Sejarah pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila 1916-1945.

(1)

ABSTRAK

SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA

1916-1945

Oleh

YOVITA SEPTIKA SARI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2013

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis 1) Latar belakang lahirnya Pancasila sebagai falsafah negara, 2) Latar belakang pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila, dan 3) Problem kenegaraan apa saja yang di usulkan oleh Soekarno dan penyelesainnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang meliputi: Pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), interpretasi, dan penulisan (historiografi). Model penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan historis, yuridis dan politik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Latar belakang lahirnya Pancasila sebagai falsafah negara adalah adanya perkembangan dan pengaruh pemikiran dunia, yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya nasionalisme Indonesia. Pancasila yang disampaikan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, dapat diterima oleh anggota sebagai usulan dasar negara. Usulan Soekarno tentang Pancasila menjadi rancangan preambule yang disepakati oleh panitia kecil dan termuat dalam alenia keempat UUD 1945, yaitu : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemudian Pancasila disahkan menjadi dasar falsafah negara pada sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), tanggal 18 Agustus 1945. 2) Latar belakang pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila, adalah adanya realita yang terlihat, bahwa bangsa Indonesia memiliki akar kebudayaan yang beragam, sehingga kaya akan nilai-nilai tradisi. Pengalaman pendidikan dan politik yang tumbuh pada masa Hindia Belanda dan juga pengaruh dari para tokoh pergerakan nasional maupun internasional, menjadi suatu pembuktian bagi Soekarno dalam mewujudkan pemikirannya tentang dasar negara Pancasila. 3) Problem kenegaraan yang di usulkan oleh Soekarno dan penyelesainnya, terjawab dengan adanya Pancasila sebagai dasar negara, bentuk negara kesatuan, bentuk pemerintahan republik, sistem pemerintahan presidensial dan memutuskan bahwa wilayah negara Indonesia merdeka adalah bekas wilayah kekuasaan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.


(2)

ABSTRACT

HISTORY OF SOEKARNO’S THOUGHT ABOUT PANCASILA THE STATE FOUNDATION 1916-1945

BY

YOVITA SEPTIKA SARI SANATA DHARMA UNIVERSITY

2013

This thesis aims to describe and analyze 1) the background of the birth of Pancasila as the state’s philosophy, 2) Soekarno’s rationale about Pancasila, and 3) any state problems and their solutions proposed by Sukarno.

The method used in this study is the historical method including: source collection (heuristic), source criticism (verification), interpretation and writing (historiography). The method of the thesis writing is descriptive analytical using a

historical, juridical and political approach. The results of this investigation suggested that: 1) the background of the birth

of Pancasila as the State’s philosophy is the development and influence of the emerging universal thoughts, which later became the forerunner for the establishment of Indonesian nationalism. Pancasila, first proposed on June 1, 1945 in BPUPKI, was accepted by parliament members as the basic proposal for the stateis foundation. The proposal was then considered as the preamble draft, agreed by small committee and fed in the 1945 fourth Paragraph, namely: Belief in the one and only God, Just and civilized humanity, The unity of Indonesia, Democracy guided by the inner wisdom in the unanimity arising out of deliberations amongst representatives, Social justice for all of the people of Indonesia. It was then passed as the state foundation on Preparatory Committee for Indonesian Independence (PPKI), dated August 18, 1945. 2) Soekarno’s rationale on the basis of Pancasila State, is the visible reality, that Indonesia has a diverse cultural roots, and rich in traditional values. Education and political experience that grows during the Dutch East Indies and also the influence of the leaders of national and international movement, encourage Soekarno to realize his thoughts on the basis of the state ideology. 3) The state’s problems and their solution proposed by Sukarno, were answered with the emergence of Pancasila as the state foundation, a state of unity, the government of republic, presidential governance system and decided that the independent territory of the Indonesian state is the territory of the former Dutch East Indies colonial administration.


(3)

SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG

DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

YOVITA SEPTIKA SARI

NIM : 081314017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG

DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

YOVITA SEPTIKA SARI

NIM : 081314017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

KU PERSEMBAHKAN KARYA INI:

Kepada Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberikan limpahan berkat dan kasih. Teruntuk Kedua orang tuaku Petrus Sarju dan Florentina Suparti Kedua adikku: Bernadus Yogi Verdianto dan Agnes Putri Indarti

Terima kasih Tuhan karena ENGKAU telah memberikan kedua orang tua yang begitu luar biasa keluarga yang selalu mendukungku, mengajarkanku cara bertahan hidup, dan meraih mimpi-mimpiku. Sahabat-sahabatku di Pendidikan Sejarah 08 Mari teman kita songsong masa depan yang sesungguhnya Terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini. GBU All.


(8)

MOTTO

Setiap kemajuan mesti didahului oleh kegagalan Berkat ide, maka kegagalan mendorong munculnya

Kemajuan, kegagalan merupakan penderitaan, Namun setelah itu dapat muncul hidup baru.

(Immanuel Kant)

Kesuksesan yang baik Adalah kesuksesasn yang tidak diraih secara Instan.

(Hitam Putih)

Jangan bergantung pada orang lain.

faktanya kamu lebih kuat dari apa yang kamu pikirkan hanya seringkali kamu tidak mempercayainya.

Sesungguhnya sekuat apapun manusia mengandalkan

kemampuan & kekuatannya itu adalah kosong

sebab campur tangan Tuhanlah yang mampu menjawab dan menentukan segalanya.


(9)

(10)

(11)

ABSTRAK

SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA

PANCASILA

1916-1945

Oleh

YOVITA SEPTIKA SARI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2013

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis 1) Latar belakang lahirnya Pancasila sebagai falsafah negara, 2) Latar belakang pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila, dan 3) Problem kenegaraan apa saja yang di usulkan oleh Soekarno dan penyelesainnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang meliputi: Pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), interpretasi, dan penulisan (historiografi). Model penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan historis, yuridis dan politik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Latar belakang lahirnya Pancasila sebagai falsafah negara adalah adanya perkembangan dan pengaruh pemikiran dunia, yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya nasionalisme Indonesia. Pancasila yang disampaikan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, dapat diterima oleh anggota sebagai usulan dasar negara. Usulan Soekarno tentang Pancasila menjadi rancangan preambule yang disepakati oleh panitia kecil dan termuat dalam alenia keempat UUD 1945, yaitu : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemudian Pancasila disahkan menjadi dasar falsafah negara pada sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), tanggal 18 Agustus 1945. 2) Latar belakang pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila, adalah adanya realita yang terlihat, bahwa bangsa Indonesia memiliki akar kebudayaan yang beragam, sehingga kaya akan nilai-nilai tradisi. Pengalaman pendidikan dan politik yang tumbuh pada masa Hindia Belanda dan juga pengaruh dari para tokoh pergerakan nasional maupun internasional, menjadi suatu pembuktian bagi Soekarno dalam mewujudkan pemikirannya tentang dasar negara Pancasila. 3) Problem kenegaraan yang di usulkan oleh Soekarno dan penyelesainnya, terjawab dengan adanya Pancasila sebagai dasar negara, bentuk negara kesatuan, bentuk pemerintahan republik, sistem pemerintahan presidensial dan memutuskan bahwa wilayah negara Indonesia merdeka adalah bekas wilayah kekuasaan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.


(12)

ABSTRACT

HISTORY OF SOEKARNO’S THOUGHT ABOUT PANCASILA THE STATE FOUNDATION 1916-1945

BY

YOVITA SEPTIKA SARI SANATA DHARMA UNIVERSITY

2013

This thesis aims to describe and analyze 1) the background of the birth of

Pancasila as the state’s philosophy, 2) Soekarno’s rationale about Pancasila, and 3)

any state problems and their solutions proposed by Sukarno.

The method used in this study is the historical method including: source collection (heuristic), source criticism (verification), interpretation and writing (historiography). The method of the thesis writing is descriptive analytical using a

historical, juridical and political approach.

The results of this investigation suggested that: 1) the background of the birth

of Pancasila as the State’s philosophy is the development and influence of the

emerging universal thoughts, which later became the forerunner for the establishment of Indonesian nationalism. Pancasila, first proposed on June 1, 1945 in BPUPKI, was accepted by parliament members as the basic proposal for the stateis foundation. The proposal was then considered as the preamble draft, agreed by small committee and fed in the 1945 fourth Paragraph, namely: Belief in the one and only God, Just and civilized humanity, The unity of Indonesia, Democracy guided by the inner wisdom in the unanimity arising out of deliberations amongst representatives, Social justice for all of the people of Indonesia. It was then passed as the state foundation on Preparatory Committee for Indonesian Independence (PPKI), dated August 18, 1945.

2) Soekarno’s rationale on the basis of Pancasila State, is the visible reality, that Indonesia has a diverse cultural roots, and rich in traditional values. Education and political experience that grows during the Dutch East Indies and also the influence of the leaders of national and international movement, encourage Soekarno to realize his

thoughts on the basis of the state ideology. 3) The state’s problems and their solution

proposed by Sukarno, were answered with the emergence of Pancasila as the state foundation, a state of unity, the government of republic, presidential governance system and decided that the independent territory of the Indonesian state is the territory of the former Dutch East Indies colonial administration.


(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasihnya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SEJARAH PEMIKIRAN

SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945 . Skripsi

ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, program studi pendidikan Sejarah.

Penulis menyadari, bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi,Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. S. Adisusilo J.R., S.Th., M.Pd. Selaku dosen pembimbing I dan bapak Drs. Ignatius Sandiwan Suharso sebagai pembimbing II, yang telah memberikan saran, masukan dan bimbingan hingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Seluruh dosen pendidikan Sejarah yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan selama di bangku kuliah.

4. Kedua orang tuaku, nenek, paman dan bibiku, serta Adik-adikku yang telah memberikan dukungan, kasih, semangat dan doa.

5. Seseorang yang aku kasihi, atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini. 6. Sahabat-sahabatku, Linda, Riri, Cristin, Andri, Awan, Cahyo, Pipin, Lisa.


(14)

7. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2008, terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini.

