PEMBELAJARAN PKN BERBASIS MEDIA ICT DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN SISWA DI SMKN 13 BANDUNG.

(1)

PEMBELAJARAN PKN BERBASIS MEDIA ICT DALAM

MENINGKATKAN KOMPETENSI

KEWARGANEGARAAN SISWA DI SMKN 13 BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun Oleh:

ELLA DEWI LATIFAH, S.Pd

NIM:1107153

SEKOLAH PASCA SARJANA


(2)

BANDUNG 2013

PEMBELAJARAN PKN BERBASIS MEDIA ICT DALAM

MENINGKATKAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN

SISWA DI SMK NEGERI 13 BANDUNG

Oleh Ella Dewi Latifah S.Pd UPI Bandung, 2005

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Kewarganegaraan

© Ella Dewi Latifah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013


(3)

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(4)

(5)

ABSTRAK

Ella Dewi Latifah (1107153) “Pembelajaran PKn Berbasis Media ICT dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa di SMKN 13 Bandung” Penelitian ini bertolak dari pentingnya penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran, khususnya berkaitan dengan pemanfaatan ICT (Information and Communication Technology). Oleh karena itu, perlu adanya pemanfaatan media ICT di sekolah. Namun dalam memanfaatkan media ICT, harus didukung dengan fasilitas serta kemampuan guru dan siswa dalam memanfaatkan media tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis informasi tentang pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran yang mencakup kompetensi guru dan siswa, pelaksanaan dan hambatan, sarana prasarana pendukung, serta kompetensi PKn yang dilaksanakan di SMK Negeri 13 Bandung. Penelitian ini dilandasi teori tentang media pembelajaran (Kemp and Dayton), dan ICT sebagai media pembelajaran (Karsenti). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi, angket, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa guru PKn diharuskan untuk: 1) Memahami teknologi terkini, 2) Memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran baik berupa penggunaan in focus, e learning, edmodo, 3) Memfasilitasi siswa untuk mengerjakan tugas melalui media internet, email, facebook, 4) Mengupload soal UJON, 5) membuat materi presentasi power point, 6) menguasai media ICT yang difasilitasi oleh sekolah, 7) serta memahami karakteristik media ICT. Selain itu siswa pun diwajibkan memiliki kemampuan dan kompetensi yang sama dengan guru dalam memanfaatkan media ICT. Fasilitas Media ICT yang digunakan untuk menunjang pembelajaran PKn antara lain: e-learning, edmodo, in focus, Aplikasi internet dan area hotspot, Sistem ujian secara online (UJON). Proses pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKn meliputi kegiatan: Mempersiapkan proses pembelajaran dan media, Pelaksanaan pembelajaran PKn berlangsung di dalam kelas dengan menggunakan media ICT, Evaluasi melalui proses penilaian berbasis ICT melalui sistem online (UJON). Kompetensi Kewarganegaraan Siswa setelah memanfaatkan media ICT dalam Pembelajaran PKn meliputi aspek: Watak Kewarganegaraan (civic disposition), Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge), dan Civic Skill. Penulis menyimpulkan dan memberikan rekomendasi bahwa pemanfaatan media ICT berperan membina karakter Pendidikan Kewarganegaraan siswa, oleh karena itu pemanfaatan media ICT baik di sekolah harus dikembangkan agar dapat membentuk karakter Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang lebih baik lagi untuk membentuk kepribadian bangsa yang lebih baik.


(6)

ABSTRACT

Ella Dewi Latifah (1107153) "Learning Civics ICT-Based Media in Improving Student Citizenship Competencies in SMKN 13 Bandung"

This study departed from the importance of the use of educational media in learning, particularly with regard to (Information and Communication Technology). Therefore, the need for the use of ICT in the school media. However, in using ICT media, must be supported by the facility and the ability of teachers and students in the use of the media. The purpose of this study is to examine and analyze information about the use of ICT in the learning media that includes the competence of teachers and students, and barriers to implementation, infrastructure support, as well as Civics competencies held at SMK Negeri 13 Bandung. This study is based on the theory of learning media (Kemp and Dayton), and ICT as a learning medium (Karsenti).The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. The data collection techniques through in-depth interviews, observation, document study, questionnaire, and the study of literature. The results showed that: Civics teachers are required to: 1) understand the latest technology, 2) media Utilizing ICT in learning in the form of the use of in focus, e learning, Edmodo, 3) Facilitating students to do the work through the medium of the internet, email, facebook, 4) Uploading UJON matter, 5) made a power point presentation materials, 6) media mastering ICT facilitated by the school, 7) as well as to understand the characteristics of ICT media. In addition, students were required to have the same ability and competence to teachers in using ICT media. Media ICT facilities are used to support learning Civics include: e-learning, Edmodo, in focus, application and internet hotspot, an online test system (UJON). Process of media use ICT in teaching civics activities include: Preparing and media learning, teaching Civics Implementation takes place in the classroom using ICT media, through the evaluation of ICT-based assessment process through the online system (UJON). Citizenship competencies students after the use of ICT in Teaching Civics media covering aspects: Nature of Citizenship (civic disposition), Knowledge Citizenship (civic knowledge), and Civic Skill. The authors concluded that the use of the media to provide recommendations to foster ICT plays the character of civic education students, therefore the use of ICT in school media must be developed in order to establish the character of Citizenship Education students better for shaping the personality of a better nation.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………..……….

LEMBAR PERNYATAAN………

KATA PENGANTAR ………

i iii iv UCAPAN TERIMA KASIH ………... DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR BAGAN………..………......

v viii xi xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 1. Identifikasi Masalah... 2. Perumusan Masalah... 11 11 12 C. Tujuan Penelitian ... 1. Tujuan Umum... 2. Tujuan Khusus... 13 13 13 D. Manfaat Penelitian ... E. Struktur Organisasi Tesis... 13 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA ...…... 16

A. Media Pembelajaran …… ...…... 16

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 16

2. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran ... 18

3. Pemilihan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran ... 19

B. Pengertian Pembelajaran dan Teori Pembelajaran Berbasis ICT... 1. Hakekat Teknologi Pembelajaran ... 22 22 2. Perkembangan Teknologi Pendidikan ... 26

3. Pengertian Information and Communication Technology (ICT)... 27

4. Fungsi ICT sebagai Media Pembelajaran ………... 5. Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran... 28 30 6. Klasifikasi ICT sebagai Media Pembelajaran ………... 7. Kelebihan dan Kekurangan ICT sebagai Media Pembelajaran….. 32 35 C. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ……..………. 36

1. Pengertian dan Konsep Pendidikan Kewarganegaraan………….. 36

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ……. ... 38

3. Aspek-aspek Kompetensi dalam Pendidikan Kewarganegeraan.... 42

D. Pemanfaatn ICT dalam Pembelajaran PKN …………..……….. E. Hasil Penelitian yang Relevan……….. F. Kerangka Pemikiran………. 47 50 52 BAB III METODE PENELITIAN ………...………. 53

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 53

1. Lokasi Penelitian………... 53


(8)

B. Desain Penelitian ………... 54

C. Pendekatan dan Metode penelitian ……….. 55

1. Pendekatan Penelitian………... 55

2. Metode Penelitian………... 56

D. Definisi Operasional………. 57

1. Pembelajaran PKn Berbasis Media ICT ... 57

2. Kompetensi Kewarganegaraan ... 58

E. Instrumen Penelitian ... 59

F. Uji Validitas Data Penelitian ... 1. Keterpercayaan (Credibility/validitas internal)... 2. Keteralihan (Transferbility/validitas eksternal)... 3. Ketergantungan (Defendability/reliabilitas)... 4. Kepastian (Comfirmability/objektivitas)... 59 60 61 61 62 G. Teknik Pengumpulan Data ... 1. Observasi... 2. Wawancara... 3. Studi Dokumentasi... 4. Studi Literatur... 5. Angket... H. Prosedur Penelitian... 1. Tahap Pra Penelitian ... 2. Tahap Pelaksanaan penelitian... 3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Penelitian... 62 62 64 64 64 65 66 66 66 67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….. 71

