PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL, PERAN MANAJER, DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN KEUANGAN DAERAH Pengaruh Komitmen Organisasional, Peran Manajer, Dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Manajerial( Studi Kasus Pada Dppka

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL, PERAN MANAJER, DAN
PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN KEUANGAN DAERAH
TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
( STUDI KASUS PADA DPPKAD KABUPATEN SUKOHARJO )

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:
NURUL AZIZAH
B 200 080 218

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL, PERAN MANAJER, DAN
PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN KEUANGAN DAERAH
TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

( STUDI KASUS PADA DPPKAD KABUPATEN SUKOHARJO )
NURUL AZIZAH
B 200 080 218

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris Pengaruh Komitmen
Organisasional, Peran Manajer Dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Keuangan Daerah
Terhadap Kinerja Manajerial Di kantor DPPKAD Kabupaten Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data primer berupa kuesioner,
teknik yang digunakan dalam penelitian ini uji validitas, uji realibilitas, uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas, uji t, uji f, uji adjusted R2 yang diperoleh dari
manajer yang bekerja sebagai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah
(DPPKAD) di Kabupaten Sukoharjo.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Komitmen organisasi tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial, dengan nilai uji thitung (-1,161) lebih kecil dari t tabel
(1,684). Peran manajer berpengaruh terhadap kinerja manajerial, dengan nilai uji thitung
(8,058) lebih besar dari t tabel (1,684) dan Partisipasi penyusunan anggaran keuangan daerah

tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial, dengan nilai uji thitung (-0,506) lebih kecil dari
t tabel (1,684) dan nilai sig 0,616 yang lebih besar dari 0,05.

Kata Kunci: Komitmen Organisasional, Peran Manajer, Partisipasi Penyusunan Anggaran
Keuangan Daerah, Kinerja Manajerial

A. PENDAHULUAN
Komitmen organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat
sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih
mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan sendiri
(Weiner dalam Coryanata, 2004). Komitmen organisasi diperlukan sebagai salah satu
indikator kinerja karyawan. Karyawan dengan komitmen yang tinggi dapat
diharapkan akan memperlihatkan kinerja yang optimal. Seseorang yang bergabung
dalam organisasi pada sebuah perusahaan dituntut adanya komitmen dalam dirinya.
Sebagai definisi yang umum. Rachmawati (2009) mengartikan komitmen
organisasional sebagai sikap yang menunjukkan ―loyalitas‖ karyawan dan merupakan
proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan
perhatian mereka kepada kesuksesan dan kebaikan organisasinya. Komitmen
mencakup juga keterlibatan kerja. Hal ini disebabkan karena antara keterlibatan kerja
dengan komitmen organisasi sangat erat hubungannya. Keterlibatan kerja sebagai

derajat kemauan untuk menyatukan dirinya dengan pekerjaan, menginvestasikan
waktu, kemampuan dan energinya untuk pekerjaan, dan menganggap pekerjaannya
sebagai bagian utama dari kehidupannya. Komitmen dari karyawan merupakan
sesuatu yang penting. Karena dampaknya antara lain terhadap keterlambatan,
ketidakhadiran, keinginan untuk pindah kerja, dan perputaran tenaga kerja.
Manajer merupakan orang yang bertanggungjawab atas organisasi atau unit
yang dipimpinnya. Tugas manajer dapat digambarkan dalam kaitannya dengan
berbagai ―peran‖ atau serangkaian perilaku yang terorganisir yang diidentifikasi
dengan suatu posisi (Herminingsih, 2009). Pengelolaan keuangan daerah adalah
keseluruhan/kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan UU
33 tahun 2004 pasal 66 ayat 1, keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk
masyarakat. Perubahan mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah merupakan
wujud dari adanya tuntutan publik terhadap akuntabilitas dan transparansi manajemen
pemerintahan, salah satunya adalah terkait dengan manajemen keuangan negara
maupun daerah.
Perubahan mendasar dalam penyusunan keuangan daerah merupakan wujud
dari adanya tuntutan publik terhadap akuntabilitas dan transparansi manajemen

