IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013 : penelitian tindakan pada kelas pendidikan jasmani di SMA Negeri 4 Cimahi.

(1)

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM

KONTEKS KURIKULUM 2013

(Penelitian Tindakan pada Kelas Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 4 Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

ARINN SUGRATA 1102411

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013 (Penelitian Tindakan pada Kelas Pendidikan Jasmani di

SMA Negeri 4 Cimahi)

Oleh

ARINN SUGRATA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

© Arinn Sugrata 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2015

Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ARINN SUGRATA 1102411

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

(Penelitian Tindakan pada Kelas Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 4 Cimahi)

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Drs. H. Toto Subroto, M.Pd. NIP. 196208081987031002

Pembimbing II

Suherman Slamet, M.Pd. NIP. 197603062005011010

Mengetahui Ketua,

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd. NIP. 196509091991021001


(4)

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arinn Sugrata (2015). NIM: 1102411. Implementasi Gaya Mengajar Divergent dalam Konteks Kurikulum 2013 (Penelitian Tindakan pada Kelas Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 4 Cimahi). Pembimbing I: Drs. H. Toto Subroto, M.Pd. Pembimbing II: Suherman Slamet, M.Pd.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) khususnya mengembangkan berpikir kreatif melalui implementasi gaya mengajar divergent. Berdasarkan observasi awal menunjukkan bahwa gaya mengajar yang digunakan kurang mendorong siswa untuk kreatif, untuk itu masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi gaya mengajar divergent dalam mengembangkan kreatifitas siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak 2 siklus dan 4 tindakan. Tahapan penelitian meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 4 Cimahi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, lembar penilaian, catatan lapangan dan catatan observer. Teknik analisis data yang digunakan adalah nilai rata-rata. Rekapitulasi peningkatan hasil belajar yang dicapai atau secara keseluruhan adalah sebagai berikut;pada aspek kognitif (dalam hal ini adalah berpikir kreatif dalam memberikan respon/jawaban), nilai rata-rata pada siklus ke I adalah 78, siklus ke II adalah 82. Pada aspek psikomotor (dalam hal ini adalah gerakan bervariasi), nilai rata-rata pada siklus ke I adalah 73, siklus ke II adalah 82. Kendala-kendala yang dialami selama penelitian adalah sebagai berikut; kesulitan untuk merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan kegiatan proses pembelajaran yang kadang tidak sesuai dengan rencana. Solusi yang dilakukan adalah dengan cara mendiskusikannya dengan dosen pembimbing skripsi untuk merefleksikan hasil penilaian tiap siklus dan meminimalisir kekurangan yang terjadi. Berdasarkan perkembangan hasil belajar berpikir kreatif tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar divergent dapat mengembangkan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran aktivitas permainan terbuka.


(5)

Arinn Sugrata (2015). NIM: 1102411. Implementasi Gaya Mengajar Divergent dalam Konteks Kurikulum 2013 (Penelitian Tindakan pada Kelas Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 4 Cimahi). Pembimbing I: Drs. H. Toto Subroto, M.Pd. Pembimbing II: Suherman Slamet, M.Pd.

ABSTRACT

This study aims to improve the learning process of Physical Education and Health (PJOK) especially to develop creative thinking through the implementation of divergent teaching style. Based on preliminary observations show the teaching style which has been used is less in encouraging the students to be creative, hence the problems that will be studied in this research is how the implementation of divergent teaching style in

developing students’ creativity. The method that is used in this study is Classroom Action

Research (PTK) which is conducted two cycles and four action research. The stages of the research are: planning, implementation, observation and reflection. The subject of this study is the students of class XI MIA 2 in SMAN 4 Cimahi. The data was collected through observation, interview, assessment sheet, field notes and observer’s note. The data analysis technique used is the average value. The result of recapitulation of learning outcomes improvement which has been achieved or as a whole is as follows: the cognitive aspects (in this case is creative thinking in giving response/ answer), the average value in the first cycle is 78, the second cycle is 82. In the psychomotor aspects (in this case is varied movement), the average value in the first cycle is 73, the second cycle is 82. The problems are found by the observer during the study are: the difficulty to design lesson plan (RPP) and the process of learning activity which is sometimes does not accordance with the plan. To solve the problem, the observer discuss with the supervisor to reflect the results of the assessment from each cycle and to minimize the weakness of the research. The conclusion of this study based on the development of creative thinking

learning outcomes is the divergent teaching style can improve students’ creative thinking

in open play activity.


