PESAN ANTI PERANG DALAM LIRIK LAGU KARYA HIDETO TAKARAI; TINJAUAN STRUKTURALISME SEMIOTIK.

(1)

12

BAB II

STRUKTUR LIRIK LAGU KARYA HIDETO TAKARAI

Menurut Waluyo (1985: 28) puisi terdiri dari dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi terdiri dari diksi (perbendaharaan kata, urutan kata, dan daya sugesti kata), pengimajian (visual, auditif, dan taktil), kata konkret, majas (kiasan dan pelambangan), verifikasi (rima, ritma, dan metrum), dan tipografi. Penelitian lirik lagu ini akan dibatasi hanya dengan menggunakan diksi, pengimajian, dan kata konkret. Sedangkan struktur batin puisi terdiri dari tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat. Menganalisis struktur lirik lagu juga dapat menggunakan struktur puisi tersebut, untuk memaknai lirik lagu secara harfiah maka perlu dianalisis struktur yang ada di dalamnya.

2.1 Struktur Fisik Lirik Lagu 2.1.1 Diksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989/205) diksi adalah pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar. Diksi adalah pemilihan kata untuk mendapatkan kepuitisan atau untuk mendapatkan nilai estetika dalam puisi. Selain memilih kata yang tepat, penyair juga harus mempertimbangkan urutan kata dan kekuatan dari kata-kata tersebut, karena kata-kata adalah unsur yang sangat penting dalam puisi.


(2)

13 Penempatan kata-kata sangat penting dalam puisi untuk menciptakan suasana puitik yang bisa membawa pembaca menikmati dan memahami puisi secara menyeluruh. Beberapa penyair menggunakan kata-kata sederhana, tapi ada juga yang sering menggunakan susunan kata-kata yang sulit dimengerti. Hyde terkenal karena banyak menggunakan kata-kata kiasan dalam lirik lagu ciptaannya. Diksi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah diksi yang menyiratkan pesan anti perang.

2.1.1.1 Diksi dalam Lirik Lagu Trust

Pilihan kata yang digunakan dalam lagu Trust sangat mendukung isi dan tema anti perang. Diksi yang digunakan adalah sebagai berikut:

(1) Light „Cahaya‟

Cahaya melambangkan sebuah tempat yang damai sesuai dengan sifat cahaya itu yang memberikan penerangan dalam kegelapan dan mendamaikan hati karena cahaya akan menimbulkan ketenangan dan rasa nyaman. Cahaya juga dapat diartikan sebagai wujud dari Tuhan atau Dewa karena dalam kepercayaan agama Shinto di Jepang, mereka mengenal adanya Dewa Matahari (Amaterasu Oomikami). Dewa Matahari bagi orang Jepang adalah dewa tertinggi dan merupakan “cahaya agung” yang menerangi surga dan bumi (http://www.spiritofchi.org/amaterasureiki.htm). Dewa Matahari selalu dinamakan sebagai pembawa terang, juru selamat, pembebas, pelindung, dan sebagainya ( http :// media. isnet. org/ antar/ Tharick/ Natal. Html ). Arti “Cahaya” dalam lirik lagu ini yang lebih tepat adalah kata yang melambangkan Tuhan dengan segala sifatnya sebagai pembawa terang, juru selamat, pelindung, dan sebagainya.


(3)

14 (2) 穏 odayakana „damai‟

Merasakan kedamaian adalah impian setiap orang, khususnya orang-orang yang menjadi korban perang.

(3) 悲 いkanashiku nai „tanpa kesedihan‟

Melalui lagu Trust Hyde menggambarkan segala penderitaan, kehilangan, dan kesedihan akibat peperangan membuat para korban perang mengharapkan masa depan tanpa kesedihan.

(4) 争いarasoiperselisihan

Diksi (4) menyiratkan konflik antar manusia yang menyebabkan terjadinya perang.

(5) 炎honou „api yang menyala‟

Diksi (5) menggambarkan api kemarahan, dendam, konflik dan perselisihan yang terjadi dalam suatu peperangan.

2.1.1.2 Diksi dalam Lirik Lagu As One

Pilihan kata dalam lagu As One juga mendukung isi dan tema anti perang. Diksi yang digunakan adalah:

(1) Panic and confusion „kepanikan dan kekacauan‟

Diksi (1) menggambarkan sejarah umat manusia yang terus diulang dari zaman dahulu yaitu berbuat kekacauan di muka bumi. Kekacauan itu akan menimbulkan kepanikan bagi sesama manusia serta makhluk hidup lain yang berbagi dunia dengan manusia.


(4)

15 (2) Pieces of a puzzle

potongan dari puzzle‟

Diksi (2) menggambarkan keadaan manusia yang seharusnya bersatu tapi kenyataannya malah mereka saling memisahkan diri karena keegoisan mereka. Keadaan manusia yang terpecah belah tersebut digambarkan sebagai potongan puzzle yang terpisah-pisah.

(3) As one „bersatu‟

Diksi (3) menyiratkan harapan Hyde yang ingin manusia hidup bersatu dan tidak ada lagi peperangan.

(4) Redemption „keselamatan‟

Diksi (4) menyiratkan keinginan para korban perang yang ingin mencari keselamatan.

(5) Death „kematian‟

Diksi (5) adalah penggambaran akibat dari peperangan yang akan menimbulkan banyak kematian.

(6) 生sei„nyawa‟

Diksi (6) menyiratkan nyawa manusia yang selalu terancam karena perang yang terus berlangsung.

(7) Weapons of destruction „senjata kehancuran‟

Diksi (7) menyiratkan hasil dari pengetahuan manusia yang justru menghasilkan senjata-senjata yang menghancurkan. Senjata yang diciptakan oleh manusia tersebut digunakan untuk membunuh kaumnya sendiri dan membuat kehancuran di bumi tempat mereka hidup.


(5)

16 2.1.1.3 Diksi dalam Lirik Lagu Hoshizora

Seperti lagu Trust dan As One, lagu Hoshizora juga menggunakan pemilihan kata-kata yang sangat mendukung isi dan tema anti perang. Diksi yang digunakan dalam lagu Hoshizora adalah :

(1) 陽炎kagerou„asap panas‟

Diksi (1) menggambarkan kehilangan akibat perang dan kemarahan para korban yang telah kehilangan semua harta miliknya karena peperangan. (2) 瓦礫gareki„puing‟

Diksi (2) menggambarkan sisa-sisa reruntuhan bangunan yang hancur akibat perang.

(3) 闇yami„kegelapan‟

Diksi (3) menggambarkan suatu keadaan yang menakutkan bagi manusia, dalam konteks lirik lagu hoshizora keadaan menakutkan tersebut diartikan sebagai perang.

(4) Bombs„bom‟

Diksi (4) menggambarkan senjata yang bersifat menghancurkan, bom melambangkan perang karena hanya akan menimbulkan kehancuran disegala bidang.

(5) 争いarasoi„perselisihan‟

Diksi (5) menggambarkan konflik antar manusia yang terus terjadi dan merugikan manusia itu sendiri.


(6)

17 2.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1985:78) pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan dan perasaan. Imaji dapat dibagi tiga yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba/ rasa (taktil). Melalui pengimajian penyair mengomunikasikan pengalaman pengindraannya kepada pembaca, sehingga dapat membantu proses penafsiran dan penghayatan puisi secara menyeluruh. Bisa dikatakan bahwa imaji merupakan kesan yang terbentuk dalam imajinasi pembaca melalui rangkaian kata-kata.

2.1.2.1 Pengimajian dalam Lirik Lagu Trust

静 眠 途中闇 裂 天 雫 (1)

Shizuka na nemuri no tochuu yami o saku ten no shizuku (1)

„Saat terlelap dalam tidur yang tenang, rintik-rintik hujan mengoyak kegelapan‟(1)

Imaji (1) menggunakan pengimajian auditif, pilihan kata-kata yang digunakan membuat pembaca seolah mendengar suara rintik hujan. Tidur yang tenang menggambarkan kedamaian karena ketika tidur orang akan merasa nyaman. Rintik hujan menggambarkan gangguan karena seseorang yang sedang tertidur dalam ketenangan malam akan terganggu ketika mendadak mendengar hujan yang turun. Jadi, frase “rintik-rintik hujan mengoyak kegelapan” berarti suatu gangguan dari luar yang mengganggu ketenangan suatu daerah yang pada awalnya damai.


(7)

18

手招 光 せ そ 向こう も

(2)

Te maneku hikari no rasen sono mukou ni mo

(2)

Juga dari arah lambaian putaran cahaya itu (2)

穏 未来 あ ?

odayaka na mirai ga aru no?

„Apakah ada masa depan yang damai?‟

Imaji (2) adalah pengimajian visual yang membuat pembaca seolah melihat cahaya yang sinarnya begitu terang melambai. Citraan ini melambangkan sebuah tempat yang damai sesuai dengan sifat cahaya itu yang memberikan penerangan dalam kegelapan dan mendamaikan hati karena cahaya akan menimbulkan ketenangan dan rasa nyaman. Cahaya juga dapat diartikan sebagai wujud dari tuhan atau dewa karena dalam kepercayaan agama Shinto di Jepang, mereka mengenal adanya Dewa Matahari (Amaterasu Oomikami). Dewa Matahari bagi orang Jepang adalah dewa tertinggi dan merupakan “cahaya agung” yang menerangi surga dan bumi (http://www.spiritofchi.org/amaterasureiki.htm). Sajak zaman purba, pendewaan terhadap matahari lazimnya terdapat di negara-negara yang kebudayaannya sudah agak tinggi. Selain Amaterasu Oomikami di Jepang, terdapat juga dewa matahari di Tiongkok, Quetzalcoatle di Meksiko dan Peru, dewa Apollo atau Dionysus di antara orang Yunani (Griek), Mithra di antara orang Iran (Persia), Adonis dan Atis di Syria dan Phrygia (Anadol), Isis dan Horus di Mesir, dan sebagainya. Dewa Matahari selalu dinamakan sebagai pembawa terang, juru selamat, pembebas, pelindung, dan sebagainya (http://media.isnet.org/antar/Tharick/Natal.html). Arti “cahaya” dalam lirik lagu ini yang lebih tepat adalah cahaya yang menyimbolkan Tuhan.