8. Teman-teman mitra-mitri Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, atas motivasi dan dukungannya.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Maka, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 23 Agustus 2013


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 14

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 15

1. Tujuan Penelitian ... 15

2. Manfaat Penelitian ... 15

D. Tinjauan Pustaka ... 16

E. Kajian Teori... 22

F. Metode Penelitian ... 37

1. Metode Penelitian ... 37

a. Pengumpulan Sumber (Heuristik)... 37


(16)

d. Penulisan ... 39

2. Pendekatan ... 39

G. Sistematika Penulisan ... 40

BAB II: LATAR BELAKANG LAHIRNYA PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH NEGARA A. Beberapa Kekuatan Dalam Aliran BPUPKI ... 42

a. Perkembangan dan Pengaruh Pemikiran Barat... 43

b. Masuknya Pemikiran Barat ke Indonesia ... 46

c. Nasionalisme Indonesia ... 48

B. Pancasila Disampaikan Pada Sidang Umum BPUPKI ... 58

a. Gagasan Muhammad Yamin ( 29 Mei 1945) ... 61

b. Gagasan Soepomo ( 31 Mei 1945... 67

c. Gagasan Soekarno ( 1 Juni 1945) ... 70

d. Sidang BPUPKI Tanggal 22 Juni 1945 ... 80

C. Pancasila Dirumuskan dan Diusulkan Sebagai Dasar Falsafah Negara ... 82

a. Perbedaan dan Perdebatan Ideologi Dalam Sidang BPUPKI . 83 b. Sidang Umum BPUPKI II ... 88

D. Sidang Pengesahan Dasar Falsafah Negara Dan UUD... 97

a. Peristiwa Sekitar Proklamasi ... 97

b. Menjelang Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)... 102

c. Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)... 105


(17)

BAB III: LATAR BELAKANG PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA

A. Kebangsaan... 113

B. Internasionalisme atau Perikemanusiaan... 127

C. Mufakat atau Demokrasi ... 130

D. Kesejahteraan Sosial... 134

E. Ketuhanan ... 138

BAB IV: PROBLEM KENEGARAAN YANG DIUSULKAN OLEH SOEKARNO A. Dasar Negara... 142

B. Bentuk Negara ... 147

C. Bentuk Pemerintahan ... 150

D. Sistem Pemerintahan... 153

E. Wilayah Negara ... 156

BAB V: KESIMPULAN... 163

DAFTAR PUSTAKA... 169


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Silabus ... 175

Lampran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 179

Lampiran 3 : Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei- 1 Juni 1945 ... 204

Lampiran 4 : Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10-17 Juli 1945... 204

Lampiran 5 : Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 ... 205

Lampiran 6 : Soekarno penggali Pancasila... 206

Lampiran 7 : Mohammad Yamin... 207

Lampiran 8 : Soepomo... 208

Lampiran 9 : Naskah “ Piagam Jakarta” atau “Jakarta Charter” Yang dihasilkan oleh Panitia Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945 ... 209

Lampiran 10 : Pancasila... 210

Lampiran 11 : Preambule Undang-Undang Dasar... 211


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dasar negara Pancasila yang di miliki oleh bangsa Indonesia, merupakan dasar negara terbaik. Terbukti hingga saat ini dasar negara tersebut masih tetap digunakan dan dihayati oleh masyarakat Indonesia. Dalam Pancasila termuat sila-sila yang tak membela satu golongan pun, tetapi di dalam Pancasila-sila ada keadilan, toleransi, dan keharmonisan bagi setiap golongan suku, agama dan masih banyak lagi. Pancasila adalah penjelmaan cita-cita historis bangsa Indonesia, yang berisi tradisi-tradisi dari zaman Hinduisme, Buddha dan Islam. Kebiasaan-kebiasaan yang lebih dicerminkan dalam adat adalah milik Indonesia sejak zaman kuno. Dari paham-paham yang kuno itulah, mengilhami lahirnya Pancasila.1

Pancasila dianggap dasar negara yang paling cocok bagi bangsa Indonesia, mengingat penduduk Indonesia berasal dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda, hal tersebut merupakan warisan budaya yang begitu luar biasa. Secara formal Pancasila mempunyai akar dalam sejarah, peradaban agama, hidup ketatanegaraan, kegotong royongan, struktur sosial dari masyarakat Indonesia yang diciptakan oleh kebudayaan dan aliran pemikiran atau semangat kebatinan bangsa Indonesia. Perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia yang lampau menitikberatkan pada       

1


(20)

nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan, politik, dan kemasyarakatan.2 Jadi perbedaan-perbedaan tersebut bukanlah menjadi suatu penghalang bagi rakyat yang multikulturalisme, tetapi sebaliknya menjadi alat pemersatu bangsa yang berlandaskan pada Pancasila.

Pada masa Jawa kuno terdapat 2 kerajaan besar yang berhasil mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi seluruh wilayah Indonesia, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Berdasarkan sumber sejarah, kerajaan Sriwijaya sudah mengembangkan tata negara dan tata pemerintahan yang mampu menciptakan peraturan-peraturan yang ditaati oleh rakyat yang berada di wilayah kekuasaannya.3 Dari perkembangan Sriwijaya tersebut, Mohammad Yamin menyebutnya sebagai negara kesatuan Indonesia pertama dengan dasar kedatuan. Pada sistem tata negara dan tata pemerintahan Sriwijaya inilah, dapat ditemukan nilai-nilai Pancasila yang saling berkaitan satu sama lain. Seperti nilai persatuan yang tidak terpisahkan dengan nilai Ketuhanan yang tampak pada raja sebagai pusat kekuasaan dengan kekuatan religius berusaha mempertahankan wibawanya terhadap para Datu. Demikian juga nilai-nilai kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin satu sama lain dengan nilai internasionalisme dalam bentuk hubungan dagang dan menjadi bagian dari birokrasi pemerintahan Sriwijaya.4

       2

P.J. Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1993, hlm. 17. 

3

Ibid., hlm 16. 

4


(21)

Kemerosotan Sriwijaya disusul munculnya kerajaan Majapahit di Jawa, yang berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya ke seluruh nusantara. Puncak birokrasi pemerintahan Majapahit ialah di bawah kekuasaan raja Hayam Wuruk dengan di bantu oleh Apatih Mangkubhumi Gajah Mada.5 Di bawah kekuasaan raja Hayam Wuruk dengan dibantu oleh Apatih Mangkubhumi Gajah Mada inilah, Majapahit telah berhasil mengitegrasikan Nusantara. Faktor-faktor yang dimanfaatkan untuk menciptakan wawasan Nusantara itu ialah: kekuatan religio magis yang berpusat pada sang Prabhu, ikatan sosial kekeluargaan terutama antara kerajaan-kerajaan daerah di Jawa dengan sang Prabhu dalam lembaga Pahom Narendra (keluarga raja). Ikatan ekonomis yang berupa persembahan upeti dalam Pisowanan Agung

untuk pejabat-pejabat daerah di Jawa dan pemungutan pajak oleh pegawai-pegawai raja di luar Jawa. Kekuatan militer yang dikoordinasi oleh Rakryan Juru Pangalasan yang di bawah perintah Apatih Mangkubhumi. Gambaran dari sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut dapat dikatakan bahwa nilai-nilai religius sosial, dan politik merupakan materi Pancasila yang sudah muncul sejak masyarakat Nusantara memasuki zaman sejarah.6

Ditinjau dari segi etnis budaya, Indonesia termasuk negara yang paling hiterogen (beranekaragam) di dunia. Karena terdiri dari 300 kelompok etnis dan 50 bahasa yang satu sama lain amat berbeda. Tentang kehidupan beragama, semua       

5

Ibid., hlm 21. 

6


(22)

agama besar di dunia ada disini, kecuali Yudaisme. Semua agama tersebut berkembang dengan amat baik, hal tersebut semakin menambah keanekaragaman agama dan suku-suku tradisional. Namun semuanya itu seolah tak cukup untuk melukiskan kemajemukan Indonesia. Sebab Indonesia juga majemuk secara ekonomi, sosial dan politis. Kehidupan ekonominya bervariasi antara sistem ladang yang berpindah-pindah, sampai kepada sistem sawah dengan sistem irigasi yang teratur, serta perkebunan-perkebunan yang padat modal. Dari penjaja keliling sampai kepada pabrik-pabrik raksasa yang modern.

Sistem sosialnya pun bervariasi dari desa-desa kecil yang terpencil sampai kepada kota-kota metropolitan yang besar dan maju. Dari masyarakat yang tanpa strata, seperti masyarakat kubu yang bersifat nomaden, sampai kepada masyarakat yang mempunyai susunan yang berlapis-lapis, seperti pada masyarakat-masyarakat kota perdagangan dari industri. Pola sistem kekerabatan pun beraneka ragam, ada yang matrilineal, patrilinieal dan bilateral. Sedangkan sistem politiknya bervariasi antara kesukuan, kerajaan dan sebuah republik modern.7

Suatu hal yang khas pada Indonesia adalah, komposisi dan kemajemukan promordialnya, pluralitas strukturalnya. Sistem nilai tradisional masyarakat Indonesia, secara umum dapat dijelaskan sebagai struktur yang terdiri atas lapisan atau eselon budaya, yaitu asli, India dan Islam. Menurut Kahane, ketiga lapisan itu       

7

Eka Darmaputera, Pancasila Identitas dan Modernitas Tinjauan Etis dan Budaya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987, hlm. 14.  


(23)

tidak pernah benar-benar melebur dan terkristalisasikan, dengan akibat nilai bersama yang bersifat sentral serta sistem normatif di Indonesia tidak pernah tercipta.

Ditinjau dari sudut ekologi sosialnya, kaum abangan yang berpusat di desa-desa, yaitu kaum petani dalam masyarakat Indonesia. Kaum priyayi adalah lapisan atas di dalam masyarakat, yaitu para birokrat yang menguasai kota-kota di daerah pedalaman. Sedangkan kaum santri, merupakan unsur pedagang di dalam masyarakat, dapat dimengerti amat berpengaruh pada kota-kota perdagangan di wilayah-wilayah pesisir. Dengan demikian, kita dapat melihat kemajemukan masyarakat Indonesia juga terletak pada kenyataan tumpang tindihnya perbedaan-perbedaan ekologi sosial, kelas dan primordial, di dalam keadaan mana amat sulit tercipta simbol-simbol dan norma-norma bersama.8 Tiga lapisan budaya yang ada di Indonesia, di mana dua faktor telah membentuk ketiga lapisan budaya itu serta beraneka ragam variasi kombinasi di antara mereka, yang pertama adalah faktor sejarah budaya, dan yang kedua ialah faktor lingkungan di mana masing-masing berkembang. Berikut sejarah terbentuknya ketiga lapisan budaya tersebut

a) Lapisan asli

Hampir semua penduduk Indonesia sekarang, kecuali Irian dan sekitarnya, adalah dari kelompok Deutero-Melayu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh J.H. Krom, menunjukkan, bahwa kehidupan orang-orang melayu mula-mula       

