ANALISIS PEDAGOGIS PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE KOTA CIMAHI.

(1)

ANALISIS PEDAGOGIS PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA

CIMAHI

(Penelitian Deskriptif Tentang Perilaku Guru, Perilaku Siswa, Interaksi Guru dan Siswa, dan Aspek Yang Dikembangkan Dalam Pembelajaran

Pendidikan Jasmani)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh:

ASTRI MUHAROHMAH 0900846

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Analisis Pedagogis Proses Belajar

Mengajar Pendidikan Jasmani Di

Sekolah Menengah Atas Negeri Se

Kota Cimahi

Oleh Astri Muharohmah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Astri Muharohmah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

ANALISIS PEDAGOGIS PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE KOTA

CIMAHI

Pembimbing : 1. Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd 2. Lukmanul Haqim Lubay, M.Pd

Astri Muharohmah

Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan, saat ini pembelajaran penjas di sekolah sudah banyak yang belum sesuai dengan tujuan dari penjas itu sendiri, dalam proses pembelajaran guru kurang memahami arti penjas yang meliputi belajar gerak dan belajar sambil bergerak, pada kenyataannya guru lebih memfokuskan kepada siswa agar mampu melakukan keterampilan cabang olahraga. Untuk itu peneliti ingin menganalisa aspek pedagogis proses belajar mengajar penjas di SMAN se-Kota Cimahi yang dilihat dari perilaku guru, perilaku siswa, interaksi antara guru dan siswa serta aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif dengan populasi yaitu SMA Negeri se-Kota Cimahi. Sampel penelitian menggunakan teknik random sampling yaitu empat sekolah, diantaranya SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh bahwa pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN se-Kota Cimahi bahwa perilaku guru dalam proses pembelajaran penjas belum bernuansakan pendidikan, siswa hanya berusaha melaksanakan tugas gerak yang diberikan oleh guru sehingga siswa tidak terdidik secara jasmani, proses pembelajaran penjas tidak terjadinya siswa belajar melainkan

guru hanya mengajar, serta meningkatkan keterampilan dasar cabang olahraga.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar memperhatikan indikator dan tujuan dalam membuat RPP, pembelajaran disesuaikan dengan tujuan dan kaidah pendidikan jasmani yang lebih menekankan pada pendidikan melalui aktivitas gerak untuk kualitas hidup yang lebih baik di masa depan.


(5)

ABSTRACT

ANALYSIS PEDAGOGICAL PHYSICAL EDUCATION TEACHING AND LEARNING IN THE SECONDARY SCHOOL CITY STATE SE CIMAHI

Supervisor : 1. Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd 2. Lukmanul Haqim Lubay, M.Pd

Astri Muharohmah

Based on the findings of researchers in the field, this time at school learning penjas many are not in accordance with the purpose of penjas itself, the teachers' lack of understanding of the learning process which includes learning penjas sense of motion and learning while moving, in fact the teacher to the students to focus more able to perform sports skills. To the researchers wanted to analyze the pedagogical aspects of the teaching and learning process in SMAN penjas Cimahi as seen from teacher behavior, student behavior, the interaction between teachers and students as well as the aspects developed in learning.

The research method used is descriptive research method with the SMA population as Cimahi. The research sample using random sampling techniques, namely the four schools, including SMAN 1 Cimahi, Cimahi SMAN 2, SMAN 3 Cimahi, and SMAN 6 Cimahi.

Based on the analysis of data obtained in that study physical education as Cimahi SMAN that the behavior of the teacher in the learning process yet nuanced penjas education, students just trying to carry out tasks of motion given by the teacher so that students are not educated in body, not the learning process of students penjas learning but teachers only teach, as well as improving the basic skills of the sport.

Based on the research results, the researchers suggested that attention to the indicators and objectives in making lesson plans, learning objectives and rules adapted to the physical education with emphasis on education through the activities of the motion for a better quality of life in the future.


(6)

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pertanyaan Penelitian ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfat Penelitian ... 13

F. Batasan Masalah Penelitian ... 14

G. Batasan Istilah ... 14

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 17

A. Landasan Pedagogis ... 17

1. Definisi Pedagogi Olahraga ... 17

2. Fokus Kajian Pedagogi Olahraga ... 18

B. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 20

1. Pengertian Pendidikan Jasmani... 20

2. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 21

3. Efektivitas Pendidikan Jasmani ... 22

4. Kedudukan dan Fungsi Pendidikan Jasmani... 23

C. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Jasmani….. ... 25


(7)

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri

2. Bahan /Materi Pendidikan Jasmani ... 32

3. Strategi/Metode Pembelajaran ... 34

4. Evaluasi Pendidikan Jasmani ... 36

D. Konstruktivis Pedagogis ... 38

1. Pengertian Konstruktivis Pedagogi ... 38

2. Konstruktivis Pedagogis dalam Pembelajaran ... 39

E. Interaksi Edukatif ... 40

F. Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani ... 43

1. Kompetensi Pedagogis ... 43

2. Kompetensi Kepribadian ... 44

3. Kompetensi Profesional ... 45

4. Kompetensi Sosial ... 46

G. Hakikat Anak Didik ... 47

1. Anak Didik Sebagai Subjek Belajar ... 47

2. Kebutuhan Siswa ... 48

3. Karakteristik Siswa ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Metode Penelitian ... 51

B. Deskripsi Latar, Entri, dan Kehadiran Peneliti ... 53

1. Deskripsi Latar ... 53

a. SMAN 1 Cimahi... 53

b. SMAN 2 Cimahi... 54

c. SMAN 3 Cimahi... 54

d. SMAN 6 Cimahi... 57

2. Entri... 57

3. Kehadiran Peneliti ... 58

C. Populasi dan Sampel ... 59

D. Teknik Pengumpulan Data ... 60

1. Pengamatan ... 60


(8)

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri

3. Dokumentasi ... 67

E. Obyek Penelitian ... 68

F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 68

G. Analisis dan Interpretasi Data ... 68

1. Metode Analisis Data ... 68

2. Tahap – Tahap Analisis Data ... 69

3. Kategorisasi... 69

4. Integrasi Kategori dan Kawasan ... 70

5. Pembatasan Teori ... 70

6. Penulisan Teori ... 70

H. Pemeriksaan Keabsahan Data (Triangulasi) ... 71

1. Perpanjangan Keikutsertaan... 71

2. Auditing ... 71

a. Tahap Pra Entri... 72

b. Tahap Penetapan Dapat Tidaknya di Audit... 72

c. Tahap Persetujuan Resmi Antara Auditor dan Audit ... 72

d. Tahap Penentuan Keabsahan ... 73

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Deskripsi Latar Penelitian ... 74

1. SMAN 1 Cimahi ... 74

2. SMAN 2 Cimahi ... 75

3. SMAN 3 Cimahi ... 75

4. SMAN 6 Cimahi ... 78

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 78

1. Pengamatan Dokumen ... 78

a. SMAN 1 Cimahi... 79

b. SMAN 2 Cimahi... 79

c. SMAN 3 Cimahi... 79

d. SMAN 6 Cimahi... 79


(9)

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri

a. SMAN 1 Cimahi... 82

b. SMAN 2 Cimahi... 91

c. SMAN 3 Cimahi... 99

d. SMAN 6 Cimahi... 107

3. Wawancara ... 112

a. SMAN 1 Cimahi... 112

b. SMAN 2 Cimahi... 120

c. SMAN 3 Cimahi... 125

d. SMAN 6 Cimahi... 131

C. Analisi Data ... 137

1. SMAN 1 Cimahi ... 137

a. Sikap Guru... 137

b. Sikap Siswa ... 138

c. Interaksi Guru dan Siswa ... 139

d. Aspek yang Dikembangkan ... 139

2. SMAN 2 Cimahi ... 139

a. Sikap Guru... 139

b. Sikap Siswa ... 140

c. Interaksi Guru dan Siswa ... 141

d. Aspek yang Dikembangkan ... 142

3. SMAN 3 Cimahi ... 142

a. Sikap Guru... 142

b. Sikap Siswa ... 143

c. Interaksi Guru dan Siswa ... 143

d. Aspek yang Dikembangkan ... 144

4. SMAN 6 Cimahi ... 144

a. Sikap Guru... 144

b. Sikap Siswa ... 145

c. Interaksi Guru dan Siswa ... 145


(10)

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri

D. Diskusi Penemuan ... 148

1. Pra Pengajaran ... 148

2. Pengajaran ... 150

3. Post Pengajaran ... 151

4. Aspek yang Dikembangkan ... 152

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 154

A. Kesimpulan ... 154

B. Saran ... 155

DAFTAR PUSTAKA ... 157 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

Sejak masa proklamasi olahraga dilaksanakan di sekolah diberi nama olahraga pendidikan, yaitu olahraga yang diterapkan sesuai dengan tujuan–tujuan pendidikan. Jadi olahraga bukanlah menjadi tujuan, melainkan sebagai sarana atau alat untuk mencapai pendidikan. Di samping olahraga pendidikan dikenal pula olahraga prestasi, olahraga rekreasi, olahraga rehabilitas dan sebagainya.

