PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (MI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP.

(1)

INTELLIGENCES (MI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP” SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Matematika

Oleh :

Asma’ Khiyarunnisa’

NIM 1106509

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE

INTELLIGENCES (MI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP

LEMBAR HAK CIPTA

Oleh:

Asma’ Khiyarunnisa’

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Matematika

©Asma’ Khiyarunnisa’ 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (MI) dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran langsung. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain kuasi eksperimen dengan desain kuasi eksperimennya adalah kelompok kontrol tidak ekuivalen (the nonequivalent control group design), dengan populasi nya adalah seluruh kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kota Bandung, dan sampel nya adalah dua kelas VIII dengan siswa kelas pertama adalah 29 orang dan siswa kelas kedua adalah 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran berbasis Multiple

Intelligences (MI) dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran langsung.

Serta kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (MI) termasuk ke dalam kategori tinggi.


(5)

ABSTRACT

The aim of this study is to investigate the difference(s) of the enchancement of students’ understanding ability towards mathematical concept between students who obtained Multiple Intelligences learning and direct instruction learning. This study employed quantitative approach with quasy experimental method. The design of this study is non-equivalent control group involving one experimental class and one control class. This study was conducted in one junior high school in Bandung. There were two classes coming from eigth grades as the sample of the study. The result showed that there is no significant difference of students’ enchancement of understanding ability towards mathematical concept between students who obtained Multiple Intelligences learning and direct instruction learning. Besides that, it is also concluded that students who obtained Multiple Intelligences learning for enchancing students’ understanding ability rowards mathematical concept is included into high category.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

ABSTRAK ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ....x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ...1

B.Rumusan Masalah ...6

C.Tujuan Penelitian ...6

D.Manfaat Penelitian ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ...8

B.Teori Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) ...9

C.Model Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ...13

D.Model Pembelajaran Langsung ...18

E. Teori Belajar Pendukung ...19

F. Penelitian yang Relevan ...21

G.Hipotesis Penelitian ...22

BAB III METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ...23

B.Variabel Penelitian ...23

C.Populasi dan Sampel ...24


(7)

E. Teknik Pengumpulan Data ...32

F. Teknik Analisis Data ...32

G.Prosedur Penelitian ...36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ...38

B.Pembahasan ...53

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A.Simpulan ...56

B.Implikasi ...56

C.Rekomendasi ...57

DAFTAR PUSTAKA ...58 LAMPIRAN


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun

2003 bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Berdasarkan pengertian

pendidikan tersebut, maka jelas bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk mengembangkan secara aktif potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Ketika berbicara mengenai pendidikan pasti tidak lepas dengan lembaga pendidikan, baik formal maupun non-formal. Lembaga pedidikan formal seperti halnya sekolah menjadi pusat utama yang sering dibicarakan, karena di dalam sekolah terjadi proses belajar dan pembelajaran yang terstruktur.

Guru, siswa, kurikulum, dan mata pelajaran merupakan bagian-bagian yang ada di sekolah. Setiap bagian-bagian tersebut mempunyai peranannya masing-masing untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari pada semua jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan ada cabang dari matematika yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat, yaitu berhitung. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari matematika. Karena dengan matematika, manusia dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan di kehidupan sehari-hari, seperti kegiatan jual-beli, menghitung jumlah kekayaan, memberikan takaran, dan lain-lain.

Tujuan diberikannya pelajaran matematika di sekolah diantaranya agar siswa mampu menghadapi perubahan dan perkembangan zaman melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif (Depdiknas, 2006).


(9)

Tujuan pembelajaran matematika lebih rinci dijelaskan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006), yaitu: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain, untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Menurut Herawati, dkk. (2010) sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di atas maka setelah proses pembelajaran diharapkan siswa mampu memahami suatu konsep matematika dan juga memahami keterkaitan antar konsep matematika sehingga siswa dapat menggunakan pemahaman tersebut dalam menyelesaikan permalahan matematika.

Berdasarkan uraian tersebut, menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Memahami konsep merupakan kemampuan siswa dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Jika siswa akan mempelajari konsep yang baru, maka siswa harus menguasai konsep yang mendasari konsep baru tersebut. Hal tersebut dikarenakan konsep-konsep dalam matematika tersusun secara sistematis, hirarkis, dan logis mulai dari sederhana sampai kompleks.

Namun sayangnya, Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa belum begitu memuaskan, hal ini terlihat dari beberapa hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian Wahyudin (dalam Yenni, 2012) menemukan bahwa rata-rata tingkat penguasaan matematika siswa dalam pelajaran matematika adalah 19,4% dengan simpangan baku 9,8. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh bahwa model kurva yang berkaitan dengan tingkat penguasaan para siswa adalah positif


(10)

3

(miring ke kiri) yang berarti sebaran tingkat penguasaan siswa tersebut cenderung rendah. Wahyudin juga menemukan bahwa salah satu hal yang menyebabkan sejumlah siswa gagal menguasai dengan baik pokok-pokok bahasan dalam matematika yaitu siswa cenderung kurang memahami persoalan matematika yang diberikan.