(6)

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 2013 Pemerintah telah melakukan perubahan penyelenggaraan pendidikan yaitu melalui penyempurnaan kurikulum 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Tujuan kurikulum 2013 adalah untuk menjadikan generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Seperti yang dikemukakan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, bahwa:

“Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.” Kurikulum merupakan suatu pedoman yang dibuat oleh pemerintah dalam bentuk tertulis untuk mendidik peserta didik. Menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis, sesuai dengan pandangan filosofi dan perubahan – perubahan yang terjadi di masyarakat, penyempurnaan kurikulum secara periodik merupakan keharusan. Penyempurnaan kurikulum selalu dilakukan pemerintah pusat karena masalah pendidikan merupakan salah satu masalah yang tidak diberikan kewenangannya kepada pemerintah daerah, seperti halnya agama, pertahanan, dan keamanan.

Menurut Fadillah (2014:29) bahwa: “Filosofi pengembangan kurikulum merupakan landasan penyusunan kurikulum yang didasarkan pada hakikat


(7)

2

pendidikan yang sesungguhnya”. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, dikemukakan bahwa Landasan filosofi pengembangan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

1. Budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.

2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.

3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.

4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpastisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik.

Dari sumber diatas, menunjukan bahwa filosofi pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan menjadi Kurikulum 2013 didasarkan pada pengembangan kehidupan peserta didik dalam beragama, seni, kreatifitas, berkomunikasi, dan memiliki dimensi intelegensi sesuai dengan diri seorang peserta didik yang diperlukan oleh masyarakat dan bangsa. Filosofi ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk mendidik peserta didik menjadi manusia yang berkualitas.

Salah satu karakteristik pengembangan Kurikulum 2013 di jelaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, yaitu: “Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreatifitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik”.

Merujuk pada karakteristik Kurikulum 2013 diatas, melalui penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran diharapkan siswa dapat mengembangkan berbagai sikap spiritual, sosial, kerjasama, dan kreatif dalam pembelajaran disekolah; termasuk dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (PJOK), yang merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dilaksanakan di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).


(8)

3

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sosok atau profil lulusan yang diharapkan dalam kurikulum 2013 sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan, telah dirumuskan dalam bentuk rumusan Kompetensi Inti (KI) yang harus dicapai oleh semua mata pelajaran. KI merupakan tingkat kemampuan yang harus dimiliki siswa pada setiap tingkatan kelas dan untuk seluruh mata pelajaran. Rumusan KI, khususnya untuk kelas XI SMA, secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1 skripsi ini. Rumusan KI tersebut di breakdown ke dalam rumusan Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Secara rinci rumusan KD mata pelajaran PJOK untuk siswa kelas XI SMA dapat dilihat pada Lampiran 2.

Agar seluruh siswa memiliki kompetensi tersebut, maka pendekatan pembelajaran yang ditekankan untuk digunakan dalam implementasi kurikulum 2013 untuk semua mata pelajaran adalah pendekatan saintifik. Pendekatan

saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan metode ilmiah

untuk membangun sebuah pengetahuan ilmiah. Pendekatan saintifik bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menemukan sendiri berbagai fakta, nilai – nilai yang diperlukan untuk kehidupannya dan mengembangkan kreatifitas dalam berfikir. Pendakatan saintifik mendorong siswa untuk lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data, mengasosiasi atau menalar, dan mengomunikasikan. Melalui implementasi pendakatan saintifik diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik seperti halnya kreatif, inovatif, dan lebih produktif dan tidak selalu berpusat pada guru melainkan pembelajaran menjadi interaktif (interaktif guru – peserta didik – masyarakat – lingkungan alam – media/lainnya).