Seperti yang yang dijelaskan di atas penulis berencana menganalisis jalannya mata pelajaran penjas di sekolah yang dalam Undang – Undang no.3 tahun 2005, pasal 1 ayat 11 yang berbunyi :

Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses peendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperolah pengetahuan, kepribadian, keterampialan, kesehatan dan kebugaran jasmani.

Dalam sejarahnya pendidikan jasmani berasal dari Amerika Serikat yang berawal dari istilah gymnastic, hygine, dan physical culture. Di Indonesia, istilah pendidikan jasmani berawal dari “gerak badan” atau “aktivitas jasmani”. Dalam perjalanan sejarah juga pernah mengalami istilah “pendidikan olahraga”, “pendidikan jasmani kesehatan rekreasi”, “pendidikan jasmani kesehatan” sebelum sehingga saat ini kembali pada istilah “pendidikan jasmani”. Perjalanan ini menunjukkan ketidak konsistenan misi dan visi pendidikan jasmani yang diemban di tanah air, terombang – ambing pengaruh zaman dan budaya serta nilai orientasi yang juga tidak konsisten. Hingga saat ini pun, di sekolah dikenal dengan mata pelajaran “pendidikan jasmani”, tetapi sekolah sepakat semua orang menyebutnya sebagai mata pelajaran “olahraga”.

Istilah “gymnastics” yang pernah ada di Amerika, terjadi sekitar tahun 1800 -an, yang merujuk pada aktivitas jasmani atau latihan yang dilakukan di


(12)

gymnasium. Istilah ini juga populer di negara Eropa, tetapi di Amerika digunakan sebagai bagian fase perkembangan program pendidikan jasmani. Pada saat ini, karena terjadi penciutan makna, berubah menjadi lebih spesifik, seperti “Olympic gymnastics” atau “corrective gymnastics”.

hygiene” merupakan suatu istilah populer lainnya pada tahun 1800-an, yang mengacu pada pengetahuan untuk mengantar orang menjadi “sehat”. Istilah ini muncul kembali pada tahun 1900-an meski menjadi istilah “health education”. Dalam pelaksanaannya istilah olahraga Pada saat kemunculan itu para pemimpin di bidang pendidikan jasmani memutuskan dari dan mengembangkan diri unuk bisa mengantarkan para siswanya untuk “sehat”.

Istilah lain yang pernah muncul di Amerika Serikat adalah “physical culture.” Pada sekitar tahun 1800-an, istilah ini sangat dekat dengan tema “pelatihan jasmani”, yang lebih mengarah pada program “latihan kondisi”. Program seperti ini juga sering diselenggarakan pada program ketentaraan mereka. Tetapi, tentu istilah ini tidak akan sesuai diselenggarakan dalam program pendidikan jasmani di sekolah.

Daryl Siedentop, seorang pakar pendidikan jasmani dari Amerika Serikat (Abduljabar, 2009:5) mengatakan bahwa saat ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model “pendidikan melalui jasmani”, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini dan menekankan pada kebugaran jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Secara singkat dapat dikatakan bahwa : “pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang, dan melalui jasmani.” Dari penjelasan tersebut bahwa yang dimaksud dengan pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang dan melalui aktivitas jasmani.

Menurut (Jesse Feiring Williams; Freeman, 2001; Abduljabar, 2009:5) pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian tersebut didukung oleh adanya pemahaman bahwa:


(13)

Manakala pikiran (mental) dan tubuh disebut dua unsur yang terpisah, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal... melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan individu adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual, emosional, dan estetika.

Pendidikan melalui fisikal merupakan pendidikan melalui aktivitas fisikal (aktivitas-jasmani), tujuannya mencakup semua aspek perkembangan kependidikan, termasuk pertumbuhan mental, sosial siswa. Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus dibelajarkan dan dikembangkan, dan selain itu perlu pula berdampak pada perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama dengan siswa lain. Menurut Abduljabar (2010:4) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai “pendidikanmelalui fisikal”, bahwa :

Kontribusi unik pendidikan jasmani terhadap pendidikan secara umum adalah perkembangan tubuh yang menyeluruh melalui aktivitas jasmani. Ketika aktivitas jasmani ini dipandu oleh para guru yang kompeten, maka hasil berupa perkembangan utuh insani menyertai perkembangan fisikalnya. Ini hanya dapat dicapai ketika aktivitas jasmani menjadi budaya dan kebiasaan jasmani atau pelatihan jasmani.

Pendidikan jasmani yang perlu dijadikan bagian kurikulum kependidikan pada setiap jenjang pendidikan yang ada. Program pendidikan jasmani yang berkualitas dapat memberikan kontribusi pada setiap domain pembelajaran. Namun demikian kontribusi pendidikan jasmani terhadap pendidikan sangat bergantung pada komitmen guru untuk melaksanakan program yang berkualitas, dan mendukung siswa untuk belajar di sekolah, dan bekerja di masyarakat.

Pendidikan jasmani pun dapat berkontribusi kepada tujuan pendidikan dalam berbagai cara, yaitu:

1. Kontribusi yang unik terhadap perkembangan total siswa. Karena pendidikan jasmani dalam kurikulum merupakan mata pelajaran yang


(14)

mempromosikan pengembangan keterampilan gerak dan kebugaran jasmani.

2. Kontribusi terhadap nilai kesehatan dan kesejahteraan yang dapat mudah dikenal oleh siswa

3. Kontribusi terhadap kesiapan belajar siswa, dengan siswa yang memiliki badan yang sehat dapat belajar lebih efektif, memiliki energi lebih untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

4. Kontribusi terhadap integrasi semua pelajaran yang ada di sekolah kedalam suatu keutuhan yang bermakna, dan mampu melihat inter-relasi yang terjadi.

Pendidikan jasmani dapat berkontribusi terhadap setiap domain pembelajaran. Di dalam kurikulum, tujuan pendidikan jasmani berkontribusi terhadap perkembangan kognitif dan afektif siswanya. Namun demikian, hal ini pun sangat tergantung pada bagaimana guru pendidikan jasmani dapat menekankan atau mengorientasikan perkembangan dalam program-program pembelajarannya.

Kontribusi dari pendidikan jasmani yang sangat unik untuk kurikulum pendidikan adalah pada aspek perkembangan psikomotornya. Perkembangan pada domain ini menekankan bahwa pendidikan jasmani dapat mengembangkan keterampilan gerak dan tingkat kebugaran jasmani siswa. Tentu juga pada saat yang bersamaan pembelajaran pendidikan jasmani juga dapat mengembangkan dua domain pembelajaran lainnya, yaitu, domain afektif dan kognitif.

James A. Baley dan David A. Field (Abduljabar, 2010:4) menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang sungguh – sungguh. Kedua ahli ini menyebutkan bahwa :

Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.


(15)

Aktivitas jasmani yang dipilih harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan kapabilitas siswa. Aktivitas fisikal yang dipilih ditekankan pada berbagai aktivitas jasmani yang wajar, aktivitas jasmani yang membutuhkan sedikit usaha sebagai aktivitas rekreasi dan atau aktivitas jasmani yang sangat membutuhkan upaya keras seperti untuk kegiatan olahraga kepelatihan atau prestasi.

Pendidikan jasmani itu memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan aktivitas jasmani yang mengaktifkan otot – otot besar (gross motorik), memusatkan diri pada sebuah gerak fisikal dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia. Karakteristik pendidikan jasmani tidak terdapat pada mata pelajaran lain. Karena dalam hasil kependidikan dari pengalaman belajar fisikal tidak terbatas hanya pada perkembangan tubuh saja, maka konteks melalui aktivitas jasmani yang dimaksud adalah konteks yang utuh menyangkut semua dimensi tentang manusia, seperti halnya hubungan tubuh dan pikiran. Tentu pendidikan jasmani tidak hanya menyebabkan seseorang terdidik fisiknya, tetapi juga semua aspek yang terkait dengan kesejahteraan total manusia. Seperti diketahui, dimensi hubungan tubuh dan pikiran menekankan pada tiga domain kependidikan, yaitu: psikomotor, afektif, dan kognitif. Seorang ahli pendidikan jasmani lain yang menyebutkan bahwa “tubuh adalah tempat bersemayamnya pikiran.”

Pendidikan adalah jalur utama yang harus ditempuh untuk berperan aktif dalam perkembangan zaman. Menurut Eckert (Fibrian Dwi M, 2012:1) bahwa “pendidikan merupakan sarana untuk membekali generasi baru dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat bertahan dalam kelompok masyarakat.”

Apalagi proses pendidikan didalam sekolah sangat penting peranannya dalam laju pembangunan yang dapat menjadi pemicu mobilitas. Sampai sekarang kualitas pendidikan merupakan masalah yang paling menonjol dalam dunia pendidikan, perubahan kurikulum merupakan suatu usaha pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan.


(16)

Untuk dapat mewujudkan pendidikan yang lebih baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan, salah satu komponen utama yang mempengaruhi mutu pendidikan yaitu guru. Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1 http://definisimu.blogspot.com/2012/09/definisi-guru.html)

Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.

Oleh karena itu guru mempunyai peran penting dalam bidang pendidikan yang harus berperan secara aktif dan dapat menempatkan kedudukannya sebagai tenaga yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

Tugas guru ialah sebagai pendidik dan pembimbing untuk membuat siswanya menjadi yang lebih baik. Guru pun tidak hanya menyampaikan informasi atau ilmu kepada peserta didiknya, tetapi harus bisa menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didiknya, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Dalam hal ini guru harus bisa membangkitkan motivasi siswanya dalam proses belajar mengajar, karena motivasi merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh dan dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar sehingga membuat siswa terdorong untuk mengubah tingkah laku siswa dalam belajar untuk kearah yang lebih baik.

Pembelajaran yang baik, berkualitas atau efektif dalam pembelajaran pendidikan jasmani jika guru mampu merekayasa lingkungan belajar yang memanfaatkan lingkungan yang ada secara optimal sehingga dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat merangsang siswa untuk senangmengikuti pembelajaran aktivitas jasmani. Menurut sugiyanto dan Sudjarwo (1991:373-376, dalam:http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197409072


(17)

001121-DIDIN_BUDIMAN/pedagogi_olahraga/Peran_Guru_Penjas.pdf) tugas dan kewajiban guru yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

1. Guru sebagai perencana pengajaran. Guru pendidikan jasmani harus mampu menetapkan tujuan pengajaran, memilih materi pengajaran, menentukan strategi belajar mengajar, menyiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan, menyiapkan alat evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran aktivitas jasmani.

2. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar. Guru pendidikan jasmani harus menciptakan kondisi lingkungan belajar gerak yang kondusif.

3. Guru sebagai motivator. Guru harus mampu memotivasi dan menggerakkan siswa agar mau belajar dengan lebih giat untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Guru pun harus berusaha memahami kondisi dan karakter setiap siswanya agar mampu menemukan bentuk motivasi yang sesuai bagi siswa.

4. Guru sebagai evaluator. Guru pendidikan jasmani harus melakukan kegiatan evaluasi, baik dalam proses belajar mengajar berlangsung maupun sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan.

Permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah kualitas, kuantitas, dan relevansi. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan kebutuhan yang mendesak, mengingat kualitas pendidikan di Indonesia sudah jauh tertinggal dari negara tetangga. Kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, demokrasi, dan tanggapan terhadap masalah – masalah praktis yang harus segera diselesaikan. Oleh karena itu sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan.

Kualitas pendidikan tidak terlepas dari tujuan, materi, metode dan evaluasi pembelajaran. Dalam pemberian materi pendidikan harus menentukan hasil belajar yang lebih baik, oleh karna itu dalam pelaksanaan proses belajar mengajar harus dirancang sebaik mungkin sehingga dapat mengembangkan hasil belajar yang diperlukan oleh siswa, begitu pula tujuan, metode dan evaluasi yang penting guna bagi menentukan arah proses pembelajaran di sekolah.


(18)

Mata pelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan yang memiliki tugas yang unik yaitu menggunakan “gerak tubuh” sebagai media untuk membelajarkan peserta didik. Namun Fenomena yang terjadi dewasa ini tentang tugas mata pelajaran Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah tidak sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani itu sendiri. Menurut (CDC, 2000; Disman, 1990; Pate dan Trost, 1998; Murdiansyah, 2011:16) mengemukakan bahwa:

Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikirkritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Faktanya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah pada sekarang ini sudah banyak yang belum sesuai dengan tujuan dari pendidikan jasmani itu sendiri, misalnya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani terkadang guru memberi pelajaran seperti militer, guru kurang memahami arti pendidikan jasmani yang meliputi belajar gerak dan belajar sambil bergerak, tidak membuat kesenangan bagi peserta didiknya dalam proses pembelajarannya, tidak memperhatikan perubahan kemampuan anak, guru memberikan materi yang terlalu mudah atau terlalu sukar sehingga peserta didik merasakan bosan dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, sarana dan prasarana yang kurang sehingga dalam pelaksanaannya siswa lebih banyak menunggu giliran dibandingkan geraknya, proporsi waktu aktif belajar yang sangat terbatas.

Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani saat ini belum dapat berkontribusi secara tepat dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari fakta lapangan ketika penulis melakukan Program Latihan Profesi disalah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Fakta di lapangan menunjukkan permasalahan yang mendasar dalam pendidikan jasmani, yaitu antara lain :

1. Guru berpegang teguh bahwa penguasaan keterampilan olahraga merupakan tujuan utama dari pendidikan jasmani, kurang memperhatikan


(19)

tujuan yang bersifat afeksi seperti kesenangan dan keceriaan serta memperhatikan aspek gerak dasar siswa yang bermanfaat bagi keterlibatan siswa dalam berbagai aktivitas sehari-hari.

2. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dalam pengembangan dan variasi aktivitas belajar yang diberikan cenderung kurang dalam pengembangan tujuan secara holistik dan cenderung didasarkan pada minat, perhatian, kesenangan dan latar belakang gurunya. Aktivitas pendidikan jasmani yang diperoleh siswa cenderung terbatas sehingga siswa berpartisipasi pada permainan dan aktivitas yang jumlahnya relatif terbatas. Guru kurang mengembangkan aspek afektif karena kurang melibatkan aktivitas yang dapat mengembangkan keterampilan sosial, kerjasama, dan kesenangan siswa terhadap pendidikan jasmani. Siswa disuruh untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang terlalu mudah atau terlalu sukar yang dapat menyebabkan mereka bosan, frustasi, atau melakukannya dengan asal-asalan. Proporsi jumlah waktu aktif belajar sangat terbatas sebab siswa harus menunggu giliran, memilih team, terbatasnya peralatan.

3. Kurangnya alokasi waktu pembelajaran pendidikan jasmani yang hanya 1 kali dalam seminggu dengan waktu yang sedikit, yaitu 2 x 45 menit di setiap pertemuannya. Sehingga menjadikan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas kurang berkontribusi baik terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa.

4. Evaluasi, pelaksanaan evaluasi belum begitu nampak terintegrasi dalam sebuah proses belajar mengajar karena guru dikejar-kejar oleh bahan ajar yang harus tuntas, materi evaluasi terkadang kurang relevan dengan materi yang diberikan pada proses belajar mengajar, situasi pelaksanaan evaluasi.

5. Jumlah siswa dan karakteristik siswa, dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani siswa yang terlalu banyak apalagi ketika suatu materi yang siswanya dari kelas paralel.


(20)

6. Sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani, kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani. Lapangan yang harus bergantian dengan guru olahraga yang lainnya, bola yang terlalu sedikit sehingga siswa lebih banyak menunggu giliran dibandingkan belajar geraknya.

7. Keberhasilan kurikulum pendidikan jasmani, keberhasilan kurikulum pendidikan jasmani masih bersifat samar dan cenderung lokal belum menyeluruh sebagaimana yang tercantum dalam tujuan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

Untuk memperbaiki kondisi pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas (SMA) dibutuhkan proses pembelajaran yang dapat membekali siswa Sekolah Menengah Atas untuk dapat hidup aktif sepanjang hayat, menjadikan aktivitas jasmani sebagai kebutuhan hidup, serta pembelajaran yang berkualitas bergantung pada keputusan instruksional guru dalam mengajar yang dideskripsikan melalui: perilaku guru, perilaku siswa, interaksi guru dan siswa serta aspek yang dikembangkan selama proses pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung.

Keputusan intraksional yang dilakukan guru akan berdampak pada kondisi dan situasi pembelajaran. Suasana belajar dan mengajar menjadi tanggungjawab sepenuhnya dari seorang guru. Guru merupakan aktor penting bagi terjadinya proses belajar siswa. Guru pun seakan memberikan pesan kepada siswa karena itulah peran guru menjadi penting dalam sebuah proses belajar mengajar.

Manakala guru mengajar maka perlu disambut siswa untuk belajar, pesan atau informasi yang diberikan guru perlu menyebabkan siswa belajar dan mendapatkan sejumlah pengetahuan sebagai akibat dari pengalaman belajar yang dilakukannya. Siswa perlu membuat reaksi atas perilaku yang dilakukan guru dengan demikian peran siswa adalah untuk menyambut atau merespon atas perilaku guru.

Guru mengajar perlu dilanjut oleh siswa belajar, sehingga terjadi interaksi intens yang membangun sebuah kontruksi belajar mengajar. Secara umum setelah guru menjelaskan dan mendemonstrasikan tugas belajar gerak, maka perlu diikuti


(21)

oleh siswa melakukan tugas gerak dalam cara-cara yang dikembangkan tingkat kemudahan dan kesulitan gerak itu serta perbaikan tugas gerak jika siswa melakukannya secara kurang tepat sampai siswa dapat memahami, merespon, merasakan dan melakukan tugas gerak yang diinginkan.

Interaksi guru dan siswa membangun sebuah makna pada aspek yang ingin dikembangkan atau diraih. Ini berarti guru bersama siswa akan membentuk orientasi pada peraihan kesehatan dan kebugaran siswa, kesenangan/keriangan siswa, kepatuhan/kedisiplinan siswa, atau pada peristiwa belajar siswa. Hal ini seakan merupakan dampak dari jalinan interaksi intens diantara guru dengan siswa.