Selanjutnya berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Saltifa (2015) diperoleh masalah mengenai kemampuan matematis siswa yang terlihat dari sedikitnya siswa yang menjawab benar salah satu soal ujian tengah semester (UTS) seperti berikut.

“Kiki dan Tuti pada waktu yang sama berangkat dari rumah masing -masing ke sekolah. Perjalanan Kiki dapat direpresentasikan oleh , dan perjalanan Tuti direpresentasikan oleh , dengan d adalah jarak dari sekolah dalam meter dan t adalah waktu yang dibutuhkan untuk berjalan setiap menit. Cukupkan informasi untuk menentukan siapakah yang tiba di sekolah lebih awal? (Jika tidak, lengkapilah). Pada menit keberapa? Apakah ada waktu dimana Kiki dan

Tuti berada pada jarak yang sama dari sekolah? Jelaskan jawabanmu!” Soal tersebut meliputi kemampuan siswa dalam mengidentifikasi kecukupan informasi untuk memecahkan masalah, memilih strategi yang tepat untuk digunakan, dan menjelaskan atau meninterpretasikan hasil yang diperoleh. Dalam menjawab soal ini, siswa harus memahami masalah terlebih dahulu, sehingga mampu mengidentifikasi kelengkapan informasi yang diberikan sehingga kemudian mampu untuk menentukan strategi yang akan digunakan. Pemahaman siswa terhadap bentuk model matematis, membantu siswa dalam mendapatkan nilai t terkecil, yaitu nilai yang menunjukkan siapa diantara Kiki atau tuti yang sampai yang sampai di sekolah lebih awal. Selanjutnya, siswa juga harus memahami bahwa Kiki dan Tuti akan berada pada jarak yang sama dengan sekolah, atau . Hasil jawaban yang diberikan siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum begitu memahami bentuk pemodelan matematika dengan baik, dan siswa belum mampu mengembangkan strategi-strategi dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Saltifa (2015) keadaan tersebut di atas menunjukkan bahwa siswa belum mampu memahami konsep yang telah dipelajari, belum mampu


(11)

mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya dalam matematika, serta belum secara sadar dan tepat menyelesaikan persoalan matematika.

Selain itu, berdasarkan studi yang dilakukan Priatna (dalam Yusmanita, 2012) mengenai kemampuan pemahaman konsep, diperoleh temuan bahwa kualitas kemampuan pemahaman konsep beberapa siswa, berupa pemahaman instrumental dan relasional masih rendah, yaitu sekitar 50% dari skor ideal. Hal tersebut senada dengan penelitian Rusmiati (dalam Faridah, 2015) yang menunjukkan bahwa hasil postes pemahaman matematis siswa masih rendah meskipun ada peningkatan dari hasil pretes nya, untuk kelas eksperimen 1 adalah 50% dan kelas eksperimen 2 adalah 42,6% dari skor ideal, dengan indikator yang ditelitinya adalah melakukan perhitungan sederhana, kemampuan menafsirkan informasi, dan aplikasi konsep.

Untuk menghadapi kenyataan tersebut, maka diperlukan adanya pembelajaran yang efektif dan menarik, pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada menghafal rumus dan mengerjakan contoh soal saja, tetapi pembelajaran yang mampu memfasilitasi kebutuhan siswa, serta pembelajaran yang lebih bermakna dan inovatif.

Salah satu inovasi dalam dunia pendidikan adalah model pembelajaran berbasis Multiple Intelligences (MI). Salah satu konsep yang digagas dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari University

of Harvard. Gardner dalam teorinya menyatakan bahwa setiap anak memiliki

komponen kecerdasan sebagai berikut: 1) Kecerdasan linguistik, 2) Kecerdasan logis-matematis, 3) Kecerdasan visual-spasial, 4) Kecerdasan kinestetik-jasmani, 5) Kecerdasan musikal, 6) Kecerdasan interpersonal, 7) Kecerdasan intrapersonal, dan 8) Kecerdasan naturalis (Assidiq, dkk:2012).

Ruseffendi (2006) mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika terdapat sepuluh faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak belajar, yaitu kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, serta kondisi luar yaitu masyarakat. Kecerdasan siswa merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar. Setiap siswa


(12)

5

memilliki kecerdasan dominan masing-masing, tetapi kecerdasan-kecerdasan tersebut belum terfasilitasi secara optimal di dalam pembelajaran matematika.

Menurut Ariany (2014) pada umumnya, di dalam pembelajaran matematika hanya mengutamakan kecerdasan logis-matematis dan kecerdasan linguistik saja, padahal tidak semua siswa memiliki kecerdasan dominan yang sama. Berdasarkan penelitian oleh pakar accelerated learning dan metode pembelajaran modern menunjukkan jika dalam suatu proses pembelajaran semua kecerdasan ini ditumbuhkan, dikembangkan, dan dilibatkan maka akan sangat meningkatkan efektivitas dan hasil pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan, teori multiple intelligences diterima karena mampu masuk ke dalam semua jenis kecerdasan anak. Konsep ini menegasi mitos bahwa anak cerdas adalah anak yang memiliki komponen kecerdasan tertentu saja, karena menurut teori ini pada hakikatnya setiap anak adalah cerdas. Karena setiap anak memiliki kecerdasan dan potensi tertentu, sedangkan anak satu dan anak lainnya memiliki kecerdasan yang berbeda.

Model pembelajaran berbasis multiple intelligences merupakan suatu model pembelajaran yang memfasilitasi setiap kecerdasan siswa di kelas baik fasilitas itu berupa bahan ajar yang dipakai atau berupa setting dari kelas tersebut, sehingga setiap siswa mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis nya sesuai dengan kecerdasannya masing-masing.

Rafianti (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan berdasarkan teori multiple intelligences memiliki pengaruh yang positif terhadap kemampuan pemahaman matematis, kemampuan penalaran, dan self

confidence siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman

konsep dan penalaran matematis siswa dengan pembelajaran matematika berbasis

multiple intelligences terdapat mutu peningkatan yang lebih baik daripada

pembelajaran biasa, selain itu siswa memiliki sikap percaya diri yang tinggi ketika memperoleh pembelajaran matematika berbasis multiple intelligences.

Douglas, dkk (2008) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan teori MI lebih efektif daripada pembelajaran langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berdasarkan teori MI mampu meningkatkan peringkat prestasi matematika siswa, mampu menangani kesulitan


(13)

belajar siswa, memperhatikan partisipasi orang tua, dan juga meningkatkan kedisiplinan siswa.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, lebih lanjutnya dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran berbasis multiple intelligences untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP. Berdasarkan hal itu, peneliti memberi

judul penelitian ini “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (MI) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis multiple

intelligences (MI) dengan yang memperoleh pembelajaran langsung?

2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis multiple intelligences?

3. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran langsung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis memperoleh pembelajaran berbasis multiple intelligences (MI) dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.

2. Kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis multiple intelligence.

3. Kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.


(14)

7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk kajian pembelajaran matematika yang efektif dan efisien dalam kaitannya mengembangkan kemampuan siswa, khususnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi banyak pihak untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis Multiple Intelligences.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain kuasi eksperimen dengan desain kuasi eksperimennya adalah kelompok kontrol tidak ekuivalen (the nonequivalent control group

design). Pada penelitian kuasi eksperimen ini, subjek tidak dikelompokkan secara

acak, akan tetapi peneliti mengambil subjek pada sampel dari kelas-kelas yang sudah ada di sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

Berdasarkan Sugiyono (2013) desain pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

O X O

O O

Keterangan:

O = Tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)

X= Penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis multiple

intelligence.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis multiple intelligences. Multiple intelligences (MI) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecerdasan majemuk yang terdiri dari delapan kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

Model Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences merupakan pembelajaran yang memfasilitasi seluruh kecerdasan yang dimiliki siswa, sehingga pembelajaran ini tidak dibatasi pada suatu kecerdasan tertentu. Gambaran sepintas mengenai pembelajaran matematika berbasis multiple


(16)

24

contoh bangun ruang sisi datar yang ada di alam sekitar (naturalis), kemudian guru meminta siswa untuk membuat kelompok-kelompok yang heterogen (interpersonal), meminta siswa menentukan ciri-ciri bangun ruang sisi datar (visual-spasial), menulis dan mendefinisikan macam-macam bangun ruang sisi datar (linguistik), menentukan rumus luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar dengan alat peraga bangun ruang sisi datar (kinestetik-jasmani), melakukan perhitungan yang berkaitan dengan bangun ruang sisi datar (logis-matematis), meminta siswa membuat yel-yel atau jembatan keledai untuk memperkuat pemahaman siswa (musikal), selanjutnya siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari disertai tanya jawab dengan guru (intrapersonal).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Kemampuan pemahaman konsep matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumental merupakan pemahaman konsep secara terpisah dan mampu menerapkan dalam perhitungan sederhana, sedangkan pemahaman relasional adalah kemampuan mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya dan menyadari proses yang dilakukannya. Indikator yang diambil peneliti yaitu: 1) Kemampuan mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, 2) Kemampuan memberikan contoh dan bukan contoh, 3) Kemampuan menerapkan konsep dan rumus dalam perhitungan, dan 4) Kemampuan mengaitkan berbagai konsep untuk menyelesaikan permasalahan matematika.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kota Bandung yang berjumlah sepuluh kelas. Sedangkan yang menjadi sampel adalah VIII F dan VIII G. Pengambilan sampel tersebut dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Pemilihan sampel didasarkan pada pertimbangan yang diperoleh dari guru dan kelas yang mendapatkan izin administratif dari pihak sekolah. Tujuan dilakukan pengambilan sampel seperti ini adalah agar penelitian


(17)

dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama dalam hal pengawasan, kondisi subjek penelitian, waktu penelitian, kondisi tempat penelitian, serta prosedur perizinan. Dari kelas VIII F dan VIII G dipilih secara acak kelas yang menjadi kelompok kontrol dan kelas yang menjadi kelompok eksperimen. Terpilih kelas VIII F sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah 29 siswa dan kelas VIII G sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 30 siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran terdiri dari RPP dan LKS, sedangkan instrumen pengumpulan data terdiri dari instrumen tes dan non-tes.

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Setiap guru dalam satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Penyusunan RPP pada penelitian ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu penyampaian materi yang disesuaikan dengan model pembelajaran berbasis multiple intelligences.

b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Dhani dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan LKS adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Menurut Soekamto LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasai.


(18)

26

Dalam penelitian ini, LKS akan disusun dengan memberikan beberapa tugas yang berupa masalah-masalah matematis untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep. Masalah-masalah yang diberikan disesuaikan dengan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki siswa.

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Instrumen Tes

Instrumen tes yang diberikan berupa tes kemampuan pemahaman konsep matematis (pretest dan posttest). Instrumen tes dibuat untuk mengumpulkan data guna mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran matematika berbasis

multiple intelligences (MI). Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tipe uraian, karena denga tipe uraian dapat dilihat pola pikir siswa secara jelas dan sistematika pengerjaan dapat dievaluasi lebih rinci.

Sebelum ditetapkan sebagai intrumen dalam penelitian, soal tes kemampuan pemahaman konsep matematis ini diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa kelas IX di sekolah yang akan menjadi tempat penelitian. Selanjutnya, data hasil ujicoba instrumen diolah untuk diuji tingkat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda. Soal tes kemampuan pemahaman konsep matematis.

1) Validitas Instrumen

Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut dapat mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu, kevalidannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melakukan fungsinya. Pada penelitian ini pengujian validitas instrumen menggunakan rumus korelasi produk momen memakai angka kasar (raw score) dalam menentukan koefisien validitas soal (Suherman, 2003).

Rumus korelasi produk momen memakai angka kasar (raw score) adalah:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑


(19)

= Banyak subjek (testi)

= Koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y X = Skor tiap butir soal.

Y = Skor total.

Setelah memperoleh koefisien korelasi, kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus uji-t, yaitu:

√ Keterangan:

thitung = nilai t

r = nilai koefisien korelasi n = jumlah sampel

Selanjutnya untuk melihat butir soal dikatakan valid atau tidak, akan dibandingkan dengan ttabel = tα;dk=(n-2). Apabila taraf signifikansi α=0,05 didapat thitung > ttabel berarti butir soal valid, tetapi jika thitung ≤ ttabel

berarti butir soal tidak valid. Berdasarkan perhitungan menggunakan

software anates dan microsoft excel 2007 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3.1

Hasil Uji Validitas Butir Soal

Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Nomor Soal Koefisien Korelasi thitung ttabel Keterangan

1 0,405 2,124 2,069 Valid

2 0,511 2,851 2,069 Valid

3 0,792 6,221 2,069 Valid

4 0,635 3,942 2,069 Valid

5 0,726 5,063 2,069 Valid

2) Reliabilitas Instrumen

Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman, 2003), yaitu:


(20)

28

Keterangan:

= Koefisien reliabilitas

= Banyak butir soal

∑ = Jumlah varians skor setiap soal = Varians skor total

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Suherman, 2003) sebagai berikut:

Tabel 3.2

Klasifikasi Derajat Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Derajat Reliabilitas Reliabilitas sangat tinggi

Reliabilitas tinggi Reliabilitas sedang

Reliabilitas rendah

Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software

anates diperoleh koefisien reliabilitas tes kemampuan pemahaman

konsep matematis adalah 0,66. Berdasarkan tolak ukur derajat reliabilitas J.P. Guilford, hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas tes kemampuan pemahaman konsep matematis pada penelitian ini tergolong sedang.

Selanjutnya untuk melihat instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis dikatakan reliabel atau tidak, akan dibandingkan dengan rkritis. Apabila taraf signifikansi α=0,05 dan dk=(n-2) didapat

rhitung > rkritis berarti instrumen tes dikatakan reliabel, tetapi jika rhitung ≤

tkritis berarti instrumen tes tidak reliabel. Berdasarkan perhitungan

menggunakan software anates diperoleh rhitung = 0,06 dan diperoleh rkritis


(21)

hal tersebut diperoleh 0,06 > 0,3961 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis pada penelitian ini adalah reliabel.

3) Daya Pembeda Instrumen

Daya pembeda (DP) dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut dalam membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (Suherman, 2003). Rumus untuk menentukan daya pembeda pada soal tipe uraian adalah:

̅ ̅ Keterangan:

̅ = Rata-rata skor kelompok atas untuk soal itu ̅ = Rata-rata skor kelompok bawah untuk soal itu = Skor Maksimal Ideal (bobot)

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan adalah:

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

Koefisien Daya Pembeda Daya Pembeda

Sangat baik

Baik

Cukup

Jelek

Sangat jelek

Berdasarkan perhitungan menggunakan software anates diperoleh hasil uji daya pembeda tes kemampuan pemahaman konsep matematis sebagai berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Daya Pembeda


(22)

30

Nomor Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda

1 0,36 Cukup

2 0,39 Cukup

3 0,71 Sangat Baik

4 0,71 Sangat Baik

5 0,64 Baik

4) Indeks Kesukaran Instrumen

Indeks kesukaran (IK) menyatakan derajat kesukaran suatu soal. Untuk tipe soal uraian rumus yang digunakan menurut Suherman (2003) untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Indeks Kesukaran