(8)

19 Kata “lambaian” dan “putaran” berarti cahaya tersebut aktif bergerak seolah menarik tokoh “aku” dalam lirik untuk mendekati sumber cahaya tersebut. Jadi, dapat disimpulkan arti dari frase “lambaian putaran cahaya” adalah tokoh “aku” yang berada di daerah yang sedang terjadi peperangan seolah melihat pertolongan dari Tuhan akan datang yang membuatnya ingin percaya kedamaian bisa terwujud dengan pertolongan Tuhan.

2.1.2.2 Pengimajian dalam Lirik Lagu As One

DNA 貼 付い 覆い隠せ 衝動

(1)

DNA ni hari tsuita ooi kakusenu shoudou (1)

Tidak mampu untuk menutupi dorongan yang telah menempel di DNA (1) Imaji (1) merupakan pengimajian taktil, pilihan kata yang digunakan membuat pembaca seolah ikut merasakan dorongan yang melekat di DNA. DNA menggambarkan suatu sifat yang sudah sangat melekat pada diri manusia yang tidak bisa diubah lagi. Frase “dorongan yang telah menempel di DNA” menggambarkan suatu sifat dari manusia yang sudah mengakar di dalam dirinya dan membuatnya tidak bisa mengubahnya ketika sifat tersebut mendorongnya untuk melakukan suatu tindakan.

2.1.2.3 Pengimajian dalam Lirik Lagu Hoshizora

揺 陽炎 夢 跡

(1)

yurameku kagerou wa yume no ato (1)

asap panas yang meliuk-liuk adalah sisa dari mimpiku (1)

Imaji (1) merupakan pengimajian visual, pembaca dibuat seolah melihat langsung asap yang berasal dari sesuatu yang terbakar. Asap panas


(9)

20 yang meliuk adalah penggambaran sesuatu yang hangus terbakar. Citraan ini menggambarkan seseorang yang hidup di daerah yang sedang berperang yang telah kehilangan semua harta miliknya dan tidak mampu lagi mewujudkan impiannya karena perang telah menghancurkan semuanya.

小さ 喜び 瓦礫 上 (2)

chiisana yorokobi wa gareki no ue (2)

Kebahagian kecil yang berada di atas puing-puing,(2)

星 見 僕 此処 生ま

(3)

hoshi o miru boku wa koko de umareta

(3)

Aku yang melihat bintang itu, terlahir disini (3)

Imaji (2) adalah pengimajian visual, membuat pembaca seolah melihat puing-puing dari bangunan yang hancur. Citraan ini mengandung makna suatu tempat yang benar-benar hancur lebur dan hanya menyisakan puing-puing reruntuhan. Frase “kebahagiaan kecil yang berada di atas puing-puing” adalah sindiran kepada pihak yang memulai dan menang perang, karena kebahagiaan yang mereka miliki hanyalah kebahagiaan semu yang berada di atas penderitaan orang lain.

Imaji (3) merupakan pengimajian visual, pembaca dibuat seolah juga melihat bintang di langit malam. Citraan ini menggambarkan seseorang yang melihat indahnya langit malam meskipun dia lahir di daerah yang sedang berperang. Melihat bintang di langit diindikasikan sebagai keinginannya untuk mencari petunjuk. Sejak zaman kuno, manusia menggunakan bintang-bintang sebagai penunjuk arah. Jadi, frase “melihat bintang” artinya adalah tokoh “aku” dalam lirik melihat atau mencari petunjuk yang bisa menghentikan perang di negerinya.


(10)

21

え 鮮 夢見 世界へ (5)

(4)

nee azayaka na yume miru sekai e to (5) (4)

hey, ku melihat dunia yang cerah dalam mimpiku (5) (4)

Imaji (4) menggunakan pengimajian auditif, merupakan kata seru yang membuat pembaca seolah mendengarkan seruan seseorang yang ingin mengungkapkan isi hatinya. Tokoh “aku” dalam lirik menyerukan impiannya untuk melihat dunia yang cerah dan damai.

Imaji (5) menggunakan pengimajian visual, pilihan kata-katanya membuat pembaca seolah ikut melihat sebuah dunia yang cerah. Dunia yang cerah didefinisikan sebagai dunia yang damai, dunia yang merupakan impian tokoh “aku” dan impian semua orang.

窓辺 貼 あ 君 街 そこ い遠 在 ?

(6)

Madobe ni hatte aru kimi no machi soko wa dore kurai tooku ni aru no?

(6)

Seberapa jauh kah jarak ke kotamu yang menempel di jendela itu? (5)

Imaji (6) merupakan pengimajian visual, membuat pembaca seolah melihat s ebuah kota yang berada dalam sebuah potret yang menempel di dinding. Imaji tersebut menyiratkan keinginan seseorang untuk pergi dari kota tempat tinggalnya yang sedang dilanda peperangan. Segala penderitaan yang dialaminya membuatnya tidak tahan lagi berada di kota tersebut dan ingin pergi ke kota yang dilihatnya dalam sebuah potret di dinding.

え 降 そそ 夜空 綺麗

(7) (8)

nee furi sosogu yozora ga kirei da yo

(7) (8)

hey, langit malam itu sungguh indah setelah turun hujan


(11)

22 Imaji (7) merupakan imaji auditif, pembaca dibuat seolah mendengar seruan seseorang yang ingin mengatakan apa yang dilihatnya. Imaji (8) adalah imaji visual, seolah-olah pembaca melihat langsung keindahan langit di malam hari. Langit malam melambangkan sebuah kedamaian karena keindahannya yang menimbulkan kedamaian ketika menyaksikan bintang-bintang yang bermunculan setelah mendung dan hujan yang turun. Orang tersebut menyerukan pandangannya agar ada orang yang melihat bahwa masa damai itu jauh lebih indah daripada perang yang hanya akan menimbulkan penderitaan.

2.1.3 Kata Konkret

Agar bisa membangkitkan imaji pembaca, maka kata-kata yang dipakai harus konkret, artinya kata-kata itu harus dapat membuat pembaca memahami puisi secara menyeluruh (Waluyo, 1985:9). Jika imaji pembaca merupakan akibat dari pengimajian yang diciptakan penyair, maka kata konkret merupakan syarat untuk terjadinya imaji tersebut. Pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair dengan kata konkret. Analisis kata konkret dilakukan berdasarkan hasil analisis imaji yang telah dijabarkan sebelumya.

2.1.3.1 Kata Konkret dalam Lirik Lagu Trust

静 眠 途中闇 裂 天 雫

(1)

shizuka na nemuri no tochuu, yami o saku ten no shizuku (1)

Saat terlelap dalam tidur yang tenang, rintik-rintik hujan mengoyak kegelapan (1)


(12)

23 Penggalan lirik di atas menceritakan tentang gangguan yang datang di daerah atau negeri yang pada awalnya damai. Gangguan tersebut menimbulkan kesakitan dan penderitaan, sehingga bisa disimpulkan bahwa gangguan itu berupa peperangan. Penderitaan yag ditimbulkan oleh gangguan tersebut diperjelas dengan menggunakan kata kokret “mengoyak”.

手招 光 せ そ 向こう も

Te maneku hikari no rasen sono mukou ni mo

Juga dari arah lambaian putaran cahaya itu

穏 未来 あ ?

(2)

odayaka na mirai ga aru no?

(2)

„Apakah ada masa depan yang damai?‟ (2)

Penggalan lirik lagu di atas menggambarkan perasaan pengharapan dari korban perang yang ingin merasakan masa damai. Kata konkret “damai” digunakan untuk memperjelas perasaan seseorang yang ingin masa depan yang menantinya adalah kedamaian.

2.1.3.2 Kata Konkret dalam Lirik Lagu As One

DNA 貼 付い 覆い隠せ 衝動

(1)

DNA ni hari tsuita ooi kakusenu shoudou (1)

Tidak mampu untuk menutupi dorongan yang telah menempel di DNA (1)

Penggalan lirik lagu di atas menggambarkan suatu sifat dari manusia yang sudah mengakar di dalam dirinya dan membuatnya tidak bisa mengubahnya ketika sifat tersebut mendorongnya untuk melakukan suatu tindakan. Kata konkret yang menjelaskan sifat yang sudah tidak bisa diubah tersebut adalah “menempel”.


(13)

24 2.1.3.3 Kata Konkret dalam Lirik Lagu Hoshizora

揺 陽炎 夢 跡

(1)

yurameku kagerou wa yume no ato

(1)

asap panas yang meliuk-liuk adalah sisa dari mimpiku (1)

小さ 喜び 瓦礫 上

(2)

chiisana yorokobi wa gareki no ue

(2)

kebahagian kecil ini berada di atas puing (2)

星 見 僕 此処 生ま

hoshi o miru boku wa koko de umareta

aku yang melihat bintang itu, terlahir disini

Penggalan lirik di atas menggambarkan kehancuran dan kehilangan akibat perang. Kehancuran dan kehilangan tersebut diperjelas dengan kata konkret “sisa” dan “puing”.

え 鮮 夢見 世界へ

(3)

nee azayaka na yume miru sekai e to

(3)

hey, ku melihat dunia yang cerah dalam mimpiku

(3)

Penggalan lirik di atas menggambarkan tokoh “aku” dalam lirik menyerukan impiannya untuk melihat dunia yang damai. Keinginan tokoh “aku” untuk melihat dunia yang damai tersebut diperjelas dengan menggunakan kata konkret “cerah”.

窓辺 貼 あ 君 街 そこ い遠 在 ?

(4)

madobe ni hatte aru kimi no machi soko wa dore kurai tooku ni aru no?

(4)

Seberapa jauh kah jarak ke kotamu yang menempel di jendela itu? (4)


(14)

25 Penggalan lirik di atas menceritakan tentang seseorang yang melihat sebuah potret di dinding dan ingin pergi dari kota tempat tinggalnya yang sedang dilanda peperangan menuju kota yang dilihatnya dalam sebuah potret tersebut. Kata konkret yang menjelaskan keinginan untuk pergi ke kota yang dilihatnya adalah “seberapa jauh”.

え 降 そそ 夜空 綺麗

(5)

nee furi sosogu yozora ga kirei da yo

(5)

hey, langit malam itu sungguh indah setelah turun hujan (5)

Penggalan lirik di atas menggambarkan orang yang menyerukan pandangannya agar ada orang yang melihat bahwa masa damai itu jauh lebih indah daripada perang yang hanya akan menimbulkan penderitaan. Kata konkret yang menjelaskan keindahan masa damai tersebut adalah “setelah turun hujan”.