Dalam sumber lain, dalam hal ini Muska Moston (2008:247) menyatakan bahwa: “The defining characteristic of the Divergent Discovery style is to discover divergent (multiple) responses to a single question/situation within a specific cognitive operation. The role of the learner is to discover multiple designs/solutions/responses to a specific question”. Artinya karakteristik utama

dari gaya Penemuan Divergen adalah menemukan respon berbeda (berganda) untuk satu pertanyaan/situasi, dalam suatu operasi kognitif yang spesifik. Peran siswa adalah menemukan desain/solusi/respon beragam dari satu stimulus. Oleh


(9)

4

karena itu gaya mengajar divergent merupakan salah satu gaya mengajar yang berpusat pada siswa. Dengan demikian, gaya mengajar divergent tepat digunakan dalam pembelajaran PJOK untuk memberikan keleluasaan dalam mengembangkan berpikir kreatif siswa. Selanjutnya Mosston (2008:248) mengemukakan bahwa: “The fields of physical education, sports, and dance are rich in opportunities to discover, design, and invent”. Artinya adalah bidang

pendidikan jasmani, olahraga dan dansa kaya akan kesempatan untuk menemukan, mendesain dan menciptakan.

Berdasarkan hasil dari 3 kali observasi awal pada pembelajaran PJOK di SMAN 4 Cimahi ditemukan beberapa hal yang penulis anggap sebagai permasalahan baik yang mencakup dokumen pembelajaran maupun yang mencakup pelaksanaan pembelajaran.

Permasalahan yang terkait dengan dokumen pembelajaran dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurikulum, secara pribadi guru tidak memiliki kurikulum. Dokumen kurikulum hanya terdapat di arsip Wakil Kepala Sekolah (WAKASEK) bagian kesiswaan kurikulum sekolah sehingga dapat diperkirakan guru tidak mudah membaca setiap saat, berbeda jika guru memiliki kurikulum dimeja ataupun diruangannya sendiri.

2. Program semesteran dan tahunan tidak ada. Sehingga dapat diperkirakan guru tidak teratur dalam melaksanakan pembelajaran, berbeda jika guru membuat program tahunan dan semesteran.

3. Silabus ada. Guru telah memiliki silabus.

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ada. RPP yang dibuat oleh guru bersangkutan secara struktural relatif sudah memenuhi persyaratan sebuah RPP sebagaimana yang telah ditentukan didalam PERMENDIKBUD No.22 tahun 2013 (RPP asli terlampir), namun secara substansi RPP yang dibuat belum mengarah kepada pengembangan berpikir kreatif siswa sebagaimana yang diharapkan oleh pendekatan saintifik dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Misalnya: (1). Dari beberapa tujuan pembelajaran yang dirumuskan tidak ada satupun tujuan pembelajaran yang diarahkan pada pengembangan


(10)

5

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kreatifitas dan inovasi. (2). Tujuan pembelajaran yang dirumuskan masih mengarah kepada penguasaan keterampilan teknik bukan kepada keterampilan bermain yang menuntut berpikir kreatif dari siswa, padahal keterampilan bermain bola voli termasuk pada kelompok keterampilan terbuka. (3). Materi pelajaran hanya tersusun berupa fakta-fakta keterampilan teknik, tidak berupa konsep-konsep yang mendasar dari sebuah permainan yang menuntut siswa menggunakan akal pikiran. (4). Meskipun disebutkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik dan model pembelajaran disebut pembelajaran penemuan, substansi pembelajaran didalam yang ada didalam fase-fase pembelajaran tidak mendorong siswa untuk berpikir kreatif sebagaimana sebuah permainan, namun hanya mendeskripsikan teknik-teknik bermain bola voli yang terbatas.

Permasalahan yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pada observasi ke 1 anak melakukan servis dan pada observasi ke 2 anak melakukan passing atas, guru tidak melakukan pembelajaran permainan bola voli tetapi hanya mengajarkan teknik bola voli sedangkan pada observasi ke 3 guru memberikan permainan bola voli kepada siswa dengan berkelompok (Lembar Observasi Terlampir).

2. Pada observasi ke 1, anak hanya melakukan pembelajaran servis selama 48 menit dengan materi teknik bukan permainan bola voli.

3. Jam pembelajaran yang seharusnya dilakukan 3x45 menit tetapi pada hanya dilaksanakan selama 65 menit.

4. Dari beberapa hal yang terdapat pada pendekatan saintifik, mengamati video dan menalar yang seharusnya dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran hal tersebut tidak dilakukan oleh guru.

