PANDANGAN SUTAN SJAHRIR DAN SOEKARNO TERHADAP PEMERINTAHAN DAN NEGARA INDONESIA 1945-1966.

(1)

PEMERINTAHAN DAN NEGARA INDONESIA 1945-1966

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah

disusun oleh: Rika Kartika NIM 1100626

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

Oleh: RIKA KARTIKA

1100626

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

© Rika Kartika 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.


(3)

PANDANGAN SUTAN SJAHRIR DAN SOEKARNO TERHADAP PEMERINTAHAN DAN NEGARA INDONESIA 1945-1966

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. Suwirta. M.Hum NIP. 19621009 199001 1 001

Pembimbing II

Farida Sarimaya, S.Pd.,M.Si NIP. 19710504 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah

Dr.Agus Mulyana, M.Hum NIP. 19660808 199103 1 002


(4)

Belanda. Keberanian mereka dalam melawan Belanda, membuat mereka kerap kali dipenjarakan atau diasingkan oleh Belanda. Namun, keduanya memilih jalan yang berbeda ketika masa pendudukan Jepang. Soekarno bersama Hatta memilih untuk bekerjasama dengan Jepang, sedangkan Sjahrir memilih untuk bergerak di bawah tanah dan menolak kerjasama dengan Jepang.Sejak kemerdekaan Indonesia, Soekarno menempati posisi sebagai presiden dan Sjahrir sebagai perdana menteri. Sebagai perdana menteri Sjahrir juga tampil sebagai perwakilan Indonesia dalam perundingan Linggarjati, melalui jalan diplomasi perjuangan, Indonesia memperoleh kedaulatan secara de facto. Setelah pengakuan kedaulatan pada akhir 1949, Sjahrir sebagai warga negara biasa bekerja mengembangkan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Pada pemilu tahun 1955, Sjahrir dan Soekarno bersaing dalam pemilihan umum, PSI yang merupakan kendaraan politik Sjahrir kalah dari PNI yang merupakan partai asuhan Soekarno, ketika itu PNI merupakan partai pemenang pemilu. Ketegangan diantara keduanya semakin meruncing ketika pemberontakan PRRI di Sumatra Barat dan Permesta di Sulawesi Selatan tahun 1958, hal ini disebabkan karena kader PSI menjadi tokoh sentral dalam pemberontakan tersebut. Akibat dari pemberontakan PRRI dan Permesta, akhirnya PSI harus dibubarkan oleh pemerintah pada tahun 1960. Sejak saat itu Sjahrir tidak lagi terjun dalam dunia politik Indonesia. Pada masa Demokrasi Terpimpin, Soekarno menunjukan kuasanya dengan memenjarakan tokoh yang menjadi lawan politiknya, salah satunya Sjahrir. tanggal 16 Januari 1962, pukul empat pagi, Sjahrir ditangkap di rumahnya di Jalan Jawa No. 61 (sekarang, H.O.S Cokroaminoto).

Kata kunci: Soekarno, Sjahrir, Indonesia, pemikiran, pemerintahan. politik, pandangan


(5)

Their bravery against the Dutch led them to imprisonment or exile by the Dutch. Nevertheless, both chose a different path during the Japanese occupation. Soekarno and Hatta chose to work together with Japan, while Sjahrir chose to move under the ground and refuse to cooperate with Japan. Since the independence of Indonesia, Sukarno was assigned to be the president and Sjahrir as the prime minister. As a Prime Minister, Sjahrir appeared as the representative of Indonesia in Linggarjati Agreement. Through the struggle of diplomacy, Indonesia gained de facto sovereignty. After the acknowledgement of Indonesia’s sovereignty by the Dutch at the end 1949, Sjahrir as a common citizen worked to build up the Indonesian Socialist Party (PSI). In the 1955 election, Sjahrir and Sukarno competed. Sjahrir, whose political vehicle was PSI, lost to PNI which was a party led by Soekarno. At the time, PNI was the winning party of the election. The tension between the two grew as the PRRI rebellion in West Sumatra and Permesta rebellion in South Sulawesi arose in 1958. This was due to a cadre of PSI who became the central figure in the rebellion. In the era of Guided Democracy, Sukarno showed his power by imprisoning figures who are his political opponent, in which one of them was Sjahrir. As a result of PRRI and Permesta, eventually PSI to be dissolved by the government in 1960. Since then Sjahrir no longer engage in the Indonesia political. At the time of Guided Democracy, Sukarno showed its power by imprisoning leaders who became his political opponent, one of which Sjahrir. On January 1962, at 4 a.m, he was arrested in his house at jalan H.O.S Cokroaminoto no. 61.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.5 Struktur Organisasi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 2.1Tokoh dalam Sejarah ... 15

2.2Pandangan Tokoh Terhadap Politik ... 16

2.3Konsep Negara ... 18

2.4Konsep Diplomasi ... 19

2.5Konsep Marxisme ... 21

2.6Konsep Marhaenisme ... 23

2.7Konsep Sosialisme ... 24

2.8Penelitian Terdahulu ... 26

2.8.1 Temuan Penelitian berupa Skripsi... 26

2.8.2 Temuan Penelitian berupa Buku ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1Persiapan Penelitian ... 37

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 38

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 38

3.1.3 Mengurus Perizinan ... 40

3.1.4 Menyiapkan Perlengkapan Peneitian ... ... 40

3.1.5 Proses Bimbingan ... 40

3.2Pelaksanaan Penelitian ... 41

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 42

3.2.2 Kritik Sumber ... 46

3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 49


(7)

4.2Pandangan Sjahrir dan Soekarno Pada Masa Revolusi Khususnya dalam Perjanjian Linggarjati ... 66 4.3Pandangan Serta Peranan Sajahrir dan Soekarno dalam Pemilu 1955 dan

Pemberontakan PRRI Permesta 1958 ... 78 4.3.1 Peranan Sjahrir dan Soekarno dalam Pemilu 1955 ... 78 4.3.2 Pandangan Sjahrir dan Soekarno Terhadap Pemberontakan PRRI

Permesta 1958 ... 84 4.4Pandangan Sjahrir dan Soekarno Terhadap Sistem Pemerintahan

Demokrasi Terpimpin ... 89 4.4.1 Pandangan Soekrano Terhadap Sistem Pemerintahan Demokrasi Terpimpin ... 90 4.4.2 Pandangan Sjahrir Terhadap Sistem Pemerintahan Demokrasi

Terpimpin ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...

5.1 Kesimpulan ... 115 5.2 Rekomendasi ... 119

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Sjahrir dan Soekarno merupakan pahlawan nasional Indonesia, mereka adalah pejuang kemerdekaan Indonesia yang sejaman dengan Hatta. Sebagai salah satu dari tokoh pendiri bangsa, Sjahrir dan Soekarno adalah tokoh yang kerap kali bertentangan. Banyak sejarawan yang menuliskan tentang perjalanan hidup Soekarno dan Sjahrir, namun kebanyakan menuliskan menjelaskan baik Soekarno saja maupun Sjahrir saja. Dalam skripsi ini saya akan membandingkan kedua tokoh sejarah tersebut, baik melihat dari latar belakang, dan pandangan serta peranan kedua tokoh tersebut dalam kurun waktu 1945 hingga 1966.

Sebagai seorang tokoh, Sjahrir memang tidak dilahirkan dari keluarga biasa.Ayah dan ibunya merupakan bangsawan dari tanah Minang, seperti yang dikutip dari Rosihan Anwar berikut ini:

“Sjahrir lahir di Padang Panjang, Ranah Minangkabau, Sumatera Barat,

5 Maret 1909 dibawah bayangan dua gunung, Merapi dan Singgalang. Ayahnya bernama Mohamad Rasyad gelar Maharadja Soetan, asal dari kota Gadang. Pekerjaannya sebagai Jaksa Kepala Landraad, Pengadilan Negeri. Ibunya Siti Rabiah asal dari Natal, daerah pantai bagian Selatan Tapanuli, dari keluarga raja-raja lokal Swapraja” (Anwar, 2011, hlm: 9). Keluarga Sjahrir bukanlah keluarga yang kaya raya, namun penghasilan keluarga ini cukup untuk menyekolahkan anak-anak mereka yang cerdas ke sekolah terbaik dan modern. Sjahrir merupakan anak yang pandai dan selalu mendapatkan nilai yang bagus, seperti yang dikutip dari Rudolf Mrazek berikut ini:

“Pada tahun 1915, di usia enam tahun, Sjahrir masuk ke sekolah terbaik

yang ada di Medan--- Europeesche Lagere School (ELS), sekolah rendah

Eropa. Pada masa itu hanya 4.631 “bumiputera” dibanding 26.817 anak

Eropa, yang masuk sekolah dasar di Hindia Belanda yang berpenduduk


(9)

Sjahrir kemudian melanjutkan ke sekolah dasar lanjutan (Meer Uitgebreid

Lager Onderwijs- MULO) dimana ia lulus pada tahun 1923. Ia terbiasa dengan

kehidupan gaya Belanda, dimana Ia disekolahkan di ELS dan MULO terbaik di Medan, setiap sore ibunya selalu memainkan akordion dan Sjahrir bermain biola, serta sering dibacakan kisah seribu satu malam. Ia sering berkunjung ke kantor ayahnya di pengadilan pidana jajahan Belanda.

Bermodalkan ijazah MULO, Sjahrir bisa saja menjadi pegawai rendahan, namun ia memilih untuk melanjutkan ke pendidikannya ke Algemne Middelbarne

School (AMS) Westers Klassieke Afdeling (jurusan Budaya Barat Klasik atau

jurusan A, Sekolah Menengah Atas berbahasa Belanda) di Bandung. Sebagai mana ditunjukkan oleh sekolah yang dipilihnya, Sjahrir dikirim ke Bandung untuk meneruskan karir ayahnya, menjadi jaksa di rantau yang lebih luas pada tingkat yang lebih tinggi (Mrazek, 1996, hlm: 52).

Dapat dikatakan bahwa Sjahrir adalah seorang berwatak keras serta teguh terhadap prinsip, jiwa kepemimpinannya telah muncul saat ia masih mengenyam pendidikan. Pada sebuah kesempatan pertemuan pelajar di Bandung, ia sempat mengetuk meja atas tindakan Soekarno yang kurang sopan terhadap pelajar putri yaitu Suwarni, ketika Soekarno berbicara dengan bahasa Belanda dia kembali menegurnya agar menggunakan bahasa nasional Indonesia (Anwar, 2011, hlm: 12-13), ini menunjukan bahwa Sjahrir adalah seorang yang berani dan berjiwa nasionalis. Kala itu Soekarno adalah seorang insinyur lulusan Technische Hooge

School (Sekolah Tinggi Tekhnik) yang usianya lebih tua delapan tahun darinya.

Setelah menyelesaikan studinya di Bandung, ia melanjutkan studinya ke Universitas Amsterdam dan masuk ke Fakultas Hukum.

Hampir sama dengan Sjahrir, latar belakang keluarga Soekarno juga menarik untuk disimak. Dia adalah keturunan priyayi Jawa kelahiran 6 Juni 1901, ayahnya seorang bangsawan Jawa dan ibunya berasal dari Bali seperti yang Soekarno paparkan kepada Cindy Adams:

“Aku adalah anak dari seorang ibu kelahiran Bali dari Kasta Brahmana.