Keputusan intruksional guru terhadap belajar siswa dalam upaya meraih tujuan yang diinginkan merupakan proses pedagogis. Proses pedagogis ini akan dianalisis untuk memberikan gambaran proses belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah. Dengan demikian peneliti akan mengadakan penelusuran deskriptif tentang: Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar (PBM) Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kota Cimahi (Penelitian Deskriptif Tentang Perilaku Guru, Perilaku Siswa, Interaksi Guru dan Siswa, dan Aspek Yang Dikembangkan).

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan investigasi masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan hal-hal yang akan diteliti. Seperti yang telah diketahui bahwa pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah belum sesuai dengan tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang sebenarnya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah yang dikemukakan peneliti adalah tentang Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Ditinjau Dari Analisis Pedagogis Yang Meliputi Perilaku Guru, Perilaku Siswa, Interaksi Guru Dan Siswa Serta Aspek Yang Dikembangkan Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

Perilaku guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala keputusan dalam bentuk perilaku atau ucapan guru ketika bertugas mengajar, seperti cara


(22)

guru mengawali pembelajaran, cara guru menjelaskan, cara guru mendemonstrasikan tugas belajar gerak, cara guru mengembangkan tugas gerak, cara guru memberikan umpan balik pada siswa dan cara guru memperbaiki tugas gerak siswa, perilaku guru tersebut akan diamati melalui lembar observasi sederhana.

Perilaku siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melakukan segala keputusan guru dalam bentuk perilaku maupun ucapan ketika pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani berlangsung, seperti dengan cara mengikuti perintah guru dalam proses pembelajaran, merespon pembelajaran yang diberikan oleh guru untuk melakukan tugas gerak yang diinginkan. Perilaku siswa ini akan diamati melalui observasi sederhana.

Interaksi guru dan siswa merupakan sebuah kontruksi belajar mengajar untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif dan aktif serta dapat meraih aspek yang dikembangkan untuk membentuk orientasi pada keraihan kesehatan dan kebugaran siswa, kesenangan dan keriangan dalam proses pembelajaran. Interaksi guru dan siswa ini akan diamati melalui lembar observasi sederhana.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku guru pendidikan jasmani dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani?

2. Bagaimana perilaku peserta didik dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani?

3. Bagaimana interaksi antara guru dengan peserta didiknya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani?

4. Aspek apa yang dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas se-Kota Cimahi?


(23)

Dalam setiap penelitian harus memiliki tujuan – tujuan yang akan dicapai, sehingga dapat menghasilkan informasi dan hasil penelitian yang benar. Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian, maka penulis mengajukan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perilaku guru pendidikan jasmani dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Untuk mengetahui perilaku peserta didik dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Untuk mengetahui interaksi antara guru dengan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani.

4. Untuk mengetahui aspek yang dikembangkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas se-Kota Cimahi.

E. Manfaat Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian, peneliti mengharapkan apa yang telah diteliti oleh peneliti dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengembangkan wawasan ilmu dan mendukung teori-teori yang sudah ada dan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas.

2. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah dapat lebih baik.

3. Menambah bahan pustaka baik di tingkat Prodi, Fakultas maupun Universitas.

b. Manfaat Praktis

1. Untuk melatih, mengembangkan kemampuan dan keterampilan peneliti dalam melakukan penelitian yang lebih lanjut.


(24)

2. Hasil penelitian dapat menambah wawasan guru, peserta didik tentang pelaksanaan pendidikan jasmani.

F. Batasan Masalah Penelitian

Untuk lebih memfokuskan masalah dalam penelitian ini yang erat kaitannya dengan masalah dalam penelitian maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Ruang lingkup penelitian di fokuskan pada Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani (perilaku guru, perilaku peserta didik, interaksi guru dengan peserta didik, dan aspek yang dikembangkan) dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kota Cimahi.

2. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Atas negeri se-Kota Cimahi, yaitu: SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, SMAN 4 Cimahi, SMAN 5 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi

3. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini di setiap sekolahnya adalah guru pendidikan jasmani, serta beberapa siswa yang terlibat dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran Pendidikan jasmani.

G. Batasan Istilah Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, beberapa batasan istilah yang digunakan dalam penelitian perlu adanya penjelasan istilah, yaitu:

1. Analisis pedagogis proses pembelajaran penjas yang meliputi: perilaku guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala keputusan dalam bentuk perilaku atau ucapan guru ketika bertugas mengajar, perilaku siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melakukan segala keputusan guru dalam bentuk perilaku maupun ucapan ketika pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani berlangsung, serta interaksi guru dan siswa


(25)

merupakan sebuah kontruksi belajar mengajar untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif dan aktif serta dapat meraih aspek yang dikembangkan untuk membentuk orientasi pada keraihan kesehatan dan kebugaran siswa, kesenangan dan keriangan dalam proses pembelajaran. 2. Pedagogi Olahraga (sport pedagogy) dalam situs http://aszat.blogspot.com

/2009/06/pedagogi-olahraga.htm adalah sebuah disiplin ilmu keolahragaan yang berpotensi untuk mengintegrasikan subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya untuk melandasi semua praktik dalam bidang keolahragaan yang mengandung maksud dan tujuan untuk mendidik.

3. Belajar menurut Robert M. Gagne dalam situs (http://effendi-

dmth.blogspot.com/2012/09/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html#.UTCITlKpm00): the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi.

4. Mengajar dalam situs http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/02 /pengertian mengajar.html adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Karenanya belajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh peserta didiknya.

5. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mujiono yang dikutip oleh Sagala (Ruswandi, 2011:19) merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.


(26)

6. Pendidikan Jasmani Menurut Mahendra, Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga yang dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan.

7. Guru menurut UU RI NO 14 TAHUN 2005 dalam situs http://carapedia.com/pengertian_definisi_guru_info2159.html adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

8. Siswa dalam situs http://id.shvoong.com/socialsciences/education/ 2134628 -definisi-siswa/#ixzz2MHuTTv6k) adalah sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik secara kelompok atau perorangan.


(27)

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian sangat erat hubungannya dengan suatu metode, karena dalam penggunaan metode dalam penelitian harus disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan yang akan dikaji. Keberhasilan dalam sebuah penelitian tidak terlepas dari suatu metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengumpulan data dan analisis data. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi deskriptif yang sifat penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dapat menjawab permasalahan tentang gejala-gejala sosial yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan dengan kondisi yang objektif terjadi dilapangan tanpa adanya manipulasi. Seperti yang dijelaskan oleh Moleong (2007:6) tentang penjelasan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang akan dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll., secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Dalam menggunakan penelitian kualitatif, data yang didapat lebih lengkap, dan lebih mendalam karena dalam proses penelitian kualitatif ini melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, melihat interaksi dengan peneliti sehingga tujuan penelitian dapat dicapai dan program yang akan dikembangkan akan memungkinkan untuk dilaksanakan.

Penelitian studi deskriptif dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989:64), yaitu sebagai berikut:


(28)

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Dari penjelasan diatas, bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dan yang nampak dalam situasi tersebut. Adapun ciri-ciri tentang metode penelitian deskriptif yang dijelaskan oleh Surakhmad (1998:140), yaitu sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisi (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

Penggunaan metode penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran menganai proses pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Se-Kota Cimahi, yaitu SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, SMAN 4 Cimahi, SMAN 5 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Berdasarkan dari penjelasan Surakhmad tentang ciri-ciri penelitian studi deskriptif penulis kemukakan bahwa dalam melaksanakan penelitian data yang diperoleh mula-mula dikumpulkan, disusun, dijelaskan, serta dianalisis. Dengan penelitian ini peneliti untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan dalam penelitian ini akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan penelitian studi deskriptif adalah dimulai dari menyusun instrumen penelitian, berupa observasi sederhana pada proses pembelajaran pendidikan jasmani dan berupa wawancara yang dilakukan kepada guru pendidikan jasmani di SMAN se-kota Cimahi, siswa yang mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah tersebut.


(29)

B. Deskripsi Latar, Entri, dan Kehadiran Peneliti 1. Deskripsi Latar

Deskripsi latar yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berusaha memaparkan atau menggambarkan secara jelas dan rinci mengenai tempat atau lokasi penelitian yaitu SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, SMAN 4 Cimahi, SMAN 5 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Dari ke enam sekolah ini hanya empat sekolah yang penulis teliti, karena beberapa hal yang penulis alami dalam proses perijinan penelitian. Ke empat sekolah tersebut diantaranya SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini dilakukan untuk memberikan kejelasan secara utuh dan menyeluruh tentang proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi.

a. SMAN 1 Cimahi

SMA Negeri 1 Cimahi berdiri sejak tahun 1961 dengan nama SMA DT II Bandung di Cimahi dan berlokasi di Sekolah Hsin Hua milik Yayasan BAPERKI jalan Pasar Atas No.47 D. Pada awalnya di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah pertama Syukron Sulaeman hanya memiliki 2 kelas yaitu bagian B (Pasti Alam) dan bagian C (Ilmu Sosial) . Kemudian pada tahun 1962 SMA Swasta DT II Bandung di Cimahi menjadi Filial SMA Negeri 5 Bandung. Kemudian pada tahun 1964 berubah menjadi SMA Negeri Cimahi berdasarkan Surat Keputusan Pendirian Nomor : 79/SK/B/III/64 dengan Kepala Sekolah Tan kim Hay (Soetjonegoro) tepatnya tanggal 30 Juli 1964.

