PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSEPTUAL INTERAKTIF (INTERACTIVE CONCEPTUAL INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP.

(1)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSEPTUAL INTERAKTIF (INTERACTIVE CONCEPTUAL INSTRUCTION) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian eksperimen terhadap siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

QORI MAGFIROH 0902028

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSEPTUAL INTERAKTIF (INTERACTIVE CONCEPTUAL INSTRUCTION) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian eksperimen terhadap siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung)

Oleh Qori Magfiroh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Qori Magfiroh 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSEPTUAL INTERAKTIF (INTERACTIVE CONCEPTUAL INSTRUCTION) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian eksperimen terhadap siswa kelas VII di SMP Negeri 29 Bandung)

Oleh: Qori Magfiroh

NIM. 0902028

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Dr. Marthen Tapilouw, M.Si NIP. 194805201979031001

Pembimbing II,

Drs. Nar Herrhyanto, M.Pd NIP. 196106181987031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi M.Ed.,M.Sc.,Ph.D NIP. 196101121987031003


(4)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Qori Magfiroh (0902028). Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP.

Penelitian ini mengkaji tentang “Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP”. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen menggunakan desain kelompok kontrol pretes-postes (pretes-postes control group design). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung, sedangkan sampel yang terpilih adalah kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan VII C sebagai kelas kontrol. Pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran konseptual interaktif, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran secara konvensional. Instrumen dalam penelitian ini meliputi seperangkat alat tes, angket, dan lembar observasi. Seperangkat alat tes tersebut meliputi soal-soal pretes dan postes mengenai kemampuan pemahaman konsep matematis, sedangkan angket dan lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap model pembelajaran konseptual interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konseptual interaktif memiliki peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis yang lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata hasil postes kelas eksperimen yaitu 31,06 sedangkan kelas kontrol yaitu 22,03 dari skor ideal 50. Sedangkan untuk rata-rata nilai indeks gain kelas eksperimen yaitu 0,58 sedangkan rata-rata nilai indeks gain kelas kontrol yaitu 0,37. Berdasarkan rata-rata hasil postes dan indeks gain, terlihat bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol. Adapun untuk kualitas peningkatannya berdasarkan rata-rata indeks gain kelas eksperimen peningkatannya berada pada interpretasi sedang. Sementara itu, hasil pengolahan angket menunjukkan bahwa hampir seluruhnya siswa memberikan sikap positif terhadap model pembelajaran konseptual interaktif.


(5)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

QoriMagfiroh (0902028). The Application of Interactive Conceptual Instruction Model to Improve The Ability of Junior High School Students in Understanding Mathematical Concept.

This study discusses about The Application of Interactive Conceptual Instruction Model to Improve The Ability of Junior High School Students in Understanding Mathematical Concept. The method that used in this study is quasi-experimental method using pre-test and post-test control group design. The population in this study were all students of class VII Junior High School 29 Bandung, whereas the chosen sample are a class VII A as an experimental class and VII C as a control class. The instruction in experimental class is done by using interactive conceptual instruction model, whereas the control class using conventional instruction. Instrument in this study includes a set of test tools, questionnaires, and observation sheets. The set of test tools include questions of pre-test and posttest about understanding of mathematical concepts, whereas the questionnaires and observation sheets in this study are used to determine the attitudes of students towards interactive conceptual instruction model. The results of this study showed the students who get the instruction with interactive conceptual instruction model have improved the ability of understanding mathematical concepts better than students who received the conventional instruction. It can be seen from the average of post-test results from the experimental class that is 31.06, whereas the control class score is 22.03 from 50 the ideal score. While for the the average score of index gain experimental class is 0.58, whereas the average score of the index gain control class is 0.37. Based on the average post-test results and the index gain, it appears that the ability in understanding the mathematical concepts of experimental class students is better than the control class. As for the improvement quality based on the index gain average of experimental class the increase is in medium interpretation. Meanwhile, the results of questionnaire processing shows that almost all of the students gave positive attitudes towards interactive conceptual instruction model.

Keywords: understanding of mathematical concepts, interactive conceptual,


(6)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 7

B. Model Pembelajaran Konseptual Interaktif ... 10

C. Model Pembelajaran Konvensional ... 14

D. Hubungan Antara Model Pembelajaran Konseptual Interaktif dengan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 15

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 16

F. Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 18

B. Populasi dan Sampel ... 18


(7)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

D. Instrumen Penelitian... 19

E. Perangkat Pembelajaran ... 28

F. Prosedur Penelitian... 29

G. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 53

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 62


(8)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Hubungan antara Model Pembelajaran Konseptual Interaktif

dengan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 15

3.1 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 21

3.2 Validitas Setiap Butir Soal ... 21

3.3 Hasil Uji Keberartian Semua Butir Soal ... 23

3.4 Klasifikasi Reliabilitas ... 24

3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 25

3.6 Indeks Kesukaran Setiap Butir Soal ... 25

3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 26

3.8 Nilai Daya Pembeda Setiap Butir Soal ... 26

3.9 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 27

3.10 Klasifikasi Indeks Gain ... 36

3.11 Kategori Jawaban Angket ... 39

4.1 Statistik Deskriptif Data Pretes ... 40

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 42

4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pretes ... 43

4.4 Statistik Deskriptif Data Postes ... 43

4.5 Hasil Uji Normalitas Data Postes ... 44

4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Postes ... 45

4.7 Statistik Deskriptif Data Indeks Gain ... 46

4.8 Hasil Uji Normalitas Data Indeks Gain ... 47

4.9 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Indeks Gain ... 48

4.10 Sikap Siswa Terhadap Matematika ... 49

4.11 Sikap Siswa Terhadap Model Pembelajaran Konseptual Interaktif ... 50

4.12 Sikap Siswa Terhadap Soal-Soal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 51


(9)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

3.1 Alur Prosedur Penelitian ... 30 3.2 Alur Prosedur Pengolahan Data Kuantitatif ... 38


(10)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 62

A.2 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 78

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol... ... 95

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN B.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 104

B.2 Perangkat Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 107

B.3 Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 109

B.4 Perangkat Lembar Observasi ... 111

B.5 Kisi-Kisi Angket Siswa ... 113

B.6 Perangkat Angket Siswa ... 115

LAMPIRAN C PENGOLAHAN HASIL UJI COBA INSTRUMEN C.1 Nilai Hasil Uji Coba Instrumen ... 117