Ibuku, Idayu, merupakan keturunan bangsawan. Raja Singaraja yang terakhir adalah paman ibuku. Bapakku berasal dari Jawa. Nama lengkapnya Raden Sukemi Sosrodiharjo. Raden merupakan gelar


(10)

kebangsawanan. Dan bapak berasal dari keturunan Sultan

Kediri”(Adams, 2014, hlm: 24).

Kepada ayahnya Soekarno kerap kali merasa segan sedangkan ibu adalah tempat baginya untuk berlindung. Sosok lain yang memberikan kasih sayang kepadanya adalah Sarinah yang merupakan pembantu keluarganya, dimana ia merupakan salah satu tokoh yang cukup berperan dalam hidup Soekarno. Dari Sarinah ia banyak memperoleh pelajaran yang berharga tentang kehidupan.

Sebuah ungkapan ekstrem diungkapkan oleh Legge, “sebagai seorang yang

beranjak besar, dia juga menemukan kepastian di ranjang Sarinah” (Nuryanti,

2007, hlm: 15). Dimasa kecilnya ia sering kali tidur bersama Sarinah, yang kemudian hari dipujanya sebagai lambang wanita Indonesia. Pada zaman

Demokrasi Terpimpin namanya diabadikan dengan monumen “Sarinah”, suatu

toserba bertingkat yang dibangun di jalan Thamrin, Jakarta (Legge, 1996, hlm: 29).

Soekarno sempat menempuh pendidikannya di Inlandsche School hingga kelas lima, namun ia dipindah ke Europeesche Lagere School (ELS) saat usianya 14 tahun. Hal ini dilakukan karena ayahnya menginginkan kelak ia melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi.

Tahun 1916 saat memasuki sekolah menengah Ayah Soekarno mengirimnya untuk tinggal bersama H.O.S Cokroaminoto, dan melanjutkan sekolahnya ke Hogere Burger School di Surabaya. Seperti yang diungkapkannya kepada Cindy Adams:

“Ketika tiba waktunya sekolah menengah, bapak sudah tahu apa yang

harus dilakukannya. Dia menggunakan pengaruh kawan-kawannya untuk memasukan aku ke sekolah menengah yang menjadi pintu masuk ke

perguruan tinggi, Hogere Burger School di Surabaya”(Adams, 2014, hlm:

36).

Beruntung bagi Soekarno dapat tinggal di lingkungan keluarga Tjokroaminoto yang merupakan ketua Sarekat Islam, karena dari Tjokroaminotolah ia banyak belajar tentang nasionalisme. Hubungan Soekarno dengan Tjokroaminoto memang cukup dekat, bahkan ia dinikahkan dengan putri bungsu Tjokroaminoto yang bernama Oetari setelah ibu Tjokro meninggal dunia.


(11)

Minggu terakhir di bulan Juni 1921 ia meninggalkan Surabaya dan pergi bersama Oetari ke Bandung untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Bandung, yang saat ini dikenal dengan Istitut Teknologi Bandung (ITB). Di Bandung ia tinggal bersama keluarga Haji Sanusi yang merupakan rekan dari Tjokroaminoto, pada akhirnya ia bercerai dengan Oetari dan menikahi Inggit Garnasih yang dulunya merupakan istri dari Haji Sanusi.

Melihat ideologi dari kedua tokoh baik Sjahrir maupun Soekarno memiliki pandangan yang berbeda, dimana Sjahrir lebih cenderung pada paham sosialis dan Soekarno lebih condong pada paham nasionalis.

Sjahrir adalah seorang sosialis yang berpikir bahwa perjuangan semata-mata demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat, pemikiran sosialis ini ia dapatkan ketika menimba ilmu di Belanda. Sjahrir sangat tertarik terhadap teori-teori marxisme dan sosialisme, sekitar tahun 1930 Sjahrir akrab dengan Salomon Tas dan Maria Duchateau. Salomon Tas adalah ketua klub Mahasiswa Sosial Demokrat (Social Democratische Studenten Club), sebuah perkumpulan mahasiswa yang berafiliasi dengan Partai Sosialis Belanda (Santoso, 2014, hlm: 27).

Sementara Soekarno adalah seorang nasionalis, walaupun dalam masa demokrasi terpimpin pandangannya cenderung berpihak pada partai komunis. Ia adalah sosok yang mampu menghimpun massa dan sangat menggebu-gebu, Cindy Adams menuliskan “seringkali aku merasakan badanku seperti akan lemas, nafasku akan berhenti, apabila aku tidak keluar dan bersatu dengan rakyat yang melahirkanku” (Adams, 2014, hlm: 6).

Pada masa pendudukan Jepang, Soekarno dibebaskan dari pengasingannya di Bengkulu oleh pihak Jepang. Akhirnya ia bersama Hatta memilih jalan kolaborasi dengan Jepang, sebab mereka menganggap kolaborasi adalah satu-satunya jalan agar Indonesia dapat memperoleh kemerdekaannya.

“Jepang memberikan lebih banyak ruang gerak bagi seorang seperti

Soekarno. Soekarno yakin kemerdekaan Indonesia dapat dicapai dengan satu atau lain lewat pendudukan Jepang, dan ia tetap teguh pada keyakinan ini, meskipun politik pendudukan Jepang semakin keras dan


(12)

Berbeda dengan Soekarno dan Hatta, Sjahrir memilih untuk tidak berkolaborasi dengan Jepang. Hal ini karena ia merupakan sosok yang tumbuh dengan kebiasaan barat dan sempat mengenyam pendidikan di Belanda, juga pernah bergabung dengan partai buruh di Belanda. Ia pun tokoh yang tidak pro terhadap ideologi fasisme. Legge memaparkan pandangan Sjahrir sebagai berikut:

“Sjahrir, dalam oposisinya terhadap Jepang, tidak semata-mata, atau

barangkali bahkan tidak terutama, digerakkan oleh pertimbangan-pertimbangan nasionalis, tapi juga oleh pertimbangan-pertimbangan-pertimbangan-pertimbangan doktrin politik. Ia memandang Jepang sebagai kaum fasis yang

mempunyai ikatan integral dengan fasisme Eropa” (Legge, 2003, hlm: 76).

Selama pendudukan Jepang Sjahrir lebih banyak bergerak di bawah tanah, sementara Soekarno dan Hatta sibuk berkolaborasi dengan Jepang, dimana Soekarno bergabung dengan beberapa organisasi Jepang seperti menjadi ketua Putera (Pusat Tenaga Rakyat) yang diresmikan 9 Maret 1943, ia bergabung dengan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), tanggal 8 Agustus ia juga ikut dalam PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Sementara Sjahrir kerap kali mengikuti siaran radio luar negeri untuk mengikuti perkembangan perang yang terjadi antara Jepang dengan Amerika Serikat. Berdasarkan informasi yang didapatkan Sjahrir mengenai Jepang yang kalah karena kota Hirosima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika tanggal 10 Agustus 1945, dan Kaisar Hirohito menyatakan menyerah kepada sekutu. Atas kegigihan para pemuda pula, akhirnya Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Sjahrir tidak terlibat dalam peristiwa 17 Agustus, namun ia melakukan perjalanan mengelilingi Jawa untuk melihat situasi sekitar.

Sekembalinya Sjahrir dari perjalanan mengelilingi Jawa, ia akhirnya memilih membantu pemerintahan Soekarno dan Hatta, karena dari perjalanan tersebut Sjahrir melihat bahwa masyarakat Indonesia begitu antusias mendukung Soekarno dan Hatta, sehingga tanggal 17 Oktober 1945, Sjahrir pun setuju untuk menjadi ketua Badan Pekerja KNIP ( Komite Nasional Indonesia Poesat). Ia juga menolak tawaran dari Tan Malaka bergabung untuk menggulingkan pemerintahan


(13)

Soekarno, Tan Malaka menawari Sjahrir menduduki posisi memegang Kementrian Pertahanan, Kementrian Kemakmuran, Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian Luar Negeri, dan Tan Malaka sendiri menjabat sebagai seorang presiden.

Tanggal 14 November 1945 Sjahrir terpilih menjadi Perdana Menteri suatu kabinet parlementer. Soekarno hadir dan memimpin acara serah terima dari kabinet RI pertama ke kabinet Sjahrir pertama (Anwar, 2011, hlm: 54).

Ketika Soekarno dan Hatta dengan terpaksa meninggalkan Ibukota Jakarta, untuk pindah ke Yogyakarta yang lebih aman, Sjahrir sebagai Perdana Menteri tetap berada di Jakarta untuk melanjutkan kontak-kontak dengan pihak Inggris dan Belanda (Legge, 2003, hlm: 199).

Soekarno dalam persembunyiannya di Yogyakarta, mengalami kesulitan dalam banyak hal bahkan untuk mendanai kebutuhan, pemerintah terpaksa melakukan tindakan ilegal seperti yang dikutip dari Cindy Adams berikut ini:

Satu-satunya cara untuk memperoleh sesuatu yang sangat diperlukan adalah lewat penyelundupan, dan setiap orang melakukan penyelundupan demi kepentingan Republik. Duta besar kami yang sekarang untuk Jepang menyelundupkan gula. Mantan duta besar kami di Amerika menyelundupkan candu. Singapura, Bangkok, Hongkong dan Manila merupakan empat kota penyelundupan yang sangat bagus

(Adams, 2014, hlm: 285).

Peranan Sjahrir sebagai perdana menteri pertama Indonesia menjadikan Sjahrir mewakili Indonesia dalam perjanjian Linggarjati. Draf Perjanjian Linggarjati antara Pemerintah RI dan Belanda yang ditandatangani pada 15 November 1946 (Laksmi, 2014, hlm: 194).

Kerap kali Sjahrir disalahkan karena perundingan ini dianggap merugikan pihak republik, namun sebenarnya melalui perjanjian tersebut kedaulatan Indonesia diakui secara de facto untuk pertama kalinya (Prihantanti, 2010). Kekuasaan RI diakui di Jawa dan Sumatra, Kedaulatan RI diakui oleh AS, Inggris, dan negara-negara Arab di Timur Tengah. Dalam penuturan Mrazek berikut ini:

Soekarnolah bagaikan gambar istrinya mengawasi suasana yang tampil sebagai kekuasaan sebenarnya yang memungkinkan persetujuan. Namun, Sjahrirlah yang diidentifikasikan dengan rancangan, dan yang


(14)

Sjahrir adalah tokoh yang membenci Jepang namun bersikap lunak kepada Belanda, karena Sjahrir sekolah di Belanda dan sempat bergabung dengan organisasi buruh di Belanda. Soekarno yang biasanya tidak senang terhadap Belanda akhirnya menerima hasil perjanjian tersebut. Seperti yang diungkapkan Legge berikut ini:

“Soekarno menyerahkan perincian perundingan ini (Linggarjati) kepada

menteri-menterinya. Ia menganggap rumusan usul dan kontra-usul adalah hal sepele dibandingkan dengan inti persoalan kemerdekaan. Dan ia nampaknya tidak melihat bahwa inti persoalan sangat tergantung pada ketepatan sifat masing-masing usul di meja perundingan. Sungguh mengherankan, bagi seorang yang selalu menyatakan bahwa Belanda tidak bisa dipercaya, sekarang mempunyai optimisme besar bahwa janji kemerdekaan “Linggarjati” itu akan dipatuhi sebagaimana yang

dimaksudkan isinya” (Legge, 1996, hlm: 258).