Fasilitas yang dimiliki selain 27 ruang kelas, juga terdapat 1 perpustakaan, 1 ruang multi media dan 3 laboratorium (laboratorium bahasa, Lab. IPA, Lab.IPS dan komputer), 1 Kepala sekolah, , 1 ruang guru MP, 1 ruang guru BK, 1 Ruang TU, 1 ruang Komite Sekolah, 1 lapangan olahraga , mesjid, ruang OSIS, 1 ruang stusio musik, 1 ruang tata boga, dan ruang – ruang Ekstrakurikuler yang ada berjumlah 4 ruang kegiatan yang dibagi menjadi 12 unit kegiatan, 2 ruang parkir motor dan garasi mobil Kepsek.


(30)

b. SMAN 2 Cimahi

SMA Negeri 2 Cimahi pada awalnya merupakan pengembangan dari SMA Negeri Cimahi (SMA Negeri 1 Cimahi sekarang) yang dikenal sebagai kelas jauh SMA Negeri Cimahi dan mulai dibangun pada tahun 1976 - 1977 ( Kelas III Jurusan IPA SMA Negeri Cimahi ).

Pada tanggal 19 Nopember 1981 diadakan upacara peresmian Penegerian SMA Negeri Cimahi Filial Sriwijaya terhitung mulai tanggal 1 Juli 1981 yang kemudian ditegaskan dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0220 / O / 1981 tanggal 14 Juli 1981. Selanjutnya sejak saat itu SMA Negeri Cimahi Filial Sriwijaya menjadi SMA Negeri 2 Cimahi sampai dengan sekarang.

Berdasarkan prestasi yang telah diukir oleh para siswa dibawah bimbingan para tenaga pengajar yang ada di SMA Negeri 2 Cimahi, maka pemerintah melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat memberikan Piagam Penghargaan kepada SMA Negeri 2 Cimahi sebagai Sekolah Yang bermutu Tinggi ( Piagam Penghargaan No.002 / Kep.3268.Disdik / 2002 tanggal 20 Juni 2002 ) dan piagam penghargaan Badan Akreditasi Sekolah Jawa Barat dengan nilai “A” Amat Baik ( Piagam Penghargaan No. 057/BAS/JB/2003, tanggal 11 Nopember 2003 ) Berdasarkan Surat keputusan No. 169/C.C4/MN/2009, tanggal 10 Pebruari 2009, SMA Negeri 2 Cimahi ditetapkan sebagai Calon “RSBI” Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

c. SMAN 3 Cimahi

Berawal dari menempati 2 lokal yang dipinjamkan SMPN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi berdiri sebagai filial / sekolah binaan dari SMAN 2 Cimahi pada tahun 1984. Kemudian atas dasar prakarsa PYMT Kepala Sekolah pada saat itu yakni Bpk. Drs Tatang Bachrum Adji, Bpk. Moch Wasid SH dibantu oleh Bpk. Drs. Dede Suyatna, membeli sebidang tanah yang luasnya 9.326 M2 di jln. Pesantren Cibabat, Cimahi Utara. Dilahan itulah dibangun 3 ruangan belajar,1 ruang Guru dan 1 ruang TU. Maka berpindahlah kegiatan SMAN 3 Cimahi dari SMPN 2 Cimahi di jln. Jend Sudirman ke jln. Pesantren Cimahi Utara yang secara Yuridis


(31)

ditetapkan berdiri sendiri dengan SK Pendirian Sekolah No 0601/10/1985 pada tanggal 22 November 1985. Kepemimpinan saat itu dipegang oleh ibu Dra. Hj. Ratu Yetty Amin Argakusumah dan Bpk. Moch. Wasid. SH.

Berawal dari menempati 2 lokal yang dipinjamkan SMPN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi berdiri sebagai filial / sekolah binaan dari SMAN 2 Cimahi pada tahun 1984. Kemudian atas dasar prakarsa PYMT Kepala Sekolah pada saat itu yakni Bpk. Drs Tatang Bachrum Adji, Bpk. Moch Wasid SH dibantu oleh Bpk. Drs. Dede Suyatna, membeli sebidang tanah yang luasnya 9.326 M2 di jln. Pesantren Cibabat, Cimahi Utara. Dilahan itulah dibangun 3 ruangan belajar,1 ruang Guru dan 1 ruang TU. Maka berpindahlah kegiatan SMAN 3 Cimahi dari SMPN 2 Cimahi di jln. Jend Sudirman ke jln. Pesantren Cimahi Utara yang secara Yuridis ditetapkan berdiri sendiri dengan SK Pendirian Sekolah No 0601/10/1985 pada tanggal 22 November 1985. Kepemimpinan saat itu dipegang oleh ibu Dra. Hj. Ratu Yetty Amin Argakusumah dan Bpk. Moch. Wasid. SH.

Tahun Ajaran 1986 – 1990, barulah ada Kepala Sekolah yang definitive yaitu Bpk. Ardjo. Dibawah pimpinan beliau bertambahlah ruangan belajar SMAN 3 Cimahi menjadi 10 ruangan, yang dilengkapi dengan 1 ruang LAB IPA, 1

sarana ibadah mesjid yang diberi nama “ AL – MUQODAS “, 1 lapangan olah

raga Siswa da rehab ruang Guru plus ruang TU. Tahun Ajaran 1990 – 1995, tampuk pimpinan beralih ke Bpk. Drs. Ace Rukoman, ruang belajar bertambah lagi 4 ruangan hingga jumlahnya menjadi 14 ruangan, ditambah 1 ruang Wakasek, 1 ruang OSIS, 1 ruang kantin. Pintu gerbang depan dan pembentengan batas sekolah dengan masyarakatpun ditata dan dibenahi. Lapang olah raga siswa diperbaiki ditambah dengan penataan dan penghijauan lingkungan. Tahun terus berganti, hingga pada periode 1995 – 1999 pada saat kepemimpinan Bpk. Drs. Sukarja AS; pembangunan fisik sekolah tidak ada, kecuali rehab untuk beberapa ruangan. Periode tahun ajaran 1999 – 2002 SMAN 3 Cimahi dipimpin oleh Bpk. Drs. Asep Ikhsan. Belaiu menambah 4 ruang belajar, 1 ruang perpustakaan, 1 LAB. Komputer yang dilengkapi dengan 20 buah computer Pentium 2, 1 ruang


(32)

Ajaran 2003 – 2004 kepemimpinan dipegang oleh Bpk. Jojo Sutia, pun tidak ada penambahan pembangunan fisik sekolah tetapi LAB. IPA sempat direnovasi.

Pada tahun ajaran 2004 – 2005 Kepala Sekolah dijabat PYMT Bpk. Drs. Edi Junaedi, dengan pelaksana harian Bpk. Drs. Yayat Hidayat. Pada tahun ini SMAN 3 Cimahi mendapat bantuan 1 set perangkat LAB. BAHASA. Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan elektronika; juga kebetulan SMAN 3 Cimahi pada tahun ini hanya satu – satunya SMA Negeri di Cimahi yang mempunyai jurusan Bahasa. Tahun Ajaran 2005 – 2006, Bpk. Drs. Asep Ikhsan kembali menjadi PYMT, sebagai pelaksana harian tetep dipercayakan kepada Bpk. Drs. Yayat Hidayat. Pembangunan fisik SMAN 3 dilanjutkan kembali dengan menambah 1 buah sarana lapangan olah raga, 1 ruang UKS, 1 ruang Tata Boga ( adanya MULOK pada kurikulum 2004 yang memuat adanya mata pelajaran tambahan untuk keterampilan. SMAN 3 Cimahi memilih keterampilan Tata Boga dan Elektronika ); 1 ruang piket Guru. Ruang Kepala Sekolah dan Tata Usaha pindah ke lantai dua, sementara lantai dasar digunakan untuk lahan parker sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas kendaraan yang terus bertambah baik untuk roda dua maupun roda empat.

Bulan Desember 2006 terjadi pergantian Kepala Sekolah, Bpk. Drs. Asep Ikhsan dilaih tugaskan ke SMAN 1 Cimahi dan Bpk. Drs. Rochiman Satisha bertugas di SMAN 3 Cimahi. Ditahun Ajaran 2006 – 2007 SMAN 3 Cimahi menata lingkungan yang bersih dan sehat dengan merenovasi wc siswa dan guru, perbaikan kursi dan meja belajar siswa, termasuk lapangan olah raga yang ada di lahan sebelah utara diperbaiki dan dibuat lapang tennis hinga berfungsi ganda, baik untuk guru ataupun siswa; karena Tenis dijadikan kegiatan ekstra kurikuler ditambah dengan Mading, EAC ( English Activity Corner) Jurnalist ( dilengkapi dengan kamera khusus ). Penataan halaman yang rindang dan hijau, taman yang rapih hingga terlihat asri adalah sarana yang menunjang kenyamanan aktivitas suatu komunitas sehingga bisa dijadikan lahan kegiatan yang memadai baik untuk

Flexibility Learning dan Pentas Kreasi Seni “ siswa SMAN 3 Cimahi ataupun

ajang silaturahmi dengan para orang tua siswa dan Alumni.Tahun Pelajaran 2007


(33)

lokal tetapi yang berhasil dibangun menjadi 4 lokal ,( 2 ruang belajar, 1 ruang perpustakaan dan 1 ruang Multi Media) Tuntutan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

d. SMAN 6 Cimahi

SMA Negeri 6 Cimahi sebelumnya disebut sebagai SMAN 13 Bandung. Angkatan pertama SMAN 13 Bandung pada saat itu masih bergabung dengan SMAN 4 Bandung di Jalan Gardujati no. 20 Bandung. Karena SMAN 13 Bandung masih baru dan masih bergabung dengan SMAN 4 Bandung maka belum bisa berjalan sendiri dalam menampung siswa didiknya. Begitu juga para staf pengajar kebanyakan masih guru-guru SMAN 4 Bandung. Pada saat itu Kepala Sekolah SMAN 13 Bandung adalah juga Kepala Sekolah SMAN 4 Bandung yaitu Ibu. Dra. Nani Soekartini.

Setelah berpisah secara administrasi dengan SMAN 4 Bandung Kepala Sekolah SMAN 13 Bandung dipimpin oleh Bapak Komaruddin yang berasal dari Cikampek. Pada saat itu pembangunan fisik Gedung Sekolah SMAN 13 Bandung di Cijerah masih berlangsung sehingga para siswa-siswi SMAN 13 Bandung sebagian belajar di Gedung SMAN 4 Bandung Jalan Gadujati no. 20 sebagian belajar di Gedung SMPN 1 Jalan Kesatrian Bandung.

Setelah Gedung Sekolah SMAN 13 Bandung di Cijerah selesai pada tahun 1982 maka semua siswa-siswi SMAN 13 Bandung belajar di Gedung baru SMAN 13 Bandung di Cijerah-Cimahi Selatan. SMAN 13 Bandung kemudian pada tahun 1997 berubah menjadi SMAN 6 Cimahi.

2. Entri

Entri merupakan suatu cara atau langkah peneliti untuk bisa masuk kedalam

penelitian. Sejalan dengan Moleong (2005:401) “entri merupakan suatu langkah

atau cara dimana peneliti untuk bisa masuk kedalam suatu latar penelitian.” Penelitian ini berusaha untuk menghindari segala kemungkinan yang dapat menghambat kegiatan penelitian. Peneliti mengikuti petunjuk yang dijelaskan


(34)

oleh Nasution yang dikutip oleh Samidi (Fauzi, 2011:81) yang menyatakan bahwa:

a. Usaha agar dapat memasuki lapangan dengan berusaha mengadakan hubungan informal dan non formal pada pihak terkait.

b. Mencari izin dari instansi tokoh yang berwenang.

c. Berusaha untuk memupuk dan memelihara kepercayaan orang lain dilapangan.

d. Mengidentifikasi informan, yaitu orang yang dapat memberikan informasi yang diperlukan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan kontak dengan pihak sekolah dengan mengikuti petunjuk sebagai berikut: langkah pertama, peneliti berusaha bertemu dengan kepala sekolah untuk meminta izin untuk melaksanakan penelitian di Sekolah tersebut serta menjelaskan tujuan dan maksud penelitian, selanjutnya peneliti menemui guru pendidikan jasmani dan menjelaskan secara keseluruhan tentang penelitian ini.

3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti adalah untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, maka peneliti hadir dalam setiap proses pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan oleh objek penelitian di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk menggambarkan semua aktivitas yang terjadi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi.

Kehadirin peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat. Melalui cara pengamatan ini, peneliti berusaha untuk mengamati kegiatan subyek dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Peneliti dalam penelitian ini bisa langsung mengamati kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi tentang semua aktivitas yang terjadi dari awal hingga akhir proses pembelajaran pendidikan


(35)

jasmani berlangsung dan mencatat segala sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani serta peneliti mencatat segala yang terjadi dalam proses penelitian.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penyusunan hasil data penelitian sampai dengan menganalisis data untuk mendapatkan gambaran yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian ini diperlukannya sumber data. Sumber data dalam penelitian pada umumnya disebut dengan populasi dan sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2012:117) sebagai berikut:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dalam penelitian yang peneliti lakukan yang menjadi populasi penelitian adalah guru pendidikan jasmani dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Negeri se-Kota Cimahi. Menurut Arikunto (Fauzi, 2011:83) bahwa jumlah dari sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih.

Penulis menggunakan cara untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik random sampling, karena dalam pengambilan data sebagai anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.

Adapun sebagai sampel dalam penelitian ini adalah yaitu kepada guru pendidikan jasmani dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran


(36)

pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data erat kaitannya dalam sebuah penelitian. Data yang diperoleh nantinya akan dianalisis dan disimpulkan dari sebuah pengamatan. Dalam suatu penelitian perlu adanya teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk membantu mengungkapkan suatu permasalahan penelitian dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Agar memperoleh data penelitian yang secara akurat, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara: 1) pengamatan, 2) wawancara, dan 3) dokumentasi. Ketiga teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengamatan

Apabila penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, maka salah satu cara yang digunakan dalam penelitian, peneliti mengumpulkan data penelitiannya melalui pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti.

Melalui teknik ini, peneliti dapat langsung mengetahui tentang gambaran dan segala aktivitas yang terjadi dalam suatu penelitian, khususnya dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2007:174) tentang beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam teknik pengumpulan data, yaitu diantaranya:

1. Bahwa teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Tampaknya pengamatan langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran

2. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.


(37)

3. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

4. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya ada yang keliru atau bias. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan. 5. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami

situasi-situasi yang rumit. Situasi ini mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks.

6. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan untuk dilaksanakan maka pengamatan menjadi alat yang bermanfaat.

Dari penjelasan di atas, bahwa alasan dalam penggunaan teknik pengamatan dalam proses pengumpulan data ialah dapat mengamati secara optimal dengan kemampuan peneliti terhadap objek penelitian secara langsung dalam proses pengumpulan data penelitian. Hasil pengamatan selama proses penelitian berlangsung, peneliti membuat catatan lapangan yang dirangkai berdasarkan dengan apa yang dilihat, didengar serta dirasakan secara langsung oleh peneliti.

Menurut Mosston (1994:3) bahwa “struktur pembelajaran terdiri dari kategori

yang menggambarkan tentang keputusan yang harus dibuat dalam pelaksanaan

belajar mengajar, yaitu pra pembelajaran, pembelajaran, dan post pembelajaran.”

Peneliti akan meneliti tentang proses pembelajaran pendidikan jasmani yang terdiri dari perilaku guru, perilaku siswa, interaksi antara guru dan siswa, serta aspek yang dikembangkan dari ketiga kategori struktur pelaksanaan pembelajaran. Berikut adalah instrumen penelitian dalam proses pelaksanaan penelitian berlangsung:


(38)

Tabel 3.1

Instrumen Pengamatan Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Hari/tanggal :

Tempat :

Waktu :

Guru :

Kelas : Petemuan :

Aspek Pedagogis

Situasi Pengajaran

Perilaku Guru

Perilaku Siswa

Interaksi Guru dan

Siswa

Aspek Yang Dikemban

gkan Pra Pengajaran

Pengajaran


(39)

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dalam sebuah penelitian dengan cara komunikasi langsung dengan subyek atau responden penelitian. Teknik wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk mengetahui yang lebih mendalam dari responden. Menurut Susan Stainback (Sugiyono, 2012:318) mengemukakan bahwa:

Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Dalam penelitian ini teknik wawancara dilaksanakan sebagai pelengkap dan pengembangan data hasil penelitian. Dalam menyusun pertanyaan dalam wawancara harus mempertimbangkan beberapa hal yang diperhatikan agar responden dapat menjawab soal wawancara dengan baik. Menurut Surakhmad (Fauzi, 2011: 87) pertanyaan-pertanyaan itu harus disusun dengan berpedoman, yaitu sebagai berikut:

1. Rumuskan setiap pertanyaan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. 2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pertanyaan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif. 3. Sifat pertanyaan harus netral dan obyektif.