pemerintahan, salah satunya adalah terkait dengan manajemen keuangan negara
maupun daerah. (Baridwan dalam Tuasikal, 2007) menegaskan tuntutan publik akan
pemerintahan yang baik memerlukan adanya perubahan paradigma dan prinsip–
prinsip manajemen keuangan daerah, baik pada tahap penganggaran, implementasi
maupun pertanggungjawaban. Hal ini menandakan perubahan paradigma penyusunan
keuangan daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon oleh pemerintah,
karena perubahan tersebut mengakibatkan manajemen keuangan daerah menjadi
semakin kompleks.
Chow et al., (1988) menyatakan bahwa apabila bawahan ikut berpartisipasi
dalam penyusunan anggaran maka menghasilkan pengungkapan informasi privat yang

mereka miliki. Dengan demikian atasan menerima informasi yang belum diketahui
sebelumnya dan meningkatkan akurasi pemahaman terhadap bawahan sehingga
semakin mengurangi informasi asimetris dalam hubungan atasan sebagai pemegang
kuasa anggaran dan bawahan sebagai pelaksana anggaran. Sejalan dengan ini
Yusfaningrum (2005) mengatakan bahwa bila bawahan diberi kesempatanm untuk
memberikan masukan berupa informasi yang dimilikinya kepada atasan maka atasan
akan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan yang relevan
dengan tugas.
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial,
sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu
anggaran (Mardiasmo, 2002). Dalam penyusunan anggaran diperlukan komunikasi
antara atasan dan bawahan untuk saling memberikan informasi terutama yang bersifat
informasi lokal karena bawahan lebih mengetahui kondisi langsung pada bagiannya.
Menurut Brownell dalam Coryanata (2004) partisipasi penyusunan anggaran adalah
tingkat keterlibatan dan pengaruh seseorang dalam proses penyusunan anggaran.
Partisipasi dalam penyusunan anggaran melibatkan semua tingkat manajemen untuk
mengembangkan rencana anggaran. Partisipasi dari bawahan dalam penyusunan
anggaran dapat meningkatkan kinerja karena dengan adanya komunikasi antara atasan
dan bawahan dapat memungkinkan bawahan untuk memilih. Tindakan memilih
tersebut dapat membangun komitmen sebagai tanggung jawab atas apa yang telah
dipilih dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja.
Pada era otonomi, daerah diberi wewenang dan tanggung jawab yang besar
untuk menyusun sumber-sumber keuangan (desentralisasi administratif) demi
kemakmuran rakyat di daerahnya. Desentralisasi administratif tersebut, dimaksudkan
untuk mendistribusikan kewenangan, tanggung jawab, dan penyusunan sumbersumber keuangan untuk menyediakan pelayanan publik (Coralie dalam Rohman,
2007). Pelimpahan tanggung jawab tersebut terutama menyangkut perencanaan,
pendanaan, dan pelimpahan manajemen fungsi-fungsi pemerintahan dari Pemerintah
Pusat kepada aparat di daerah, bahkan sampai ke hirarki yang lebih rendah. Hal ini

berakibat pada fungsi dan peran yang harus dimainkan oleh para pejabat di daerah
(Widodo dalam Rohman, 2007). Para pejabat yang melakukan fungsi perencanaan
serta pengendalian anggaran adalah manajer dalam satuan kerja perangkat daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan
otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab. Keuangan daerah harus
dikelola dengan baik agar semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan
uang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah..
Sejak tahun 2006, yaitu sejak ditetapkannya Kepmendagri 13/2006 tentang
tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan
Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD yang mengacu pada PP 58/2005 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan UU 33/2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, hingga