Sebagai tokoh pejuang bangsa Sjahrir memang lebih mengedepankan politik diplomasi dibandingkan dengan adu fisik. Sjahrir menulis buklet berjudul

Perjuangan Kita untuk menyulut semangat perjuangan pemuda Indonesia. Namun

hasil dari perjanjian Linggarjati tidak mampu membuat Sjahrir bertahan lama sebagai Perdana Menteri oposisi dari sayap kiri. Bagi pihak lain Sjahrir memberi konsesi yang besar bagi Perjanjian Linggarjati. Akhirnya, ia memutuskan untuk mundur, walaupun Soekarno masih tetap menginginkan Sjahrir tetap memegang jabatan yang keempat kali, tetapi tanpa hasil (Kasenda, 2014, hlm: 173).

Agresi Militer oleh Belanda terjadi tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta, saat itu Yogyakarta merupakan ibukota sementara RI. Serangan Belanda ini dilakukan karena ketidak puasan Belanda terhadap perjanjian Renville, kemudian serangan ini dinamakan Agresi Militer Belanda II. Akibat dari agresi ini, akhirnya Soekarno, Hatta dan Sjahrir harus diasingkan, kemudian atas perintah dari PBB akhirnya Belanda menghentikan campur tangannya dan untuk membebaskan pemimpin-pemimpin Indonesia pada akhir tahun 1948 (Dahm, 1987, hlm: 402).

Pasca lengser dari jabatannya sebagai Perdana Menteri, Sjahrir lebih fokus membesarkan Partai Sosialis Indonesia (PSI), partai ini banyak mendapat dukungan dari kaum intelektual di Jakarta namun sedikit sekali dukungan dari


(15)

luar Jakarta. PSI berpengaruh di kalangan pejabat tinggi pemerintahan dan mempunyai pendukung dikalangan tentara pusat (Ricklefs, 2009, hlm: 499). Partai ini mendapatkan dukungan dari hampir semua kelompok kecil peranakan China yang secara aktif memperlihatkan sikap pro Republik Indonesia (Kahin, 2013, hlm: 228).

Awal tahun 1950-an muncul isu bahwa Sjahrir mulai anti dengan pemerintahan, terutama para kadernya dikalangan korps perwira militer Republik.

Usaha pertama kup militer di Indonesia, yang disebut “Peristiwa 17 Oktober 1952”

dan ketika usaha tersebut gagal dengan cepat Sjahrir dan PSI didesas-desuskan sebagai kekuatan utama dibalik peristiwa tersebut (Mrazek, 1996, hlm: 719). Para perwira Angkatan Darat yang terlibat dalam peristiwa 17 Oktober 1952, mengajukan beberapa tuntutan. Dalam peristiwa tersebut Soekarno menolak sebuah usul dari perwira-perwira Angkatan Darat yang tidak puas, agar ia memegang kekuasaan diktator , atau membentuk triumvirat yang terdiri atas Hatta, Sultan Hamengkubuwono IX, dan Soekarno sendiri membubarkan parlemen (Dahm, 1987, hlm: 404).

Pada pemilu pertama tahun 1955 Partai Sosialis Indonesia memperoleh suara sebanyak 753.191 dengan persentase 1,99 % dan jatah kursi DPR sebanyak lima yang menempati partai urutan ke delapan, sedangkan untuk jatah konstituante PSI memperoleh suara sebanyak 695.932 suara dengan presentase 1,84 dan jatah kursi sebanyak 10 kursi, sementara PNI memperoleh 8.434.653 suara dengan presentase 22,3 % jatah kursi parlemen 57 yang mana PNI merupakan pemenang dari pemilu. Dilihat dari hasil pemilu tersebut menunjukan bahwa basis massa dalam pemerintahan dari PSI tidak banyak namun peranannya penting bagi pemerintahan karena diisi oleh kalangan intelektual yang kerap kali mengadopsi pemikiran-pemikiran Sjahrir dalam menentukan kebijakan pemerintah.

Pada tahun 1956 Soekarno menyatakan keinginannya untuk “mengubur partai-partai” yang jumlahnya sudah melebihi empat puluh, semenjak Sjahrir mengeluarkan seruannya dalam bulan November 1945 untuk menumbuhkan multi partai di Indonesia.


(16)

Tanggal 15 Februari di umumkanlah suatu pemerintahan pemberontak di Sumatera, dengan markas besarnya di Bukittinggi. Pemerintahan ini dinamakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) (Ricklefs, 2009, hlm: 544). Dalam peristiwa ini Sjahrir dianggap sebagai otak dari pemeberontakan tersebut karena salah satu kader PSI, yaitu Soemitro turut bergabung dalam PRRI. Namun keterlibatan Sjahrir dalam pemberontakan tersebut tidak dapat dibuktikan. Soekarno mengambil tindakan keras terhadap pemberontakan PRRI, seperti halnya Djuanda, Nasution dan kebanyakan pemimpin PNI dan PKI juga menghendaki pemberontakan tersebut ditumpas.

Pada 7 Januari 1962, Presiden Soekarno berkunjung ke Makassar. Sebuah granat dilemparkan ke arah iring-iringan mobilnya (Anwar, 2011, hlm. 134). Hingga tanggal 15 Januari dua orang Belanda ditangkap. Sebelum peristiwa tersebut terjadi, beredar isu adanya konspirasi di Bali, agen militer membongkar organisasi gelap bernama Nederlandsch-Indische Guerilla Organisatie

(Organisasi Gerilya Hindia Belanda). Peristiwa-peristiwa tersebut merujuk bahwa Sjahrir dan beberapa pengikutnya adalah dalang dari konspirasi tersebut.

Pada tanggal 16 Januari 1962 pukul empat pagi Sjahrir ditangkap dikediamannya yang bertempat di Jl. Cokroaminoto no. 61. Sjahrir dianggap bersalah dalam peristiwa PRRI tahun 1958, dan konspirasi terhadap upaya pembunuhan Presiden Soekarno. Dalam kasus ini ia dan beberapa bekas PSI tidak dapat dbuktikan keterlibatannya, namun penahanannya tetap dilanjutkan. Desas-desus di Jakarta menyatakan bahwa Sjahrir tidak ditahan melainkan diasingkan. Presiden Soekarno dianggap cuci tangan terhadap penangkapan Sjahrir, sehingga dalam pembebasan Sjahrir seakan ditunda-tunda. Tiga bulan setelah penangkapan, Sjahrir beserta rekannya dipindahkan ke Madiun dan ditempatkan disebuah rumah tahanan militer dijalan Willis, selama dua tahun ia ditahan di Madiun, kemudia ia di pindahkan ke Jakarta untuk mendapatkan perawatan medis.

Soekarno melakukan perjalanan ke beberapa negara sosialis salah satunya Sovyet. Dalam perjalanannya mengunjungi negara-negara sosialis tahun 1956 telah memperkuat keyakinan Soekarno bahwa hanya melalui demokrasi terpimpin


(17)

akan tercapai (Dahm, 1987, hlm: 404). Didepan Persatuan Guru Republik Indonesia Soekarno menyatakan:

“Saya bukan Presiden Direktur dari Republik Indonesia dan saya tidak

ingin menjadi diktator karena ini berlawanan dengan kesadaranku. Saya adalah seorang demokrat, tapi tidak ingin demokrasi liberal. Sebaliknya,

yang saya inginkan ialah demokrasi terpimpin” (Legge, 1996, hlm: 322).

Awal tahun 1960-an merupakan masa dimana Indonesia dikuasai oleh kaum Komunis. Politik di Indonesia dipandang sebagai segitiga kekuasaan yang terdiri atas Soekarno, Angkatan Darat dan PKI, kelompok PSI seakan tidak memiliki ruang untuk bergerak. Penuturan Sjahrir dalam tulisan Rudolf Mrazek menyatakan bahwa Komunis Indonesia bukan Komunis sesungguhnya, Sjahrir mengatakan bahwa pimpinan Komunis tidak memiliki hal berikut:

“Tidak memegang teguh asas Marxisme-Leninisme, mereka menerima itu dalam rangka “Demokrasi Terpimpin”, tidak ada ruang bagi Partai Komunis Indonesia untuk bergerak sebagai Partai Komunis asli, sebagai Partai Komunis yang revolusioner mereka dilumpuhkan dan

impoten”(Mrazek, 1996, hlm: 857).

Sjahrir memandang bahwa Indonesia harus memiliki kerendahan hati hal ini merujuk pada konfrontasi lisan yang diungkapkan Soekarno untuk mengganyang Malaysia, Sjahrir mengingatkan bahwa kebijakan yang terlalu agresif akan membuat Indonesia kehilangan muka. Sjahrir beberapa kali menyelundupkan surat kepada pengikutnya untuk tetap berjuang dan dalam salah satu suratnya, ia kerap kali mengomentari mengenai Deklarasi Ekonomi yang dicanangkan pemerintah, dan Ia juga sempat mengusulkan pemilihan umum kepada pengikutnya saat pemerintahan Soekarno tengah kacau balau.

Pada tanggal 13 Februari 1963 di Senayan, Presiden Soekarno menyatakan bahwa harus dilaksanakannya Front Nasional. Dalam pidatonya tersebut,

Preseiden Soekarno menyatakan untuk “ mengganyang mereka yang anti nasakom”

dan hal tersebut didukung oleh PKI. Selanjutnya Presiden menyatakan, Indonesia

tanpa tendeng aling-aling menentang gagasan Malaysia karena merupakan

“suatu cita-cita dan ikhtiar imperialisme dan neo-kolonialisme untuk

menyelamatkan timah, karet dan minyaknya.” (Anwar: 2007, hlm: 221). Era


(18)

bukan masa yang baik untuk Sjahrir karena diakhir hidupnya, ia wafat sebagai seorang tahanan, ia meninggal di Zurich Swiss tahun 1966. Setelah kepergian Sjahrir, maka iapun mendapat gelar pahlawan.

Penelitian skripsi ini difokuskan dalam meneliti pandangan dan peranan Sjahrir dan Soekarno dalam kurun waktu 1945 hingga 1966. Keduanya kerap kali memiliki pandangan yang berbeda, namun dalam masa revolusi Indonesia keduanya berjalan beriringan dalam menentukan arah pemerintahan Indonesia. Pertentangan mereka mulai terlihat kembali saat Sjahrir lengser dari jabatan Perdana Menteri dan Soekarno melanjutkan pemerintahan dengan konsep Demokrasi Terpimpin.

1.2RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Adapun latar belakang yang telah diuraikan diatas maka saya menentukan

rumusan masalah yaitu “ Bagaimana pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno terhadap pemerintahan dan negara Indonesia 1945-1966”. Adapun pertanyaan penelitian yang penulis kaji yaitu:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan Sjahrir dan Soekarno?

2. Bagaimana pandangan Sjahrir dan Soekarno dalam masa Revolusi Indonesia khususnya dalam perundingan Linggarjati?

3. Bagaimana peranan serta pandangan Sjahrir dan Soekarno ketika menghadapi pemilihan umum 1955 hingga meletusnya pemberontakan PRRI 1958?