4. Mengajukan hanya pertanyaan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.

Pelaksanaan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu kepada guru pendidikan jasmani, dan beberapa siswa yang sedang terlibat dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani disetiap sekolahnya. Dalam pelaksanaan wawancara ini peneliti menggunakan tanya jawab dengan responden dan menuangkan hasil wawancara dalam bentuk catatan lapangan. Peneliti menggunakan wawancara berstruktur yaitu menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan berupa instrumen penelitian yang berupa


(40)

pertanyaan-pertanyaan. Jadi peneliti lebih menekankan tanya jawab dengan responden yang mengacu pada tujuan pedoman wawancara. Adapun kisi-kisi untuk wawancara, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Wawancara

No. Variabel Sub Variabel Indikator

1 Guru 1.1 Cara Mengajar a. Cara menyampaikan materi pembelajaran. b. Kejelasan materi

pelajaran. 1.2 Proses Pembelajaran Penjas a. Mengawali

pembelajaran penjas. b. Penggunaan alat bantu

pengajaran.

c. Penggunaan metode dalam mengajar. d. Cara memotivasi

siswa. e. Menutup

pembelajaran penjas 2 Kurikulum 2.1 Kesesuaian Materi a. Kesesuaian

materi-materi yang diajarkan b. Kesesuaian dengan

program pembelajaran penjas

2.2 Isi Materi a. Isi materi pelajaran penjas dan kedudukan materi


(41)

(kognitif, afektif, dan psikomotor)

c. Sumber pedoman dalam mengajar 2.3 Fasilitas Pembelajaran a. Kelengkapan fasilitas

pembelajaran penjas b. Pemanfaatan fasilitas

pembelajaran penjas c. pemeliharaan fasilitas

pembelajaran d. Kreativitas media

pembelajaran penjas

Tabel 3.3

Pedoman Wawancara Guru Pendidikan Jasmani HARI/TANGGAL :

TEMPAT :

WAKTU :

RESPONDEN :

SEKOLAH :

NO. Pertanyaan Dalam Wawancara

1. Kesulitan apa yang bapak/ibu rasakan dalam menyampaikan materi pelajaran ketika dilapangan?

2. Bagaimana cara bapak/ibu dalam menyampaikan materi agar mudah dipahami?

3. Penjelasan materi seperti apa yang bapak/ibu jelaskan kepada peserta didik sebelum mengajar praktek dilapangan?


(42)

menghadapi siswa yang kurang disiplin?

5. Alat bantu seperti apa yang bapak/ibu gunakan dalam proses pembelajaran penjas?

6. Upaya apa yang bapak/ibu lakukan dalam menyikapi kurangnya sarana dan prasarana?

7. Metode apa saja yang digunakan bapak/ibu dalam mengajar?

8. Bagaimana cara bapak/ibu memotivasi siswa dalam setiap pertemuan?

9. Apakah bapak/ibu setuju penjas merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa? Bagaiman menurut bapak/ibu?

10. Bagaimana sikap yang ditunjukkan siswa ketika pembelajaran penjas berlangsung dilapangan?

11. Bagaimana upaya yang bapak/ibu lakukan agar anak kondusif dalam proses KBM ketika siswa ditinggalkan?

12. Menurut bapak/ibu, bagaimana program pembelajaran penjas sekarang ini, baik waktu, materi dan peralatannya?

13. Materi pembelajaran penjas seperti apakah yang diharapkan siswa?

14. Bagaimana aplikasi bapak/ibu dalam memberikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor kepada siswa dalam pembelajaran penjas?

15. Apa yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam memelihara peralatan yang sudah ada?

16. Apakah sumber belajar memadai? Bagaimana solusinya?

17. Evaluasi seperti apa yang bapak/ibu lakukan dalam menilai proses pembelajaran penjas?

18. Program pengayaan seperti apakah yang bapak/ibu lakukan dalam melaksanakan pembelajaran penjas?

19. Bagaimana upaya bapak/ibu dalam memodifikasi media pembelajaran penjas?


(43)

Tabel 3.4

Pedoman Wawancara Siswa HARI/TANGGAL :

TEMPAT :

WAKTU :

RESPONDEN :

SEKOLAH :

No. Pertanyaan Dalam Wawancara

1. Apa yang anda rasakan ketika mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani?

2. Bagaiman pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah ini?

3. Menurut anda apa kekurangan pembelajaran pendidikan jasmani? Bagaimana solusinya?

4. Apa yang anda rasakan sesudah mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani?

5. Apa yang anda inginkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani?

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang peneliti. Menurut Sugiyono (2012:329) “studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.” Sejalan dengan pendapat Moleong (2007:217) bahwa “dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data

karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.”


(44)

Dari penjelasan di atas bahwa dokumentasi merupakan bahan yang tertulis yang berbentuk foto-foto, yang berupa hasil penelitian yang didapat oleh peneliti melalui apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan selama proses penelitian berlangsung. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Maka dari itu semua data tersebut dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk rekaman video atau berupa foto.

E. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah guru pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi dalam melaksanakan proses pembelajaran pendidikan jasmani, serta siswa yang terlibat dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi. Sedangkan lamanya waktu penelitian dilakukan oleh peneliti selama kurang lebih satu bulan.

G. Analisis dan Interpretasi Data 1. Metode Analisis Data

Analisis data Menurut Moleong (Ruswandi, 2012:79) yaitu “proses pengorganisasian mengurut data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.” Menurut Bogan (Sugiyono, 2012:334) menyatakan bahwa: Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcrips, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan


(45)

lapangan. Dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi serta di analisa dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data yang dilakukan secara terus menerus sambil mengumpulkan data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparatif atau perbandingan tetap yang bertujuan untuk melihat adanya: (a) ketepatan kenyataan; (b) generalisasi empiris; (c) penetapan konsep; (d) pembatasan teori; dan (e) penulisan teori (Moleong dalam Fitra, 2012:79).

2. Tahap-tahap Analisis Data

Menurut Moleong (2007:272) bahwa “tahap pelaksanaan analisis

komparatif atau perbandingan tetap lebih menggambarkan suatu proses teorisasi, yaitu proses yang lengkap untuk menyusun teori melalui langkah-langkah

sistematis.” Dalam proses tahapan menganalisis data, proses analisis tersebut mencakup empat tahap metode komparatif tetap menurut Moleong (2007:272) yaitu: (a) pembanding kejadian yang aplikatif terhadap setiap kategori; (b) integrasi dan kawasannya; (c) pembatasan teori; dan (e) penulisan teori.

3. Kategorisasi

Menurut Moleong (2007:252) bahwa “kategorisasi adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencari kesamaan-kesamaan suatu kategori tertentu pada suatu kategori tertentu pada suatu data dan membandingkan dengan data

sebelumnya untuk suatu kategori.” Kategori yang dimaksud adalah merupakan

salah satu tumpukan data yang akan disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu.

Dalam penelitian ini, istilah perbandingan tetap identik dengan analisis domain, karena analisis domain juga merupakan suatu kegiatan untuk mengelompokkan data sesuai dengan kelompoknya. Pada penelitian ini, peneliti


(46)

menggunakan istilah domain dalam menganalisis data penelitian, agar memudahkan penggunaan hubungan simantik untuk setiap kategori data penelitian.

4. Integrasi Kategori dan Kawasan

Dari sejumlah kategori yang telah dibuat dari satuan-satuan kategori, selanjutnya peneliti mengadakan perbandingan antara satu kategori dengan kategori lainnya. Selanjutnya akan terjadi pembandingan antara kejadian dengan kawasan suatu kategori. Pembandingan secara tetap akan menghasilkan akumulasi pengetahuan yang berkenaan dengan kawasan suatu kategori. Sehingga dalam mengumpulkan sejumlah kategori dapat menghasilkan integrasi dari beberapa kategori yang selanjutnya dapat menjadikan satu kesatuan yang utuh.

5. Pembatasan Teori

Pada tahap pembatasan teori ini peneliti melakukan tahapan reduksi pada data yang diperoleh dengan cara memformulasikan teori kedalam seperangkat konsep yang tinggi tingkatan abstraksinya atas dasar keragaman dari seperangkat kategori dan kawasannya. Menurut Fauzi (2011:95) reduksi data adalah suatu proses penelitian, pemusatan perhatian, dan penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan.”

6. Penulisan Teori

Tahap penulisan teori ini, peneliti mengumpulkan beberapa catatan lapangan dari setiap kategori yang telah dibuat, kemudian dipelajari kembali catatan lapangan tersebut karena untuk keperluan validasi penulisan, selanjutnya dilakukan kegiatan penulisan teori yang dilakukan secara bertahap.

Penulisan teori ini ditulis dengan selalu melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dengan memberikan masukan serta pengarahan yang berkaitan dengan penulisan skripsi. Selanjutnya peneliti mengumpulkan catatan dari beberapa kategori yang telah dibuat, kemudian dipelajari kembali catatan tersebut dan dilanjutkan dengan kegiatan penulisan teori.


(1)

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 154 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan dan analisis data dapat ditarik kesimpulan dari proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 cimahi diantaranya ialah:

1. Perilaku Guru

Dari keempat sekolah yang peneliti temukan, sikap guru penjas yang ditunjukkan pada saat pengajaran yaitu guru menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan alat-alat pembelajaran untuk mengajarkan materi cabang-cabang olahraga melalui demonstrasi, ceramah, drill, dan permainan/game. Guru olahraga lebih dominan berperan dalam proses mengajar cenderung bergaya komando diikuti pengarahan dan pengendalian kepada siswa. Pembelajaran diakhiri melalui evaluasi untuk melihat ketercapaian belajar olahraga. Jadi, perilaku guru dalam proses pembelajaran penjas belum bernuansakan pendidikan.

2. Perilaku Siswa

Dari keempat sekolah yang peneliti temukan, sikap siswa yang ditunjukkan pada saatmengikuti pembelajaran penjas yaitu perilaku siswa pada awal pembelajaran hanya berganti pakaian olahraga, kemudian mengikuti instruksi dari guru. Siswa hanya berusaha melaksanakan tugas gerak yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa tidak terdidik secara jasmani.

3. Interaksi Guru dan Siswa

Dari keempat sekolah yang peneliti temukan, interaksi guru dan siswa yang ditunjukkan pada saat mengikuti pembelajaran penjas yaitu terjadinya bentuk Tanya jawab dan penugasan gerak yaitu dengan cara guru menginstruksikan


(2)

155

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

selanjutnya siswa melaksanakan tugas gerak sesuai instruksi guru. Sehingga dalam proses pembelajaran penjas tidak terjadinya siswa belajar melainkan guru hanya mengajar.

4. Aspek yang dikembangkan

Dari keempat sekolah yang peneliti temukan, bahwa aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yaitu, meningkatkan keterampilan dasar cabang olahraga.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang proses pembelajaran penjas di SMAN 1 Cimahi, SMAN 2 Cimahi, SMAN 3 Cimahi, dan SMAN 6 Cimahi, maka dari itu peneliti memberikan beberapa saran diantaranya: 1. Dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru harus

memperhatikan indikator dan tujuan dalam melaksanakan pengajaran. Indikator dan tujuan pembelajaran harus meliputi aspek psikomotor, afektif dan kognitif.

2. Guru harus memberi keleluasaan gerak kepada siswa dan memberikan kreativitas gerak agar pemahaman tentang gerak siswa dapat berkembang. 3. Siswa harus diberi banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas belajar

yang bermakna dan sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga siswa memungkinkan dapat mengembangkan konsep geraknya serta dapat menambah kemampuan dan percaya diri dan menampilkan berbagai macam gerak.

4. Guru dalam pengajaran harus memberikan atau memperhatikan perkembangan aspek kognitif dan afektif siswa. Karena dari pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong anak untuk bertanya, mengintegrasikan, menganalisa serta mengkomunikasikan dengan demikian dapat merangsang tumbuhnya pandangan yang lebih kompleks terhadap kehidupan secara menyeluruh. Dalam pembelajaran guru harus menciptakan suasana


(3)

156

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman dan perasaan puas dan senang kepada semua siswa karena siswa dapat berpartisipasi aktif dan secara teratur dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

5. Pembelajaran disesuaikan dengan tujuan dan kaidah pendidikan jasmani yang lebih menekankan pada pendidikan melalui aktivitas gerak untuk kualitas hidup yang lebih baik di masa depan.

6. Interaksi yang terjadi antar guru dan siswa harus menciptakan situasi atau suasana yang akrab, supportif, humoris, membangun komunikasi terbuka dan membekali gerak yang penting bagi kehidupan untuk bekal hidup sehat sepanjang hayat.

7. Pada akhir pembelajaran guru meresume hasil belajar gerak yang telah dilaksanakan, mengkonfirmasi belajar siswa agar meyakinkan bahwa makna dan materi yang diajarkan oleh guru dapat tersampaikan dengan baik.

8. Untuk lembaga yang menghasilkan calon guru penjas, dalam masa pendidikan para calon guru penjasnya lebih diajarkan bagaimana calon guru penjas tersebut bisa mengajar bukan bisa melakukan berbagai teknik-teknik kecabangan. Agar pada saat turun ke lapangan lulusan penjas dapat mengajar penjas dengan baik yang sesuai dengan fungsi atau tujuan penjas itu sendiri. 9. Untuk dinas pendidikan agar mengkaji program-program peningkatan

kualitas guru penjas seperti Uji Kompetensi Guru (UKG) dan sertifikasi yang telah dibuat dengan meninjau kembali kualitas para guru penjas yang telah mengikuti program-program tersebut.


(4)

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

157

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK UPI

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press

Abduljabar, B. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI

Adisasmita, Y. (1989). Prinsip-Prinsip Pendidikan Jasmani: Hakekat, Filsafat, dan Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Budiman, D. Pedagogi Olahraga. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/1

97409072001121-DIDIN_BUDIMAN/pedagogi_olahraga/Peran_Guru_Penjas.pdf. [1 Maret 2013 pukul 17:01]

Carapedia. Pengertian Definisi Guru. [Online]. Tersedia:http://carapedia.com/pengertian_definisi_guru_info2159.html [1 Maret 2013 pukul 18:02]

Effendi.(2012). Pengertian Belajar Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia:http://effendi-dmth.blogspot.com/2012/09/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html#.UTCITlKpm00 [1 Maret 2013 pukul 17:57] Fauzi, H. (2011). Proses Pembelajaran Penjas di Madrasah Aliyah. Skripsi

pada UPI Bandung

Fibrian Dwi M. (2012). Studi Deskriptif Tentang Tujuan, Materi, Metode dan Evaluasi Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Darul Hikam. Skripsi pada UPI Bandung.

Irfan.(2009). Hakikat Pendidikan Jasmani. [Online].

Tersedia:http://teknopenjasirfan.blogspot.com/2009/12/hakikat-pendidikan-jasmani.html . [26 Februari 2013 Pukul 16:01]

Juliantine, T., dkk. (2012). Belajar & Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK UPI


(5)

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

158

M. Asrori Ardiansyah.(2011). Hakikat Pembelajaran. [Online]. Tersedia:http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/artikel-pendidikan-hakikat-pembelajaran.html . [26 Februari 2013 Pukul 16:09]

Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: UPI Bandung

Mahendra, A. Isu Kurikulum Penjas SMU. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/1

96308241989031-AGUS_MAHENDRA/SBMPenjasSMU-Agus_Mahendra/BAB2.pdf. [1 Maret 2013 pukul 16:45] Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosda

Moleong, L. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offet Bandung

Moleong, L. (2007). Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mosston, M. (1994). Teaching Physical Education. New York: Macmillan College

Murdiansyah. (2011). Profil Kompetensi Pedagogis Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMPN Se-Kota Cirebon. Skripsi pada UPI Bandung

Nugraha, E., dkk. (2010). Didaktik Metodik Pengajaran Renang. Bandung: FPOK UPI

Ruswandi, F. (2011). Profil Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Skripsi pada UPI Bandung

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada

Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sardiman, A.M. (2010). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Sudjana dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru


(6)

Astri Muharohmah, 2013

Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

159

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suherman , A. (2000). Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Suherman, A & Mahendra, A. (2001). Menuju Perkembangan Menyeluruh (Menyiasati Kurikulum Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Umum). Depdiknas. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Dirjen Olahraga

Suksesbosss. (2011). Definisi Siswa. [Online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2134628-definisi-siswa/#ixzz2MHuTTv6k [1 Maret 2013 pukul 18:50]

Surakhmad. (1998). Pengantar Interaksi Mengajar Belajar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito

Susilana, R., dkk. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: FIP UPI Tinning, R. (1987). Improving Teaching In Physical Education. Victoria:

Deakin University

Junaidi, W. (2011). Pengertian Mengajar. [Online]. Tersedia:http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/02/pengertian-mengajar.html. [1 Maret 2013 pukul 17:37]

Wikipedia. (2012). Pengertian Pedagogi. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagogi. [26 Februari 2013 Pukul 15:55]

. Definisi guru. [Online]. Tersedia:http://definisimu.blogspot.com/2012/09/definisi-guru.html [19 Februari 2013]

. Definisi Pedagogi Olahraga. [Online]. Tersedia:http://aszat.blogspot.com/2009/06/pedagogi-olahraga.html [20 Febrari 2013]

.(2013). Undang-undang olahraga. [Online]. Tersedia:http://www.dpr.go.id/uu/uu2005/UU_2005_3.pdf [25 Maret 2013 pukul 23.03]


Dokumen yang terkait

SURVEY FASILITAS PENDIDIKAN JASMANI DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SMP DAN SMA NEGERI SE - KOTA MADYA TEBING TINGGI TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 17

PENGARUH SUPERVISI DAN LESSON STUDY TERHADAP KINERJA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 5 45

PERBANDINGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI UNGGULAN DAN NON UNGGULAN KOTA CIMAHI.

0 7 31

PEMETAAN LEMBAGA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA CIMAHI MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

0 3 41

KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI YANG BERSERTIFIKASI DAN YANG BELUM BERSERTIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMA NEGERI KOTA CIMAHI: Studi Deskriptif Terhadap Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Cimahi.

0 6 56

PENGARUH SISTEM KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA CIMAHI.

1 2 46

PENGARUH LESSON STUDY TERHADAP EFEKTIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH UMUM.

0 5 57

FAKTOR YANG MENDUKUNG PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL.

1 1 120

Evaluasi Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Sekolah Dasar Kotamadya Padang - Universitas Negeri Padang Repository

0 4 81

Implementasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan di Sekolah Menengah Atas Negeri I Kota Sawahlunto - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 71