sekarang pemerintah daerah di seluruh Indonesia telah dan sedang
mengimplementasikan model struktur kekuasaan (otoritas) baru dan rancangan Sistem
Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang juga baru. Ini merupakan keniscayaan,
sebab dengan peraturan tersebut, pemerintah daerah diwajibkan menyusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berbasis kinerja yaitu APBD yang

penyusunannya harus dengan model anggaran partisipatif. Dengan model APBD
berbasis kinerja, struktur kekuasaan (otoritas) penyusunan APBD tidak hanya
bergantung pada Kepala Daerah (model terdahulu tersentralisasi), bahkan harus
didasarkan pada kekuasaan (otoritas terdesentralisasi) yang lebih bawah, yaitu
pimpinan Badan, Dinas, Kantor, dan unit-unit lainnya (Syafruddin, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2010) mengemukakan bahwa komitmen
organisasional berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
manajerial yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi, membantu unit kerja
untuk mencapai kinerja organisasi yang diharapkan. Sementara itu peran manajer
pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini disebabkan
karena pengelolaan keuangan yang baik dalam SKPD membantu unit kerja dalam
mencapai kinerja memperlihatkan kinerja manajerial yang baik pula.
Menurut Sumarno (2005) penelitian Browneell, Brownell dan Mcinnes,
Steers, Ivancevich, dan Indriantoro menunjukkan hubungan positif dan signifikan
antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial. Cherrington, Milani,
Kenis, Brownell dan Hirst serta Morse dan Reiner menemukan bahwa partisipasi
penyusunan anggaran dan kinerja manajerial menunjukkan hubungan yang positif
tidak signifikan. Penelitian Stedry dan penelitian Bryan dan Locke menunjukkan
pengaruh negatif antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial.
Penelitian ini merupakan replikasi dan ekstensi penelitian Putri (2010).

Perbedaannya adalah penambahan satu variabel independen yaitu partisipasi
penyusunan anggaran keuangan daerah dan objek yang akan diteliti dalam penelitian
kali ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPPKAD)
di Kabupaten Sukoharjo.
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis ingin
meneliti mengenai Pengaruh Komitmen Organisasional, Peran Manajer Dan
Partisipasi Penyusunan Anggaran Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Manajerial (
Studi Kasus Pada DPPKAD Kabupaten Sukoharjo ).
B. LANDASAN TEORI
Pengaruh Komitmen Organisasional
Komitmen organisasi menurut Yustina (2006) adalah derajat sejauh mana
keterlibatan seseorang dalam organisasinya dan kekuatan identifikasinya terhadap
suatu organisasi tertentu. Karenanya komitmen organisasi ditandai dengan tiga hal
yaitu: (1) Suatu kepercayaan yang kuat terhadap organisasi dan penerimaan terhadap
tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi (2) Keinginan yang kuat untuk memelihara
hubungan yang kuat dengan organisasi dan (3) Kesiapan dan kesediaan untuk
menyerahkan usaha keras demi kepentingan organisasi. Sementara Robbins (2001)
mengemukakan bahwa komitmen karyawan pada organisasi merupakan salah satu

sikap yang mencerminkan perasaan suka atau tidak suka seseorang karyawan terhadap

