ANALISIS TUTURAN DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI METODE TIMBAL BALIK (RECIPROCAL TEACHING) DI SEKOLAH NASIONAL PLUS :Studi Deskriptif Analitis Siswa kelas V Sekolah Sinar Bunga Hati Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

Lembar Judul ……… i

Lembar Pengesahan ………..………… ii

Lembar Pengesahan ………..…… iii

Lembar Persembahan ……….. iv

Lembar Pernyataan ………..……… v

Abstrak ……….……… vi

Kata Pengantar ……… vii

Ucapan Terima kasih ………..………..…………. viii

Daftar Isi ………. ix

Daftar Tabel ……… x

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah Penelitian ………. 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ……… 5

C. Rumusan Masalah Penelitian ……….. 6

D. Tujuan Penelitian ………. 7

E. Manfaat Penelitian yang Diharapkan ……….. 7

BAB II ANALISIS TUTURAN DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING SISWA KELAS V ……… 8


(2)

A. Tindak Tutur (Speech Act) ………..…………. 8

a. Jenis-jenis Tindak Tutur ……….... 11

b. Struktur Wacana ……… 17

c. Konteks Percakapan ……….. 18

B. Metode Reciprocal Teaching ……… 20

a. Pengertian Metode Reciprocal Teaching..……… 20

b. Teori Belajar yang Mendukung Metode Reciprocal Teaching ……….……... 25

c. Langkah-langkah Metode Reciprocal Teaching ……….. 35

C. Keterampilan Berbicara ……… 37

a. Indikator Keterampilan Berbicara ……… 42

b. Kemampuan Berbicara dalam Kemampuan Berbahasa Indonesia ………... 46

c. Tujuan Berbicara ………. 48

d. Ragam Berbicara ……….. 50

e. Prinsip Berbicara ……….. 53

f. Materi Berbicara dalam Kurikulum Bahasa Indonesia SD/MI ………..….. 55

BAB III METODE PENELITIAN ………... 58

A. Metode Penelitian ……… 58


(3)

C. Studi Pendahuluan ……… 61

D. Sumber Data ……… 62

E. Teknik Pengumpulan Data ………. 63

F. Validitas Data ……….. 64

G. Tahapan Penelitian ……… 69

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN HASIL PENELITIAN ………. 72

A. Deskripsi Prapenelitian ………. 72

B. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran ……….. 74

a. Kegiatan Pembelajaran Tindak Tutur Pertama ….…… 74

b. Kegiatan Pembelajaran Tindak Tutur Kedua ………… 75

c. Kegiatan Pembelajaran Tindak Tutur Ketiga ……... 77

d. Kegiatan Pembelajaran Tindak Tutur Keempat ……… 77

e. Kegiatan Pembelajaran Tindak Tutur Kelima …..…… 77

f. Kegiatan Pembelajaran Tindak Tutur Keenam ………. 77

g. Kegiatan Pembelajaran Tindak Tutur Ketujuh .……… 79

C. Analisis Data Pembelajaran Tindak Tutur ………. 79

a. Siswa 1 ……….………. 79

b. Siswa 2 ……….………. 89

c. Siswa 3 ……….…………. 99


(4)

e. Siswa 5 ………...………….. 120

f. Siswa 6 ………..……… 129

g. Siswa 7 ……….. 139

D. Hasil Analisis Data ………...…. 149

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ….………...…….. 157

A. Simpulan ………. 157

B. Saran……….… 158

Daftar Pustaka ………. 159

Lampiran……….. 163


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis-jenis Tindak Tutur dari Berbagai Ahli ……… 15

Tabel 2.2 Simpulan Lima Jenis Tindak Tutur ……… 16

Tabel 2.3 Bentuk Tindak Tutur ……… 17

Tabel 4.1 Hasil Tindak Tutur S1 ………... 149

Tabel 4.2 Hasil Tindak Tutur S2 ……… 150

Tabel 4.3 Hasil Tindak Tutur S3 ……….. 151

Tabel 4.4 Hasil Tindak Tutur S4 ………. 151

Tabel 4.5 Hasil Tindak Tutur S5 ………. 152

Tabel 4.6 Hasil Tindak Tutur S6 ………. 153


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Saat ini masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam memilih, serta menggunakan berbagai metode pembelajaran yang mampu mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk belajar.

Siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat. Dengan demikian proses belajar mengajar akan berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan, sikap, moral, dan keterampilan berbicara serta berpikir siwa. Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa, karena model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap


(7)

kualitas proses pembelajaran yang dilakukannya. Kondisi proses belajar mengajar di tingkat persekolahan, dewasa ini masih diwarnai oleh penekanan pada aspek pengetahuan dan masih sedikit yang mengacu pada pelibatan siswa dalam proses pembelajaran itu sendiri.

Siswa dituntut untuk dapat terampil menyatakan pendapat, pikiran, gagasan, ide, dan perasaannya. Dalam konteks seperti ini kemampuan siswa dalam berbicara sangat diperlukan. Alasan lain pentingnya kemampuan berbicara adalah, pertama, dalam kehidupan sehari-hari siswa tidak dapat terhindar dari aktivitas berbicara. Di lingkungan keluarga dia berbicara dengan keluarganya, di lingkungan sekolah dia berbicara dengan guru, teman-teman, dan seluruh warga sekolah, di pasar dia berbicara dengan pedagang, di lingkungan masyarakat dia berbicara dengan tetangga. Intensitas kesempatan berbicara yang tinggi tersebut menuntut suatu kemampuan berbicara agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara. Kedua, berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif karena melalui berbicara kita dapat saling berinteraksi secara dua arah sehingga respon dari lawan bicara dapat dirasakan seketika itu juga. Ketiga, dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa, kemampuan berbicara dapat menjadi dasar bagi kemampuan berbahasa lainnya (Tarigan: 1986:24)

Rambu-rambu berbicara yang harus diperhatikan, yakni: berbicara dan menyimak merupakan kegiatan yang berbalas-balasan, berbicara merupakan proses yang berhubungan secara pribadi, berbicara merupakan pernyataan yang


(8)

kreatif, berbicara mencerminkan prilaku, berbicara merupakan prilaku yang dapat dipelajari, berbicara dapat dirangsang oleh pengalaman, berbicara merupakan cara untuk memperluas cakrawala pengetahuan, Kemampuan bahasa dan lingkungan sangat berhubungan, dan berbicara mencerminkan kepribadian (Logan, 1972:104-105).

Pentingnya kemampuan berbicara tergambar melalui fakta sejarah bahwa pada umumnya orang yang berhasil menjadi pemimpin adalah mereka yang memiliki kemampuan berbicara dan pandai mempengaruhi orang banyak, seperti John F.Kennedy, yang sangat terkenal dengan ucapannya : “ And so, my Fellow Americans “ Ask not what your country do for you – ask what you can do for your country”. Begitu pula, Abraham Lincoln, Soekarno, dan masih banyak lagi.

Peneliti tertarik meneliti kemampuan berbicara siwa kelas V Sekolah Dasar karena menurut Piaget usia 7 sampai dengan 12 tahun sudah memasuki fase operasional kongkrit artinya mereka telah mampu berpikir secara bernalar berdasarkan data-data kongkret, dan mampu pula memikirkan perubahan dari suatu keadaan ke keadaan lain. Bahasa sangat berperan dalam periode ini, sebagaimana dikatakan oleh Vigotsky dan Bruner (Tampubolon 1987:122)

Di samping itu ada persoalan serius yang dihadapi oleh para siwa terkait dengan kemampuan berbahasa. Di lapangan sering dijumpai siswa yang mengalami kesulitan mengungkapkan maksud dan tujuan pemikirannya, baik pada guru maupun pada teman-temaannya. Misalnya ketika ditanya atau


(9)

diminta menceritakan pengalaman, banyak siswa yang kesulitan untuk memulai berbicara. Ini merupakan persoalan yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa Sekolah Dasar adalah dengan cara mengembangkan teknik pembelajaran yang sesuai. Di samping itu teknik penyampaiannya harus bervariasi. Salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah penggunaan metode reciprocal teaching. Metode ini dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan dapat menjadi salah satu pilihan guru dalam pembelajaran. Khadijah (dalam Hendriana, 2002: 4) “metode reciprocal teaching yaitu suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan analisis terhadap konsep yang dibacanya melakukan langkah-langkah berupa pemecahan masalah, menyusun pertanyaan atau menjelaskan konsep yang dipelajarinya dan memprediksi”. Reciprocal teaching mengacu kepada sekumpulan kondisi belajar yang menempatkan anak untuk mengalami sekumpulan kegiatan kognitif tertentu dan secara perlahan melakukan fungsi-fungsi itu sendiri.

Herawati (2006) dalam hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran dengan pendekatan konvensional.


(10)

Selanjutnya Hadiana Rosida (2007) dalam hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa metode reciprocal teaching dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran sehingga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa. Mulyati (2007) memberikan kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa terjadi peningkatan dalam pembelajaran setelah menerapkan metode reciprocal teaching.

Tujuan metode reciprocal teaching adalah untuk membantu siswa, dengan atau tanpa guru yang hadir, secara aktif untuk memahami suatu bacaan dalam bahan ajar. Strategi ini tidak hanya berupa aktivitas membaca tetapi juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar sendiri untuk memonitoring belajar dan berpikir. Struktur dialog dan interaksi dari anggota kelompok mengharuskan semua berpartisipasi dan mendorong siswa untuk aktif sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

Metode reciprocal teaching ini sangat perlu diterapkan dalam proses pembelajaran oleh karena metode reciprocal teaching ini dapat memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk menggunakan kemampuan berbicara secara mandiri maupun bersama-sama dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam penerapannya metode reciprocal teaching lebih mengutamakan partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran, saat siswa dituntut untuk mampu menjelaskan kembali hasil wacana yang telah dibaca.


(11)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian yang diangkat adalah:

a. Kemampuan berbicara siswa dilihat dari sudut kebahasaan (lafal, intonasi, dan diksi) maupun sudut non-kebahasaan (sikap, pandangan, gerak/mimik, kenyaringan, suara, kelancaran, relevansi/penalaran, serta penguasaan topik)

b. Metode reciprocal teaching merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk memahami suatu bacaan atau bahan ajar. Di dalamnya terdapat kegiatan dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi yaitu: memprediksikan (predicting), menjelaskan (clarifying), menanyakan (generating questions), meringkas (summarizing).

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada uraian dan permasalahan di atas, maka peneliti dapat mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimanakah tuturan siswa kelas V sekolah dasar dalam pembelajaran berbicara melalui metode reciprocal teaching di sekolah nasional plus?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:


(12)

Untuk mengetahui tuturan siswa kelas V sekolah dasar dalam pembelajaran berbicara melalui metode reciprocal teaching di sekolah nasional plus.

E. Manfaat Penelitian yang Diharapkan

Manfaat dari Penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:

a. Manfaat teoretis

Penelitian ini menganalis kemampuan siswa dalam berbicara dan menganalis penerapan metode reciprocal teaching dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khusunya pembelajaran kemampuan berbicara siswa, sehingga baik siswa maupun guru dapat memperoleh manfaat.

b. Manfaat praktis

1. Bagi guru, penelitian bermanfaat dalam pengembangan wawasan guru dalam mencari solusi dari belajar yang membosankan ke belajar yang menyenangkan.

2. Bagi siswa bermanfaat untuk pengembangan kreativitas siswa dalam ketmampuan berbicara.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Metode penelitian deskriptif analisis digunakan untuk mengaji tuturan dalam pembelajaran berbicara melalui metode reciprocal teaching siswa kelas V Sekolah Dasar Sinar Bunga Hati Bandung. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh para ahli bahwa “ penelitian deskriptif diarahkan untuk mengidentifikasi situasi pada waktu penelitian dilakukan, melukiskan variabel atau kondisi ‘apa yang ada’ dalam suatu situasi” (Winarno, 1980:156 ; dan Best, 1981: 116). Lebih lanjut Best (1987:116) mengungkapkan bahwa: “A descriptive study describes and interprets what is. It is concerned with condition or relationship that exist, opinion that are held, processes that are going on, affects that are evident, or trends that are developing.” Metode deskriptif bersifat menjabarkan, menguraikan, dan menafsirkan kondisi, peristiwa, proses yang sedang terjadi dalam konteks permasalahan.

Menurut Nazir (1985:65) metode deskriptif adalah suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, serta kondisi dan sistem pemikiran pada masa sekarang.


(14)

Tujuannya adalah membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomema yang diteliti.

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap permasalahan kemampuan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia Siswa kelas Lima Sekolah Sinar Bunga Hati Bandung. Kemampuan berbicara tersebut mencakup kemampuan siswa menggunakan intonasi dalam berbicara dengan kalimat berita, tanya, perintah, pada suatu topik yang telah ditentukan; kemampuan siswa menggunakan kosakata dalam berbicara pada suatu topik yang telah ditentukan; kemampuan siswa menyusun kalimat dalam berbicara pada suatu topik yang sudah ditentukan; dan kelancaran siswa mengungkapkan gagasan dalam berbicara pada suatu topik yang ditentukan. Di samping itu, akan diungkapkan pula hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran kemampuan berbicara, dan kesulitan atau hambatan-hambatan yang dihadapi para guru dalam implementasinya di sekolah.

Untuk kepentingan tersebut ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah yang akan diteliti. Masalah yang dijadikan topik dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah tuturan dalam pembelajaran berbicara melalui metode reciprocal teaching siswa kelas V Sekolah Sinar Bunga Hati Bandung?”

2. Memilih lokasi penelitian. Sesuai dengan masalah penelitian sebagaimana dikemukakan di atas, maka sekolah merupakan lokasi penelitian ini.


(15)

3. Untuk memperoleh makna yang lebih mendalam tentang tuturan dalam pembelajaran berbicara melalui metode reciprocal teaching siswa kelas V, penelitian hanya dilakukan di satu sekolah.

4. Setelah menetapkan lokasi penelitian, peneliti berusaha memasuki lapangan dengan mengadakan hubungan formal dan informal sebelumnya.

5. Mengidentifikasi sumber data, yang terdiri atas guru bahasa Indonesia kelas V dan para siswa kelas V yang sedang mengikuti pembelajaran berbicara dalam bahasa Indonesia.

6. Mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan observasi, dokumen, dan wawancara sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

7. Menarik simpulan penelitian dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagaimana dirumuskan di atas.

Metode deskriptif dengan teknik survey digunakan dalam penelitian ini berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut: Pertama; penelitian ini tidak bermaksud menguji hipotesis, tetapi hanya ingin mengetahui keadaan tentang kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia siswa kelas V, Kedua; peneliti tidak ingin menghubungkan variabel satu dengan yang lain, tetapi hanya ingin mengetahui keadaan masing-masing variabel secara lepas. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan untuk merancang dan mengembangkan pembelajaran kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia. Ketiga; bidang kajian penelitian ini berkenaan dengan suatu proses dan kegiatan


(16)

pembelajaran yang di dalamnya terdapat interaksi antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan pembelajaran di sekolah.

B. Studi Pendahuluan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang permasalahan yang diteliti, peneliti lebih dahulu mengadakan studi pendahuluan ke lokasi penelitian. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengenali lokasi, tempat penelitian akan dilaksanakan, mengenali konsep dasar masalah yang mungkin dapat dikembangkan, dan melihat kemungkinan tersedia tidaknya sumber data yang diperlukan dan dapat dikembangkan dalam penelitian kemudian.

Studi pendahuluan dilakukan terhadap Sekolah Sinar Bunga Hati yang berada di Bandung, melalui wawancara bebas dengan kepala sekolah dan guru bahasa Indonesia, serta mengamati seluruh kegiatan yang terjadi di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia.

C. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan berbicara siswa kelas V. Sehubungan dengan itu, sumber data dalam penelitian ini adalah kegiatan belajar-mengajar, dan siswa kelas V. Di samping itu, untuk melengkapi sumber data yang diperoleh dari sumber di atas, dilakukan juga pengajian terhadap berbagai dokumen yang berisi tulisan dan peristiwa-peristiwa


(17)

yang berkaitan dengan kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Sinar Bunga Hati.

Sesuai dengan data yang akan dikumpulkan, sumber data dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut:

1. Beberapa dokumen yang berkaitan dengan kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Sinar Bunga Hati. Dokumen tersebut adalah tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia di sekolah. 2. Proses belajar mengajar bahasa Indonesia, yang sedang membahas pokok

bahasan kemampuan berbicara di kelas V.

3. Para siswa kelas V Sekolah Sinar Bunga Hati yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti sangat menentukan kelancaran dan keberhasilan di dalam pengumpulan data yang diperlukan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Sinar Bungan Hati Bandung. Observasi dilakukan dengan cara mendatangi kelas secara langsung


(18)

ketika proses pembelajaran kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia berlangsung. Observasi yang dilakukan adalah observasi nonpartisipasi dan observasi partisipasi. Selama observasi, peneliti memperhatikan hal-hal yang dilakukan guru dan hal-hal yang dilakukan siswa dari awal sampai akhir kegiatan. Pada saat itu pula, peneliti merekam dan mencatat hal-hal yang dianggap penting yang berkaitan dengan langsung dengan masalah penelitian.

Berdasarkan kegiatan observasi tersebut diharapkan diperoleh data penelitian secara objektif dan dapat memetik pentingnya observasi dalam penelitian, seperti yang dikemukakan Moleong (1993:108) sebagai berikut:

a. Mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian, dan kebiasaan.

b. Memungkinkan peneliti melihat dunia sebagai yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena berdasarkan pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya berdasarkan pandangan para subjek saat itu.

c. Memungkinkan peneliti dapat merasakan apa yang dirasakan dan dihayati subjek, dan;

d. Memungkinkan pembentukkan pengetahuan berdasarkan apa yang diketahui peneliti dan subjek penelitian.


(19)

Untuk memperoleh data yang sahih dan abash, terutama yang diperoleh melalui wawancara diperlukan suatu teknik pemeriksaan. Salah satu teknik yang digunakan adalah memeriksa derajat kepercayaan atau kredibilitasnya. Kredibilitas data dapat diperiksa melalui berbagai cara, sedangkan cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyediakan waktu penggalian data yang panjang, melakukan pengamatan secara seksama, triangulasi, serta mengupayakan referensi yang cukup lengkap.

a. Waktu Penggalian Data yang Panjang

Usaha peneliti dalam menyediakan waktu penggalian data yang panjang dengan responden atau sumber data adalah dengan cara meningkatkan frekuensi pertemuan dan menggunakan waktu seefisien mungkin. Dalam hal ini, peneliti menghadiri berbagai kegiatan yang menunjang dan berkaitan dengan kemampuan berbicara, diskusi, permainan, dan pembicaraan di luar kelas, serta obrolan-obrolan siswa yang tidak formal.

b. Melakukan Pengamatan Secara Seksama

Pengamatan seksama dilakukan untuk menemukan ciri-ciri data yang sesuai dengan situasi yang diteliti secara mendalam. Hal tersebut berkaitan dengan ciri-ciri atau unsur-unsur yang sesuai dengan kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Sinar Bunga Hati Bandung. Melalui pengamatan secara seksama, peneliti dapat membedakan


(20)

hal-hal yang berkaitan masalah dan tujuan penelitian serta yang tidak berhubungan.

c. Triangulasi

Untuk memeriksa keabsahan data tentang kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Sinar Bunga Hati Bandung yang diperoleh melalui observasi dilakukan triangulasi. Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data kemampuan berbicara hasil observasi yang dicatat dalam catatan penelitian dengan transkripsi rekaman pembicaraan siswa. Dengan demikian ada perbandingan antara data kemampuan berbicara hasil observasi yang dicatat dalam catatan penelitian dengan transkripsi rekaman pembicaraan siswa.

d. Mengupayakan Referensi yang Cukup Lengkap

Untuk meningkatkan keabsahan informasi yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi diperlukan dukungan bahan referensi yang cukup lengkap, baik dari media cetak maupun media elektronik. Mengupayakan referensi yang cukup lengkap adalah menyediakan semaksimal mungkin sumber data penunjang, serta realitas di lapangan yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.

e. Proses Pengumpulan Data

Proses Pengumpulan Data dalam penelitian ini menggunakan desain yang berbentuk funnel (cerobong). Bentuk cerobong yang dikemukakan


(21)

tersebut adalah melukiskan proses penelitian yang berawal dari eksplorasi yang bersifat luas dari kemampuan berbicara siswa, kemudian berlanjut dengan aktifitas mengumpulkan dan analisis data yang lebih menyempit dan terarah pada topik penyusunan kalimat, pengungkapan gagasan, intonasi, dan kosa kata. Dalam hal ini, peneliti menjajaki kegiatan pembelajaran kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia, mengamati kegiatan siswa, mencatat hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan berbicara siswa, dan merekam pembicaraan siswa dengan topik yang telah ditentukan dalam waktu kurang lebih selama lima menit. Jika di lapangan peneliti mendapati kekurangan pengetahuan yang diteliti, maka dilakukan pengumpulan data lanjutan sampai ditemukan data yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

f. Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang telah diperoleh dari observasi dan dari sumber data merupakan data kasar. Agar data tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan penelitian, perlu dilakukan pengolahan dan analisis data.

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mentranskripsikan rekaman pembicaraan siswa, mengelompokkan transkripsi hasil rekaman berdasarkan topik pembicaraan siswa dengan tahapan: (1) menelusuri data guna melihat kemungkinan keteraturan pola, tema atau topik yang mencakup data, (2) mencatat kata-kata,


(22)

ungkapan-ungkapan, dan rangkaian peristiwa guna menampilkan pola, tema atau topik tersebut.

1. Pengolahan Data

Sesuai dengan metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini, maka pengolahan data dalam penelitian ini tidak menggunakan alat statistik. Hal ini dilakukan karena sifat dan tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan informasi atau data sebagaimana adanya. Oleh karena itu dalam pengolahan data ini dilakukan visualisasi dalam bentuk tabel. Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data melalui pengorganisasian data dengan cara memilah serta mengelompokkan data berdasarkan klasifikasi data. Dalam hal ini dilakukan juga pengodean (kategori koding). Kategori koding berguna untuk memilah-milah data sehingga semua bahan yang dihasilkan berhubungan dengan topik secara fisik dipisahkan dari data yang lain dan selanjutnya disusun dalam suatu kelompok koding. Suatu unit bahan yang terkumpul dapat dikode lebih dari satu kategori kode maupun kelompok kode

Pengorganisasian dimulai dengan memeriksa semua halaman bahan-bahan dan memberikan nomor urut serta berkesinambungan berdasarkan kronologis penemuan. Langkah berikutnya adalah membaca catatan bahan-bahan sementara pengembangan kategori koding pendahuluan dimulai. Langkah terakhir kegiatan ini adalah mencari dan menemukan pola pemilihan data secara fisik sesuai dengan kemampuan


(23)

peneliti. Metode pengorganisasian data yang dipilih adalah sistem pemberkasan ke dalam kartu dan pendekatan potong simpan pemberkasan ke dalam kartu dan pendekatan potong simpan dalam map (the cup up dan up infolders approach). Map-map ditandai dengan label dan warna-warna, selain untuk mempermudah pemilahan berkas-berkas juga mempermudah ingatan peneliti untuk melacak kembali.

2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Analisis data ini dilakukan secara berulang-ulang untuk memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian ini. Dengan demikian, secara teoritis analisis data dilaksanakan secara berulang-ulang guna memecahkan masalah.

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, yakni untuk mendeskripsikan kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Sinar Bunga Hati Bandung, maka analisis data dalam penelitian ini secara garis besar menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan data, langkah ini dilakukan untuk mengecek kelengkapan data dan informasi yang dikumpulkan, serta kesesuaiannya dengan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

b. Klasifikasi data, langkah ini dilakukan untuk mengklasifikasikan dan mengelompokkan data sesuai dengan


(24)

sifat dan karakteristik masing-masing data dan informasi yang dikumpulkan.

c. Tabulasi data berdasarkan klasifikasi data yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk memvisualisasikan data dalam bentuk tabel terhadap setiap kelompok data.

d. Menghitung frekuensi sebaran data pada setiap grafik yang disajikan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

e. Menafsirkan data sesuai dengan masalah dan tujuan

F. Tahapan Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian, mulai dari penelitian pendahuluan sampai dengan tahap penulisan laporan akhir, ditempuh dengan tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan atau disebut juga tahap pralapangan, meliputi tahap penelitian pendahuluan dan tahap penyusunan proposal penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian pendahuluan untuk melihat dan mengaji permasalahan yang ada dan perlu dipecahkan di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan kajian terhadap berbagai literatur yang berkaitan, peneliti tertarik dengan permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia. Dari permasalahan tersebut selanjutnya dikembangkan rancangan atau proposal


(25)

penelitian dan mengumpulkan bahan-bahan referensi yang berkaitan dengan topik penelitian. Pada tahap ini, peneliti juga melakukan diskusi dengan rekan-rekan, baik dengan rekan kuliah maupun rekan kerja untuk memperoleh berbagai masukan dan memantapkan proposal penelitian. Akhirnya peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing untuk mematangkan proposal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan di lokasi penelitian, sampai seluruh data yang diperlukan terkumpul lengkap. Selama dua bulan tersebut, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia, mengadakan wawancara dengan siswa, dan mengumpulkan data dari berbagai dokumen tertulis, yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Selanjutnya dilakukan analisis dan penafsiran terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan, sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

3. Tahap Penyelesaian

Berdasarkan tahap-tahap di atas, dengan bimbingan dari para dosen pembimbing, selanjutnya dikembangkan draft laporan penelitian. Draft laporan hasil penelitian ini merupakan awal tesis yang akan dijadikan bahan konsultasi dengan para dosen pembimbing. Konsultasi dengan para dosen pembimbing dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sejak awal penulisan proposal sampai dengan laporan akhir penelitian.


(26)

(27)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini diuraikan simpulan dan saran dari hasil pendeskripsian data dan analisis data.

A. Simpulan

Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan kelangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

Berdasarkan deskripsi dan analisis data, tindak tutur siswa kelas V pada pembelajaran berbicara melalui metode reciprocal teaching, berikut penulis uraikan beberapa simpulan:

1. Tindak tutur yang dilakukan dalam setiap pembelajaran yang diberikan pada siswa menghasilkan lebih dari satu jenis tindak tutur.

2. Hasil jenis tindak tutur teratas adalah Asertif yang berarti menjelaskan sesuatu atau menyatakan opini, lalu diikuti Direktif yang berarti mengusulkan sesuatu.

3. Tuturan tidak hanya berupa komunikasi tetapi juga sebuah tindakan atau perbuatan.


(28)

4. Keberhasilan siswa dalam berbicara didukung oleh sikap tubuh dan kelancaran berbicara.

5. Faktor penyebab kurang beraninya siswa berbicara di depan kelas karena tidak dibiasakan.

B. Saran

Bertitik tolak dari simpulan di atas, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu adanya pembekalan untuk mengaplikasikan secara berkesinambungan penggunaan metode reciprocal teaching.

2. Perlu adanya tindak lanjut pembelajaran kemampuan berbicara yang kedudukannya sama dengan kemampuan menulis dan membaca.

3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut sebagai upaya peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui pengembangan metode lain.


(29)

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I, 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

A.R. Syamsudin dan Vismaia S.D. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Arifin, E.Zaenal dan S.Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Best, J.W. 1977. Research in Education. New Delhi: Prentice-Hall of India.

Brown, P dan Levinson, S. 1978. Universals in Language Usage: Politeness Phenomena. In Goody, Esther N., ed.Quetions and Politness: Strategies in Social Interaction (Cambridge Papers in Social Anthopology). Cambridge: Cambridge University Press, 56-310.

Brown, P dan Levinson, S. 1987. Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Bruner, Jerome. 1971. The Relevance of Education. New York: W.W.Worrton. Coiro, Julie.2000. Reciprocal Teaching: Support for Struggling Older Readers.

Tersedia http://www.suite101.com/article.cfm/reading/45021 (28 Mei 2004) Costa, A.L. 1988. Developing Mind, A Resource Book for Teaching Thinking.

Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development. Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.


(31)

Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Ennis, R.H. 1996. Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Hendriana, Heris. 2002. Meningkatkan Kemampuan Pengajuan dan Pemecahan Masalah Matematika dengan Pembelajaran Berbalik. Tesis di UPI Bandung Herawati, Cucu. 2006. Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Reciprocal

Teaching Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Bandung: Skripsi. Pendidikan Matematika UPI. Tidak Diterbitkan.

Johnson, Keith dan Keith Morrow. 1991. Communication in the Classroom; Application and Methods for a Communicative Approach. London: Longman. Leech, G. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Levinson, Stephen. 1980. Pragmatics. London: Cambridge University Press. Logan, Lilian M dan Virgil G. Logan. 1972. Creative Communication, Teaching in

Language Art. Toronto: McGraw Hill Ryrson Limited.

Moleong, L.J. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyati, Tita. 2007. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Matematika Melalui Reciprocal Teaching. Tesis pada SPs UPI. Bandung. Tidak Diterbitkan


(32)

Nababan, U.U. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Nazir, M. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Palincsar and Brown. 1986. Reciprocal Teaching: A Reading Comprehension. (online). Tersedia: http://www.Reciprocalteaching. (26 Nopember 2008) Palincsar and Brown. 1984. Reciprocal Teaching of Comprehension-Fostering

and Comprehension Monitoring Activies. Cognition and Instruction. http://mdk.12.Org/practices/good instruction/project betters.ts-68-7-/html. 26 Nopember 2008

Powers, David Guy. 1951. Fundamentals of Speech. New York: Mc Graw-Hill Book Company, Inc

Purwanto. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rosida, Hadiana. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Reciprocal

Teaching Untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Fisika di SMA. Bandung: Skripsi. Pendidikan Fisika UPI. Tidak Diterbitkan.

Rustini, Tin. 2005. Penerapan Model Problem Solving untuk Meningkatkan

Pengembangan Potensi Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di SD. Tesis SPs UPI: tidak diterbitkan.

Searle, J.R. 1969. Speech Acts. London: Cambridge University Press.

Suryadi, D. 2005. Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka


(33)

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi SPs UPI: tidak diterbitkan.

Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Jakarta: P2LPTK Ditjendikti Depdikbud.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Wakefield, D.V. 1998. Critical Thingkin. (online) tersedia: http://www.lgc.peachnet. edu/academic/eductn/Blooms/criticalthingkin.html# TheoriticalRoots. (3 Desember 2008)

Zohar , A., Weiberger. Y, dan Tamir.P. 1994. The Effect of Biologi Critical Thingkin Project of Development of Critical Thingkin. Dalam W.C.Kyle (ed). Journal of Research on Science Teaching, 32 (2), 183


(34)

(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I, 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

A.R. Syamsudin dan Vismaia S.D. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Arifin, E.Zaenal dan S.Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Best, J.W. 1977. Research in Education. New Delhi: Prentice-Hall of India.

Brown, P dan Levinson, S. 1978. Universals in Language Usage: Politeness Phenomena. In Goody, Esther N., ed.Quetions and Politness: Strategies in Social Interaction (Cambridge Papers in Social Anthopology). Cambridge: Cambridge University Press, 56-310.

Brown, P dan Levinson, S. 1987. Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Bruner, Jerome. 1971. The Relevance of Education. New York: W.W.Worrton. Coiro, Julie.2000. Reciprocal Teaching: Support for Struggling Older Readers.

Tersedia http://www.suite101.com/article.cfm/reading/45021 (28 Mei 2004) Costa, A.L. 1988. Developing Mind, A Resource Book for Teaching Thinking.

Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development. Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.


(3)

Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Ennis, R.H. 1996. Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Hendriana, Heris. 2002. Meningkatkan Kemampuan Pengajuan dan Pemecahan Masalah Matematika dengan Pembelajaran Berbalik. Tesis di UPI Bandung Herawati, Cucu. 2006. Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Reciprocal

Teaching Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Bandung: Skripsi. Pendidikan Matematika UPI. Tidak Diterbitkan.

Johnson, Keith dan Keith Morrow. 1991. Communication in the Classroom; Application and Methods for a Communicative Approach. London: Longman. Leech, G. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Levinson, Stephen. 1980. Pragmatics. London: Cambridge University Press. Logan, Lilian M dan Virgil G. Logan. 1972. Creative Communication, Teaching in

Language Art. Toronto: McGraw Hill Ryrson Limited.

Moleong, L.J. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyati, Tita. 2007. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Matematika Melalui Reciprocal Teaching. Tesis pada SPs UPI. Bandung. Tidak Diterbitkan


(4)

Nababan, U.U. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Nazir, M. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Palincsar and Brown. 1986. Reciprocal Teaching: A Reading Comprehension. (online). Tersedia: http://www.Reciprocalteaching. (26 Nopember 2008) Palincsar and Brown. 1984. Reciprocal Teaching of Comprehension-Fostering

and Comprehension Monitoring Activies. Cognition and Instruction. http://mdk.12.Org/practices/good instruction/project betters.ts-68-7-/html. 26 Nopember 2008

Powers, David Guy. 1951. Fundamentals of Speech. New York: Mc Graw-Hill Book Company, Inc

Purwanto. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rosida, Hadiana. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Reciprocal

Teaching Untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Fisika di SMA. Bandung: Skripsi. Pendidikan Fisika UPI. Tidak Diterbitkan.

Rustini, Tin. 2005. Penerapan Model Problem Solving untuk Meningkatkan

Pengembangan Potensi Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di SD. Tesis SPs UPI: tidak diterbitkan.

Searle, J.R. 1969. Speech Acts. London: Cambridge University Press.

Suryadi, D. 2005. Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka


(5)

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi SPs UPI: tidak diterbitkan.

Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Jakarta: P2LPTK Ditjendikti Depdikbud.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Wakefield, D.V. 1998. Critical Thingkin. (online) tersedia:

http://www.lgc.peachnet. edu/academic/eductn/Blooms/criticalthingkin.html#

TheoriticalRoots. (3 Desember 2008)

Zohar , A., Weiberger. Y, dan Tamir.P. 1994. The Effect of Biologi Critical Thingkin Project of Development of Critical Thingkin. Dalam W.C.Kyle (ed). Journal of Research on Science Teaching, 32 (2), 183


(6)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK (Reciprocal teaching) DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR dan AKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGIDI SMAN 2 BATU

0 18 1

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Ips

0 7 107

Pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching (pengajaran berbalik) terhadap hasil belajar Biologi siswa pada konsep protista (eksperimen di MAN 2 Bogor)

1 15 148

Hubungan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Di Sma Negeri 46 Jakarta)

6 25 142

Perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TTW (Think Talk Write) dan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) di SMA Nusa Putra Tangerang

1 6 154

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI Penerapan Metode Pembelajaran Reciprocal Teaching Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Da

0 0 10

MODÉL PANGAJARAN TIMBAL-BALIK (RECIPROCAL TEACHING) DINA MACA CARITA PONDOK.

1 18 35

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INGGRIS SISWA KELAS V DALAM MENULIS TEKS DESKRIPTIF DI SEKOLAH DASAR.

0 3 36

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 2 WATES.

2 13 211

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI STRATEGI RECIPROCAL TEACHING (PEMBELAJARAN TIMBAL-BALIK) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 24 MAKASSAR Yulvinamaesari

0 0 16