C.2 Analisis Kualitas Instrumen ... 118

LAMPIRAN D HASIL PENGOLAHAN DATA D.1 Rekapitulasi Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 120

D.2 Hasil Pengolahan Data Pretes ... 122

D.3 Hasil Pengolahan Data Postes ... 124

D.4 Hasil Pengolahan Data Indeks Gain ... 126

D.5 Hasil Pengolahan Angket Siswa ... 128

LAMPIRAN E. HASIL PENGUMPULAN DATA E.1 Hasil Jawaban Pretes Siswa Kelas Eksperimen ... 130


(11)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

E.3 Hasil Jawaban Postes Siswa Kelas Eksperimen ... 150

E.4 Hasil Jawaban Postes Siswa Kelas Kontrol ... 160

E.5 Hasil Pengerjaan Lembar Kegiatan Siswa ... 170

E.6 Hasil Lembar Observasi ... 185

E.7 Hasil Angket Siswa ... 192

E.8 Dokumentasi Penelitian ... 202

LAMPIRAN F. SURAT-SURAT F.1 Surat Permohonan Izin Uji Instrumen dan Penelitian... 203

F.2 Surat Izin Melaksanakan Uji Instrumen dan Penelitian ... 204

F.3 Kartu Bimbingan Skripsi ... 205


(12)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu cara pembentukan kemampuan manusia untuk menggunakan rasional seefektif dan seefisien mungkin sebagai jawaban dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masalah-masalah yang timbul dalam usaha menciptakan masa depan yang baik.

Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika. Matematika merupakan ilmu dasar bagi pengembangan disiplin ilmu yang lain. Salah satu hakekat matematika adalah sebagai induk bagi ilmu pengetahuan yang lain. Dengan kata lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung pada matematika. Matematika juga diasumsikan sebagai pelayan ilmu artinya matematika melayani kebutuhan untuk ilmu-ilmu yang lain. Contohnya perkembangan ilmu pengetahuan alam, seperti fisika, biologi dan kimia sangat dipengaruhi oleh berkembangnya matematika itu sendiri. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang potensial untuk diajarkan di seluruh jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar, untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, kritis dan sistematis serta kemampuan bekerja sama sehingga tercipta kualitas sumber daya manusia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.


(13)

2

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Departemen Pendidikan Nasional (2007) menyatakan ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah pemahaman matematis, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi. Pemahaman matematis dapat dikatakan sebagai fondasi dalam mengembangkan pembelajaran matematika. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat O‟Connell, 2007 (dalam Sari, 2012) yang menyatakan bahwa dengan pemahaman matematis, siswa akan lebih mudah dalam memecahkan permasalahan karena siswa akan mampu mengaitkan serta memecahkan permasalahan tersebut dengan berbekal konsep yang sudah dipahaminya.

Salah satu tujuan pembelajaran matematika yang terdapat dalam draft panduan KTSP (Depdiknas, 2006: 388) yaitu: ”Siswa mampu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.”. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan inovasi dalam proses pembelajaran diantaranya, dengan memberikan pengalaman belajar yang melibatkan mental dan fisik, pengalaman belajar tersebut terwujud melalui pendekatan, model, dan metode yang berpusat pada siswa.

Namun kenyataannya, kemampuan bidang IPA dan matematika siswa Indonesia sangatlah minim. Hal ini berdasarkan laporan International Educational Achievement (IEA) yaitu suatu lembaga pengukur hasil pendidikan IPA dan Matematika di dunia menyatakan bahwa kemampuan bidang IPA dan matematika siswa SMP Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei pada tahun 2012. Hasil pengukuran Third (kini Trends) International in Mathematics and Science Study (TIMSS) juga menunjukkan bahwa kemampuan matematika peserta didik SMP berada di urutan 34 dari 38 negara (Rosyidah, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa masih rendah yang disebabkan karena siswa kurang memahami konsep yang dipelajari. Kebanyakan siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, sejalan dengan pendapat Cockroft (dalam Hamidah, 2010) menyatakan matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipelajari maupun untuk diajarkan. Selain masalah tersebut, pelajaran matematika merupakan pelajaran yang ditakuti dan


(14)

3

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tidak menyenangkan bagi para siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh Ruseffendi ( dalam Chasana, 2011), bahwa matematika bagi anak-anak bukanlah pelajaran yang disenangi, melainkan pelajaran yang ditakuti dan dibenci.

Salah satu dari peran guru dalam pendidikan yaitu sebagai fasilitator dalam pembelajaran, yang harus memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa, baik dalam memahami suatu konsep maupun dalam mengingat suatu konsep, sehingga kemampuan pemahaman matematis tercapai. Menurut pendapat Turmudi (2010: 9), pembelajaran matematika yang menekankan kepada materi tanpa memperhatikan aspek-aspek pedagogi menjadikan iklim pembelajaran matematika menjadi „kering‟. Oleh karena itu selain sebagai fasilitator, guru juga berperan penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Salah satu alternatif yang diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yaitu dengan diterapkannya suatu model tertentu dalam pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa secara keseluruhan, memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal sekaligus mengembangkan aspek kepribadian, seperti kerja sama, bertanggungjawab dan disiplin agar dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

Model pembelajaran yang harus diterapkan adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada pemahaman dan penguasaan konsep matematika itu sendiri. Selain itu, dalam pembelajaran juga harus ada proses pengkonstruksian pengetahuan, agar memberi makna terhadap pengetahuan itu, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dipergunakan untuk bekal hidupnya. Sesuai dengan prinsip pembelajaran, bahwa pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan harus dikonstruksi (dibangun) sendiri oleh siswa dengan fasilitas guru (Suherman, 2008:4).