Dengan demikian, permasalahan pembelajaran PJOK di SMAN 4 Cimahi bukan hanya masalah dokumen tapi juga dalam pelaksanaannya. Secara dokumen guru tidak memiliki kurikulum, program semesteran dan tahunan. Secara pelaksanaannya walaupun RPP yang ditulis menggunakan pendekatan saintifik, RPP yang dibuat oleh guru secara struktural telah memenuhi persyaratan tapi pada


(11)

6

pelaksanaan pembelajarannya tidak terlihat seperti pendekatan saintifik lebih terlihat seperti pendekatan teknik (RPP terlampir) sehingga siswa tidak kreatif saat belajar. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui dan terampil dalam implementasi gaya mengajar divergent dalam pembelajaran PJOK.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Kurikulum, secara pribadi guru tidak memiliki kurikulum. 2. Program semesteran dan tahunan tidak ada.

3. Pada observasi ke 1 dan 2 guru tidak melakukan pembelajaran permainan bola voli tetapi hanya mengajarkan teknik bola voli.

4. Pada observasi ke 1, anak hanya melakukan pembelajaran servis selama 48 menit dengan materi teknik bukan permainan bola voli.

5. Jam pembelajaran yang seharusnya dilakukan 3x45 menit tetapi pada hanya dilaksanakan selama 65 menit.

6. Dari beberapa hal yang terdapat pada pendekatan saintifik, mengamati dan menalar yang seharusnya dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran hal tersebut tidak dilakukan oleh guru.

7. Gaya mengajar yang digunakan oleh guru kurang tepat.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang dikaji pada penelitian ini difokuskan pada implementasi gaya mengajar divergent dalam upaya mengembangkan berpikir kreatif siswa. Namun menyadari keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memberi batasan masalah secara jelas dan fokus pada gaya menagajar yang digunakan kurang tepat dari guru.


(12)

7

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana implementasi gaya mengajar divergent dalam mengembangkan berpikir kreatif siswa?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang dijadikan tujuan penelitian oleh penulis adalah sebagai berikut: Untuk memperbaiki proses pembelajaran PJOK dengan implementasi gaya mengajar divergent, khususnya untuk memecahkan masalah yang terkait dengan kurangnya berpikir kreatif siswa.

F. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui pengaruh gaya mengajar divergent terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Untuk menerapkan teori-teori pembelajaran yang sudah ada. 2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti : Manfaat penelitian ini untuk peneliti adalah untuk

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam

meng-implementasikan gaya mengajar divergent dalam pembelajaran PJOK. b. Bagi guru : Menambah pengetahuan dan terampil dalam menerapkan

gaya mengajar divergent dalam pembelajaran PJOK.

c. Bagi siswa : Meningkatkan keaktifan dan cara berfikir secara ilmiah, kreatif.


(13)

Arinn Sugrata, 2015

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Operasional Penelitaan

Tujuan operasional penelitaan ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran PJOK, khususnya dalam upaya mengembangkan berpikir kreatif siswa melalui implementasi gaya mengajar divergent di SMA Negeri 4 Cimahi.

B. Fokus Yang Diteliti

Merujuk kepada tujuan penelitian di atas, maka yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah pengembangan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran PJOK melalui implementasi gaya mengajar divergent.

C. MetodePenelitian Yang Digunakan

Sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan penelitian diatas, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

D. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2014 sampai dengan Oktober 2015. Garis-garis besar kegiatan penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel 3.1 dibawah ini:

Jadwal Kegiatan Penelitian

No. NamaKegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Penyusunan proposal

skripsi

2 Bimbingan proposal skripsi

3 Seminar proposal skripsi 4 SuratKeputusan (SK)

judulskripsi 5 Penulisan BAB I


(14)

29

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. NamaKegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (Pendahuluan)

6

Penulisan BAB II (KajianPustaka, KerangkaPemikiran, Dan HipotesisTindakan) 7 Penulisan BAB III

(MetodologiPenelitian) 8 TindakanPenelitian 9

Penulisan BAB IV (HasilPenelitiandanPemb ahasan)

10 Penulisan BAB V (Kesimpulandan Saran)

Tabel 3.1 2. TempatPenelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu Alam) 1, disekolah SMA Negeri 4 Cimahi yang beralamat di Jl. Kihapit Barat No.323 Kel. Leuwigajah, Kec. Cimahi Selatan, Kota Cimahi. Jumlah siswa terdiri dari 36 orang, 15 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.