2.2 Struktur Batin Lirik Lagu 2.2.1 Tema

Tema adalah gagasan utama yang mendasari atau melatar belakangi lahirnya sebuah karya (Semi, 1984:34). Tema merupakan pokok pikiran atau gagasan utama yang dikemukakan oleh penyair dari pengalaman pribadinya kepada pembaca yang ditafsirkan setelah pembaca membaca dan meresapi makna puisi.

Tiga lirik lagu karya Hyde dalam album Awake ini terdapat tema anti perang, terlihat dari kata-kata yang dipakai dalam setiap bait dalam liriknya. Untuk melihat tema lagu lebih jelas dapat dilihat dari lirik-lirik di bawah ini.


(15)

26

Come into the light遙 優 さ 出会え ?

Come into the light喜び 抱 眠 ?

Come into the light 争い 炎 消え ?

come into the light haruka na yasashisa ni deaeru no? come into the light yorokobi ni dakarete nemureru no? come into the light arasoi no honou wa kieta yo ne?

„Ayo menuju cahaya, apakah ku bisa bertemu kelembutan yang jauh itu? Ayo menuju cahaya, apakah dapat terlelap didekap oleh kebahagiaan? Ayo menuju cahaya , apakah api perselisihan telah padam? (Trust)

History repeating - science and perversion History is weeping - weapons of destruction History repeating - in our final hour

Why can't we just live as one?

„Sejarah berulang – ilmu pengetahuan dan perbuatan tidak wajar Sejarah menangis – senjata kehancuran

Sejarah berulang – di waktu terakhir kita

Kenapa kita tidak bisa hidup bersatu?‟ (As One)

え 降 そそ 夜空 綺麗

い 日 君 も見せ い

目覚 変わ い 良い

争い 終わ 世界へ

nee furi sosogu yozora ga kirei da yo itsu no hi ka kimi ni mo misetai kara mezametara kawatte iru to ii na arasoi no owatta sekai e to

„Hey, langit malam itu sungguh indah setelah turun hujan Aku juga ingin memperlihatkan kepadamu suatu hari nanti

Mungkin akan baik rasanya ketika aku bangun dan semuanya berubah Dunia dimana konflik telah berakhir‟ (Hoshizora)

Pilihan kata-kata dalam lagu trust menggambarkan tokoh “aku” dalam lirik yang ingin merasakan kedamaian karena terus merasakan kekejaman perang selama hidupnya. Pilihan kata-kata dalam lagu as one

menggambarkan perasaan penyair yang tidak menyukai peperangan yang terus di ulang oleh manusia dari zaman dahulu hingga sekarang. Pilihan kata-kata dalam lagu hoshizora menggambarkan harapan tokoh “aku” dalam lirik yang ingin kedamaian datang di negerinya. Melalui pilihan kata-kata dalam lirik


(16)

27 lagu di atas dapat disimpulkan tiga buah lirik tersebut memiliki tema anti perang.

2.2.2 Perasaan

Ketika menganalisis sebuah puisi atau lirik lagu harus diperhatikan juga suasana hati pengarang yang diekspresikannya dalam lirik lagunya. Perasaan adalah sesuatu yang merupakan kekayaan pengalaman batin penyair yang disampaikan lewat puisi ciptaannya. Melalui puisi tersebut kita dapat melihat bagaimana jalan pikiran penyair dan bagaimana pula emosi yang menguasainya atau hendak ditimbulkan (Waluyo, 1985:108).

Hal ini penting karena setiap pengarang memiliki rasa yang berbeda, meskipun mengangkat masalah yang sama dalam liriknya. Perbedaan rasa antara tiap penyair dipengaruhi oleh keterlibatan batin mereka terhadap situasi dan lingkungan sosial yang ada.

Come into the lightそ 言葉 信 もいい ?

Come into the light 夢 う 世界into the light

come into the light sono kotoba o shinjite mo ii no?

come into the light kitto yume no you na sekai into the light

Ayo menuju cahaya, apakah aku boleh mempercayai kata kata itu? Ayo menuju cahaya, pasti dunia akan bercahaya seperti mimpi kita

Kata “cahaya” dalam lirik Trust di atas berarti wujud dari Tuhan, sesuai dengan sifat cahaya itu yang memberikan penerangan dan mendamaikan hati, Tuhan digambarkan sebagai cahaya yang akan menimbulkan ketenangan dan rasa nyaman menghilangkan ketakutan. Lirik di atas menggambarkan harapan yang kuat dari penyair untuk segera menemukan masa damai setelah perang yang terus menerus terjadi di muka bumi ini.


(17)

28

History repeating - panic and confusion History is weeping - sense of disillusion History repeating - pieces of a puzzle Why can't we just live as one?

Sejarah berulang – kepanikan dan kekacauan Sejarah menangis – rasa kekecewaan

Sejarah berulang – potongan dari puzzle Kenapa kita tidak bisa hidup bersatu?

Lirik lagu As One di atas tergambar rasa kekecewaan penyair pada sejarah manusia yang hanya terus mengulang kesalahan mereka dan tidak bisa hidup bersatu.

Nobody knows, nobody cares. I have lost everything to bombs

Tak seorangpun yang tahu, tak seorangpun yang peduli Aku telah kehilangan semua akibat bom

Lirik lagu Hoshizora di atas, melalui tokoh “aku” penyair menggambarkan rasa sedih yang sangat dalam karena telah kehilangan semua harta yang dimilikinya akibat perang, namun tidak ada seorang pun yang mengetahui dan peduli padanya.

2.2.3 Nada dan Suasana

Ketika menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, mengejek, menyindir atau bersikap lugas menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi. Jika nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca (Waluyo, 1985:125).


(18)

29

Come into the light遙 優 さ 出会え ?

Come into the light喜び 抱 眠 ?

Come into the light争い 炎 消え ?

come into the light haruka na yasashisa ni deaeru no? come into the light yorokobi ni dakarete nemureru no? come into the light arasoi no honou wa kieta yo ne?

Ayo menuju cahaya, apakah ku bisa bertemu kelembutan yang jauh itu? Ayo menuju cahaya, apakah bisa tidur dipeluk oleh kebahagiaan? Ayo menuju cahaya , apakah api perselisihan telah hilang?

Lirik lagu Trust tergambar nada menyindir pada kedamaian yang seolah-olah tidak akan pernah datang. Frase “ayo menuju cahaya” merupakan ajakan menuju kedamaian, dalam lirik di atas tiap baitnya selalu dimulai dengan frase tersebut. Frase berikutnya memiliki makna yang berlawanan dengan frase pertama, bisa didefinisikan lirik ini memiliki nada menyindir karena ajakan pada kedamaian tersebut tidak pernah bisa menimbulkan kedamaian.

History repeating - panic and confusion History is weeping - sense of disillusion History repeating - pieces of a puzzle Why can't we just live as one?

Sejarah berulang – kepanikan dan kekacauan Sejarah menangis – rasa kekecewaan

Sejarah berulang – potongan dari puzzle Kenapa kita tidak bisa hidup bersatu?

Lirik lagu As One di atas tergambar nada kritik penyair pada sifat manusia yang terus berbuat kakacauan di muka bumi dan tidak bisa hidup bersatu.

小さ 喜び 瓦礫 上

星 見 僕 此処 生ま

chiisana yorokobi wa gareki no ue hoshi o miru boku wa koko de umareta

Kebahagian kecil berada diatas puing-puing, Aku yang melihat bintang itu, terlahir disini


(19)

30 Lirik lagu Hoshizora tergambar nada yang menyindir kepada pihak yang mengobarkan perang. Frase “kebahagian kecil berada diatas puing-puing” merupakan sindiran kepada pihak yang menang perang, karena kebahagiaan yang mereka miliki hanyalah kebahagiaan yang semu karena berada di atas penderitaan orang lain. “Melihat bintang di langit” bisa berarti keinginan tokoh “aku” yang ingin mencari petunjuk jalan untuk mengakhiri perang yang terjadi di negaranya yang telah hancur. Bintang diartikan sebagai sebuah petunjuk karena dari zaman dahulu, manusia melihat posisi bintang untuk mengetahui arah ketika tersesat di malam hari.

2.2.4 Amanat

Amanat atau tujuan adalah sesuatu yang mendorong penyair menciptakan puisi dengan maksud menyampaikan suatu pesan (Waluyo, 1985:109). Amanat yang disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah memahami tema, rasa dan nada puisi itu. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan juga dibalik tema yang diungkapkan (Waluyo, 1985:130).

Come into the light遙 優 さ 出会え ?

Come into the light喜び 抱 眠 ?

Come into the light 争い 炎 消え ?

come into the light haruka na yasashisa ni deaeru no? come into the light yorokobi ni dakarete nemureru no? come into the light arasoi no honou wa kieta yo ne?

„Ayo menuju cahaya, apakah ku bisa bertemu kelembutan yang jauh itu? Ayo menuju cahaya, apakah bisa tidur dipeluk oleh kebahagiaan?

Ayo menuju cahaya , apakah api perselisihan telah hilang? (Trust)

History repeating - panic and confusion History is weeping - sense of disillusion Why can't we just live as one?

„Sejarah berulang – kepanikan dan kekacauan Sejarah menangis – rasa kekecewaan


(20)

31

Nobody knows, nobody cares. I have lost everything to bombs

„Tak seorangpun yang tahu, tak seorangpun yang peduli, aku telah kehilangan semua akibat bom‟ (Hoshizora)

Melalui kutipan tiga lirik lagu di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa amanat yang ingin disampaikan Hyde dalam lirik lagu ciptaannya adalah hentikan peperangan. Perang selalu menimbulkan kehancuran, baik kehancuran manusia dan peradabannya maupun kehancuran alam tempat manusia dan makhluk lainnya hidup. Perang juga hanya akan menambah penderitaan bagi korban perang dan orang yang ikut berperang tersebut.


(21)

32

BAB III

ANALISIS SEMIOTIK DALAM LIRIK LAGU

KARYA HIDETO TAKARAI

Bab tiga ini peneliti menganalisis semiotika lirik lagu berdasarkan teori semiotika Pierce. Bab ini adalah lanjutan dari bab sebelumnya yang merupakan analisis struktural.