Pembelajaran konseptual interaktif (interactive conceptual instruction) merupakan salah satu model pembelajaran yang lebih menekankan pada pemahaman konsep matematika. Pembelajaran ini merupakan landasan pembelajaran keterampilan berpikir dan merupakan salah satu alternatif model


(15)

4

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pembelajaran perubahan konseptual yang berbasis konstruktivistik. Melalui pembelajaran ini, siswa dituntut untuk lebih mengembangkan ide-ide dan mengkonstruksi materi pembelajaran, sehingga akan lebih meningkatkan pemahaman konsep matematikanya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa, salah satunya melalui model pembelajaran konseptual interaktif (Interactive Conceptual Instruction). Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mengajukan judul “Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui model pembelajaran konseptual interaktif (Interactive Conceptual Instruction) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional?

2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran konseptual interaktif (Interactive Conceptual Instruction)?

3. Bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran konseptual interaktif (Interactive Conceptual Instruction)?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak terlalu meluas, maka permasalahannya dibatasi sebagai berikut.

1. Penelitian akan dilakukan terhadap siswa SMP Negeri 29 Bandung kelas VII semester genap, tahun ajaran 2012/2013.


(16)

5

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui apakah peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui model pembelajaran konseptual interaktif (Interactive Conceptual Instruction) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pembelajaran secara konvensional.

2. Mengetahui kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran konseptual interaktif (Interactive Conceptual Instruction)

3. Mengetahui sikap siswa terhadap model pembelajaran konseptual interaktif (Interactive Conceptual Instruction).

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting dilakukan karena diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Meningkatkan pemahaman konsep matematis pada diri siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, serta memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam pembelajaran matematika, khususnya melalui model pembelajaran konseptual interaktif (Interactive Conceptual Instruction).

2. Bagi Guru

Menjadi masukan bagi guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran konseptual interaktif (Interaktive Conceptual Instruction) sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa menuju ke arah perbaikan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

3. Bagi Sekolah

Menjadi masukan bagi sekolah untuk menentukan kebijakan, khususnya bagi pengembangan kurikulum dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.


(17)

6

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

F. Definisi Operasional

1. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri bukan sekedar menghafal, serta dapat mengaplikasikan konsep tersebut dalam pemecahan masalah. Indikator dari pemahaman konsep matematis adalah mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, mengaitkan suatu konsep yang sudah ada sebelumnya dengan konsep yang harus digunakan dalam penyelesaian masalah, kemampuan berpikir menemukan suatu pola, dan menerapkan konsep untuk menyelesaikan masalah.

2. Model pembelajaran konseptual interaktif adalah bentuk pembelajaran yang lebih menekankan pada pemahaman konsep matematika yang berbasis konstruktivistik dan interaktif. Tahap-tahap dari model pembelajaran konseptual interaktif yaitu : 1) conceptual focus, 2) classroom interaction, 3) research-based materials, dan 4) use of texts. 3. Pembelajaran secara konvensional adalah model pembelajaran yang

berpusat pada guru dan lebih memperhatikan hasil daripada proses. Model pembelajaran ini yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dewasa ini.


(18)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen karena peneliti tidak memilih siswa untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tetapi peneliti menggunakan kelas yang ada. Menurut Ruseffendi (2005:52), pada penelitian dengan metode kuasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok pretes-postes (pretest-postest control group design). Dasar pertimbangan untuk memilih desain ini adalah karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran konseptual interaktif dan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Dengan demikian, desain kelompok pretes-postes (pretest-postest control group design) menurut Ruseffendi (2005:53) dapat digambarkan sebagai berikut:

O X O

O O

Keterangan:

O :Pretes dan postes.

X :Kelas yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran konseptual interaktif (kelas eksperimen).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandung. Sedangkan untuk sampelnya dipilih dua kelas dari populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Non probability sampling yaitu dengan Purposive Sampling. Menurut Sudjana (2005:168), sampling


(19)

19

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

purposive dikenal juga sampling pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. Adapun alasan cara pemilihan kelas dikarenakan peneliti akan melakukan penelitian pada satu sekolah dimana kelasnya sudah terbentuk dan pemilihan kelasnya dilakukan berdasarkan pertimbangan guru matematika yang kelasnya menjadi populasi peneliti ini.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:61), variabel bebas (variabel independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen). Sedangkan variabel terikat (variabel dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran konseptual interaktif, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep matematis.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa instrumen data kuantitatif yaitu tes kemampuan pemahaman konsep matematis, sedangkan instrumen non-tes berupa instrumen data kualitatif yaitu angket dan lembar observasi. Data tersebut diperlukan untuk menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Oleh sebab itu dibuatlah seperangkat instrumen yang terdiri dari instrumen data kuantitatif dan instrumen data kualitatif.

1. Instrumen Data Kuantitatif

a. Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Tes kemampuan pemahaman konsep matematis terdiri dari pretes dan postes. Tes ini dikembangkan berdasarkan pada indikator kemampuan pemahaman konsep matematis. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk uraian (subjektif).


(20)

20

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pretes dan postes dilakukan untuk mengamati perbedaan hasil belajar yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dilangsungkan pada kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran konseptual interaktif dan kelas kontrol yang mendapat perlakuan pembelajaran secara konvensional (metode ekspositori). Pretes dilakukan pada awal pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan. Sedangkan postes dilakukan di akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa setelah diberi perlakuan.

Sebelum instumen tes diberikan kepada siswa dalam proses penelitian, instrumen tes terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing kemudian diujicobakan kepada siswa di luar sampel. Instrumen tes diujicobakan kepada siswa yang telah mempelajari materi yang akan dijadikan sebagai penelitian. Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembedanya dari soal-soal tersebut yaitu butir demi butir untuk diteliti kualitasnya. Perhitungan yang dilakukan menggunakan bantuan program Anates Versi 4.0.

1. Validitas

Suherman dan Kusumah (1990:135) mengemukakan bahwa suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu keabsahannya bergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya.

Menurut Ruseffendi (2006:125), validitas suatu tes ialah ketetapan tes itu mengukur apa yang semestinya diukur. Besarnya tingkat ketetapan (koefisien) validitas ini berkisar antara -0,1 dan +0,1. Untuk mendapatkan validitas butir soal bisa digunakan rumus Product Moment Pearson (Suherman dan Kusumah, 1990:154), yaitu:

∑ ∑ ∑


(21)

21

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. : Skor siswa pada tiap butir soal.

: Skor total tiap siswa. : Jumlah siswa.