E. ProsedurPenelitian

1. Observasi Awal

Kegiatan yang dilakukan dalam observasi awal ini adalah mengamati kegiatan pembelajaran dan menganalisis masalah-masalah yang terkait dengan fokus penelitian. Fokus masalah yang diteliti atau yang diobservasi meliputi; Dokumentasi yaitu, silabus pembelajaran, program tahunan dan semester, serta RPP guru penjas; Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yaitu, gaya/metode mengajar yang digunakan oleh guru, keadaan lingkungan sekolah, respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran disekolah yang dijadikan tempat penelitian; Sarana dan prasarana yaitu, bola basket, bola sepak, bola voli, net, stik hoki, bet, dll. (lengkap)

Data-data yang terkait dengan fokus penelitian dicatat dalam catatan lapangan yang dijadikan data untuk pembahasan dan dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data hasil pengamatan tersebut, yang berupa


(15)

30

masalah-masalah yang teridentifikasi, selanjutnya dijadikan pembuatan pedoman perencanaan perbaikan dalam pembelajaran tahap berikutnya. Dalam penelitian ini, salah satu perencanaan yang dibuat oleh peneliti adalah RPP aktivitas permainan bola basket. Sesuai dengan batasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka RPP berorientasi pada implementasi gaya mengajar

divergent.

2. Perencanaan (Plan)

Pada perencanaan dalam setiap tindakan dan siklus dibuat tahapan–tahapan pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran aktivitas bola basket, yaitu:

a. Membuat rancangan RPP aktivitas permainan bola basket dengan implementasi gaya mengajar divergent. Dalam pembuatan RPP peneliti perlu mempelajari beberapa hal, yaitu:

- Permendikbud No.69 tahun 2013 mengenai kurikulum 2013. - Silabus pembelajaran yang ada disekolah.

- Program pembelajaran yang ada disekolah.

- Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). b. Mendiskusikan rancangan RPP dengan dosen pembimbing.

c. Menjalin kerjasama dan kesepakatan dengan observer. Dalam hal ini, peneliti bekerjasama dengan Luhur Dewantoro, S.Pd yang bertindak sebagai observer yang merupakan guru PJOK disekolah tempat pelaksanaan penelitian. Peneliti memberikan beberapa bahan dan tugas kepada observer yang berkaitan dengan implementasi gaya mengajar

divergent, yaitu:

- Memberikan bahan/sumber bacaan mengenai hakikat gaya mengajar

divergent.

- Memberikan bahan/sumber bacaan mengenai hakikat berpikir kreatif. - Mendiskusikan implementasi gaya mengajar divergent.

- Mendiskusikan keterkaitan antara berpikir kreatif dengan gaya mengajar divergent.

- Mencatat kegiatan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. d. Mempersiapkan peralatan yang akan dipergunakan dalam pembelajaran.


(16)

31

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Pelaksanaan (Act) dan Observasi (Observation)

Dalam tahap pelaksanaan sekaligus observasi, peneliti dan observer melaksanakan:

a. Peneliti melaksanakan proses pembelajaran aktivitas permainan bola basket, dengan implementasi gaya mengajar divergent, yang sudah dirancang dalam RPP.

b. Peneliti mencatat permasalahan yang muncul saat pelaksanaan pembelajaran dalam catatan lapangan. (terlampir)

c. Observer dalam penelitian ini merupakan salah satu guru PJOK

disekolah. Observer bertugas untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran, mencatat kegiatan penelitian, dan mengisi lembar observasi.

4. Perbaikan (Reflection)

Refleksi merupakan tahapan yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mengevaluasi hasil–hasil atau respon dari tindakan yang telah dicatat dalam catatan lapangan. Tahap refleksi adalah bagian yang sangat penting dari PTK. Refleksi yang ditekankan adalah evaluasi diri peneliti selaku guru, yaitu berupa perubahan sebagai akibat tindakan yang dilakukan, proses refleksi ini juga dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

Jika hasil refleksi sudah terlihat dampak yang diharapkan oleh peneliti, termasuk relevansi ketercapaian tujuan penelitian, maka disimpulkan penelitian tindakan kelas dianggap cukup.