4. Bagaimana pandangan Sjahrir dan Soekarno terhadap sistem Demokrasi Terpimpin?

1.3TUJUAN PENELITIAN

Dari rumusan masalah yang penulis ajukan diatas, adapun tujuan penelitiannya yaitu sebagai berikut:

1. Menganalisis latar belakang Sjahrir dan Soekarno.

2. Mengidentifikasi peran dan kebijakan Sjahrir dan Soekarno selama masa Revolusi Indonesia khususnya dalam Perundingan Linggarjati.


(19)

3. Mengidentifikasi peran dan langkah-langkah serta pandangan Sjahrir dan Soekarno selama berlangsungnya pemilihan umum 1955 hingga pemberontakan PRRI 1958.

4. Menganalisis pandangan Sjahrir dan Soekarno terhadap sistem Demokrasi terpimpin.

1.4MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno terhadap pemerintahan dan negara Indonesia selama tahun 1945-1966. Secara praktis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Wahana menambah pengetahuan mengenai sosok pahlawan nasional yang kontribusinya begitu besar bagi Indonesia.

2. Menambah khasanah ilmu melalui pemikiran seorang tokoh.

3. Memberikan kontribusi dalam memahami pemerintahan Indonesia selama masa Revolusi dan masa Demokrasi Liberal dan Terpimpin dari sudut pandang seorang tokoh.

4. Salah satu referensi dalam materi pelajaran Sejarah di SMA kelas XI yang sesuai dengan KD yaitu menganalisis perkembangan masa Revolusi Indonesia dan masa Demokrasi Liberal dan Terpimpin.

1.5STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Adapun sistematika dari penulisan skripsi ini diantaranya yaitu sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, bab ini secara rinci berisi latar belakang penelitian yang menjadi alasan penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai penelitian yang direalisasi, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II Kajian Pustaka mempunyai peran yang sangat penting dan berfungsi sebagai landasan teoritik yang berkaitan dengan pandangan Sjahrir dan


(20)

Soekarno terhadap pemerintahan Indonesia 1945-1966, dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan. Penelitian terdahulu yang diulas dijadikan sebagai referensi dalam memperkaya skripsi ini dan sebagai pembanding antara penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dibahas oleh penulis. Bab III Metode Penelitian berisi mengenai penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang dipakai dalam melakukan penelitian yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam penelitian skripsi ini penulis akan memfokuskan pada studi literatur. Menjelaskan pula proses penulis dalam menyusun skripsi ini dari mulai pencarian sumber hingga penulisan hasil penelitian.

Bab IV merupakan pembahasan atau bab isi yang akan membahas mengenai “Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966”. Pada bab ini berisi pembahasan yang terdiri dari dua hal utama yaitu pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan pembahasan atau hasil temuan. Pada bab ini akan menjawab hal yang dipertanyakan yang menjadi alasan penulis mengambil judul tersebut.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi menyajikan penafsiran dan pemaknaan penulis terhadap hasil analisis temuan penelitian. Ada dua alternatif cara penulisan kesimpulan, yakni dengan cara butir demi butir, atau dengan cara uraian padat. Penulis akan memfokuskan untuk menguraikan kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan oleh penulis.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan memaparkan mengenai metodologi yang digunakan dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan tema skripsi

yang dibahas yakni “Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966”. Penulis akan memaparkan

langkah-langkah yang digunakan oleh penulis dalam proses penelitian.

Menurut Ismaun (Ismaun, 2005, hlm. 34), prosedur sejarawan dalam melakukan penelitian sejarah terdiri atas empat tahap, yaitu:

1. Heuristik, yaitu sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan

data-data atau mencari sumber sejarah atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007, hlm: 88). Pada tahap pertama penulis memulai dengan mengumpulkan sumber-sumber dan data yang relevan dengan pembahasan Pandangan Sjahrir dan

Soekarno Terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966. Sumber dan

data yang dicari berupa sumber buku, internet, jurnal maupun artikel yang berhubungan dengan materi yang ditulis. Penulis menggunakan metode studi literatur dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya dalam penelitian.

2. Kritik, yaitu kegiatan-kegiatan analitis yang harus ditampilkan oleh para

sejarawan terhadap dokumen-dokumen setelah mengumpulkan mereka dari arisp-arsip sejarah (Sjamsuddin, 2007, hlm: 130). Pada tahap kedua ini penulis melakukan kritik terhadap validitas dan keotentikan sumber-sumber yang dikumpulkan. Pada tahap ini penulis memilah dan memilih sumber yang didapatkan pada tahap heuristik. Tujuan dari tahap kritik ini adalah untuk mendapatkan sumber yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan berkaitan dengan tema skripsi mengenai Pandangan Sjahrir dan Soekarno Terhadap

Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966. Tahap kritik ini terbagi kedalam


(22)

a. Kritik ekstern atau kritik luar, yaitu kritik terhadap aspek-aspek diluar dari sumber sejarah. Tahap ini berkaitan dengan sumber, apakah sumber tersebut merupakan sumber yang otentik atau sumber turunan. Dalam kritik ekstern dipersoalkan bahan dan bentuk sumber, umur, dan asal dokumen, kapan dibuat, dibuat oleh siapa, instansi apa, atau atas nama siapa. Sumber itu asli atau salinan, dan masih utuh seluruhnya atau sudah berubah (Ismaun, 2005, hlm: 50).

b. Kritik intern atau kritik dalam, yaitu kritik terhadap internal yaitu berkaitan dengan isi dari sumber sejarah yang didapatkan. Kritik intern dilakukan untuk mengetahui apakah isi dari sumber yang didapatkan dapat dipertanggungjawabkan kredibilatasnya atau tidak. Maka dari itu penulis memilah sumber-sumber yang didapatkan penulis untuk menunjang penulisan skripsi.

3. Interpretasi, pada tahap ini sumber-sumber yang telah melewati tahap kritik baik

itu kritik intern maupun ekstern kemudian dapat dijadikan sebagai sumber sejarah. Interpretasi yang dimaksud adalah pandangan dari penulis terhadap sumber-sumber sejarah yang ditemukan selama melakukan penelitian. Penulis membuat deskripsi, analisis kritis dan pemilihan fakta-fakta. Penafsiran dilakukan untuk menghubungkan konsep dan teori yang telah ditentukan, dengan fakta dan data yang ditemukan dari sumber penelitian. Pada tahap interpretasi kemudian penulis menuliskan pembahasan yang sesuai dengan masalah yang dikaji mengenai Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno Terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966

4. Historiografi merupakan tahap terakhir dalam metode penelitian sejarah, setelah

sebelumnya penulis melakukan tiga tahap sebelumnya yaitu heuristik, kritik, dan

interpretasi. Pada tahap ini penulis menuliskan isi atau pembahasan yang berupa

penjelasan, penafsiran dan penyajian yang menjadi fokus masalah penulis melalui kajian yang diteliti yaitu berkaitan dengan Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966. Menuliskan secara eksplanasi sejarah ada dua dorongan utama yang menggerakannya yakni mencipta ulang (re-create) dan menafsirkan (interpret) (Sjamsudin, 2007, hlm: 158).


(23)

Penggunaan metode historis dalam penelitian didukung juga dengan penggunaan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan yang menggunakan disiplin ilmu sosial secara berimbang, tanpa ada yang dominan. Oleh karena itu, penelitian ini memerlukan ilmu bantu atau

auxilliary sciences atau sister disciplines (Ismaun, 2005, hlm: 62). Ilmu bantu

yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu ilmu politik dan negara, dimana peranan dari ilmu bantu tersebut yaitu :

a. Politik, bahasan utama dalam skripsi ini adalah bagaimana pandangan politik dua tokoh yaitu Sutan Sjahrir dan Soekarno dalam kurun waktu 1945 hingga 1966. Pandangan poltik keduan tokoh tersebut berkaitan dengan kebijakan yang diambil oleh kedua tokoh dalam perjuangan mempertahankan negara Indonesia.

b. Negara, berkaitan dengan bagaimana Sjahrir maupun Soekarno memandang negara Indonesia. Bagaimana kedua tokoh ini mempertahankan negara Indonesia pada kurun waktu 1945 hingga 1966. Teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah studi literatur. Teknik tersebut digunakan untuk mencari sumber-sumber yang relevan dan berkaitan dengan skripsi yang tengah dibahas. Studi literatur ini dilakukan dengan mengumpulkan sumber berupa buku-buku yang berkaitan dan relevan dengan bahasan yang tengah diteliti yaitu mengenai Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966. Berkaitan dengan penulisan skripsi ini, penulis melakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan untuk mencari sumber buku, jurnal, dan artikel baik cetak maupun online yang berkaitan dengan Sutan Sjahrir maupun Soekarno.

Pada awalnya penulis hendak melakukan wawancara terhadap beberapa toko yang mengenal Sutan Sjahrir maupun Soekarno, namun dikarenakan keterbatasan waktu dan kesulitan penulis dalam mencari sumber lisan maka penulispun pada akhirnya melakukan teknik studi literatur.


(24)

Dalam melakukan sebuah penelitian, penulis menggunakan beberapa langkah penting yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah sesuai dengan pernyataan Sjamsuddin (Sjamsuddin, 2007, hlm: 89), yaitu:

a. Memilih sebuah topik yang sesuai;

b. Mengusut semua evidensi yang relevan dengan topik penelitian yang diangkat;

c. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika proses penelitian berlangsung; d. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan

dalam hal ini dilakukan sebuah kritik terhadap sumber;

e. Menyusun hasil-hasil penelitian menjadi sebuah pola yang benar sejalan dengan sistematika yang berlaku dan telah dipersiapkan sebelumnya; f. Menyajikan hasil penelitian menjadi sebuah gambaran yang dapat

menarik dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Dalam penelitian skripsi ini, penulis berusaha menjabarkan langkah-langkah penelitian dengan menggunakan metode historis tersebut menjadi tiga bagian, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penulisan laporan penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh penulis. Penulis harus memilih dan menentukan topik dari penelitian yang akan dikaji berdasarkan literatur yang telah dibaca sebelumnya. Adapun ketertarikan penulis

terhadap tema skripsi ini ketika penulis mengontrak mata kuliah “Sejarah Revolusi Indonesia”. Pada awalnya penulis tertarik dan mengagumi sosok Sutan

Sjahrir namun, setelah mendapatkan saran dari dosen pembimbing maka penulis menambahkan tokoh Soekarno dalam penulisan skripsi ini. Penulispun berfikir bahwa pandangan Sjahrir dan Soekarno memang menarik untuk dibandingkan, dikarenakan kedua tokoh tersebut memang bukan sosok yang biasa.

Setelah melakukan seminar proposal, kemudian penulis mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan Sjahrir dan Soekarno. Penulis mencari buku-buku, jurnal maupun artikel yang berkaitan dengan skripsi penulis. Proses pencarian ini penulis rasakan cukup sulit karena sumber yang penulis cari merupakan buku


(25)

yang langka, bahkan beberapa buku sudah tidak diterbitkan oleh penerbitnya. Adapun beberapa tahap yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Pada awalnya penulis tertarik untuk menulis peranan kaum Gentry era dinasti Han, namun setelah penulis berdiskusi dengan dosen Sejarah Peradaban Timur, beliau menyarankan untuk tidak mengambil tema tersebut dikarenakan sumber yang berkaitan tema akan sulit ditemukan. Kemudian penulis terinspirasi untuk menuliskan peranan Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia, setelah penulis membaca buku yang berjudul Sutan Sjahrir yang ditulis oleh Lukman Santoso. Didalamnya menjelaskan mengenai sekilas mengenai latar belakang hingga kiprah Sutan Sjahrir, juga sebelumnya penulis memang mengagumi sosok Sutan Sjahrir sejak penulis mengontrak mata kuliah

“Sejarah Revolusi Indonesia”.