Hasil perhitungan koefisien korelasi diinterpretasikan dengan menggunakan kriterian pengklasifikasian dari Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990:147), yaitu:

Tabel 3.1

Klasifikasi Koefisien Korelasi

Besarnya rxy Interpretasi

Validitas sangat tinggi (sangat baik)

Validitas tinggi (baik)

Validitas sedang (cukup)

Validitas rendah (kurang)

Validitas sangat rendah

Tidak valid

Selanjutnya dengan menggunakan Anates 4.0, diperoleh nilai validitas tiap butir soal yang disajikan pada Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2

Validitas Setiap Butir Soal No Soal Koefisien

Validitas Interpretasi

1 0,638 Validitas tinggi (baik)

2.a 0,498 Validitas sedang (cukup)

2.b 0,568 Validitas sedang (cukup)

2.c 0,857 Validitas sangat tinggi (sangat baik) 2.d 0,895 Validitas sangat tinggi (sangat baik)

2.e 0,640 Validitas tinggi (baik) 3.a 0,655 Validitas tinggi (baik) 3.b 0,630 Validitas tinggi (baik) 3.c 0,730 Validitas tinggi (baik)

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, diperoleh bahwa hasil pengolahan data untuk tiap butir soal yaitu soal nomor 2.c dan 2.d berkorelasi sangat tinggi, artinya soal nomor 2.c dan 2.d validitasnya sangat tinggi (sangat baik). Untuk soal nomor 1, 2.e, 3.a, 3.b, dan 3.c berkorelasi tinggi, artinya soal nomor 1,


(22)

22

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2.e, 3.a, 3.b dan 3.c validitasnya tinggi (baik). Dan untuk soal nomor 2.a dan 2.b berkorelasi sedang artinya soal nomor 2.a dan 2.b validitasnya sedang (cukup).

Selanjutnya akan diuji keberartian dari koefisien validitas yang diperoleh untuk setiap butir soal.

a) Butir Soal 1

Perumusan hipotesisnya adalah:

H0: Koefisien validitas butir soal 1 tidak berarti

H1: Koefisien validitas butir soal 1 berarti

Statistik ujinya adalah (Sudjana, 2005: 380): √

√ Keterangan:

r = koefisien korelasi (validitas) butir soal n = banyak subyek

Substitusikan data yang dimiliki kedalam rumus di atas: √

√ Kriteria Uji:

Dengan mengambil taraf nyata  = 5%, dan melakukan perhitungan, dari Tabel Distribusi t diperoleh t0,975;33 = 2,03. Karena 5,02 > 2,03 maka Ho

ditolak. Dengan demikian, disimpulkan bahwa koefisien butir soal 1 berarti.

b) Butir Soal 2.a

Perumusan hipotesisnya adalah:

H0: Koefisien validitas butir soal 2.a tidak berarti

H1: Koefisien validitas butir soal 2.a berarti

Substitusikan data yang dimiliki kedalam rumus di atas: √


(23)

23

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kriteria Uji:

Dengan mengambil taraf nyata  = 5%, dari Tabel Distribusi t diperoleh t0,975;33 = 2,03. Karena 3,299 > 2,03 maka Ho ditolak. Dengan demikian,

disimpulkan bahwa koefisien butir soal 2.a berarti.

Dengan cara yang sama, hasil pengujian keberartian dari semua butir soal dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.3

Hasil Uji Keberartian Semua Butir Soal No.

Soal t Hitung

Kriteria Koefisien Validitas Butir Soal

1 5,020 Berarti

2.a 3,299 Berarti

2.b 3,964 Berarti

2.c 9,541 Berarti

2.d 11,527 Berarti

2.e 4,786 Berarti

3.a 7,622 Berarti

3.b 4,664 Berarti

3.c 6,139 Berarti

Dari hasil uji keberartian, semua butir soal memiliki kriteria berarti yang artinya semua butir soal dapat digunakan karena sesuai dengan indikator yang akan diukur.

2. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg), hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi (Suherman dan Kusumah, 1990:167). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990:194), yaitu:


(24)

24

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

r11 : Koefisien reliabilitas.

n : Banyak butir soal (item). : Jumlah varians skor tiap item.

: Varians skor total.

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990:177) yaitu:

Tabel 3.4

Klasifikasi Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas ( ) Interpretasi

Derajat reliabilitas sangat rendah

Derajat reliabilitas rendah

Derajat reliabilitas sedang

Derajat reliabilitas tinggi

Derajat reliabilitas sangat tinggi Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Anates 4.0, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,94. Dari Tabel 3.4 dapat diambil kesimpulan bahwa soal tes kemampuan pemahaman konsep matematis memiliki derajat reliabilitas yang sangat tinggi atau secara keseluruhan butir soal memiliki derajat realibilitas sangat tinggi

3. Indeks Kesukaran

Suherman dan Kusumah (1990:212) mengungkapkan bahwa derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebu terlalu mudah.

Rumus untuk menentukan indeks kesukaran (Sari,2012:2) yaitu:

Keterangan:


(25)

25

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

SA : Jumlah skor kelompok atas.

SB : Jumlah skor kelompok bawah.

IA : Jumlah skor ideal kelompok atas.

IB : Jumlah skor ideal kelompok bawah.

Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan menurut Suherman dan Kusumah (1990:213) adalah:

Tabel 3.5

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran (IK) Klasifikasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Anates 4.0, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal tes yang terangkum dalam Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6

Indeks kesukaran Setiap Butir Soal

No Soal Indeks Kesukaran (IK/TK) Klasifikasi

1 0,70 Soal mudah

2.a 0,44 Soal sedang

2.b 0,65 Soal sedang

2.c 0,53 Soal sedang

2.d 0,41 Soal sedang

2.e 0,67 Soal sedang

3.a 0,46 Soal sedang

3.b 0,47 Soal sedang

3.c 0,56 Soal sedang

Dari Tabel 3.6 diperoleh bahwa soal tes kemampuan pemahaman konsep matematis yang terdiri dari sembilan butir soal, soal no 1 saja yang memiliki tingkat kesuaran mudah dan kedelapan soal lainnya memiliki tingkat kesukaran sedang.


(26)

26

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4. Daya Pembeda

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:199-200), daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa yang menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Rumus untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal menurut Suherman (Sari, 2012:63) yaitu:

Keterangan:

DP : Daya Pembeda.