organisasi tempat dia bekerja. Komitmen organisasi menunjukkan suatu daya dari
dalam diri seseorang dalam mengidentifikasi keterlibatannya dalam suatu organisasi.
Pengertian komitmen organisasi menurut Riggio (2000) “Organizational
commitment is a worker’s feelings and attitudes about the entire work organization”
artinya komitmen organisasi adalah semua perasaan dan sikap karyawan terhadap
segala sesuatu yang berkaitan dengan organisasi dimana mereka bekerja termasuk
pada pekerjaan mereka.
Luthans (1995) mengartikan komitmen organisasi sebagai:
a. A strong desire to remain a member of particular organization. Keinginan yang
kuat untuk mempertahankan seorang anggota organisasi tertentu.
b. A willingness to exert high levels of effort on behalf of the organization . Sebuah
kemauan yang kuat untuk berusaha mempertahankan nama organisasi.
c. A definite belief in, and acceptance of, the values and goals of the organization.
Keyakinan dan penerimaan.nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Peran Manajer
Manajer merupakan orang yang bertanggungjawab atas organisasi atau unit
yang dipimpinnya. Tugas manajer dapat digambarkan dalam kaitannya dengan
berbagai ―peran‖ atau serangkaian perilaku yang terorganisir yang diidentifikasi
dengan suatu posisi Mitzberg, 1973 ( dalam Herminingsih, 2009). Menurut Mitzberg
manajer dapat memainkan tiga peran melalui kewenangan dan statusnya di dalam

melaksanakan tugas - tugas yang dipercayakan antara lain:
1. Peran interpersonal. Dalam hal ini seorang manajer harus dapat memainkan
peran sebagai figurhead (simbol dari organisasi), leader (berinteraksi dengan
bawahan, memotivasi dan mengembangkannya), dan liaison (menjalin suatu
hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi).
2. Peran informasional. Dalam hal ini seorang manajer harus dapat memainkan
perannya sebagai monitor (memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi
publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan), disseminator
(menyampaikan infiormasi, nilai-nilai baru dan fakta kepada bawahan) serta
spokesman (juru bicara atau memberikan informasi kepada orang-orang diluar
organisasinya).
3. Peran penagambil keputusan. Peran ini, manajer digambarkan sebagai
entrepreneur (mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi),
disturbance handler (mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi
sedang dalam keadaan menururn), resources allocator (mengawasi alokasi
sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadualan,
memprogram tugas-tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan), serta
negotiator (melakukan perundingan dan tawar menawar).
Partisipasi Penyusunan Anggaran Keuangan Daerah
Menurut Brownell (1986) dalam Hehanusa (2010) partisipasi dalam

penganggaran yaitu suatu proses partisipasi individu akan dievaluasi, dan mungkin
diberi penghargaan berdasarkan partisipasi mereka pada sasaran (target) yang

dianggarkan dimana mereka terlibat dalam proses tersebut dan mempunyai pengaruh
pada penentuan target tersebut. Siegel dan Marcony (1989) dalam Hehanusa (2010)
menyatakan bahwa partisipasi akan memungkinkan terjadinya perilaku disfungsional,
misalnya menciptakan slack anggaran. Jika bawahan merasa bahwa kinerja mereka
akan dinilai berdasarkan tingkat pencapaian anggaran, mereka tidak akan memberikan
seluruh informasi yang dimiliki pada saat penyusunan anggaran.
Murray (1990) dalam Hehanusa (2010) menunjukkan bahwa partisipasi
informasi dapat ditransfer dari subordinat kepada superior dan terdapat dua
keuntungan yang diperoleh yaitu: subordinat dapat mengembangkan strategi yang
lebih baik yang dapat disampaikan kepada subordinat sehingga kinerja akan
meningkat, disamping itu dari informasi yang diberikan subordinat kepada superior
akan memperoleh tingkat anggaran yang lebih baik atau lebih sesuai bagi perusahaan.
Para manajer bawah sebenarnya memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan
yang dimiliki manajer atas. Pada sebagian besar organisasi, para manajer tingkat
menengah ke bawah lebih banyak memiliki informasi yang akurat dibandingkan
dengan atasannya. Sementara pada sisi lain, manajer tingkat atas yang lebih dominan
dalam posisinya akan merasa lebih mampu menyusun anggaran, keadaan ini
memunculkan kendala partisipasi.
Untuk menghilangkan terjadi perbedaan persepsi mengenai informasi yang
dimiliki pada kedua tingkatan manajer ini yaitu manajer tingkat atas dan manajer
tingkat menengah ke bawah serta memaksimalkan partisipasi agar menjadi efektif,
maka manajer bawah di tingkat organisasi harus diberi kesempatan untuk memberikan
pendapat dalam proses penyusunan anggaran dengan mengungkapkan informasi yang
dimiliki terkait pekerjaan sebagai kontribusi dalam penetapan jumlah anggaran.
Kinerja Manajerial
Kinerja (performance) menurut Rohman (2009) adalah pencapaian kerja,
tindakan, perbuatan, dan lain-lain (accomplishment of work, acts, feat, etc), dalam
pengertian yang lain kinerja sebagai hasil yang telah dikerjakan (something done or
performed). LAN (Rohman, 2009) mendefinisikan kinerja sebagai gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perumusan skema strategis (strategic scheme) suatu organisasi. Secara umum dapat
juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai organisasi dalam
periode tertentu (dalam Rohman, 2009).
Menurut PP Nomor 58 Tahun 2005, kinerja adalah keluaran/hasil dari
kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran dengan kuantitaas dan kualitas yang terukur. Tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi dapat diketahui bilamana seluruh aktivitas tersebut dapat diukur.
(Rohman, 2009) menyatakan bahwa pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses
mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi
(mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa,
ataupun suatu proses. Dalam situasi partisipatif, seseorang akan meningkatkan kinerja
bila berada pada posisi yang lebih tinggi. Menurut (Ramandei, 2009), kinerja

manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial,
antara lain perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan,
pengaturan staf, negosiasi, perwakilan dan kinerja secara keseluruhan. Sedangkan
pandang Ramandei (2009), terhadap kinerja seseorang lebih bersifat situasional,
tergantung pada kondisi internal dan faktor eksternal yang melingkupi individu
organisasi dalam melakukan pekerjaan. Faktor eksternal berupa target dan persaingan
yang menuntut kinerja yang tinggi dari individu itu sendiri. Sedangkan faktor internal
berupa lingkungan kerja, gaji, kesempatan, supervise dan yang meliputi dimensi
kepuasan kerja. Kinerja merupakan efektivitas operasional organisasi, bagian
organisasi dan karyawannya berdasarkan standar, sasaran, dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya (Ramandei, 2009).
Hipotesis
H1 :
H2 :
H3 :

Pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja manajerial
Pengaruh peran manajer terhadap kinerja manajerial.
Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran keuangan daerah terhadap kinerja
manajerial.
Kerangka Penelitian
H1
Komitmen Organisasional
(H1)

Peran ManajerH2
(H2)

Kinerja Manajerial (Y)

Partisipasi dalam Anggaran
(H3) H3
H3

C. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang membuktikan hipotesis yang
telah disusun terhadap variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan desain survey yang dilakukan dengan mengambil sampel
dari suatu populasi dalam lingkungan sebenarnya. Desain survey merupakan suatu
rancangan penelitian dengan tujuan melakukan pengujian yang cermat dan teliti
terhadap suatu objek penelitian berdasarkan suatu situasi dan kondisi tertentu dengan
melihat kesesuaiannya dengan pernyataan tertentu yang diikuti dan diamati dengan
cermat dan teliti.

Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten
Sukoharjo. Sampel penelitian ini diambil berdasarkan metode sensus dimana sampel
dalam penelitian ini yaitu manajer yang bekerja di Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 45 orang.
Dalam penelitian ini yang termasuk manajer yang bekerja di Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah ( DPPKAD ) yaitu kepala DPPKAD
berjumlah satu, kepala UPTD PPKAD setiap kecamatan di kabupaten sukoharjo yang
berjumlah sebelas, kepala bidang berjumlah lima dan kasi berjumlah sembilanbelas.
Metode Analisis Data
Dalam mengumpulkan data primer yang berupa kuesioner, penulis melakukan
beberapa langkah, yaitu:
a. Memberikan kuesioner kepada seluruh responden
b. Mengumpulkan seluruh kuesioner yang telah diisi responden
Data sekunder yang berupa struktur organisasi perusahaan didapatkan langsung dari
dinas yang bersangkutan.
Kuesioner yang disebar di DPPKAD Kabupaten Sukoharjo sejumlah 45
responden berdasarkan jumlah karakteristik sampel yang ditentukan. Data yang diolah
sejumlah 37 sampel, karena dari jumlah kuesioner yang disebar hanya kembali 40 dan
3 kuesioner tidak bisa diolah atau rusak. Agar data mampu mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut digunakan uji validitas dan uji reliabilitas
agar handal. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan pengujian yang
terdiri atas uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.
Pengujian hipotesis menggunakan model analisis yang digunakan adalah
regresi linear berganda dengan rincian sebagai berikut:
KM = a + b1KO + b2PM + b3pPPAKD + e
D. HASIL PENELITIAN
Hasil pengolahan data dengan bantuan komputer program SPSS versi 11.0
didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:
Variabel
t hitung
t tabel
Sig
Komitmen Organisasi
-1,161
1,684
0,254
Peran Manajer
8,058
1,684
0,000
Partisipasi penyusunan
-0,506
1,684
0,616
anggaran keuangan daerah
Berdasarkan hasil analisis di atas maka persamaan yang dapat diperoleh adalah:
Y = 15,436 - 0,144 KO + 0,838 PM - 0,0965 PPAKD
a. Komitmen organisasi
Uji t diperoleh thitung (-1,161) lebih kecil dari t tabel (1,684) dan nilai signifikansi
0,254 yang lebih besar dari 0,05 pada  = 0,05. Maka H1 ditolak yang berarti
komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial, pada taraf
signifikansi 5 %.

b. Peran manajer
Uji t diperoleh thitung (8,058) lebih besar dari t tabel (1,684) dan nilai signifikansi
0,000 yang lebih kecil dari 0,05 pada  = 0,05. Maka H2 diterima yang berarti
peran manajer berpengaruh terhadap kinerja manajerial, pada taraf signifikansi 5
%.
c. Partisipasi penyusunan anggaran keuangan daerah
Uji t diperoleh thitung (-0,506) lebih kecil dari t tabel (1,684) dan nilai sig 0,616
yang lebih besar dari 0,05 pada  = 0,05. Maka H3 ditolak yang berarti partisipasi
pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial, pada
taraf signifikansi 5 %.
Pembahasan Hipotesis
1. . Pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja manajerial
Hasil análisis data menunjukkan bahwa komitmen organisasional tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial dengan nilai koefisien – 1,161 pada tingkat
signifikansi 0,254, yang berarti tidak signifikan karena berada diatas nilai signifikansi
yang dipersyaratkan yaitu 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh
komitmen organisasional yang rendah dapat menurunkan kinerja manajerial satuan
kerja perangkat daerah khususnya di DPPKAD Kabupaten Sukoharjo. Hal ini tidak
konsisten dengan penelitian Sumarno (2005), Putri (2010), Darwito (2008) yang
menunjukkan bahwa komitmen organisasional berpengaruh terhadap kinerja manajer
instansi pemerintah. Memiliki komitmen organisasional merupakan elemen penting
dalam bekerja di organisasi pemerintahan. Seseorang dengan memiliki komitmen
organisasional di organisasi pemerintah dapat diharapkan memiliki pandangan yang
positif serta berusaha berbuat yang terbaik untuk mencapai tujuan dan kinerja yang
lebih baik lagi. Goal setting theory menyatakan bahwa individu berkomitmen
terhadap sasaran, artinya bertekad untuk tidak menurunkan/meninggalkan sasaran
atau menghasilkan tingkat kerja yang lebih tinggi.
2. Pengaruh peran manajer terhadap kinerja manajerial
Hasil analisis data H2 menunjukkan peran manajer terhadap kinerja manajerial
berpengaruh positif sebesar 8,058 pada tingkat signifikansi sebesar 0,000, sehingga
dapat disimpulkan bahwa peran manajer yang tinggi dapat meningkatkan kinerja
manajerial satuan kerja perangkat daerah khususnya di DPPKAD Kabupaten
Sukoharjo. Hal ini sejalan dengan penelitian Putri (2010) dan Rahman (2007) yang
menyatakan secara signifikan ada pengaruh antara peran manajer terhadap kinerja.
Peran yang dimainkan oleh para pengelola keuangan seperti peran interpersonal,
peran informasi dan peran pengambilan keputusan juga dapat berpengaruh kepada
pemerintah daerah. Dengan manajer memiliki peran tersebut, mendorong para
pengelola keuangan untuk melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi
pemerintah daerah.
3. Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran keuangan daerah terhadap kinerja
manajerial
Hasil analisis data H3 menunjukkan partisipasi dalam penyusunan anggaran
keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial dengan nilai sebesar 0,606 dengan nilai signifikansi 0,616 yang berarti tidak signifikan karena berada

diatas nilai signifikansi yang dipersyaratkan yaitu 0.05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat partisipasi penyusunan penganggaran daerah yang rendah dapat
menurunkan kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah khususnya di DPPKAD
Kabupaten Sukoharjo. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
telah dilakukan oleh beberapa peneliti Hehanusa (2010), Rohman (2010),
Hermaningsih (2009), Suryanawa (2009), Sardjito (2007), Nurcahayani (2010),
Abdulah (2010), dan Nor (2007) Yang mana secara keseluruhan mengungkapkan
bahwa partisipasi penyusunan keuangan atau penganggaran daerah berpengaruh
positif terhadap kinerja manajerial atau karyawan.
Sampel pada penelitian ini terlibat dalam penyusunan anggaran, karena mereka
ikut berpartisipasi dalam penganggaran keuangan dan bekerja di dinas yang
mengurusi keuangan daerah seperti pengesahan, serta membuat kebijakan keuangan
bersama.
E. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis Pengaruh komitmen organisasional, peran manajer
dan partisipasi penyusunan anggaran keuangan daerah terhadap kinerja manajerial (
Studi kasus pada DPPKAD Kabupaten Sukoharjo), dapat menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
a. Komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial, dengan nilai
uji thitung (-1,161) lebih kecil dari t tabel (1,684) dan nilai sig 0,254 yang lebih
besar dari 0,05 pada  = 0,05.
b. Peran manajer berpengaruh terhadap kinerja manajerial, dengan nilai uji thitung
(8,058) lebih besar dari t tabel (1,684) dan nilai signifikan 0,000 yang lebih kecil
dari 0,05 pada  = 0,05.
c. Partisipasi penyusunan anggaran keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap
kinerja manajerial, dengan nilai uji thitung (-0,506) lebih kecil dari t tabel (1,684)
dan nilai signifikan 0,616 yang lebih besar dari 0,05 pada  = 0,05.
Saran
1.
2.
3.