F. Data Penelitian

1. Sumber Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini bersumber dari :

a. Siswa-siswi kelas XI MIA 1 di SMA Negeri 4 Cimahi yang mengikuti pembelajaran PJOK dengan implementasi gaya mengajar divergent.


(17)

32

b. Guru/peneliti yang mengajar pembelajaran PJOK dengan implementasi gaya mengajar divergent.

c. Guru penjas/Observer yang mencatat kegiatan selama pembelajaran. d. Lingkungan sekolah SMA Negeri 4 Cimahi yang dijadikan tempat

penilitian.

2. Jenis dan Alat Pengumpul Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan kuantitatif, yaitu:

a. Data kualitatif, terdiri dari :

1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 2. Catatan lapangan.

3. Catatan observer. 4. Dokumentasi.

b. Data kuantitatif, terdiri dari :

1. Lembar observasi penilaian siswa. 3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Triangulasi, sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Menurut Nasution (2014, hlm.15) bahwa analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi teori. Data yang digunakan berupa observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.

Observasi partisipatif

Dokumentasi Wawancara

mendalam

Sumber data sama


(18)

33

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1

Menurut Susan Stainback (1988) yang dikutip oleh Nasution (2014, hlm. 330)

menyatakan bahwa “the aim is not to determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of what ever is being investigated”. Artinya Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Dari penjelasan diatas, maka dapat dilihat bahwa menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.


(19)

Arinn Sugrata, 2015

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Pada bagian akhir skripsi ini, penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan yang dapat diambil dan saran yang didasarkan pada temuan hasil penelitian. Secara umum penulis menyimpulkan bahwa implementasi gaya mengajar

divergent berpengaruh pada perkembangan berpikir kreatif siswa. Secara lebih

khusus penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan gaya mengajar divergent dalam pembelajaran PJOK.

Pertama peneliti berusaha untuk mengetahui apa itu gaya mengajar divergent dan karakteristiknya. Kedua, peneliti membuat perencanaan pembelajaran yang secara terus menerus diperbaiki. Pada awal pelaksanaan dalam membuat perencanaan dan pelaksanaan tersebut, terdapat beberapa kendala yang perlu diperbaiki seperti penyampaian karakteristik gaya mengajar yang belum jelas dan siswa kurang kreatif pada saat pembelajaran.

Untuk perbaikan kendala tersebut, peneliti melakukan refleksi pembelajaran dan mencari solusi pemecahannya melalui konsultasi dengan dosen pembimbing skripsi. Melalui usaha perbaikan dalam bentuk catatan pelaksanaan yang terus menerus dilakukan. Selama 4 kali pertemuan secara bertahap peneliti merasa dapat mengimplementasikan gaya mengajar divergent sesuai dengan teori yang sudah dibahas pada bab II.

2. Perkembangan berpikir kreatif (hasil belajar)

Merujuk pada hakikat gaya mengajar divergent yang menekankan pada berpikir kreatif siswa untuk setiap aspek, baik itu aspek kognitif dan aspek psikomotor dan respon siswa yang menunjukkan perubahan positif pada setiap tindakan.


(20)

70

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertama aspek kognitif, pada tindakan I sampai dengan tindakan IV konsistensi kreatifitas yang ditunjukan siswa berkembang dengan baik dalam hal ini siswa dapat memberikan respon/jawaban yang bervariasi pada saat diberikan masalah dan sesuai dengan indikator yang ditentukan.

Kedua aspek psikomotor, pada tindakan I sampai dengan tindakan IV konsistensi kreatifitas siswa yang ditunjukan siswa juga berkembang dengan baik dalam hal mempraktikan gerakan mengoper bola, mengontrol bola, gerakan fake,

shooting, mendukung pembawa bola dan menyerang ke gawang secara bervariasi

dan sesuai dengan indikator.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari kesimpulan di atas yang telah dikemukakan oleh peneliti, ada hal yang dapat disampaikan sebagai saran atau masukan yaitu, sebagai berikut:

Meskipun gaya mengajar divergent ini mungkin belum banyak diketahui oleh guru PJOK, namun dengan niat untuk melaksanakan gaya mengajar ini peneliti yakin guru-guru PJOK yang pernah belajar tentang berbagai gaya mengajar dapat mengimplementasikan gaya mengajar divergent.


(21)

Arinn Sugrata, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Mosston, M. & Ashworth, S. (2008). Teaching Physical Education. (edisi kedelapan.). Jyvaskyla: Finland.

Juliantine, T., Subroto, T. & Yudiana, Y. (2012). Belajar & Pembelajaran

Penjas. Bandung: UPI FPOK.

Sudarma, M. (2013). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Suriasumantri, J, S. (2010). Filsafat Ilmu. (edisi kedua puluh). Jakarta: Penebar Swadaya.

Beetlestone, F. (2012). Creative Learning: Strategi Pembelajaran untuk

Melesatkan Kreatifitas Siswa. (edisi ketiga). Bandung: Nusa Media.

Putra, S, R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. (edisi pertama). Jogjakarta: Diva Press.

Fadillah, M. (2014). Impementasi Kurikulum 2013: Dalam Pembelajaran

SD/MI, SMP/MTS & SMA/MA. (edisi pertama). Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan. (edisi kedua). Jakarta: Rajawali Pers.

Nasution, S. (2008). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung: Jemmars. Ahmadi, I, K. & Amri, S. (2014). Pengembangan & Model Pembelajaran

Tematik Integratif. (edisi pertama). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Subroto, T. (2010). Didaktik Metodik Pembelajaran: Olahraga Permainan. Bandung: UPI FPOK.


(22)

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

72

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. (edisi kesembilan belas). Bandung: Alfabeta.

Ningrum, E. (2009). Penelitian Tindakan Kelas: Panduan Praktis dan

Contoh. Bandung: Buana Nusantara.

Hendriana, H, H. & Afrilianto, M. (2014). Panduan bagi Guru Penelitian

Tindakan Kelas: suatu Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Refika Aditama.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Standar Proses. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Struktur Kurikulum

SMA-MA. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Implementasi Kurikulum

Garuda. Jakarta: Depdikbud.

Gardner, H. (2014). Unsur Kecerdasan dalam Otak. [Online]. Diakses dari http://www.psikologiku.com/teori-multiple-intelegensi-menurut-howard-gardner/2014.


(1)

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Guru/peneliti yang mengajar pembelajaran PJOK dengan implementasi gaya mengajar divergent.

c. Guru penjas/Observer yang mencatat kegiatan selama pembelajaran. d. Lingkungan sekolah SMA Negeri 4 Cimahi yang dijadikan tempat

penilitian.

2. Jenis dan Alat Pengumpul Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan kuantitatif, yaitu:

a. Data kualitatif, terdiri dari :

1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 2. Catatan lapangan.

3. Catatan observer. 4. Dokumentasi.

b. Data kuantitatif, terdiri dari :

1. Lembar observasi penilaian siswa. 3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Triangulasi, sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Menurut Nasution (2014, hlm.15) bahwa analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi teori. Data yang digunakan berupa observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut. Observasi partisipatif Dokumentasi Wawancara mendalam Sumber data sama


(2)

33

Gambar 3.1

Menurut Susan Stainback (1988) yang dikutip oleh Nasution (2014, hlm. 330) menyatakan bahwa “the aim is not to determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of what ever is being investigated”. Artinya Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Dari penjelasan diatas, maka dapat dilihat bahwa menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.


(3)

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Pada bagian akhir skripsi ini, penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan yang dapat diambil dan saran yang didasarkan pada temuan hasil penelitian. Secara umum penulis menyimpulkan bahwa implementasi gaya mengajar divergent berpengaruh pada perkembangan berpikir kreatif siswa. Secara lebih khusus penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan gaya mengajar divergent dalam pembelajaran PJOK.

Pertama peneliti berusaha untuk mengetahui apa itu gaya mengajar divergent dan karakteristiknya. Kedua, peneliti membuat perencanaan pembelajaran yang secara terus menerus diperbaiki. Pada awal pelaksanaan dalam membuat perencanaan dan pelaksanaan tersebut, terdapat beberapa kendala yang perlu diperbaiki seperti penyampaian karakteristik gaya mengajar yang belum jelas dan siswa kurang kreatif pada saat pembelajaran.

Untuk perbaikan kendala tersebut, peneliti melakukan refleksi pembelajaran dan mencari solusi pemecahannya melalui konsultasi dengan dosen pembimbing skripsi. Melalui usaha perbaikan dalam bentuk catatan pelaksanaan yang terus menerus dilakukan. Selama 4 kali pertemuan secara bertahap peneliti merasa dapat mengimplementasikan gaya mengajar divergent sesuai dengan teori yang sudah dibahas pada bab II.

2. Perkembangan berpikir kreatif (hasil belajar)

Merujuk pada hakikat gaya mengajar divergent yang menekankan pada berpikir kreatif siswa untuk setiap aspek, baik itu aspek kognitif dan aspek psikomotor dan respon siswa yang menunjukkan perubahan positif pada setiap tindakan.


(4)

70

Pertama aspek kognitif, pada tindakan I sampai dengan tindakan IV konsistensi kreatifitas yang ditunjukan siswa berkembang dengan baik dalam hal ini siswa dapat memberikan respon/jawaban yang bervariasi pada saat diberikan masalah dan sesuai dengan indikator yang ditentukan.

Kedua aspek psikomotor, pada tindakan I sampai dengan tindakan IV konsistensi kreatifitas siswa yang ditunjukan siswa juga berkembang dengan baik dalam hal mempraktikan gerakan mengoper bola, mengontrol bola, gerakan fake, shooting, mendukung pembawa bola dan menyerang ke gawang secara bervariasi dan sesuai dengan indikator.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari kesimpulan di atas yang telah dikemukakan oleh peneliti, ada hal yang dapat disampaikan sebagai saran atau masukan yaitu, sebagai berikut:

Meskipun gaya mengajar divergent ini mungkin belum banyak diketahui oleh guru PJOK, namun dengan niat untuk melaksanakan gaya mengajar ini peneliti yakin guru-guru PJOK yang pernah belajar tentang berbagai gaya mengajar dapat mengimplementasikan gaya mengajar divergent.


(5)

Arinn Sugrata, 2015

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DIVERGENT DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

71

Mosston, M. & Ashworth, S. (2008). Teaching Physical Education. (edisi kedelapan.). Jyvaskyla: Finland.

Juliantine, T., Subroto, T. & Yudiana, Y. (2012). Belajar & Pembelajaran Penjas. Bandung: UPI FPOK.

Sudarma, M. (2013). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Suriasumantri, J, S. (2010). Filsafat Ilmu. (edisi kedua puluh). Jakarta: Penebar Swadaya.

Beetlestone, F. (2012). Creative Learning: Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan Kreatifitas Siswa. (edisi ketiga). Bandung: Nusa Media. Putra, S, R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. (edisi

pertama). Jogjakarta: Diva Press.

Fadillah, M. (2014). Impementasi Kurikulum 2013: Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS & SMA/MA. (edisi pertama). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan. (edisi kedua). Jakarta: Rajawali Pers.

Nasution, S. (2008). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung: Jemmars. Ahmadi, I, K. & Amri, S. (2014). Pengembangan & Model Pembelajaran

Tematik Integratif. (edisi pertama). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Subroto, T. (2010). Didaktik Metodik Pembelajaran: Olahraga Permainan. Bandung: UPI FPOK.


(6)

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (edisi kesembilan belas). Bandung: Alfabeta.

Ningrum, E. (2009). Penelitian Tindakan Kelas: Panduan Praktis dan Contoh. Bandung: Buana Nusantara.

Hendriana, H, H. & Afrilianto, M. (2014). Panduan bagi Guru Penelitian Tindakan Kelas: suatu Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Refika Aditama. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Standar Proses. Jakarta:

Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Struktur Kurikulum SMA-MA. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Implementasi Kurikulum Garuda. Jakarta: Depdikbud.

Gardner, H. (2014). Unsur Kecerdasan dalam Otak. [Online]. Diakses dari http://www.psikologiku.com/teori-multiple-intelegensi-menurut-howard-gardner/2014.