Adapun setelah penulis berfikir dan berdiskusi dengan teman-teman, kemudian penulis mengajukan judul Peranan Sutan Sjahrir dalam

Pemerintahan Indonesia 1945-1966. Kemudian penulis mengajukan judul

tersebut kepada Ketua Tim Pengembangan Penulisan Skripsi (TPPS). Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung sekitar bulan Januari 2015. Langkah selanjutnya ialah menyusun suatu rancangan penelitian berupa proposal skripsi untuk selanjutnya di seminarkan.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar yang dijadikan acuan dalam penyusunan laporan penelitian. Rancangan penelitian tersebut kemudian harus dibuat oleh penulis sebelum akhirnya diselenggarakannya seminar proposal skripsi. Proposal skripsi ini berupa rancangan penelitian yang dibuat berdasarkan beberapa sumber yang diperoleh dalam pra penelitian. Adapun dalam penyusunan proposal skripsi harus mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh bagian akademik Jurusan Pendidikan Sejarah maupun Universitas Pendidikan Indonesia, terdiri dari :


(26)

a. Judul penelitian;

b. Latar belakang masalah penelitian (kesenjangan antara idealita dan realita, dalam bentuk deskriptif);

c. Rumusan masalah penelitian; d. Tujuan penelitian;

e. Manfaat penelitian;

f. Kajian Pustaka, merupakan penggunaan konsep, teori dan kajian terhadap buku yang digunakan dalam penelitian;

g. Metode dan teknik penelitian; h. Struktur Organisasi Skripsi; dan i. Daftar pustaka.

Proposal penelitian yang telah disusun kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah. Setelah disetujui, selanjutnya judul tersebut diseminarkan pada tanggal 22 Januari 2015 di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah, lantai 4 Gedung FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia. Seminar dilaksanakan dihadapan TPPS dan calon pembimbing skripsi untuk didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak dan apakah calon pembimbing yang diajukan bersedia atau tidak untuk menjadi pembimbing.

Adapun terdapat perubahan judul yang dilakukan peneliti setelah dilakukannya seminar proposal berdasarkan saran dari para dosen yang datang pada saat seminar, pergantian judul tersebut yaitu dari Pemikiran dan Peranan

Sutan Sjahrir dalam Pemerintahan Indonesia 1945-1966 menjadi Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekrano Terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia tahun 1945-1966. Setelah adanya kesepakatan mengenai judul penelitian,

peneliti kemudian diberikan surat penunjukkan dosen pembimbing skripsi no 02/TPPS/JPS/PEM/2015 pada 21 April 2015 atas persetujuan Ketua Departemen Pendidikan Sejara FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia, sekaligus menunjuk Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II.


(27)

3.1.3 Mengurus Perizinan

Dalam menyusun skripsi dengan masalah yang akan dikaji oleh penulis, tentunya membutuhkan berbagai sumber dalam proses penelitian. Akan tetapi karena metode yang digunakan adalah metode historis dengan teknik studi literatur, maka langkah peneliti yaitu harus mencari sumber-sumber sejarah yang relevan. Untuk kelancaran suatu penelitian tersebut, penulis membutuhkan kelengkapan admistrasi berupa surat pengantar keterangan penelitian. Surat tersebut ditujukan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan penelitian, surat keterangan tersebut di tanda tangani oleh Pembantu Dekan I FPIPS UPI. Dalam rencana perizinan, penulis akan menyusun perizinan kepada pihak Fakultas sekitar akhir bulan Mei 2015.

3.1.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Perlengakapan penelitian merupakan salah satu unsur yang penting untuk kelancaran proses penelitian. Agar mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan penulis, perlengkapan penelitian ini harus dipersipkan dengan baik. Adapun perlengkapan yang dibutuhkan selama penelitian diantaranya :

a. Surat perijinan; b. Kamera foto; dan c. Buku catatan.

3.1.5 Proses Bimbingan

Proses bimbingan merupakan hal yang penting dalam proses penelitian skripsi. Bimbingan skripsi merupakan kegiatan konsultasi kepada dosen pembimbing guna perbaikan dan kelancaran dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi. Berdasarkan surat keputusan yang dikeluarkan oleh Tim Pengembangan Penulisan Skripsi (TPPS) no 02/TPPS/JPS/PEM/2015, maka dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis akan dibimbing oleh dua orang dosen pembimbing. Pembimbing pertama adalah Drs. Suwirta, M.Hum dan Farida Ismaya, S. Pd, M.Si sebagai Dosen Pembimbing II.

Pada proses bimbingan pertama, bimbingan dimulai ketika pertengahan bulan Februari 2015. Berdasarkan saran dari Dosen Pembimbing pertama maka


(28)

penulis melakukan perbaikan pada Bab I, baik pada judul, rumusan masalah, tujuan penulisan dan lainnya. Selain itu Dosen Pembimbing I memberikan saran beberapa buku yang relevan dengan penelitian skripsi. Sedangkan Dosen Pembimbing II menyarankan untuk melakukan revisi proposal yang telah diseminarkan. Setiap hasil penelitian dan penulisan ditunjukan kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan saran dan revisi guna perbaikan dalam penyusunan skripsi. Fungsi lain dari bimbingan adalah untuk diberikannya saran dan kritik kepada penulis agar penyusunan skripsi menjadi lebih baik lagi.

Proses bimbingan dilakukan secara bertahap, berkelanjutan serta sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, pada setiap pertemuan bimbingan biasanya membahas satu bab yang diajukan. Bimbingan dilakukan secara berkelanjutan mulai dari BAB I, BAB II, BAB, III, BAB IV dan BAB V, dengan demikian akan terlihat kesinambungan dalam penulisan skripsi yang baik berdasarkan komunikasi dan diskusi antara penulis dengan dosen pembimbing berkaitan dengan penelitian serta penulisan skripsi, tentunya setelah dilakukan berbagai perbaikan setelah diadakannya bimbingan. Setiap proses bimbingan dengan Dosen Pembimbing akan dicatat dalam buku bimbingan skripsi.

Proses bimbingan berakhir pada pertengahan bulan Agustus 2015, setelah penulis menyelesaikan serangkaian penulisan dari mulai proposal, BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, BAB V, dan abstrak baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris. Pada proses bimbingan terakhir ini, baik Dosen Pembimbing I maupun Dosen Pembimbing II memeriksa Skripsi penulis secara keseluruhan.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Tahapan penting dalam penyusunan skripsi adalah langkah penelitian, langkah penelitian ini merupakan proses yang dilakukan secara bertahap. Tahapan ini dilakukan sesuai metode historis, dimulai dari tahap heuristik, kritik (eksternal dan internal), interpretasi dan historiografi. Adapun uraian dari tahap-tahap yang telah disebutkan adalah sebagai berikut:


(29)

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik merupakan langkah awal penulis dalam penyusunan skripsi, pada tahap ini penulis mengumpulkan berbagai sumber, baik berupa buku, artikel, jurnal, skripsi, disertasi serta artikel yang dimuat secara online di internet. Semua sumber yang penulis cari berkaitan dengan judul skripsi

Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno Terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966. Dikarenakan keterbatasan waktu dan banyaknya kendala,

maka penulis memilih untuk melakukan studi literatur.

Adapun beberapa tempat yang penulis kunjungi guna menunjang sumber yang relevan dalam proses penelitian skripsi, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia adalah tempat pertama yang penulis kunjungi untuk mencari sumber yang relevan dengan skripsi yang sedang penulis teliti. Kunjungan ke perpustakaan UPI dilakukan secara rutin, dimulai dari bulan Januari 2015 hingga sekarang. Adapun buku yang penulis temukan di perpustakaan UPI yang menjadi sumber penelitian skripsi adalah buku yang berjudul Sutan Sjahrir dan Pengasingan di Indonesia karya Mrazek Rudolf.

2. Perpustakaan Universitas Padjajaran

Selain mencari sumber di Perpustakaan UPI, penulis juga melakukan kunjungan ke Perpustakaan Universitas Padjajaran. Kunjungan pertama dilakukan sekitar bulan Januari 2015, penulis mengunjungi perpustakaan Fakultas bahasa dan Sastra Universitas Padjajaran di Jatinangor, disana penulis menemukan buku yang berjudul Sejarah Tokoh Bangsa yang editornya adalah Yanto Basri dan Retno Suffatni. Kunjungan kedua dilakukan pada awal bulan April 2015, penulis mengunjungi perpustakaan Universitas Padjajaran yang berlokasi di jalan Dipati Ukur, di perpustakaan tersebut penulis tidak menemukan tulisan yang terkait dengan skripsi yang tengah penulis teliti.


(30)

3. Perpustakaan Batu Api

Pencarian sumber penulis berikutnya adalah Perpustakaan Batu Api yang berlokasi di Jatinangor, lokasi Perpustakaan Batu Api tidak jauh dari Universitas Padjajaran, kunjungan ke perpustaan ini dilakukan pada akhir bulan Februari 2015. Di perpustakaan tersebut penulis menemukan beberapa buku ynag berkaitan dengan tema skripsi yang tengah diteliti diantaranya adalah:

a. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams cetakan tahun

1996.

b. Sutan Sjahrir dan pengasingan di Indonesia karya Mrazek Rudolf terbitan

tahun 1990.

c. Soekarno a Political Biografy karya John D. Legge dalam versi bahasa

Inggris terbitan Singapura terbitan tahun 1996.

d. Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan, ditulis oleh Bernard Dahm

terbitan tahun 1987.

e. Mengenang Sjahrir, karya Rosihan Anwar terbitan tahun 1987.

f. Renungan dan Perjuangan, karya Sutan Sjahrir yang diterbitkan kembali

tahun 1990.

g. Manusia dalam Kemelut Sejarah, terbitan tahun 1988.

h. Pemikiran Sitan Sjahrir dan Partai Sosialis Indonesia tentang Sosialisme dan Demokrasi, karya PY. Nur Indro terbitan tahun 2009.

i. PRRI PERMESTA Strategi Membangun Indonesia tanpa Komunis, karya

RZ. Leirisa terbitan tahun 1991.