3.1 Makna Lirik Lagu Karya Hyde Berdasarkan Trikotomi Pertama Pierce Trikotomi pertama Pierce meliputi ikon, indeks, dan simbol. Bentuk ikon tidak ditemukan dalam lirik lagu karena ikon seharusnya bukan terletak pada kata, tapi pada bentuk kemiripan pada suatu benda.

3.1.1 Bentuk Indeks dan Makna Indeks dalam Lirik lagu Karya Hyde

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara penanda dan petanda yang bersifat hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan (Sobur, 2003:41).

満 水辺 響 誰 呼

mitashita mizube ni hibiku dare ka no yonderu koe

„Di tepi air yang menggenang terdengar gema suara seseorang yang memanggil‟ (Trust/IDS/I)

Frase “tepi air yang menggenang” adalah sebab dan frase “gema suara orang yang memanggil” adalah akibat. Makna dari tepi air yang menggenang adalah suatu daerah atau negeri yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Air melambangkan kebutuhan paling penting sebagai salah satu sumber utama kehidupan manusia. Kebutuhan paling penting bagi manusia tersebut bisa didefinisikan sebagai kekayaan alam yang juga paling penting bagi manusia, seperti minyak bumi.


(22)

33 Negeri yang memiliki keadaan wilayah yang penuh dengan kekayaan alam menarik perhatian orang dari luar untuk datang ke daerah tersebut. Keinginan itu ditandai dengan frase “suara orang yang memanggil”. Suara orang yang memanggil dapat didefinisikan sebagai keinginan orang dari luar negeri yang ingin datang berkunjung ke negeri yang penuh kekayaan alam tersebut.

手招 光 せ そ 向こう も

穏 未来 あ ?

te maneku hikari no rasen sono mukou ni mo odayaka na mirai ga aru no?

„Juga dari arah lambaian putaran cahaya itu

Apakah ada masa depan yang damai?' (Trust/IDS/II)

Baris pertama dari lirik di atas adalah sebab, seseorang yang melihat lambaian putaran cahaya menimbulkan akibat berupa pertanyaan apakah ada kedamaian dari arah cahaya itu. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab dua, cahaya dalam lirik ini didefinisikan sebagai perwujudan Tuhan atau Dewa. Lambaian putaran cahaya didefinisikan sebagai pertolongan dari tuhan yang menimbulkan pertanyaan bagi tokoh “aku” dalam lirik apakah dengan pertolongan Tuhan kedamaian akan datang.

Come into the lightそ 言葉 信 もいい ?

Come into the light 夢 う 世界into the light

come into the light sono kotoba o shinjite mo ii no?

come into the light kitto yume no you na sekai into the light

„Ayo menuju cahaya, apakah aku boleh mempercayai kata kata itu? Ayo menuju cahaya, pasti dunia akan bercahaya seperti mimpi kita‟ (Trust/IDS/III)

Lirik di atas yang merupakan sebab adalah frase “pasti dunia akan bercahaya seperti mimpi kita”, bercahaya disini maksudnya adalah datangnya masa yang cerah penuh kedamaian. Akibat terdapat pada baris pertama yaitu keinginan untuk bisa mempercayai kata-kata tersebut.


(23)

34

こぼ 涙も知 鼓動 守

優 い調 中 こ まま泳い い

koboreru namida mo shirazu kodou ni mamorareteru yasashii shirabe no naka wo kono mama oyoidetai

„Air matapun tidak sengaja menetes dilindungi oleh denyutan jantung Aku ingin terus berenang dalam melodi yang indah seperti ini‟ (Trust/IDS/IV)

Frase “air mata yang dilindungi denyut jantung” adalah sebab dan yang menjadi akibat adalah keinginan tokoh “aku” untuk terus berenang dalam melodi tersebut. Air mata yang menetes berarti kesedihan yang sangat mendalam yang tidak bisa ditahan lagi. Kesedihan aku lirik tersebut dilindungi dalam denyutan jantung yang berarti perlindungan dari dalam dan tidak tampak namun dapat dirasakan, ini didefinisikan sebagai perlindungan dari Tuhan. Sebagai akibat dari perlindungan itu, aku lirik merasa nyaman dan ingin terus berada dalam perlindungan tersebut.

History repeating - panic and confusion History is weeping - sense of disillusion History repeating - pieces of a puzzle Why can't we just live as one?

„Sejarah berulang – kepanikan dan kekacauan Sejarah menangis – rasa kekecewaan

Sejarah berulang – potongan dari puzzle

Kenapa kita tidak bisa hidup bersatu?‟ (As One/IDS/V)

Kata-kata yang menunjukkan sebab dalam indeks pada bait di atas adalah baris pertama sampai baris ketiga. Perbuatan manusia yang egois membuat kepanikan dan kekacauan dengan terus mengobarkan perang dimana-mana. Sejarah seolah terus mengumpulkan tangisan-tangisan dan rasa kecewa dari korban perang dan menyaksikan manusia yang terpecah belah seperti puzzle yang belum disusun. Akibat dari kejadian disekeliling penyair tersebut, penyair mengungkapkan perasaannya dalam baris ke empat.


(24)

35

Nowhere to run - we're seeking redemption No waiting for divine intervention

Search for the tree that overcomes death Taking the fruit - discover a new way to breathe

„Tiada tempat untuk lari – kita mencari keselamatan Tidak menunggu untuk campur tangan tuhan

Mencari pohon yang bisa menghindari kematian

Mengambil buahnya, temukan cara baru untuk bernafas‟ (As One/IDS/VI) Bait diatas yang menjadi sebab terdapat pada baris satu dan dua sedangkan yang menjadi akibat terdapat pada bari tiga dan empat. Baris pertama dan kedua didefinisikan sebagai orang-orang yang ingin menyelamatkan dirinya dari perang. Mereka merasa pertolongan dari Tuhan tidak akan datang jika terus menunggu tanpa berbuat apapun.

Baris ketiga dan keempat merupakan akibat dari keinginan orang-orang tersebut untuk mencari keselamatan. Mereka mencari tempat perlindungan yang mampu menghindari diri mereka dari kematian yang terus menghantui sejak perang berlangsung. Ketika mereka bisa menemukannya, mereka akan memanfaatkan tempat itu untuk melanjutkan hidup dengan mempelajari kesalahan-kesalahan di masa lalu yang menyebabkan terjadinya peperangan.

未知へ key 挿 堕 行 生 操作

michi e no key o sashite ochi yuku sei ni sousa o

„Memasukkan kunci menuju tempat yang belum diketahui dan mengendalikan nyawa yang semakin hancur‟ (As One/IDS/VII)

Bentuk indeks pada lirik diatas ditunjukkan pada frase “memasukkan kunci menuju tempat yang belum diketahui” sebagai sebab. Kunci adalah sebuah benda untuk membuka sesuatu yang terkunci, dalam lirik ini kunci berarti suatu cara untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang ada, namun cara tersebut belum diketahui apakah berhasil atau tidak mengatasi masalah. Frase berikutnya merupakan akibat, yaitu “mengendalikan nyawa yang semakin hancur”. Manusia


(25)

36 yang belum mengetahui hasil dari jalan keluar tersebut, memiliki keinginan untuk menuju tempat dimana mereka dapat menjaga nyawa, dapat didefinisikan mereka ingin menuju dunia yang damai.

History repeating - science and perversion History is weeping - weapons of destruction History repeating - in our final hour

Why can't we just live as one?

„Sejarah berulang – ilmu pengetahuan dan perbuatan tidak wajar Sejarah menangis – senjata kehancuran

Sejarah berulang – di waktu terakhir kita

Kenapa kita tidak bisa hidup bersatu?‟ (As One/IDS/VIII)

Pola indeks pada bait di atas sama dengan indeks kelima, yang menjadi sebab terdapat pada baris pertama sampai ketiga. Sejarah umat manusia terus berulang, ilmu pengetahuan yang mereka miliki justru membuat mereka membuat senjata yang semakin menambah kerusakan bumi ini, kehidupan yang hanya sekali ini mereka gunakan untuk terus berbuat kehancuran sampai kematian menjemput mereka akibat ulah mereka sendiri. Akibat dari penjelasan tersebut terdapat pada baris keempat, yaitu pertanyaan penyair apa yang menyebabkan manusia ini tidak bisa bersatu.

え 降 そそ 夜空 綺麗

い 日 君 も見せ い

nee furi sosogu yozora ga kirei da yo itsu no hi ka kimi ni mo misetai kara

„Hey, langit malam itu sungguh indah setelah turun hujan Aku juga ingin memperlihatkannya kepadamu suatu hari nanti‟ (Hoshizora/IDS/IX)

Lirik di atas didefinisikan sebagai keinginan seseorang yang ingin memberitahukan kepada orang lain bahwa betapa indahnya masa damai setelah konflik dan peperangan yang terjadi. Sebab terdapat pada baris pertama, yaitu seruan yang mengajak orang untuk melihat langit malam yang cerah berbintang.


(26)

37 Frase tersebut diartikan sebagai ajakan agar orang yang terlibat konflik menyadari betapa indahnya sebuah kedamaian itu. Sedangkan akibat terdapat pada baris berikutnya, yang berisi keinginan tokoh “aku” dalam lirik yang telah melihat indahnya kedamaian untuk memperlihatkan juga pada orang lain.

3.1.2 Bentuk Simbol dan Makna Simbol dalam Lirik Lagu Karya Hyde Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan di antara penanda dan petanda bersifat arbitrer atau semena atau hubungan berdasarkan konvensi masyarakat (Sobur, 2004: )

Light

„Cahaya‟(Trust/SIM/I)

Cahaya adalah simbol dari sesuatu yang bersifat menerangkan dimanapun cahaya itu berada. Citraan ini melambangkan sebuah tempat yang damai sesuai dengan sifat cahaya itu yang memberikan penerangan dalam kegelapan dan mendamaikan hati karena cahaya akan menimbulkan ketenangan dan rasa nyaman. Cahaya juga dapat diartikan sebagai wujud dari Tuhan atau Dewa karena dalam kepercayaan agama Shinto di Jepang, mereka mengenal adanya dewa matahari (Amaterasu Oomikami). Dewa matahari bagi orang Jepang adalah dewa tertinggi dan merupakan “cahaya agung” yang menerangi surga dan bumi (http://www.spiritofchi.org/amaterasureiki.htm).