Jumlah skor kelompok atas Jumlah skor kelompok bawah Jumlah skor ideal kelompok atas Jumlah skor ideal kelompok bawah

Klasifikasi interpretasi untuk indeks kesukaran yang digunakan adalah:

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran

Koefisien Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran

Soal terlalu mudah

Soal mudah

Soal sedang

Soal sukar


(23)

Berikut ini akan disajikan hasil uji indeks kesukaran tes kemampuan pemahaman konsep matematis. Berdasarkan perhitungan menggunakan software anates diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Uji Indeks Kesukaran

Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi Indeks Kesukaran

1 0,39 Sedang

2 0,73 Mudah

3 0,64 Sedang

4 0,36 Sedang

5 0,32 Sedang

b. Instrumen Non Tes

1) Skala Sikap Kecerdasan Majemuk

Skala sikap kecerdasan majemuk diberikan kepada siswa yang menjadi subjek penelitian sebelum adanya perlakuan yang dilakukan pada siswa. Skala sikap ini digunakan untuk mengetahui apakah subjek penelitian sudah memenuhi karakteristik ke delapan jenis kecerdasan menurut Gardner. Skala sikap ini diadaptasi dari buku karya Thomas Amstrong yang berjudul “Setiap Anak Cerdas” dan juga dari jurnal psikologi internasional yang berjudul “Multiple Intelligences: Can They be Measured?”. Skala multiple intelligences ini memiliki 24 pernyataan. Skala tersebut disesuaikan dengan skala Likert. Derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan terbagi ke dalam 4 kategori yang tersusun secara bertingkat, mulai dari Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Setuju, dan Sangat Setuju. Pilihan netral (ragu-ragu) tidak digunakan untuk menghindari jawaban aman dari siswa dan mendorong siswa untuk melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri.

2) Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat untuk mengetahui sikap serta aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain


(24)

32

lembar observasi dapat mengukur atau menilai proses pembelajaran. Observasi dalam penelitian ini dapat dilakukan oleh guru atau rekan mahasiswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pertama peneliti mengumpulkan data mengenai karakteristik kecerdasan majemuk dari kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan skala sikap kecerdasan majemuk yang diberikan kepada kedua kelas tersebut sebelum dilakukannya perlakuan. Selanjutnya peneliti mengumpulkan data kuantitatif yang diperoleh dari soal pretes dan postes. Selain itu, lembar observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan dengan menggunakan pembelajaran berbasis

multiple intelligences juga dikumpulkan. F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi data pretes, postes, dan data indeks gain dari kelas eksperimen dan kelass kontrol. Sedangkan data kualitatif meliputi data skala sikap kecerdasan majemuk dan lembar observasi.

1. Analisis Kemampuan Awal Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dari data pretes. Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan awal antara kedua kelas tersebut. Untuk mempermudah dalam pengolahan data, pengujian statistik ini diolah dengan bantuan Software Statistical Product for Service Solutions(SPSS) versi 20. Adapun langkah-langkah pengujian sebagai berikut: a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data dari amsing-masing sampel berdistribusi normal atau tidak. Untuk menghitung normalitas digunakan uji Shapiro-Wilk dengan α = 0,05. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 = Data pretes berdistribusi normal.

H1= Data pretes berdistribusi tidak normal.

Kriteria pengujiannya, jika nilai sig. ≥ α maka H0 diterima dan jika nilai


(25)

b. Uji Homogenitas

Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians kedua kelas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians yang homogen atau tidak. uji statistiknya menggunakan uji Levene’s test. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 = Data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen bervariansi homogen.

H1 = Data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen bervariansi tidak homogen.

Kriteria pengujiannya, jika nilai Sig. ≥ α maka H0 diterima dan jika nilai Sig. < α maka H0 ditolak.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan utnuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak. pengujiannya memiliki ketentuan sebagai berikut:

a) Jika kedua data berdistribusi normal dan bervariansi homogen, maka dilakukan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji-t yaitu

Independent Sample T-Test.

b) Jika kedua data berdistribusi normal tetapi tidak bervariansi homogen, maka dilakukan uji-t’ yaitu Independent Sample T-Test.

c) Jika salah stau atau kedua data berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas, tetapi dilakukan uji statistik non parametrik menggunakan uji Mann-Whitney.

Hipotesis uji kesamaan dua rata-rata sebagai berikut:

H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan awal pemahaman konsep matematis yang signifikan antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol.

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan awal pemahaman konsep matematis yang signifikan antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol.

Kriteria pengujiannya, jika signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima dan


(26)

34

2. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis.

Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat dari analisis data indeks gain. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematias siswa memliki perbedaan yang signifikan atau tidak. untuk mempermudah dalam pengolahan data maka pengujian statistik ini diolah menggunakan Software Statistical Product for

Service Solutions(SPSS) versi 20. Adapun langkah-langkah pengujiannya

adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data indeks gain dari masing-masing sampel berdistribusi normal atau tidak. Untuk menghitung normalitas digunakan uji Shapiro-Wilk dengan α = 0,05. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 = Data indeks gain berdistribusi normal.

H1 = Data indeks gain berdistribusi tidak normal.

Kriteria pengujiannya, jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α maka H0 diterima dan jika nilai signifikansi (Sig.) < α maka H0 ditolak.

b. Uji Homogenitas

Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians kedua kelas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians yang homogen atau tidak. uji statistiknya menggunakan uji Levene’s test. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 = Data indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol bervariansi homogen

H1 = Data indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol bervariansi tidak homogen.

Kriteria pengujiannya, jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α maka H0 diterima dan jika nilai signifikansi (Sig.) < α maka H0 ditolak.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata bertujuan utnuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis


(27)

yang sama atau tidak setelah pembelajaran. pengujiannya memiliki ketentuan sebagai berikut:

a) Jika kedua data berdistribusi normal dan bervariansi homogen, maka dilakukan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji-t yaitu

Independent Sample T-Test.

b) Jika kedua data berdistribusi normal tetapi tidak bervariansi homogen, maka dilakukan uji-t’ yaitu Independent Sample T-Test.

c) Jika salah stau atau kedua data berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas, tetapi dilakukan uji statistik non parametrik menggunakan uji Mann-Whitney.

Hipotesis uji perbedaan dua rata-rata sebagai berikut:

H0 : Tidak ada perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis yang signifikan antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol.

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematis yang signifikan antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol.

Kriteria pengujiannya, jika signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima dan

jika signifikansi (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak.

3. Analisis Data Indeks Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Indeks gain digunakan untuk melihat kualitas peningkatan kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa. Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang dihitung menggunakan rumus Meltzer (dalam Ariany, 2014) :

Kemudian hasil perhitungan indeks gain diinterpretasikan dengan menggunakan kategori menurut Hake (dalam Ariany, 2014).

Tabel 3.7 Kriteria Indeks Gain

Indeks Gain Interpretasi

g > 0,70 Tinggi


(28)

36

Indeks Gain Interpretasi

g ≤ 0,30 Rendah

4. Analisis Data Kecerdasan Majemuk

Data mengenai kecerdasan majemuk siswa di kedua kelas dianalisis dengan cara mencari nilai dominan kecerdasan yang dimiliki setiap kelompok kontrol dan eksperimen melalui skala sikap kecerdasan majemuk yang mewakili setiap kecerdasan dalam teori Multiple Intelligences, dengan demikian guru dapat mengetahui kecerdasan dominan di dalam kelas.

5. Analisis Data Lembar Observasi

Data yang diperoleh melalui lembar observasi dimaksudkan untuk mengetahui proses selama pembelajaran berlangsung yang tidak teramati oleh peneliti. data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran. hasil akhir dari pengolahan data ini merupakan persentase tiap aspek aktivitas berdasarkan kecerdasan yang merupakan hasil pengamatan seluruh pertemuan. persentase pada suatu aktivitas dihitung dengan:

Keterangan:

P = Persentase (%) aktivitas guru atau siswa.

Q = Skor total pengamatan aktivitas seluruh pertemuan.

R = Skor maksimum setiap aspek aktivitas dari seluruh pertemuan.

G. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan

b. Mengidentifikasi masalah dan kajian pustaka c. Membuat proposal penelitian

d. Menentukan materi ajar

e. Manyusun instrumen penelitian f. Pengujian instrumen penelitian


(29)

g. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan lembar observasi

h. Perizinan untuk penelitian 2. Tahap Pelaksanaan

a. Pemilihan sampel penelitian sebanyak dua kelas, yang disesuaikan dengan materi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian.

b. Pelaksanaan pretes kemampuan pemahaman konsep matematis untuk kedua kelas.

c. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligences untuk kelas eksperimen dan pembelajaran biasa untuk kelas kontrol.

d. Pelaksanaan postes untuk kedua kelas. 3. Tahap Pengolahan Akhir

a. Mengumpulkan seluruh data hasil penelitian di kedua kelas. b. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.

c. Membuat kesimpulan. d. Menyusun Laporan


(30)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai penerapan model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis Multiple Intelligences dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung.

2. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis Multiple

Intelligences termasuk ke dalam kategori tinggi.

3. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung termasuk ke dalam kategori sedang.

B.Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, penulis memperoleh implikasi sebagai berikut:

Temuan di lapangan menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki kecerdasan dominan yang berbeda-beda sehingga berpengaruh terhadap gaya belajarnya. Mengingat hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences termasuk dalam kategori tinggi, maka peneliti menyarankan agar model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang diterapkan pada siswa.


(31)

C.Rekomendasi

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya mengenai penerapan model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP, rekomendasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan kesimpulan pertama terdapat beberapa rekomendasi sebagai berikut:

a. Mengingat pentingnya kemampuan pemahaman konsep matematis, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai model atau pendekatan lainnya untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

b. Sebelum melaksanakan penelitian menggunakan model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences, disarankan untuk melakukan uji coba terlebih dahulu pada kelas yang berbeda supaya proses pembelajaran dapat dikuasai dengan baik.

2. Hasil penelitian menunjukkan kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar menggunakan Model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences termasuk dalam kategori tinggi, sehingga Model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, T. (2002). Setiap Anak Cerdas, Panduan Membantu Anak Belajar

dengan Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Amstrong, T. (2013). Kecerdasan Multipel di dalam Kelas. Edisi Ketiga, Jakarta: Indeks.

Ariany, R.L. (2014). Penerapan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences

(MI) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Disposisi Matematis Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Assidiq, R., Rahayu, T., dan Sari, Y.K.E. (2012). Pembelajaran Berbasis

Pendekatan Kecerdasan Majemuk Sebagai Sebuah Inovasi dalam Pendidikan di SMA IT Asy-Syifa Subang. Sekolah Pascasarjana. UPI

Bandung.

Douglas, O., Burton, K. S., & Reese-Durham, N. (2008). The effects of the multiple intelligence teaching strategy on the academic achievement of eighth grade math students. Journal of Instructional Psychology, 35(2), hlm. 187.

Faridah, Eva. (2015). Penerapan Model Kooperatif Tipe Course Review Horay

untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama. (Tesis). Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Fierros, E.G. (2004). How Multiple Intelligences Theory Can Guide Teachers’

Practices: Ensuring Success for Student with Disabilities. Arizona State

University.

Gunawan, A. (2004). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

GÜRBÜZ, R. (2011). Positive and Negative Reflections of Math Teaching Carried out in Learning Environment Designed Based on Multiple Intelligences Theory. International Online Journal of Educational


(33)

Hamzah, A. (2009). Teori Multiple Intelligences dan Implikasinya Terhadap Pengelolaan Pembelajaran. Tadris Jurnal, 4(2), hlm. 253-254.

Herawati, O.D.P., Siroj, R., Basir, H.M.D. (2010). Pengaruh Pembelajaran

Problem Posing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Palembang. Jurnal Pendidikan

Matematika, 4(1), hlm. 71.

Kesumawati, N. (2008). Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan

Matematika (hlm. 230-231). Palembang.

Lwin, M. dkk. (2008). How to Multiply Your Child’s Intelligences; Cara

Mengembangka Berbagai Komponen Kecerdasan. Yogyakarta: Indeks.

Muijs, D. & Reynolds, D. (2008). Effective Teaching; Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Munro, J. (1994). Multiple Intelligences and Mathematics Teaching. Annual

Conference of the Australian Remedial Mathematical Education Association (hlm. 8-12). Melbourne: University of Melbourne.

Mushollin. (2009). Penerapan Teori Multiple Intelligences Howard Gardner dalam Pembelajaran Agama Islam. Tadris Jurnal, 4(2), hlm. 230-232. Nuraeni, R. (2014). Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Kuis Tim untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Slf-Confidence Siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Rafianti, I. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Matematika Berbasis

Multiple Intelligences untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep, Penalaran Matematis, dan Self-Confidence Siswa. (Tesis).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rama. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Menggunakan

Balok Garis Bilangan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 004 Pulau Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar. [Online]. Tersedia: http://repository.uin-suska.ac.id/2924/. [04 Agustus 2015]


(34)

60

Refnida, S.P. (2009). Penerapan Teori Multiple Intelligences dalam Kegiatan

Pembelajaran Matematika SMA.[Online]. Tersedia:

http://id.scribd.com/doc/22312021/penerapan-teori-multiple-intelegent#scribd. [28 April 2015].

Saltifa, Poni. (2015). Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing dengan Pendekatan

Creative Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematis, Serta Dampaknya Terhadap Self-Efficacy Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Susetyo, Budi. (2014). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Tamsyani, Wiwiek. (tanpa tahun). Makalah Model Pembelajaran Langsung.

[Online]. Tersedia:

http://www.academia.edu/5934148/MAKALAH_MODEL_PEMBELAJA RAN_LANGSUNG. [04 Agustus 2015].

Tirri, K., Nokelainen, P., & Komulainen, E. (2013). Multiple Intelligences: Can They be Measured?. Psychologcal Test and Assessment Modelling, 55(4), hlm. 459-461.

Uno, H.B. dan Kuadrat, M. (2010). Mengelola Keceerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yenni. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematis Santri Putra dan Santri Putri Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada MTs Berbasis Pesantren. (Skripsi). Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Yusmanita. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi

Matematis Siswa SMA dengan Menggunakan Pendekatan Metakognitif.

(Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(1)

37

g. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan lembar observasi

h. Perizinan untuk penelitian 2. Tahap Pelaksanaan

a. Pemilihan sampel penelitian sebanyak dua kelas, yang disesuaikan dengan materi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian.

b. Pelaksanaan pretes kemampuan pemahaman konsep matematis untuk kedua kelas.

c. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligences untuk kelas eksperimen dan pembelajaran biasa untuk kelas kontrol.

d. Pelaksanaan postes untuk kedua kelas. 3. Tahap Pengolahan Akhir

a. Mengumpulkan seluruh data hasil penelitian di kedua kelas. b. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.

c. Membuat kesimpulan. d. Menyusun Laporan


(2)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai penerapan model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis Multiple Intelligences dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung.

2. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis Multiple

Intelligences termasuk ke dalam kategori tinggi.

3. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung termasuk ke dalam kategori sedang.

B.Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, penulis memperoleh implikasi sebagai berikut:

Temuan di lapangan menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki kecerdasan dominan yang berbeda-beda sehingga berpengaruh terhadap gaya belajarnya. Mengingat hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences termasuk dalam kategori tinggi, maka peneliti menyarankan agar model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang diterapkan pada siswa.


(3)

57

C.Rekomendasi

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya mengenai penerapan model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP, rekomendasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan kesimpulan pertama terdapat beberapa rekomendasi sebagai berikut:

a. Mengingat pentingnya kemampuan pemahaman konsep matematis, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai model atau pendekatan lainnya untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

b. Sebelum melaksanakan penelitian menggunakan model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences, disarankan untuk melakukan uji coba terlebih dahulu pada kelas yang berbeda supaya proses pembelajaran dapat dikuasai dengan baik.

2. Hasil penelitian menunjukkan kualitas peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar menggunakan Model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences termasuk dalam kategori tinggi, sehingga Model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, T. (2002). Setiap Anak Cerdas, Panduan Membantu Anak Belajar

dengan Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Amstrong, T. (2013). Kecerdasan Multipel di dalam Kelas. Edisi Ketiga, Jakarta: Indeks.

Ariany, R.L. (2014). Penerapan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences

(MI) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Disposisi Matematis Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Assidiq, R., Rahayu, T., dan Sari, Y.K.E. (2012). Pembelajaran Berbasis

Pendekatan Kecerdasan Majemuk Sebagai Sebuah Inovasi dalam Pendidikan di SMA IT Asy-Syifa Subang. Sekolah Pascasarjana. UPI

Bandung.

Douglas, O., Burton, K. S., & Reese-Durham, N. (2008). The effects of the multiple intelligence teaching strategy on the academic achievement of eighth grade math students. Journal of Instructional Psychology, 35(2), hlm. 187.

Faridah, Eva. (2015). Penerapan Model Kooperatif Tipe Course Review Horay

untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama. (Tesis). Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Fierros, E.G. (2004). How Multiple Intelligences Theory Can Guide Teachers’

Practices: Ensuring Success for Student with Disabilities. Arizona State

University.

Gunawan, A. (2004). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

GÜRBÜZ, R. (2011). Positive and Negative Reflections of Math Teaching Carried out in Learning Environment Designed Based on Multiple Intelligences Theory. International Online Journal of Educational


(5)

59

Hamzah, A. (2009). Teori Multiple Intelligences dan Implikasinya Terhadap Pengelolaan Pembelajaran. Tadris Jurnal, 4(2), hlm. 253-254.

Herawati, O.D.P., Siroj, R., Basir, H.M.D. (2010). Pengaruh Pembelajaran

Problem Posing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Palembang. Jurnal Pendidikan

Matematika, 4(1), hlm. 71.

Kesumawati, N. (2008). Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan

Matematika (hlm. 230-231). Palembang.

Lwin, M. dkk. (2008). How to Multiply Your Child’s Intelligences; Cara

Mengembangka Berbagai Komponen Kecerdasan. Yogyakarta: Indeks.

Muijs, D. & Reynolds, D. (2008). Effective Teaching; Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Munro, J. (1994). Multiple Intelligences and Mathematics Teaching. Annual

Conference of the Australian Remedial Mathematical Education Association (hlm. 8-12). Melbourne: University of Melbourne.

Mushollin. (2009). Penerapan Teori Multiple Intelligences Howard Gardner dalam Pembelajaran Agama Islam. Tadris Jurnal, 4(2), hlm. 230-232. Nuraeni, R. (2014). Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Kuis Tim untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Slf-Confidence Siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Rafianti, I. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Matematika Berbasis

Multiple Intelligences untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep, Penalaran Matematis, dan Self-Confidence Siswa. (Tesis).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rama. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Menggunakan

Balok Garis Bilangan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 004 Pulau Kecamatan Bangkinang

Seberang Kabupaten Kampar. [Online]. Tersedia:


(6)

Refnida, S.P. (2009). Penerapan Teori Multiple Intelligences dalam Kegiatan

Pembelajaran Matematika SMA.[Online]. Tersedia:

http://id.scribd.com/doc/22312021/penerapan-teori-multiple-intelegent#scribd. [28 April 2015].

Saltifa, Poni. (2015). Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing dengan Pendekatan

Creative Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematis, Serta Dampaknya Terhadap Self-Efficacy Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Susetyo, Budi. (2014). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Tamsyani, Wiwiek. (tanpa tahun). Makalah Model Pembelajaran Langsung.

[Online]. Tersedia:

http://www.academia.edu/5934148/MAKALAH_MODEL_PEMBELAJA RAN_LANGSUNG. [04 Agustus 2015].

Tirri, K., Nokelainen, P., & Komulainen, E. (2013). Multiple Intelligences: Can They be Measured?. Psychologcal Test and Assessment Modelling, 55(4), hlm. 459-461.

Uno, H.B. dan Kuadrat, M. (2010). Mengelola Keceerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yenni. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematis Santri Putra dan Santri Putri Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada MTs Berbasis Pesantren. (Skripsi). Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Yusmanita. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi

Matematis Siswa SMA dengan Menggunakan Pendekatan Metakognitif.

(Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.