4. Perpustakaan Angkatan Darat Kota Bandung

Kunjungan berikutnya adalah mencari sumber ke perpustakaan Angkatan darat yang terletak di jalan kalimantan, berdekatan dengan SMA Negeri 3 Kota Bandung. Kunjungan ini dilakukan pada bulan Ferbuari 2015. Dalam


(31)

kunjungan ini penulis menemukan beberapa buku yang sesuai dan relevan dengan penelitian yang tengah penulis lakukan, diantaranya adalah:

a. Sukarno, Paradoks Revolusi Indonesia, yang disunting oleh Arif Zulkifli

dan lain-lain, diterbitkan tahun 2010.

b. Sukarno, Tentara, PKI. Buku ini ditulis oleh Rosihan Anwar.

c. Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil, disunting oleg Arif Zulkifli, diterbitkan

tahun 2010.

d. Terobosan Soekarno dalam Perundingan Linggarjati, karya Rushdy

Hoesin diterbitkan tahun 2010. 5. Perpustakaan Bapusipda Kota Bandung

Pada pertengahan bulan Februari 2015, penulis mengunjungi perpustakaan Bapusipda Kota Bandung. Sayangnya di perpustakaan tersebut penulis tidak menemukan buku ataupun tulisan lain yang terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

6. Perpustakaan Museum Konperensi Asia-Afrika

Terkait dengan tema yang dibahas oleh penulis yaitu mengenai pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno Terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966, penulis mengunjungi Perpustakaan Museum Konperensi Asia-Afrika pada pertengahan bulan Maret 2015. Kunjungan ke perpustakaan tersebut masih berlanjut hingga sekarang. Adapun buku yang berkaitan dengan tema skripsi yang tengah penulis teliti adalah:

a. Menelusuri Jalur Linggarjati, dengan penyuntingnya A.B Lapia dan P.J.

Drouglever, terbitan tahun 1990.

b. Visualisasi Diplomasi Indonesia 1945-1995, diterbitkan tahun 1998.

7. Toko Buku Lawang Buku

Selain mencari sumber tertulis ke beberapa perpustakaan yang telah disebutkan, penulis juga mencari dan membeli beberapa buku yang berkaitan


(32)

dengan Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno Terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966. Pada awal bulan desember 2014 penulis mengunjungi toko buku Lawang Bukua, ada tiga buku yang penulis dapatkan dari Lawang Buku diantaranya adalah:

a. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis Demokrat Sejati yang Mendahului Zamannya, ditulis oleh Rosihan Anwar. Diterbitkan tahun 2011.

b. Sutan Sjahrir, Demokrat Sejati Pejuang Kemerdekaan, buku ini juga

merupakan tulisan dari Rosihan Anwar. Diterbitkan tahun 2011.

c. Tan Malaka dan Sutan Sjahrir, buku ini disunting oleh Kholid O. Santoso.

Diterbitkan tahun 2014. 8. Toko Buku Gramedia

Pada bulan Februari 2015 penulis membeli buku dari toko buku Gramedia, diantaranya adalah:

a. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, buku ini ditulis oleh Cindy

Adams yang diterbitkan tahun 2014 oleh Yayasan Bung Karno.

b. Sutan Sjahrir Pemikiran dan Kiprah Sang Pejuang Bangsa, buku ini

ditulis oleh Lukman Santoso, diterbitkan tahun 2014. 9. Pasar Buku Palasari

Penulis juga mengunjungi Pasar Buku Palasari guna mencari sumber buku yang relevan dengan penelitian skripsi Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno Terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966. Pertama penulis mencari buku ke Palasari pada pertengahan Januari 2015 kemudian pada awal Mei 2015. Dari pencarian tersebut, penulis membeli beberapa buku diantaranya adalah:

a. Soekarno Sebuah Biografi Politik, ditulis oleh John D. Legge dalam versi

bahasa Indonesia, diterbitkan tahun 1996.

b. Bung Karno Panglima Revolusi karya Peter Kasenda, diterbitkan tahun


(33)

c. Sukarno Marxisme dan Leninisme, buku ini juga merupakan tulisan dari

Peter Kasenda, diterbitkan tahun 2014.

Selain membeli buku secara langsung ke toko buku, penulis juga memesan buku secara online salah satunya adalah buku yang berjudul Kaum Intelektual

dan Perjuangan Kemerdekaan: Peranan Kelompok Sjahrir buku ini dipesan

pada pertengahan bulan Desember 2014, buku ini ditulis oleh John D. Legge dan dipesan secara online dari Yogyakarta. Buku lain yang dipesan secara online adalah Nasionalisme dan Revolusi Indonesia yang ditulis oleh George McTurnan Kahin, buku ini dipesan langsung dari Komunitas Bambu di Depok pada awal bulan Februari 2015.

3.2.2 Kritik Sumber

Tahap kedua dalam penelitian sejarah adalah kritik sumber, kritik merupakan langkah yang penting dalam penelitian sejarah. Dalam hal ini penulis tidak begitu saja menerima yang tercantum dalam sumber-sumber yang penulis dapatkan. Penulis melakukan kritisi dan verivikasi terhadap sumber-sumber yang penulis dapatkan pada tahap heuristik. Penulis memilah fakta secara kritis, langkah inilah yang disebut kritik sumber, kritik sumber dilakukan baik terhadap bahan materi (ekternal) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber (Sjamsuddin, 2007, hlm: 131). Dalam metode penelitian sejarah kritik dibagi dua yaitu kritik eksternal dan kritik internal, dimana kritik eksternal menekankan pada aspek-aspek diluar sumber sejarah misalnya penulis sumber, sedangkan kritik internal menekankan pada isi (substansi) pada sumber tersebut. Adapun kritik eksternal dan kritik internal yang dilakukan oleh penulis akan dipaparkan sebagai berikut:

a. Kritik Eksternal

Pada tahap kritik eksternal ini penulis menguji aspek-aspek diluar sumber sejarah. Kritik eksternal ini bertujuan untuk memilih dan memilah beberapa sumber yang penulis dapatkan, apakah sumber tersebut layak atau tidak untuk menjadi sumber penunjang dalam penelitian skripsi. Tujuan lain dari kritik


(34)

eksternal adalah untuk meminimalisir unsur subjektifitas dari beberapa penulis sumber yang penulis dapatkan pada tahap heuristik.

Sumber-sumber sejarah yang peneliti dapatkan pada tahap heuristik yaitu berupa buku-buku , jurnal-jurnal, dan artikel-artikel yang berhubungan dengan skripsi penulis. Adapun penulis buku-buku yang peneliti jadikan referensi dalam penulisan skripsi merupakan orang-orang yang berkompeten dan menuliskan sosok Sjahrir dan Soekarno dengan baik. Beberapa tokoh sejarah yang menulis sumber sejarah diantaranya yaitu; Cindy Adams dan Peter Kasenda dalam penulisannya cenderung subjektif, John D. Legge, Mrazek Rudolf, Rosihan Anwar.

b. Kritik Internal

Berbeda halnya dengan kritik eksternal, kritik internal ini menekankan pada kredibilitas dan reabilitas isi sumber. Telah disinggung sebelumnya bahwa kritik internal ini menekankan pada aspek dalam yang berkaitan dengan isi dari sumber yang didapatkan. Tahap ini dilakukan setelah kritik eksternal. Adapun beberapa buku yang dikritik secara internal adalah:

1. Sutan Sjahrir dan pengasingan di Indonesia, buku ini ditulis oleh Mrazek

Rudolf. Buku ini merupakan buku biografi Sutan Sjahrir yang menjelaskan latar belakang keluarganya hingga ia meninggal. Buku ini juga menjelaskan mengenai pendidikan yang mempengaruhi terhadap pemikirannya, serta bagaimana perjuangannya dalam mempertahankan Negara Indonesia.

2. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, buku ini ditulis oleh Cindy

Adams. Buku ini merupakan biografi Soekarno yang menjelaskan latar belakang keluarga Soekarno dan memaparkan sepak terjangnya dalam mempertahankan Indonesia, dan penjelaskan Soekarno terhadap beberapa peristiwa penting.

3. Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan, buku ini ditulis oleh


(35)

masa perjuangan kemerdekaan Indonesia bersama para pengikutnya. Buku ini menjelaskan bahwa Sjahrir merekrut para pemuda untuk berjuang bersamanya, perjuangannya berbeda dengan tokoh lain dimana ia bergerak secara diam-diam dibawah tanah.

4. Soekarno Sebuah Biografi Politik, buku ini ditulis oleh John D. Legge.

Buku ini juga merupakan biografi Soekarno, berbeda dengan tulisan Cindy Adams sebelumnya, buku ini lebih berani dalam memngkritisi setiap tindakan atau kebijakan yang diambil oleh Soekarno. Dalam buku ini dijelaskan bahwa Soekarno menyetujui hasil Perundingan Linggarjati, dalam otobiografinya yg ditulis Cindy Adams, Soekarno mengungkapkan bahwa ia tidak menyetujui hasil Perundingan Linggrajati tersebut.

5. Sutan Sjahrir Negarawan Humanis Demokrat Sejati yang Mendahului Zamannya, buku ini ditulis oleh Rosihan Anwar. Menceritakan perjalanan

Sjahrir, mulai dari latar belakang hingga ia wafat. Buku ini memang tidak serinci tulisan Mrazek Rudolf sebelumnya, namun yang menarik dari buku ini adalah penulisnya sering berinteraksi langsung dengan Sjahrir.

6. Bung Karno Panglima Revolusi, ditulis oleh Peter Kasenda. Buku ini

berisi tentang perjuangan Soekrano dalam masa revolusi Indonesia dan peranannya dalam beberapa peristiwa penting di Indonesia. Buku ini juga memaparkan beberapa pertentanganya dengan beberapa tokoh lain, dan bagaimana beberapa tokoh memandangnya. Beberapa kalangan memandang Soekarno sebagai lawan politik, dan sebagian lagi sebagai partner politik seperti beberapa tokoh PKI seperti Aidit.

7. Sutan Sjahrir Pemikiran dan Kiprah sang Pejuang Bangsa, ditulis oleh

Lukman Santoso. Buku ini membahas secara singkat latar belakang keluarga Sjahrir dan perjuangan Sjahrir dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dan juga menjelaskan pertentangan Sjahrir dengan beberapa tokoh seperti Tan Malaka, Soekarno, Muhammad Yamin dan beberapa tokoh lainnya.


(36)

8. Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan, ditulis oleh Bernard Dahm.

Buku ini mejelaskan perjuangan Soekarno ketika masa pergerakan nasional dan perjuangannya ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia. Buku ini juga menyinggung sedikit ketika Soekarno menjabat sebagai presiden.

3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi)

Tahap selanjutnya setelah penulis melakukan kritik eksternal dan kritik internal terhadap sumber yang telah dikumpulkan, penulis melakukan tahap interpretasi atau penafsiran terhadap sumber. Tahap penafsiran dari data-data yang telah melalui tahap kritik menjadi fakta-fakta yang diperoleh dalam penelitian. Setelah data-data tersebut dirumuskan dan disimpulkan kemudian ditafsirkan. Setiap fakta yang ditemukan dihubungkan dengan fakta lain, sehingga menjadi sebuah rekonstruksi yang memuat sebuah penjelasan berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang didapatkan.

Dalam mengkaji dan memahami suatu permasalahan yang terjadi di masa lampau, maka sangat penting menggunakan ilmu bantu dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa ilmu bantu sosial, seperti ilmu politik untuk mempermudah memahami dan menganalisis permasalahan yang tengah dikaji. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan pendekatan interdisipliner.