8


(24)

berpusat pada pertanian. Sistem persawahan mendorong banyak macam kegiatan yang ditujukan untuk menahan meluasnya hutan-hutan liar, sehingga mendorong penduduk untuk mencapai tingkat kerjasama timbal-balik serta saling menolong yang tinggi. Hal tersebut memunculkan organisasi sosial yang disebut desa. Kekhasan dari desa ini menjadi ciri yang menetap dari masyarakat Indonesia. Bahkan menurut Muskens, desa adalah simbol dari kepribadian nasional Indonesia.9 Desa adalah simbol dari kepribadian nasional Indonesia. Banyak orang berpendapat, bahwa desa adalah tempat lahir tipe demokrasi asli Indonesia. Sebagai sebuah masyarakat kecil, terjalin erat satu sama lain. Hubungan timbal-balik di antara mereka, terkenal dengan sebutan tulung-tinulung atau

sambat-sinambat. Di balik ikatan tolong-menolong yang bersifat praktis itu,

adalah nilai-nilai moral yang bersifat sentral, mengatur kehidupan bersama mereka, misalnya: gotong-royong (menekankan kerjasama), pada-pada

(menekankan kesamaan), dan tepa selira (menekankan timbang/tenggang rasa). Desa juga merupakan sebuah kesatuan religius. Ritus yang paling sentral adalah

slametan terhadap nenek moyang, serta pendiri desa (cikal-bakal), mereka

didewakan dan dipuja. Animisme, merupakan konsepsi tradisional yang paling dasar. Kehidupan manusia dipercayai sebagai ada di dalam konteks kosmis. Di mana semua manifestasi alam, dipercayai sebagai konsekwensi dari kiprah kekuatan-kekuatan supra-natural. Menurut Vlekke, unsur-unsur pokok dari       

9


(25)

agama asli Indonesia adalah sebagai berikut: pertama, suatu kepercayaan yang bersifat panteistis, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu dan semua kehidupan mempunyai tenaga/energi kehidupan. Enersi ini (jiwa) pada seseorang dapat lebih kuat daripada yang ada pada orang lain.10

b)Lapisan India

Para ahli sejarah tidak mencapai kesepakatan tentang perjumpaan pertama antara kebudayaan asli Indonesia dengan kebudayaan India, apakah terjadi melalui suatu bentuk penaklukan secara militer, atau melalui cara perdamaian, baik dengan perantara perdagangan ataupun agama. Dibalik ketidakpastian mengenai hal tersebut, kita dapat menyebutkan bahwa paling sedikit ada tiga hal yang disepakati oleh kebanyakan pengamat. Pertama, bahwa ketika perjumpaan itu terjadi, Indonesia sama sekali bukanlah negara yang vakum secara sosio-budaya. Kedua, bahwa di dalam perjumpaan itu, kebudayaan Indonesia sama sekali tidak pasif dan tidak hanya menyerah. Ketiga, meskipun pengaruh dari anak benua India itu memang benar-benar kuat, tetapi tidak bisa mencabut lapisan budaya asli. Keberhasilan pengaruh India itu, pada satu pihak adalah oleh karena ia mengandung unsur-unsur yang menarik dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Yakni seperti. Konsep-konsep filsafati serta agamawi yang relatif canggih, serta cara pendekatannya yang khas, membuat lapisan India

       10


(26)

segera diterima oleh lapisan atas dari masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, dan dalam skala yang lebih rendah di Sumatera.11

c) Lapisan Islam

Lapisan disebut kebudayaan pesisir, atau kebudayaan pantai. Kebudayaan ini mulai tumbuh sekitar abad ke 14-18, dan sejak semula amat berkaitan dengan penyebaran agama Islam. Jadi, apabila lapisan asli berkaitan dengan lapisan petani, lapisan India dengan golongan atas, maka lapisan Islam mempunyai jalinan dengan unsur-unsur perdagangan di dalam masyarakat. Keseragaman budaya di antara orang-orang pesisir secara etnis sangat heterogen. Kebudayaan mereka masing-masing merupakan percampuran antara kebudayaan asli dengan kebudayaan Arab dan India Selatan. Islam masuk ke Indonesia melalui rute yang tidak langsung, ia telah menglami “penyaringan” dan “penggodogan” oleh pengalaman-pengalaman religius orang-orang Persia dan India, dan oleh karenanya relatif mengandung unsur mistik yang cukup kuat. Hal tersebut justru dapat diterima dengan mudah oleh penduduk Indonesia, bahkan sampai pada titik dirangkul pula ke dalam sinkretisme Jawa. Pada akhir abad ke-15 dan selama abad ke-16, pengaruh Islam semakin meluas, dan berhasil menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia.12

       11

Ibid., hlm. 26-28. 

12


(27)

Intervesi Barat juga memilki peranan penting bagi kebudayaan Indonesia. Perjumpaan yang terus -menerus dengan peradaban barat berhasil membentuk suatu lapisan budaya baru. Pengaruh kebudayaan terbesar adalah, bahwa periode ini merupakan latar belakang bagi lahirnya Republik Indonesia yang modern dan merdeka. Kebudayaan barat dapat dikatakan tidak pernah bersinggungan secara intensif dengan kehidupan rakyat banyak.

Weber, dalam bukunya yang amat terkenal, pernah menjabarkan “roh kapitalisme”, yang merupakan keunikan kebudayaan barat, antara lain dalam bentuk: minat yang sungguh-sungguh kepada yang baru, semangat berpetualang dalam mengusahakan hal-hal baru, kesadaran individualism yang dalam, penghargaan yang tinggi kepada materi, dan pemujaan terhadap kerja sebagai suatu “panggilan”. Roh semacam itu tidak dengan begitu saja dapat ditanamkan di tempat lain, ia membutuhkan lahan yang cocok.13

Seluruh masyarakat Indonesia pada dasarnya terstrukturkan menurut negara-pusat---masyarakat-desa (Tichelman) atau poros “Negara-Desa” (Greetz), dengan lapisan yang amat lemah dan tipis di antara kedua kutubnya. Di sampan itu, pengambil operan beberapa unsur kebudayaan Barat juga mempunyai dampak yang tak dapat dipandang remeh. Abad ke-19 ditandai oleh semakin banyaknya priyayi muda yang menikmati pendidikan Barat, dan di dalam kenyataan mampu meyerap kebudayaan Barat ke dalam diri mereka.14

       13

Ibid., hlm. 38. 

14


(28)

Soekarno mengatakan, bahwa puncak penderitaan bangsa Indonesia adalah perang dengan segala akibatnya, yakni kemiskinan dan kemelaratan. Pada tanggal 1 Maret 1945 pemerintah Jepang meresmikan terbentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas dari badan tersebut, adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan segi-segi politik, ekonomi, tata pemerintahan dan lain-lain, yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka.15Melihat dari latar belakang Indonesia pada masa tradisional, Soekarno berusaha memahami dan menggali Pancasila.

Gagasan Pancasila disampaikan pertama kali oleh Soekarno di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945. Hari-hari sebelum tanggal 1 Juni 1945, telah terjadi perdebatan yang tajam, mencerminkan perbedaan pendapat di antara golongan sesama anggota BPUPKI yang berjumlah lebih dari 60 orang.16 Namun perdebatan-perdebatan tersebut berubah, setelah Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya yaitu “Pancasila

Dasar Negara Indonesia Merdeka”. Semua perdebatan tersebut seolah menemukan

alurnya, dan seperti kelahirannya, dasar negara Indonesia merdeka itu telah melalui

       15

A.M.W. Pranarka, Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila, Jakarta : Yayasan Proklamasi Centre For Strategic and Internasional Studies, 1985, hlm. 25. 

16

Saafroedin Bahar et.al., Risalah Sidang Badan Peyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 28 Mei 1945-22 Agustus 1945, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995, hlm. xxv-xxvi.


(29)

perdebatan sesama anggota BPUPKI. Soekarno juga mengharapkan agar dalam badan perwakilan Indonesia merdeka kelak, demi terciptanya undang-undang yang mencerminkan hati nurani rakyat dengan tak terkecuali. Dasar negara Indonesia, yakni Pancasila tidak pernah menolak perbedaan pendapat, suku, agama, status sosial. Tetapi perbedaan-perbedaan yang beraneka ragam tersebut sebaliknya melebur menjadi satu dalam ikatan persatuan sebagai cermin kepribadian bangsa, yaitu musyawarah mufakat “Bhinneka Tunggal Ika”.17

Pemikiran Soekarno tentang Pancasila, tidak lepas dari pengaruh pergerakan politik yang telah ada dalam jiwanya. Terutama sejak ia tinggal di rumah pemimpin nasionalis Tjokroaminoto saat Soekarno bersekolah di HBS di Surabaya. Pendidikan yang ia jalani selama bertahun-tahun ini, sebagian besar adalah pendidikan Belanda dan Barat. Di sekolah HBS inilah, sebagai seorang pelajar Belanda dan di rumah yang ditumpanginya tersebut ia mulai berkenalan dengan paham nasionalisme. Paham yang mulai bersemi dan yang berlindung di bawah sayap Marxisme Barat, memiliki ciri suatu ideologi kebebasan.18 Pengaruh nasionalisme dalam diri Soekarno terus berkembang sampai ia menjadi mahasiswa di Bandung, ia semakin gencar menentang kolonialisme dan imperealisme yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut membuat pemerintah kolonial risau tatkala Soekarno mendirikan partai politik yang dianggap bertujuan untuk merobohkan       

17

Soekarno, Pancasila Sebagai Dasar Negara, Jakarta : Inti Idayu Press-Yayasan Pendidikan Soekarno, 1984, hlm. V. 

18


(30)

pemerintahan Hindia-Belanda. Soekarno menjelma menjadi seorang pemimpin yang ditakuti sekaligus disegani. Pemikiran-pemikiran dan pidato yang ia miliki dituangkan dengan tajam dan luas mengenai keadaan politik internasional dan masyarakat Indonesia dibawah penjajahan asing.19

Masuknya pemikiran Barat ke Indonesia, telah memberikan dampak yang begitu hebat, di mana munculnya gerakan kebangkitan nasional ditandai oleh berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. BU menghendaki pendidikan rakyat, sehingga dapat terangkatlah harkat, derajat dan martabatnya.20 Berawal dari pergerakan Budi Utomo inilah, kemudian bermunculan berbagai organisasi lainnya yang memiliki semangat perjuangan bagi perbaikan nasib bangsa Indonesia.

Lahirnya Pancasila, adalah buah pemikiran yang luar biasa dari seorang Soekarno. Pemikiran Soekarno mencapai puncaknya pada tahun 1945, ketika ia mengemukakan gagasan tentang dasar Negara di depan sidang umum BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Soekarno telah berjasa besar atas terciptanya dasar negara Pancasila yang masih kita digunakan hingga saat ini. Di mana perumusuan tersebut bertujuan untuk membawa bangsa Indonesia pada arah yang lebih baik. Pancasila menjadi satu-kesatuan dan paham kebangsaan yang mengacu pada perasaan, sikap

       19

Soekarno, Indonesia Menggugat, Jakarta: Penerbit S.K.Seno, 1951, hlm. 1. 

20

G. Moedjanto, Dari Pembentukan Pax Neerlandica sampai Negara Kesatuan Republik Indonesia,


(31)

mental cinta tanah air, bangsa dan negara serta kesediaan berkorban demi kepentingan kesejahteraan seluruh masyarakatnya.21

Paham kebangsaan telah dihayati dan diresapi oleh rakyat Indonesia selama proses pergerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan. Secara konkrit dituangkan sebagai landasan idiil Pancasila dalam landasan konstitusional UUD 1945, dengan Pancasilanya merupakan kesatuan tak terpisahkan. Pancasila merangkum sejelas-jelasnya seluruh subtansi, isi dan esensi dari paham kebangsaan Indonesia. Jika bangsa Indonesia tidak mengacu pada Pancasila dan UUD 1945, merupakan suatu tindakan ahistoris yang mengarah kepada bentuk penyimpangan.22 Pancasila bagi bangsa Indonesia mengandung berbagai pengertian, antara lain sebagai pandangan hidup bangsa dan ideologi nasional disatu pihak juga sebagai dasar negara Indonesia. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa Pancasila, selain merupakan konsep kultural juga merupakan konsep politik serta konsep hukum.23

       21

Sejarah Lahirnya Pancasila, Jakarta : Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA), 1995, hlm. 3. 

22

Ibid 

23

Pariata Westra, Pancasila Dalam Empat Pilar Utama Negara-Bangsa Edisi I, Yogyakarta : Pusat Dokumentasi Kepustakaan Balai Pembina Administrasi dan Manajemen, 2011, hlm. 1. 


(32)

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apa latar belakangnya dan bagaimana lahirnya Pancasila sebagai dasar falsafah negara?

2. Apa latar belakangnya dan bagaimana pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila?

3. Problem kenegaraan apa saja yang dikemukakan oleh Soekarno dan bagaimana penyelesainnya?

Pada persoalan yang pertama antara lain akan dijelaskan tentang latar belakang Pancasila sebagai dasar falsafah negara, yang di sampaikan Soekarno pada sidang umum Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pengesahan dasar falsafah negara dan UUD dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Pada persoalan kedua akan dijelaskan pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila, yaitu kebangsaan sebagai sila pertama dan Internasionalisme atau perikemanusiaan sebagai sila kedua, mufakat demokrasi sebagai sila ketiga, sila kesejahteraan sosial, dan Ke-Tuhanan sebagai sila keempat dan kelima.


(33)

Pada permasalahan ketiga akan di jelaskan tentang problem kenegaraan yang dikemukakan oleh Soekarno dan penyelesaiannya tentang dasar negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan dan wilayah negara.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah : 1. Untuk menjelaskan apa latar belakangnya dan bagaimana lahirnya Pancasila

sebagai dasar falsafah negara.

2. Untuk menjelaskan apa latar belakangnya dan bagaimana pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila.

3. Untuk menjelaskan problem kenegaraan apa saja yang dikemukakan oleh Soekarno dan bagaimana penyelesainnya.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan ini adalah: a. Bagi Penulis

Penulisan ini menjadi suatu makna yang berharga bagi penulis, dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Pancasila. Hal tersebut sangat berguna sebagai pembelajaran dan wawasan penulis supaya mampu mengimplementasikan Pancasila dengan baik sebagai pandangan hidup bangsa.


(34)

b. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penulisan skripsi ini, diharapkan melaksanakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi, yakni bidang penelitian, skripsi ini diharapkan dapat menambah kekayaan khasanah pustaka sejarah sebagai bahan bacaan yang berguna bagi pembeljaran sejarah, khususnya mengenai Sejarah pemikiran Soekarno tentang Pancasila 1916-1945.

c. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah

Skripsi ini diharapkan mampu menarik minat mahasiswa pendidikan Sejarah untuk mempelajari lebih dalam mengenai sejarah pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila 1916-1945. Hal tersebut dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa.

D. Tinjauan Pustaka

Sumber sejarah pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan pancaindera yang lain atau dengan alat-alat mekanik seperti telepon dan lain-lain untuk mengetahui suatu peristiwa. 24 Sumber primer itu tidak perlu asli (asli yang dimaksud di sini adalah bahwa dari sumber yang ada dalam peristiwa tersebut) tetapi sumber primer itu hanya harus asli dalam artian kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain, melainkan berasal dari sumber

       24


(35)

pertama. Dengan demikian sumber primer harus dihasilkan oleh seseorang yang sejaman dengan peristiwa yang dikisahkan.25

Adapun sumber yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah berupa sumber tertulis yang diperoleh melalui buku-buku dan surat kabar. Buku-buku dan surat kabar yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)26.Buku yang diterbitkan oleh Sekretariat Republik Indonesia ini, memaparkan tentang awal BPUPKI dibentuk dan proses kerja BPUPKI sendiri. Dimana didalamnya terurai dengan jelas, tentang berlangsungnya sidang-sidang yang dilaksanakan oleh BPUPKI. Dalam sidang-sidang tersebut muncul perdebatan-perdebatan dari para penggagas dasar negara Pancasila hingga terbentuknya UUD 1945. Buku ini digunakan untuk membahas bab II, III dan IV.

Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila27. Buku ini menguraikan mengenai sejarah perkembangan pemikiran tentang Pancasila sebagai ideologi, dasar negara dan sumber hukum. Pemikiraan-pemikiran tentang Pancasila mempunyai sejarah perkembangannya, di mana Pancasila merupakan hal yang fundamental bagi       

25

Ibid., hlm. 35-36. 

26

Saafroedin Bahar., et.al., Risalah Sidang Badan Peyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 28 Mei 1945-22 Agustus 1945, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995. 

27

Buku ini merupakan disertasi yang ditulis oleh A.M.W. Pranarka, yang memberikan dokumentasi lengkap mengenai pemikiran dan pengkajian tentang Pancasila. Dan diterbitkan oleh Yayasan Proklamasi Centre For Strtegis and Internasional Studies Jakarta, pada tahun 1985. 


(36)

Indonesia. Bagian Heuristik dalam buku ini mengungkapkan konteks sejarah dari sumber-sumber pemikiran mengenai Pancasila itu. Penggambaran sejarah perkembangan pemikiran mengenai Pancasila sebagai suatu Ideen Geschichte. Disini dikemukakan pendapat-pendapat dan latar belakang berbagai aliran yang ikut membentuk sejarah pemikiran Pancasila. Memuat suatu analisa kritis atas sejarah perkembangan pemikiran suatu ideologi Pancasila dalam eksistensi, esensi maupun operasionalisasi Pancasila. Buku ini digunakan untuk membahas bab II dan bab III. mengenai Pancasila disampaikan dalam sidang umum BPUPKI dan perdebatan-perdebatan penganut ideologi yang berbeda-beda.

Pancasila Sebagai Dasar Negara28, buku yang diterbitkan oleh Inti Idayu Press. Buku ini mengupas tentang bagaimana sosok Soekarno sebagai penggali Pancasila. Soekarno percaya bahwa Pancasila merupakan dasar negara republik Indonesia yang mampu menjadi alat pemersatu bangsa. Pemikiran Soekarno dipengaruhi oleh wawasan barat, dimana ia membandingkan perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai suatu kemerdekaan. Soekarno menguraikan mengapa ia menggali Pancasila sebagai dasar negara dan juga tentang arti, inti dari sila-sila yang terdapat dalam Pancasila itu sendiri. Buku ini digunakan untuk membahas bab III, tentang penjelasan Soekarno tentang Pancasila, yang bukanlah hasil renungan

       28

Buku ini merupakan kumpulan kursus tentang Pancasila oleh presiden Soekarno di Istana Negara, Jakarta pada tanggal 26 Mei, 5 Juni, 16 Juni, 22 Juli, dan 3 September 1958. Serta kuliah umum pada seminar Pancasila di Yogyakarta tanggal 21 Februari 1959 dan pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945. 


(37)

semalam saja. Tetapi pikiran tersebut telah dipersembahkan Soekarno sejak bertahun-tahun lamanya.

Uraian Pancasila di Lengkapi dengan Dokumen Lahirnya Pancasila 1 Juni 194529, buku yang diterbitkan oleh MUTIARA. Dalam buku ini dipaparkan lampiran notulen sidang-sidang Panitia Lima saat merancang dan merumuskan pengertian-pengertian Pancasila dalam uraian Pancasila tersebut. Dimana Panitia Lima merupakan bekas panitia Sembilan yang menandatangani perumusan pembukaan UUD 1945. Buku ini digunakan untuk membahas bab III, dimana pada waktu merancang UUD 1945 dapat dilihat tujuan negara Indonesia yang dilihat dari struktur masyarakt asli, yang tidak lain ialah ciptaan kebudayaan Indonesia sendiri.

Pantjasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia30. Buku ini merupakan kumpulan tiga uraian pokok-pokok persoalan tentang Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Yang kedua, yaitu tentang pembukaan Undang-undang dasar 1945. Serta yang ketiga ialah berita pemikiran ilmiah tentang kemungkinan jalan keluar dari kesulitan mengenai Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia. Buku ini di gunakan untuk

       29

Buku ini adalah turunan dari naskah asli uraian Pancasila yang ditandatangani para anggota Panitia Lima di Jakarta tanggal 18 Februari 1975 dan di Lugano, Swiss pada tanggal 18 Maret 1975, yang turunannya oleh Panitia Lima disampaikan pula kepada presiden Soeharto dengan sebuah delegasi yang dipimpin oleh Jendral Soerono pada tanggal 23 Juni 1975. 

30

Buku ini merupakan pidato pada promosi Honoris Causa dalam Ilmu hukum, yang dilakukan oleh senat Universitas negeri Gajah Mada terhadap Ir. Soekarno. 


(38)

membahasa bab II, tentang analisa pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang umum BPUPKI, Pancasila sebagai falsafah Negara.

Tjamkan Pantja Sila! Pantjasila Dasar Falsafah Negara31. Buku ini merupakan pidato-pidato mengenai Pancasila yang di sampaikan oleh Soekarno. Berisikan pemikiran/gagasan yang di sampaikan Soekarno pada sidang umum BPUPKI. Serta makna setiap sila sebagai dasar falsafah Negara. Buku ini akan digunakan untuk membahasa bab II dan bab III.

Dibawah Bendera Revolusi.32 Buku ini menguraikan dengan jelas isi dari hasil pemikiran Soekarno yang dituangkan dalam tulisan-tulisan, yang banyak dipengaruhi oleh pemikir/tokoh-tokoh dunia untuk memimpikan dan menciptakan Indonesia yang merdeka selama menjadi mahasiswa dan kapan ia mulai terjun ke panggung politik, kemudian muncul sebagai seorang pemimpin. Buku ini digunakan untuk membahas bab II dan bab III, mengenai sejarah pemikiran Soekarno dalam setiap tahap kehidupannya, hingga mampu menggali Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Kepada Bangsaku Karya-karya Lengkap Bung Karno Pada Tahun 1926-195733. Buku ini sama persis isinya dengan buku Dibawah Bendera Revolusi. Dimana isinya merupakan tulisan-tulisan Soekarno yang memiliki pemikiran luar       

31

Departemen Penerangan, Tjamkan Pantja Sila! Pantjasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta: Pradnja Paramita,1964. 

32

Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Jakarta : Panitia Penerbit di Bawah Bendera Revolusi jilid I, 1965. 

33

Soekarno, Kepada Bangsaku Karya-karya Lengkap Bung Karno Pada Tahun 1926-1957, Jakarta: Panitia Pembina Djiwa Revolusi. 


(39)

biasa dalam menyikapi segala persoalan dan kejadian di Indonesia pada saat itu, Soekarno maju ke panggung politik untuk memperjuangkan bangsanya agar dapat meraih kemerdekaan dan lepas dari penjajah. Buku ini digunakan untuk membahas bab III.

Indonesia Menggugat.34 Buku ini berisi pembelaan Soekarno dimuka hakim kolonial pada tahun 1930. Sebagai seorang pemimpin partai politik PNI, ia dituduh memimpin suatu partai politik dengan tujuan untuk merobohkan dengan kekerasan pemerintah Hidia-Belanda yang berkuasa pada waktu itu. Pada akhirnya Soekarno dijatuhi hukuman empat tahun penjara. Buku ini digunakan untuk membahas bab III, saat Soekarno tengah menentang imperialisme dan kapitalisme.

Bung Karno Putera Fajar,35buku yang diterbitkan oleh Gunung Agung Jakarta pada tahun 1966. Buku ini menguraikan tentang siapa sosok Soekarno, siapa saja tokoh-tokoh yang sangat mempengaruhi pemikiran-pemikirannya, cita-cita dan perjuangannya dalam meraih kemerdekaan. Hingga Soekarno dikenal sebagai tokoh dunia yang berpengaruh. Buku ini digunakan untuk membahas bab II dan III tentang latar belakang lahirnya pemikiran sila-sila Pancasila.

Sari Pandangan Sarjana-sarjana Tatanegara Seluruh Dunia dari Sokrates hingga Ir. Soekarno.36Buku ini berisi himpunan dan uraian-uraian beberapa sarjana

       34

Soekarno, Indonesia Menggugat, Jakarta : S.K. Seno, 1951. 

35

Solichin Salam, Bung Karno Putera Fajar, Jakarta: Gunung Agung, 1966. 

36

Mr. Soenarko, Sari Pandangan Sarjana-sarjana Tatanegara Seluruh Dunia dari Sokrates hingga Ir. Soekarno, Jakarta: N.V.Hidup, 1951. 


(40)

tatanegara. Buku ini membantu mengemukakan beberapa sari pandangan para ahli ketatanegaraan yang umumnya telah diakui dan berjasa dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya mengenai kenegaraan. Buku ini akan digunakan untuk membahas bab IV.

Hukum Tatanegara Sistem Pemerintahan Negara. 37Buku ini menjelaskan tentang sistem ketatanegaraan, sistem pemerintahan serta bentuk-bentuk Negara. Buku ini akan digunakan untuk membahas bab IV.

E. Kajian Teori

Heurmeneutika, kata heurmeneutika adalah terjemahan dari bahasa Inggris

hermeneutics. Kata terakhir ini berasal dari kata kerja Yunani hermeneuo yang berarti mengungkapkan pikiran-pikiran seseorang dalam kata-kata. Ketiga pengertian ini sebenarnya juga menerjemahkan dan juga bertindak sebagai penafsiran. Pemikiran-pemikiran tersebut sebenarnya hendak mengungkapkan bahwa hermeuneutika merupakan untuk beralih usaha dari sesuatu yang relatif gelap kesesuatu yang lebih terang. Dalam pengertian pertama hermeuneutika dipahami sebagai peralihan dari suatu yang relatif abstrak dan gelap, yakni pikiran-pikiran kedalam bentuk ungkapan-ungkapan yang jelas, yaitu dalam bentuk bahasa. Pemadatan pemikiran dalam bahasa sudah merupakan penafsiran. Dalam pengertian kedua, “menerjemahkan”, terdapat usaha mengalihkan diri dari bahasa asing yang maknanya gelap bagi kita sendiri yang maknanya jelas. Dalam pengertian ketiga,       

37


(41)

pada waktu seseorang sedang menafsirkan sesuatu, ia melewati suatu ungkapan pikiran yang kurang jelas, bentuk pemikiran yang kurang jelas diubah menjadi bentuk pemikiran yang lebih jelas, hal itulah yang disebut menafsirkan. Di masa lampau hermeuneutika memiliki arti yang luas, yaitu sejumlah pedoman untuk pemahaman teks-teks yang bersifat otoritatif, seperti: dogma dan kitab suci. Hermeuneutika atau penafsiran adalah ciri khas manusia, karena manusia tak dapat dibebaskan dari kecenderungan dasarnya untuk member makna.38

Pemikiran, erat kaitannya dengan situasi yang mengalami proses perluasan diri dari individu yang merupakan contoh khas dari penyingkapan setiap macam pengetahuan yang ditentukan secara situasional. Setiap macam pengetahuan dapat dipahami hanya dengan metode penafsiran, dan tahap-tahap pemahaman itu terproses pada klarifikasi individu. Sesuai dengan kenyataan, bahwa klarifikasi diri itu memungkinkan perluasan pengetahuan. Penekanan ini membuat sebuah pembedaan yang jelas apakah seorang individu menyadari dorongan-dorongan untuk mencirikan pemikiran dan pandangannya.39 Pemikiran memunculkan gagasan yang mampu menafsirkan kembali masa lampau dalam terang pengalaman-pengalaman pokoknya.40 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ide/gagasan adalah rancangan yang tersusun di pikiran, artinya sama dengan cita-cita. Selama gagasan

       38

F. Budi Hardiman, Hermeneutik: Apa itu?, Yogyakarta: Basis Vol. XL, No. 1-12,1991, hlm. 3-4. 

39

Mannheim Karl, Ideologi dan Utopia Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, Yogyakarta:Kanisius, 1991, hlm. 51-52. 

40


(42)

belum dituangkan menjadi suatu konsep dengan tulisan maupun gambar yang nyata, maka gagasan masih berada di dalam pikiran.41

Filsafat dan pandangan hidup, Pancasila dapat dipandang sebagai dalil-dalil filsafat atau sebagai dasar negara. Pancasila sebagai dalil-dalil-dalil-dalil filsafat merumuskan manusia dalam semesta-realitas, jadi merupakan Weltanschauung. Pancasila sebagai dasar negara pada konkretnya adalah negara yang berdasarkan Pancasila.42 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat sendiri memiliki pengertian: pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada sebab akal dan hukumnya.43 Kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup, adalah manusia mementingkan pengertian dalam mengutamakan pandangan yang hendak diketahui kebenarannya. Manusia berpikir tentang realitasnya sendiri. Dengan demikian, pengertiannya abstrak (ialah filsafat) beralih menjadi pandangan atau lebih baik: pendirian hidup.44

Ideologi dan tujuan ideologi istilah ideologi berasal dari kata Yunani

(Greek) eidos dan logos. Eidos yang berasal dari kata kerja mempunyai arti melihat, memandang, berarti gambaran pandangan. Karena memikir itu juga mirip dengan memandang, maka eidos juga berarti pikiran (idea). Logos disini berubah menjadi       

41

http://id.wikipedia.org/wiki/Gagasan, diakses pada tgl 18/10/2012 

42

A. Sudiarja, SJ (Koord), Karya Lengkap Driyarkara (Menalar Dasar Negara Indonesia Telaah Filsafat Pancasila), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm. 854-855. 

43

Hasan Alwi (Red), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hlm. 317. 

44


(43)

logia, berarti kata, pengertian, ucapan. Logi berarti pengertian atau ilmu pengetahuan, namun dalam istilah ideologi, kata logi tidak menunjuk ilmu pengetahuan. Ideologi adalah kesatuan idea-idea, kesatuan itu dimiliki dengan dan dalam logos atau pengertian. Dengan ini tampaklah bahwa ideologi kita dipandang sebagai sesuatu yang baik, bahwa ideologi menjadi pengertian yang fundamental tentang realitas, bahwa ideologi adalah realitas dan ke realitas. Menurut Marxisme ideologi itu tidak obyektif, bahwa ideologi itu suatu kebohongan. Tetapi mengapa ideologi-ideologi itu dianut? Menurut Marxisme ideologi dianut karena menguntungkan. Misalnya, karena vested interest. Misalnya mitos-mitos yang dikarang untuk mempertahankan kedudukan kaum bangsawan sampai-sampai orang berani mengatakan bahwa asal-usul rajanya adalah dari kedewaan. Menurut pandangan dari kaum Marxis, banyak ideologi berasal dari kaum kapitalis dan untuk kepentingan kapitalis. Ideologi itu berarti kompleks dan merupakan satu-kesatuan yang fundamental. Untuk menerapkan pikiran tersebut pada Pancasila, baiklah kita melihat bahwa Pancasila merupakan ideologi negara, yang artinya ideologi yang menjadi dasar hidup kenegaraan.45

Ideologi merupakan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Sedangkan ideologi politik merupakan sistem kepercayaan yang menerangkan dan       

45


(44)

membenarkan suatu tatanan politik yang ada atau yang dicita-citakan dan memberikan strategi berupa prosedur, rancangan, instruksi, serta program untuk mencapainya.46 Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.47

Dasar kebangsaan pada tahun 1882 Ernest Renan telah mengemukakan

pendapatnya tentang paham “bangsa”. Bangsa menurutnya adalah suatu nyawa, suatu azas-akal, yang terdiri dari dua hal: pertama-tama rakyat itu dulunya harus bersama-sama menjalani suatu riwayat. Kedua, rakyat itu sekarang harus mempunyai kemauan, keinginan hidup menjadi satu. Bukan berdasarkan jenis ras, bahasa, agama, persamaan tubuh, dan bukan pula batas-batas negeri yang menjadikan “bangsa” itu. Sedangkan menurut Otto Bauer yang juga mempelajari soal bangsa, menurutnya bangsa adalah suatu persatuan perangai yang terjadi dari persatuan hal-ikhwal yang telah dijalani oleh rakyat itu.48

       46

Ibid, hlm. 417. 

47

http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi, diakses pada tgl 5 Juni 2012 

48

Soekarno, Kepada Bangsaku Karya-karya Lengkap Bung Karno Pada Tahun 1926-1957 (Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme), Jakarta: Panitia Pembina Djiwa Revolusi, hlm 12; Di bawah Bendera Revolusi


(45)

Nasionalisme-Internasionalisme atau perikemanusiaan: nasionalisme dapat disebut semacam etno-sentrisme atau pandangan yang berpusat pada bangsanya. Gejala seperti semangat nasional, kebanggaan nasional dan patriotisme. Hal tersebut terdapat pada semua bangsa, sebagai suatu gejala umum untuk mensolidarisasikan diri dengan suatu kelompok yang senasib. Kata nasionalisme mencakup dua arti:

a) Dalam arti nasionalistis, dimaksudkan suatu sikap yang keterlaluan, sempit dan sombong. Sikap kurang dewasa ini tidak menghargai orang dan bangsa lain seperti semestinya.

b)Nasionalisme (nasionale Staat) dapat juga menandakan sikap nasional yang positif, yakni mempertahankan kemerdekaan dan harga diri bangsa dan sekaligus menghormati bangsa lain. Inilah kebangsaan yang luas pandangannya serta dewasa dan adil. Nasionalisme yang seperti ini sangat berguna untuk membina rasa persatuan antara penduduk negara yang heterogen (karena perbedaan suku, agama, asal-usul, misalnya dalam negara emigrasi seperti Australia). Hal tersebut berfungsi untuk membina rasa identitas dan kebarsamaan dalam negara serta bermanfaat pula untuk mengisi kemerdekaan yang telah diperoleh.49

       49

A. Heuken SJ, et all., Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila Jilid III, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Karya, 1983, hlm. 218-219. 


(46)

Menurut P.J. Suwarno pengertian kebangsaan itu sendiri sangat kompleks dan berubah-ubah setiap saat.50 Nasionalisme sendiri muncul pada abad ke-18 dalam suasana liberalisme diantara bangsa-bangsa Eropa yang merasa perlu menekankan identitas dan kesamaan derajatnya dengan Inggris dan Perancis yang pada saat itu merupakan negara yang paling maju.51 Pada saat itu di Inggris perkembangan industri sudah mendorong kelas menengah dan kelas bangsawan yang menjadi penasehat di Parliamentum menjadi kuat terhadap raja, sehingga akhirnya menghasilkan revolusi agung (glorious revolution 1688) yang memperkuat kedudukan Parliamentum dengan partai Whig yang mendapat dukungan secara umum. Sehingga dapat dikatakan dari sinilah nasio dan nasionalisme Inggris muncul. Nasionalisme Inggris berkembang bersamaan dengan perkembangan indusri di Inggris, yang disebut Jingoisme dan menjelma menjadi imperialism yang kapitalistik menguasai daerah-daerah Asia, Amerika, Australia, dan Afrika. Nasionalisme Inggris ini kemudian berkembang menjadi demokratisme yang menuntut perluasan perwakilan dalam Parliamentum.52

Nasionalisme “murni” di Indonesia (yang tidak merupakan bagian dari ideologi lain, mis. Keagamaan atau Marxisme), mungkin lahir diantara kelompok-kelompok mahasiswa Indonesia (kaum intelektual) pada tahun 20-an. Mereka       

50

P. J. Suwarno, Seri Pengetahuan dan Pengajaran Sejarah (Kumpulan Karangan Ilmiah), Seri XX (Bulan Agustus 1993-Juni 1994) (Nasio dan Nasionalisme), Yogyakarta: Jurusan Sejarah Fak. Sastra dan Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, 1994, hlm. 1. 

51

A. Heuken SJ, et all, loc. cit

52


(47)

menyadari bahwa Islamisme dan Marxisme tidak akan mampu menggerakkan seluruh rakyat untuk membebaskan diri dari penjajahan.53 Dengan memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dari bangku sekolah modern yang didirikan oleh pemerintah Belanda, kaum intelektual Indonesia sadar, bahwa bangsa bangsanya telah kehilangan hak-haknya. Kesadaran itu terus berkembang dan muncullah usaha emansipasi dalam bentuk gerakan budaya Budi Utomo, gerakan sosial religius Sarekat Islam, gerakan nasionalistik Indische Partij, PNI dan sebagainya.54 Internasionalisme merupakan suatu kebanggaan dalam mendirikan negara Indonesia merdeka yang menuju pula pada kekeluargaan bangsa-bangsa. Internasionalisme disini berbeda dengan Chauvinisme, yang menyombongkan negerinya sendiri dan menghina bangsa-bangsa lain. Chauvinisme merupakan rasa nasionalisme yang berlebih-lebihan dengan mudah akan meningkat pada rasialisme dan menyempitkan cakrawala sesorang atau bahkan suatu bangsa. “Rasa gila bangsa” ini menjelma dalam penghinaan dan kebencian terhadap bangsa lain dan terlalu mengutamakan darah/nation sendiri.55

Mufakat dan demokrasi  mufakat berarti, setuju seiya sekata , sepakat dan tidak ada satu orang pun yang menolak sebuah usul itu. Persetujuan kata sepakat

       53

A. Heuken SJ, et all, op. cit., hlm. 221. 

54

P. J. Suwarno,1994, hlm. 6. 

55


(48)

telah tercapai antara kedua belah pihak.56 Musyawarah berasal dari kata Syawara

yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah-istilah lain dalam tata Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan

“syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Kewajiban

musyawarah hanya untuk urusan keduniawian. Jadi musyawarah adalah merupakan suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian.57 Demokrasi dan

Kebebasan, istilah demokrasi secara umum berasal dari bahasa Yunani, yaitu

“demos” artinya rakyat dan “kratia” artinya pemerintahan. Jadi demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat untuk rakyat atau pemerintahan oleh mereka yang diperintah.

Pola ini tidak hanya dipakai dalam negara saja, tetapi juga dalam perkumpulan organisasi biasa. Demokrasi merupakan pola pemerintahan dalam mana kekuasaan untuk memerintah berasal dari mereka yang diperintah atau mengikutsertakan secara aktif semua anggota masyarakat dalam keputusan yang diambil oleh mereka yang diberi wewanang. Jadi dasar dari demokrasi atau       

56

Hasan Alwi (Red), op.cit., hlm. 758. 

57


(49)

kerakyatan ialah: bahwa semua manusia sebagai anggota masyarakat adalah bebas dan sama haknya (kedaulatan rakyat). Maka dasar dari demokrasi adalah konsensus bahwa setiap warganegara memiliki hak dan kewajiban dasar yang sama dan tidak boleh diganggu gugat, juga tidak boleh oleh kelompok mayoritas atau penguasa.58

Dalam pengertian demokrasi, termuat nilai-nilai hak asasi manusia, karena demokrasi dan hak-hak asasi manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Sebuah negara yang mengaku dirinya demokratis mestilah mempraktekkan dengan konsisten mengenai penghormatan pada hak-hak asasi manusia, karena demokrasi tanpa penghormatan terhadap hak-hak asasi setiap anggota masyarakat, bukanlah demokrasi melainkan hanyalah fasisme atau negara totalitarian yang menindas. Demokrasi juga mengisyaratkan penghormatan yang setinggi-tingginya pada kedaulatan Rakyat.59 Kebebasan, merupakan suatu gagasan/konsep yang analog, artinya kebebasan direalisasikan secara fundamental berbeda menurut tingkat keberadaan (binatang, manusia, roh, Tuhan). Arti kebebasan dapat dirumuskan secara negatif dan positif:

a) Dalam arti negatif “berarti bebas dari”, misalnya bebas dari ikatan atau paksaan untuk bertindak yang mengikat/ memaksa itu dapat bersifat lahiriah atau materiil       

58

A. Heuken SJ, et all, op.cit., hlm. 173-174. 

59


(50)

(misalnya belenggu) atau dapat bersifat batiniah atau psikologis (mis. Ancaman berat). Kebebasan psikologis atau berkehendak mengatakan bahwa manusia mampu berkehendak seperti yang dikehendakinya.

b)Dalam arti positif manusia adalah “bebas untuk” berbuat sesuatu dan khususnya

“bebas untuk berbuat baik”. Kebebasan adalah suatu kemampuan positif,

sehingga manusia dengan berbuat dan khususnya dengan berbuat baik (sekurang-kurangnya dengan tidak berbuat jahat) merealisasikan diri menjadi orang yang baik. Jadi, kebebasan dapat kita rumuskan secara deskriptif sebagai kemampuan manusia untuk mengatur perilaku dan kehidupannya menurut kehendaknya sendiri tanpa dibatasi atau dihalangi.60

Kesejahteraan sosial, dalam UUD 1945 (pasal 33) bab XIV kesejahteraan

sosial diuraikan dasar demokrasi ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama azas kekeluargaan dan bangun perusahaan yang sesuai dengan koperasi. Sebagai negara aktif berfungsi dalam bidang kemakmuran rakyat dan keadilan sosial, artinya tidak menyerahkannya kepada persaingan kekuatan dipasar bebas saja.61

Ke-Tuhanan merupakan sejarah istilah dan pengertian, pada suku-suku di

kawasan nusantara pengakuan Ke-Tuhanan dalam bentuk yang berbeda-beda sudah terdapat pada zaman purbakala, lama sebelum agama Hidu, Buddha, Islam dan       

60

A. Heuken SJ, et all, op.cit., hlm. 244-245. 

61


(51)

Kristen menginjak bumi Indonesia. Beraneka nama digunakan untuk menyebut Yang Mahatinggi, misalnya Ompu Tuan Mula Jadi Na Bolon atau Debata (di Sumatra, Batak), Sang Hyang Widhi Wasa (di Bali) atau Puang Matna dan To Kantanan (di Sulawesi, Toraja). Menurut penyelidikan W. Schmidt (Wina), seorang antropolog terkenal, paham Ke-Tuhanan sudah terdapat pada zaman yang paling kuno. Maka, tepatlah bahwa Ke-Tuhanan digali dari khazanah keagamaan bangsa kita yang paling tua. Agama dan kepercayaan, sebagai perwujudan Ke-Tuhanan sangat erat barkaitan dengan nilai-nilai dan pandangan kehidupan kemasyarakatan seluruhnya.62

Politik, dalam pengertian Yunani merupakan aktivitas membangun

kebijakan publik diantara orang-orang merdeka. Muncul diluar batas-batas kekaisaran-kekaisaran awal, yaitu pertama kali di kota-kota Yunani kuno sekitar tahun 700- hingga 500 SM. Kata politik sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu

polis yang berarti kota, atau negara kota yang kerap dipusatkan di lokasi yang strategis dan dilindungi oleh pasukan penjaga.63 Sedangkan arti politik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah: pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau

       62

Ibid., hlm. 24. 

63

Ensiklopedia Pemerintahan dan Kewarganegaraan Sistem dan Bentuk Pemerintahan di Dunia Jilid I, Jakarta : PT Lentera Abadi, 2010 , hlm. 11. 