1. Profil SMK Negeri 13 Bandung………... 71

2. Sarana dan Prasarana SMK Negeri 13 Bandung... 72

3. Jumlah Tenaga Pendidik dan Siswa SMK Negeri 13 Bandung ... 73

4. Visi, Misi dan Prestasi SMK Negeri 13 Bandung ……… 73

B.Deskripsi Hasil Penelitian……….. 1. Kompetensi yang Dimiliki Guru dalam Memanfaatkan Media ICT pada Pembelajaran PKn……… 2. Kemampuan Siswa untuk Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran PKn……… 3. Lingkungan/Sarana Prasarana Sebagai Penunjang untuk Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran PKn………. 4. Proses Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran PKn………... 5. Kompetensi Kewarganegaraan Siswa Setelah Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran PKn……….. 6. Hambatan dalam Memanfaatkan Media ICT dan Upaya untuk Mengatasinya………... 75 75 77 78 79 85 93 C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

1. Kompetensi yang Dimiliki Guru untuk Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran PKn... 95


(9)

Pembelajaran PKn ………... 103

3. Lingkungan/Sarana Prasarana Sebagai Penunjang untuk Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran PKn ……….. 106

4. Proses Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran PKn ……….. 5. Kompetensi Kewarganegaraan Siswa Setelah Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran PKn……… 6. Hambatan dalam Memanfaatkan Media ICT dan Upaya untuk Mengatasinya………. 110 114 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 130

A. Kesimpulan ... 130

1. Kesimpulan Umum ... 130

2. Kesimpulan Khusus ... 132

B. Rekomendasi ……….. 134

DAFTAR PUSTAKA ………. 136 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Media ICT dan Karakteristiknya ...34 Tabel 3.1 Subjek Penelitian ………. 53

Tabel 4.1 Daftar Prestasi SMK Negeri 13 Bandung……… 74 Tabel 4.2 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap

Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis………... 85 Tabel 4.3 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap

Peningkatan Wawasan tentang Sistem Demokrasi dan Struktur Pemerintahan …………... 86 Tabel 4.4 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap

Peningkatan Peran Sebagai Warga Negara dalam Kehidupan

Demokrasi ………

Tabel 4.5 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap Peningkatan Peran Aktif dalam Lingkungan………... Tabel 4.6 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap

Peningkatan Kepercayaan Diri dalam Mengemukakan Pendapat………... Tabel 4.7 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap Peningkatan Berkomunikasi dengan Menggunakan Bahasa

yang Baik……….

Tabel 4.8 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap Peningkatan Tanggung Jawab Moral……….. Tabel 4.9 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap

Peningkatan Tanggung jawab Tugas dan Pekerjaan…………... Tabel 4.10 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap

Peningkatan Kedisiplinan Diri………. Tabel 4.11 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap

Peningkatan Kedisiplinan Diri dalam Mengerjakan Tugas dan Pekerjaan………... Tabel 4.12 Peningkatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap

Peningkatan Kejujuran dan Kesopanan dalam Ucapan………... Tabel 4.13 Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran Terhadap Peningkatan Kepedulian pada Sesama………

87 87 88 89 89 90 91 91 92 92


(11)

DAFTAR BAGAN

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap

Pembelajaran……….…..

Gambar 2.2 Bagan Kedudukan Media ICT dalam Pembelajaran………….

23 24 Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian ……… 54


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Saat ini sistem pembelajaran konvensional yang masih dilakukan di sekolah kian diyakini sebagai sistem yang tidak efektif lagi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal tersebut diyakini karena konsep-konsep kemampuan otak, kecerdasan, dan kreativitas seseorang telah berkembang pesat serta makin menguatkan argumentasi dan pemahaman yang ingin mengoreksi kelemahan sistem pembelajaran konvensional menjadi sebuah sistem pembelajaran yang lebih baik.

Sebagaimana pendapat yang diungkapkan oleh Suryadi (2007:83) yang menjelaskan bahwa sistem pembelajaran konvensional yang selama ini dilaksanakan memiliki ciri-ciri antara lain:

“kelas yang tertutup di sekolah serta tertutup dari lingkungan sekitarnya, setting ruangan yang statis dan sangat formal, kemudian guru menjadi satu-satunya sumber ilmu dan pengetahuan bagi siswa dan mengajar secara linier, menggunakan papan tulis sebagai sarana utama dalam proses transfer of knowledge, mengupayakan situasi dan kondisi belajar yang hening untuk mendapatkan konsentrasi belajar yang maksimal, serta menggunakan buku wajib yang cenderung menjadi satu-satunya referensi yang sah di kelas. Semua aspek dalam proses pembelajaran itu kini dinilai mengandung banyak kelemahan yang bahkan secara agregatif menjadi kontraproduktif terhadap pengembangan diri dan intelektual siswa.”

Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang menunjukkan interaksi antara siswa dan guru. Interaksi yang dibangun dalam kegiatan ini adalah interaksi yang bersifat dua arah dan menempatkan siswa bukan sebagai objek belajar tetapi sebagai subjek belajar. Kedudukan siswa sebagai subjek belajar diartikan bahwa siswa merupakan individu yang aktif, bukan yang pasif, yang hanya menerima apa yang diberikan oleh guru sebagaimana pada sistem pembelajaran konvensional.


(13)

Dalam sistem pembelajaran terkini siswa dituntut untuk banyak melakukan aktivitas sesuai dengan tema yang dikembangkan dalam materi pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Siswa dituntut untuk menemukan konsep-konsep penting yang dikembangkan dalam tema materi pembelajaran atau melakukan inquiri. Sementara guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk mengantarkan dan membimbing siswa hingga menemukan konsep-konsep tersebut.

Proses inquiri yang dilakukan oleh siswa harus didukung oleh media dan sumber belajaryang digunakan oleh guru. Media dan sumber belajar tidak hanya terpaku pada buku teks yangdijadikan pegangan oleh guru. Apabila hal ini dilakukan informasi materi pembelajaran sangatterbatas. Sumber materi yang terbatas, akan sulit untuk mengembangkan tema. Hal yang idealadalah media dan sumber belajar harus memberikan kemudahan bagi siswa dalam memperolehmateri yang nantinya dapat dikembangkan dalam tema pembelajaran. Salah satu media dansumber materi yang bisa dikembangkan adalah melalui teknologi informasi dan komunikasi(TIK).

Perubahan yang cepat pada masa sekarang ini disebabkan terutama oleh kemajuanteknologi. Teknologi dapat dianggap sebagai katalis perubahan, yakni membuat perubahan jadirevolusioner, sangat cepat dan intensif. Dalam dunia pendidikan dan pengetahuan, revolusi inisedang berlangsung dan berdimensi ganda, yaitu menghubungkan penelitian otak modern dengan kekuatan informasi dan pengetahuan yang dapat diakses secara cepat danmudah melalui teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology atau ICT).

Revolusi gabungan internet-komputer-World Wide Web (www)telah membentuk generasibaru dengan nilai-nilai baru, gaya pergaulan baru, budaya baru, bahkan ekonomi baru yang disebutsebagai ekonomi digital. Komunikasi dan akses informasi menjadi serba instan, cepat dan mudah,sehingga aktivitas-aktivitas seperti perdagangan dan pendidikan dapat dilakukan secara bersamaandengan sebuah komputer pribadi.


(14)

Berdasarkan hal tersebut penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menjadi kunci dalam mengembangkan kemampuan diri siswa di semua aspek kehidupan untuk meningkatkan kemampuannya agar bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Untuk itu, siswa perlu dibekali dengan kompetensi yang memadai agar bisa menjadi peserta aktif di masyarakat nantinya. Cogan (1999:8) menegaskan bahwa:

Technology is the second global trend area wich receives a great deal of attention in the media. Technological change has affected nearly every activity in wich people are engaged on a daily basis, eg, in the workplace, the home, at school, at leisure: yet it is probably the computer and electronics revolutions wich have most noticeably touched our lives directly. People are increasingly ‘online’ to the entire world with instant acces to so much information we don’t even know where to begin to sort it all out.

Pendapat tersebut menguraikan bahwa teknologi merupakan bagian dari globalisasi sehingga mayoritas kegiatan yang dilakukan manusia saat ini tidak bisa lepas dari teknologi. Termasuk mencari informasi dan terhubung dengan orang lain melalui media yang memberikan fasilitas online dengan akses yang instan dan mudah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diperlukan penyikapan yang benar terhadap kemajuan teknologi, khususnya yang berkaitan dengan sistem pendidikan melalui persiapan-persiapan nyata pada peningkatan sumber daya manusia sebagai pelaku kegiatan melalui kegiatan memanfaatkan teknologi.

Penerapan, pengembangan, dan penguasaan teknologi selalu diawali dan diiringi dengan upaya alih teknologi. Pada tahap lanjut dari upaya alih teknologi untuk mengejar ketinggalan dalam tingkat penguasaan dan pengembangan teknologi diperlukan kegiatan yang bersifat kreatif dan inovatif agar memiliki kemampuan untuk menciptakan teknologi-teknologi baru. Penerapan pengembangan dan penguasaan teknologi tidaklah mungkin dapat dicapai dengan baik, tanpa didukung dengan budaya kreatif dan inovatif dari sebagian besar masyarakat.


(15)

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Uno, dan Lamatenggo (2005:2):

Globalisasi informasi yang terjadi sekarang ini dimungkinkan oleh penggunaan media elektronik dalam mengirim dan menerima informasi melalui radio, televisi dan juga melalui jaringan internet. Efek yang dimungkinkan oleh penggunaan radio dan televisi adalah bahwa ruang dan waktu menjadi kecil, karena apa yang terjadi di belahan dunia bagian barat, sudah dapat diketahui di dunia bagian timur satu jam sesudah terjadinya peristiwa itu. Para ahli komunikasi menyebutnya sebagai gejala time-space compression atau menyusutnya ruang dan waktu.

Dari pendapat di atas sudah jelas bahwa teknologi informasi adalah salah satu kekuatan baru yang muncul pada awal abad ke-21 dengan ciri utama perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, baik dari segi sarana, prasarana, infrastruktur teknologi informasi, hardware, dan software. Penetrasi teknologi informasi ini telah menyentuh hampir semua sektor kehidupan sosial yang ada saat ini. Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat di era globalisasi saat ini tidak bisa dihindari lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. Tuntutan global menuntut dunia pendidikan untuk selalu senantiasa menyesuaikan perkembangan teknologi terhadap usaha dalam peningkatan mutu pendidikan, terutama penyesuaian penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Haryanto (2010:1) yang menyatakan bahwa:

Proses pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang perlu dirancang secara baik dan benar, agar dapat mempengaruhi peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para peserta didik menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut peserta didik berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pembelajaran.


(16)

Pendapat di atas menguraikan bahwa proses pembelajaran merupakan suatu hal yang memerlukan perencanaan terlebih dahulu secara tepat, suatu kegiatan melaksanakan kurikulum sekolah dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dan merupakan suatu upaya untuk menghantarkan para siswa menuju perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial, dengan cara pengaturan lingkungan belajar oleh guru. Lingkungan belajar yang diatur oleh guru diantaranya mencakup tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metodologi pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan komponen-komponen pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para peserta didik setelah menempuh berbagai pengalaman belajarnya (pada akhir pembelajaran). Bahan pembelajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep,prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Metodologi pembelajaran adalah metode dan teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan peserta didik agar bahan pembelajaran sampai kepadanya, sehingga peserta didik menguasai pembelajaran.

Hal senada dikemukakan oleh Sopiatin, P (2010:78) yang menyatakan bahwa:

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pelajaran dalam kurikulum sekolah yang dituangkan oleh guru ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol verbal maupun non verbal. Untuk mengefektifkan proses komunikasi dalam proses belajar mengajar diperlukan media pengajaran sebagai salah satu sumber belajar.

Pendapat di atas menegaskan bahwa di dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi dan komunikasi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Proses komunikasi tersebut yaitu penyampaian materi-materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa. Di dalam proses penyampaian materi pelajaran,


(17)

diperlukan tersedianya media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar juga untuk mempermudah proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Haryanto (2010:2), yaitu:

Dalam metodologi pembelajaran ada dua aspek penting, yakni metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran. Sebagai alat bantu pembelajaran, peran dan fungsi media pembelajaran tidak boleh diremehkan. Sebab proses pembelajaran yang berkualitas selalu menyediakan sumber belajar dan atau media pembelajaran yang kaya dan bervariasi. Media pembelajaran yang kaya dan bervariasi tidak saja membuat motivasi belajar meningkat, tetapi juga menjadikan hasil belajar lebih bermakna.

Pendapat di atas menjelaskan bahwaproses inquiri yang dilakukan oleh siswa harus didukung oleh media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru. Media dan sumber belajar tidak hanya terpaku pada buku teks yang dijadikan pegangan oleh guru. Apabila hal ini dilakukan maka informasi materi pembelajaran yang didapat sangat terbatas. Sumber materi yang terbatas, akan sulit untuk mengembangkan tema. Hal yang ideal adalah media dan sumber belajar harus memberikan kemudahan bagi siswa dalam memperoleh materi yang nantinya dapat dikembangkan dalam tema pembelajaran. Salah satu media dan sumber materi yang bisa dikembangkan adalah melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Menurut pendapat Kamarga, H (2008:475-502) bahwa:

Penggunaan TIK dalam pendidikan di Indonesia sangatlah penting. Terdapat beberapa alasan pentingnya penggunaan TIK dalam pendidikan yaitu pertama, bahwa pendidikan merupakan wahana bagi pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia yang sangat berkualitas membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Kedua, peningkatan industri memerlukan perbaikan sumber daya manusia. Untuk mencapai sumber daya manusia yang handal dibutuhkan sistem pendidikan yang baik. Agar sistem pendidikan menjadi berkualitas, maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang sangat mendukung. Ketiga, pengembangan sistem pendidikan yang berbasis tekonologi informasi akan mempercepat perluasan kesempatan dalam memperoleh pendidikan.


(18)

Dari pendapat di atas dapat terlihat bahwa media TIK sebagai salah satu sumber belajar sangatlah penting bagi pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sarana dan prasarana belajar yang memadai. Perkembangan teknologi terutama teknologi komunikasi dan teknologi informasi (ICT), yang telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan tak terkecuali pendidikan, sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk memberikan dukungan terhadap adanya tuntutan reformasi dalam sistem pendidikan. Pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK tersebut baik yang bersifat off-line maupun on-line, bisa dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berminat.

Proses pembelajaran dengan mengaplikasikan teknologi komunikasi dan teknologi informasi (ICT) sangat dibutuhkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) di Indonesia ditempatkan sebagai salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”. Kerangka sistematik Pendidikan Kewarganegaraan ini menurut Budimansyah (2008:180) dibangun atas paradigma:1). Secara kurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab, 2). Secara teoretik memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (civic knowledge, civic disposition, dan civic skills) yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara, 3). Secara programatik menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran


(19)

lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengusung pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan agar tidak monoton dan membosankan khususnya bagi siswa, maka sistem belajar konvensional di sekolah makin diyakini sebagai sistem yang sudah kurang efektif terhadap pembelajaran. Pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kenyataan tersebut akan berdampak secara langsung terhadap kompetensi kewarganegaan siswa. Hal ini terjadi karena pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak mengaitkan materi dengan realita kehidupan siswa, lebih banyak memberikan kemampuan untuk menghapal bukan untuk berfikir kreatif, kritis dan analitis, bahkan menimbulkan sikap apatis siswa dan menganggap enteng dan kurang menarik.

Di sisi lain, Branson (1999:8-25) menegaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dalam menghadapi era globalisasi hendaknya mengembangkan civic competences (kompetensi kewarganegaraan). Aspek-aspek civic competences tersebut meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic disposition).

Pendidikan kewarganegaraan dipahami sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan tersebut, pemerintah kemudian merumuskan tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum yaitu Pertama, berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Kedua, berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi. Ketiga,


(20)

berkembang secara posistif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. Keempat, berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Kurikulum Kewarganegaraan untuk SD, SLTP, SMA, 2001:12). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nuccio, A (2007).

A new model of civic education must place the student at the center of the learning process. It must use good curriculum materials that encourage critical thinking, teamwork, and interaction with classmates, teachers, parents, and the community. Teachers must receive high quality training in the use of materials and in how to collaborate with students in their own education.

Pendapat tersebut menyiratkan bahwa model baru dari pendidikan kewarganegaraan harus menempatkan siswa sebagai pusat dari proses pembelajaran. Dimana pendidikan kewarganegaraan ini harus menggunakan materi kurikulum yang baik yang bisa mendidik siswa untuk berfikir kritis, bekerjasama dengan teman, berinteraksi baik dengan teman sekelas, guru, orang tua, maupun dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Branson ( 1998:2), yaitu: “Civic education, therefore, is-or should be-a prime concern. There is no more important task than the development of an informed, effective, and responsible citizenry”. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang dapat membentuk sikap dan perilaku warganegara yang baik. Dalam sebuah negara demokrasi, civic education atau PKn seharusnya menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas yang lebih penting dari pengembangan warganegara yang bertanggung jawab, efektif dan terdidik.

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan yang harus dikuasai seorang siswa. Berdasarkan beberapa pendapat bahwa kompetensi adalah pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan siswa yang berguna untuk kehidupannya di masyarakat.


(21)

Kompetensi ini diantaranya dihasilkan dari proses pembelajara di sekolah. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan menghasilkan kompetensi kewarganegaraan. Dengan demikian kompetensi kewarganegaraan adalah pengetahuan, nilai, sikap, serta keterampilan siswa yang mendukungnya menjadi warga Negara yang partisipatif dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Salah satu upaya untuk mencapai kompetensi tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi, salah satunya penggunaan ICT sebagai media pembelajaran pada bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Hasil pengamatan sementara melalui observasi langsung ke lapangan yaitu di lingkungan SMKN 13 Bandung, sekolah tersebut merupakan sekolah bertaraf Internasional (SBI) yang menggunakan kurikulum KTSP, kurikulum kejuruan yang setara dengan kurikulum Belanda yang mana sekolah tersebut berdiri pada tahun 1946 yang dipelopori oleh Prof.C.O.Schaeffer. SMKN 13 Bandung merupakan salah satu dari banyak SMK di Indonesia yang dipotensikan sebagai sekolah berstandar nasional/internasional.Sekolah tersebut memperoleh IHT ISO Awareness dan Verifikasi Kesiapan SMK oleh Konsultan dari Dikmenjur sehingga kini dapat menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000.

Sarana dan prasarana yang tersedia di SMKN 13 Bandung untuk menunjang proses pembelajaran sudah sangat memadai. Bahkan sebagian besar kegiatan yang dilaksanakan di sekolah tersebut baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun yang menyangkut masalah administratif sudah menggunakan internet dengan sistem WAN dan LAN (Local Area Network) yang terhubung untuk seluruh akses komputer di SMKN 13 Bandung.

Penggunaan teknologi di SMKN 13 Bandung sudah di laksanakan hampir di semua kegiatan tidak terkecuali yang menyangkut kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal tersebut didukung dengan penyediaan tiap ruang kelas yang dilengkapi fasilitas teknologi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar seperti komputer, infokus, serta


(22)

internet. Guru dan siswa di SMKN 13 Bandung dituntut untuk bisa menguasai ICT. Terutama guru sebagai fasilitator di kelas dalam menyampaikan materi terhadap siswa, wajib untuk menggunakan media ICT sebagai salah satu penunjang keberhasilan di dalam proses pembelajaran. Selain itu beberapa guru di SMKN 13 Bandung telah melaksanakan pembelajaran dengan sistem E Learning yang di dalamnya termuat banyak hal seperti: materi pelajaran, pemberitahuan dan pengerjaan tugas, jadwal ujian, berita, artikel, bahkan ujian yang dilakukan dengan sistem on line.

Penggunaan ICT di SMKN 13 menjadi hal yang wajib bagi guru dan siswa, penggunaan media ini tidak hanya terbatas pada penggunaan fasilitas komputer seperti infokus saja, tetapi juga padapenggunaan media kaset audio interaktif, televisi, atau alat perekam dalam kegiatan belajar-mengajar. Lebih khususnya menindaklanjuti fasilitas internet yang tersedia di SMKN 13 Bandung maka pembelajaran dilakukan dengan kegiatan online berupa penggunaan internet untuk mencari bahan pembelajaran, mengirim email, forum diskusi, atau melakukan presentasi web.

Dengan pemanfaatan teknologi terjadilah efisiensi, dalam arti lain bahwa guru masih mempunyai waktu yang tersisa dari yang disediakan. Waktu yang tersisa ini merupakan nilai tambah yang dihasilkan melalui pemanfaatan teknologi. Dalam kaitan ini, guru dapat menggunakan waktu yang tersisa untuk membimbing para siswanya mengerjakan soal-soal latihan atau untuk berdiskusi sehingga pada akhirnya akan memberikan implikasi pada peningkatan hasil prestasi belajar para siswa.

Pemanfaatan ICT ini secara umum bertujuan menghubungkan murid-murid dengan jaringan pengetahuan dan informasi. Selain itu mengembangkan sikap dan kemampuan murid-murid untuk belajar sepanjang hidup (life-longeducation), meningkatkan kinerja guru dalam bidang ICT. Pada akhirnya akan mengubah sekolah menjadi institusi pembelajaran yang kreatif dan dinamis dengan menjadikan murid-murid sebagai pembelajar yang lebih termotivasi, selalu ingin tahu, dan kreatif.


(23)

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka pemanfaatan ICT ini adalah dengan menyediakan sarana prasarana dan fasilitas TIK untuk murid dan guru yang memungkinkan mereka mengakses informasi, mendorong pemain kunci dalam sistem sekolah dalam menjalankan peran baru mereka. Di samping itu juga, sekolah mengintegrasikan TIK dalam pendidikan sekolah melalui kurikulum yang sesuai dengan dukungan sumberdaya dan mendorong tumbuhnya lingkungan berbasis komunitas yang kondusif terhadap manajemen perubahan. Namun hal yang tak kalah penting dalam pemanfaatan ICT adalah kemampuan atau kompetensi pelaksana dalam memanfaatkan ICT yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi dan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran.

Melihat betapa pentingnya pemanfaatan media ICT dalam menunjang keberhasilan tujuan pendidikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan merumuskan judul: “Pembelajaran PKn Berbasis Media ICT dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa di SMKN 13 Bandung”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

a. Pemanfaatan media ICT dapat meningkatkan kompetensi guru dalam memanfaatkan media ICT, khususnya berkaitan dengan pembelajaran.

b. Pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran merupakan salah satu upaya peningkatan kemampuan siswa dalam memanfaatkan media ICT.

c. Pemanfaatan media ICT akan optimal dan berjalan dengan baik jika sarana prasarana dan lingkungan yang menyediakan segala kebutuhan berkaitan dengan media ICT dapat disediakan pihak sekolah.


(24)

d. Belum adanya sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta media elektronik secara optimal disekolah, sehingga pembelajaran yang ada masih konvensional dan monoton. Maka pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran semestinya dilaksanakan dalam setiap pembelajaran pada seluruh mata pelajaran.

e. Pembelajaran PKn yang konvensial kurang menarik bagi siswa sehingga kompetensi kewarganegaraan yang diharapkan kurang tercapai, penggunaan media ICT dapat menarik minat dan perhatian siswa sehingga akan berdampak pada perubahan kompetensi kewarganegaraan siswa.

f. Pada pelaksanaannya pemanfaatan media ICT tentu tidak akan terlepas dari kendala dan hambatan, maka dalam pembelajaran yang memanfaatkan media ICT selayaknya dilakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah berlangsung.

2. Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini agar ruang lingkupnya tidak terlalu luas dan memiliki arah yang jelas sehingga memudahkan penelitian, maka penulis membuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kompetensi yang harus dimiliki oleh guru untuk memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN?

b. Bagaimana kemampuan siswa untuk memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN?

c. Bagaimana lingkungan/sarana prasarana sebagai penunjang untuk memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN?

d. Bagaimana proses pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKN? 1) Perencanaan pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT. 2) Pelaksanaan pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT.


(25)

3) Evaluasi pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT.

e. Bagaimana kompetensi kewarganegaraan siswa setelah memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN?

f. Bagaimana hambatan yang dihadapi pada saat memanfaatkan media ICT dan upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasinya?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKN untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa di SMKN 13 Bandung.

2. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan masalah-masalah sebagai berikut:

1) Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru untuk memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN.

2) Kemampuan siswa untuk memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN. 3) Lingkungan/sarana prasarana sebagai penunjang untuk memanfaatkan media ICT

dalam pembelajaran PKN.

4) Proses pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKN.

a. Perencanaan pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT. b. Pelaksanaan pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT. c. Evaluasi pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT.

5) Kompetensi kewarganegaraan siswa setelah memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN.


(26)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara keilmuan (teoritis) maupun empirik (praktis). Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini akan memperkuat landasan dimensi pendidikan kewarganegaraan yang terdiri atas civic knowledge, civic skills dan civic disposition diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari serta bermanfaat antara lain:

1. Memberikan pengaruh yang berdaya guna secara teoritis, metodologis, dan empiris bagi kepentingan akademis dalam Pendidikan Kewarganegaraan terutama bagi pemecahan masalah-masalah kewarganegaraan..

2. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian lebih lanjut khususnya bagi pengembangan pendidikan kewarganegaraan.

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk dijadikan: 1. Sebagai sumber referensi mengenai pemanfaatan media ICT dalam

pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran PKn.

2. Sebagai bahan referensi bagi guru dalam meningkatan kompetensi dan kinerja diri melalui pemanfaatan ICT dalam pembelajaran.

3. Pengalaman dan pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa sehingga mampu penyerap materi lebih dalam serta menambah wawasan.

4. Meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa melalui pemanfaatan media ICT


(27)

Tesis ini di susun ke dalam beberapa bab. Bab I meliputi bagaimana kajian terhadap latar belakang dimunculkannya permasalahan dalam penelitian yang diuraikan dalam Latar Belakang Penelitian. Kemudian bagaimana identifikasi terhadap masalah serta pertanyaan-pertanyaan yang harus dibuktikan kebenarannya yang diuraikan dalam bagianPerumusan Masalah. Selanjutnya dalam bab I diuraikan Tujuan dan Manfaat Penelitian untuk melihat sejauhmana penelitian memiliki tujuan dan manfaat yang akan didapatkan setelah penelitian dilakukan. Bagian berikutnya pada bab I yaitu Struktur Organisasi Tesis yang berisi rincian mengenai urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam tesis mulai bab 1-terakhir.

Bab II pada penelitian ini berisi penguraian mengenai kajian teoritis yang mendukung terhadap penelitian yang terdiri dari beberapa rincian. Yaitu terdiri dari pengertian media pembelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Media ICT dalam Pembelajaran PKN.

Bab III merupakan bagian yang menguraikan metode penelitian, pada bab ini di uraikan mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, pendekatan dan metode penelitian, penjelasan istilah, instrumen penelitian, uji validitas data penelitian, teknik pengumpulan data dan prosedur penelitian.

SelanjutnyaBab IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasannya, bab ini terdiri dari deskripsi lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian, analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V memaparkan hasil penelitian secara keseluruhan melalui rincian lebih ringkas yang terangkum dalam Kesimpulan dan Rekomendasi.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian iniadalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 13 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta Km. 10 Jati Sari/Bandung, Buah Batu, Kota Bandung 40286 dengan pertimbangan bahwa berdasarkan pengamatan awal ke SMKN 13 Bandung fasilatas ICT yang digunakan cukup memadai dan seringkali dipergunakan secara rutin.

2. Subjek Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini tergolong penelitian kualitatif, dimana subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposif bertalian dengan tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Creswell (2010 :266) bahwa partisipan dan lokasi penelitian itu dipilih secara sengaja dan penuh perencanaan, penelitian yang dapat membantu peneliti memahami masalah penelitian.

Agar memperoleh informasi yang valid dan bertalian, maka yang menjadi subjek penelitiannya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Informan Jumlah

1. Kepala Sekolah 1 orang

3. Guru PKn 3 orang

4. Peserta Didik kelas XI dan X 40 orang


(29)

Sumber : hasil olah data peneli B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membuat suatu desain penelitian sebagai gambaran tahapan-tahapan penelitian yang akan ditempuh oleh peneliti. Adapun tahapan-tahapan tersebut terdapat pada gambar di bawah ini:

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Studi Pendahuluan Penentuan Masalah Studi Empiris

Identifikasi Masalah

Analisis

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data Penyusunan Instrumen/ Pedoman wawancara Kajian Pustaka

Perumusan Hasil dan Kesimpulan Penelitian


(30)

C. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah metode atau cara mengadakan penelitian (Arikunto, 2002:23). Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, di mana dalam proses penelitian yang digunakan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti untuk menemukan solusi dalam permasalahan tersebut. Alasan memilih pendekatan kualitatif karena hal ini berkaitan dengan konsep judul dan rumusan masalah yang dikemukakan pada pendahuluan yang telah dipaparkan sebelumnya.

Menurut Bogdan dan Taylor (1992:29-32) bahwa maksud dari penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Cresswell (1994:15) yang mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Qualitatif research is an inquairy process of understanding based on distinctmethodological tradition of inquiry that explore a sosial or human problem. The researcher build a complex, holistic picture, analysis words, report detailed views on informants, and conducts teh study in a natural cetting.

Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong (2004:131) yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan, manusia, kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”.

Dari pendapat di atas jelas bahwa penelitian kualitatif didasarkan pada tradisi metodologi penelitian dengan cara mengamati masalah sosial atau yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan. Peneliti membuat gambaran yang kompleks, gambaran secara menyeluruh, menganalisis kata-kata, melaporkan


(31)

pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi yang alamiah artinya tanpa ada rekayasa.

Dalam hal ini peneliti bisa mendapatkan data yang akurat dan otentik dikarenakan peneliti bertemu langsung dengan informan sehingga bisa secara langsung mewawancarai dan berdialog dengan informan. Peneliti memilih pendekatan ini karena ingin mengetahui secara langsung dan mendalam mengenai pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran pkn untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa di SMKN 13 Bandung. Dari penelitian ini diharapakan dapat dikumpulkan data sebanyak mungkin dengan tidak mengesampingkan keakuratan data yang diperoleh.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang dan memusatkan pada masalah sosial aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (1998 : 63) yang menyatakan bahwa :

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Metode deskriptif semata-mata menerangkan atau mendeskripsikan kenyataan sosial tertentu dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel penelitian. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik maka untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya dilakukan dengan cara mendalam artinya melalui berbagai teknis yang disusun secara sitematis serta dicari informasi selengkapnya untuk tujuan pengumpulan data hasil penelitian yang lebih sempurna.


(32)

Alasan peneliti melakukan penelitian dengan studi deskripstif, hal ini karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh, bukan untuk menguji hipotesis akan tetapi berusaha untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang bagaimana pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa. Karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Sebagaimana dikemukakan Moleong (2000:103) bahwa “bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrument utama karena ia menjadi segala bagi proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan akhirnya ia menjadi pelapor penelitian”.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep utama, diantaranya media pembelajaran,media pembelajaran ICT, pendidikan kewarganegaraan, dan kompetensi kewarganegaraan.

1. Pembelajaran PKn Berbasis Media ICT

Pembelajaran PKn berbasis media ICT adalah proses pembelajaran yang menggunakan atau memanfaatkan media ICT baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Adapun yang menjadi fokus utama dalam pembelajaran PKn berbasis media ICT adalah:

a. Kompetensi yang dimiliki guru dalam memanfaatkan media ICT b. Kemampuan siswa dalam memanfaatkan media ICT

c. Lingkungan sarana/prasarana yang menunjang dalam memanfaatkan media ICT

d. Kompetensi kewarganegaraan siswa setelah memanfaatkan media ICT e. Hambatan pada saat memanfaatkan media ICT dan cara

menanggulanginya


(33)

Yang dimaksud dengan kompetensi kewarganegaraan adalah sikap, tindakan yang cerdas dan penuh tanggung jawab yang diharapkan dari seorang warga negarayang berhubungan dengan negara dan dapat memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Branson dalam (Wuryan dan Syaifullah, 2008: 78) menjelaskan bahwa kompetensi kewarganegaraan teruraikan sebagai berikut:

Cakupan civicknowledgemeliputipengetahuantentangsistempolitik, pemerintahan,konstitusi,undang-undang,hakdankewajibanwarganegara, dansebagainya.Sementaracivicskillmencakupketerampilanintelektual, sosialdanpsikomotorik.Sedangkancivicdispositionsmencakupsifat karakterpribadiwarganegarayangmanameliputitanggungjawabmoral, disiplindiridanhormatterhadapmartabatsetiapmanusia,kemudiansifat

karakterpublikmeliputikepeduliansebagaiwarganegara, kesopanan, hormat terhadapaturan(ruleofthelaw),berpikirkritis,dankemauanuntuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen utama sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2003:9) menyatakan bahwa peneliti adalah “key instrument” atau alat penelitian utama. Dialah yang mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur, sering hanya menggunakan buku catatan. Ia tidak menggunakan alat-alat seperti test atau angket seperti yang lazim digunakan dalam penelitian kuantitatif. Hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam atau kamera, peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian.

Hal tersebut diperkuat oleh Creswell (2010:264) bahwa dalam deskriptif kualitatif peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus menerus dengan para partisipan. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah


(34)

penulis sendiri yang langsung terjun ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan antarmanusia, dimana selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak mengadakan kontak langsung dengan orang-orang di sekitar lingkungan penelitian yaitu di SMK Negeri 13 Bandung. Dengan demikian peneliti akan lebih leluasa mencari informasidan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk penelitian.

F. Uji Validitas Data Penelitian

Penelitian kualitatif seringkali diragukan terutama dalam hal kesahihan data (validitas data). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pengecekan validitas data melalui “derajat keterpercayaan (credibility), keteralihan (tranferbility), ketergantungan (defendebility), dan kepastian (confirmabality)” (Satori dan Komariah, 2011:164).

1. Keterpercayaan (Credibility/validitas Internal)

Salah satu pengecekan validitas data yaitu kredibilitas atau keterpercayaan. Kredibilitas adalah adalah “ukuran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian (Satori dan Komariah, 2011:165)”. Untuk memenuhi kredibilitas data penelitian ini, maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya dalam rencana penelitian tesis ini. Cara-cara yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Memperpanjang Masa Observasi

Agar penelitian ini dipercaya, maka peneliti perlu memperpanjang observasi atau pengamatan. Peneliti harus cukup waktu untuk benar-benar mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang di sana, mengenal kebudayaan lingkungan dan mencheck kebenaran informasi. Lingkungan, orang-orang, dan perilaku dalam penelitian ini, yaitu SMK Negeri 13 Bandung dengan segala proses interaksinya, khususnya yang berhubungan dengan maksud penelitian yaitu pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran.


(35)

b. Pengamatan Terus-Menerus

Pengamatan terus-menerus dilakukan agar penelitian ini dapat dipercaya, dengan pengamatan terus-menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu lebih cermat, terinci, dan mendalam. Apa saja harus dianggapnya penting. Lambat laun akan dapat membedakan hal-hal yang bermakna untuk memahami gejala tertentu.

Maksudnya agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tinggi, maka dalam penelitian ini harus mengamati setiap perkembangan yang terjadi pada subjek penelitian.

c. Trianggulasi

Data atau informasi dari satu pihak harus dicek kebenaran dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tujuan trianggulasi yaitu menchek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan sering dengan menggunakan metode yang berlainan. Cara demikian untuk menghindari subjektifitas yang tinggi.

d. Peer Debriefing (Diskusi dengan Teman Sejawat)

Peer debriefing maksudnya bahwa penelitian ini didiskusikan dengan orang lain terutama dengan teman sejawat posisinya dengan peneliti untuk menerima masukan berupa pandangan-pandangan yang objektif dalam memperkuat penelitian yang ada. Moleong (Satori dan Komariah, 2011:172) mengungkapkan bahwa “diskusi dengan teman sejawat akan menghasilkan: (1) pandangan kritis terhadap hasil penelitian; (2) temuan teori substantif; (3) membantu mengembangkan langkah berikutnya; (4) pandangan lain sebagai pembanding”.

e. Menggunakan Bahan Referensi

Penelitian ini menggunakan bahan referensi yaitu bahan dokumentasi, hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang


(36)

diambil dengan cara yang tidak menganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi data yang diperlukan dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

2. Keteralihan (Tranferbility/Validitas eksternal)

Salah satu pengecekan validitas data yaitu dengan transferbilitas atau keteralihan. Transferbilitas menurut Satori dan Komariah (2011:165) bahwa “berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil atau pada setting sosial yang berbeda dengan karakteristik yang hampir sama”.

Terkait dengan penelitian ini, untuk mendapatkan derajat transferbilitas yang tinggi maka peneliti akan berupaya mengangkat makna-makna esensialdalam permasalahan penelitian, melakukan refleksi, dan telaah kritis tentang masalah pokok penelitian ini, yaitu bagaimana pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa, secara jelas, rinci, sistematis, dan dapat dipercaya, sehingga penelitian ini dapat dipahami dan digunakan disituasi dan tempat yang lain.

3. Kebergantungan (Defendability/Reliabilitas)

Salah satu pengecekan validitas data yaitu defendability atau kebergantungan. Defendability menurut istilah konvensional disebut “reliability” atau reliabilitas. Menurut Stainback (Satori dan Komariah, 2011:166) bahwa “reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan”.

Untuk mencapai derajat reliabilitas yang tinggi, maka dibutuhkan alat yang reliable dalam memperoleh data yang valid. Alat tersebut adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai instrumen utama (key instrument). Dengan demikian, peneliti terjun langsung ke lapangan guna mendapatkan data secara langsung dalam situasi yang alamiah (natural cetting).


(37)

Salah satu pengecekan validitas data yaitu confirmability. Satori dan Komariah (2011:166) mengungkapkan bahwa:

Confirmabilitas berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Hasil penelitian dikatakan memiliki derajat objektifitas yang tinggi apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti dan penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang.

Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat menjaga kebenaran dan objektifitas, maka peneliti akan berusaha mendapatkan kepastian artinya jejak yang dapat dilacak. Dalam pengertian ini artinya pemeriksaan keseluruhan proses penelitian. Dalam rangka penulisan tesis ini comfirmabilty dilakukan oleh pembimbing. Pembimbing berkewajiban untuk memeriksa proses penelitian serta taraf kebenaran data serta tafsirannya. Cara ini dilakukan untuk mengetahui apakah laporan penelitian ini sesuai dengan data yang dikumpulkan atau tidak, untuk menjamin kebenaran sebuah penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Faisal, S dalam Sugiyono (2010:64) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, antara lain sebagai berikut:

a. Observasi partisipan (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam aktivitas orang-orang yang sedang diamati. b. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan

secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya rambu-rambu pengamatan.

c. Observasi terus terang atau tersamar, dalam penelitian ini peneliti secara terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Dengan demikian pihak yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir penelitian tentang aktivitas peneliti.

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data


(38)

penelitian.Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Menurut Creswell (2010:267) bahwa “observasi yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah observasi yang didalamnya peneliti turun langsung ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas-aktivitas individu-individu di lokasi penelitian”. Maksudnya dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan menyajikan secara realistik informasi tentang pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan.

Data yang dikumpulkan melalui observasi adalah kegiatan dan proses pelaksanaan pemanfaatan media ICT yang dilakukan oleh guru, baik penggunaan media ICT di dalam kelas maupun di luar kelas seperti melalui media internet. Subjek penelitian pada kegiatan observasi adalah guru PKn yang mengajar di kelas X dan XI SMK Negeri 13 Bandung.

2. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab melalui tatap muka secara langsung. Pada penelitian ini teknik wawancara mendalam merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan. Pertama dengan wawancara peneliti dapat menggali secara mendalam mengenai subjek penelitian. Kedua pertanyaan yang ditanyakan kepada narasumber bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, sekarang, dan masa yang akan mendatang.

Teknik wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Satori


(39)

dan Komariah (2011:130) bahwa “wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab”.

Wawancara harus dilakukan oleh peneliti kepada subjek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Seorang peneliti dapat menggunakan wawancara sesuai dengan kondisi subjek yang terlibat dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan yang memadai dan mengetahui informasi yang dibutuhkan agar memperoleh data yang digunakan untuk menjawab fokus penelitian.

Data yang dikumpulkan melalui kegiatan wawancara adalah data keseluruhan isi penelitian meliputi: kompetensi guru dalam memanfaatkan media ICT pada pembelajaran, kemampuan siswa dalam memanfaatkan media ICT, sarana prasarana dan lingkungan pendukung, proses pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan media ICT, hambatan dalam pelaksanaan pemanfaatan media ICT, serta hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan media ICT.

Subjek penelitian pada kegiatan wawancara adalah 3 orang guru PKN SMK Negeri 13 Bandung, Wakil Kepala Sekolah bidang Pengembangan SDM, serta siswa-siswi kelas X dan XI SMK Negeri 13 Bandung.

3. Studi Dokumentasi

Creswell (2010:269-270) mengemukakan bahwa “pengumpulan data dalam penelitian dilakukan melalui dokumen publik, dokumen privat, dan materi audio visual”. Dokumen publik yang dimaksud adalah koran, majalah, dan laporan kantor. Dokumen privat yang dimaksud yaitu buku harian, diary, surat, dan email. Sedangkan dokumen materi audio visual yakni foto, objek-objek, seni, video, tape atau segala jenis suara (bunyi).

Pemilihan teknik ini dilandasi oleh pemikiran bahwa selain data diperoleh dari sumber lisan, namun untuk meyakinkan secara faktual maka sumber data secara lisan dapat dilengkapi oleh data pendukung seperti tulisan, suara (video),


(40)

dan gambar atau foto. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara.

Data yang dikumpulkan pada kegiatan dokumentasi adalah seluruh dokumen pada setiap kegiatan penelitian, meliputi: dokumen kegiatan pembelajaran di dalam kelas dengan memanfaatkan media ICT dengan subjek penelitian guru PKn dan siswa kelas XII, dokumen/bukti pelaksanaan wawancara penelitian dengan subjek penelitian 3 orang guru PKN SMK Negeri 13 Bandung, Wakil Kepala Sekolah bidang Pengembangan SDM, serta siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 13 Bandung. Serta dokumen seluruh fasilitas/sarana dan prasarana di SMK Negeri 13 yang berkaitan dengan media ICT.

4. Studi Literatur

Satori dan Komariah (2011:147) mengemukakan bahwa “literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan secara rutin ataupun berkala”. Lebih lanjut menurut Green (Satori dan Komariah, 2011:152) bahwa:

Suatu literatur menjadi dokumen kajian dalam studi literatur karena memiliki kriteria yang relevan dengan fokus kajian, yang dimaksud relevan adalah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi. Dokumen dinilai relevan (relevance) bila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama, atau berhubungan dengan subjek yang diteliti (topical relevance).

Studi literatur dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, menganalisis, dan memahami buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara teoritis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh dan sebagai penunjang kenyataan yang berlaku pada penelitian.Data yang dikumpulkan melalui studi litelatur adalah teori pendukung yang disimpulkan dan dikaitkan dengan kegiatan penelitian.


(41)

Data angket diolah berdasarkan instrumen yang disebarkan. Teknik pengolahan data angket adalah dengan mengecek jumlah lembar jawaban angket, menghitung angket, memeriksa kelengkapan angket, memeriksa kebenaran angket, dan tabulasi data.

Tabulasi data juga digunakan untuk melihat perbandingan besar kecilnya frekuensi jawaban dalam angket yang dihitung dalam jumlah persentase, karena jumlah jawaban pada setiap angket berbeda. Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Ali, M dalam Suharsimi (2004:184) bahwa rumus untuk menghitung persentase adalah:

Keterangan :

P =Persentase (jumlah persentase yang dicari) f = Frekuensi jawaban responden

n = Jumlah responden 100% = Bilangan tetap

Data yang dikumpulkan melalui angket adalah persentase jumlah jawaban dan pilihan yang dipilih responden sesuai dengan jawaban yang tersedia. Subjek pada pengumpulan angket adalah siswa-siswi kelas X dan XI SMK Negeri 13 Bandung sejumlah 40 orang.

H. Prosedur Penelitian

Yang dimaksud dengan prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun tahapan-tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Pra-Penelitian

Tahap pra-penelitian merupakan langkah awal dalam sebuah penelitian. Diantaranya memilih masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan menyesuaikan keperluan dan demi kepentingan masalah yang akan diteliti. Setelah masalah dan judul penelitian telah disetujui oleh pembimbing, maka langkah selanjutnya peneliti melakukan studi pendahuluan guna memperoleh


(42)

gambaran awal tentang subjek yang akan diteliti. Setelah memperoleh gambaran subjek yang akan diteliti dan masalah yang relevan dengan kondisi objektif di lapangan, selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus menempuh prosedur perizinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Progran Studi Pendidikan Kewarganegaraan Pascasarjana, selanjutnya diteruskan kepada Asisten Direktur I untuk mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis. b. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat

permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala SMK Negeri 13 Bandung.

c. Kepala SMK Negeri 13 Bandung mengeluarkan surat Rekomendasi izin untuk disampaikan kepada pihak yang terkait dengan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap pra penelitian selesai dilakukan, maka penulis mulai terjun ke lapangan untuk memulai penelitian dengan cara mengumpulkan data dari informan atau subjek yang terkait, dan juga mengumpulkan hasil observasi di lapangan. Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menghubungi Kepala SMK Negeri 13 Bandung untuk meminta izin mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpinnya, serta untuk melakukan wawancara

b. Menghubungi Guru PKn di SMK Negeri 13 Bandung untuk mengadakan wawancara.

c. Menghubungi para Peserta didik SMK Negeri 13 Bandung untuk mengadakan wawancara.


(43)

d. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang diperlukan yang dianggap berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

e. Memperhatikan dan mengikuti kegiatan yang terkait dengan masalah yang akan diteliti

Setelah tahapan-tahapan tersebut dilaksanakan, maka penulis menuliskan kembali data yang terkumpul kedalam catatan lapangan dengan tujuan agar penulis dapat mengungkapkan data yang telah terkumpul secara terperinci. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung oleh dokumen lainnya.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Dalam penelitian ini, pengolahan data dan analisis melalui proses menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari informan melalui hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.

Proses analisis data kualitatif mencakup penggalian makna yang ada didalam data tertulis maupun gambar. Proses ini meliputi persiapan analisis data, menyajikan data, penggalian makna yang mendalam terhadap data, menyajikan data, dan membuat interpretasi yang lebih luas tentang makna data (Creswell, 2010:190).

Analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi terhadap data “kasar” yang diperoleh darai catatan lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang bertujuan untuk menajamkan, mengelompokkan, memfokuskan, pembuangan yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data untuk memperoleh kesimpulan final. Penyajian data dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dalam suatu kesatuan bentuk yang disederhanakan, selektif dalam konfigurasi yang mudah


(44)

dipakai sehingga memberi kemungkinan adanya pengambilan keputusan. Setelah data tersaji secara baik dan terorganisasi maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Proses pengumpulan dan analisis data (termasuk penulisan laporan) merupakan proses yang simultan dalam penelitian kualitatif. Pada saat pengumpulan data peneliti dapat langsung melakukan analisis informasi yang terkandung dalam data untuk menemukan gagasan pokok. Proses ini juga dapat bersifat interaktif, dimana pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan secara bolak-balik dan seterusnya. Peneliti dapat melakukan wawancara ulang terhadap individu apabila terjadi kekurangan data atau terjadi kesimpangsiuran data (Creswell, 2010:244-245).

Berkaitan dengan pengolahan data, karena perhitungan angket hanya untuk menghitung jumlah persentase, maka untuk data kuantitatif deskripstif pada perhitungan angket, digunakan rumus oleh Ali, M dalam Arikunto (2004:184) untuk menghitung persentase adalah:

Keterangan :

P =Persentase (jumlah persentase yang dicari) f = Frekuensi jawaban responden

n = Jumlah responden 100% = Bilangan tetap

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Reduksi Data

Dalam penelitian ini aspek yang direduksi adalah Bagaimana Pemanfaatan Media ICT dalam Pembelajaran PKn untuk Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa, yang meliputi:

1) Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru untuk memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN.


(45)

2) Kemampuan siswa untuk memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN.

3) Lingkungan/ sarana prasarana sebagai penunjang untuk memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN.

4) Proses pemanfaatan media ICT dalam pembelajaran PKN.

a. Perencanaan pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT. b. Pelaksanaan pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT. c. Evaluasi pembelajaran PKN dengan memanfaatkan media ICT.

5) Kompetensi kewarganegaraan siswa setelah memanfaatkan media ICT dalam pembelajaran PKN.

6) Hambatan dalam memanfaatkan media ICT dan upaya penanggulangannya.

b. Display Data

Setelah informasi dan data yang diperoleh dari lapangan direduksi, selanjutnya penulis melakukan display data, yakni menyajikan data secara singkat dan jelas. Hal ini dimaksudkan agar dapat melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian tersebut.

c. Kesimpulan/Verifikasi

Sebagai langkah akhir dari proses pengolahan dan analisis data adalah penarikan kesimpulan yang dimaksudkan untuk mencari makna, arti, penjelasan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Penyusunan kesimpulan ini dilakukan secara singkat dan jelas agar memudahkan bagi berbagai pihak untuk memahaminya.

Dengan demikian secara umum proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data dirangkum, direduksi dan disesuaikan dengan masalah pokok penelitian, selanjutnya data analisis dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik sebagai berikut:


(46)

1) Data yang diperoleh disesuaikan dengan data pendukung lainnya untuk mengungkapkan permasalahan secara tepat.

2) Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritisi ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

3) Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif masalah pokok penelitian.


(1)

Ella Dewi Latifah, 2013

Pembelajaran PKN Berbasis Media ICT Dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa Di SMK Negeri 13 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ali, Dharma. (2004). Manajemen Supervisi. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Arifin, D dan Arifin P. (2010). Menuju Guru Profesional. Bandung: Pustaka

Al-Kasyaf.

Arikunto. Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2004). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta: PT Bima Aksara.

Arsyad, Azhar. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Branson (1999). (Terjemahan Syaripudin, dkk). Belajar "Civic Education" dari

Amerika. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS).

Budimansyah, D. (2008). Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen). Jurnal Acta Civicus, l, (2),179-198.

Budimansyah, D. (2009). Membangun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi dan Gerakan Demokratisasi: Reposisi Peran PKn, Pidato Pengukuhan Guru Besar FPIPS UPI.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidiknn Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Cogan, J.J. (1999). Developing the Civic Society: The Role of Civic Education. Bandung:CICED.

Creswell, John. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djahiri, A.K. (1996). Menelusuri Dunia Afektif. Bandung: Lab. Pengajaran PMP IKIP Bandung.

Djamarah dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rhineka Cipta.


(2)

Ella Dewi Latifah, 2013

Pembelajaran PKN Berbasis Media ICT Dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa Di SMK Negeri 13 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dryden, G. & Vos, J. (2003). Revolusi cara belajar (The leaming revolution). Bandung: Kaifa.

Erwin, Y. (2011). Pengertian, Manfaat, Jenis-Jenis dan Pemilihan Media Pembelajaran

Gagne, R.M. (Ed.). 1987. Instructional Technology: Foundations. Hillsdale : Lawrence Erlmaum Associates, Publishers.

Hadi, Sutrisno. (2000). MetodologyResearch 2. Yogyakarta.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. (Cetakan ke-7). Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.

Haryanto. (2010). Kajian Konseptual Media Pembelajaran. Universitas Negeri Yogyakarta: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan.

Ibrahim, H. 1997. Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan, klasifikasi, pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan penulisan naskahslide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajarIII-IV.

Kamarga,”Pembentukan Sikap dan PerilakuBerbasis Teknologi Informasi Melalui Pembelajaran Blended dan E-Learning”, dalam Nana Supriatna & Erlina Wiyanarti, (2008), Sejarah dalam Keragaman Penghormatan Kepada Prof. Helius Sjamsuddin, Ph.D.,MA, Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia, hlm. 475-502.

Komalasari. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Latuheru, J.D. 1993. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar-Mengajar Kini. Ujung Pandang : Penerbit IKIP Ujung Pandang.

Moleong, J.Lexy. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosda Karya.

Nasution, S. (2004). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


(3)

Ella Dewi Latifah, 2013

Pembelajaran PKN Berbasis Media ICT Dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa Di SMK Negeri 13 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prasetyo, Irawan. 1997. Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar, Jakarta: Depdikbud

Quigley, C.N., Buchanan, Jr.H., Bachmueller, C.F. (1991). Civitas: A Frame Work for Civic Education. Calabasas: Center for Civic Education.

Sahid. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT. Jurusan Pendidikan Matematika: FMIPA UNY.

Santyasa, I. Wayan. (2007). Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Universitas Pendidikan Ganesha:Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA.

Satori, Djam'an dan Aan Komariah. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Soekartawi. (2003). Merancang dan Menyelenggarakan e-Learning: Buku Bacaan bagi Penyelenggara Pendidikan dan Mahasiswa Jurusan Kependidikan. Yogyakarta: Ardana Media

Somantri, N. (1976). Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga.

Sopiatin, P. (2010). Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Ghalia lndonesia.

Sudjana, N. dan Rifa’i, A. (1990). Media Pembelajaran. Bandung : Penerbit C.V. Sinar Baru Bandung.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rhineka Cipta.

Suryadi, Ace. (2007). Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran.Universitas Krisnadipayana.

Wahab, A.A dan Sapriya. (2011). Teoridan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:Alfabeta.


(4)

Ella Dewi Latifah, 2013

Pembelajaran PKN Berbasis Media ICT Dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa Di SMK Negeri 13 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Winataputra dan Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional (Konteks, Teori dan Profil Pembelajaran). Bandung:Widya Aksara Press.

Winataputra, U.S. (2012). Pendidiknn Kewarganegaraan dalam Perspektif Pendidikan untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Bandung:Widya Aksara Press.

Jurnal

Amin, Ph.D, Syed Noor-Ul. An Effective use of ICT for Education and Learning by Drawing on Worldwide Knowledge, Research, and Experience: ICT as a Change Agent for Educalion Research Scholar Department Of Education, University Of Kashmir .

Berlo K, David. 1960. The Process of Communication, An introduction in Theory and Practice (New York, Chicago: by Halt, Rinehard and Winston, Inc. Bogdan, C. Robert dan Taylor, S.J. (1992). Qualitative Research for Education:

An Introduction to Theory and Methods. Boston:Allyn and Bacon Inc. Criticos, C. (1996). Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International

Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New York: Elsevie Science, Inc.

Gerlach, V.G. dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media. A. Systematic Approach. Englewood Cliffs: Prentice-Hill, Inc.

Heinich, R., Molenda M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. (2002). Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Ilomäki, Liisa. (2008). The effects of ICT on school: teachers' and students' perspectives. Department of Teacher Education; University of Turku Krisnadi, Elang. (2009). Rancangan Materi Pembelajaran Berbasis ICT. disajikan

dalam Workshop Pengembangan Materi Pembelajaran Berbasis ICT di FMIPA UNY pada tanggal 6 Agustus 2009.


(5)

Ella Dewi Latifah, 2013

Pembelajaran PKN Berbasis Media ICT Dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa Di SMK Negeri 13 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Noor-Ul-Amin, Ph.D, Syed. (2010). An Effective use of ICT for Education and Learning by Drawing on Worldwide Knowledge, Research, and Experience: ICT as a Change Agent for Education. Department Of Education, University Of Kashmir

Nugroho, Ariyawan Agung. (2008). Pemanfaatan E-Learning Sebagai Salah Satu Bentuk Penerapan TIK dalam Proses Pembelajaran

Internet

Anonym. Artikel: pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media pembelajaran. http://www.google.com

Haddad, Wadi D. (2005). Technology and Teacher Education: Making the Connection.

http://www.techknologia.org/TKL_active_pages2/Currentrticles/main.asp? IssuesNumber=18&FileType=PDF&ArticleID=434

Jubaedah, Yoyoh. (2011). Artikel: Kedudukan Media dalam Proses Belajar Mengajar.http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTE RAAN_KELUARGA/196507081991032YOYOH_JUBAEDAH/Materi_P erkuliahan_Media_Pembelajaran.pdf

Karsenti, Thierry. (2005). From Blackboard to Mouse Pad: A Case Study of the Effectiveness of E-Learning and Technology in Teacher Education Programs.

http://www.Techknowlogia.org/TKL_active_pages2/CurrentArticles/main. asp?IssueNumber=18&FileType=PDF&ArticleID=446

MacKinnon, Soledad. (2005). Technology Integration in the Classroom: Is There Only One way to Make It Effective? Sumber:

http://www.Techknowlogia.org/TKL_active_pages2/CurrentArticles/main. asp?IssuesNumber=18&FileType=PD&AticleID=445

Nuccio, Richard (2007). Promoting Civic Behaviour through Civic Education.

http://www.civiced.org/pdfs/PromotingCivicBehavior.pdf (diakses pada tanggal l5 oktober 2012).

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI. (2007). Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, No. 16


(6)

Ella Dewi Latifah, 2013

Pembelajaran PKN Berbasis Media ICT Dalam Meningkatkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa Di SMK Negeri 13 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

Dokumen dan lain-lain

Depdiknas. (2002). Kumpulan Pedoman Kurikulum 2004. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang

Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.