Saran bagi penelitian selanjutnya mengembangkan sampel yang lebih luas untuk
menambah sampel manajer di kantor DPPKAD di kabupaten Lain.
Menambahkan variabel lain selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Menambahkan masa jabatan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulah, 2010. Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi Dan Akuntabilitas
Publik Terhadap Kinerja Organisasi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Vol. 9, No. 2
Agustus 2010: 118–134
Chow, C. W., Cooper, J. C., Dan Waller, W. S. 1988. Participative Budgeting: Effects Of A
Truthinducing Pay Scheme And Information Asymmetry On Slack And Performance .
The Accounting Review, 63, (1), Pp. 111-122
Darwito, 2008. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan
Komitmen Organisasi Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan. Program Studi
Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Hehanusa, 2010. Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja Aparat: Integrasi
Variabel Intervening Dan Variabel Moderating Pada Pemerintah Kota Ambon Dan
Pemerintah Kota Semarang. Program Studi Magister Akuntansi Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro
Herminingsih, 2009, ―Pengaruh Partisipasi Dalam Penganggaran Dan Peran Manajerial
Pegelola Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah‖, Universitas
Diponegoro, Semarang
Isma Coryanata. 2004. ―Pelimpahan Wewenang Dan Komitmen Organisasi Dalam
Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Kinerja Manajerial ‖.
Disampaikan Pada Simposium Nasional Akuntansi (Sna) Vii. Denpasar, 2—3
Desember 2004
Kreitner, Dan Kinicki. 2003. Organizational Behavior , Mcgraw-Hill Companies, Inc
Luthan, G.P., Dan Marshall, H.A. 1995. The Effects Of Self-Set, Particcipatively Set And
Assigned Goals On The Performance Of Government Employees, Personal
Psychology, 35
Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Edisi Ii, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Nor, 2007. Desentralisasi Dan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating Dalam
Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Kinerja Manajerial.
Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makasar
Nurcahyani, 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Melalui
Komitmen Organisasi Dan Persepsi Inovasi Sebagai Variabel Intervening. Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro

Putri Natalia Dewinda, 2010, “Pengaruh Komitmen Organisasional Dan Peran Manajer
Pengelola Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat
Daerah Studi Pada Kabupaten Tegal”, Universitas Diponegoro. Semarang
Rachmawati. S. R. 2009. “Pengaruh Komitmen Organisasi, Motivasi Kerja, Dan Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Bidang Keuangan
Pada Kabupaten Sukoharjo.” Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Ramandei, P. 2009. “Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Dan Sistem Pengendalian
Intern Terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah‖. Tesis, Program
Pasca Sarjana Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang.
Robbins, Stephen P. 2001 Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Applikasi, Edisi Bahasa
Indonesia Pt. Prenhallindo, Jakarta.
Rohman Abdul, 2007, “Pengaruh Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah Dan
Fungsi Pemeriksaan Intern Terhadap Kinerja Manajerial Pemerintah Daerah”,
Jurnal Maksi, Vol 7, No. 2, Pp.206-220.
Rohman Abdul, 2009, “Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi Pengelola Keuangan
Daerah Terhadap Fungsi Pengawasan Dan Kinerja Pemerintah Daerah”, Jurnal
Akuntansi Dan Bisnis, Vol 9, No. 1, Pp.206-220.
Sardjito, 2007. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat
Pemerintah Daerah: Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel
Moderating. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makasar
Sumarno J, “Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap
Hubungan Antara Partisipasi Angga ran Dan Kinerja Manajerial”, Sna XIII 2005
Solo.
Suryanawa, 2009. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Pada Kinerja Manajerial
Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderasi. Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana
Syafruddin, M. 2006. Dampak Struktur Kekuasaan Pada Penggunaan Sikd Untuk Kontrol
Keputusan Dan Manajemen Keputusan, Dan Perilaku Manajerial : Studi Pada
Organisasi Pemerintahan Daerah, Sna 9, Padang

Tuasikal, Askam, 2007, Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Dan Pengelolaan Keuangan
Daerah Terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan Sektor Publik, Vol.08, No.01, Februari 2007.

----------, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
----------, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.
----------, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan Dan
Kinerja Instansi Pemerintah.
----------, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
Yusfaningrum, Kusnasriyanti Dan Imam Ghozali. 2005. Analisis Pengaruh Partisipasi
Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Tujuan Anggaran Dan
Job Relevant Information (Jri) Sebagai Variabel Intervening (Penelitian Terhadap
Perusahaan Manufaktur Di Indonesia), Sna Viii, Solo.
Yustina. (2006). ―Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja Manajer Dengan
Komitmen Organisasi Dan Motivasi Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris
Pada Kantor Cabang Perbankan Di Kota Bengkulu”). Skripsi, S1 Akuntansi Unib