(52)

kenegaraan yang menyangkut dengan sistem pemerintahan, dasar pemerintahan menyangkut tindakan, kebijakan dan siasat.64

Pancasila, menurut ensiklopedi Politik dijelaskan, yaitu: Filsafat negara Republik Indonesia, berarti lima asas atau dasar negara. Kelima asas atau dasar itu ialah: Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kedaulatan rakyat, Kebangsaan, Keadilan sosial dan Perikemanusiaan.65 Pancasila, adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: panca berarti lima dan sila

berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.66 Pancasila dasar negara Indonesia, sebagai dasar fundamental-foundation of state mencakup dan memancarkan suatu pola rangkaian sistem pemikiran, cita-cita dan keyakinan bulat yang saling berkaitan.67 Pancasila berasal dari khasanah sejarah bangsa Indonesia, jauh sebelum agama-agama besar mulai menyebarluas di bumi Indonesia. Pancasila sebagai satu kesatuan maupun lima silanya satu persatu berakar dalam hidup sosio-budaya bangsa. Pada hakikatnya menurut Soekarno Pancasila bukanlah dilahirkan tetapi timbul atau bangkit kembali.68

       64

Hasan Alwi (Red), op.cit,. hlm. 886. 

65

Tatang Sastrawiria dan Haksan Wirasutisna, Ensiklopedia Politik, Jakarta: Perpustakaan Perguruan Kem. P.P dan K., 1955, hlm. 222. 

66

http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila, diakses pada tgl 5 Juni 2012 

67

N.N. Ensiklopedi Nasional Jilid 12 1990. Jakarta: Cipta Adi Pustaka, hlm. 94.   


(53)

Marhaenisme merupakan gabungan dari beraneka faham, menampung banyak aliran supaya dapat membentuk sebuah gerakan rakyat. Dicetuskan oleh Soekarno (1927) sebagai teori perjuangan revolusioner. Istilah Marhaen sendiri diambil dari nama seorang petani miskin dari desa Tjigereleng, Bandung.69

Marhaenisme juga berarti ideologi yang menentang penindasan manusia atas

manusia dan bangsa atas bangsa. Walaupun sejatinya definisi ini pada masa sekarang telah berkembang dan dibahas dalam Marhaenisme Kekinian. Merupakan ideologi yang dikembangkan dari pemikiran Soekarno. Ajaran ini menggambarkan kehidupan rakyat kecil. Orang kecil yang dimaksud adalah petani dan buruh yang hidupnya selalu dalam cengkraman orang orang kaya dan penguasa. Marhaenisme pada esensinya sebuah ideologi perjuangan yang terbentuk dari Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa.70

Marxisme, adalah suatu kumpulan ajaran-ajaran yang menjadi dasar

sosialisme dan komunisme abad ke-19 dan abad ke-20. Tujuan utama dari usaha Marx ialah menghapuskan kapitalisme, yang pada abad ke-19 sangat merugikan kaum proletar. Menurut Marxisme manusia bukan suatu pribadi yang bernilai karena ia manusia, yakni suatu mahkluk rohani yang mempunyai tujuan transenden.71

       69

A. Heuken SJ, et all, Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila Jilid III, op.cit., hlm. 139-140. 

70

http://id.wikipedia.org/wiki/Marhaenisme, diakses pada tgl 5 Juni 2012 

71


(54)

Imperealisme adalah, aliran politis yang bermaksud dan berusaha untuk memperluas daerah negara atau memperbesar pengaruh politik serta ekonominya. Dengan demikian, kaum imperealis mengurangi kemerdekaan bangsa-bangsa lain. Tersebarnya imeperalisme pada abad ke-19 memiliki hubungan erat dengan kapitalisme dan kolonialisme.72Imperealisme juga berarti, suatu cita-cita dari suatu negara untuk meluaskan kekuasaannya atas negeri-negeri lain. Kekuasaan ini berupa politik, militer, atau ekonomi.73

Kolonialisme, adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah

dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang dikolonikan. Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial menguntungkan negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk pemodernisasian dan demokrasi.74 Bentuk kolonialiesme sendiri

       72

Ibid., hlm. 138. 

73

Tatang Sastrawiria dan Haksan Wirasutisna, op.cit., hlm. 120. 

74


(55)

sangat erat hubungannya dengan timbulnya kapitalisme.75 Kapitalisme sendiri digunakan untuk sistem ekonomi dan sistem sosial.76

F. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah, dengan melalui tahap-tahap berikut:

a. Pengumpulan sumber (Heuristik)

Bahan pustaka yang dijadikan sebagai sumber dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan ini adalah : Risalah Sidang Badan Peyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 28 Mei 1945-22 Agustus 1945, Pancasila Sebagai Dasar Negara, Pantjasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia, Tjamkan Pantja Sila! Pantjasila Dasar Falsafah Negara, Uraian Pancasila di Lengkapi dengan Dokumen Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, Pantjasila Dasar Filsafat Negara, Dibawah Bendera Revolusi, Kepada Bangsaku Karya-karya Lengkap Bung Karno Pada Tahun 1926-1957, Indonesia Menggugat.

       75

A. Heuken SJ, et all., op.cit., hlm. 54. 

76


(56)

Sedangkan sumber sekunder diantaranya ialah: Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila, Soekarno Biografi 1901-1950, Bung Karno Putera Fajar, Mohammad Hatta Kumpulan Pidato II Dari tahun 1951-1979, Sari Pandangan Sarjana-sarjana Tatanegara Seluruh Dunia dari Sokrates hingga Ir. Soekarno, dan Hukum Tatanegara Sistem Pemerintahan Negara.

b. Kritik Sumber (Verifikasi)

Tahap selanjutnya ialah verifikasi, ialah pengujian terhadap data-data yang ada untuk mengetahui apakah data tersebut dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan keasliannya atau tidak. Tahap ini dibagi menjadi dua macam yaitu, otentisitas atau keaslian sumber (kritik ekstern), dan kredibilitas, atau bisa dipercaya (kritik intern).77 Kritik ekstern digunakan untuk membuktikan keaslian sumber yang akan digunakan. Kritik intern dilakukan untuk meneliti apakah sumber yang digunakan dapat dipercaya kebenarannya. Kritik intern ini dilakukan dengan cara membandingkan berbagai sumber sehingga akan diperoleh fakta yang lebih baik, jelas dan lengkap.78

c. Interpretasi

Interpretasi merupakan kelanjutan, setelah verifikasi. pada tahap ini penulis melakukan penafsiran atas fakta-fakta yang telah diuji dan menganalisis sumber agar dapat menghasilkan suatu peristiwa yang telah       

77

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Bentang Budaya, 2001, hlm. 101. 

78


(57)

teruji kebenarannya. Tujuan dari interpretasi ialah untuk mengurangi unsur subjektifitas dalam penulisan sejarah. Interpretasi terdiri dari dua macam yaitu analisis yang berarti menguraikan dan sintesis yang berarti menyatukan.79

d. Penulisan (Historiografi)

Tahap terakhir dari penelitian sejarah ialah penulisan sejarah. Penulisanan ini merekonstruksi kejadian di masa lampau berdasarkan atas fakta dan data dengan melalui suatu proses. Metode penulisan dalam skripsi ini ialah dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Metode sejarah deskriptif menekankan pada penemuan fakta-fakta sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 80

2. Pendekatan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan historis, yuridis dan politik. Pendekatan historis merupakan kenyataan (sosio-historis), terdapat kemungkinan untuk melacak hakikat obyek dalam kenyataan itu atau dengan kata lain esensi atau hakikat

obyek-       79

Ibid, hlm. 103. 

80


(58)

obyek itu terletak di dalam sejarah.81 Pendekatan historis menggunakan sejarah reskonstruktif, digunakan untuk merekonstruksi peristiwa sejarah dan kajian terhadap berbagai narasi sejarah yang telah ada untuk menemukan kebenaran. Selain itu sejarah reflektif, yang mempunyai pengertian sebagai pengambilan kesimpulan umum terhadap berbagai kajian sejarah pada aspek-aspek kehidupan yang berkembang. Pendekatan ini, digunakan untuk merekonstruksi pidato Soekarno dalam menggali dasar negara Pancasila yang telah dipikirkannya sejak ia menjadi mahasiswa di Bandung dan mulai terjun ke Panggung politik untuk melawan pemerintah kolonial Belanda.

Pendekatan yuridis digunakan untuk menganalisa proses sidang BPUPKI dan PPKI dalam merumuskan dan mengesahkan dasar negara dan UUD. Pendekatan politik digunakan untuk melihat keberanian Soekarno saat mendirikan PNI, sebagai awal dari kepemimpinannya dalam dunia politik kemudian terus berlanjut hingga ia menggali Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi yang berjudul “Sejarah Pemikiran Soekarno Tentang Dasar Negara Pancasila 1916-1945” ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:

       81

Ankersmith, F.R., Refleksi tentang sejarah terjemahan Dick Hartoko. Jakarta :Gramedia, 1987, hlm. 210.


(59)

Bab I : Berupa pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Bab ini menjelaskan apa latar belakangnya dan bagaimana lahirnya Pancasila sebagai dasar falsafah negara

Bab III : Bab ini menjelaskan apa latar belakangnya dan bagaimana sejarah pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila

Bab IV : Bab ini menyajikan uraian mengenai Problem kenegaraan apa saja yang dikemukakan oleh Soekarno dan bagaimana penyelesainnya. Bab V : Bab ini berupa kesimpulan dari penulisan permasalahan yang


(60)

BAB II

LATAR BELAKANG LAHIRNYA PANCASILA SEBAGAI DASAR FALSAFAH NEGARA

A. Beberapa Kekuatan Aliran Dalam BPUPKI

Pada tanggal 7 September 1944, Perdana Menteri Jepang Kaiso Kuniaki mengeluarkan sebuah kebijakan untuk memberi kemerdekaan kepada bangsa Indonesia dalam waktu dekat. Berita ini disambut baik oleh tokoh-tokoh nasional seperti Soekarno, Oto Iskandardinata dan sebagainya. Sejak deklarasi Kaiso ini pemerintah pendudukan militer Jepang mulai mengakui realitas Indonesia. Disisi lain Jepang tidak bergerak dengan cepat memberikan kemerdekaan Indonesia. Hal ini karena Jepang berpandangan bahwa janji itu lebih berharga bagi kepentingan Jepang daripada perwujudannya.