3.2.4 Historiografi

Tahap terakhir atau tahap keempat dalam penelitian sejarah adalah historiografi. Hitoriografi merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dengan tahap interpretasi, keduanya dilakukan secara bersamaan. Pada bagian ini penulis akan menyajikan hasil temuan-temuan dari berbagai sumber yang penulis dapatkan ketika proses penelitian, hasil temuan tersebut kemudian dianalisis dan diseleksi kemudian direkonstruksi menjadi sebuah penulisan sejarah. Tahap historiografi ini tidak hanya menuliskan hasil temuan berdasarkan penulisan


(37)

analisis-kritis, namun juga harus memperhatikan penulisan yang benar sehingga dapat menjadi tulisan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Namun dalam kebebasannya peneliti harus memperhatikan ketentuan-ketentuan umum baik dalam penulisannya maupun dalam penafsirannya. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah penafsiran (Interpretasi), penjelasan (Eksplanasi) dan penyajian (Ekspose,

Darstellung) (Ismaun, 2005, hlm: 157).

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam lima tahap, yang memuat pendahuluan, kajian teori, tahapan penelitian, pembahasan dan terkahir adalah kesimpulan. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bagian awal pandangan Sjahrir dan Soekarno, diawali mengenai latar belakang masalah yang mengangkat suatu kesenjangan antara harapan dengan realita. Harapan untuk adanya kondisi ideal inilah yang menjadikan bahwa permasalahan tersebut layak untuk diangkat menjadi sebuah tulisan. Selain latar belakang penulisan, penting pula hal yang mendukung lainnya seperti rumusan masalah, tujuan penulisan yang hendak dicapai oleh penulis, manfaat penulisan yang diharapkan oleh penulis dari penulisan skripsi ini dan stuktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka. Bagian kedua ini berisi mengenai konsep-konsep, teori-teori, dan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah penulisan skripsi penulis. Adapun teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah, tokoh dalam sejarah dan pandangan tokoh terhadap politik. Sedangkan konsep yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah konsep negara, konsep diplomasi, konsep marxisme, konsep marhaenisme, dan konsep sosialisme. Bagian terakhir dari bab kajian pustaka ini adalah penelitian terdahulu berupa skripsi dan buku-buku yang berkaitan. Penulis juga melakukan kritik terhadap teori, konsep dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

Bab III Metodologi Penelitian. Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian yang digunakan penulis dalam menelusuri setiap data dan informasi yang berkaitan dengan Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno, pengumpulan data dan fakta kemudian diverifikasi sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan


(38)

berbagai pertimbangan. Selanjutnya dilakukan proses kritik terhadap data-data dan fakta yang telah diperoleh baik kritik secara ekstern maupun intern. Setelah melewati tahap kritik sumber, kemudian dilakukan proses interpretasi sampai pada tahap terakhir yaitu historiografi.

Bab IV Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno Terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia 1945-1966. Diuraikan mengenai hasil temuan penulis pada tahap penelitian yang kemudian data-data yang ditemukan dituangkan dalam sebuah penulisan dari pemikiran yang cermat, yang mana sebelumnya tulisan tersebut dikritik (eksternal dan internal) dan kemudian dianalisis oleh penulis. Pada bab ini penulis menjawab dari uraian rumusan masalah yang dituliskan pada bab I (pendahuluan). Bab IV ini terdapat beberapa sub-bab, diantaranya yaitu: sub-bab pertama menjelaskan latar belakang Sutan Sjahrir dan Soekarno, sub-bab kedua kiprah dan pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno terhadap masa revolusi Indonesia khususnya dalam perundingan Linggarjati, sub-bab ketiga menjelaskan mengenai peranan dan pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno terhadap pemilihan umum tahun 1955 dan meletusnya PRRI Permesta tahun 1958, sub-bab terakhir menjelaskan mengenai pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno terhadap pemerintahan Demokrasi Terpimpin.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab terakhir ini merupakan intisari dari penulisan skripsi yang penulis buat dalam proses historiografi. Saran-saran yang ditulis berdasarkan proses penelitian dan juga proses historiografi. Bagian ini memuat rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait dan pihak yang memiliki kepentingan dalam proses penulisan skripsi ini.

Daftar Pustaka. Pada bagian ini penulis mencantumkan sumber-sumber yang terkait dengan penulisan skripsi, baik itu berupa buku, disertasi, skripsi, jurnal, dan artikel baik itu dimuat di media cetak maupun online. Cara penulisan daftar pustaka disesuaikan dengan aturan yang berlaku di universitas Pendidikan Indonesia tempat penulis menjalani kegiatan akademik serta sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku. Disusun secara alfabetis tanpa nomor urut, sumber tertulis atau tercetak yang lebih dari satu baris ditulis dengan jarak antar antar baris satu


(39)

spasi, sedangkan jarak antara sumber-sumber tertulis yang saling berurutan adalah 1,5 spasi.

Lampiran-lampiran. Berisi dokumen atau foto yang digunakan dalam penelitian atau dalam proses penulisan. Setiap lampiran diberi nomor urut, sesuai dengan urutan penggunaannya dan diberi judul.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Kesimpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil penelitian penulis mengenai Pandangan Sutan Sjahrir dan Soekarno terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia tahun 1945-1966. Sedangkan rekomendasi penulis adalah saran yang diajukan penulis kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan kajian masalah dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis.

5.1 KESIMPULAN

Pada bagian ini penulis menyajikan kesimpulan berdasakan hasil penelitian yang penulis peroleh, setelah melakukan pengkajian dan analisis terhadap permasalahan yang membahas mengenai “Pandangan Sutan Sjahrir

danSoekarno terhadap Pemerintahan dan Negara Indonesia tahun 1945-1966”.

Kesimpulan ini memaparkan beberapa pikiran pokok yang merupakan inti dari jawaban dari permasalahan yang telah dikaji oleh penulis. Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Pertama, latar belakang kehidupan Sjahrir dan Soekarno. Keduanya

merupakan tokoh yang terlahir dari bangsawan namun dari suku yang berbeda, dimana Soekarno merupakan keturunan priyayi Jawa dan Sjahrir merupakan keturunan bangsawan Minang. Ini menandakan bahwa kedua tokoh tersebut merupakan sosok luar biasa, sebagai keturunan bangsawan, mereka tidak hanya bergaul dengan orang-orang pribumi tapi juga kerap kali berinteraksi dengan pihak kolonial Belanda. Merekapun bersekolah di sekolah Belanda dan mendapatkan pendidikan ala barat, walaupun sebelum bersekolah di sekolah Belanda, Soekarno sempat menempuh pendidikan dasarnya di sekolah rakyat.


(41)

Di masa remajanya mereka cukup aktif dalam beberapa kegiatan salah satunya study club yang merupakan jalan mereka aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Dalam masa pergerakan nasional, Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai wadah perjuangan kaum pribumi dalam upaya kemerdekaan Indonesia, sedangkan Sjahrir yang melanjutkan pendidikan tingginya di Belanda, aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI) bersama Hatta. PI merupakan perhimpunan mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Belanda, sebagai salah satu wadah dalam upaya perjuangan kemerdekaan. Sekembalinya Sjahrir dari Belanda ia aktif dalam Pendidikan Nasional Indonesia. Bagi Belanda, mereka merupakan sosok pemberontak pada kolonial, maka mereka kerap kali di penjarakan atau di asingkan ke suatu tempat.

Pada masa pendudukan Jepang, kedunya memilih jalan yang berbeda. Soekarno bersama Hatta memilih untuk berkolaborasi dengan Jepang sedangkan Sjahrir memilih untuk bergerak dibawah tanah. Dalam masa pendudukan Jepang Soekarno sempat menjadi ketua BPUPKI dan aktif dalam PPKI, sedangkan Sjahrir menghimpun massanya untuk mencari informasi mengenai perang antara Jepang dan Amerika, ia sering kali mendengarkan siaran radio untuk mengetahui jalannya perang antara Jepang dan Amerika. Berkat usaha para pemuda meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah kalah perang, maka Soekarno bersama Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Saat peristiwa proklamasi tersebut, Sjahrir tidak ikut serta, ia melakukan perjalanan mengelilingi Jawa.

Kedua, pandangan Sjahrir dan Soekarno dalam masa Revolusi Indonesia

khususnya dalam perjanjian Linggarjati. Setelah kemerdekaan Indonesia, Soekarno menjadi presiden Indonesia dan Sjahrir menjadi Perdana Menteri, walalupun awalnya ia menolak tawaran tersebut. setelah perjalanan mengelilingi Jawa dan melihat antusias masyarakat terhadap Soekarno, maka ia memutuskan untuk bergabung dalam pemerintahan Indonesia. Sebelum menjadi perdana menteri ia sempat menolak ajakan Tan Malaka untuk bergabung dan menggulingkan pemerintahan Soekarno Hatta.


(1)

116

Rika Kartika, 2015

PANDANGAN SUTAN SJAHRIR DAN SOEKARNO TERHADAP PEMERINTAHAN DAN NEGARA INDONESIA 1945-1966

Awal kemerdekaan Indonesia bukanlah masa yang mudah, Belanda dengan berbagai cara berusaha untuk merebut kemerdekaan Indonesia, maka dilakukan suatu perundingan antara Indonesia dengan Belanda yang dinamakan Perjanjian Linggarjati, dimana Sjahrir tampil sebagai perwakilan Indonesia dalam perjanjian tersebut. Hasil perjanjian tersebut disepakati oleh Indonesia dan Belanda, pada saat itu Soekarnopun menyepakati hasil dari perjanjian tersebut. Melalui perjanjian Linggarjati, Indonesia diakui kedaulatannya secara de facto, namun beberapa kalangan menyatakan bahwa perjanjian tersebut memberikan konsesi yang besar bagi Indonesia. Sjahrir sebagai utusan Indonesia dalam perjanjian tersebut pada akhirnya harus lengser dari jabatannya sebagai perdana menteri.

Ketiga, pandangan Soekarno dan Sjahrir dalam pemilu tahun 1955 dan

peristiwa PRRI PERMESTA. Sebagai negara demokrasi Indonesia melakukan pemilihan umum pertamanya pada tahun 1955. Partai Soekarno dan Sjahrir yaitu PNI dan PSI turut menjadi peserta pemilu. Pemilu dilaksanakan dua kali yaitu pada bulan September 1955 untuk memilih DPR dan pada bulan Desember untuk memilih Konstituante. Kemenangan diperoleh oleh partai Soekarno yaitu PNI dengan perolehan suara sebanyak 8.434.653 suara yang sah untuk anggota DPR dan 9.070.218 suara untuk konstituante. Sementara PSI yang merupakan partai Sjahrir hanya memperoleh 753.191 suara untuk kursi DPR dan 695.932 suara untuk konstituante dan menempati urutan kedelapan dalam partai pemenang pemilu.