SA : Jumlah skor pada kelompok atas pada butir soal yang diolah.

SB : Jumlah skor pada kelompok bawah pada butir soal yang diolah.

IA : Jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang dipilih.

Klasifikasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan menurut Suherman dan Kusumah (1990:202) adalah:

Tabel 3.7

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda (DP) Klasifikasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Anates 4.0 diperoleh daya pembeda tiap butir soal tes yang terangkum dalam Tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3.8

Nilai Daya Pembeda Setiap Butir Soal

No Soal Daya Pembeda (DP) Klasifikasi


(27)

27

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

No Soal Daya Pembeda (DP) Klasifikasi

2.a 0,33 Cukup

2.b 0,70 Baik

2.c 0,81 Sangat Baik

2.d 0,82 Sangat Baik

2.e 0,67 Baik

3.a 0,42 Baik

3.b 0,39 Cukup

3.c 0,89 Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 3.8 di atas, dapat diuraikan bahwa soal nomor 2.c, 2.d, dan 3.c memiliki daya pembeda sangat baik. Untuk soal nomor 2.b, 2.e, dan 3.a memiliki daya pembeda baik. Sedangkan soal nomor 1, 2.a dan 3.b memiliki daya pembeda cukup.

Berikut ini ditampilkan secara keseluruhan analisis setiap butir soal (rekapitulasi analisis butir soal) yaitu:

Tabel 3.9

Rekapitulasi Analisis Butir Soal

No Soal

Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda

Keterangan Koefisien

Validitas Interpretasi IK Klasifikasi DP Klasifikasi

1 0,638 Baik 0,70 Mudah 0,28 Cukup Digunakan 2.a 0,498 Cukup 0,44 Sedang 0,33 Cukup Digunakan 2.b 0,568 Cukup 0,65 Sedang 0,70 Baik Digunakan 2.c 0,857 Sangat

Baik

0,53 Sedang 0,81 Sangat

Baik Digunakan

2.d 0,895 Sangat Baik

0,41 Sedang 0,82 Sangat

Baik Digunakan 2.e 0,640 Baik 0,67 Sedang 0,67 Baik Digunakan 3.a 0,655 Baik 0,46 Sedang 0,42 Baik Digunakan 3.b 0,630 Baik 0,47 Sedang 0,39 Cukup Digunakan

3.c 0,730 Baik 0,56 Sedang 0,89 Sangat

Baik Digunnakan

Reliabilitas 0,94

Berdasarkan validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran dari setiap butir soal yang diujicobakan, maka semua soal digunakan sebagai instrumen tes dalam penelitian ini.

2. Instrumen Data Kualitatif

a. Angket

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang digunakan untuk mengukur sikap siswa terhadap pembelajaran dengan model


(28)

28

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pembelajaran konseptual interaktif. Pengisian angket tersebut diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan dilakukan pada akhir penelitian, yaitu setelah siswa melakukan postes. Skala yang digunakan dalam angket tersebut ialah skala Likert, yang terdiri dari empat pilihan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pada skala ini tidak digunakan opsi netral seperti kurang setuju, agar sikap dari siswa tidak ada yang menyatakan ragu-ragu.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan suatu lembaran pengamatan instrumen yang menyatakan data tentang sikap guru dan siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran konseptual interaktif yang sedang berlangsung. Observer dalam penelitian ini adalah rekan sesama mahasiswa. Hasil dari observasi tersebut menjadi bahan evaluasi dan bahan masukan bagi peneliti agar pertemuan-pertemuan berikutnya menjadi lebih baik.

E. Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana kegiatan pembelajaran yang menggambarkan prosedur pembelajaran yang dibuat oleh guru untuk setiap pertemuan sebagai persiapan mengajar, sehingga pelaksanaan pembelajaran terorganisir, sistematis dan lebih terarah serta dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan mengacu pada satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi.

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan panduan pembelajaran yang didalamnya terdapat materi pelajaran dan masalah-masalah yang harus dikerjakan oleh siswa pada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan buku paket saja. LKS tersebut dimaksudkan untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar dan untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, dengan menggunakan LKS


(29)

29

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajarnya. LKS tersebut disusun sesuai materi yang akan disampaikan.

F. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu:

a. Mengidentifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan pembelajaran, serta alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Melakukan observasi ke tempat penelitian sekaligus melakukan perizinan tempat untuk penelitian.

c. Membuat instrumen penelitian.

d. Melakukan proses bimbingan dengan dosen pembimbing.

e. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian kepada siswa di luar sampel penelitian.

f. Menganalisis kualitas instrumen.

g. Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan).

h. Pemilihan sampel penelitian dari populasi yang telah ditentukan. i. Menghubungi kembali pihak sekolah untuk teknis pelaksanaan

penelitian.

j. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar dalam bentuk LKS.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu:

a. Memberikan pretes terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran terhadap kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran konseptual interaktif. Sedangkan untuk kelas kontrol, pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran secara konvensional (ekspositori).


(30)

30

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tahap

Persiapan

· Identifikasi permasalahan · Melakukan observasi

dan perizinan · Membuat instrumen

penelitian

· Melakukan bimbingan · Melaksanakan uji coba

instrumen · Anaisis kualitas

instrumen · Merevisi instrumen · Memilih sampel dan

populasi

· Menghubungi kembali pihak sekolah · Membuat RPP dan

bahan ajar

Tahap Pelaksanaan

· Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kontrol

· Melaksanakan kegiatan pembelaran

· Melakukan observasi. · Memberikan angket

kepada siswa kelas eksperimen

· Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol

Tahap Analisis Data

· Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif. · Mengolah dan

menganalisis hasil data kuantitatif. · Mengolah dan

menganalisis data kualitatif. · Mengonsultasikan

hasil pengolahan dengan dosen pembimbing

Tahap Penulisan Laporan

· Membuat kesimpulan · Menyusun

laporan · Merevisi

laporan setelah melakukan bimbingan.

d. Memberikan angket pada pertemuan akhir kepada siswa kelas eksperimen.

e. Memberikan postes terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif dari dua kelas. b. Mengolah dan menganalisis hasil data kuantitatif berupa pretes,

postes, dan indeks gain.

c. Mengolah dan menganalisis data kualitatif berupa hasil angket dan lembar observasi.

d. Mengonsultasikan hasil pengolahan dengan dosen pembimbing.

4. Tahap Penulisan Laporan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini dalah:

a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

b. Menyusun laporan hasil penelitian.

c. Merevisi laporan setelah melakukan bimbingan. Berikut ini disajikan diagram alur prosedur penelitian:

Diagram 3.1


(31)

31

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap kegiatan siswa dan situasi yang berkaitan dengan penelitian menggunakan instrumen berupa tes, angket dan lembar observasi. Tes yang diberikan berupa pretes dan postes yang diberikan pada dua kelas eksperimen. Angket hanya diberikan kepada kelas eksperimen untuk melihat sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konseptual interaktif. Untuk menunjang kebenaran dari jawaban siswa terhadap pengisian angket, maka dilengkapi dengan lembar observasi yang diisi oleh observer.

Setelah data terkumpul, kemudian data dikategorikan kedalam jenis data kuntitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes, sedangkan data kualitatif meliputi data hasil pengisian angket dan lembar observasi. Selanjutnya data kuantitatif dan kualitatif tersebut dianalisis atau diolah melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1. Analisis Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dari proses belajar mengajar adalah data kuantitatif yang meliputi data pretes dan data postes. Data tersebut kemudian dilakukan analisis untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Setelah data kuantitatif diperoleh, maka tahapan menganalisisnya adalah sebagai berikut:

a. Analisis Data Pretes

Langkah-langkah menguji data hasil pretes adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis Data Secara Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskriptif data yang meliputi skor minimum, skor maksimum, rata-rata, dan simpangan baku. Hal ini perlu dilakukan sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis

2. Uji Normalitas

Tahap pertama yang dilakukan adalah menguji kenormalan dari data hasil pretes itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah


(32)

32

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

data yang diperoleh merupakan data yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 20.0. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Shapiro-Wilk dengan taraf nyata 5% karena sampel yang akan digunakan merupakan kelompok besar yang berjumlah lebih dari 30 orang.

Perumusan hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas data pretes adalah sebagai berikut:

H0 : Data pretes berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1 : Data pretes berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0

diterima.

2) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 ditolak.

Jika kedua kelas penelitian berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Jika salah satu dari kedua kelas penelitian yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians melainkan dilakukan uji kesamaan dua rata-rata secara statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney. 3. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas penelitian memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen. Jika kedua kelas berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelas dengan menggunakan uji Levene’s test dengan taraf nyata 5%. Sedangkan jika minimal satu kelas penelitian tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan statistika non parametrik. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas varians kelompok adalah sebagai berikut :

H0 : Varians pretes untuk kedua kelas penelitian homogen


(33)

33

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya < 0,05, maka H0 diterima

4. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata skor pretes kedua kelas sama atau tidak. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansnya homogen, maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t atau Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi variansnya diperoleh tidak homogen, maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep

matematis awal antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan Pemahaman konsep matematis

awal antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 diterima.

2) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 ditolak.

b. Analisis Data Postes

Analisis data postes dilakukan untuk melihat apakah kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran konseptual interaktif setelah pembelajaran matematika lebih baik daripada siswa yang belajar dengan metode konvensional. Dalam menganalisis data ini digunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(34)

34

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil postes, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskriptif data yang meliputi skor minimum, skor maksimum, rata-rata, dan simpangan baku. Hal ini perlu dilakukan sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis. 2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data postes berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk menggunakan taraf nyata  = 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas adalah sebagai berikut :

H0 : Data postes berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1 : Data postes berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujuiannya  0,05, maka H0 ditolak.

Jika kedua kelas penelitian berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Jika salah satu dari kedua kelas penelitian yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians melainkan dilakukan uji perbedaan dua rata-rata secara statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney.

3. Uji Homogenitas varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas penelitian memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen. Jika kedua kelas berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varian kelas dengan menggunakan uji Levene’s test dengan taraf nyata 5%. Sedangkan jika data postes untuk minimal satu kelas penelitian berdistribusi tidak normal, maka pengujian dilakukan dengan statistika nonparametrik. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas varians adalah sebagai berikut :


(35)

35

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

H1 : Varians postes untuk kedua kelas penelitian tidak homogen

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 ditolak

4. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol atau tidak. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan varians kedua kelas yang diperoleh homogen, maka pengujian hipotesisnya dilakukan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi varians kedua kelas yang diperoleh tidak homogen, maka pengujian hipotesisnya dilakukan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen. Untuk data yang tidak memenuhi asumsi normalitas, maka pengujiannya menggunakan statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut :

H0 : Kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa kelas

eksperimen tidak lebih baik daripada siswa kelas kontrol

H1 : Kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa kelas

eksperimen lebih baik siswa kelas kontrol Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 ditolak.

c. Analisis Data Indeks gain

Indeks gain diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut.


(36)

36

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kriteria skor indeks gain menurut Hake (dalam Isnaini, 2012) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10

Klasifikasi Indeks gain(g)

Besarnya Indeks Gain (g) Interpretasi

Tinggi

Sedang

Rendah

Analisis dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran konseptual interaktif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Tahap analisis data indeks gain yaitu:

1. Menganalisis Data Secara Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil indeks gain terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi skor minimum, skor maksimum, rata-rata, dan simpangan baku. 2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data indeks gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk menggunakan taraf nyata  = 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas adalah sebagai berikut :

H0 : Data Indeks gain berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1 : Data Indeks gain berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 ditolak.

Jika kedua kelas memiliki indeks gain berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Jika salah satu dari kedua kelas yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji


(37)

37

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

homogenitas varians melainkan dilakukan uji statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney untuk pengujian hipotesisnya.

3. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data indeks gain kedua kelompok memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen. Jika kedua kelas berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varian kelompok dengan menggunakan uji Levene’s test dengan nilai signifikansi 5%. Sedangkan jika minimal satu kelas penelitian tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan statistika non parametrik. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas varians kelompok adalah sebagai berikut :

H0 : Varian indeks gain kedua kelas penelitian homogen

H1 : Varian indeks gain kedua kelas penelitian tidak homogen

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 ditolak

4. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan varians kedua kelas yang diperoleh homogen, maka pengujian hipotesisnya dilakukan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi varians kedua kelas yang diperoleh tidak homogen, maka pengujian hipotesisnya dilakukan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen. Untuk data yang tidak memenuhi asumsi normalitas, maka pengujiannya digunakan statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut :


(38)

38

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

H0 : Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

kelas eksperimen tidak lebih baik daripada siswa kelas kontrol H1 : Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 ditolak.

Berikut ini disajikan diagram prosedur pengolahan data kuantitatif:

Data: Pretest,

Posttest, indeks gain, gain

Uji Normalitas (Uji

Kolmogorov-Smirnov)

Uji Homogenitas (Uji Levene’s)

Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji t)

Uji Non-Parametrik (Mann Whitney)

Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji t’)

Populasi berdistribusi normal

Populasi berdistribusi normal dan homogen

Populasi berdistribusi normal tetapi tidak

homogen Populasi tidak berdistribusi normal

Kesimpulan

Diagram 3.2

Diagram Alur Prosedur Pengolahan Data Kuantitatif 2. Analisis Data Kualitatif

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data kualitatif yang diperoleh sebagai berikut:

a. Angket

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:235), dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer kedalam skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) kategori SS diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) untuk kategori SS diberi


(39)

39

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

skor terrendah, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur makin tinggi.

Setiap jawaban siswa pada angket tersebut diberi bobot, dan pembobotan yang dipakai menurut Suherman dan Kusumah (1990:236) sebagai berikut:

Tabel 3.11

Kategori Jawaban Angket

Jenis Pernyataan Skor

SS S TS STS

Favorable 5 4 2 1

Unfavorable 1 2 4 5

Sebelum dilakukan penafsiran, terlebih dahulu data yang diperoleh dihitung rata-ratanya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

̅ ∑ Keterangan:

̅ : rata-rata

W : Nilai setiap kategori

F : Jumlah siswa yang memilih setiap kategori Kriteria:

Jika ̅>3 maka dapat dikatakan sikapnya positif Jika ̅<3 maka dapat dikatakan sikapnya negatif.

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konseptual interaktif. Pengolahan atau penganalisisan lembar observasi dilakukan dengan membuat uraian secara deskriptif dari hasil pengamatan observer.


(40)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan tentang pengaruh model pembelajaran konseptual interaktif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP, diperoleh kesimpulan:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui model pembelajaran konseptual interaktif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

2. Rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran konseptual interaktif mempunyai kualitas yang termasuk kedalam kategori sedang.

3. Sikap siswa terhadap model pembelajaran konseptual interaktif menunjukkan sikap yang positif.

B. Saran

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian, pembahasan dan simpulan, mengenai penerapan model pembelajaran konseptual interaktif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya mengenai penerapan model pembelajaran konseptual interaktif dapat dilakukan pada materi, indikator dan kompetensi matematika yang berbeda dengan subyek penelitian yang lebih luas.

2. Penerapan model pembelajaran koneptual interaktif akan lebih optimal dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa apabila seluruh siswa memiliki antusiasme yang sama.


(41)

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Achyandia, S (2010). Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Berbasisi Konsep dalm Pelajaran Fisika SMP untuk Meningktakan Penguasaan Konsep dan Oral Activities Siswa. Skripsi UPI Bandung : Tidak Diterbitkan Depdiknas. (2006). Sosialisasi KTSP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. (2007). Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1. [Online]. Tersedia:

http://www.sosialisasiktsp.com[25 April 2012].

Hamidah. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMP Ditinjau Dari Tingkat Kecerdasan Emosional. Tesis Pasca Sarjana UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Herdian. (2010). Kemampuan Pemahaman Matematis. [Online] Tersedia dalam http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/ [25 April 2012].

Kholik, M. (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia: Muhammadkholok.wordpress.com.[7 Maret 2013].

Lestari, F. (2012). Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Model Peta Pikiran (Mind Mapping) terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan. Mahmuda, I. (2012). Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op dengan

Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Renngiwur, J. (2011). Penerapan Pembelajaran Konseptual Interaktif dengan

Menggunakana Animasi Pada Konsep Pembiasan Cahaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional [Online]. Tersedia: http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf [22 April 2012].

Rosyidah, A. R. (2012). Kemampuan IPA dan Matematika Siswa Indonesia

Nomor 38 dari 39 Negara. [Online]. Tersedia:

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/03/04/111366/ Kemampuan-IPA-dan-Matematika-Siswa-Indonesia-Nomor-38-dari-39-Negara [29 Februari 2012].


(42)

60

Qori Magfiroh, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Konseptual Interaktif (Interactive Conceptual Instruction) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sari, V.T. (2012). Pengaruh Pembelajaran Reciproc. Kooperatif Tipe NHT, dan Langsung terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMP. [Online] Tersedia dalam http:// repository .upi. edu/operator/upload /t_mtk_1007376_chapter2. pdf [06 Februari 2013]

Sitohang, B.M. (2005). Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Sekolah Menengan Atas. Skripsi. Jurusan Pendidian Mateatika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Sony, R. (2010). Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika dan Meminimalkan Miskonsepsi. Skripsi UPPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhandi, A. dkk. (2009). “Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual pada

Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi”. Jurnal Pengajaran MIPA.

Suherman, E.dan Kusumah,Y.S. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Suherman, E, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Diktat Perkuliahan, Bandung: Tidak diterbitkan.

Turmudi. (2010). Metodologi Pembelajaran Matematika [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/DFPMIPA/JUR.PEND.MATEMATIK A/196101121987031TURMUDI/F25MetodologidanModelPembelajaranMa tematika.pdf. [09 Januari 2012].


(1)

38

H0 : Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

kelas eksperimen tidak lebih baik daripada siswa kelas kontrol H1 : Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya  0,05, maka H0 ditolak.

Berikut ini disajikan diagram prosedur pengolahan data kuantitatif:

Data: Pretest, Posttest, indeks gain, gain Uji Normalitas (Uji Kolmogorov-Smirnov) Uji Homogenitas (Uji Levene’s)

Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji t)

Uji Non-Parametrik (Mann Whitney)

Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji t’)

Populasi berdistribusi normal

Populasi berdistribusi normal dan homogen

Populasi berdistribusi normal tetapi tidak

homogen Populasi tidak berdistribusi normal

Kesimpulan

Diagram 3.2

Diagram Alur Prosedur Pengolahan Data Kuantitatif 2. Analisis Data Kualitatif

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data kualitatif yang diperoleh sebagai berikut:

a. Angket

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:235), dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer kedalam skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) kategori SS diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) untuk kategori SS diberi


(2)

39

skor terrendah, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur makin tinggi.

Setiap jawaban siswa pada angket tersebut diberi bobot, dan pembobotan yang dipakai menurut Suherman dan Kusumah (1990:236) sebagai berikut:

Tabel 3.11

Kategori Jawaban Angket

Jenis Pernyataan Skor

SS S TS STS

Favorable 5 4 2 1

Unfavorable 1 2 4 5

Sebelum dilakukan penafsiran, terlebih dahulu data yang diperoleh dihitung rata-ratanya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

̅ ∑ Keterangan:

̅ : rata-rata

W : Nilai setiap kategori

F : Jumlah siswa yang memilih setiap kategori Kriteria:

Jika ̅>3 maka dapat dikatakan sikapnya positif Jika ̅<3 maka dapat dikatakan sikapnya negatif.

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konseptual interaktif. Pengolahan atau penganalisisan lembar observasi dilakukan dengan membuat uraian secara deskriptif dari hasil pengamatan observer.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan tentang pengaruh model pembelajaran konseptual interaktif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP, diperoleh kesimpulan:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui model pembelajaran konseptual interaktif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

2. Rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran konseptual interaktif mempunyai kualitas yang termasuk kedalam kategori sedang.

3. Sikap siswa terhadap model pembelajaran konseptual interaktif menunjukkan sikap yang positif.

B. Saran

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian, pembahasan dan simpulan, mengenai penerapan model pembelajaran konseptual interaktif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya mengenai penerapan model pembelajaran konseptual interaktif dapat dilakukan pada materi, indikator dan kompetensi matematika yang berbeda dengan subyek penelitian yang lebih luas.

2. Penerapan model pembelajaran koneptual interaktif akan lebih optimal dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa apabila seluruh siswa memiliki antusiasme yang sama.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achyandia, S (2010). Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Berbasisi

Konsep dalm Pelajaran Fisika SMP untuk Meningktakan Penguasaan Konsep dan Oral Activities Siswa. Skripsi UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Depdiknas. (2006). Sosialisasi KTSP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. (2007). Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1. [Online]. Tersedia:

http://www.sosialisasiktsp.com[25 April 2012].

Hamidah. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS Terhadap Kemampuan

Pemahaman Matematis Siswa SMP Ditinjau Dari Tingkat Kecerdasan Emosional. Tesis Pasca Sarjana UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Herdian. (2010). Kemampuan Pemahaman Matematis. [Online] Tersedia dalam http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/ [25 April 2012].

Kholik, M. (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia: Muhammadkholok.wordpress.com.[7 Maret 2013].

Lestari, F. (2012). Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Model Peta Pikiran

(Mind Mapping) terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Mahmuda, I. (2012). Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op dengan

Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Renngiwur, J. (2011). Penerapan Pembelajaran Konseptual Interaktif dengan

Menggunakana Animasi Pada Konsep Pembiasan Cahaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional [Online]. Tersedia:

http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf [22 April 2012].

Rosyidah, A. R. (2012). Kemampuan IPA dan Matematika Siswa Indonesia

Nomor 38 dari 39 Negara. [Online]. Tersedia:

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/03/04/111366/


(5)

Kemampuan-IPA-dan-Matematika-Siswa-Indonesia-Nomor-38-dari-39-60

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sari, V.T. (2012). Pengaruh Pembelajaran Reciproc. Kooperatif Tipe NHT, dan

Langsung terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMP.

[Online] Tersedia dalam http:// repository .upi. edu/operator/upload /t_mtk_1007376_chapter2. pdf [06 Februari 2013]

Sitohang, B.M. (2005). Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Sekolah Menengan Atas. Skripsi. Jurusan Pendidian

Mateatika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Sony, R. (2010). Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada

Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika dan Meminimalkan Miskonsepsi. Skripsi UPPI Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhandi, A. dkk. (2009). “Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi”. Jurnal Pengajaran

MIPA.

Suherman, E.dan Kusumah,Y.S. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Suherman, E, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Diktat Perkuliahan, Bandung: Tidak diterbitkan.

Turmudi. (2010). Metodologi Pembelajaran Matematika [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/DFPMIPA/JUR.PEND.MATEMATIK A/196101121987031TURMUDI/F25MetodologidanModelPembelajaranMa tematika.pdf. [09 Januari 2012].


(6)

61

Utami, C. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Sekolah Atas Menengah. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Wahyudi, E. (2012). Penerapan Pembelajaran Matematika melalui Strategi

REACT untuk Meningkatkan Kompetensi Strategis Siswa Kelas X. Skripsi

pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Widyani, A. (2012). Penerapan Pembelajaran Konseptual Interaktif dengan

Menggunakan Media Animasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPBA dan Mengetahui Profil Aktivitas Siswa SMP. Skripsi UPI Bbandung:


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP.

0 5 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (MI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP.

0 0 34

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP, SPASIAL MATEMATIS DAN SIKAP SISWA SMP.

5 21 49

PENERAPAN PENDEKATAN INTERACTIVE CONCEPTUAL INSTRUCTION PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP USAHA DAN ENERGI SISWA SMA.

4 21 36

PENERAPAN MODEL INTERACTIVE CONCEPTUAL INSTRUCTION (ICI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG.

8 16 30

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP.

0 7 100

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KONEKSI MATEMATIS PADA SISWA SMP.

0 0 52

PENERAPAN MODEL INTERACTIVE CONCEPTUAL INSTRUCTION (ICI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG - repository UPI S FIS 1102393 Title

0 0 5

PENERAPAN PENDEKATAN INTERACTIVE CONCEPTUAL INSTRUCTION PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP USAHA DAN ENERGI SISWA SMA - repository UPI S FIS 0900211 Title

0 0 3

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam

0 2 5