Kemudian pemerintah Jepang mengumumkan berdirinya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas BPUPKI adalah meneliti dan merumuskan kebijakan-kebijakan mengenai kelengkapan politik dan birokratik yang diperlukan oleh sebuah negara baru. BPUPKI ini beranggotan dari berbagai kelompok aliran yang ada di Indonesia. Tiap kelompok ini saling memperjuangkan ideologinya masing-masing dalam membentuk dasar negara Indonesia yang merdeka. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh pendidikan yang didapat dari beberapa tokoh elit politik Indonesia. Disamping itu


(61)

juga para elit politik Indonesia juga dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang berkembang dari luar negeri.1

a. Perkembangan dan Pengaruh Pemikiran Dunia

Banyak pemikiran yang membentuk perkembangan mengenai Pancasila. Pemikiran mengenai Pancasila terjadi pada abad ke XX, suasana pada waktu itu banyak dipengaruhi oleh pemikiran barat yang memiliki sejarahnya sendiri di Indonesia. Alam pikiran barat tersebut telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi para anggota BPUPKI dan para pejuang bangsa lainnya. Alam pikiran Eropa atau barat yang modern pada saat itu masuk ke Indonesia dengan caranya sendiri. Sehingga sejarah pemikiran Pancasila dapat direalisasikan berdasarkan pengaruh alam pikiran Eropa dan disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat Indonesia pada umumnya. 2

Aliran-aliran pemikiran Eropa yang ada di Indonesia pada saat itu menjadi latar belakang sejarah yang amat penting bagi perkembangan bangsa Indonesia dalam menentukan pemikiran dasar negara Pancasila. Perkembangan pemikiran Eropa tumbuh apad awal abad ke XX, kemudian menjadi mata rantai dari pertumbuhan kebudayaan Eropa modern. Kebudayaan Eropa modern diawali oleh gerakan Renaissance yang selanjutnya diikuti oleh gejolak-gejolak di dalam pemikiran pengetahuan, politik dan keagamaan. Pertumbuhan kebudayaan Eropa modern pada abad XIV melahirkan dua aliran       

1


(62)

pemikiran utama Rasionalisme dan Emperisme. Pada akhirnya pada periode ini melahirkan pemikir-pemikir yang mempunyai pengaruh amat besar di dalam pandangan-pandangan mengenai hukum, negara dan masyarakat, seperti: Thomas Hobbes, John Locke, Montesquieu, Voltaire, Rousseau dll. Pertumbuhan rasionalisme dan emperisme, disertai dengan makin memudarnya suasana abad pertengahan. Sehingga menumbuhkan suatu gerakan yang dikenal dengan Aufklarung sebagai suatu gerakan kebudayaan yang berpangkal pada otonomi dan independensi pengetahuan manusia. Aufklarung percaya, bahwa pengetahuan manusia dapat membangun dunia dan masyarakatnya serta mampu menjadi sumber dari perkembangan kebudayaan manusia itu sendiri. Pada masa Aufklarung bersamaan dengan perkembangan Rasionalisme dan Emperisme terkenal ajaran-ajaran besar yang terkenal, adalah manusia sebagai individu, hak-hak asasi, kebebasan, persamaan, kontrak sosial, republik, demokrasi, trias politika, konstitusi dan hukum kodrat.

Pertumbuhan kebudayaan Eropa modern pada abad XIV melahirkan dua aliran pemikiran utama Rasionalisme dan Emperisme. Pada akhirnya pada periode ini melahirkan pemikir-pemikir yang mempunyai pengaruh amat besar di dalam pandangan-pandangan mengenai hukum, negara dan masyarakat, seperti: Thomas Hobbes, John Locke, Montesquieu, Voltaire, Rousseau dll. Pertumbuhan rasionalisme dan emperisme, disertai dengan makin memudarnya suasana abad pertengahan. Sehingga menumbuhkan suatu gerakan yang


(63)

pada otonomi dan independensi pengetahuan manusia. Terjadinya revolusi Perancis pada akhir abad ke- XVIII sampai pada awal abad ke-XIX merupakan peristiwa yang sangat luas pengaruhnya, bukan saja bagi Eropa namun juga terhadap perkembangan di dunia. Konsep egalite, fraternite et liberte telah menjadi cikal-bakal mengenai perkembangan pemikiran politik, otonomi individu, hak-hak asasi, demokrasi, pembagian kekuasaan, republik dan konstitusi. Revolusi Perancis memiliki corak dasar kerajaan dan anti-klerikal mampu menumbuhkan gerakan nasionalisme di Eropa, merupakan perjuangan kearah hak-hak asasi, kemerdekaan, republik dan konstitusi.

Munculnya Kapitalisme dan Liberalisme memacu pertumbuhan ekonomi serta melahirkan suatu Revolusi Industri yang terkait dengan modal, teknologi, pasar dan perdagangan. Dampak dari lahirnya Revolusi Industri sangatlah luas baik bagi kedudukan manusia di dalam masyarakat maupun di dalam pergaulan antar bangsa dan negara. Perkembangan Kapatalisme dan Liberalisme melahirkan pemikiran baru mengenai ekonomi, masyarakat, hukum dan negara. Berkembangnya sosialisme, di mana Marxisme menjadi aliranran utama bagi tumbuhnya sifat radikal dan agresif. Pada akhirnya seluruh pertumbuhan dan perkembangan tersebut menyebabkan adanya suatu ikatan yang semakin erat satu sama lain, diantaranya ideologi, politik dan


(64)

ekonomi. Perkembangan tersebut juga memacu tumbuhnya kekuatan dan kekuasaan di Eropa, yaitu kolonialisme dan imperealisme.3

b. Masuknya Pemikiran Barat ke Indonesia

Masuk dan tumbuhnya kekuasaan Barat di Indonesia, sesungguhnya telah dimulai sejak kedatangan bangsa Spanyol dan Portugis di Malaka. Hal ini dapat kita lihat dalam agama dan perdagangan. Masyarakat Indonesia melakukan interaksi sosial dalam perdagangan, dan agama nasrani pun perlahan-lahan mulai dikenalkan di Indonesia. Lambat laun pemikiran-pemikiran Eropa benar-benar masuk di Indonesia, terutama saat Belanda sudah menjajah Indonesia. Banyak orang-orang Indonesia yang diberikan kesempatan belajar dan menempuh pendidikan di Eropa seperti Mohammad Hatta, Suttan Syahrir, Ahmad Soebardjo, Darmawan Mangoenkoesoemo dll. Orang-orang Indonesia tersebut mulai berkenalan dengan elemen-elemen ideologi

Aufklarung, sebagai suatu ideologi sekuler (bukan keagamaan) yang terkait erat pertumbuhannya dengan perkembangan rasionalisme, emperisme, idealism dan positivisme.

Rasionalisme merupakan, aliran anggapan atau teori filsafat yang menjunjung tinggi hasil pemikiran manusia tanpa memperdulikan pengalaman pribadi, fakta dan data empiris. Berdasarkan pemikiran ini, bahwa pengetahuan manusia terbentuk dan terjadi dari akal serta rasio.4 Empirisme, yaitu aliran       


(65)

filsafat yang menitikberatkan pada pengalaman inderawi sebagai sumber utama, asal-usul atau batasan pengenalan maupun pengetahuan manusia.5 Idealisme, biasa diterapkan pada suatu sistem atau ajaran yang beranggapan bahwa prinsip atau dasar segala sesuatu adalah sesuatu yang terlihat, dalam arti luas idealisme adalah pandangan praktis dan teoritis yang menekankan pikiran pada jiwa, roh atau hidup.6 Positivisme, yaitu paham yang membatasi pengetahuan manusia hanya pada hal-hal yang dapat diperoleh secara ilmiah.7

Ajaran-ajaran tentang hak-hak asasi manusia, kemerdekaan, persamaan demokrasi, republik, hukum, negara dan konstitusi. Mereka banyak mengenal ajaran-ajaran dari para pemikir-pemiran terkemuka di dunia. Masuknya perkembangan pemikiran Eropa ke Indonesia memiliki peranan yang sangat penting, karena orang-orang Indonesia bisa mengenal dan mempelajari perkembangan pemikiran yang terjadi di Eropa.

Akan tetapi, sesungguhnya pengaruh Barat masuk ke Indonesia bukan sebagai suatu masyarakat yang masih kosong. Bahwa sebelum pemikiran Barat tersebut mempengaruhi perkembangan pemikiran di Indonesia, agama Hindu, Buddha dan Islam yang lebih dulu berkembang dan mempengaruhi alam pikiran Indonesia. Terutama Hindu dan Buddha yang telah lama tumbuh dan berkembang di Indonesia, dimana keduanya telah membentuk unsur-unsur pemikiran dan kebudayaan yang begitu kental menyatu dengan masyarakat,       

5


(66)

sebagai simbol kebesaran bangsa Indonesia pada masa silam. Keduanya merupakan unsur dari luar yang lebih dahulu masuk, dan telah membentuk perkembangan alam pikiran serta kebudayaan dan masyarakat Indonesia. Sebelum agama Hindu, Buddha, Islam dan Nasrani masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia pun telah terdapat masyarakat dan kebudayaan sendiri. Dimana kemudian masyarakatnya dikenal sebagai masyarakat dengan adat dan kebudayaan yang tradisional. Jika kita menganalisis berbagai pemikiran yang ada di Indonesia dalam kurun waktu yang begitu panjang terutama pada awal abad ke-XX, bangsa Indonesia memiliki alam pemikiran yang sangat majemuk. Di samping alam pikiran adat dan tradisional, di dalam masyarakat Indonesia terdapat pengaruh-pengaruh Hindu, Buddha, Islam dan Nasrani dan kemudian aliran-aliran dari ideologi Barat modern sekuler.8

c. Nasionalisme Indonesia

Ciri khas nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme ke-Timuran yang tidak mementingkan diri dan memperkaya diri sendiri, sehingga dapat merugikan orang lain. Nasionalisme sejati saling bekerjasama antar golongan melawan kapitalisme dan imperealisme Barat. Wajib bekerja untuk keselamatan negara dan rakyatnya. Bukan nasionalisme Barat yang bersifat agresif saling menyerang, mengejar kemauan sendiri demi kepntingan dan memperkaya diri


(1)

207

Lampiran 7

Muhammad Yamin

Sumber : http://www.andreasharsono.net/2010/05/gadjah-mada-dan-muhammad-yamin.html

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

208

Lampiran 8

Soepomo

Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Soepomo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

209

Lampiran 9

Naskah "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter"

yang dihasilkan oleh "Panitia Sembilan" pada tanggal 22 Juni 1945 Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelidik_Usaha_Persiapan_Kemerdekaan_Ind onesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

210

Lampiran 10

Pancasila

Sumber :http://s284.photobucket.com/user/jennygozali/media/Pancasila-1e.jpg.html

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

211

Lampiran 11

Sumber :http://ketatanegaraan.wordpress.com/category/sosialisasi-uud-1945/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

212

Lampiran 12

Lambang Pancasila

Sumber :http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Garuda_Pancasila.jpg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI