya memadai.

6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif.

7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.

8. Menjaga kelestarian lingkungan.

B. PEMBAHASAN

a. Perkembangan Pendapatan Sektor Kantin selama 2 (Dua)Tahun Terakhir Di Lihat Dari Laju Pertumbuhannya

Rasio pertumbuhan digunakan untuk mengetahui prospek atau peluang ke depan.Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan penerimaan sektor kantin menggunakan rumus penghitungan sebagai berikut (Halim,2001).


(47)

commit to user Rtn – (tn-1)

G = X 100% (tn-1)

Keterangan :

G : Laju Pertumbuhan Rtn : Realisasi Tahun ke-n

(tn-1) : Realisasi Tahun sebelumnya

Tabel II.1

Realisasi Penerimaan Sektor Kantin Kota Surakarta

Tahun Anggaran 2009 – 2011

Tahun Realisasi Tahun ke-n (Rtn) Realisasi Tahun sebelumnya (tn-1) Selisih Rtn – (tn-1)

Laju Pertumbuhan

%

2009 34.543.210 - - -

2010 43.174.819 34.543.210 8.631.609 24,9%

2011 42.928.675 43.174.819 246.144 0,57%

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan penerimaan dari sektor kantin mengalami penurunan.Terbukti dengan selisih 2009-2010 yang sebesar 8.631.609,tahun 2010-2011 terjadi selisih yang menurun drastis menjadi sebesar 246.144.Hal ini dikarenakan karena jumlah WP yang membayar pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan dibandingkan pada


(48)

commit to user

tahun 2010,sehingga akan berpengaruh pada prosentase laju pertumbuhan penerimaan sektor kantin.Prosentase laju pertumbuhan pada tahun 2010 sebesar 24,9% mengalami penurunan pada tahun 2011 tercatat menjadi 0,57%.

b.Kontribusi Pertahun Penerimaan Sektor Kantin Terhadap Pajak Restoran

Menurut Kamus Ekonomi (T Guritno:1994,76) kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama.Untuk mengetahui besarnya kontribusi penerimaan kantin terhadap pajak restoran dapat menggunakan rumus penghitungan sebagai berikut

Realisasi Penerimaan sektor kantin

Kontribusi = X 100%

Realisasi Pajak Restoran

Kontribusi 2009 = X 100%

= 0,38%

Kontribusi 2010 = X 100%


(49)

commit to user

Kontribusi 2011 = X 100%

= 0,35%

Tabel II.2

Kontribusi Penerimaan Sektor Kantin Terhadap Pajak Restoran Kota Surakarta

Tahun Anggaran 2009-2011 Tahun Realisasi Sektor

Kantin

Realisasi Pajak

Restoran Ratio

2009 34.543.210 9.044.588.060 0,38%

2010 43.174.819 10.465.742.922 0,41%

2011 42.928.675 12.436.538.746 0,35%

Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa pajak restoran di kota Surakarta mengalami peningkatan dari tahun 2009-2011.Tercatat tahun 2009 sebesar 9.044.588.060 meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar 10.465.742.922 dan pada 2011 sebesar 12.436.538.746,sedangkan penerimaan sektor kantin pada 2009 sebesar 34.543.210 mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi sebesar 43.174.819,tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 42.928.675.Rasio kontribusi mengalami kenaikan pada tahun 2009-2010 dikarenakan bertambahnya jumlah wajib pajak yang membayar sehingga pendapatan sektor kantin bertambah. Realisasi pada tahun 2011 mengalami penurunan yang mengakibatkan ratio kontribusinya juga mengalami penurunan,selain


(50)

commit to user

jumlah wajib pajak yang membayar menurun,kelangsungan usaha kantin juga

merupakan salah satu penyebab turunnya penerimaan sektor

kantin.Menurunnya jumlah omzet penjualan juga menjadi salah satu factor yang mengakibatkan penurunan penerimaan sektor kantin.Alasan lain adalah saat petugas UPTD mendatangi tempat usaha wajib pajak seringkali yang bersangkutan tidak ada di tempat atau kantin tutup karena pemiliknya sedang ada keperluan.Karakteristik wajib pajak yang berbeda-beda membutuhkan penanganan yang lebih intensif dari pihak UPTD,tetapi jumlah karyawan yang ada di UPTD yang terbatas juga menjadi kendala dalam pemungutan.

c. Aturan-aturan yang Mengatur Pajak Restoran 1. Pengertian Pajak Restoran

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman

dengan dipungut bayaran yang mencakup juga Rumah Makan,

Kafetaria,Warung,Bar dan sejenisnya termasuk Jasa Boga / Katering. 2. Subyek, Obyek dan Wajib Pajak Restoran

Dalam pasal 11(sebelas) Perda No 4 Tahun 2011 disebutkan bahwa subyek pajak restoran adalah orang pribadi /badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran.Obyek pajak restoran disebutkan dalam pasal 10(sepuluh) Perda No 4 Tahun 2011 bahwa pelayanan yang disediakan oleh restoran. Pelayanan yang disediakan restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi


(51)

commit to user

di tempat pelayanan maupun di tempat lain. Tidak termasuk objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya di bawah Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per bulan.

Wajib Pajak Restoran sebagaimana disebutkan dalam pasal 11 (sebelas) ayat 2(dua) Perda No 4 Tahun 2011 adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran.

3. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Restoran

Dasar pengenaan sebagaimana disebutkan dalam pasal 12 Perda No 4 Tahun 2011 adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima Restoran. Dalam pasal 13 Perda No 4 Tahun 2011 tarif pajak restoran ditetapkan dalam 3 (tiga) kategori yaitu :

1) Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) untuk restoran dengan kategori A, yaitu restoran yang memiliki nilai penjualan Rp. 10.000.000,00. (sepuluh juta rupiah) atau lebih per bulan.

2) Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 5% (lima persen) untuk restoran dengan kategori B, yaitu restoran yang memiliki nilai penjualan Rp. 5.000.000,00. ( lima juta rupiah) sampai di bawah Rp. 10.000.000,00. (sepuluh juta rupiah) per bulan.

3) Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 3 % (tiga persen) untuk restoran dengan kategori C, yaitu restoran yang memiliki nilai penjualan Rp. 1.000.000,00. (satu juta rupiah) sampai di bawah Rp. 5.000.000,00. (lima juta rupiah) per bulan.


(52)

commit to user 4. Masa Pajak dan Waktu Pembayaran

Masa pajak adalah 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan peraturan walikota paling lama 3 (tiga) bulan kalender,yang menjadi dasarbagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terhutang.

a) Sanksi terlambat membayar pajak restoran akan dikenakan sanksi Menyiapkan formulir SPTPD

b) Menerima WP yang akan mengisi formulir SPTPD

c) Wajib Pajak mengisi formulir SPTPD

1. Pengecekan Administrasi

a) Meneliti kebenaran pengisian formulir SPTPD

b) Meneliti kelengkapan berkas pendukung formulir SPTPD

(nota/Kwitansi/Bill ,dsb)

c) Mengarahkan Wajib Pajak untuk ke Kasir

2. Pembayaran Pajak Restoran

administrasi berupa bunga keterlambatan sebesar 2% setiap bulan. Tempat pembayaran pajak restoran :

1) DPPKA Kota Surakarta, Komplek Balaikota,Jl.Jend.Sudirman No. 2.

2) Kantor UPTD I DPPKA Jl.Yosodipura No.82 meliputi wilayah

Banjarsari.

3) Kantor UPTD II Jl.Alun-alun Utara meliputi wilayah Kecamatan Jebres dan Kecamatan Pasar Kliwon.


(53)

commit to user

4) Kantor UPTD III Jl.Muh.Yamin No.150 meliputi wilayah Kecamatan Serengan dan Kecamatan Laweyan.

d.Mekanisme Pembayaran Pajak Restoran

3. Pengisian SPTPD

a) WP melakukan pembayaran pajak restoran

b) Kasir menghitung uang pembayaran pajak restoran

4. Penerbitan SSPD

a) Mengetik SSPD Restoran

b) Menyerahkan tanda bukti lunas kepada WP

Pada kenyataannya untuk usaha di bidang kantin biasanya pemungutan pajak dengan cara petugas UPTD mendatangi tempat usaha mereka dan mewawancarai langsung pemilik kantin mengenai besarnya omzet yang mereka peroleh untuk dijadikan dasar pengenaan pajak bagi usaha kantin, hal ini dikarenakan biasanya pengusaha kantin tidak membuat pembukuan dan keengganan dari wajib pajak sektor kantin untuk mengisi formulir SPTPD.Pemungutan pajak Restoran di sektor kantin tidak sesuai dengan peraturan atau di bawah standar,tetapi pihak dari UPTD juga membolehkan bagi wajib pajak kantin yang menginginkan pembayaran sesuai aturan pemungutan.

e. Kendala yang dihadapi dan upaya-upaya yang dilakukan pihak DPPKA untuk meningkatkan pendapatan pajak restoran


(54)

commit to user

1. Kendala-kendala yang dihadapi pihak DPPKA dalam memungut pajak restoran khususnya sektor kantin

Berdasarkan hasil interview/wawancara dengan pegawai UPTD DPPKA

Kota Surakarta yang bertugas memeungut pajak restoran khususnya yang berasal dari kantin, kendala saat pemungutan yaitu:

a) Keterbatasan jumlah karyawan UPTD DPPKA Kota Surakarta Jumlah karyawan yang ada di UPTD pada setiap kecamatan ada 10 karyawan yang mempunyai kewajiban untuk memungut pajak daerah.Bukan hanya pajak restoran saja yang menjadi tugas mereka melainkan pajak hotel,pajak parkir,dll.Pada setiap kecamatan terdapat sekitar 600-800 wajib pajak dari jumlah itu dengan karyawan yang hanya 10 orang maka membuat pekerjaan kurang efektif.

b) Kelangsungan usaha

Persaingan antar pedagang yang menyelengarakan usaha sejenis menyebabkan tidak stabilnya kelangsungan usaha kantin.Dibutuhkan inovasi, kreatifitas dan harga yang kompetitif untuk menarik minat pembeli.Banyak yang tiba-tiba menutup usahanya karena omzet penjualannya yang tidak mencukupi.

c) Pemilik Kantin baru tidak mau membayar pajak

Usaha kantin biasanya tidak tetap,menggunakan sistem kontrak dengan sekolah yang menjadi tempat usaha mereka.Banyak usaha kantin yang dijual atau dipindah tangankan pengelolaannya kepada pihak lain


(55)

commit to user

sehingga saat pihak dari UPTD melakukan pemungutan mereka tidak mau membayar dengan alasan pajak itu bukan kewajiban dia melainkan kewajiban pemilik yang lama.

d) Masing-masing individu kurang sadar pajak

Kurangnya pemahaman setiap individu mengenai pajak,manfaat pajak bagi pembiayaan negara maupun daerah yang membuat para pengusaha kantin tidak mau membayar pajak.

2. Upaya-upaya DPPKA dalam Meningkatkan Pendapatan Pajak Restoran

a) Pimpinan memberi motivasi kepada staff khususnya petugas pemungut untuk lebih meningkatkan kualitas kerja.

b)Memberikan pengertian atau penyuluhan kepada wajib pajak tentang arti pentingnya membayar pajak dengan mendatangi secara langsung ke tempat usaha wajib pajak.

c) Petugas pemungut pajak melakukan penagihan pajak dengan sistem “jemput bola” atau menagih secara langsung ke tempat usaha wajib pajak. d)Pihak UPTD melakukan pendekatan secara berbeda-beda kepada setiap

individu pemilik kantin.Agar setiap individu mau membayar pajak dan merasa nyaman terhadap pelayanan pembayaran pajak.

e) Pihak UPTD memberi surat pemanggilan bagi pemilik kantin yang menunggak pajak.Apabila sampai surat pemanggilan yang ketiga tidak ada respon dari wajib pajak maka akan dilaporkan kepada pihak


(56)

commit to user

DPPKA,setelah itu pihak DPPKA akan membuat surat panggilan yang ditembuskan langsung kepada kepala sekolah tempat wajib pajak membuka usaha kantin.


(57)

commit to user 43 BAB III TEMUAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan,maka penulis dapat menemukan kelebihan dan kelemahan dari kontribusi penerimaan sektor kantin terhadap realisasi pajak restoran di Kota Surakarta.Adapun kelebihan dan kelemahannya adalah sebagai berikut :

A. Kelebihan

a. Sistem pemungutan pajak restoran khususnya sektor kantin dengan cara para

petugas UPTD mendatangi ke tempat usaha wajib pajak.Hal ini dikarenakan kesungguhan para petugas dalam menjalankan kewajibannya dan menjadikan wajib pajak tertib membayar kewajiban pajaknya.

b. Penerimaan sektor kantin pada periode tahun 2009-2010 mengalami

peningkatan dikarenakan jumlah WP yang membayar meningkat dan pendapatan wajib pajak yang meningkat.

c. Pihak DPPKA telah melakukan sosialisai mengenai pentingnya membayar pajak dengan mendatangi secara langsung tempat usaha wajib pajak serta melakukan penagihan pajak dengan sistem “jemput bola”

d. Pihak UPTD melakukan pendekatan yang berbeda-beda kepada setiap wajib pajak agar mengerti karakteristik setiap wajib pajak


(58)

commit to user B. Kelemahan

a. Rasio laju pertumbuhan penerimaan sektor kantin mengalami penurunan yang sangat drastis dari 24,9% menjadi 0,57% dikarenakan menurunnya jumlah wajib pajak yang membayar.Karakteristik wajib pajak dan kelangsungan usaha kantin juga merupakan salah satu penyebab menurunnya penerimaan sektor kantin.

b. Sistem self assessment yang mengharuskan wajib pajak untuk mengisi formulir SPTPD sendiri setiap bulannya dirasa terlalu rumit dan merepotkan bagi para pelaku usaha kantin.

c. Para wajib pajak selaku pemilik usaha kantin tidak membuat pembukuan. d. Masih minimnya kesadaran dari wajib pajak restoran khususnya sektor

kantin untuk membayar pajak.

e. Terbatasnya jumlah karyawan yang ada di UPTD tidak mencukupi untuk menangani jumlah wajib pajak begitu banyak.


(59)

commit to user 45 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah penulis yang sampaikan pada bab-bab sebelumnya,maka dapat diambil kesimpulan bahwa sektor kantin merupakan subyek pajak yang mampu memberikan kontribusi bagi realisasi pajak restoran.Tercatat penerimaan sektor kantin pada 2009 sebesar Rp. 34.543.210,- .Meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 43.174.819,- kenaikan ini dikarenakan oleh meningkatnya penghasilan wajib pajak dan bertambah banyaknya wajib pajak yang membayar.Pada 2011 mengalami sedikit penurunan penerimaan sektor kantin menjadi sebesar Rp. 42.928.675,- dikarenakan jumlah wajib pajak yang membayar juga mengalami penurunan.Kontribusi sektor kantin terhadap pajak restoran tercatat pada 2009 sebesar 0,38% mengalami kenaikan pada 2010 menjadi sebesar 0,41% dan kontribusi pada 2011 mengalami penurunan tercatat sebesar 0,35%.Pendapatan pajak restoran memiliki kontribusi yang sangat besar bagi Kota Surakarta dari tahun ke tahun.Hal ini berdasarkan peningkatan pendapatan yang diperoleh pajak restoran.Realisasi pajak restoran setiap tahunnya selalu melampui target yang telah ditetapkan,ini semua tidak lepas dari kinerja seluruh karyawan dan staff dari DPPKA Kota Surakarta yang telah melakukan berbagai upaya agar dapat meningkatkan pendapatan pajak


(60)

commit to user

daerah.Sosialisasi dan penagihan dengan sistem “jemput bola”secara langsung mendatangi tempat usaha wajib pajak sebagai salah satu bentuk upaya-upaya dari DPPKA Kota Surakarta dalam meningkatkan pendapatan pajak daerah.Para petugas telah memanggil wajib pajak yang menunggak membayar pajak.Jumlah petugas UPTD yang terbatas menjadi kendala tersendiri bagi pemungutan pajak.Kelangsungan usaha kantin berdasarkan sistem kontrak dengan pihak sekolah yang menjadi tempat usaha wajib pajak,banyak para pelaku usaha kantin yang menjual tempat usahanya dikarenakan kalah bersaing dengan kompetitor.Kebanyakan para pelaku usaha kantin tidak membuat pembukuan dan tidak mau mengisi formulir SPTPD setiap bulannya dikarenakan mereka tidak ingin terlalu repot.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka penulis memberikan saran yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan penerimaan pajak restoran yang berasal dari sektor kantin di Kota Surakarta,yaitu :

a. Manfaat dari membayar pajak tidak dapat dirasakan langsung oleh wajib pajak.Sosialisasi dari petugas UPTD DPPKA perlu ditingkatkan lagi sehingga wajib pajak tahu manfaat yang akan mereka peroleh setelah membayar pajak.

b. UPTD DPPKA harus selalu melakukan pendataan ulang terhadap kantin,baik


(61)

commit to user

c. Karena terbatasnya karyawan pihak UPTD bisa menambah personil untuk menangani pajak restoran khususnya kantin dengan mempekerjakan tenaga kerja kontrak (outsourcing)


(1)

DPPKA,setelah itu pihak DPPKA akan membuat surat panggilan yang ditembuskan langsung kepada kepala sekolah tempat wajib pajak membuka usaha kantin.


(2)

commit to user 43 BAB III TEMUAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan,maka penulis dapat menemukan kelebihan dan kelemahan dari kontribusi penerimaan sektor kantin terhadap realisasi pajak restoran di Kota Surakarta.Adapun kelebihan dan kelemahannya adalah sebagai berikut :

A. Kelebihan

a. Sistem pemungutan pajak restoran khususnya sektor kantin dengan cara para petugas UPTD mendatangi ke tempat usaha wajib pajak.Hal ini dikarenakan kesungguhan para petugas dalam menjalankan kewajibannya dan menjadikan wajib pajak tertib membayar kewajiban pajaknya.

b. Penerimaan sektor kantin pada periode tahun 2009-2010 mengalami peningkatan dikarenakan jumlah WP yang membayar meningkat dan pendapatan wajib pajak yang meningkat.

c. Pihak DPPKA telah melakukan sosialisai mengenai pentingnya membayar pajak dengan mendatangi secara langsung tempat usaha wajib pajak serta

melakukan penagihan pajak dengan sistem “jemput bola”

d. Pihak UPTD melakukan pendekatan yang berbeda-beda kepada setiap wajib pajak agar mengerti karakteristik setiap wajib pajak


(3)

B. Kelemahan

a. Rasio laju pertumbuhan penerimaan sektor kantin mengalami penurunan yang sangat drastis dari 24,9% menjadi 0,57% dikarenakan menurunnya jumlah wajib pajak yang membayar.Karakteristik wajib pajak dan kelangsungan usaha kantin juga merupakan salah satu penyebab menurunnya penerimaan sektor kantin.

b. Sistem self assessment yang mengharuskan wajib pajak untuk mengisi formulir SPTPD sendiri setiap bulannya dirasa terlalu rumit dan merepotkan bagi para pelaku usaha kantin.

c. Para wajib pajak selaku pemilik usaha kantin tidak membuat pembukuan. d. Masih minimnya kesadaran dari wajib pajak restoran khususnya sektor

kantin untuk membayar pajak.

e. Terbatasnya jumlah karyawan yang ada di UPTD tidak mencukupi untuk menangani jumlah wajib pajak begitu banyak.


(4)

commit to user 45 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah penulis yang sampaikan pada bab-bab sebelumnya,maka dapat diambil kesimpulan bahwa sektor kantin merupakan subyek pajak yang mampu memberikan kontribusi bagi realisasi pajak restoran.Tercatat penerimaan sektor kantin pada 2009 sebesar Rp. 34.543.210,- .Meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 43.174.819,- kenaikan ini dikarenakan oleh meningkatnya penghasilan wajib pajak dan bertambah banyaknya wajib pajak yang membayar.Pada 2011 mengalami sedikit penurunan penerimaan sektor kantin menjadi sebesar Rp. 42.928.675,- dikarenakan jumlah wajib pajak yang membayar juga mengalami penurunan.Kontribusi sektor kantin terhadap pajak restoran tercatat pada 2009 sebesar 0,38% mengalami kenaikan pada 2010 menjadi sebesar 0,41% dan kontribusi pada 2011 mengalami penurunan tercatat sebesar 0,35%.Pendapatan pajak restoran memiliki kontribusi yang sangat besar bagi Kota Surakarta dari tahun ke tahun.Hal ini berdasarkan peningkatan pendapatan yang diperoleh pajak restoran.Realisasi pajak restoran setiap tahunnya selalu melampui target yang telah ditetapkan,ini semua tidak lepas dari kinerja seluruh karyawan dan staff dari DPPKA Kota Surakarta yang telah melakukan berbagai upaya agar dapat meningkatkan pendapatan pajak


(5)

daerah.Sosialisasi dan penagihan dengan sistem “jemput bola”secara langsung

mendatangi tempat usaha wajib pajak sebagai salah satu bentuk upaya-upaya dari DPPKA Kota Surakarta dalam meningkatkan pendapatan pajak daerah.Para petugas telah memanggil wajib pajak yang menunggak membayar pajak.Jumlah petugas UPTD yang terbatas menjadi kendala tersendiri bagi pemungutan pajak.Kelangsungan usaha kantin berdasarkan sistem kontrak dengan pihak sekolah yang menjadi tempat usaha wajib pajak,banyak para pelaku usaha kantin yang menjual tempat usahanya dikarenakan kalah bersaing dengan kompetitor.Kebanyakan para pelaku usaha kantin tidak membuat pembukuan dan tidak mau mengisi formulir SPTPD setiap bulannya dikarenakan mereka tidak ingin terlalu repot.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka penulis memberikan saran yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan penerimaan pajak restoran yang berasal dari sektor kantin di Kota Surakarta,yaitu :

a. Manfaat dari membayar pajak tidak dapat dirasakan langsung oleh wajib pajak.Sosialisasi dari petugas UPTD DPPKA perlu ditingkatkan lagi sehingga wajib pajak tahu manfaat yang akan mereka peroleh setelah membayar pajak. b. UPTD DPPKA harus selalu melakukan pendataan ulang terhadap kantin,baik


(6)

commit to user

c. Karena terbatasnya karyawan pihak UPTD bisa menambah personil untuk menangani pajak restoran khususnya kantin dengan mempekerjakan tenaga kerja kontrak (outsourcing)