PRRI PERMESTA merupakan peristiwa pemberontakan yang cukup mengancam kepada pemerintah Indonesia. Pemberontakan ini terjadi di dia tempat yaitu PRRI terjadi di Sumatra Barat, kota Padang sebagai pusatnya dan peristiwa PERMESTA terjadi di Sulawesi Selatan, Makasar sebagai pusatnya. Beberapa tokoh PSI dan Masjumi adalah tokoh sentral dalam upaya pemberontakan tersebut, salah satunya adalah Soemitro Djojohadikusumo yang merupakan kader PSI, dan Sjafrudin Prawiranegara dari Masjumi, sebagai ketua pemberontakan PRRI. Secara otomatis PSI dan Masjumi dianggap sebagai dalang


(2)

117

Rika Kartika, 2015

PANDANGAN SUTAN SJAHRIR DAN SOEKARNO TERHADAP PEMERINTAHAN DAN NEGARA INDONESIA 1945-1966

dari pemberontakan tersebut, termasuk tokoh-tokohnya dan salah satunya adalah Sjahrir. Hal ini menyebabkan kedua partai oposisi tersebut terancam dibubarkan, dan tokoh-tokohnya terancam diapenjarakan atau diasingkan. Pada akhirnya pemberontakan PRRI ini dapat dihentikan pada Mei 1958, sedangkan pemberontakan PERMESTA menyerah pada Juni 1958. Kemudian para tokoh pemberontakan seperti Sjafrudin ditahan sebagai tahanan rumah, sedangkan Soemitro melarikan diri ke luar negeri. Akibat dari kedua pemberontakan tersebut, PSI dan Masjumi dibuabrkan pada tahun 1960.

Keempat, pandangan Sjahrir dan Soekarno terhadap pemerintahan sistem

demokrasi terpimpin. Setelah Sjahrir mundur dari Perdana Mentri, ia tidak lagi aktif dalam politik Indonesia. Sementara Soekarno semakin menunjukan kuasanya, terutama setelah Hatta mundur dari jabatan wakil presiden. Dalam sistem Demokrasi Terpimpin Soekarno tidak lagi menjadi presiden yang hanya sekedar nama. Ia menunjukan kemampuannya sebagai seorang pemimpin dibawah nama Demokrasi Terpimpin dan menghapuskan sistem demorasi liberal yang selama ini dikecamnya. Demokrasi Terpimpin dikuasai oleh segitiga kekuasaan, dimana kekuasaan tertinggi berada ditangan Soekarno sedangkan dua pemegang kekuasaan lainnya adalah Angkatan Darat dan PKI. Dalam masa Demokrasi Terpimpin, Soekarno menjalin hubungan yang cukup erat dengan Rusia dan China. Dengan kedekatannya dengan China, Presiden Soekarno membuat poros Jakarta Beijing dalam sistem ekonomi.

Sejak tahun 1949, Sjahrir tidak lagi terlibat kedalam kehidupan politik di Indonesia, ia menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya, terutama setelah PSI dibubarkan pada tahun 1960. Tahun 1962, ia ditahan karena dianggap sebagai otak dari rencana pembunuhan Presiden Soekarno di Makasar. Walaupun begitu ia tetap mendukung pemerintahan Presiden Soekarno, dan menyarankan para mantan kadernya untuk membantu Pemerintahan apabila diperlukan. Sayangnya ia menderika tekanan darah tinggi yang cukup parah yang mengakibatkan stroke hingga ia mengalami kelumpuhan tidak dapat berbicara. Sampai akhirnya ia dirawat di Zurich Swiss dan meninggal disana.


(3)

118

Rika Kartika, 2015

PANDANGAN SUTAN SJAHRIR DAN SOEKARNO TERHADAP PEMERINTAHAN DAN NEGARA INDONESIA 1945-1966

5.2 REKOMENDASI

Penelitian ini tidak terfokus pada pemikiran Soekarno maupun Sjahrir yang menjadi ideologi yang mereka pegang. Tetapi lebih mendalami pandangan mereka terhadap masalah-masalah tertentu saja. Sehingga selanjutnya penulis berharap ada pengembangan penelitian yang fokus membahas mengenai ide dan pemikiran dari Soekarno dan Sjahrir secara lebih mendalam, atau membahas mengenai pertentangan anatara pemikiran Sjahrir dengan tokoh lain, dan pertentangan pemikiran Soekarno dengan tokoh lain. berikut ini merupakan beberapa rekomendasi yang diajukan, diantaranya sebagai berikut:

Pertama, rekomendasi untuk Lembaga UPI. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wahana menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pemikiran dan tindakan Soekarno dan Sutan Sjahrir, tidak hanya memandang kedua tokoh tersebut sebagai seorang pemimpin tapi juga memandang kedua tokoh tersebut dari sisi humanis.

Kedua, untuk sekolah sebagai salah satu referensi dalam materi pelajaran sejarah di SMA kelas XI semester II sesuai dengan KD yaitu menganalisis perkembangan revolusi Indonesia dan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin. Sehingga siswa tidak hanya belajar mengenai sistem politik,ekonomi, militer dan aspek lain. Siswa dapat memahami tokoh nasional secara lebih mendalam, tidak hanya memahami peranannya, namun dapat meneladani nilai-nilai positif dari sosok Soekarno dan Sjahrir.

Ketiga, untuk peneliti selanjutnya sebagai salah satu rujukan apabila ada yang ingin menulis mengenai Soekarno maupun Sjahrir. Peneliti selanjutnya dapat menuliskan secara mendalam mengani pemikiran dan ideologi Soekarno maupun Sjahrir secara mendalam, selain itu peneliti selanjutnya juga dapat menuliskan menganai pertentangan pemikiran kedua tokoh dengan tokoh lain seperti perbandingan pandangan antara Sjahrir dengan Soebandrio atau perbandingan pandangan antara Soekarno dengan Tan Malaka.


(4)

Rika Kartika, 2015

PANDANGAN SUTAN SJAHRIR DAN SOEKARNO TERHADAP PEMERINTAHAN DAN NEGARA INDONESIA 1945-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Adams, C. (2014). Bung Karno Penyambung Lidah Rakjat Indonesia. Jakarta: Yayasan Bung Karno.

Anwar, R. (2011). Sutan Sjahrir : Negarawan Humanis, Demokrat Sejati yang

Mendahului Zamannya. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Arif Zulkifli, d. (2010). Sjahrir Peran Besar Bung Kecil. Jakarta: PT Gramedia. Burke, P. (2011). Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Dahm, B. (1987). Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta: LP3ES. Dzulkifli, A. (2010). Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil. Jakarta: PT Gramedia. Firdaus, H. (2015). Bung Kecil. In K. O. Santosa, Tan Malaka dan Sjahrir dalam

Kemelut Sejarah (p. 207). Bandung : Sega Arsy.

Hoesin, R. (2010). Terobosan Soekarno dalam Perundingan Linggarjati. Jakarta: Kompas.

Indro, P. N. (2009). Pemikiran Politik Soetan Sjahrir dan Partai Sosialis

Indonesia tentang Sosialisme Demokratis. Bandung: Media Parahyangan.

Ismaun. (2005). Pengantar Sejarah Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana

Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Kahin, G. (2013). Nasionalisme dan Revolusi Indonesia. Depok: Komunitas Bambu.

Kahin, G. M. (1980). Sutan Sjahrir. In R. Anwar, Mengenang Sjahrir (p. 302). Jakarta: Gramedia.

Kasenda, P. (2014). Bung Karno Panglima Revolusi. Yogyakarta: Galang Pustaka. Kasenda, P. (2014). Sukarno Marxisme dan Leninisme. Depok: Komunitas

Bambu.

Laksmi, B. I. (2014). Sosok yang Tak Tercatat. In Kholid, Tan Malaka dan

Sjahrir dalam Kemelut Sejarah (p. 194). Bandung: Sega Asry.

Legge, J. (1996). Sukarno Sebuah Biografi Politik. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Legge, J. (2003). Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan: Peranan


(5)

Rika Kartika, 2015

PANDANGAN SUTAN SJAHRIR DAN SOEKARNO TERHADAP PEMERINTAHAN DAN NEGARA INDONESIA 1945-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Leirissa, R. (1991). PRRI PERMESTA : Strategi Membangun Indonesia Tanpa

Komunis. Jakarta: Grafiti.

Marwati Djoened Poseponegoro, N. N. (2008). Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.

Mohamad, G. (2015). Sjahrir di Pantai. In K. O. Santoso, Tan Malaka dan Sjahrir

dalam Kemelut Sejarah (p. 165). Bandung: Sega Asry.

Mrazek, R. (1996). Sjahrir Politik dan Pengasingan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nuryanti, R. (2007). Perempuan dalam Hidup Sukarno: Biografi Inggit Garnasih. Yogyakarta: Ombak.

Onghokham. (1988). Sukarno; Mitos dan Realitas. In M. d. Sejarah, Taufik

Abdullah, Aswab Mahasin, Daneil Dhakidae (p. 36). Jakarta: LP3ES.

Pickles, D. (1991). Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Prihantanti, B. (2010). Peranan Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia (1945-1947). 2.

Ricklefs, M. (2009). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. Rodee, C. C., Christol, C. Q., Anderson, T. J., & Greene, T. H. (2009). Pengantar

Ilmu Politik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Roem, M. (1980). Bung Kecil yang Berbuat Besar. In R. Anwar, Mengenag

Sjahrir (p. 148). Jakarta: Gramedia.

Roy, S. (1991). Diplomasi. Jakarta: C.V Rajawali.

Sanders, P. (1980). Sjahrir dan Perjanjian Linggarjati. In R. Anwar, Mengenang

Sjahrir (p. 276). Jakarta: Gramedia.

Santoso, L. (2014). Sutan Sjahrir : Pemikiran dan Kiprah Sang Pejuang Bangsa. Jakarta: Palapa.

Sjahrir, S. (1990). Renungan dan Perjuangan. Jakarta: Dian Rakyat. Sjamsudin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekarno. (2015). Bolehkah Sarekat Sekerja Berpolitik. In K. O. Santoso,

Nasionalisme Islamisme Marxisme (pp. 113-114). Bandung: Sega Arsy.

Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Rika Kartika, 2015

PANDANGAN SUTAN SJAHRIR DAN SOEKARNO TERHADAP PEMERINTAHAN DAN NEGARA INDONESIA 1945-1966

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dewi, E. A. (2011). Disertasi: Kehumasan Politik Pemilu Legislatif 2009: Studi

Kasus pada KPU di Wilayah Jawa Barat. Bandung: Pasca Sarjana

Universitas Padjajaran (tidak diterbitkan).

Partasasmita, R. (2012). Budaya Politik dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah

di Kabupaten Bandung: Kasus Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Bandung Tahun 2010 (Disertasi). Bandung: Pasca Sarjana

Universitas Padjajaran . Jurnal:

Fatah, A. (2015). Pengertian Politik Menurut Para Ahli Definisi. academia.edu, 1-2.

Kogoya, D. (2014). Ringkasan dan Catatan tentang Diplomasi- 2014.

academia.edu, 9-10.

Pasaribu, R. (2012). Konsep Konsep Politik. 289.

Sandiah, F. (2014). Sosialisme (Genelogi Konsep Sosialisme dalam Sosiologi).

Academia.edu , 1.

Tawalpi, A. (2014). Negara, Pemerintahan, dan Hubungan antara Masyarakat dan Pemerintahan. acedemia.edu, 2.

Internet:

Adriana. (2015). Pemilihan Umum Legislatif Indonesia 1955. [Online]. Tersedia di:http;//www.wikipedia.org/pemilihan_umum_legialatif_Indonesia_1955[Diakse s 23 Juni 2015]

Agus, S. (2011, Agustus). Biar Sejarah yang Berbicara.[online] Retrieved November 15, 2014, from Serba Sejarah: http://serbasejarah.wordpress.com

Wikipedia. (n.d.). Retrieved November 15, 2014, from Wikipedia: http://wikipedia.com