Sajak zaman dahulu, pendewaan terhadap matahari lazimnya terdapat di negara-negara yang kebudayaannya sudah agak tinggi. Selain Amaterasu Oomikami di Jepang, terdapat juga dewa matahari di Tiongkok, Quetzalcoatle di Meksiko dan Peru, dewa Apollo atau Dionysus di antara orang Yunani (Griek), Mithra di antara orang Iran (Persia), Adonis dan Atis di Syria dan Phrygia


(27)

38 (Anadol), Isis dan Horus di Mesir, dan sebagainya. Dewa Matahari selalu dinamakan sebagai pembawa terang, juru selamat, pembebas, pelindung, dan sebagainya (http://media.isnet.org/antar/Tharick/Natal.html). Arti “cahaya” dalam lirik lagu ini yang lebih tepat adalah cahaya yang menyimbolkan Tuhan atau Dewa yang memberikan perlindungan sebagai juru selamat bagi kehidupan manusia.

namida

„air mata‟ (Trust/SIM/II)

namida „air mata‟ adalah simbol yang memiliki dua konteks yang bertolak belakang. Air mata bisa menyimbolkan kesedihan dan bisa juga menyimbolkan kebahagiaan. Seseorang yang sedang sedih secara umum akan mengeluarkan air mata untuk mengekspresikan kesedihannya, begitu juga orang yang sedang mengalami kegembiraan tidak jarang mengeluarkan air mata kebahagiaan. Namun, dalam konteks lirik lagu ini, air mata lebih tepat digunakan sebagai simbol kesedihan.

DNA (As One/SIM/III)

DNA adalah sebuah simbol yang melambangkan suatu karakter yang telah mengakar dalam diri seseorang dan tidak bisa di ubah lagi. Sesuai dengan kesepakatan masyarakat, DNA mengandung semua sifat dan karakter dari pemilik DNA tersebut. Konflik dan perang antar manusia yang selalu terjadi setiap waktu menunjukkan karakter egois manusia yang sudah menempel dalam DNA dan sangat sulit bagi mereka untuk mengubahnya.


(28)

39

Tree

„Pohon‟ (As One/SIM/IV)

Pohon adalah simbol yang melambangkan perlindungan, karena kekokohannya dan bisa menaungi orang yang berteduh di bawahnya. Pohon dalam lirik ini pohon melambangkan suatu tempat untuk berlindung dari kekacauan akibat perang.

Fruit

„Buah‟ (As One/SIM/V)

Buah melambangkan hasil yang dapat dinikmati dari pohon, dalam lirik ini buah berarti hasil yang dapat diambil dari tempat perlindungan, yaitu menyelamatkan nyawa orang-orang yang nyawanya selalu terancam karena tinggal di wilayah yang sedang berperang.

Key

„Kunci‟ (As One/SIM/VI)

Kunci adalah simbol yang melambangkan sebuah benda yang digunakan untuk membuka sesuatu yang terkunci. Kata “kunci” dalam lirik ini melambangkan suatu cara untuk menemukan jalan keluar yang dapat menghentikan peperangan yang terjadi.

Weapons

„Senjata‟ (As One/SIM/VII)

Senjata adalah benda yang dapat menimbulkan kerusakan dan kehancuran, sesuai dengan konvensi masyarakat, senjata diidentikkan dengan perang. Maksud dari simbol senjata adalah perang yang selalu membuat kehancuran bagi manusia maupun bagi wilayah yang terkena dampak perang tersebut.

揺ら めく陽炎

yurameku kagerou


(29)

40 Frase “asap panas yang meliuk” adalah simbol yang melambangkan suatu benda yang berkaitan dengan api. Makna dari simbol ini adalah harta yang dimiliki seseorang yang telah hangus terbakar. Makna lain dari simbol ini adalah api kemarahan dari para korban perang yang telah kehilangan semua harta miliknya akibat peperangan. Melalui konteks lirik lagu ini, makna simbol “asap panas yang meliuk-liuk” adalah perasaan marah dari para korban perang yang telah kehilangan semua harta miliknya akibat perang.

Bombs

„Bom‟ (Hoshizora/SIM/IX)

Bom adalah sebuah benda yang dapat meledak dan menghancurkan semua yang berada disekitarnya. Bom menyimbolkan konflik atau peperangan karena sifatnya yang menghancurkan, seperti halnya perang yang selalu berbuah kehancuran di segala sisi kehidupan manusia.

Berdasarkan simbol-simbol yang telah dianalisis di atas, pesan anti perang jelas tergambar dalam tiap simbol yang digunakan dalam lirik lagu ciptaan Hyde. Simbol-simbol yang digunakan Hyde untuk menyampaikan pesan anti perang dalam lirik lagunya adalah light „cahaya‟, 涙 namida „air mata‟, DNA, tree „pohon‟, fruit „buah‟, key „kunci‟, weapons „senjata‟, 揺ら めく陽炎 yurameku

kagerou„asap panas yang meliuk-liuk‟, bombs„bom‟.

3.2 Makna Lirik Lagu Karya Hyde Berdasarkan Trikotomi Kedua Pierce 3.2.1 Bentuk dan Makna Qualisign dalam Lirik Lagu Karya Hyde

Qualisign adalah penanda yang berkaitan dengan kualitas yang ada pada tanda (Sobur, 2003:41). Qualisign merupakan sesuatu yang memiliki kualitas


(30)

41 untuk menjadi tanda dan akan berfungsi sebagai tanda sampai ia terbentuk sebagai tanda.

Come into the light

„Ayo menuju cahaya‟ (Trust/QUA/I)

Frase “menuju cahaya” menunjukkan kualitas sebagai tanda anti perang. Kata ini akan menjadi tanda anti perang apabila digunakan di daerah yang sedang berperang. Menuju cahaya berarti sebuah dorongan semangat agar orang-orang yang sedang dilanda peperangan untuk tetap berusaha mencari jalan keluar yang damai.

Live as one

„Hidup bersatu‟ (As One/QUA/II)

Frase “hidup bersatu” merupakan kata yang bisa menjadi tanda anti perang jika kata ini digunakan saat terjadi konflik antar manusia seperti peperangan. Hidup bersatu memiliki makna sebenarnya, suatu ajakan agar manusia yang sedang berperang untuk bersatu dan menghentikan peperangan.

Lost everything to bombs

„Kehilangan semua akibat bom‟ (Hoshizora/QUA/III)

Frase “kehilangan semua akibat bom” menunjukkan kualitas yang memungkinkan untuk menjadi sebuah tanda anti perang. Frase ini mengisyaratkan kesedihan yang mendalam saat digunakan dalam kondisi perang yang terjadi.

Berdasarkan analisis qualisign di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam lirik lagu karya Hyde terdapat tiga frase yang memiliki kualitas sebagai tanda anti perang, yaitu come into the light „ayo menuju cahaya‟, live as one

„hidup bersatu, dan lost everything to bombs „Kehilangan semua akibat bom‟.


(31)

42

Sinsign adalah penanda yang berkaitan dengan kenyataan seperti kata „air sungai keruh‟ yang menandakan ada hujan di hulu sungai. (Sobur, 2003:41). Bisa diartikan sinsign sudah terbentuk menjadi tanda namun belum berfugsi sebagai tanda.

夢 う 世界into the light

kitto yume no you na sekai into the light

„Pasti dunia akan bercahaya seperti mimpi kita‟ (Trust/SIN/I)

Data di atas adalah sinsign karena frase “pasti dunia akan bercahaya” adalah tanda anti perang, namun belum berfungsi sebagai tanda anti perang karena belum terwujud hingga sekarang meskipun selalu diperjuangkan. Dunia yang bercahaya adalah dunia yang terang dan cerah, ini dapat diartikan sebagai dunia yang ideal dan damai. Dunia seperti itu ada dalam impian setiap orang, namun meskipun begitu, untuk mewujudkannya masih merupakan impian yang sangat sulit untuk dilakukan.

堕 行 生 操作

ochi yuku sei ni sousa wo

„Mengendalikan nyawa yang semakin hancur‟ (As One/SIN/II)

Frase “mengendalikan nyawa” merupakan tanda anti perang, namun belum bisa terwujud selama perang masih berlangsung di muka bumi ini. Perang membuat banyak nyawa berguguran, berkurangnya populasi manusia secara drastis, apalagi kalau perang tersebut terjadi selama bertahun-tahun. Mengendalikan nyawa yang semakin hancur maksudnya adalah mengendalikan jumlah kehidupan manusia yang semakin berkurang akibat perang, dan hal itu tidak akan bisa terwujud apabila perang tidak dihentikan.

争い 終わ 世界へ

arasoi no owatta sekai e to


(32)

43 Data di atas adalah tanda yang masih belum berfungsi sebagai tanda anti perang, karena dunia ideal tanpa konflik seperti mimpi banyak orang masih belum bisa diwujudkan hingga sekarang. Konflik antar manusia seolah menjadi suatu kebiasaan yang tidak pernah hilang. Kebiasaan tersebut membuat dunia yang tanpa konflik menjadi hanya mimpi belaka meskipun orang yang terus memperjuangkan kedamaian selalu muncul di setiap zaman.

Berdasarkan analisis sinsign di atas, dalam tiga lirik lagu karya Hyde terdapat tiga data yang telah menjadi tanda anti perang namun belum berfungsi hingga sekarang.

3.2.3 Bentuk dan Makna Legisign dalam Lirik Lagu Karya Hyde

Legisign adalah penanda yang berkaitan dengan kaidah dan norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan (Sobur, 2003:41). Bisa dikatakan

legisign adalah tanda yang telah berfungsi sebagai tanda.

History repeating

„Sejarah berulang‟ (As One/LEG/I)

Sejarah berulang merupakan legisign karena merupakan tanda dan telah berfungsi sebagai tanda. Sejarah telah disepakati oleh banyak orang sebagai suatu kejadian yang selalu berulang di beberapa zaman berikutnya. Meskipun ada pernyataan untuk selalu belajar dari sejarah, tidak bisa dipungkiri sejarah akan selalu terulang kembali. Lebih terkhususnya adalah sejarah peperangan. Perang tidak pernah benar-benar hilang dari muka bumi ini hingga sekarang.


(33)

44 Berdasarkan analisis legisign yang telah dilakukan di atas, dalam tiga lirik lagu karya Hyde hanya ditemukan satu data yang merupakan tanda yang telah berfungsi sebagai tanda, yaitu history repeating „sejarah berulang‟.

3.3 Makna Lirik Lagu Karya Hyde Berdasarkan Trikotomi Ketiga Pierce 3.3.1 Bentuk dan Makna Rheme dalam Lirik Lagu Karya Hyde

Rheme adalah penanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang matanya merah dapat menandakan matanya sakit, baru bangun tidur, ataupun selesai menangis (Sobur, 2003:42).

穏 未来 あ ?

odayakana mirai ga aru no?

„Apakah ada masa depan yang damai?‟ (Trust/RHE/I)

Data di atas memungkinkan untuk ditafsir sebagai suatu ejekan seseorang terhadap kedamaian yang tidak kunjung datang. Bisa juga ditafsirkan sebagai harapan seseorang agar kedamaian segera datang dan ingin mempercayai kedamaian itu pasti datang. Lirik tersebut terdapat dalam lagu trust yang berarti „percaya‟, sesuai dengan keseluruhan isi lagu tersebut, dapat dipilih tafsiran lirik di atas sebagai harapan dan kepercayaan pada kedamaian yang pasti akan datang suatu hari nanti.

Come into the lightそ 言葉 信 もいい ?

come into the light sono kotoba wo shinjite mo ii no?

„Ayo menuju cahaya, apakah aku boleh mempercayai kata kata itu?‟ (Trust/RHE/II)

Data di atas dapat ditafsirkan antara keinginan tokoh “aku” dalam lirik untuk mempercayainya dan keragu-raguan tokoh “aku” pada kebenaran kata-kata tersebut. Berdasarkan konteks lirik lagu secara keseluruhan, pilihan yang lebih tepat adalah keinginan tokoh “aku” untuk mempercayai pernyataan tersebut.


(34)

45 Menuju cahaya maksudnya adalah menuju dunia yang terang dan cerah, bisa diindikasikan sebagai dunia yang damai.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas, dalam tiga lirik lagu karya Hyde terdapat dua rheme yang mengisyaratkan pesan anti perang.

3.3.2 Bentuk dan Makna Dicent Sign dalam Lirik Lagu Karya Hyde

Dicent sign atau dicisign adalah penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya (Sobur, 2003:42). Misalnya, jika pada suatu jalan sering terjadi tanah longsor, maka di tepi jalan akan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disana sering terjadi tanah longsor. Tanda ini bisa berupa ajakan dan saran.

Come into the light I'm here

Ayo menuju cahaya, aku disini (Trust/DCS/I)

Data di atas merupakan bentuk dicent. Hal tersebut dapat di lihat dari bentuk data tersebut yag berbentuk ajakan atau saran. Makna dari kata menuju cahaya adalah menuju zaman yang terang benderang tanpa konflik. Tokoh “aku” dalam lirik menyatakan bahwa dia berada di tempat tersebut dan mengajak orang lain untuk bergabung bersamanya.

Melalui analisis di atas, data berupa dicent sign dalam tiga lirik lagu karya Hyde hanya ditemukan satu lirik, yaitu pada lirik lagu trust.

3.3.3 Bentuk dan Makna Argument dalam Lirik Lagu Karya Hyde

Argument adalah penanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu (Sobur, 2003:42). Misalnya, seseorang mengatakan “gelap” dalam sebuah ruangan. Orang itu berkata gelap karena ia menilai ruangan itu cocok dikatakan gelap.


(35)

46

History repeating - panic and confusion History is weeping - sense of disillusion History repeating - pieces of a puzzle

„Sejarah berulang – kepanikan dan kekacauan Sejarah menangis – rasa kekecewaan

Sejarah berulang – potongan dari puzzle‟ (As One/ARG/I)

Data di atas dapat dikelompokkan argument karena merupakan pernyataan yang memiliki dasar pada kenyataan. Sejarah umat manusia selalu berulang dengan segala kekacauan yang terus dilakukan oleh sekelompok manusia dan menimbulkan kepanikan bagi kelompok manusia yang lainnya. Kejadian ini terus berlangsung sehingga menimbulkan rasa marah dan kecewa dari korban ataupun orang yang menentang sifat arogan tersebut. Sejarah manusia yang tidak pernah bisa bersatu selalu terulang dari zaman dahulu hingga sekarang.

History repeating - science and perversion History is weeping - weapons of destruction History repeating - in our final hour

„Sejarah berulang – ilmu pengetahuan dan perbuatan tidak wajar Sejarah menangis – senjata kehancuran

Sejarah berulang – di waktu terakhir kita‟ (As One/ARG/II)

Argument di atas merupakan pernyataan yang didasarkan pada keadaan manusia zaman sekarang dimana ilmu pengetahuan sudah berkembang dengan pesat. Ilmu pengetahuan telah banyak mengubah kehidupan manusia namun juga membuat manusia jadi lupa diri dan justru menciptakan senjata-senjata untuk menghancurkan kaumnya sendiri. Senjata-senjata yang diciptakan tersebut makin memperpendek umur bumi satu-satunya tempat kehidupan manusia berlangsung. Bumi semakin hancur dan apabila perang terus dilakukan bisa berarti waktu manusia untuk hidup di bumi ini akan semakin singkat.


(36)

47

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap tiga buah lirik lagu karya Hyde, pesan anti perang dapat ditemukan dalam struktur yang membangun lirik lagu tersebut. Struktur fisik lirik lagu yaitu diksi, imaji dan kata konkret. Diksi dalam lirik lagu ini banyak menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan perang. Imaji yang terdapat dalam lirik lagu ini menggambarkan kesedihan dan penderitaan dari korban perang. Kata konkret dalam lirik lagu ini digunakan untuk memperjelas pesan anti perang yang terdapat di dalam lirik lagu.

Struktur batin lirik lagu, yaitu dalam tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat. Tema dari tiga buah lirik lagu ini adalah anti perang. Perasaan yang tergambar dalam lirik ini adalah perasaan sedih korban perang dan harapan pada kedamaian. Nada dan suasana yang digunakan pada lirik ini menyiratkan nada menyindir dan kritik. Amanat yang terdapat dalam lirik ini adalah perang harus dihentikan.

Melalui analisis semiotik Pierce dapat ditemukan pesan anti perang dalam lirik lagu karya Hyde dalam trikotomi tanda Pierce yaitu:

1. Trikotomi pertama, dapat ditemukan dalam indeks dan simbol. Makna indeks banyak berupa keinginan untuk memperoleh kedamaian. Makna simbol kebanyakan adalah kerugian yang akan timbul ketika perang terjadi. Sementara data berupa ikon tidak ditemukan.


(37)

48

2.

Trikotomi kedua, dapat ditemukan dalam qualisign, sinsign dan legisign. Makna qualisign secara garis besar adalah ajakan untuk menghentikan perang di muka bumi ini. Makna sinsign secara umum adalah impian dan harapan penyair agar perang tidak terjadi lagi. Makna dari legisign ini adalah perang tidak pernah benar-benar hilang dari muka bumi ini hingga sekarang.

3. Trikotomi ketiga, dapat ditemukan dalam rheme, dicent sign dan

argument. Makna dari rheme secara umum adalah harapan pada kedamaian. Makna dicent sign dalam lirik ini adalah tokoh “aku” dalam lirik yang berada di negeri yang damai dan mengajak orang lain untuk bergabung bersamanya. Makna argument dalam lirik lagu ini secara garis besar adalah kekacauan dan kehancuran yang selalu dilakukan oleh manusia di muka bumi.

4.2 Saran

Penelitian lirik lagu ini dilakukan pada lirik lagu karya Hideto Takarai dengan kajian strukturalisme semiotik. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat diteliti mengggunakan kajian sosiologi sastra, karena lirik lagu yang bertema anti perang akan menarik apabila dianalisis aspek sosialnya.


(38)

49 DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Widyatama.

L`Arc~en~Ciel. 2005. Awake. Jepang: Ki/oon Records.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santosa, Puji. 1993. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa

Semi, Atar. 1984. Anatomi Sastra. Padang: FPBS IKIP Padang

Siswoyo, Rendra. 2011. “Analisis Semiotik dalam Lirik Lagu Shoutul Khilafah (Kajian Charles Sanders Pierce)”. Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suri , Fitri Raina. 2009. “Diksi, Imaji, dan Kata Konkret dalam Lirik-lirik Lagu

Karya Hideto Takarai”. Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Waluyo, Herman J. 1985. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. ---. 2002. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wellek, Rene dan Austin Werren. 1990. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani

Budianta. Jakarta: Gramedia.

Zaidin, Abdul Rozak dan kawan-kawan. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.


(39)

50 Sumber Internet

http://allukazoldyck.blogspot.com/2010/06/larcenciel-and-punkenciel.html http://id.wikipedia.org/wiki/Invasi_Irak_2003#cite_note-whitehouse-2 http://media.isnet.org/antar/Tharick/Natal.html

http://www.02.246.ne.jp/~semar/esaisehari/esaisehari4/esaisehari4.html http://www.spiritofchi.org/amaterasureiki.htm


(40)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Oleh karena itu, dari dahulu hingga sekarang puisi selalu diciptakan dan dibaca, untuk menikmati nilai seni dan nilai kejiwaannya yang tinggi.

Menurut Waluyo (2002: 1) puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias atau imajinatif. Dalam Kamus Istilah Sastra (2004: 159-160) dikatakan bahwa puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.

Puisi memiliki keunikan dan sekaligus kesulitan tersendiri untuk mengungkapkan maknanya. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang sering digunakan penyair adalah bahasa yang berbeda dengan bahasa sehari-hari. Biasanya ide dan gagasan penyair bersumber dari berbagai peristiwa yang menyangkut persoalan sosial dalam kehidupan masyarakat yang terjadi dalam kurun waktu tertentu di sekitar si penyair. Berbagai peristiwa tersebut kemudian diungkapkan oleh penyair ke dalam sebuah puisi dengan medium bahasa yang


(41)

2 disusun seindah mungkin, sehingga menjadikannya sangat menarik untuk dibaca dan dinikmati.

Lirik lagu merupakan bentuk pengungkapan puisi karena kemiripan unsur-unsur pembentuknya. Sesuai dengan pengertian puisi yang telah disebutkan di atas, lirik lagu juga menggunakan bahasa yang dipadatkan, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan pemilihan kata-kata kias atau imajinatif. Seperti halnya puisi, lirik lagu juga diciptakan oleh pengarangnya untuk mengekspresikan apa yang dirasakan, dilihat, dan dialaminya dalam sebuah lingkungan masyarakat. Dengan demikian, lirik lagu dapat dikaji menggunakan teori dan metode yang sama dengan puisi.

Objek penelitian ini adalah lirik-lirik lagu karya Hideto Takarai (Hyde). Peneliti memilih karyanya sebagai objek kajian dengan pertimbangan bahwa Hyde merupakan vokalis sekaligus penulis sebagian besar lirik lagu

L’Arc~en~Ciel atau dikenal juga dengan nama Laruku. Laruku adalah sebuah

grup band yang sangat terkenal di Jepang, bahkan kepopuleran mereka sudah mencapai tingkat internasional. Laruku telah menjual lebih dari 25 juta kopi album di Jepang. Sejak berdiri hingga sekarang Laruku telah menghasilkan 19 album yang keseluruhannya sukses di Jepang maupun di dunia internasional. (http://allukazoldyck.blogspot.com/2010/06/larcenciel-and-punkenciel.html).

Hyde lahir di Wakayama, sebuah daerah di dekat Osaka, Jepang pada tanggal 29 Januari 1969. Sejak kecil, Hyde sudah menyukai musik dan menguasai beberapa alat musik. Hyde telah bergabung dengan Laruku sejak pertama kali berdiri, yaitu tahun 1991. Hyde sangat suka menulis puisi dan merupakan penulis utama lagu-lagu yang ada dalam Laruku, hampir keseluruhan lirik lagu dari band


(42)

3 ini adalah ciptaannya. Hyde terkenal sering menggunakan kalimat-kalimat metafora dan mengandung makna tersembunyi dalam setiap lirik lagu ciptaannya. Sekian banyak album yang telah dihasilkan Laruku, namun peneliti tertarik untuk meneliti lirik lagu dalam salah satu albumnya yang bertajuk Awake. Album Awake dirilis pada tanggal 22 Juni 2005, dua tahun setelah invansi Amerika ke Irak yang didukung oleh pemerintah Jepang sebagai sekutu Amerika. Beberapa lagu yang diciptakan Hyde dalam album ini bermakna anti perang, dapat disimpulkan bahwa lagu-lagu itu merupakan sebuah ungkapan perasaan Hyde mengenai perang yang terjadi ketika itu. Album ini terdiri dari dua belas lagu, sepuluh di antara liriknya diciptakan oleh Hyde dan selebihnya diciptakan oleh anggota lain. Namun, hanya tiga buah lagu yang memiliki tema anti perang, yaitu Trust, As One, dan Hoshizora.

Invansi Amerika ke Irak sendiri disebut dengan perang Irak III. Perang ini diawali dengan invasi Amerika Serikat dan sekutunya ke Irak dengan sebutan sebagai „operasi pembebasan Irak‟ secara resmi dimulai pada tanggal 19 Maret 2003 (http://id.wikipedia.org/wiki/Invasi_Irak_2003#cite_note-whitehouse-2). Tujuan resmi yang ditetapkan oleh Amerika Serikat adalah untuk „melucuti senjata pemusnah masal Irak, mengakhiri dukungan Saddam Husein kepada terorisme, dan memerdekakan rakyat Irak‟. Keterlibatan Jepang dalam perang ini adalah ketika pemerintah Jepang mengirimkan tentaranya ke Irak dengan alasan kedamaian (http: // www. 02. 246. ne. jp/ ~semar/ esaisehari/ esaisehari4/ esaisehari4. html).

Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengungkapkan tanda-tanda bahasa yang diungkapkan Hyde dalam lirik ciptaannya yang bertema anti perang. Peneliti


(43)

4 tertarik untuk menganalisis tanda-tanda serta makna tanda yang digunakan oleh Hyde dalam lagunya untuk mengungkapkan perasaannya terhadap perang yang terjadi ketika itu, perang yang juga didukung oleh pemerintah Jepang. Penelitian ini semakin penting karena hingga saat ini di berbagai belahan dunia hampir selalu terjadi perang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan dua masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur fisik dan struktur batin dalam lirik lagu karya Hyde?

2. Apa jenis dan makna tanda semiotik yang digunakan dalam lirik lagu karya Hyde untuk menyampaikan pesan anti perang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam lirik lagu karya Hyde.

2. Mendeskripsikan jenis dan makna tanda semiotik yang digunakan dalam lirik lagu karya Hyde untuk menyampaikan pesan anti perang. 1.4 Manfaat Penelitan

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menerapkan ilmu dan teori yang dipelajari dalam menganalisis karya sastra.


(44)

5 2. Memperkaya wawasan dan pengetahuan peneliti pada khususnya, dan pembaca pada umumnya dalam bidang sastra untuk memaknai sebuah lirik lagu.

3. Memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan untuk pencinta sastra. 1.5 Tinjauan Kepustakaan

Tinjauan kepustakaan bertujuan sebagai acuan dan titik tolak untuk melakukan sebuah penelitian, sehingga meninjau penelitian yang telah ada perlu dilakukan. Berdasarkan penelusuran peneliti, sebelumnya sudah ada penelitian yang membahas lirik lagu karya Hyde. Mahasiswa Universitas Bung Hatta, Fitri Raina Suri (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Diksi, Imaji, dan Kata Konkret dalam Lirik-lirik Lagu Karya Hideto Takarai”. Hasil penelitian itu meliputi penggambaran cinta yang kuat berupa pengorbanan untuk cinta, arti kesetiaan, dan penderitaan karena cinta dalam lirik lagu karya Hyde dilihat dari diksi, imaji, dan kata konkret dengan menggunakan tinjauan struktural.

Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Rendra Siswoyo (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Semiotik dalam Lirik Lagu Shoutul Khilafah (Kajian Charles Sanders Pierce)” juga menggunakan pendekatan semiotik. Hasil dari penelitian tersebut adalah lirik lagu Shoutul Khilafah yang dianalisis dengan semiotik Kajian Charles Sanders Peirce memiliki makna yang terdiri dari trikotomi. Trikotomi pertama ditinjau dari sudut pandang hubungan antara representamen dan objek. Trikotomi kedua membuat klasifikasi dengan sudut pandang yakni hubungan representamen dengan tanda. Trikotomi ketiga mengambil sudut pandang hubungan tanda dengan interpretan.


(45)

6 Berikut ini secara ringkas dipaparkan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut:

1. Pada trikotomi pertama yang sering muncul adalah pemaknaan secara indeks dan Simbol. Hal tersebut dapat dijelaskan karena sebuah lagu tidak lepas dari pengaruh pemikiran yang terdapat di luar teks. Lirik Shoutul Khilafah yang bernuansa Islam banyak menggunakan simbol Islami.

2. Pada trikotomi kedua makna keseluruhan dapat dijelaskan bahwa masih banyak kata yang telah menjadi representamen hanya saja belum mampu menjadi tanda dikarenakan tidak teraplikasikannya representamen tersebut. Khilafah yang merupakan Sinsign yang menuntut penerapan agar berfungsi sebagai tanda. 3. Pada trikotomi ketiga makna yang menonjol adalah makna menunjukkan bahwa tanda yang merupakan preposisi dan berfungsi sebagai pengantar suatu penjelasan. Disamping itu juga terdapat makna yang berkaitan dengan pernyataan untuk menyatakan kebenaran dan menyimpulkan suatu persoalan.

Sejauh penelusuran peneliti, belum ditemukan penelitian tentang lirik lagu karya Hyde dengan menggunakan tinjauan semiotik. Pada penelitian ini peneliti akan meneliti lirik lagu karya Hyde dengan menggunakan pendekatan semiotik Pierce yang membagi tanda menjadi trikotomi. Penelitian yang sudah ada diharapkan dapat menjadi pendukung dan bahan referensi dalam penelitian ini. 1.6 Landasan Teori

1.6.1 Strukturalisme

Agar bisa memahami sebuah karya sastra secara utuh, perlu dianalisis struktur yang membangunnya. Penekanan strukturalis adalah memandang karya sastra sebagai teks mandiri. Penelitian dilakukan secara objektif yaitu


(46)

7 menekankan unsur intrinsik karya sastra dan mengenyampingkan unsur di luar karya sastra (Endraswara, 2003:51).

Setiap genre karya sastra, unsur-unsur yang membangunnya juga berbeda. Menurut Waluyo (1985: 28) puisi terdiri dari dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi terdiri dari diksi (perbendaharaan kata, urutan kata, dan daya sugesti kata), imaji (visual, auditif, dan taktil), kata konkret, majas (kiasan dan pelambangan), verifikasi (rima, ritma, dan metrum), dan tipografi. Sedangkan struktur batin puisi terdiri dari tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat. Menganalisis unsur-unsur pada lirik lagu juga dapat digunakan unsur pada puisi tersebut.

1.6.2 Semiotik

Semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra yang memperhatikan tanda-tanda bahasa dalam karya sastra. Prinsipnya, melalui ilmu ini karya sastra akan terpahami arti dan makna di dalamnya. Aart van Zoest (dalam Santosa, 1993:3) mendefinisikan semiotika sebagai sebuah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.

Penelitian sastra dengan pendekatan semiotik merupakan lanjutan dari pendekatan strukturalisme (Pradopo dalam Sobur, 2003:143). Strukturalisme sangat berhubungan erat dengan semiotik, karena karya sastra itu merupakan struktur tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda, tanda, dan maknanya, serta konvensi tanda, struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Preminger dalam Sobur (2003:144) mengatakan studi


(47)

8 semiotik sastra adalah usaha untuk menganalisis sistem tanda-tanda. Oleh karena itu, peneliti harus menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna.

Semiotik dikembangkan oleh dua orang ahli yang hidup pada zaman yang sama, namun tidak saling mengenal yaitu seorang ahli bahasa dan dikenal sebagai bapak pendiri linguistik modern Ferdinand de Saussure dan seorang ahli filsafat dan logika Charles Sanders Pierce (Ratna, 2004: 98-99). Saussure menggunakan istilah semiologi, sedangkan Pierce menggunakan istilah semiotika, dalam perkembangan berikutnya, istilah semiotikalah yang lebih populer.

Saussure dengan teorinya mengatakan bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yaitu signifier (penanda) dan

signified (petanda) (Bertens dalam Sobur, 2003: 46). Penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa, yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa.

Pierce yang terkenal karena teori tandanya mengklasifikasikan tanda menjadi tiga yaitu ground, object, dan interpretant (Sobur, 2003: 41). Ground

adalah sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi. Tanda yang termasuk kedalam ground dibagi menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah penanda yang berkaitan dengan kualitas yang ada pada tanda, contohnya kata-kata kasar, keras atau lembut. Sinsign adalah penanda yang berkaitan dengan kenyataan seperti kata „air sungai keruh‟ yang menandakan ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah penanda yang berkaitan dengan kaidah dan norma yang


(48)

9 dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

Berdasarkan objeknya tanda dibagi menjadi tiga bagian, yaitu icon, index, dan symbol (Sobur, 2003: 41-42). Icon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Hubungan antara tanda dan objek atau acuannya bersifat kemiripan, seperti potret dan peta. Indeks

adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contohnya adalah asap sebagai tanda adanya api. Symbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan perjanjian masyarakat.

Interpretant adalah hubungan antara pikiran dengan jenis penandanya, dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign, dan argument. Rheme adalah penanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang matanya merah dapat menandakan matanya sakit, baru bangun tidur, ataupun selesai menangis. Dicent sign atau dicisign adalah penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya. Misalnya, jika pada suatu jalan sering terjadi tanah longsor, maka di tepi jalan akan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disana sering terjadi tanah longsor. Argument adalah penanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Misalnya, seseorang mengatakan “gelap” dalam sebuah ruangan. Orang itu berkata gelap karena ia menilai ruangan itu cocok dikatakan gelap.


(49)

10 Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan tersebut, analisis tema anti perang dalam lirik lagu karya Hydedengan tinjauan semiotik akan dilakukan. Penelitian ini akan menggunakan teori tanda dari Pierce untuk mengungkapkan makna lirik-lirik lagu karya Hyde yang bertemakan anti perang serta struktur yang membangun lirik lagu tersebut.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini mengkaji lirik lagu karya Hyde dengan mengggunakan pendekatan kualitatif dan disajikan secara deskriptif. Metode Kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikannya makna (Danim, 2002:32-33). Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pembacaan yang cermat dan studi kepustakaan, yaitu dengan mencari bahan-bahan yang mendukung penelitian ini. Bahan yang digunakan adalah lirik lagu karya Hyde dalam album Awake yang merupakan karya sastra yang akan diteliti, buku yang berkaitan dengan teori yang digunakan seperti teori semiotik, serta data-data lain yang diperoleh melalui internet.

2. Penganalisisan Data

Tahap analisis data dan membahas permasalahan diatas peneliti memakai landasan teori strukturalisme dan semiotik Pierce yang menyatakan tentang menganalisis tanda dalam sebuah karya sastra.


(50)

11 3. Penyajian Data

Data disajikan secara deskriptif dengan menjelaskan pemecahan dari masalah yang ada berdasarkan analisis data, kemudian memberikan kesimpulan.

4. Kesimpulan

Setelah penyajian data kemudian ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah.

1.8 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terbagi menjadi empat bagian yaitu, Bab I, Bab II, Bab III dan Bab IV. Bab I merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas dengan detail struktur lirik lagu Hyde dalam album

Awake sebagai sebuah karya sastra puisi. Bab III membahas jenis tanda semiotik dan makna dari tanda semiotik yang terdapat dalam lirik-lirik lagu karya Hyde. Bab IV merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


(51)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Oleh karena itu, dari dahulu hingga sekarang puisi selalu diciptakan dan dibaca, untuk menikmati nilai seni dan nilai kejiwaannya yang tinggi.

Menurut Waluyo (2002: 1) puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias atau imajinatif. Dalam Kamus Istilah Sastra (2004: 159-160) dikatakan bahwa puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.

Puisi memiliki keunikan dan sekaligus kesulitan tersendiri untuk mengungkapkan maknanya. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang sering digunakan penyair adalah bahasa yang berbeda dengan bahasa sehari-hari. Biasanya ide dan gagasan penyair bersumber dari berbagai peristiwa yang menyangkut persoalan sosial dalam kehidupan masyarakat yang terjadi dalam kurun waktu tertentu di sekitar si penyair. Berbagai peristiwa tersebut kemudian diungkapkan oleh penyair ke dalam sebuah puisi dengan medium bahasa yang


(1)

7 menekankan unsur intrinsik karya sastra dan mengenyampingkan unsur di luar karya sastra (Endraswara, 2003:51).

Setiap genre karya sastra, unsur-unsur yang membangunnya juga berbeda. Menurut Waluyo (1985: 28) puisi terdiri dari dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi terdiri dari diksi (perbendaharaan kata, urutan kata, dan daya sugesti kata), imaji (visual, auditif, dan taktil), kata konkret, majas (kiasan dan pelambangan), verifikasi (rima, ritma, dan metrum), dan tipografi. Sedangkan struktur batin puisi terdiri dari tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat. Menganalisis unsur-unsur pada lirik lagu juga dapat digunakan unsur pada puisi tersebut.

1.6.2 Semiotik

Semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra yang memperhatikan tanda-tanda bahasa dalam karya sastra. Prinsipnya, melalui ilmu ini karya sastra akan terpahami arti dan makna di dalamnya. Aart van Zoest (dalam Santosa, 1993:3) mendefinisikan semiotika sebagai sebuah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.

Penelitian sastra dengan pendekatan semiotik merupakan lanjutan dari pendekatan strukturalisme (Pradopo dalam Sobur, 2003:143). Strukturalisme sangat berhubungan erat dengan semiotik, karena karya sastra itu merupakan struktur tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda, tanda, dan maknanya, serta konvensi tanda, struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Preminger dalam Sobur (2003:144) mengatakan studi


(2)

8 semiotik sastra adalah usaha untuk menganalisis sistem tanda-tanda. Oleh karena itu, peneliti harus menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna.

Semiotik dikembangkan oleh dua orang ahli yang hidup pada zaman yang sama, namun tidak saling mengenal yaitu seorang ahli bahasa dan dikenal sebagai bapak pendiri linguistik modern Ferdinand de Saussure dan seorang ahli filsafat dan logika Charles Sanders Pierce (Ratna, 2004: 98-99). Saussure menggunakan istilah semiologi, sedangkan Pierce menggunakan istilah semiotika, dalam perkembangan berikutnya, istilah semiotikalah yang lebih populer.

Saussure dengan teorinya mengatakan bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yaitu signifier (penanda) dan

signified (petanda) (Bertens dalam Sobur, 2003: 46). Penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa, yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa.

Pierce yang terkenal karena teori tandanya mengklasifikasikan tanda menjadi tiga yaitu ground, object, dan interpretant (Sobur, 2003: 41). Ground

adalah sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi. Tanda yang termasuk kedalam ground dibagi menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah penanda yang berkaitan dengan kualitas yang ada pada tanda, contohnya kata-kata kasar, keras atau lembut. Sinsign adalah penanda yang berkaitan dengan kenyataan seperti kata „air sungai keruh‟ yang menandakan ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah penanda yang berkaitan dengan kaidah dan norma yang


(3)

9 dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

Berdasarkan objeknya tanda dibagi menjadi tiga bagian, yaitu icon, index, dan symbol (Sobur, 2003: 41-42). Icon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Hubungan antara tanda dan objek atau acuannya bersifat kemiripan, seperti potret dan peta. Indeks

adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contohnya adalah asap sebagai tanda adanya api. Symbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan perjanjian masyarakat.

Interpretant adalah hubungan antara pikiran dengan jenis penandanya, dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign, dan argument. Rheme adalah penanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang matanya merah dapat menandakan matanya sakit, baru bangun tidur, ataupun selesai menangis. Dicent sign atau dicisign adalah penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya. Misalnya, jika pada suatu jalan sering terjadi tanah longsor, maka di tepi jalan akan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disana sering terjadi tanah longsor. Argument adalah penanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Misalnya, seseorang mengatakan “gelap” dalam sebuah ruangan. Orang itu berkata gelap karena ia menilai ruangan itu cocok dikatakan gelap.


(4)

10 Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan tersebut, analisis tema anti perang dalam lirik lagu karya Hydedengan tinjauan semiotik akan dilakukan. Penelitian ini akan menggunakan teori tanda dari Pierce untuk mengungkapkan makna lirik-lirik lagu karya Hyde yang bertemakan anti perang serta struktur yang membangun lirik lagu tersebut.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini mengkaji lirik lagu karya Hyde dengan mengggunakan pendekatan kualitatif dan disajikan secara deskriptif. Metode Kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikannya makna (Danim, 2002:32-33). Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pembacaan yang cermat dan studi kepustakaan, yaitu dengan mencari bahan-bahan yang mendukung penelitian ini. Bahan yang digunakan adalah lirik lagu karya Hyde dalam album Awake yang merupakan karya sastra yang akan diteliti, buku yang berkaitan dengan teori yang digunakan seperti teori semiotik, serta data-data lain yang diperoleh melalui internet.

2. Penganalisisan Data

Tahap analisis data dan membahas permasalahan diatas peneliti memakai landasan teori strukturalisme dan semiotik Pierce yang menyatakan tentang menganalisis tanda dalam sebuah karya sastra.


(5)

11 3. Penyajian Data

Data disajikan secara deskriptif dengan menjelaskan pemecahan dari masalah yang ada berdasarkan analisis data, kemudian memberikan kesimpulan.

4. Kesimpulan

Setelah penyajian data kemudian ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah.

1.8 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terbagi menjadi empat bagian yaitu, Bab I, Bab II, Bab III dan Bab IV. Bab I merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas dengan detail struktur lirik lagu Hyde dalam album

Awake sebagai sebuah karya sastra puisi. Bab III membahas jenis tanda semiotik dan makna dari tanda semiotik yang terdapat dalam lirik-lirik lagu karya Hyde. Bab IV merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


(6)

SKRIPSI

PESAN ANTI PERANG DALAM LIRIK LAGU

KARYA HIDETO TAKARAI;

TINJAUAN STRUKTURALISME SEMIOTIK

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora

Oleh ADE SURIA

07187024

JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS